prancangan sistem informasi pelayanan kesehatan …
TRANSCRIPT
1
PRANCANGAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN KESEHATAN
MASYARAKAT DENGAN MEMANFAATKAN RADIO FREQUENCY
IDENTIFICATION (RFID) READER BERBASIS E-KTP
Riky Abdul Gani Anwar1 , Kartarina2, Miftahul Madani3
1,2 ,3Universitas Bumigora
Artikel Info ABSTRAK
Kata-kata kunci Untuk mendapatkan pelayanan pada Puskesmas Sakra Kabupaten Lombok Timur,
pengunjung puskesmas harus daftar di loket, yang kemudian melakukan antrean di poli
tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar, sehingga setiap kunjungan, maka staf
puskesmas memastikan apakah pasien terdaftar atau tidak, hal tersebut menjadikan pelayanan masyarakat di puskesmas menjadi lama. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba
membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan teknologi RFID dengan media e-
KTP. Dengan memindai e-KTP akan memberikan informasi data pengunjung puskesmas,
sehingga petugas tidak perlu mendata ulang pengunjung tiap kali kunjungan, pendataan hanya dilakukan untuk pengunjung pasien baru, antrean loket kunjungan menjadi lebih cepat
karena satu fase dapat dikurangi dalam sistem antrean yang dirancang.
Metodologi pengembangan perangkat lunak menggunakan Guidelines for Rapid
Application Engineering (GRAPPLE) agar dapat menghasilkan sistem berorientasi objek tanpa mengurangi kualitas sistem yang dibangun. Mempunyai lima tahapan yaitu,
Requirement Gathering, Analysis, Design, Development, dan Deployment.
Penelitian ini memanfaatkan e-KTP untuk membangun sistem informasi antrean
yang dapat memberikan kemudahan pasien untuk mendapatkan pelayanan secara mudah dan efisien dan petugas kesehatan dalam mengelola data.
Sistem Informasi dapat dibuat dan dioperasikan dengan mikrokontroler ESP8266
sebagai pusat kendali rangkaian, RFID reader yang mampu membaca kartu RFID
konvensional dengan jarak toleransi 5 cm tanpa media penghalang, untuk media penghalang plastik 2 mm RFID reader mampu membaca dengan jarak 4,5 cm, pada e-KTP mampu
membaca dengan jarak 2,5 cm tanpa media penghalang dan pada media penghalang plastik
ketebalan 2 mm mampu membaca dengan jarak toleransi 2 cm jadi jarak baca di pengaruhi
oleh media penghalang seperti plastik, dan berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada staf Puskesmas Sakra dan masyarakat umum, sistem informasi yang layak untuk di
implementasikan.
Internet of Things,
RFID, e-KTP, rekam
medis, sistem antrean
Article Info ABSTRAC
Keywords To get services at the Sakra Primary Health Care, East Lombok district, visitors must
register at the counter, then queues at the specialist doctor that they need. Although the patient
is a registered one, in each visit the staff makes sure whether the patient is registered or not,
which makes the service at the primary health care takes a long time. From these problems, the authors tried to create a waiting-queue system by utilizing RFID technology with
Indonesia's Electronic ID card (e-KTP). Scanning the e-KTP will provide information on
visitors to the officers so they do not need to re-record visitors every time they visit. The data
collection is only be done for new patients, so the queue for visiting counters becomes faster because one phase can be reduced in the designed queue system.
The software development methodology uses the Guidelines for Rapid Application
Engineering (GRAPPLE) to produce object-oriented systems without reducing the quality of
the system built. It has five stages, namely, Requirements Gathering, Analysis, Design,
Development, and Deployment.
This study utilizes e-KTP to build a queue information system that can make it easy
for patients to get services easily and efficiently for health workers in managing data.
Information systems can be created and operated with the ESP8266 microcontroller as a circuit control center. While the RFID reader is capable of reading the RFID card
conventional with a tolerance distance of 5 cm without barrier media, for barrier media 2 mm
plastic RFID reader can read at a distance of 4.5 cm. It capable read e-KTP at a distance of 2.5 cm without barrier media and on plastic barrier media 2 mm thickness, it can read with a
tolerance distance of 2 cm so the reading distance is affected by barrier media such as plastic, and based on the results of the questionnaire given to the staff of Puskesmas Sakra and the
general public, the information system is feasible to be implemented.
Internet of Things,
RFID, e-KTP, medical
records, waiting-queue
system
2
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin pesat di Indonesia sekarang ini mengharuskan kita
semua untuk membudayakan antre, terutama tempat padat akan aktivitas masyarakat. Antrean merupakan
aktivitas menunggu untuk dilayani oleh satu orang atau lebih untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan,
Fenomena ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara yang dilayani dan pelayanannya, sehingga
menimbulkan kerugian pada badan usaha atau lembaga tersebut.
Mendapatkan pelayanan kesehatan susah ditentukan jumlah trafik, karena kita tidak tahu kapan orang
sakit atau membutuhkan layanan kesehatan[1]. Hal ini tentu sangat mempengaruhi jumlah antrean pada pelayanan
kesehatan. Dalam kunjungan ke pelayanan kesehatan pengunjung biasanya akan di berikan kartu berobat, kartu
tersebut berupa identitas pasien sebagai bukti pendaftaran, sering kali kartu tersebut rusak atau pasien tidak
membawa, untuk mendapatkan pelayanan pada Puskesmas Sakra kabupaten Lombok Timur, pengunjung
puskesmas harus melakukan antrean loket terlebih dahulu untuk melakukan pendaftaran atau pendataan ulang,
kemudian melakukan antrean di poli tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar pasien tetap harus
melalui antrean loket, sehingga setiap kunjungan, maka staf puskesmas memastikan apakah pasien terdaftar atau
tidak, hal tersebut menjadikan pelayanan menjadi lebih lama. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba
membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan teknologi RFID dengan media e-KTP. Dengan memindai
e-KTP akan memberikan informasi data pengunjung puskesmas, sehingga petugas tidak perlu mendata ulang
pengunjung tiap kali kunjungan, pendataan hanya dilakukan untuk pengunjung pasien baru, antrean loket
kunjungan menjadi lebih cepat karena satu fase dapat dikurangi dalam sistem antrean yang dirancang.
Teknologi RFID (Radio Frequency Identification) merupakan teknologi yang dapat melakukan many-to-
many communication artinya banyak reader dapat membaca satu tag, maupun satu reader dapat membaca banyak
tag [2]. Sistem RFID merupakan sistem yang digunakan untuk mengirimkan data dari Piranti portabel yang
disebut tag dan dibaca oleh RFID reader, kemudian dilakukan pemrosesan oleh komputer yang telah disiapkan
database. Data yang dipancarkan dan dikirimkan dapat berisi beragam informasi. RFID memiliki beberapa
keunggulan seperti kecepatan proses deteksi, tidak membutuhkan kontak fisik, tidak memerlukan peletakan secara
presisi dengan reader, dan harga yang relatif lebih murah [3].
Dari permasalahan tersebut penulis mencoba membuat sistem antrean tunggu dengan memanfaatkan
teknologi RFID dengan menggunakan elektronik Kartu Tanda Penduduk (e-KTP) digunakan sebagai RFID tag
dikarenakan dalamnya terdapat sebuah chip yang menyimpan kode unik. Sistem informasi ini memanfaatkan kode
unik tersebut sebagai identitas pasien jadi cukup memindai e-KTP maka secara langsung memberikan informasi
pasien sehingga petugas tidak perlu memastikan kembali status pasien setiap kali kunjungan. Selain itu sistem
antrean yang dirancang dapat mengurangi fase antrean dimana pasien tidak harus melalui antrean loket terlebih
dahulu sehingga proses pelayanan menjadi lebih cepat.
2. METODOLOGI
2.1 Pengumpulan Data
Beberapa metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dalam menganalisis
masalah yang berguna sebagai penunjang dalam pembuatan sistem informasi sebagai berikut :
a. Studi Literatur
pengumpulan informasi yang berkaitan dengan penelitian ,baik melalui buku maupun jurnal dan website
yang berisi informasi terkait penelitian.
b. Observasi
Observasi atau survei lapangan dilakukan di Puskesmas Sakra, dengan mengamati langsung sistem
informasi yang sudah berjalan dan mengoperasikan sistem bertujuan agar sistem yang dibuat sesuai dengan
sistem yang sudah ada.
c. Wawancara
Tahap wawancara yang dilakukan penulis bertujuan untuk mendapatkan data dari pihak yang bersangkutan
terkait dengan sistem informasi Puskesmas Sakra, wawancara dengan narasumber Soni Hariawan Akbar
selaku Koordinator SARPRAS (Sarana dan Prasarana Alkes) Puskesmas Sakra.
2.2. Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Dalam pengembangan sistem ini menggunakan metodologi Guidelines for Rapid application Engineering
(GRAPPLE). Metode ini bertujuan untuk menghasilkan sistem berorientasi objek dalam waktu yang singkat tanpa
mengurangi kualitas sistem yang dibangun [4]. Dalam GRAPPLE setiap segmen tidak disusun dalam bentuk yang
statis sehingga setiap tahap dapat dikerjakan berulang tanpa harus memperhatikan urutan yang ada[5]. Metode
GRAPPLE terdiri atas lima tahapan yaitu requirement gathering, analysis, design, development, dan deployment.:
1) Requirement Gathering
Tahap ini melakukan analisis terhadap suatu masalah, fungsi dan komponen produk yang akan di
buat. Adapun permasalahan di Puskesmas Sakra masih menggunakan sistem antrean manual belum menggunakan
sistem antrean dengan komputerisasi, membuat sebagian pelanggan terasa lelah menunggu antrean sebagian juga
3
tidak tahu akan informasi antrean selanjutnya karena belum adanya sistem informasi, dan juga bagi staf harus
menyiapkan nomor urut antrean setiap harinya dan memastikan sesuai urutan.
2) Analysis
Berdasarkan tahap Requirement Gathering maka dilanjutkan dengan menganalisis kebutuhan sistem baik
hardware dan software dan menganalisis dampak positif yang dihasilkan dari sistem. Antrean Puskesmas Sakra
saat ini menggunakan struktur antrean Multi Channel - Multi Phase fasilitas pelayanan dengan pelayanannya lebih
dari satu phase [7], dimana pasien akan melakukan tahap pendaftaran melalui salah satu loket, kemudian
melakukan antrean ke poli tujuan, walaupun pasien merupakan pasien terdaftar, pasien tetap harus melewati
antrean loket terlebih dahulu kemudian ke poli tujuan. Adapun Gambaran dari sistem antrean yang berjalan di
Puskesmas Sakra dapat dilihat dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Sistem antrean Puskesmas Sakra
Maka dari itu peneliti ingin memaksimalkan antrean tersebut dengan mengurangi fase antrean loket untuk
pasien terdaftar dengan memanfaatkan teknologi RFID, bagi pasien terdaftar dapat secara langsung melakukan
pendaftaran mandiri ke poli tujuan melalui Kiosk tanpa harus melewati antrean loket, cukup dengan memindai e-
KTP. Model antrean yang akan dibangun adalah First In First Out artinya pelayanan di berikan berdasarkan pasien
yang datang akan dilayani terlebih dahulu [1], gambaran umum dari sistem antrean yang akan di buat dapat dilihat
pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Sistem antrean yang di buat
3) Design
Pada tahap desain dilakukan pembuatan rancangan Use Case, Activity Diagram , Blok Diagram dan User
Interface yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem informasi.
a. Use Case
Use case diagram digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sistem informasi dan siapa
saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut [8]. Adapun salah satu use case diagram dapat dilihat di
Gambar 2.3
Gambar 2.3. Use Case Diagram
4
Aktor pasien dapat melakukan pendaftaran ke poli tujuan dengan memindai e-KTP atau menginput nomor rekam
medis, jika identitas pasien terdaftar maka pasien dapat memilih poli tujuan, namun sebaliknya jika tidak pasien
harus melakukan pendaftaran rekam medis terlebih dahulu ke bagian loket kemudian melakukan antrean ke poli
tujuan. aktor staf dapat mengelola data pasien, mengelola data pendaftaran, mengelola data laporan, dan
mengelola data antrean, data antrean yang akses staf di sesuaikan dengan hak akses berdasarkan departemen dan
konter yang di berikan, artinya data akan di tampilkan sesuai dengan hak akses tersebut, sedangkan aktor admin
dapat mengelola keseluruhan sistem tanpa batasan akses.
b. Activity Diagram
Activity Diagram dilakukan untuk menggambarkan aktivitas atau langkah – langkah proses kerja yang terjadi
di dalam sistem, dapat menggambarkan alur dari sebuah sistem secara keseluruhan [9].
Gambar 2.4. Pendaftaran antrean melalui Kiosk
Gambar diatas menjelaskan pasien melakukan pemilihan antrean melalui Kiosk secara mandiri, di mana
dalam Kiosk tersebut sudah terbuka halaman antrean, yang berisi form dengan inputan no. rekam medis dan
tombol oke, jika pasien melakukan antrean loket maka cukup menekan tombol oke maka secara otomatis Kiosk
akan mencetak antrean loket dan nomor antrean akan di tampilkan pada halaman display, namun jika tujuan pasien
adalah poli maka pasien harus mengisi no. rekam medis, jika nomor rekam medis terdaftar dalam sistem, maka
akan di alihkan ke halaman pemilihan antrean, jika pasien memilih salah satu pilihan antrean maka sistem akan
secara otomatis melakukan cetak nomor antrean yang di pilih dan menampilkan nomor antrean di halaman
display, dan data kunjungan akan terdaftar secara otomatis di sistem rekam medis.
c. ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD dirancang berdasarkan kebutuhan basis data dari aplikasi sesuai dengan kebutuhan sistem, Untuk
menghubungkan antara sistem yang di buat dengan sistem rekam medis puskesmas maka penulis menggunakan
teknik multi database, dikarenakan belum adanya web service dari sistem aplikasi rekam medis Puskesmas.
Penulis juga menggunakan teknik Eloquent ORM dalam mengonversi data dari database relasional untuk
memudahkan dalam pengembangan aplikasi tanpa merubah basis data dari sistem rekam medis, Eloquent ORM,
merupakan penerapan PHP lanjutan menyediakan metode internal dari pola “active record” yang mengatasi
masalah pada hubungan objek database [10]. Adapun rancangan ERD dapat di lihat pada Gambar 2.5.
5
Gambar 2.5. Entity Relationship Diagram
d. Rangkaian RFID reader
Gambar 2.6. Rancangan Rangkaian RFID reader
Gambar di atas merupakan rangkaian pada RFID reader, terdiri dari DFPlayer, ESP8266, LCD 2x16 + 12C
adapter, Speaker Audio 0,5 Watt 8 Ohm, resistor 10K, push button dan RFID RC522. Dalam rangkaian tersebut
yang berfungsi sebagai modul utama adalah RFID RC522 yang berfungsi sebagai pembaca tag dihubungkan
dengan mikrokontroler dengan komunikasi SPI (Serial Peripheral Interface) sebuah antarmuka bus yang biasa
digunakan untuk mengirim data antara mikrokontroler dan perangkat kecil [11], rangkaian tersebut berfungsi
untuk akan membaca atau mengubah informasi yang tersimpan di dalam tag melalui frekuensi radio [12] dan
mengirimkannya ke sistem informasi.
e. Diagram Blok
Diagram Blok adalah suatu pernyataan pada suatu rangkaian alat yang akan dirancang. Setiap diagram blok
memiliki fungsinya masing-masing berguna untuk memperlihat hubungan antara sub sistem yang satu dengan sub
sistem yang lain [13]. Berikut blok diagram dari RFID reader dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Blok Diagram
6
1) Blok Input
Pada bagian ini terdapat push button dan modul RFID RC522 , Modul RFID RC522 berfungsi untuk
membaca RFID tag (E-KTP dan sejenisnya), kemudian data tersebut di kirim oleh ESP8266. Sedangkan
Push button berfungsi untuk mengubah mode antrean ke mode pendaftaran dengan output berupa
indikator LED.
2) Blok process
Blok input yang sudah di terima kemudian akan di proses oleh ESP8266 untuk mengambil keputusan
apakah mengirim kode unik RFID dengan mode pendaftaran atau metode antrean.
3) Blok Output
Pada bagian blok output terdiri dari LCD 2x16, DFPlayer, Speaker dan LED, ketika modul RFID RC522
membaca tag kemudian ESP mengirim kode unik yang di baca oleh RFID RC522 melalui http request
,maka akan di tampilkan pesan indikator berdasarkan http request tersebut ke layar LCD 2x16 dan
memutar suara melalui DFPlayer, dan mengirimkannya ke speaker.
4) Development
Setelah di lakukan tahap desain, kemudian pada tahap ini dilakukan tahap pengembangan untuk membangun
kode program, user interface dan pengujian. Pembuatan sistem ini penulis menggunakan kerangka kerja Laravel
yang menggunakan bahasa pemrograman PHP, dengan menggunakan fitur pendukung dari Laravel seperti
komunikasi realtime websockets, Multi database, dan Eloquent ORM.
5) Deployment
Tahap terakhir yaitu proses deployment, tahap ini merupakan tahap penyebaran aplikasi. Penulis melakukan
penyebaran aplikasi dengan melakukan instalasi pada server Puskesmas Sakra, dikarenakan hasil akhir berupa
sebuah web application yang bersifat privat artinya hanya pihak puskesmas dan pasien yang berkunjung ke
puskesmas yang dapat mengakses website tersebut.
3. PEMABAHASAN
3.1. Implementasi Sistem
1) Implementasi rangkaian RFID reader
Adapun hasil implementasi rangkaian berdasarkan skematik yang di buat pada tahap desain berjalan
sesuai dengan keinginan, alat mampu membaca e-KTP dan mengirimkan data ke sistem informasi. Hasil
implementasi rangkaian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Hasil implementasi rangkaian RFID reader
2) Implementasi halaman utama (Kiosk)
Merupakan halaman awal dari sistem informasi, halaman ini di akses melalui Kiosk yang di peruntukan
bagi pasien sebelum melakukan pemilihan antrean, halaman ini berisi form dengan inputan nomor rekam
medis dan tombol oke, jika pasien merupakan pasien baru cukup menekan tombol oke maka secara otomatis
sistem akan mencetak antrean loket dan menampilkan nomor antrean di halaman display, namun jika pasien
merupakan pasien tetap atau sudah pernah terdaftar di sistem rekam medis, maka pasien mengisi nomor
rekam medis terlebih dahulu atau tap kartu RFID (e-KTP) , jika nomor rekam medis terdaftar atau kartu
RFID terdaftar dalam sistem, maka akan di alihkan ke halaman pemilihan antrean, namun jika gagal akan
menampilkan pesan eror. Adapun hasil implementasi dapat di lihat pada Gambar 3.2.
7
Gambar 3.2. Hasil implementasi halaman Kiosk
3) Implementasi halaman informasi antrean (Kiosk)
Halaman ini merupakan halaman lanjutan dari halaman awal, jika pasien mengisi nomor rekam medis
dengan benar atau tap e-KTP terdaftar dalam sistem maka akan menampilkan halaman pemilihan antrean,
Halaman ini berisi daftar pilihan antrean yang berisi informasi poli dan dokter penanggung jawab. Jika tujuan
antrean status open atau menerima antrean maka saat di pilih sistem akan otomatis mencetak nomor antrean
yang dipilih dan otomatis terdaftar dalam sistem rekam medis puskesmas, jika status poli adalah close atau
tutup maka tidak dapat dilakukan antrean. Adapun hasil implementasi dapat di lihat pada
Gambar 3.3. Halaman dashboard panggil antrean
4) Implementasi halaman dashboard panggil antrean
Halaman ini digunakan untuk pemanggilan antrean dan melihat data antrean yang belum dilayani,
terdapat 3 button yang berfungsi sebagai trigger untuk menjalankan suara antrean, jika salah satu tombol
next di tekan maka status antrean pasien yang bersangkutan akan berubah menjadi dilayani, dan di hapus
dalam daftar antrean yang belum dilayani, dan tombol recall akan menjadi aktif, kemudian di halaman
display akan tampil informasi nomor antrean tersebut. Kemudian jika tombol Next (hijau) di tekan maka
secara otomatis akan tersimpan ke riwayat kunjungan namun jika tombol next (merah) maka riwayat
kunjungan tidak akan di simpan. Tombol recall berfungsi untuk memanggil ulang nomor antrean yang
bersangkutan. Adapun hasil implementasi dapat di lihat pada Gambar 4.9.
Gambar 3.4. Halaman dashboard panggil antrean
3.2. Hasil Pengujian Sistem
1) Alpha Test
Pada tahap ini dilakukan pengujian di ruang lingkup pengembangan atau dari sisi penulis untuk
melakukan evaluasi sebanyak mungkin agar produk yang di hasilkan sesuai dengan rancangan awal, penulis
melakukan pengujian pada tahap ini dengan metode black box, dengan tujuan mengetahui apakah fungsi-
fungsi pada aplikasi telah berjalan sesuai dengan fungsinya dan mengevaluasi kesesuaian aplikasi dengan
8
kebutuhan pengguna [14]. Adapun hasil pengujian jarak baca RFID reader pada 10 percobaan e-KTP dan 2
kartu RFID konvensional pada media penghalang plastik ketebalan 2mm maupun tanpa media penghalang.
a) Pengujian Jarak Baca RFID tanpa media penghalang
Pengujian e-KTP
Tabel 3.1. Pengujian jarak baca RFID reader tanpa media penghalang pada e-KTP
Pengujian kartu RFID konvensional
Tabel 3.2. Pengujian jarak baca RFID reader tanpa media penghalang pada kartu RFID konvensional
No Card ID Jarak Deteksi (cm)
1,0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5
1 11d9c61c berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
2 7b7b322 berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
Presentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0%
b) Pengujian Jarak Baca RFID dengan media penghalang plastik ketebalan 2 mm
Pengujian e-KTP
Tabel 3.3. Pengujian jarak baca RFID reader dengan media penghalang pada e-KTP
No Card ID
Jarak Deteksi (cm)
1,0 1.5 2.0 2.5 3.0
1 48581eaa16280 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
2 45f8c2a9a2c80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
3 41439cae72e80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
4 43a3e12d82a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
5 4744a4a162b80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
6 4561bc2cf2e80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
7 448dea455a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
8 4536d8a564a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
9 472f42f45780 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
10 43860aae36a80 berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
Persentase 100% 100% 100% 100% 0%
No Card ID
Jarak Deteksi (cm)
1,0 1.5 2.0 2.5 3.0
1 48581eaa16280 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
2 45f8c2a9a2c80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
3 41439cae72e80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
4 43a3e12d82a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
5 4744a4a162b80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
6 4561bc2cf2e80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
9
Pengujian kartu RFID konvensional
Tabel 3.4. Pengujian jarak baca RFID reader dengan media penghalang pada kartu RFID konvensional
No Card ID
Jarak Deteksi (cm)
1,0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5
1 11d9c61c berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
2 7b7b322 berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil berhasil gagal
Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 0%
2) Beta Test
Setelah di lakukan pengujian mandiri dengan metode black box kemudian penulis melakukan
pengujian aplikasi ke pengguna, kuesioner offline diberikan kepada staf sedangkan Pasien menggunakan
kuesioner online, untuk staf peneliti memberikan sedikit demonstrasi terkait sistem kemudian staf diminta
mengoperasikan sistem, sedangkan bagi pasien berupa kuesioner online berupa video demonstrasi kemudian
pengguna diminta untuk memberikan respons terkait dengan sistem melalui google form. Skenario kuesioner
di dasarkan pada usability yang meliputi learnability, Efficiency, Memorability, errors dan Satisfaction [15].
dengan jumlah responden staf sebanyak 8 orang sedangkan masyarakat umum sebanyak 80 orang.
a) Hasil Kuesioner Staf
Tabel 3.5. Hasil kuesioner staf
No. Pertanyaan
SKOR
SS S CS TS STS
1 Aplikasi sistem informasi antrean rekam medis menggunakan
e-KTP yang di buat mudah digunakan tanpa mengalami
kesulitan?
0 8 0 0 0
2 Apakah sistem yang di buat dapat menghemat waktu antrean
serta membantu Puskesmas dalam manajemen antrean? 1 6 1 0 0
3 Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP
mudah di pelajari dan mudah diingat? 0 8 0 0 0
4 Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP sudah
mampu menampilkan seluruh interface (tampilan) aplikasi
tanpa ada kendala eror ?
0 5 3 0 0
5 Aplikasi sistem informasi antrean sudah memberikan
kepuasan kepada pengguna? 0 5 3 0 0
Jumlah 1 32 7 0 0
Jumlah Skor 5 128 21 0 0
∑Skor 154
Persentase 77%
Jumlah skor observasi adalah jumlah dari skor masing-masing butir pernyataan hasil observasi yang
dikalikan bobot skor menurut skala Likert. Skor maksimal adalah skor maksimal pada skala Likert yang
dikalikan dengan jumlah butir soal, sehingga 5 x 5 = 25. Jumlah Skor yang diharapkan adalah skor maksimal
yang dikalikan dengan jumlah responden, sehingga 8 x 25 = 200. Perhitungan persentase kelayakan Tabel
3.5 menggunakan rumus sebagai berikut:
7 448dea455a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
8 4536d8a564a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
9 472f42f45780 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
10 43860aae36a80 berhasil berhasil berhasil gagal gagal
Persentase 100% 100% 100% 100% 0%
10
Jumlah Skor semuanya
∑𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝐶𝑆)
+(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑇𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑇𝑆)
∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
= (1𝑥 5) + (32 𝑥 4) + (21 𝑥 3) + (0𝑥 2) + (0𝑥 1)
∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
= 154
Persentase kelayakan Staf Puskesmas adalah sebagai berikut :
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛𝑥100%
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 154
200𝑥100%
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 77%
Menentukan Interval Kelayakan
𝐼 = 100 / 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐿𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡) 𝐼 = 100 / 5 = 20 𝐼 = 20
Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:
Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)
Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral
Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)
Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)
Karena nilai Indeks yang dapatkan dari perhitungan adalah 77%, maka dapat disimpulkan bahwa dari 8
responden “Rancang Bangun Sistem Informasi Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID
Reader Berbasis e-KTP” disimpulkan “BAIK”.
b) Hasil Kuesioner Masyarakat Umum Tabel 3.6. Hasil kuesioner masyarakat umum
No. Pertanyaan SKOR
SS S CS TS STS
1 Apakah tampilan aplikasi dan alat mudah digunakan ? 34 35 10 0 1
2
Dengan menggunakan Sistem Informasi Pusat layanan
Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID Reader
Berbasis E-KTP dapat membantu dalam mendaftar
untuk periksa rawat jalan?
44 24 10 1 1
3 Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP
mudah di pelajari dan mudah diingat? 38 33 6 2 1
4
Aplikasi sistem informasi antrean menggunakan e-KTP
sudah mampu menampilkan seluruh interface
(tampilan) aplikasi tanpa ada kendala eror ? (tampilan)
aplikasi tanpa ada kendala eror ?
31 26 18 4 1
5 Aplikasi sistem informasi antrean sudah memberikan
kepuasan kepada pengguna? 33 28 16 2 1
Jumlah 180 146 60 9 5
Jumlah Skor 900 584 180 18 5
∑Skor 1687
Persentase 84.35
11
Jumlah skor observasi adalah jumlah dari skor masing-masing butir pernyataan hasil observasi yang
dikalikan bobot skor menurut skala Likert. Skor maksimal adalah skor maksimal pada skala Likert yang
dikalikan dengan jumlah butir soal, sehingga 5 x 5 = 25. Jumlah Skor yang diharapkan adalah skor maksimal
yang dikalikan dengan jumlah responden, sehingga 80 x 25 = 2000. Perhitungan persentase kelayakan dari
pasien atau masyarakat umum Tabel 3.6 menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah Skor semuanya
∑𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 = (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝐶𝑆)
+(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑇𝑆) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑇𝑆)
∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
= (180 𝑥 5) + (146 𝑥 4) + (60 𝑥 3) + (9 𝑥 2) + (5 𝑥 1)
∑ 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑜𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
= 1687
Persentase kelayakan pasien adalah sebagai berikut :
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛𝑥100%
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 1687
2000𝑥100%
𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 = 84,35%
Menentukan Interval Kelayakan
𝐼 = 100 / 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 (𝐿𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡)
𝐼 = 100 / 5 = 20
𝐼 = 20
Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:
Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)
Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral
Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)
Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)
Karena nilai Indeks yang dapatkan dari perhitungan adalah 84,35%, maka Rancang Bangun Sistem
Informasi Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID Reader Berbasis e-KTP “SANGAT
BAIK”.
4. KESIMPULAN
Sistem Informasi Pusat Layanan Kesehatan Masyarakat Menggunakan RFID Reader Berbasis e-KTP
dapat dibuat dan dioperasikan dengan mikrokontroler ESP8266 sebagai pusat kendali rangkaian dan di
program menggunakan bahasa pemrograman PHP dengan kerangka kerja LARAVEL. dengan bantuan fitur
Multi Database yang memudahkan dalam sinkronisasikan sistem Rekam Medis yang belum memiliki
webservice,
RFID reader mampu membaca kartu RFID konvensional dengan jarak toleransi 5 cm tanpa media
penghalang sedangkan pada media penghalang plastik ketebalan 2 mm RFID reader mampu membaca
dengan jarak 4,5 cm dengan persentase keberhasilan masing-masing 100% pada 2 percobaan, pada e-KTP
RFID reader mampu membaca dengan jarak 2,5 cm tanpa media penghalang dan pada media penghalang
plastik ketebalan 2 mm mampu membaca dengan jarak toleransi 2 cm dengan persentase keberhasilan
masing-masing 100% pada 10 percobaan, jadi dapat disimpulkan jarak baca dipengaruhi oleh media
penghalang seperti plastik.
Sistem yang dirancang berjalan sesuai rancangan penulis setelah dilakukannya tahap pengujian alpha
test dan beta test dimana alfha test di lakukan pada lingkup pengebangan dengan metode blackbox, sedangkan
pada tahap beta test di lakukan di lingkup pengguna dengan menggunakan metode kuesioner, dari hasil
pengujian tersebut sistem informasi yang di bangun dapat di katakan layak untuk di implementasikan.
12
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1) Orang tua yang telah memberikan dukungan moral maupun materi.
2) Ibu Kartarina, S.Kom., M.Kom. dan Bapak Miftahul Madani M.Kom selaku Dosen Pembimbing dalam
mengerjakan skripsi ini.
3) Teman-teman Liqolabs yang telah memberikan support.
4) Dr. Ir. Anthony Anggrawan, M.T., Ph.D., selaku Rektor Universitas Bumigora.
5) Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu selama dalam perkuliahan.
6) Bapak, ibu dan semua keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan dukungan materi.
7) Teman-teman kampus yang turut serta mendampingi selama perkuliahan berlangsung.
REFRENSI
[1] P. Ayu, R. Suryadhi, and N. J. Manurung, “Model Antrian Pada Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit,”
Maj. Ilm. Teknol. Elektro, vol. 8, no. 2, 2009.
[2] E. B. Setiawan and B. Kurniawan, “Perancangan Sistem Absensi Kehadiran Perkuliahan dengan
Menggunakan Radio Frequency Identification ( RFId ),” J. CoreIT J. Has. Penelit. Ilmu Komput. dan
Teknol. Inf., vol. 1, no. 2, pp. 44–49, 2015.
[3] A. Jadid, “Rancang Bangun Sistem Absensi Perkuliahan Auto ID Berbasis RFID yang Terintegrasi
dengan Database Berbasis WEB,” J. Karya Ilm. Tek. Elektro, vol. 2, no. 2, pp. 59–69, 2017.
[4] A. Sucipto, R. H. Kusumodestoni, A. K. Zyen, and M. Husen, “Penerapan Aplikasi Mobile Information
Karimun Island Menggunakan Ionic Framework,” JTET (Jurnal Tek. Elektro Ter., vol. 7, pp. 1–10, 2018.
[5] A. Dwiutomo, P. Putra, and R. Sari, “Aplikasi Mobile Housekeeping Asisten Rumah Kita ( ARUMI )
Berbasis iOS,” MULTINETICS J. Multimed. Netw. Informatics, vol. 3, no. 2, pp. 57–63, 2017.
[6] Kartarina, P. Irfan, and C. Satria, “Sistem Informasi Pemasaran Produk Desa,” Ilk. J. Ilm., vol. 11, no. 28,
pp. 214–221, 2019.
[7] A. Firdaus, “Analisis Model Antrian Pada Pelayanan Pelanggan (Studi Kasus Pengisian Bahan Bakar
Pada SPBU Kota Jambi),” J-MAS (Jurnal Manaj. dan Sains), vol. 1, no. 1, pp. 1–7, 2016.
[8] A. Hendini, Pemodelan UML Sistem Informasi Monitoring Penjualan dan Stok Barang (Studi Kasus :
Distro Zhezha Pontianak), vol. IV, no. 2. 2016.
[9] A. Gutama, A. Arwan, and L. Fanani, “Pengembangan Kakas Bantu Pembangkitan Kasus Uji pada
Model-Based Testing Berdasarkan Activity Diagram,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput., vol.
3, no. 9, pp. 8325–8334, 2019.
[10] F. Abdussalaam and S. A. Saputra, “PERANCANGAN SISTEM INFORMASI COMPLAINT
MANAGEMENT,” J. E-Komtek, vol. 2, no. 2, pp. 54–68, 2018.
[11] S. Suhaeb, Y. Djawad, H. Jaya, Ridwansyah, Sabran, and A. Raisal, Mikrokontroler dan Interface.
Makasar: Universitas Negeri Makasar, 2017.
[12] D. Saputra, D. Cahyadi, and A. Kridalaksana, “Sistem Otomasi Perpustakaan Dengan Menggunakan
Radio Frequency Identification ( RFID ),” Inform. Mulawarman J. Ilm. Ilmu Kompute, vol. 5, no. 3, pp.
1–11, 2010.
[13] R. Siregar, Nurliana M; Muhammad, Hanif; Wicaksono, “Locker Dengan RFID MFRC522 Berbasis
Arduino UNO,” AUTOCRACY J. Otomasi, Kendali, dan Apl. Ind., vol. 3, pp. 1–9, 2016.
[14] W. N. Cholifah, Yulianingsih, and Sagita. Sri Melati, “Pengujian Black Box Testing Pada Aplikasi Action
& Strategy Berbasis Android,” STRING (Satuan Tulisan Ris. dan Inov. Teknol., vol. 3, no. 2, pp. 206–
210, 2018.
[15] W. Handiwidjojo and L. Ernawati, “Pengukuran Tingkat Ketergunaan ( Usability ) Sistem Informasi
Keuangan Studi Kasus : Duta Wacana Internal Transaction ( Duwit ),” J. Inform. dan Sist. Inf., vol. 02,
no. 01, 2016.