prediksi erosi pada beberapa unit lahan di daerah...

22
PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LISU Oleh : ANDI NURAZIZAH FATWAL M111 13 060 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 04-Nov-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI

DAERAH ALIRAN SUNGAI LISU

Oleh :

ANDI NURAZIZAH FATWAL

M111 13 060

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

ii

Page 3: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

iii

ABSTRAK

Andi Nurazizah Fatwal (M111 13 060). Prediksi Erosi pada Beberapa Unit

Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan

Budirman Bachtiar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran erosi pada beberapa unit lahan di

DAS Lisu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai dengan

Juli 2017. Titik sample ditentukan dengan menggunakan metode unit lahan, dan nilai

erosi diperoleh dengan menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss Equation).

Parameter erosi berupa erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang dan

kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman (C), dan tindakan konservasi (P).

Kontribusi erosi terbesar terjadi pada unit lahan 210 dengan penggunaan lahan

pertanian lahan kering campur dengan nilai erosi sebesar 584,86 ton/ha/tahun, yang

di pengaruhi oleh tingginya curah hujan dan kurangnya perlakuan manusia dalan

membuat bangunan konservasi tanah dan air. Nilai erosi yang terkecil yaitu pada unit

lahan 91 dengan penggunaan lahan sawah sebesar 0,07 ton/ha/tahun. Total erosi yang

terjadi pada 18 unit lahan di DAS Lisu sebesar 1.991,52 ton/ha/tahun.

Kata Kunci: USLE, Unit Lahan, Erosi

Page 4: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

anugrah dan kasih yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penyususnan skripsi yang berjudul “Prediksi Erosi pada Beberapa Unit Lahan di

Daerah Aliran Sungai Lisu”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan

yang disebabkan keterbatasan penulis. Namun dengan adanya arahan dan bimbingan

dari berbagai pihak berupa pengetahuan, dorongan moril dan bantuan materil, maka

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih dengan penuh keikhlasan

juga penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Dr. Ir. H. Usman Arsyad, M.S. dan Bapak Budirman Bachtiar, M.S.

selaku pembimbing I dan pembimbing II yang selalu mengarahkan dan

membantu penulis mulai penentuan judul hingga selesainya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Baharuddin, M.P., Bapak Dr. Ir. Roland A. Barkey, dan Bapak

Syamsu Rijal, S.Hut., M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan

dan saran-saran guna penyempurnaan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin.

4. Terima kasih untuk sahabatku Wanti Mustika Sari, S.Hut., Muhammad

Chairul S, Khodijah Nurutami, Nur Reski Immlasari, Andi Fahriadi Amir,

Andi Ridha Yayank, S.Hut dan Radhiatunnisa S. Samad, S.Hut. atas doa dan

semangatnya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 5: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

v

5. Terima Kasih kepada Teman seperjuangan di lokasi penelitian Nur Aeni, Iin

Suraini, dan Leprina Sambolangi yang membantu penelitian di lapangan.

6. Terima Kasih kepada Muhammad Irfan, S.Hut., Muhammad Syafiq Azis,

Gufriadi, Salmon Suppu, Akhyari Rahman, Zulajri, dan Dian Dirga

Priatna yang telah membantu di lapangan saat penelitian.

7. Teman-teman Gemuruh 2013, terima kasih atas kerjasamanya dan semangat

yang kalian berikan.

Penghormatan dan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis

persembahkan kepada Ayah Drs. H. Andi Muhammad Nuhung Azis, Ibu Hj.

Nahrah yang senantiasa mendoakan dan memberikan perhatian, kasih sayang,

nasehat dan semangat kepada penulis. Serta kepada kaka terkasih H. Andi

Muhammad Nurul Yaqin, S.IK dan adik terkasih Andi Nurrahma terimakasih

atas doa dan dukungannya selama ini. Semoga dihari esok penulis kelak menjadi

anak yang membanggakan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak terdapat

kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan khususnya kepada

penulis sendiri.

Makassar, Agustus 2017

Penulis

Andi Nurazizah Fatwal

Page 6: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR PERSAMAAN ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1.Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2.Tujuan dan Kegunaan ................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3

2.1.Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................................................ 3

2.2.Unit Lahan .................................................................................... 3

2.3.Erosi .............................................................................................. 4

2.4.Prediksi Erosi Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) ..... 6

2.5.Faktor Erosivitas Hujan (R) .......................................................... 6

2.6.Faktor Erosibilitas Tanah (K) ....................................................... 7

2.7.Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) ............................... 8

2.8.Fator Pegelolaan Tanaman (C)...................................................... 8

2.9. Faktor Upaya Pengeolaan Konservasi (P).................................... 9

2.10. Laju Erosi Yang Diperbolehkan ............................................... 10

III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 12

3.1.Waktu dan Tempat ........................................................................ 12

3.2.Alat dan Bahan .............................................................................. 12

3.3.Bagan Alur Penelitian ................................................................... 13

3.4. Metode Pembuatan Unit Lahan .................................................... 14

3.5.Metode Pegambilan Data .............................................................. 14

Page 7: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

vii

3.6.Analisis Data ................................................................................ 18

3.6.1 Nilai Erosivitas Hujan (R) .................................................... 19

3.6.2. Nilai Erodibilitas Tanah (K) ............................................... 19

3.6.3. Nilai Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) ....................... 19

3.6.4. Nilai Faktor Pengelolaan Tanaman dan Tindakan

Konservasi (P) ...................................................................... 20

3.6.5. Nilai Laju Erosi yang Diperbolehkan ................................. 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 21

4.1.Perhitungan Erosi .......................................................................... 22

4.1.1. Unit lahan .................................................................... 22

4.1.2. Savana/Padang Rumput .............................................. 22

4.1.3. Hutan Lahan Kering Sekunder .................................... 23

4.1.4. Pertanian Lahan Kering Campur ................................. 24

4.1.5. Hutan Tanaman ........................................................... 25

4.1.6. Belukar ....................................................................... 26

4.1.7. Sawah .......................................................................... 28

4.2. Erosi yang Diperbolehkan ............................................................ 29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 30

5.1.Kesimpulan .................................................................................. 30

5.2.Saran ............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31

LAMPIRAN .......................................................................................................... 33

Page 8: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

1. Gambar Alur Penelitian ..................................................... 13

2. Gambar Skema Pembutan Plot Inventarisasi ..................... 15

Page 9: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Klafikasi Erodibilitas Tanah ....................................................... 8

Tabel 2 Nilai Indeks Faktor LS ................................................................ 8

Tabel 3 Nilai faktor P untu berbagai tindakan konservasi tanah khusus . 10

Tabel 4. Tabel Pedoman Penetapan Nilai Untuk Tanah-tanah

di Indonesia ................................................................................. 10

Tabel 5 Titik koordinat dan kelerengan unit lahan yang terletak pada

penggunaan lahan Pertanian hutan kering sekunder ................. 22

Tabel 6 Perhitungan erosi pada unit lahan yang terletak pada

penggunaan lahan hutan lahan kering sekunder di DAS Lisu .... 22

Tabel 7 Titik koordinat dan kelerengan unit lahan yang terletak pada

penggunaan lahan Pertanian hutan kering campur ..................... 23

Tabel 8 Perhitungan erosi pada unit lahan yang terletak pada

penggunaan lahan pertanian lahan kering campur

di DAS Lisu .............................................................................. 24

Tabel 9 Titik koordinat dan kelerengan unit lahan yang terletak pada

penggunaan lahan Hutan Tanaman ............................................ 25

Tabel 10 Perhiungan nilai erosi pada unit lahan yang berada pada

penggunaan lahan hutan tanaman di DAS Lisu ......................... 25

Tabel 11 Titik koordinat dan kelerengan unit lahan Yang terletak pada

penggunaan lahan Belukar .......................................................... 26

Tabel 12 Perhitungan erosi pada unit lahan Yang Berada Pada

Penggunaan Lahan belukar di DAS Lisu .................................. 26

Tabel 13 Titik koordinat dan kelerengan unit lahan yang terletak pada

penggunaan lahan sawah ............................................................ 27

Tabel 14 Perhiungan nilai erosi pada unit lahan yang berada pada

penggunaan lahan hutan tanaman di DAS Lisu .......................... 27

Tabel 15 Nilai Erosi yang Diperbolehkan .................................................. 28

Page 10: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

x

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan Keterangan Halaman

(1). Persamaan Laju Permeabilitas Tanah ........................... 17

(2). Persamaan USLE .......................................................... 18

(3). Persamaan Erosivitas Hujan Lenfain ............................ 19

(4). Persamaan Erodibilitas Tanah ....................................... 19

(5). Persamaan Erosi yang Diperbolehkan .......................... 20

Page 11: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Peta Jaringan Sungai DAS Lisu .............................................. 33

Lampiran 2 Peta Titik Sampel .................................................................... 34

Lampiran 3 Peta Penutupan Lahan DAS Lisu ........................................... 45

Lampiran 4 Peta Curah Hujan DAS Lisu .................................................. 36

Lampiran 5 Peta Kelerengan DAS Lisu ..................................................... 37

Lampiran 6 Peta Jenis Tanah DAS Lisu .................................................... 38

Lampiran 7 Peta Unit Lahan ...................................................................... 39

Lampiran 8 Tabel Data Curah Hujan.........................................................40

Lampiran 9 Tabel Hasil Analisis Sample Tanah ........................................ 44

Lampiran 10 Nilai Indeks Pengelolaan Tanaman (Nilai C) Untuk

Pertanaman Tunggal...............................................................45

Lampiran 11 Indeks pengelolaan tanaman (nilai C) untuk penanaman

tumpang sari dan pergiliran tanaman ..................................... 47

Lampiran 12. Tabel Unit Lahan..................................................................48

Lampiran 13 Tabel Nilai Erosi pada Beberapa Unit lahan di DAS Lisu....53

Lampiran 14 Dokumentasi Kegiatan..........................................................54

Page 12: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Erosi merupakan kejadian alam yang pasti terajadi dipermukaan bumi.

Erosi menyebabkan hilangnya lapisan tanah yang subur dan baik untuk

pertumbuhan tanaman serta berkurangnya kemampuan tanah untuk menyerap dan

menahan air. Hal ini mengakibatkan terjadinya degradasi lahan yang berujung

pada meluasnya kerusakan lahan terutama kerusakan lahan hutan. Intensitas

penggunaan lahan pada daerah-daerah berlereng dan diperparah oleh model

pengelolaan tanah yang menyimpang dari teknik konservasi yang semestinya,

akan mempercepat proses terjadinya kerusakan lahan oleh erosi.

Syahputra (2012) mengatakan bahwa di Sulawesi Selatan, kebutuhan

lahan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan di berbagai sektor

meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Hal ini berdampak pada

konversi lahan hutan menjadi lahan tak berhutan mengakibatkan penurunan luas

hutan dan menimbulkan berbagai dampak seperti degradasi lahan dan terpicunya

erosi.

Dampak lebih lanjut yang terjadi yaitu terjadinya kerusakan Daerah Aliran

Sungai (DAS). Ketika ini terjadi, maka akan mengakibatkan kerusakan pada

banyak hal seperti, air sungai menjadi keruh, pendangkalan disungai dan waduk,

penggerusan tebing sungai, pencucian hara tanah, menipisnya solum tanah,

menurunnya produktivitas lahan, dan semakin meningkatnya lahan kritis

(Syahputra,2012).

Kabupaten Barru memiliki DAS utama yang luas yaitu DAS Lisu yang

memiliki panjang sungai utama 38 km serta luas 38.775,24 ha atau sekitar 30%

dari luas wilayah Kabupaten Barru (Badan Pusat Satatistik Kabupaten Barru ,

2015). Berdasarkan data Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Jeneberang

Walannae (2010), status lahan pada DAS Lisu terbagi atas kategori sangat kritis

(1.173,07 ha), kritis (3.054,5 ha), agak krtis (21.472,27ha).

Page 13: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

2

Peningkatan luas lahan kritis juga terjadi pada wilayah Kabupaten Barru

dari 25.699,84 ha menjadi 53.377 ha (BPDAS Jeneberang Walannae, 2013).

Dengan kata lain, terjadi pertambahan rata-rata laju kerusakan hutan 6.919,29

ha/tahun. Berdasarkan data BPDAS Jeneberang Walannae (2010) pertambahan

lahan kritis tersebut terjadi pada kawasan hutan lindung seluas 17.473 ha, hutan

produksi terbatas 7.216 ha, dan areal penggunaa lain 28.688 ha.

Kondisi tersebut memungkinkan potensi terjadinya erosi semakin besar

termasuk DAS Lisu. Untuk itu perlu sebuah kajian untuk mengetahui besarnya

erosi yang akan terjadi pada saat ini. Permasalahan yang telah diuraikan inilah

yang melatar belakangi penelitian ini dengan judul Prediksi Besaran Erosi pada

Beberapa Unit Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, Kabupaten Barru.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi erosi pada beberapa

unit lahan di DAS Lisu. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi

untuk dipertimbangkan bagi instansi serta pihak-pihak lain yang terkait dalam

pelestarian dan pengembangan DAS Lisu.

Page 14: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Aliran Sungai

Salah satu elemen terpenting dari sistem tata air dalam konsep hidrologi

adalah DAS. DAS merupakan satu kesatuan sistem yang mentransformasikan

hujan menjadi aliran dengan berbagai sifatnya (Sri Harto, 2002). Tunas (2005)

mengatakan bahwa Prinsip transformasinya mengikuti 2 konsep dasar hidrologi

yakni siklus hidrologi (hydrologic cycle) dan keseimbangan air (water balance).

Respon DAS dalam mentransformasi aliran sangat tergantung dari beberapa hal,

diantaranya curah hujan, kemiringan permukaan DAS, struktur dan sifat tanah,

tingkat kejenuhan tanah dan faktor retensi aliran (vegetal cover). Empat faktor

pertama sifatnya sangat alamiah sedangkan faktor yang terakhir sangat

dipengaruhi oleh perilaku manusia dalam pengelolaan DAS (anthropogenic).

Daerah aliran sungai biasanya dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan

hilir. Daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah

konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah

kemiringan lebih besar (lebih besar dari 15%), bukan merupakan daerah banjir,

pengaturan pemakaian air ditetapkan oleh pola drainase dan jenis vegetasi

umumnya merupakan tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS merupakan

daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih kecil, merupakan daerah dengan

kemiringan kecil sampai dengan sangat kecil (kurang dari 8%), pada beberapa

tempat merupakan daerah banjir dan jenis vegetasi didominasi tanaman pertanian.

Sedangkan daerah aliran sungai bagian tengah merupakan daerah transisi dari

kedua karakteristik DAS (Asdak, 2002).

2.2. Unit Lahan

Unit Lahan homogen merupakan cara pendekatan dalam inventarisasi

sumber daya alam (Wiradisastra, 1989). Pengembangan konsep ini biasanya

dikaitkan dengan dipakainya sarana seperti foto udara dan peta tematik untuk

pengumpulan data awal. Dengan menggunakan peta-peta yang tersedia, konsep

Page 15: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

4

Unit lahan dapat didefinisikan dengan jelas dan dapat dideliniasi (dipisah

pisahkan, kemudian ditarik batas-batasnya).

Satuan lahan dapat dibangun dengan menumpangtindihkan (overlay)

berbagai parameter lahan yang dapat dipetakan. Pada pendekatan sekarang, satuan

lahan didefinisikan sebagai area homogen dalam berbagai parameter fisik lahan

(tanah, lereng, penggunaan lahan, derajat kerusakan erosi, dan lain-lain) yang

dapat diidentifikasikan langsung di lapangan . Bila salah satu parameter berubah

maka Unit lahan akan berubah pula. Dalam proses evaluasi lahan, Unit lahan

homogen ini dianggap sebagai satuan peta (mapping unit ) dengan ciri karateristik

atau kualitas lahan yang akan dipadankan (matching) dengan persyaratan tumbuh

tanaman.

Melihat proses pembentukan Unit lahan homogen dengan cara overlay

dari parameter penyusunnya diatas, maka pendekatannya dinamakan Pendekatan

Sistem Informasi Geografi atau GIS Approach (Wiradisastra, 1989). Sistem

informasi ini terdiri dari set data dan informasi yang telah disusun dalam bentuk

peta-peta sumberdaya alam. Untuk tujuan analisis dengan menggabungkan

berbagai parameter lahan pada suatu evaluasi lahan, maka dilakukan

tumpangtindih peta-peta tersebut yang akan menghasilkan unit area yang

mempunyai kesamaan sifat yang secara spasial telah terdeliniasi dan dianggap

mempunyai sifat sesuai dengan jumlah parameter yang ditumpangtindihkan.

2.3. Erosi

Asdak mengemukakan bahwa erosi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu erosi

alam dan erosi dipercepat. Erosi alam adalah erosi yang belum dipengaruhi oleh

campur tangan manusia atau proses erosi yang terjadi secara alami, dimana proses

tersebut masih dapat diimbangi oleh proses pembentukan tanah. Apabila erosi

terjadi karena campur tangan manusia maka umumnya proses erosi tersebut lebih

cepat daripada proses pembentukan tanah sehingga disebut erosi yang dipercepat

(Asdak, 2002).

Berkurangnya lapisan tanah bagian atas bervariasi tergantung pada tipe

erosi dan besarnya variabel yang terlibat dalam proses erosi. Empat faktor utama

Page 16: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

5

dianggap terlibat dalam proses erosi yaitu adalah iklim, sifat tanah, topografi, dan

vegetasi penutup tanah. Keempat faktor tersebut dimanfaatkan sebagai dasar

untuk menentukan besarnya erosi tanah melalui persamaan erosi umum yang lebih

dikenal dengan sebutan persamaan universal (Universal Soil Loss Equation,

USLE) (Wischmeier dan Smith (1975) dalam Asdak, 2002).

Menurut Arsyad (2010), jenis erosi dibedakan atas beberapa jenis yaitu

sebagai berikut :

1. Erosi lembar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan tanah yang merata

tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah. Kekuatan jatuh butir-butir hujan

dan aliran air di permukaan tanah merupakan penyebab utama erosi ini.

2. Erosi alur (riil erosion) adalah erosi yang terjadi karena air terkonsentrasi dan

mengalir pada tempat-tempat tertentu di permukaan tanah sehingga

pemindahan tanah lebih banyak terjadi.

3. Erosi parit (gully erosion) adalah erosi yang proses terjadinya hampir sama

dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran yang terbentuk sudah sedemikian

dalamnya sehingga tidak dapat diatasi dengan pengolahan biasa.

4. Erosi tebing sungai, terjadi sebagai akibat pengikisan tebing oleh air yang

mengalir dari bagian atas atau oleh terjangan arus air yang kuat pada kelokan

sungai. Erosi tebing akan lebih besar terjadi jika vegetasi penutup tebing telah

habis atau dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.

5. Longsor adalah suatu bentuk erosi yang perpindahan tanahnya terjadi pada

suatu saat dalam volume yang besar. Longsor akan terjadi jika terpenuhi tiga

keadaan: (1) lereng yang sangat curam, (2) terdapat lapisan di bawah

permukaan tanah yang agak kedap air dan lunak serta merupakan bidang

luncur, dan (3) terdapat cukup air dalam tanah sehingga lapisan tanah tepat di

atas lapisan kedap air menjadi jenuh.

6. Erosi internal (erosi vertikal) adalah terangkutnya butir-butir primer ke bawah

ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air

dan udara. Erosi internal menyebabkan turunnya kapasitas infiltrasi tanah

dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat dan menyebabkan

terjadinya erosi lembar atau erosi alur.

Page 17: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

6

Proses terjadinya erosi dengan hancurnya agregat dan terlepasnya partikel-

partikel tanah yang disebabkan oleh air hujan yang mengenai permukaan tanah.

Penghancuran agregat dan pelepasan tanah partikel-partikel tanah dipercepat oleh

daya penghancuran dari air yang besar. Partikel-partikel tanah yang terlepas akan

menyumbt pori-pori tanah sehingga menyebabkan penurunan kapasitas dan laju

infiltrasi air ke dalam tanah (Seta, 1987). Asdak (2010) pada umumnya proses

erosi terjadi atas tiga bagian yaitu pengelupasan (etachment), pengangkutan

(transportation), dan pengendapan (sedimentation).

Arsyad (2010) mengemukakan bahwa proses erosi tanah yang disebabkan

oleh air meliputi tiga tahap yang terjadi dalam keadaan normal di lapangan, yaitu

tahap pertama pemecahan bongkah-bongkah atau agregat tanah kedalam bentuk

butir-butir kecil atau partikel tanah, tahap kedua pemindahan atau pengangkutan

butir-butir yang kecil sampai sangat halus, dan tahap ketiga pengendapan partikel-

partikel tersebut di tempat yang lebih rendah atau di dasar sungai atau waduk.

2.4. Prediksi Erosi Metode USLE

Salah satu persamaan yang pertama kali dikembangkan untuk mempelajari

erosi adalah yang disebut persamaan Musgrave, yang selanjutnya berkembang

menjadi persamaan yang banyak dipakai sampai sekarang yaitu Universal Soil

Loss Equation (USLE). USLE memungkinkan memprediksi laju erosi rata-rata

suatu lahan pada suatu kemiringan dengan pola hujan tertentu untuk setiap macam

jenis tanah dan penerapan pengelolaan lahan. Persamaan tersebut dapat juga

memprediksi erosi pada lahan-lahan non pertanian, tapi tidak dapat untuk

memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi

parit, tebing sungai dan dasar sungai (Suripin, 2004).

2.5. Faktor Erosivitas Hujan (R)

Suripin (2004) berpendapat bahwa erosivitas merupakan kemampuan

hujan dalam mengerosi tanah. Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap

erosi tanah adalah hujan, temperatur dan suhu. Sejauh ini hujan merupakan faktor

yang paling penting. Curah hujan yang jatuh secara langsung atau tidak langsung

Page 18: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

7

dapat mengikis permukaan tanah secara perlahan dengan pertambahan waktu dan

akumulasi intensitas hujan tersebut akan mendatangkan erosi (Kironoto, 2003 ).

Hujan menyebabkan erosi tanah melalui dua jalan yaitu pelepasan butiran

tanah oleh pukulan air hujan pada permukaan tanah dan kontribusi hujan terhadap

aliran. Jumlah hujan yang yang besar tidak selalu menyebabkan erosi berat jika

intensitasnya rendah, dan sebaliknya hujan lebat dalam waktu singkat mungkin

juga hanya menyebabkan sedikit erosi karena jumlah hujannya hanya sedikit. Jika

jumlah dan intensitas hujan keduanya tinggi, maka erosi tanah yang terjadi

cenderung tinggi (Suripin, 2004).

Curah hujan yang jatuh secara langsung atau tidak langsung dapat

mengikis permukaan tanah secara perlahan dengan pertambahan waktu dan

akumulasi intensitas hujan tersebut akan mendatangkan erosi (Kironoto, 2003).

2.6. Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas tanah merupakan faktor kepekaan tanah terhadap erosi. Nilai

erodibilitas tanah yang tinggi pada suatu lahan menyebabkan erosi yang terjadi

menjadi lebih besar dan sebaliknya. Faktor erodibilitas tanah sangat berkaitan

dengan tekstur tanah dan juga kandungan bahan organik tanah (Sarupin,2004).

Struktur tanah berpengaruh pada peresapan air ke dalam tanah bentuk

struktur tanah yang membulat (granular, remah, gumpal membulat) menghasilkan

tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah, dan

aliran permukaan menjadi kecil sehingga erosi juga kecil. Struktur tanah yang

mantap tidak akan mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga akan

tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap sangat peka

terhadap pukulan butiran-butiran air hujan, menjadi butir-butir halus sehingga

menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi terhambat dan aliran permukaan

meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat (Saputro, 2009).

Page 19: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

8

Tabel 1. Klafikasi erodibilitas tanah

No Kelas Nilai K Harkat

1 I 0,00–0,10 Sangat rendah

2 II 0,11–0,20 Rendah

3 III 0,21–0,32 Sedang

4 IV 0,33–0,40 Agak tinggi

5 V 0,41–0,55 Tinggi

6 VI 0,56–0,64 Sangat tinggi Sumber : RTL-RLKT Departemen Kehutanan, 1995.

2.7. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Faktor panjang lereng merupakan perbandingan tanah yang tererosi pada

suatu panjang lereng terhadap tanah tererosi pada panjang lereng 22,1 m,

sedangkan faktor kemiringan lereng adalah perbandingan tanah yang tererosi pada

suatu kemiringan lahan terhadap tanah yang tererosi pada kemiringan lahan 9%

untuk kondisi permukaan lahan yang sama (Suripin, 2004).

Penetapan nilai LS dengan menggunakan tabel nilai indeks faktor LS yang

dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan tahun 2010. Berikut Nilai indeks faktor

LS yang disajidkan pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai indeks fakto LS

Kemiringan Lereng (%) Penilaian (LS)

0–8 0,4

8–15 1,4

15–25 3,1

25–40 6,8

>40 9,5

Sumber: Kementrian Kehutanan, 2010

Semakin panjang lereng dan kemiringan lereng maka kerusakan dan

penghancuran atau berlangsungnya erosi akan lebih besar. Dimana semakin

panjang lereng pada tanah akan semakin besar pula kecepatan aliran air di

permukaannya sehingga pengikisan terhadap bagian-bagian tanah akan semakin

besar (Kartasapoetra, 1988).

Page 20: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

9

2.8. Faktor Pengelolaan Tanaman (C)

Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, kondisi

permukaan tanah, dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang

(erosi). Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara besarnya erosi

lahan yang ditanami dengan tanaman tertentu dengan pengelolaan tertentu

terhadap besarnya erosi tanah yang tidak ditanami dan diolah bersih dalam

keadaan identik (Suripin, 2004).

Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam

(1) intersepsi air hujan, (2) mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan

perusak hujan dan aliran permukaan, (3) pengaruh akar, bahan organik sisa-sisa

tumbuhan yang jatuh dipermukaan tanah, dan kegiatan-kegiatan biologi yang

berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas

struktur porositas tanah dan, (4) transpirasi yang mengakibatkan berkurangnya

kandungan air tanah (Arsyad, 2010). Tabel Indeks Pengelolaan Tanaman (Nilai C)

terdapat pada lampiran 9& 10

2.9. Faktor Upaya Pengelolaan Konservasi (P)

Nilai faktor tindakan konservasi tanah (P) adalah nisbah antara besarnya

erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi

pada lahan tanpa tindakan konservasi dalam keadaan identik. Termasuk dalam

tindakan konservasi tanah adalah pengolahan tanah menurut kontur, guludan, dan

teras. Di ladang pertanian, besarnya faktor P menunjukkan jenis aktivitas

pengolahan tanah seperti pencangkulan dan persiapan tanah lainnya. (Suripin,

2004).

Page 21: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

10

Tabel 3. Nilai faktor P untu berbagai tindakan konservasi tanah khusus

No Tindakan Khusus onservasi Nilai P

1. Teras Bangku:

Kontruksi Baik 0,04

kontruksi sedang 0,15

Kontruksi Kurang Baik 0,35

Teras Tradisional 0,4

2. Strip Tanaman Rumput Bahia 0,4

3. Pengelolaan Tanah dan penanaman menurut garis

kontur

kemiringan 0-8 % 0,5

kemiringan 9-20 % 0,75

kemiringan lebih dari 20% 0,9

4. Tindakan Konservasi 1 Sumber: Kementrian Kehutanan, 2010

2.10. Laju Erosi yang Diperbolehkan

Erosi yang masih diperbolehkan adalah jumlah tanah hilang yang

diperbolehkan pertahun agar produktivitas lahan tidak berkurang sehingga tanah

tetap produktif secara lestari. Adapun laju erosi yang diperbolehkan di Indonesia

disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4. Pedoman Penetapan Nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia

Sifat tanah dan substratum Nilai T

(mm/tahun)

Tanah sangat dangkal diatas batuan 0,0

Tanah sangat dangkal diatas bahan telah melapuk (tidak

terkonsolidasi) 0,4

Tanah dangkal diatas bahan yang telah melapuk 0,8

Tanah dengn kedalaman sedang diatas bahan telah melapuk 1,2

Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap air di atas

substata yang telah melapuk 1,4

Tanah yang dalam dengan lapisan bawah permeabilits lambat,

di atas substrata telah pelapuk 1,6

Tanah yang dalam dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas

sedang, diatas substrata telah melapuk 2,0

Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang permeabel, di

atas substrata telah melapuk 2,5

Sumber: Konservasi Tanah dan Air, 2006

Erosi yang diperbolehkan merupakan laju erosi yang tidak melebihi laju

pembentukan tanah. Sitanala Arsyad (1989:237) memperkirakan bahwa besar

Page 22: PREDIKSI EROSI PADA BEBERAPA UNIT LAHAN DI DAERAH …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/... · Lahan di Daerah Aliran Sungai Lisu, di bawah bimbingan Usman Arsyad dan Budirman

11

erosi yang diperbolehkan di Indonesia yaitu 2-3 kali besar erosi di Amerika (15-

33 ton/ha/th atau 1,25-2,5 mm/th ). Hal ini disebabkan karena jumlah curah hujan

dan temperatur di Indonesia lebih tinggi dibanding Amerika. Wischmeier dan

Smith (1978) dalam Sitanala Arsyad (1989:238) yang ditulis kembali oleh

Purwantara dan Nursa’ban (2012), mengemukakan dalam menentukan nilai erosi

diperbolehkan (Edp) harus mempertimbangkan (1)ketebalan lapisan tanah atas,

(2) sifat fisik tanah, (3) pencegagahan terjadinya selokan (gully), (4) penentuan

bahan organik, (5) kehilangan zat hara tanaman. Besar erosi yang diperbolehkan

diukur dengan memakai kriteria-kriteria antara lain kedalaman tanah efektif,

kondisi pelapukan lapisan bawah tanah (sub stratum), permeabilitas tanah lapisan

bawah dan berat volume tanah. Besar erosi tanah yang diperbolehkan di daerah

penelitian yaitu dengan menkonversi setiap kriteria-kriteria tersebut pada tabel

pedoman penetapan nilai T untuk tanah-tanah di Indonesia. Nilai T pada masing-

masing Unit lahan dengan satuan mm/th dirubah kesatuan ton/ha/th yaitu dengan

dikalikan berat volume tanah (BV) dikali 10.