preplanning terapi bermain lansia

11
PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI LANSIA Tanggal 20 Desember 2013 OLEH : KELOMPOK K-2013 RISA MARINA, S.Kep ILHAM REZKI, S.Kep RIZA WAHYUNI, S.Kep SUTRAYI AMANDA, S.Kep MUSILATUR RAHMI, S.Kep YOPIA DERIMARTA, S.Kep WILYA HARMILA, S.Kep CINDI META CLAUDIA, S.Kep TESHA HESTIANA SARI, S.Kep SRI WAHYUNI, S.Kep PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK FAKLTA S KEPERAWA TAN NAND!PADANG 2013

Upload: meisya-fitri

Post on 14-Oct-2015

251 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

terapi bermain...

TRANSCRIPT

PRE PLANNING

PRE PLANNINGTERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI LANSIATanggal 20 Desember 2013

OLEH :

KELOMPOK K-2013RISA MARINA, S.Kep

ILHAM REZKI, S.Kep

RIZA WAHYUNI, S.Kep

SUTRAYI AMANDA, S.Kep

MUSILATUR RAHMI, S.Kep

YOPIA DERIMARTA, S.Kep

WILYA HARMILA, S.Kep

CINDI META CLAUDIA, S.Kep

TESHA HESTIANA SARI, S.Kep

SRI WAHYUNI, S.Kep

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIKFAKULTAS KEPERAWATAN UNAND-PADANG2013PRE PLANNING

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI LANSIADI WISMA CINTA KASIH

PADANG

Topik: Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Lansia Terapis: 10 orang mahasiswa FKEP UNAND

Sasaran: Klien yang kooperatif sebanyak 5-10 orang dan sesuai kriteria

1. Latar Belakang

Menjadi tua adalah suatu proses natural/alami yang terjadi pada manusia. Secara umum proses penuaan ini menyangkut 2 komponen utama yaitu komponen biologis dan komponen psikologis. Perubahan pada kedua komponen ditambah dengan sikap masyarakat terhadapnya akan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Jika mereka dihargai, dicintai dan dihormati keluarganya baik dalam keadaan sehat maupun sakit, kontribusi mereka di komunitas tempat mereka hidup diakui dan dihargai maka lansia menjadi sangat aktif dan hidup mandiri (Watson Roger, 2003).

Menurut perkiraan dari United States Bureau of Census 1993, populasi usia lanjut di Indonesia diproyeksikan pada tahun 1990 2023 akan naik 414 %, suatu angka tertinggi di seluruh dunia dan pada tahun 2020, Indonesia akan menempati urutan keempat jumlah usia lanjut paling banyak sesudah Cina, India, dan Amerika (Depkes RI, 2001). Fenomena ini akan berdampak pada semakin tingginya masalah yang akan dihadapi baik secara biologis, psikologis dan sosiokultural. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Dilihat dari perspektif keperawatan dikatakan ada empat besar penderitaan geriatrik yaitu immobilisasi, ketidakstabilan, inkontinensia, dan gangguan intelektual. Sifat umum dari empat besar tersebut adalah 1) mempunyai masalah yang kompleks, 2) tidak ada pengobatan yang sederhana, 3) hancurnya kemandirian, dan 4) membutuhkan bantuan orang lain yang berkaitan erat dengan keperawatan.Berada di wisma untuk mendapatkan perawatan, jauh dari keluarga, mengikuti jadwal yang ditentukan sehari-hari dengan aktivitas yang monoton bagi sebagian lansia mungkin merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Seorang lansia yang dirawat dengan kondisi yang berbeda dengan lingkungan sebelumnya akan merasa terkekang dengan kondisi yang dibatasi oleh tempat tidur, ruangan perawatan, dan berbagai aktivitas yang monoton. Hal ini merupakan stressor bagi lansia, stressor yang muncul dapat berupa cemas pada lansia, gangguan hubungan sosial dan rasa nyeri yang dialami lansia karena penyakitnya. Dan bila koping yang digunakan salah dan tidak berhasil maka akan menimbulkan suatu krisis yang tentunya akan berdampak pada lansia. Dimana krisis tersebut berperan sebagai inhibitor dalam proses pengobatan dan perawatan anak di wisma yang dapat mengganggu fisik dan mental lansia.

Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAND yang dinas di Wisma Cinta Kasih Padang pada bulan Desember, didapatkan bahwa rata-rata lansia mengalami stress dan mengalami kebosanan, hal ini dapat terlihat seperti sering mengantuk, tidak bersemangat, sering meledek satu sama lainnya, marah, cemas, dan bahkan menangis jika ditanya tentang keadaan atau penyakit yang ia hadapi saat ini. Disamping itu proses penyakit dan aktivitas wisma yang monoton juga dapat menyebabkan terjadinya kemunduran tingkat perkembangan psikologis dan mental. Oleh karena itu, untuk mempertahankan perkembangan lansia agar berjalan normal sesuai usia, serta membina hubungan yang terapeutik dengan lansia, maka perlu dilakukan intervensi keperawatan salah satunya melalui terapi aktivitas kelompok sosialisasi lansia. Salah satu terapi aktivitas kelompok sosialisasi lansia yang dapat diberikan pada lansia khususnya usia diatas 48 tahun adalah permainan Oper Bola. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan lansia yang mengalami gangguan mobilitas, gangguan konsentrasi, dan gangguan pergerakan sendi dimana lansia yang dalam keadaan ini tidak dapat lagi mengembangkan kemampuan motorik, kognitif dan bahasa yang lebih kompleks, dan semua komponen perkembangan ini dapat dirangsang dengan permainan Oper Bola ini. 2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Klien mampu mengurangi stres yang dialami selama berada di wismab. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti terapi aktivitas bermain ini diharapkan lansia mampu:

1) Mengembangkan kemampuan sosialisasi dengan menunjukkan kemampuan yang ada dalam diri berupa bernyanyi, bercerita, berpantun, dll. 2) Mengembangkan kemampuan motorik dengan pergerakan sendi yang dilakukan dengan berbagi bola kepada peserta yang ada disebelahnya.3) Mengurangi stress yang dialami lansia dengan lansia terlihat rileks selama permainan.3. Sasaran

Terapi bermain ini ditujukan untuk lansia yang mengalami stress selama dirawat di wisma cinta kasih Padang dengan kriteria:

Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai

Tidak dalam kondisi sakit berat dan bedrest

Tidak bertentangan dengan terapi/pengobatan

Lansia yang mengikuti terapi bermain berjumlah 5-10 orang

4. Landasan Teori

a. Tugas Perkembangan Lansia ( > 48 tahun)1. Kaya dengan hikmah pengalaman,

2. Menyesuaikan diri dengan perubahan jaman,

3. Mempunyai kesibukan,

4. Bersikap ramah: rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan5. Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru

6. Selektif dalam mencari pekerjaan teman pergaulan serta memenuhi undangan7. Mempunyai integritas baik

8. Dapat menikmati hidupnya dan mempunyai toleransi tinggi Humoristic

9. Fleksibel/luwes dan tahu diri.

10. Biasanya sifat-sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta- fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang juga dapat menghadapi masa akhirb. Keuntungan Terapi1. Mengembangkan kemampuan motorik

2. Mengembangkan kemampuan sosialisasi3. Mengembangkan kemampuan verbal4. Mengembangkan kemampuan mengikuti aturan yang diberlakukan.

5. Panitia Pelaksana

Leader

: Sutrayi Amanda, S.Kep

Co Leader

: Risa Marina, S.Kep

Observer

Observer umum : Tesha Hestiana Sari, S.Kep

Observer Khusus : Musilatur Rahmi S.Kep Fasilitator : Sri Wahyuni, S.Kep

Tugas leadera. Menjelaskan prosedur / cara kegiatan

Prosedur : bola diberikan kepada satu pemain dan ketika musik dihidupkan maka peserta memberikan bola kepada peserta lainnya. Ketika musik dimatikan, maka pemain yang mendapatkan bola harus menunjukkan kemampuannya dapat berupa bernyanyi, berpantun, bercerita, dll.

b. Mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kegiatan

c. Memberikan reinforcement positif pada klien

d. Menyimpulkan kegiatan

e. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan

Tugas Co. Leader : Membantu dan mengingatkan Co. Leader dalam jalannya permainan

Tugas fasilitator :

Memfasilitasi klien yang kurang aktif

Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara

Tugas Observer :

Observer Umum :

Mengobservasi jalannya acara secara keseluruhanObserver Khusus :

Mencatat prilaku verbal dan non verbal tiap anak selama kegiatan berlangsung6. Waktu dan Tempat

a. Hari/tanggal

: Jumat, 20 Desember 2013b. Tempat kegiatan

: Ruang Tamu Wisma Cinta Kasih Padangc. Waktu kegiatan

: 10.00-10.45 WIB

7. Mekanisme Kegiatan

NoKegiatan terapisKegiatan PesertaWaktu

1.

2.

3.Pembukaan:

Leader mengucapkan salam terapeutik Leader memperkenalkan anggota terapis Leader berkenalan dengan klien Leader melakukan kontrak dengan klien Menjelaskan tujuan, Waktu: 45 menit dan tempat kegiatan Leader menjelaskan aturan main dan mengikuti aturan yang telah ditetapkanPelaksanaan Fasilitator membagikan alat yang digunakan untuk bermain Fasilitator melibatkan klien dalam bermain Coleader memberikan contoh dalam bermain Coleader menginstruksikan memulai bermain Coleader memberikan hadiah bagi pemain yang bisa menunjukkan bakatnyaPenutup:

Leader menyebutkan kesimpulan dan tindak lanjut bagi klien Leader menutup acara

Leader mengucapkan salam terapeutik Mendengarkan leader

Mendengarkan leader

Memperkenalkan diri Mendengarkan leader Mendengarkan leader Mendengarkan leader Menerima alat yang diberi Menerima arahan fasilitator Mendengarkan dan melihat yang dicontohkan leader

Memulai bermain Mendengarkan leader Mendengarkan leader Mendengarkan leader

Menjawab salam leader10 menit25 menit

10 menit

Media dan Alat

Media dan alat yang digunakan :

Bola HadiahSetting Tempat

Keterangan :

: Leader

: Klien

: Observer

: Fasilitator

: Pembimbing12. Proses Evaluasia. Evaluasi Struktur :

Mahasiswa dan klien berada pada posisi yang sudah drencanakan

Peralatan atau media yang digunakan dalam terapi tersedia sesuai rencana Anggota terapis hadir lengkap Peran dan tugas berjalan sesuai rencana 75% audiens menghadiri permainanb. Evaluasi Proses

Pelaksanaan kegiatan berlangsung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan

70% klien mengikuti kegiatan bermain sampai selesai

70% klien berperan aktif selama kegiatan berjalan

Klien dapat membagikan bola yang telah disediakan ke peserta yang berada disebelahnya.c. Evaluasi hasil

5-10 orang klien yang dipilih, mau mengikuti terapi aktivitas bermain yang dilakukan. Minimal 5 dari 10 orang klien yang bermain dapat menunjukkan bakat yang ada dalam dirinya12. Penutup

Diharapkan melalui terapi stimulasi sosialisasi ini dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi lansia dalam mengikuti permainan dan dapat menunjukkan kemampuan mereka dalam berryanyi, bercerita, berpantun, dll, meningkatkan kemampuan motorik dengan memberikan bola kepada pemain lainnya dan mengurangi stress rawatan yang dialami lansia ketika di rawat di wisma cinta kasih Padang. Sehingga lansia tidak merasa takut atau cemas lagi untuk mengikuti kegiatan yang ada di wisma dan memudahkan perawat dalam melakukan tindakan perawatan dan terapi pengobatan.

Padang, 17 Desember 2013Mengetahui

Pembimbing KlinikPenanggung Jawab

(Gusti Sumarsih, S.Kp)(Sutrayi Amanda, S.Kep)DAFTAR PUSTAKA

1. Dadang Hawari D. 2002. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi, Jakarta : Gaya Baru2. Depkes dan Kesejahteraan Sosial RI. 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta: EGC

3. Isaac. 2003. Buku Pedoman Kesehatan Jiwa, Jakarta4. Watson R. 2003. Perawatan Pada Lansia, Jakarta : EGC