preskes pedsos speech delay
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
1/32
Presentasi Kasus Pediatri Sosial
ANAK LAKI-LAKI USIA 2 TAHUN 3 BULAN DENGAN
SPEECH DELAYED DEVELOMPMENT
Oleh :
Dwi Prasetyo Nugroho G99112057/G-18-13
Syamsudduha G99112026/G-23-13
Pembimbing:
dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.An, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2013
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
2/32
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. R
Umur : 2 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Bp. M
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sukoharjo
Tanggal Pemeriksaan : 16-7-2013
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari orangtua pasien pada tanggal 16 Juli 2013.
A. Keluhan Utama
Belum bisa berbicara seperti anak seusianya.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari bagian THT yang akan menjalani tes
BERA. Orang tua pasien mengeluh anak belum bisa berbicara seperti anak
seusianya. Sampai saat ini, anak tersebut baru bisa mengatakan emoh, pa dan
ma dan hanya bisa menangis jika menginginkan sesuatu.Sedangkan menurut
ibu pasien teman seusianya sudah bisa berbicara banyak kata dan bisa
menyatakan keinginannya tanpa menangis. Ibu pasien merasa anak tersebut
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
3/32
selama ini selalu sehat, tidak pernah sakit. Juga suka bermain dengan teman
temannya, aktif bergerak. Tetapi hanya bicara nya yang agak tertinggal. Di
keluargapun tidak terdapat yang mengalami keluhan serupa. Pasien sudah
dapat makan minum sendiri (+) dan baru belajar memakai pakaian sendiri.
BAB dan BAK tidak ada kelainan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat makan/ minum makanan/ minuman yang tidak biasa : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
Riwayat kejang sebelumnya : disangkal
Riwayat sakit kuning : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan
Riwayat gangguan serupa di keluarga : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
E. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
Faringitis :(+)
Bronkitis : disangkal
Pneumonia : disangkal
Morbili : disangkal
Pertusis : disangkal
Meningitis :disangkal
Malaria : disangkal
Polio : disangkal
Demam typoid : disangkal
Disentri : disangkal
Reaksi obat : disangkal
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
4/32
F. Riwayat Imunisasi
Jenis I II III IV
BCG 0 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
POLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan -
Campak 9 bulan - - -
Kesimpulan : imunisasi sesuai jadwal IDAI
G. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Senyum : umur 2 bulan
Tengkurap : umur 3 bulan
Merangkak : umur 5 bulan
Mengoceh : umur 3 bulan
Duduk : umur 6 bulan
Berdiri : umur 1 tahun
Berjalan : umur 1,5 tahun
Berbicara 1 kata : 1,5 tahun
Mengoceh : 1 tahun
Menyatakan keinginan tanpa menangis : -
Kesimpulan:
Kemampuan motorik kasar : setara dengan usiaKemampuan bahasa : tidak setara dengan usia
Kemampuan adaptif-motorik halus : setara dengan usia
Kemampuan personal sosial : setara dengan usia
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
5/32
H. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah : baik
Ibu : baik
Saudara kandung : baik
I. Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun. Frekuensi pemberian 8x/
hari, lama menyusui + 10 menit, bergantian antara payudara kanan dan
kiri, setelah menyusu anak tidak menangis.
Susu formula diberikan sejak usia 6 bulan sampai dengan usia 2 tahun,
frekuensi pemberian 4-6x/ hari, setiap pemberian 80-120 cc, cara
pembuatan 2-4 sendok takar dalam 80-120 cc air matang.
Bubur saring diberikan sejak usia 1 tahun, 3x/ hari
Buah-buahan mulai diberikan sejak usia 1 tahun, macamnya pisang, jeruk,
pepaya; frekuensi pemberian 1-2x/ hari.
J. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : bidan
Frekuensi : Trimester I : 1x/ bulan
Trimester II : 1x/ bulan
Trimester III : 2x/ bulan
Keluhan selama kehamilan : Disangkal
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin, tablet penambahdarah.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
6/32
K. Riwayat kelahiran
Lahir sectio secarea di rumah sakit dengan usia kehamilan 36 minggu, berat
badan lahir 2900 gram, panjang badan 50 cm, menangis kencang setelah lahir.
L. Pemeriksaan Postnatal
Pemeriksaan di rumah sakit, frekuensi 3 bulan 3 kali.
M. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita menggunakan pil KB
N. Pohon Keluarga
An. R, 2 tahun 3 bulan
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
7/32
III.PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : CM, gizi kesan baik
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 80 cm
B. Tanda vital
Nadi : 112 x/menit, regular, teraba kuat
Laju Pernapasan : 24 x/menit, reguler
Suhu : 36,7 0C
C. Kulit : warna sawo matang, lembab, pucat (-), ikterik (-)
D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut
E. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), air mata
(+/+), Refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3
mm), bulat, di tengah, mata cekung (-/-)
F. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
G. Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)
I. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil
T1 T1
J. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
K. Thorax
Bentuk : normochest
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
8/32
Kiri bawah : SIC V linea medioclavicularis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar : SIC VI dextra
Batas paru lambung : SIC VII Sinistra
Redup relatif : batas paru hepar
Redup absolut : hepar
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK (-/-), RBH
(-/-), wheezing (-/-)
L. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
turgor kulit baik
M. Ekstremitas :
Akral dingin Oedema
- - - -
- - - -
Sianosis ujung jari Capilary refill time < 2 detik
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
- -
- -
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
9/32
N. Status Neurologis
Koordinasi : baik
Sensorik : baik
Motorik : kekuatan +5 +5 tonus N N
+5 +5 N N
O. Perhitungan Status Gizi
1. Secara klinis
Nafsu makan : baik
Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)
Ekstremitas : pitting oedem (-)
Status gizi secara klinis : gizi kesan baik
2. Secara Antropometri
BB = 13 x 100 % = 104 %(WHO 2006) 2 SD < Z score
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
10/32
IV.RESUME
Pasien merupakan konsulan dari bagian THT yang akan menjalani tes BERA.
Orang tua pasien mengeluh anak belum bisa berbicara seperti anak seusianya.
Sampai saat ini, anak tersebut baru bisa mengatakan emoh, pa dan ma dan hanya
bisa menangis jika menginginkan sesuatu.Sedangkan menurut ibu pasien teman
seusianya sudah bisa berbicara banyak kata dan bisa menyatakan keinginannya
tanpa menangis. Ibu pasien merasa anak tersebut selama ini selalu sehat, tidak
pernah sakit. Juga suka bermain dengan teman temannya, aktif bergerak. Tetapi
hanya bicara nya yang agak tertinggal. Di keluargapun tidak terdapat yang
mengalami keluhan serupa. Pasien sudah dapat makan minum sendiri (+) dan
baru belajar memakai pakaian sendiri. BAB dan BAK tidak ada kelainan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital nadi: 112 x/menit, regular,
teraba kuat, laju pernapasan: 24 x/menit, reguler dan suhu: 36,7 0C. Tidak
didapatkan kelainan pada pemeriksaan kepala sampai ekstremitas maupun status
neurologis. Dari pemeriksaan status gizi, didapatkan BB 13 kg dan TB 90 cm.
Status gizi secara klinis dan dari perhitungan antropometri kesan gizi baik.
V. DAFTAR MASALAH
Kemampuan bahasa setara dengan usia13 bulan
VI.DIAGNOSA BANDING
Speech delayed development Stimulisasi kurang
VII. DIAGNOSIS KERJA
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
11/32
Speech delayed development Gizi baik
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Menunggu hasil tes BERA
b. Konsul RM untuk terapi wicara
c. Edukasi:
Motivasi keluarga mengenai kondisi pasien Konseling
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
12/32
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN GANGGUAN BAHASA DAN BICARA
Ada perbedaan antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan, yang
menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata.
Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu.
Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi.
Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan
apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi
secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Seorang
anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan
suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik.
Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia
dapat menyusun katakata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Masalah
bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali
tumpang tindih.
Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara,
masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan
katakata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau
bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.
Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang
mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan
gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang tidak
normal (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
13/32
menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor dalam
fungsinya untuk bicara dan makan.
Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu
huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi
huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain
itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara.
Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau
kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan
tidak dapat berlangsung dengan baik. Anakanak dengan afasia didapat memiliki
riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah
trauma kepala atau gangguan neurologis lain (sebagai contohnya kejang).
Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan
atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu
bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti
lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam
keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar
anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian
anak.
Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi
rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan yang dapat
dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat dalam
kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang
menetap.
Gangguan bicara menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Van Riper
Berbicara dikatakan terganggu bila berbicara itu sendiri membawa perhatian
yang tidak menyenangkan pada si pembicara, komunikasi itu sendiri
terganggu, atau menyebabkan si pembicara menjadi kesulitan untuk
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
14/32
menempatkan diri (terlihat aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak
menyenangkan).
2. Menurut Berry and Eisenson
Gangguan pada berbicara: (1) Tidak mudah didengar, (2) Tidak langsung
terdengar dengan jelas, (3) Secara vocal terdengar tidak enak, (4) Terdapat
kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu, (5) bicara itu sendiri sulit diucapkannya,
kekurangan nada dan ritme yang normal, (6) Terdapat kekurangan dari sisi
linguistik, (7) Tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan
fisik pembicara, dan (8) Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara.
B. PROSES FISIOLOGIS BICARA
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang
serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.
Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem
pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat
respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta
rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris.
Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk
memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur
laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung
jawab untuk pengeluaran suara.
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua
pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta
satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan
tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf
pusat.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
15/32
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area
wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan
dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area
39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan
pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area
Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama
lain melalui serabut asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan
masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada
membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil
dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat
reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara
mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran
primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan
disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang
mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran
vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan
bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk
proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana
organ pendengaran sangat penting.
C. ETIOLOGI GANGGUAN BAHASA & BICARA
Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa bermacam-macam yang
melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kondisi
lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain
sebagainya.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan
berikut :
1. Lingkungan sosial dan emosional anak
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
16/32
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan
perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, termasuk lingkungan
keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh kekhawatiran dan perhatian
orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi
pada usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon
terhadap konflik dan rasa takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan
problem emosional pada anak.
2. Sistem masukan / input
Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktilkinestetik
dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. Dalam
perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangat penting.
Anak seharusnya sudah dapat mengenali bunyibunyian sebelum belajar
bicara. Anak dengan otitis media kronis dengan penurunan daya pendengaran
akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima atau mengungkapkan
bahasa. Gangguan bahasa juga terdapat pada tuli karena kelainan genetik dan
metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intrauterin : TORCH), tuli
konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak
dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan integrasi arti
bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli
psikis seperti pada skizofrenia, autism infantil, keadaan cemas dan reaksi
psikologis lainnya.
Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola
bahasanya. Pada anak dengan defisit taktilkinestetik akan terjadi gangguan
artikulasi, misalnya pada anak dengan. anomali alat bicara perifer, seperti
pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang, bisa didapati
gangguan bicara berupa disartria.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
17/32
Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,
interpretasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga aktivitas dan
kemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat defisit kemampuan
otak untuk memproses informasi yang komplek secara cepat. Kerusakan area
Wernicke pada hemisfer dominan girus temporalis superior seseorang akan
menyebabkan hilangnya seluruh fungsi intelektual yang berhubungan dengan
bahasa atau symbol verbal, yang disebut dengan afasia Wernicke. Penderita
mampu mengerti kata-kata yang dituliskan atau didengar, namun tak mampu
menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan.
Apabila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang (regio
girus angular), ke inferior (area bawah lobus temporalis), dan ke superior (tepi
superior fisura sylvian), maka penderita tampak seperti benar-benar
terbelakang total untuk mengerti bahasa dan berkomunikasi, disebut dengan
afasia global. Bila lesi tidak begitu parah, maka penderita masih mampu
memformulasikan pikirannya namun tidak mampu menyusun katakata yang
sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya.
Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regio prefrontal dan fasial
premotorik korteks menyebabkan penderita mampu menentukan apa yang
ingin dikatakannya dan mampu bervokalisasi namun tak mampu mengatur
sistem vokalnya untuk menghasilkan katakata selain suara ribut. Kelainan ini
disebut afasia motorik, kirakira 95% kelainannya di hemisfer kiri. Regio fasial
dan laringeal korteks motorik berfungsi mengaktifkan gerakan otot-otot
mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab
untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara.
Kerusakan pada region-regio ini menyebabkan ketidakmampuan untuk
berbicara dengan jelas.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental,
misalnya pada sindrom Down. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat
disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak,
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
18/32
neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti
atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif,
bahasa, motorik dan sosial.
4. Sistem produksi
Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas
untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara
melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.
D. MACAM-MACAM GANGGUAN BICARA
Gangguan bicara pada anak dapat dibagi menjadi :
1. Gangguan bicara kongenital
a. Retardasi mental
Pada umumnya seorang anak dengan gangguan bicara yang nyata
terlambat, juga menderita gangguan intelegensi. Tetapi harus disingkirkan
kemungkinan lain seperti gangguan pendengaran dan sebagainya.
b. Ketulian ( akibat rubela, kernicterus,sindrom turner, osteogenesis
imperfecta )
Rehabilitasi harus sedini mungkin dengan alat pendengar dan sekolah luar
biasa agar anak dapat mengenal bunyi-bunyian sebelum belajar bicara.
c. Cerebral palsy
Gangguan bicara pada anak ini mungkin disebabkan olehretardasi mental
dan disartria akibat spastisitas, atetosis, ataksia, korea dan sebagainya.
Pertolongan dengan speech therapy sering dapat menolong bila gangguan
intelegensi tidak terlampau berat.
d. Anomali alat bicara perifer ( palatum, bibir, gigi, lidah )
Gangguan bicara berupa disartria terutama pada labioskizis, palatoskizis
dan kelainan bentuk rahang yang hebat. Pada palatoskizis pertolongan
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
19/32
dengan speech therapy sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum
dilakukan pembedahan plastik, agar anak tidak membiasakan diri
berbicara melalui hidung atau menutup lubang palatum dengan menekan
pangkal lidah ke atas, yang akan sukar dikoreksi kemudian, terurtama jika
sudah berlangsung lama. Koreksi bicara sesudah pembedahan harus
dilakukan secepatnya.
e. Gangguan perkembangan bicara (developmental speech disorders)
Misalnya developmental dyslexia, gagap, developmental dysarthria,
developmental word deafness, developmental motor aphasia.
2. Gangguan bicara didapat
a. Afasia akibat penyakit yang disertai kejang, pascaensefalitis, pascatrauma,
neoplasma, ganggua vaskuler otak, penyakit degeneratif.
Daerah speech pada manusia normal yang menggunakan lengan kanan
ialah hemisfer kiri (hemisfer yang dominan). Akibat kerusakan berat pada
daerah bicara tersebut, misalnya oleh trauma kepala, ensefalitis, tumor,
penyakit degeneratif dan sebagainya, dapat timbul afasia. Pada anak yang
masih sangat muda, hemisferektomi tidak menyebabkan afasia. Hal ini
merupakan bukti bahwa pusat bicara dapat berpindah dan berkembang di
hemisfer kanan. Pada anak yang sudah besar dan sudah icara, keadaan
tersebut tidak mungkin lagi. Gangguan bicara ini kadang- kadang terdapat
pada anak yang menderita epilepsi. Pertolongan dengan speech therapy
memberikan hasil yang memuaskan.
b. Disartria pada bells palsy (kelumpuhan N.VII perifer), polio mielitis,
tumor batang otak, miastenia gravis, penyakit degeneratif.
Dapat terjadi akibat kelemahan otot- otot oleh penyakit yang mengenai
syaraf perifer seperti Bells palsy, poliomielitis,meastenia grafis dan
beberapa penyakit degeneratif seperti Friedrichs ataxia. Pertolongan
terutama ditunjukan kepada penyakit primernya.
c. Psikogenik
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
20/32
Pada gangguan psikologis yang berat baik di rumah maupun yang didapat
dari pengalaman anak yang lalu dapat memperlambat bicara dengan baby
talk. Kadang- kadang disatria yang menyebabkan seseorang anak
berbicara berbisik akan tetapi dengan artikulasi yang bik, mungkin
merupakan reaksi konfersi (husteri) dan memerlukan pertolongan
psikiater.
d. Sosiokultural
Kadang- kadang gangguan bicara terdapat pada anak yang berasal dari
lingkungan yang kurang di rumah dan disektarnya, yaitu karena stimulasi
untuk berbicara tidak cukup walaupun inteligensi normal. Contohnya ialah
anak-anak yang lama tingga di rumah sakit atau rumah yatim piatu.
E. PATOFISIOLOGI GANGGUAN BAHASA DAN BICARA
Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau
organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan
bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental,
kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan
fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri
dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap
orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik
yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi
motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya
gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri.
Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus
kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga
di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
21/32
mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya
karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah
retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi.
Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.
KETERLAMBATAN BICARA FUNGSIONAL
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering
dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga
diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa.
Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas
(kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi
kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan
sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini
merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada
umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2
tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini
kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya
mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain
adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran,
gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang
mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna.
Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus,
muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic
tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
22/32
malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis
dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.
Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau
nonfungsional harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab
keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus
dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum
keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif,
gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan
perkembangan.
Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis
bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali,
makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis
telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.
Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan
yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial
sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3
bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan,
tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia
20 bulan.
F. EPIDEMOLOGI
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir
sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan
bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada
umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan
bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6%
kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada
usia remaja.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
23/32
Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali
lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan
bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah
prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan
riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa
yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas.
G. DIAGNOSA GANGGUAN BAHASA DAN BICARA
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam
diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak
normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan
terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam
membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan
emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan pengujian
terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat
anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anakanak lain membantu
memastikan keparahan, bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu
dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan emosional.
1. Anamnesis
Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan
bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :
a. Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip,
terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.
b. Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya
saat berbicara padanya.
c. Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh
d. Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling
atau
e. mencari ke arah suara.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
24/32
f. Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum
g. Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil
koran
h. Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti
mata, hidung, kuping, dan sebagainya
Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan bahasa dan
bicara yaitu bila pada usia:
a. 4 - 6 Bulan
Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya
Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
b. 8 - 10 Bulan
Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.
Usia 10 bulan belum bereaksi ketika dipanggil namanya.
c. 9 - 10 bulan
Tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.
d. 12 - 15 Bulan
12 bulan, belum menunjukkan mimik.12 bulan, belum mampu
mengeluarkan suara, seperti mama, dada; tidak menunjukkan
usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag;
tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda; belum dapat
mengucapkan 13 kata.
e. 18 - 20 bulan
Tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.
f. 21 bulan
Belum dapat mengikuti perintah sederhana.
g. 24 bulan
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
25/32
Belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.
Tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan
telepon.
Belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain.
Tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
h. 30 - 36 Bulan
30 bulan tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.
36 bulan tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaandan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.
i. 3 - 4 tahun
3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah
verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya.
3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti ayah
diucapkan aya.
4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain
dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali,
anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (fasies
Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah
palatum, dan lainlain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak
menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata
pa, ta, pata, pataka.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
26/32
3. Pemeriksaan Penunjang
a. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)
Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang
dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak)
sebagai respon terhadap stimulus auditorik.
b. Pemeriksaan audiometri
Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil
dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu.
Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometric.
Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi.
Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi
atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang
tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi
tinggi. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang
dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan
suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat
dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif.
Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun
dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word
LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang
didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak
dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah
untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-hari dan
untuk menilai pemberian alat bantudengar (hearing aid).
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
27/32
Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.
c. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga
didapatkan gambaran area otak yang abnormal.
d. Denver Developmental Screening Test
Dalam melakukan tes ini, terdapat beberapa perkembangan dalam
penggunaan tes, akan tetapi akan dijelaskan kembali perkembangan
penggunaan test. Pada penilaian DDST ini menilai perkembangan anak
dalam 4 faktor diantaranya penilaian terhadap personal social, motorik
halus, bahasa, dan motorik kasar, dengan persyaratan tes sebagai berikut :
Lembar formulir DDST II
Alat Bantu atau peraga seperti benang wool merah, manik-manik,
kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak bola kecil,
bola tennis kertas dan pensil.
Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling
dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ
verbal, IQ performance, dan IQ gabungan :
1) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: Penyelesaian susunan
gambar.
Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang
umum,seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang
penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi.
Respon dinilai sebagai benar atau salah.
2) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: Mendesain balok.
Anak diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta
untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna.
Respon dinilai sebagai benar atau salah.
H. PENATALAKSANAAN
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
28/32
Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat
berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan
bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini
menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi
perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada
dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih
sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif.
Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anakanak
dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, para dokter dituntut agar lebih tanggap terhadap
proses perkembangan bicara dan bahasa pada anak.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring
pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi
perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada
masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan
respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi
tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan seharihari.
Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin
mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik
saat orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk
mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak
berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan
dengan memperluas hingga dua kata.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses
perkembangan bahasa anak :
1. Ekspresi kalimat seru
2. Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan
gerak isyarat untuk mendapatkan benda
3. Mengoceh selama bermain
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
29/32
4. Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak
5. Menirukan suara lingkungan
6. Berusaha untuk bernyanyi
Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak
disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat
melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus
yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis
gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan
perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan
bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu
menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun
menambah hari belajar.
Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan
bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya
akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.
Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk aktifitas fisiknya, tetapi juga
untukmmeningkatkan kemampuan bahasa.bila anak mengalami deprivasi yang
berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut, maka
akibatnya perkembangannya mengalami hambatan. Beberapa cara menstimulasi
anak diantaranya.
1. Berbicara
Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap
kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya,
memberi makan dan lainlain. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak
bicara.
2. Mengenali berbagai suara
Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi.
Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian perhatikan
bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
30/32
3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambargambar
Ajak anak melihat gambargambar, kemudian gambar ditunjuk dan
namanya disebutkan, usahakan anak mengulangi katakata, lakukan setiap
hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, kemudian dilatih
untuk bercerita tentang gambar tersebut.
4. Mengerjakan perintah sederhana
Mulai memberikan perintah kepada anak misal letakkan gelas di meja.
Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan perintah tadi,
gunakan kata-kata yang sederhana.
Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai
bimbingan dan konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir
separuh anak gagap dapat mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli
terapi wicara merupakan bantuan yang sangat penting bagi anak, dan terapi lebih
efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat
tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan
ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.
Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua
diharapkan untuk selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan
kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan
sedikit perbaikan.
I. PROGNOSIS
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Sebagian
besar anak memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan.Untuk
gangguan yang berhubungan kelainan organik seperti pada tuli konduksi,
perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan perkembangan bahasa normal
pada anak. Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang lebih buruk
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
31/32
dibandingkan anak yang inteligensinya baik. Demikian juga dengan anak yang
memiliki gangguan perkembangan multipel, membutuhkan penanganan ekstra
agar tidak meninggalkan kelainan sisa. Lingkungan yang berisiko tinggi dan usia
terdeteksinya gejala turut memperburuk prognosis.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam:Narendra
MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H,
2. Ranuh IG, penyunting. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja;
Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, Sagung Seto, 2002;
91
3. Markum, AH. Gangguan perkembangan berbahasa. Dalam : Markum, Ismael
S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editor. Buku ajar ilmu
kesehatan anak. Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1991; 5669
4. Virginia W, Meredith G, Dalam : Adam, boeis highler. Gangguan bicara dan
bahasa. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi 6. Jakarta : EGC
, 1997 ; 397410.
5. Kaplan, Harold I. Gangguan komunikasi. Dalam : I Made
Wiguna, editor. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997 ; 76682
6. British medical journal. Language disorders: a 10 year research update
review. Bmj ; 2000.
7. Law J, Bowle J, Harris F, Harkness A, Nye C., Screening for speech and
language delay; a systematic review of literature, In: Health Technology
Assessment 1998 Vol2(9).
-
7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay
32/32
8. Sidiarto L. Berbagai gangguan berbahasa pada anak. Proceedings of
Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya Keempat. Jakarta:
Penerbit Kanisius; 1991.
9. Rydz D, Srour M, Oskoui M, Marget N, Shiller M, Majnemer A, et.al.
Screening for developmental delay in the setting of a community pediatr
clinic: A Prospective assessment of parent-Report questionnaires. Pediatrics
2006;118;e1178-e1186.
10. Silva PA, Williams SM, McGee R. A longitudinal study of children with
developmental language delay at age three; later intelligence , reading and
behavior problems. Dev Med Child Neurol 1987;29;630-640.
11. Chris V, Suzanne H, Erik JA, Scherder, Ben M, Esther H. Motor Profile of
Children With Development Speech and Language Disoreders. Pediatris, v0l
120 no 1 July, pp.e158-e163.