presus obgyn isi
TRANSCRIPT
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 1/20
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. Anggi Puspa
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 16 tahun
Alamat : Tunggoro 5/2 Banjarnegara
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
No. RM : 49 20 09
Tanggal masuk RS : 6 Maret 2011 pukul 14.00 WIB
Tanggal keluar RS : 7 Maret 2011
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : pasien merasa kencang kencang sejak jam 12.00 WIB
(±2 jam SMRS)
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang G1P0A0 datang sendiri melalui IGD dengan keluhan merasa
kencang kencang sejak jam 12.00 WIB (±2 jam SMRS). Pasien merasa hamil
9 bulan. Ketuban dirasa belum keluar. Lendir darah sudah keluar jam 12.30
WIB. Gerakan janin(+).
HPMT : 4 Juni 2010
HPL : 11 Maret 2011
UK : 39+3 minggu
Riwayat Obsetri
I. Hamil ini
Riwayat ANC : Teratur di Sp.OG Banjarnegara
Riwayat Pernikahan : 1x , 3 bulan
1
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 2/20
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung, Asma
dan Alergi disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : baik, sadar, tidak anemis.
2. Vital Sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit, isi dan tegangan cukup, teratur
Respiratory rate : 20 x/menit, reguler
Suhu : 36,7 °C
3. Status Generalisata
Pemeriksaan Kepala
Kepala : Bentuk mesochepal
Wajah : Simetris, pigmentasi (-), tanda-tanda radang (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pupil
isokor (+/+)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-)
Telinga : Discharge (-), nyeri tekan tragus (-), pendengaran normal
Pemeriksaan Leher
Kelenjar parotis tidak membesar, limfonodi cervikalis kanan dan kiri tidak membesar, tidak ada peningkatan JVP.
Pemeriksaan Toraks
Cor Inspeksi : iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis tak teraba
2
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 3/20
Perkusi : redup pada batas-batas jantung
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler, bising (-)
Pulmo Inspeksi : simetris, deformitas (-), sikatrik (-), spider nevi (-)
ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : ketinggalan gerak (-), vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : protuberan, linea gravidarum (+), venektasi(-), spidernevi (-).
Palpasi : janin tunggal, memanjang, preskep, puka, kepala teraba
4/5 bagian, TFU 28 cm, DJJ 122x/menit, TBJ 2635 gram, His 3-4`/ 40-45``/K
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher)
Vulva uretra tenang, dinding vagina licin, cervik lunak, tipis di depan, Ø 6cm,
preskep, kepala ↓ H-2, STLD (+), Selket (+), AK (-).
Pemeriksaan Ekstremitas
Simetris, telapak tangan pucat (-), palmar eritem (-), deformitas (-), udem (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (6 Maret 2011) pukul 13.54
Parameter Hasil Nilai normal
WBC 9,33 x103/µ L 5 – 10 x103/µ L
RBC 4,23 x106
/µ L 4 – 5 x106
/µ L
3
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 4/20
HGB 12,6 gr/dL 12,0 – 16,0 g/dl
HCT 37,5% 36 – 48 %
PLT 241 x103/µ L 150 – 400 x103/µ L
Golda O
BT 2 menit 1 – 3 duke
CT 4 menit 2 – 6 kapiler
HbsAg negatif Negatif
E. Diagnosis/ Assessment
Primigravida, h.aterm, dalam persalinan kala I fase aktif
F. Therapy
Rencana persalinan vaginal
Observasi DJJ, His dan tanda-tanda persalinan
Evaluasi 4 jam lagi (18.00)
(Tanggal 6 Maret 2011)
Pukul 14.30
Ketuban pecah spontan, warna air ketuban jernih
Ibu tampak ingin mengejan, vulva dan anus membuka
PD : Ø lengkap
Dx : kala II awal
Tx : Pimpin persalinan
Siapkan resusitasi bayi
Pukul 14.45
Bayi lahir spontan,♂, BB : 2750 kg, PB : 48 cm, A/S 7/9
Injeksi oxytosin 1 ampul IM
Pukul 14. 50
Plasenta lahir spontan, kesan lengkap
4
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 5/20
± 500 gr, PTP ± 40 cm, insersi sentralis
Injeksi methergin 1 ampul IM
Episioperineorapy : Jahit dalam = jelujur terkunci
Jahit luar = satu satu
Dx : post partus spontan P1A0H0
Tx : amoxicillin 3x500 tab
as. Mefenamat 3x500 tab
viliron 1xI tab
G. Observasi dan Follow up
Tanggal 7 Maret 2011
Perjalanan Penyakit Terapi
S / Pasien tidak ada keluhan.
O/ KU : baik, Compos Mentis, Conjunct. Anemis(-/-)
Vital sign :
TD : 100/60 mmHg
N : 68 x/menit
R : 20 x/menit
T : 36,60C
Palpasi abdomen : peristaltik (+), nyeri tekan (-), Massa (-),
TFU ~ sepusar, Uterus Contraction keras.
Asi/ Laktasi (+/+), Lochia (+) rubra, BAB/BAK( -/+)
Mobilisasi (+), Hb (12,6g%).
Diagnosis : Post partus spontan P1A0H0
Amoxicilin
3x1
Asam
Mefenamat
3x1
SF 1x1
BLPL
5
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 6/20
BAB II
PEMBAHASAN
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai
20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat
berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio centralis). Umumnya
plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang
amnion telah mengisi seluruh kavum uteri1.
Plasenta terdiri atas dua bagian yaitu bagian janin (khorionik) dan bagian
maternal (desidua basalis). Desidua adalah bagian dari stratum fungsional
endometrium yang mengalami perubahan-perubahan tertentu selama kehamilan,
desidua inilah yang dilepaskan bersamaan dengan proses persalinan. Desidua
memiliki 3 lapisan yaitu desidua basalis (terletak antara hasil konsepsi dan
6
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 7/20
dinding uterus) pada bagian ini plasenta akan terbentuk, desidua kapsularis
(endometrium superfisial yang menutupi janin), dan desidua parietalis. Plasenta
melekat pada endometrium (desidua basalis) melalui bangunan cytotrophoblastic
shell dan anchoring villi.
Vili korialis terbentuk mulai minggu kedua, yang terdiri atas sitotrofoblas
sebagai inti dan sinsisiotrofoblas yang mengelilingi inti, bentuk ini disebut vili
primer. Pada hari ke-15, vili primer bercabang dan membentuk inti mesenkim
ditengah (central core), tahap ini disebut vili sekunder dan akan berlanjut menjadi
vili tersier dengan terbentuknya pembuluh darah di dalam central core yang
berarti dimulainya sirkulasi feto-maternal. Lapisan sitotrofoblas pada ujung vili
akan tumbuh dengan cepat dan menembus sinsisiotrofoblas untuk selanjutnya
menempel pada desidua basalis, vili inilah yang disebut anchoring villi.
Selanjutnya masing-masing anchoring villi saling melebar dan berhubungan satu
dengan yang lainnya, membentuk cytotrophoblastic shell , bangunan inilah yang
melekatkan plasenta secara kuat pada desidua basalis. Pada bagian luar
cytotrophoblastic shell terbentuk suatu lapisan fibrosis kuat yang disebut
membrana Nitabuch. Membrana ini merupakan barier terhadap invasi
sitotrofoblas lebih lanjut, sehingga plasenta tidak menembus sampai miometrium2.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang
berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80
mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic
plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua
vili koriales dan kembali ke vena-vena di desidua. Plasenta berfungsi sebagai alat
yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin,
memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur
berbagai antibodi ke janin3.
A.2. Mekanisme Persalinan Kala III
Mekanisme Persalinan kala tiga dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1) Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat
plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
7
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 8/20
2) Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta
melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
3) Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang
terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta
disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang
aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat
melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
4) Fase pengeluaran , dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta
bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil
darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan
selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala
tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan
menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu
satu menit dari tempat implantasinya4.
Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang
mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus
meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke
vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari
tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus
menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina1.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks,
kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang tetanik
dari uterus, serta pembentukan constriction ring.
Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta
previa, implantasi di cornu dan adanya plasenta akreta.
Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat
waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan
8
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 9/20
plasenta, serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi
uterus.
A. Retensio Plasenta
B.1. Definisi
Retensio plasenta ( placental retention) merupakan plasenta yang belum
lahir dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta yang lahir lebih dari 30 menit
memiliki resiko mengalami perdarahan postpartum 6 kali lipat dibanding
persalinan normal. Perdarahan yang terjadi antara lain perdarahan postpartum dini
(early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late
postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan5.
Jenis Retensio Plasenta6 :
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki/mencapai miometrium
Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.
B.2. Prevalensi
Angka kematian maternal di negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan di negara bekembang berkisar antara 750-1000 per
100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia diperkirakan
450 per 100.000 kelahiran hidup. Dari seluruh persalinan, angka kejadian
perdarahan pascapersalinan berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut,
diperoleh etiologi antara lain: atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%),
retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0,5-0,8%).
9
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 10/20
Retensio plasenta terjadi pada 3% kelahiran pervaginam dan 15% kasus retensio
plasenta dialami oleh ibu dengan riwayat retensio plasenta pada persalinan
sebelumnya7.
B.3. Etiologi
Penyebab plasenta belum lahir antara lain :
Plasenta belum lepas dari dinding uterus, dikarenakan :
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva).
Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis
menembus hingga memasuki sebagian lapisan miometrium (plasenta
akreta), seluruh lapisan miometrium (plasenta inkreta) atau mencapai
lapisan serosa dinding uterus (plasenta perkreta).
Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan, hal ini dapat
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta).
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, maka tidak terjadi perdarahan,
tetapi apabila plasenta lepas sebagian, maka akan terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya4.
B.4. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan
retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan
lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal
secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil.
Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan
plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak
dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang
10
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 11/20
ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi
jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat
di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan.
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retraksi otot ini
mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti1.
B.5. Gejala dan Tanda5
Gejala/ TandaSeparasi/akreta
parsial
Plasenta
inkarserataPlasenta akreta
Konsistensi
UterusKenyal Keras Cukup
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat Sepusat
Bentuk uterus Diskoid Agak Globuler Diskoid
Perdarahan Sedang-banyak Sedang Sediki-tidak ada
Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur
Ostium uteri terbuka kontriksi Terbuka
Separasi plasenta Lepas sebagian Sudah lepasMelekat
seluruhnya
Syok sering jarang Jarang sekali
B.6. Kriteria Diagnosis
Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir
Kontraksi uterus kurang baik
Tali pusat putus akibat traksi yang berlebihan
Perdarahan segera dari jalan lahir atau tanpa perdarahan.
Pemeriksaan pervaginam menunjukkan plasenta tidak ditemukan di dalamkanalis servikalis, tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam
uterus.
B.7. Pemeriksaan Penunjang
Hitung darah lengkap untuk menetukan nilai hemoglobin (Hb), hematokrit
(Hct), trombosit dan jumlah leukosit.
11
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 12/20
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan menilai Clotting Time
(CT) dan Bleeding Time (BT) untuk menyingkirkan perdarahan yangdisebabkan oleh faktor lain.
B.8. Penanganan6
Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit setelah pemberian
oksitosin, sedangkan kontraksi uterus baik, maka lakukan peregangan tali
pusat terkendali.
Pasang infus oksitosin 20 unit/ 500 ml RL/ 40 tpm. Bila perlu,
kombinasikan dengan misoprostol 400mg/ rectal.
Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil maka lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus.
Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia
Lakukan transfusi darah bila perlu
Antibiotik profilaksis (Ampisilin 2g IV/oral + Metronidazole 1g
supositoria/oral). Segera atasi bila kemungkinan terjadi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik.
Manual Plasenta8
Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat
implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara
manual. Arti dari manual adalah dengan melakukan tindakan invasi danmanipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung ke dalam
kavum uteri. Indikasi plasenta manual adalah plasenta adhesiva, kontra indikasi
pada plasenta inkreta dan plasenta perkreta.
Jelaskan pada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Persiapan pasien, penolong dan peralatan.
Siapkan posisi pasien pada bed ginekologi dengan posisi dorsal recumben.
Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan.
12
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 13/20
Berikan anestesi analgesia per rectal dengan propenid 1 tube.
Lakukan kateterisasi
Mengenakan sarung tangan panjang sampai siku yang steril pada tangan
kanan.
Jepit tali pusat pada jarak 5-10 cm dari vulva, memegang tali pusat lebih
dekat ke vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai.
Masukkan tangan kanan kedalam vagina,
tangan masuk secara obsetrik dengan
menelusuri sisi bawah tali pusat.
Lepaskan pegangan tali pusat dan
pindahkan tangan kiri untuk memegang
fundus uteri dari luar.
Tentukan tempat implantasi plasenta.
Bentangkan tangan secara obsetrik
menjadi datar seperti memberi salam, jari-
jari tangan merapat, temukan tepi plasenta bagian bawah.
Perluas pelepasan plasenta. Geserkan
tangan kekanan dan kekiri, sembari
digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga
semua pelekatan terlepas dari dinding
uterus. Curigai adanya plsenta akreta
apabila plasenta sulit dilepaskan. Menarik plasenta secara hati-hati dengan
tangan kanan ketika uterus berkontraksi.
Pindahkan tangan kiri ke supra simpisis
untuk menahan uterus pada saat plasenta
dikeluarkan (dorong uterus ke arah
dorsokranial).
Masase uterus
13
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 14/20
Periksa plasenta setelah dilahirkan (lengkap/ tidak), pastikan tidak ada
robekan pada plasenta dan selaput plasenta. Berikan 0,2 mg ergometrin IM untuk membantu kontraksi uterus.
Perhatikan keadaan umum pasien.
Eksplorasi jalan lahir dan lakukan penjahitan jika terdapat laserasi.
Dekontaminasi sarung tangan dan cuci tangan
Periksa kembali tanda vital ibu (setiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan
setiap 30 menit pada 1jam kedua), periksa secara seksama.
Yakinkan uterus berkontraksi dengan baik (uterus globuler)
Berikan profilaksis dosis tunggal (Ampicilin 2gr IV, Sefazolin 1gr IV,
metronidazol 500mg per oral).
B.9. Pencegahan
Proses kelahiran plasenta dapat dilakukan dengan tindakan Penegangan
Tali pusat Terkendali (Controlled Cord Traction), hal ini dapat mencegah
kejadian perdarahan pasca persalinan. Mengingat kematian ibu sebagian besar
karena perdarahan pascasalin, utamanya disebabkan karena atonia uteri danretensi plasenta, maka upaya pencegahan yang baik adalah melakukan
penatalaksanaan aktif kala III9.
Manfaat penatalaksanaan aktif kala III adalah :
Kala III berlangsung lebih singkat
Penggunaan uterotonika (oksitosin) dapat segera memperbaiki uterus.
Jumlah perdarahan relatif lebih sedikit
Menurunnya angka kejadian retensi plasenta (yang disebabkan gangguan
kontraksi dan atonia uteri), yang berarti menurunkan pula morbiditas dan
mortalitas ibu karena perdarahan pascasalin.
Prinsip penatalaksanaan aktif kala III :
1) Segera jepit dan potong tali pusat
Segera setelah bayi lahir, jepit tali pusat menggunakan klem kelly atau
kocher sekitar 3cm dari umbilikus. Urut tali pusat dari klem ke arah ibu. Jepit
14
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 15/20
tali pusat dengan klem kedua pada jarak 2 cm kearah ibu dari klem pertama.
Lakukan tindakan asepsis diantara kedua klem menggunakan povidon iodin.
Pegang tali pusat dengan tangan kiri dan potong diantara kedua klem,
sementara tangan kiri penolong persalinan melindungi bayi dari gunting.
2) Pemberian utero-tonika sebelum plasenta lahir
Uterotonika diberikan untuk menghasilkan kontraksi yang adekuat.
Uterotonika yang dapat dipakai yaitu oksitosin dan ergometrin. Uterotonika
yang dianjurkan adalah oksitosin 10 IU IM pada 1/3 bawah femur dextra
bagian luar.
3) Penegangan tali pusat terkendali/ Controlled Cord Traction
i. Berdiri disamping ibu
ii. Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sebelumnya, pada
tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, untuk mencegah opulsi.
iii. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu tepat diatas
tulang pubis, gunakan tangan tersebut untuk meraba kontraksi uterus
dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.
Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat, kemudian
tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas
(dorso-kranial) korpus. Lakukan secara hati-hati untuk menghindari
terjadinya inversi uteri.
iv. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi
yang kuat (sekitar dua atau tiga menit).
v. Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi bulat atau tali
pusat memanjang), tegangkan kembali tali pusat kearah bawah (dengan
hati-hati). Bersamaan dengan itu, lakukan penekanan korpus uteri ke
arah bawah dan kranial hingga plasenta terlepas dari tempat
implantasinya.
15
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 16/20
vi. Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya
penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat.
Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan
tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem
lebih dekat ke perineum pada tali pusat memanjang. Pertahankan
kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi
penegangan tali pusat terkendali dan lakukan tekanan berlawanan
arah pada uterus secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut
pada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding
uterus.
vii. Setelah Plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk menekan
fundus sehingga plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap
tegangkan tali pusat ke arah bawah mengikuti arah jalan lahir.
viii. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina. teruskan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban
mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan rata dan dengan
lembut putar plasenta hingga selaput terpilin.
ix. Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban dan jagalah agar selaput tidak robek.
x. Jika terjadi robekan pada selaput ketuban saat melahirkan
plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan sekasama.
Gunakan jari-jari tangan atau klem atau cunam DTT atau steril untuk
mengeluarkan selaput ketuban yang dapat dicapai oleh jari-jari tangan
tersebut.
4) Masase uterus setelah plasenta lahir
Setelah plasenta lahir maka kala III telah berakhir, akan tetapi penolong
persalinan harus selalu mengontrol resiko perdarahan yang terjadi pascasalin,
16
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 17/20
untuk itu masase uterus setelah plasenta lahir dapat membantu terjdinya
kontraksi uterus yang baik, untuk mencegah terjadinya atonia uteri.
BAB III
PEMBAHASAN
Retensio plasenta merupakan salah satu kegawat-daruratan di bidang
obsetri yang memerlukan tindakan dan penanganan segera. Penegakkan diagnosis
retensio plasenta berdasarkan atas tanda dan gejala yang terjadi pada pasien serta
proses persalinan kala III.
Pada persalinan kala III, Plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah janin
lahir, pasien telah diberikan injeksi oksitosin 1 ampul IM yang pertama segera
setelah bayi lahir dan injeksi oksitosin 1ampul IM yang kedua pada 15 menit
setelah bayi lahir. Plasenta belum lahir oleh karena kontraksi uterus yang
melemah dan tidak efektif yang dapat disebabkan oleh kelainan uterus itu sendiri.
Pada kala III yang secara normal berlangsung 2 sampai 6 menit, amplitudo his
masih tinggi (60 s/d 80 mmHg), tetapi frekuensinya berkurang, hal ini disebut
aktivitas uterus menurun. Kontraksi uterus yang lemah dapat pula disebabkan
karena kurangnya asupan ion kalsium (Ca2+) ke dalam sel, sehingga tidak dapat
memicu satu reaksi berantai yaitu pembentukan hubungan (cross-bridges) antara
filamen aktin dan miosin yang dapat menyebabkan sel berkontraksi. Pemeriksaan
fisik selama kala III berlangsung didapatkan keadaan umum pasien baik, compos
mentis, tidak anemis, tanda vital dalam batas normal, serta tidak terjadi
perdarahan yang berarti. Perdarahan dapat terjadi apabila sebagian plasenta atau
seluruhnya telah lepas dari dinding rahim.
Tindakan plasenta manual dilakukan pada pasien atas indikasi retensi
plasenta oleh karena plasenta adhesiva. Plasenta lahir secara manual, ukuran ± 20
x 20 x 5 cm3 dengan berat ±500 gr, Setelah plasenta dilahirkan secara manual,
dilakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta untuk mencegah retensi sisa
17
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 18/20
plasenta. Pemberian gastrul (misoprosto) tablet III per rectal ditujukan untuk
memacu kontraksi miometrium sehingga dapat mencegah perdarahan pospartum
karena atonia uteri. Pemberian misoprostol rektal dengan dosis tinggi (1000 µg)
terbukti efektif menghentikan perdarahan postpartum yang membandel. Pada
dasarnya, Oksitosin dan metilergonovin merupakan obat lini pertama baik dalam
upaya pencegahan maupun penghentian perdarahan, sedangkan misoprostol
merupakan obat lini kedua, akan tetapi pemberian metilergonovine merupakan
kontraindikasi bagi pasien dengan riwayat hipertensi, sebagaimana kondisi yang
dialami oleh pasien tersebut bahwa pasien memiliki riwayat gestasional
hipertention selama kehamilannya ini.
Perineum pasca persalinan dinyatakan utuh atau tidak ada robekan pada
jalan lahir. Eksplorasi jalan lahir perlu dilakukan pada setiap pasca persalinan,
untuk menghilangkan kecurigaan terhadap kejadian laserasi jalan lahir yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum.
18
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 19/20
BAB IV
KESIMPULAN
Retensio plasenta ( placental retention) merupakan plasenta yang belum
lahir dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta yang belum lahir dan masih
melekat di dinding rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk
melepaskan plasenta disebut plasenta adhesiva. Plasenta yang belum lahir dan
masih melekat di dinding rahim oleh karena villi korialisnya menembus desidua
sampai miometrium disebut plasenta akreta. Plasenta yang sudah lepas dari
dinding rahim tetapi belum lahir karena terhalang oleh lingkaran konstriksi di
bagian bawah rahim disebut plasenta inkarserata.
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya
telah lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung
luasnya bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui
periksa dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah
lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka dapat dilakukan plasenta
manual.
Setelah plasenta dilahirkan dan diperiksa bahwa plasenta lengkap, segera
dilakukan kompresi bimanual uterus dan disuntikkan Ergometrin 0.2 mg i.m atau
i.v atau misoprostol 600 - 1000µg per rectal pada pasien dengan riwayat
hipertensi sampai kontraksi uterus baik. Pada kasus retensio plasenta, risiko atonia
uteri tinggi oleh karena itu harus segera dilakukan tindakan pencegahan
perdarahan postpartum. Apabila kontraksi rahim tetap buruk, dilanjutkan dengan
tindakan sesuai prosedur tindakan pada atonia uteri. Plasenta akreta ditangani
dengan histerektomi di rumah sakit.
19
5/12/2018 PRESUS OBGYN ISI - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/presus-obgyn-isi 20/20
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Llewellyn, Derek. Dasar-dasar Obsetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipocrates. 2002.
2. Siswodarmo, Risanto. Obsetri Fisiologi. Yogyakarta : FK UGM. 2008.
3. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
2009.
4. http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/referat-retensio-plasenta.html.
Diakses pada tanggal 28 November 2010.
5. Emilia, Ova. Etiologi dan Faktor Resiko Perdarahan Pascasalin,
Penanganan Terkini Perdarahan Pascasalin. Yogyakarta : FK UGM. 2010.
p.46-51.
6. Saifuddin, Abdul Bari. Retensio Plasenta, Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta. 2003. p.178-179.
7. Harmia, Elvira. Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio
Plasenta.Medan : Karya Tulis Ilmiah.2010
8. Saifuddin, Abdul Bari. Plasenta Manual, Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta. 2003. p.511-514.
9. Hadijono, Soerjo. Penangan Umum dan Rujukan Perdarahan Pascasalin
Dalam Upaya Penuruan Morbiditas dan Mortalitas Maternal, Penanganan
Terkini Perdarahan Pascasalin. Yogyakarta : FK UGM. 2010. p.31-44.
20