prinsip kausalitas baqir sadr

14

Upload: amerudin-muhammad-khenk

Post on 12-Jul-2015

206 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 1/13

PRINSIP KAUSALITAS

MUHAMMAD BAQIR AL-SHADR

Fuad Mahbub Siraj, Ph.D

Abstract

Causality and its aspects is one of the fundamental issues in Islamic and

western philosophy. This problem is not finishing yet until now even in Islam and in

the West. In this paper, author will concentrate to the discussion to the principles of

causality Muhammad Baqir al-sadr. Muhammad Baqir al-sadr is a character who

was born in Baghdad in 1350 HI1931 M. The principle of causality expressed byMuhammad Baqir al-Sadr is more perfect than the previous philosophers. The

principle of causality is a principle which says that every event needs for longer

necessarily rational. Even further it was revealed that the principle of causality in

detail is in human nature and number of animal species. The principle of causality is

also a basic cornerstone of all business exposure in all areas of human thought and

causality is also a necessity in scientific research and observation.

Pendahuluan

Dewasa ini perhatian umat Islam lebih tertuju kepada hal-hal yang

berkenan dengan apa yang lazim disebut "[undamentalis" atau "reoiualis"

Islam. Mereka terfokus kepada figur-figur dan gerakan-gerakan yang

didasarkan pada reaksi-reaksi emosional yang sentimental dalam melawan

keburukan-keburukan dan kezaliman. Sedikit sekali untuk memberikan

perhatian kepada respon intelektual terhadap tantangan-tantangan

modernisme yang berusaha memberikan jawaban Islami bukan dengan

semata-mata memekikkan slogan-slogan, tetapi dengan menggali kekayaan

tradisi inteletual Islam dengan menggunakan nalar dan logika seperti

diperintahkan aI-Qur'an. Kategori yang terakhir ini banyak Iahir dari dunia

"Syi'ah", karena cahaya rasionalisme tidak pernah redup di sana

sebagaimana yang dialami di "dunia Sunni". Salah seorang tokoh Syi'ah

tersebut adalah Muhammad Baqir al-Shadr. _

Muhammad Baqir al-Shadr menekankan pentingnya logika dan

perlunya kausalitas dan peran pernikiran filosofis serta teologi yang

tangguh, untuk memerangi kekuatan-kekuatan sekularisme, materialisme

dan agnotisisme. Dalam makalah ini penulis akan mengkhususkan

pembahasan kepada prinsip-prinsip kausalitas Muhammad Baqir al-Shadr.

Penulis melihat, prinsip-prinsip kausalitas yang dikemukakan Muhammad

Baqir al-Shadr jauh lebih sempurna dibandingkan filosofsebelumnya.

Riwayat Hidup

Muhammad Baqir al-Shadr Haidar Ibn Ismail al-Shadr yang biasa

disingkat dengan Muhammad Baqir al-Shadr lahir di Kazimain, Baghdad

pada tahun 1350 H/1931 M. ia adalah seorang sarjana, ulama, guru dan

tokoh politik yang dibesarkan dalam lingkungan yang religius, Pada usia

Page 2: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 2/13

Fuad

Prinsip Kualitas Muhammad Baqir a-Shadr

empat tahun, ayah Muhammad Baqir al-Shadr meninggal dan kemudian di

asuh oleh ibunya dan kakak laki-lakinya Isma'il yang merupakan seorang

mujtahid 1 kenamaan di Irak, Sejak usia kanak-kanak kejeniusan

Muhammad Baqir al-Shadr telah terlihat. Ketika berusia sepuIuh tahun,

dia berceramah tentang sejarah Islam, dan juga tentang beberapa aspeklain tentang kultur Islam. Dia mampu menangkap isu-isu teologis tanpa

bantuan seorang guru. Pada usia sebelas tahun, dia mengambil studi Iogika,

dan menulis sebuah buku yang mengkritik para filosof.Pada usia tiga belas

tahun ia telah belajar tentang "Ushul al-'lim al-Fiqh" asas-asas ilmu

tentang prinsip-prinsip hukum Islam dari kakaknya. Pada usia 16 tahun, ia

pergi ke Najaf untuk mempelajari berbagai cabang ilmu keislaman. empat

tahun kemudia ia menulis ensiklopedi tentang "Ushul, Ghayat al-Fiki fi al-Ushul- Pemikiran puncak dalam Ushul.Pada usia tiga puluh tahun ia telah

menjadi seorang mujtahid2

Sebagai seorang tokoh politik ia mengajarkan bahwa politik adalah

bagian dari Islam. Ia menyerukan kepada umat Islam supaya mengenali

kekayaan khazanah asli Islam dan melepaskan diri dari pengaruh

Marxisme, Ia juga berusaha menyadarkan umat Islam-bahwa pada

dasarnya kaum imperialisme berupaya untuk membunuh ideologi Islam

dengan cara menyebarkan ideologi mereka di dunia Muslim. Dengan

demikian menurutnya kaum muslimin harus bersatu untuk melawan

intervensi semacam itu dalam sistem sosial, ekonomi dan politik mereka.3

Dalam perpolitikan ia mengutuk rezim Ba'ats di Irak, karena

menurutnya rezim tersebut melanggar HAM dan Islam. Karenapandangannya ini ia di tahan dan dipindahkan dari Najaf ke Baghdad.

Pemenjaraan atas diri al-Shadr menimbulkan protes yang terorganisasi dari

beberapa golongan yang menjadikan ia dibebaskan dari penjara. Tidak

beberapa lama setelah itu ia pun mengeluarkan fatwa bahwasanya haram

bagi seseorang muslim bergabung dengan partai Ba'ats dan pada tanggal 5

April 1980 dia ditahan lagi dan dipindahkan ke Baghdad. Dia dipenjarakan

dan dieksekusi tiga hari kemudianA

Baqir al-Shad banyak meninggalkan karya-karyanya, yang mana ia

menulis sejumlah buku, terutama tentang ekonomi, sosiologi, teologi dan

filsafat. Di antara buku-buku yang paling terkenal adalah:1. Al Fatwa al-Wadhihah (Fatwa yang jelas),

2. Manhaj Ash-Shalihin (Jalan orang-orang shaleh).

3. Iqhishaduna (Ekonomikita).

4. Al-Madrasah. al-Islamiyyah (Mazhab Islam).

5. Ghayat al-Fiki fi al-Ushul (Pemikiran Puncak Dalam 'Ushul).

1 Mujtahid yang dimaksud di sini adalah seorang yang sangat alim yang mencapai tingkat

tertinggi dikalangan teologmuslim.

2 Muhammad Baqir aI-Shadr, Falsafatuna, pent. M. NUl'Mufid bin Ali, (Bandung: Mizan,

1999),h. 113 Ibid., h. 12

4 Ibid.

305

Page 3: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 3/13

Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No: 4, Desember 2010: 304-316

6. Ta/liqat 'ala al-Asfar (ulasan tentang empat kitab perjalanan

Mulla Shadra).

7. Manabi'al Qudrah fi Dawlat al-Islam (Sumber-sumber kekuasaan

dalam negara Islam).

8. Falsafatuna (Filsafat kita dan lain-lain sebagainya).

KausaIitas

Kata sebab berasal dari bahasa Arab al-sabab yang berarti karena

(asal), mula, lantaran; hal yang mengakibatkan sesuatu. Misalnya segala

sesuatu tentu ada sebabnya.5 Akibat juga berasal dari bahasa Arab 'aqibah.

yang berarti kesudahan atau hasil dari sesuatu peristiwa. Misalnya

demikianlah akibat dari perang dunia itu.6 Istilah lain dari sebab dan

akibat adalah al-sabab wa aZ-musabab. Dalam istilah filsafat sebab itu

adalah apa yang tergantung atasnya wujud sesuatu dan berada di luar

serta memberi bekas kepada wujud tersebut.7 Jadi sebab sesuatu berarti

ketergantungan sesuatu itu kepada sebab tertentu.

Aristoteles membagi sebab ini kepada empat bagian yaitu sebab

materi (material cause), sebab bentuk (formal cause), sebab efisien (efficient

cause), dan terakhir adalah sebab tujuan (final cause). Menurut Aristoteles

segala yang ada di alam fisik ini tidak terlepas dari empat sebab ini. Hukum

empat sebab ini berlaku bagi alam yang di bawah bulan, yakni alam yang

terdiri dari empat anasir yaitu anasir api, udara, air dan tanah. Untuk

memperjelas keempat sebab ini Aristoteles memberikan contoh sebuah

sepatu. Sepatu terdiri dari dari empat sebab, pertama sebab materi yaitu

kulit untuk membikin sepatu sebagai asal, Kedua adalah sebab bentuk

yaitu bentuk dari sepatu itu sendiri yang berpedoman kepada bentuk sepatu

yang telah ada, sehingga berdasarkan bentuk itu materi yang ada bisa

dibuat. Ketiga adalah sebab pembuat (efisien), yaitu pembuat sepatu, dalam

hal ini adalah tukang sepatu, Keempat adalah sebab final, yaitu tujuan

dibuat sepatu itu, .dalam hal ini tujuan semua sepatu adalah untuk alaskaki.8

Keempat sebab ini bisa dibagi kepada dua kategori, yaitu yang

berasal dari dalam benda itu sendiri seperti sebab materi dan sebab bentuk,

adapun sebab efisien dan final berada di luar benda itu. Dalam menentukan

sebab irii Aristoteles tidak lepas dari konsep gerak. Menurutnya gerak

bukan hanya sekedar perpindahan saja, tapi lebih luas artinya dari itu.

Dalam hal ini dia membagi gerak kepada gerak aksidental dan substantial.

Gerak aksidental yaitu perpindahan dari potensi kepada aktual, seperti air

5 W.J. S. Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN, Balai Pustaka, 1976,

Jakarta, hal. 880.

6 Ibid., hal. 25.

7 Jamil Shulaiba, al-Mu'kam al-Falsafi, jilid II, Dar al-Kitab, Beirut, 1973, hal. 95.

8 Robert Maynard Hutchins, The Great Ideas A Syniopicon of Great Books of Western World,

Encyklopedia Britanica, inc, Chicago, 1952, hal. 165.

306

Page 4: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 4/13

Fuad

Prinsip Kualitas Muhammad Bagir a·Shadr

dari dingin menjadi panas. Gerak substantial adalah perubahan yang

terjadi dalam benda itu sendiri seperti berubahnya air menjadi uap.9

Sebab ini juga bisa dibagi kepada sebab utama (prima cause) dan

sebab kedua (second cause).l0 Sebab utama adalah sebab yang tidak ada

penyebab dia adalah sebab bagi segala wujud. Aristoteles menamakannya

penggerak yang tidak bergerak.l1 Ibn Sina menyebutnya sebagai zat yang

wajib wujudI2, yaitu zat yang wajib adanya karena diri sendiri dan

mustahil tidak adanya. Sebab kedua dalah sebab yang adanya karena sebab

utama dan sebab ini dalam istilah Ibn Sina adalah mumkin al-unijud, yakni

alam planet.I3

Pengertian akibat adalah setiap zat adanya seeara aktual dari wujud

selain dirinya dan wujud lain itu bukan dari wujudnya. Artinya zat itu tidak

akan ada seeara aktual keeuali dari zat lain yang wujud seeara aktual.I4

Dengan demikian adanya sebab mengharuskan adanya akibat, tidak adanyasebab juga meniadakan akibat. Kadang-kadang ada sebab tapi akibat tidak

ada karena ada beberapa hambatan untuk terwujudnya akibat, adapun

adanya akibat tanpa sebab adalah sesuatu hal yang mustahil.

Para filosof muslim memakai kata sabab dan 'illat15 dalam makna

yang sama. Ibn Sina dan Ibn Rusyd lebih sering memakai kata "illat

.dibandingkan dengan kata sebab, sedangkan al-Ghazali lebih sering

memakai kata sabab dibandingkan dengan kata 'illat. Begitu juga dalam

pembagian sabab Ibn Sina dan Ibn Rusyd mengikuti pembagian yang telah

dikemukakan oleh Aristoteles. Hanya saja Ibn Sina lebih membatasi

pengertian hubungan sebab akibat (sabibiyah) ini dalam benda-benda fisiksaja, yakni alam yang di bawah falak bulan.I6

Pengertian sebab dan akibat ini bisa dijelaskan seeara komprehensif,

kalau dua kata tersebuttidak diartikan secara terpisah. Artinya pengertian

sebab tidak bisa timbul kalau tidak dimengerti apa itu pengertian akibat,

begitu juga kebalikannya pengertian akibat tidak bisa dimengerti tanpa

mengetahui apa itu sebab. Maka istilah sebab akibat adalah suatu

peristilahan telah menjadi landasan dalam bidang ilmu pengetahuan,

terutama ilmu fisika. Dari kenyataan fisik ini pulalah muneul suatu teori

tentang sebab akibat.

9 K.Bartens, Sejarah. Fileafat Yunani,Kenisiu, Yogyakarta, 1981, hal. 139.

10 Jamil Shulaiba, al-Mu'hani , hal. 97.

11 K.Bartens, Sejarah. Filsafat., .hal, 155.

12 Ahmad Daudy, Segi-Segi Pemihirtui Falsafi dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1984,

hal. 41.

13 Jamil shulaiba, ol-Mu'kam , hal 97.

14 Ibid., hal. 397.

15 Harun Nasution membedakan antara sebab dengan 'illat. Sebab adalah sesuatu yang tidak

bisa diketahui oleh manusia, sedangkan 'illat bisa diketahui oleh manusia. Dalam hal ini

dia Iebih menitiktekankan perbedaan dalam segi hukum. Umpamanya hukum daging babi

haram, Sebab haram tidak bisa diketahui, adapun 'illatnya bias diketahui.

16 Muhammad 'Atif Iraqi, Tajiid al-Mazhab al-Falsafiyyah wa al-Kaliimiyyah, Dar al-Ma'arif,

Mesir, 1974, hal. 88.307

Page 5: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 5/13

Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No.4, Desember 2010: 304·316

Teori dalam hal ini adalah asas-asas dan hukum-hukum umum yang

menjadi dasar bagi suatu kesenian atau ilmu pengetahuan, contoh teori

melukis, teori evolusi dan lain-lain.L? Dalam pengertian lain bisa juga

disebutkan bahwa teori adalah abstraksi dari konsep-konsep yang ada'I'eori sebab akibat bisa diartikan sebagai hukum-hukum umum yang

terdapat dalarn hubungan antara sebab dan akibat, terutama sebab akibat

yang berhubungan dengan alam fisiko Istilah lain yang bisa disejajarkan

dengan ini adalah hukum alam, teori kausalitas atau sunatullah. Penulis

memberikan istilah hukum alam, karena setiap benda di alam ini

mempunyai hukum-hukum dan tabi'at-tabi'at yang khusus, seperti api

umpamanya,adalah hukumnya atau sifatnya membakar. Teori kausalitas

adalah ungkapan lain dad teori sebab akibat. Adapun sunatullah diberikan

oleh Ibn Rusyd dalam buku al-Naz'ah al-'Aqliah, bahwa hukum sesuatubenda itu tidak akan berubah, hal ini diperkuat dengan ayat al-Qur'an yang

artinya: "Kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi sunnah Allah" (al-

Fathl48:23).18

Bagi determinisme materialis, teori sebab akibat merupakan hukum

alam yang sudah pasti dan tidak akan berubah-ubah. Sebab itu tidak

terbatas kepada suatu sebab, dia merupakan lingkaran yang berjalan terus

tanpa batas. Semua peristiwa bermula dad" materi dan akan kembali

kepada materi lagi, tanpa campur tangan zat yang di luar materi tersebut.

Aliran ini juga disebut dengan kausalitas tertutup atau determinismus.Akal menurut aliran ini adalah satu-satunya kebenaran dalam meneliti

alam fisik ini.19

Ibn Rusyd memberikan batasan tentang teari sebab akibat ini

sebagai suatu hubungan yang mesti, tanpa adanya suatu ketetapan bagi

suatu benda tidak akan bisa dibedakan antara suatu benda dengan benda

yang lain.20 Untuk memastikan adanya hubungan yang pasti antara sebab

dan akibat Ibn Rusyd memberikan beberapa syarat, yaitu peranan akal

dalam menentukan ciri-ciri khas dalam suatu benda yang membedakan

antara satu materi dengan materi yang lain. Maka dengan demikian suatu

akibat pasti ada sebabnya, tanpa ada sebab berarti dia telah mengingkari

adanya aka1.21 Syarat yang lain adalah adanya batasan yang jelas dalam

suatu benda itu, batasan ini menunjukkan hakekat sesuatu dan dengan

batasan ini juga akan jelas beda antara satu benda dengan benda yang

lain. 22

17 WJS. Poerwadarminta,Kamus Umum , hal. 1054.

18 Muhammad 'Atif Iraqi, Al-Naz'ah al·'Aqliah fi Falasaft Ibn Rusyd, Dar al-Ma'arif, Mesir,

1968.

19 MJ. Langeveld, Menuju ke Pemikiran Filsafat, ter. G.J. Claassen, PT. Pembangunan,

Jakarta, tt, hal, 158.

20 Muhammmad 'Atif Iraqi, Al-Naz'ah ....... , hal. 166.

21 Ibid.,ball71.

22 Ibid., hl. 184.

308

Page 6: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 6/13

Fuad

Prinsip Kualitas Muhammad Bagir a-Shadr

Ketetapan adanya penjelasan yang tetap merupakan syarat yang

perlu dipenuhi juga, sebab tanpa adanya pembedaan antara penjelasan

yang tetap dan universal dengan keadaan yang hanya kebetulan tidak akan

didapati ilmu yang tetap dalam menentukan sebab. Oleh sebab itu perlu

adanya hubungan yang pasti dan tetap bahwa akibat itu benar-benarkarena sebab yang pasti, seperti mati yang didahului oleh penyembelihan.

Adapun berjalan kemudian timbul petir bukanlah suatu hubungan yang

pasti, itu hanyalah kebetulan saja dan tidak termasuk dalam konteks

hubungan yang pasti.Zd Dalam ilmu pengetahuan harus mencakup

penjelasan yang universal dan pasti, tanpa itu maka tidak akan didapati

suatu teori ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu mencari sebab dari suatu

akibat merupakan tugas akal, untuk menetapkan kaidah-kaidah yang

universaL

Dari beberapa pengertian dan penjelasan oleh para filosof di atas,

dapat diberikan batasan yang lebih mendekati kepada masalah yang

dibahas, sehingga dengan batasan dan pengertian yang ini bisa menjadi

pegangan dalam teori sebab akibat. Teori sebab akibat atau yang kita sebut

dengan kausalitas ini pada dasarnya terbagi kepada dua pembahasan

pokok, pertama adalah mencari sebab yang tidak bersebab, yaitu Tuhan

Pencipta alam, yang disebut juga dengan argumen kosmologis. Kedua

adalah mencari sebab sekunder yang terjadi di alam fisik, yakni hubungan

satu peristiwa dengan peristiwa lain yang erat kaitannya. Ibn Sina

menyebutnya alam ini bawah falak bulan (planet). Hubungan antara satu

peristiwa dengan peristiwa yang lain itu saling berkaitan dan serba teratur,katerkaitan dan keteraturan itulah yang kemudian menimbulkan teori

dalam alam ini, Pengertian dan batasan yang penulis maksud dalam tulisan

ini adalah pengertian dalam hal yang kedua, yaitu teori sebab akibat yang

berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di alam fisik yang serba teratur dan

pasti.

Prinsip Kausalitas dan Pembuktian Adanya Tuhan

Prinsip- Prinsip Kausalitas

Baqir al-Shadr membahas secara rinci tentang prinsip-prinsip

kausalitas dalam bukunya Falsafatuna. Prinsip kausalitas merupakan

sebuah prinsip yang mengatakan bahwa setiap kejadian memerlukan

sebab24 niscaya lagi rasionaL Bahkan lebih jauh ia mengungkapkan bahwa

prinsip kausalitas tersebut secara rinci dalam watak manusia dan beberapa

jenis hewan.25

23 tua; hal. 187.24 Mahdi Ghulsyani, Filsafat Sains Menurut al-Qur'an, terj, (Bandung: Mizan, 1988),h. 125

25 Hewan seperti itu terlihat ketika ia memperhatikan sumber gerak secara instinktif,

untuk mengetahui sumber gerak tersebut atau akan mencari sumber suara untuk

mengetahui sebabnya.

309

Page 7: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 7/13

Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No.4, Desember 2010: 304-316

Ada beberapa hal yang sangat terkait dengan prinsip kausalitas,

pertama, pembuktian realitas objektif persepsi indrawi; kedua, semua teori

dan hukum ilmiah yang bersandarkan eksperimen; ketiga, kemungkinanpenyimpulan dan kesimpulan-kesimpulannya dalam pemaparan ketiga hal

tersebut.26 .

Berbicara tentang objektivitas inderawi, Shadr mengungkapkan

bahwa realitas objektif setiap persepsi inderawi tidak diketahui secara

niscaya, tetapi membutuhkan bukti. Bukti merupakan prinsip hukum

kausalitas, terjadinya dalam indera. Bentuk sesuatu tertentu dalam kondisi

dan keadaan tertentu mengungkapkan adanya sebab luar sesuatu hal. Hal

ini mengindikasikan bahwa realitas objektif persepsi inderawi didapat

berdasarkan prinsip kausalitas, bukan persepsi inderawi itu sendiri yang

mengungkapkan realitas objektif.

Teori-teori ilmiah dalam berbagai lapangan eksperimen dan

observasional, secara umum bergantung pada prinsip dan hukum-hukum

kausalitas. Ada beberapa hukum kausal yang menjadi sandaran ilmu

pengetahuan. Hukum-hukum tersebut adalah:

1. Prinsip kausalitas yang mengatakan bahwa setiap peristiwa

mempunyai sebab (determinisme).

2. Hukum keselarasan antara sebab dan akibat yang mengatakan

bahwa setiap himpunan alam yang secara esensial selaras

mestipula selaras dengan sebab dan akibatnya (prinsip

keselarasan alam).

Antara determinisme, keseragaman alam dan hukum kausalitas

bukanlah sesuatu yang bertentangan karena antara determinisme dan

keseragaman alam merupakan bagian dari hukum kausalitas itu sendiri.

Dalam determinisme setiap kejadian atau tindakan, baik jasmani ataupun

rohani, merupakan konsekuensi dari kejadian sebelumnya, Pemahaman

determinisme klasik ini sejalan dengan hukum kausalitas. Setiap akibat

pasti ada sebabnya, jika tidak ada sebab maka semua adalah akibat saja

dan hal ini adalah tidak rasional. Jadi keterkaitan antara hukum kausalitas

dengan determinisme berada pada dogma bahwa setiap akibat pasti berawal

dari sebab yang menyebabkan akihat itu muneul.

Dalam prinsip keseragaman alam disebutkan bahwa sebab-sebab

yang sama akan diikuti oleh akibat yang sama juga. Hal ini merupakan

salah satu dogma juga yang terdapat di dalam hukum kausalitas bahwa

sebab akan menghasilkan akibatdan tidak akan keluar dari karakteristik

masing-masingnya, Dalam al-Qur'an disebutkan bahwa Allah memberikan

karakteristik tersendiri atau ciri khas tersendiri terhadap sesuatu di alam

ini dan karakteristik atau sifat khusus_tersebut tidak akan pernah berubahsampai kapan pun. Sebagai contoh: sifat api yang panas akan selalu seperti

itu dan ketika bertemu dengan materi yang sifatnya bisa terbakar maka api

akan membakar materi tersebut dan hal itu akan terjadi terus menerus dan

26 Ibid" h. 207

310

Page 8: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 8/13

Fuad

Prinsip Kualitas Muhammad Baqir a-Shadr

tidak akan pernah berubah. Melempar batu ke atas sebagai sebab dan

kemudian batu itu kembali jatuh ke tanah sebagai akibat juga merupakan

sesuatu yang ketika dilakukan berulang-ulang akan menghasilkan yang

sama. Jika tidak adanya keseragaman dalam alam, tidak adanya sebab

yang sama akan menghasilkan keseragaman yang sama, maka dunia danilmu pengtetahuan tidak akan pernah berkembang, karena bagaimana

mungkin akan dilakukan sebuah penelitian terhadap sesuatu jika sesuatu

tersebut selalu berubah akibatnya dengan sebab yang sama. Oleh karena

itu keseragaman alam menjadi dogma bagi hukum kausalitas dan ini

merupakan keniscayaan. Jadi antara determinisme dan keseragaman alam

merupakan dua hal yang menjadi dogma dalam hukum kausalitas dan

keduanya merupakan bagian dari hukum kausalitas itu sendiri.

Prinsip kausalitas juga merupakan dasar tumpuan segala usaha

pemaparan dalam segala bidang pemikiran manusia. Bahkan pemaparan

untuk menolak prinsip kausalitas itu sendiri juga berdasarkan kausalitas.Karena mereka yang mencoba mengingkari prinsip tersebut dengan

berdasarkan pada satu tujuan tertentu, tidaklah melakukan usaha itu,

kalau mereka tidak mempercayai bahwa hujah mereka sandari itu adalah

sebab yang memadai untuk mengetahui kepalsuan prinsip kausalitas.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa:

1. prinsip kausalitas tidak mungkin dibuktikan dan dipaparkan secara

empirik. Karena indera tidak mendapatkan sifat objektif,

pembuktian realitas objektif, persepsi inderawi didapatkan

berdasarkan prinsip kausalitas. Jadi,tidaklah mungkin bahwa untuk

pemaparannya prinsip kausalitas itu bergantung pada indera.

2. prinsip kausalitas bukanlah teori ilmiah eksperimental, tetapi

merupakan hukum filsafat rasional di atas eksperimen.

3. prinsip kausalitas tidak mungkin ditolak dengan hujah apapun.

Karena setiap usaha untuk melakukan penolakan tersebut justru

menyebabkan pengakuan terhadap prinsip itu sendiri.27

Segala sesuatu membutuhkan sebab. Dalam menjelaskan hal ini,

Shadr mengemukakan beberapa teori, pertama, teori wujud atau

aksistensi.28 Teari ini mengatakan bahwa agar wujud itu maujud, ia

membutuhkan sebab. Kebutuhan akan sebab itu adalah esensial bagiwujud. Dengan dernikian dapat dikatakan bahwa setiap wujud mesti

bersebab. Teori inimenolak adanya kebetulan, karen a hal ini terlepas dari

prinsip kausalitas. Kebetulan merupakan wujud tanpa sebab yang mana

wujud dan non wujudnya sarna saja. Segala sesuatu yang mengandung

kemungkinan wujud dan kemungkinan tidak wujud secara seimbang, lalu

maujud tanpa sebab adalah merupakan kebetulan.

27 Ibid., h. 211-222

28 Ibid., h. 217-218

311

Page 9: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 9/13

Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No.4, Desember 2010: 304·316

Kedua, teori penciptaan.29 Teori ini beranggapan bahwa, kebutuhan

sesuatu akan sebab berdasarkan kepada penciptaan hal-hal tersebut.

Penciptaan yang dimaksud adalah adanya sesuatu tidak ada. Contohnya

hangat pada air yang sebelumnya tidak hangat , menurut adanya sebab

yang menjadikan air tersebut hangat.

Ketiga, teori kemungkinan eksistensia1.30 Menurut teori ini, misteri

butuhnyarealitas-realitas eksternal akan bukanlah dalam mengadanya,

bukan pula kemungkinan esensi (mahiyah) materi itu. Tetapi misteri itu

tersembunyi di dalam struktur eksistensi materi itu sendiri dan di

kedalarnan wujudnya. Realitas luarnya adalah hubungan itu sendiri.

Sedang hubungan mustahil tidak membutuhkan sesuatu yang dengannya ia

berhubungan. Jika realitas luar bukan realitas hubungan, maka prinsip

kausalitas tidak berlaku padanya. Tetapi, prinsip kausalitas menentukan

wujud-wujud relasional yang realitas mereka mengungkapkan hubungan.

Kebutuhan sebab setiap yang maujud menjadikan adanya rangkaian

sebab akibat yang akan berhenti pada sebab pertama (prima causa) yang

tidak muncul dari sebab yang mendahuluinya. Tak mungkin rantai-rantai

sebab tersebut tanpa hingga. Karena, setiap sebab seperti telah dijelaskan

dalam teori kemungkinan eksistensial tak lain hanyalah hubungan dengan

sebabnya. Jadi, semua akibat yang ada merupakan hubungan. Hubungan

membutuhkan realitas yang berdiri sendiri, yang di sini hubungan herhenti.Kalau deretan sebab-sebab itu tidak memiliki awal, tentu semua bagian

dari rantai itu adalah akibat. Jika akibat ia akan berhubungan dengan hal

yang lainnya. Akhirnya kita akan sampai kepada kesimpulan ada hal yang

segenap bagian tersebut berhubungan dengannya. Dengan kata lain, rantai

sebab-sebab tersebut melibatkan satu sebab yang tidak tunduk pada prinsip

kausalitas dantidak membutuhkan sebab-inilah yang disebut denganprima

causa yang membentuk awal rantai. Penisbahan adanya segala sesuatu

kepada prima causa itu, tidak mernerlukan pertanyaan kenapa semua ini

terjadi? Karena, pertanyaan tersebut berkenaan dengan hal-hal yangtunduk kepada hukum kausalitas sedangkan, prima causa adanya

merupakan sebuah keniscayaan.31

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip yang paling

tinggi dan paling primer dalarn alam semesta adalah sebab yang pada

esensinya niscaya, yang rantai sebab-sebab berakhir padanya, Kemudian

timbul persoalan baru tentang sebab efisiensi alam tersebut, apakah

sumber pertama kemaujudan itu adalah materi itu sendiri atau sesuatu

yang lain di luar batas-batas materi.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat contoh berikut, yaitu meja. Mejamerupakan suatu kausalitas dan bentuk tertentu yang terjadi karena

pengorganisasian sejumlah bagian material tertentu. Karena itu, meja tidak

29 tua; h. 218-21930 Ibid., h. 219-221

31 Ibid., h. 226-228

312

Page 10: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 10/13

FuadPrinsip Kualitas Muhammad Baqir a-Shadr

mungkin maujud tanpa materi, seperti kayu, besi dan lain sehagainya. Kayu

tak mungkin maujud tanpa kayu, Sebab material meja kayu, karena meja

kayu tak mungkin maujud tanpa kayu. Tetapi sebab material bukanlah

sebab hakiki yang bertanggung jawab atas terciptanya meja, Pembuat

hakiki meja adalah sesuatu yang bukan materialnya, yaitu tukang kayuyang dalam istilah filsafat disebut dengan "sebab efisien".Apabila contoh di

atas dikaitkan dengan pencipta alam, maka akan timbul pertanyaan

apakah pencipta alam (prima causa) adalah sesuatu yang bukan materi dan

berbeda dengan materi, karena pembuat meja berbeda dengan materi

kayunya, atau ia adalah materi itu sendiri yang darinya entitas-entitas di

alam tersusun.

Untuk menjawab persoalan di atas, terlebih dahulu perlu

dikemukakan sejumlah keterangan mengenai materi. Menurut fisika

modern, materi asli alam merupakan satu realitas yang sarna bagi seluruh

maujud yang tampak dalarn rupa dan bentuk yang bermacam-macam,

Kemudian, semua kualitas senyawa material itu aksidental dalam

kaitannya dengan materi primer. Dengan demikian,kualitas fluiditas air

aksidental bagi materi yang darinya air tersusun. Tetapi, ia adalah kualitas

aksidental. Hal itu dibuktikan oleh fakta bahwa air tersusun dari dua

elemen sederhana yang dapat dipisahkan satu sama lain, dengan demikian

kembali kepada kenyataan uapnya, Pada titik ini, kualitas air pun hilang

sarna sekali. Dapat dikatakan bahwa kualitas-kualitas yang bisa hilang dari

sesuatu yang tidak mungkin esensial bagi sesuatu itu. Dan kualitas elemen-

elemen sederhana pun tidaklah esensial bagi materi, arena dapat terjadinyatransformasi sebagian elemen ke sebahagian yang lain dan sebahagian atom

dari elemen-elemen ke atom-atom lain. Hal ini menunjukkan bahwa

kualitas-kualitas elemen hanyalah kualitas radium, timah hitam, oksigen,

nitrogen, bukanlah esensial bagi materi, karena mengubah mereka menjadi

satu sarna lain adalah mungkin. Dan dapat pula dikatakan, kualitas

materialitas itu sendiri menjadi aksidental juga. 1a tak lebih sejenis atau

sebentuk energi, yang bisa berubah bentuk. Materi misalnya berubah

menjadi energi dan elektron berubah menjadi listrik.32

Apabila kesimpulan ilmiah di atas kita pertimbangkan secara filosofis

untuk menjawab pertanyaan mungkinkah materi sebagai sebab pertama(sebab efisien) alam?, maka tidak diragukan lagi jawabamiya adalah tidak

mungkin. Karena, materi primeralam adalah satu realitas tuggal yang

umum bagi seluruh fenomena dan entitas-entitas alam. Tidaklah mungkin

satu realitas memiliki efek dan aksi yang berbeda-beda. Analisis ilmiah

terhadap air, kayu, besi tanah dan radium, pada akhirnya memandu kesatu

materi yang kita temui di semua eleman tersebut dan di semua komposit

itu. Jadi, materi masing-masing hal itu tak berbeda satu dengan yang

lainnya. Karena itu, mengubah materi sesuatu ke materi lain adalah

32 Ibid., h. 235

313

Page 11: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 11/13

Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No.4, Desember 2010: 304-316

mungkin. Bagaimana mungkin kita menisbahkan berbagai benda dan

perbedaan geraknya ke materi primer yang terdapat pada segala sesuatu.

Selanjutnya dikemukakan pemahaman lain tentang materi, yaitu dari

pemahaman filosofis. Paham filosofis tentang materi, menyatakan bahwa

materi tersusun dari materi dan bentuk yang terkristalkan. Keberadaan

masing-masing materi dan bentuk itu tidak mungkin saling terlepas antara

satu dengan yang lain. Maka, harus ada satu hantaran yang mendahului

proses penyusunan tersebut, yaitu yang merealisasikan keberadaan unit-

unit materi tersebut. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

materi filosofi itu sendiri tidak mungkin menjadi penyebab pertama alam,

karena masih membutuhkan sebab lain untuk merealisasikan keberadaan

unit-unit material tersebut.33

Dengan kata lain, penyebab pertama adalah hal pertama dalam

rantai keberadaan mesti bermula dengan yang pada esensinya niscaya.

Jadi, sebab pertama adalah yang pada esensinya niscaya. Dengan demikian,

sebab pertama harus tidak membutuhkan sesuatu yang lain dalam

keberadaannya. Adapun unit primer materi membutuhkan sebab eksternal

dalam keberadaannya, karena maujud mereka terdiri dari materi dan

bentuk. Dengan demikian, dari kedua pandangan tentang materi tersebut,

pandangan fisika modern dan paham filosofi mengindikasikan bahwa

materi bukanlah penyebab atau bukan prima causa dari segala yang adami.

Kesimpulan

Prinsip kausalitas merupakan prinsip yang niscaya dan rasional.

Prinsip ini mengatakan bahwa setiap kejadian, segala sesuatu yang maujud

memerlukan sebab. Prinsip ini memiliki dua akibat penting.

A. Prinsip determinisme, setiap sebab memerlukan suatu akibat dan

tanpa sebab tak mungkin terjadi suatu akibat.

B. Prinsip keseragaman alam, sebab-sebab yang sama diikuti akibat yangsama.

Dari prinsip determinisme akan hadir mata rantai sebab akibat dan

tidak mungkin berhingga, pasti ada sebab yang tidak disebabkan adanya,

tetapi menjadi penyebab adanya segala sesuatu yang ada di alam ini yaitu

Tuhan.

Daftar Pustaka

Al-Shadr, Muhammad Baqir, Falsafatuna, pent. M_ Nur Mufid bin Ali, Bandung:

Mizan, 1999.

33 Ibid., h. 246-247

314

Page 12: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 12/13

Fuad

Prinsip Kualitas Muhammad Bagir a-Shadr

Al-Ahwani, Ahmad Fuad, Filsafat Islam, Penyunting Sutardji Calzoum Bachri,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985

'Atif Iraqi, Muhammad, AI-Naz'ah al-'Aqliah fi Falsafi Ibn Rusyd, Dar al-Ma'arif,

Mesir,1968.

-------------, Tajud al-Mazhab al-Falsafiyyah wa al-Kalamiyyyah, Dar al-Ma'arif,

Mesir, 1974.

An-Nadawy, Abu Hasan, Rijal al-Fikry wa ad-Da'wah fil Islam, Darul Qalam,

Kuwait, 1969

Bartens, K, Sejarah Fileafat. Yunani, Yogyakarta, Kenisius, 1981.

Daudy, Ahmad, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang,

1984.Ghulsyani, Mahdi, Pilsafat Sains Menurut al-Qur'an, terj, Bandung: Mizan, 1988.

Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, Tintamas, Jakarta, 1980.

Kattsof, Louis, et all, Pengantar Filsafat, Soedjono Sumargono, (terj), Tiara Wacana,

Yogayakarta, 1986.

Leaman, Oliver, Auerroes and His Philosophy, Oxford: OxfordUniversity Press, 1988

Langeveld, MJ, Menuju he Pemikiran Pilsafat, ter. G.J. Claessen, Jakarta, PT.

Pembangunan, tt.

Nasr, Hossein, Sains dan Peradaban di dalam Islam, Penerjemah J. Wahyudir, judul

asli "Science and Civilization in Islam", Bandung: Pustaka, 1986, cet.I

Nasution, Harun, Falsafat Islam, Makalah Pasca Ibn Rusyd, Yayasan LSAF, 12-13

Agustus 1989.

----------,Akal dan Wahyu dalam Islam, Jakrta: Penerbit Universitas Indonesia, 19S6,

Cet. II

----------, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia, 1986, cet. V

----------,Filsafat dan Misticisme dalm Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, cet. VIII

----------,Islam Rasional, Bandung: Mizan, 1995

----------, Islam Ditinjau dari Barbagai Aspehnya, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia, 1986, jilid II, cet. VI.

Poerwadarmita, W. J. S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN, Jakarta, BalaiPustaka,1976.

315

Page 13: Prinsip Kausalitas Baqir Sadr

5/11/2018 Prinsip Kausalitas Baqir Sadr - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/prinsip-kausalitas-baqir-sadr 13/13

Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No.4, Desember 2010: 304-316

Robert Maynard Hutchins, Robert Maynard, The Great Ideas A Syntopicon of Great

Books of Western World, Encyldopedia Britanica, inc, Chicago, 1952.

Shulaiba, Jamil, al-Mu/kam. al-Falsafi, jilid II, Dar al-Kitab, Beirut, 1973.

316