prinsip pemberian anestesi

106
William Morton (Father of modern anesthesia) Oleh: Dr. Nasman Puar SpAn Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

Upload: irma-julyanti-panggabean

Post on 11-Dec-2015

122 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

prinsip pemberian anastesi

TRANSCRIPT

Page 1: Prinsip Pemberian Anestesi

William Morton(Father of modern anesthesia)

Oleh:Dr. Nasman Puar SpAn

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

Page 2: Prinsip Pemberian Anestesi

Jenis-jenis anestesi

Anestesi

Anestesi Umum

Anestesi Lokal

Anestesi Regional

Peripheral nerve block

Epidural and Spinal Anesthesia

Page 3: Prinsip Pemberian Anestesi

Anestesi Regional

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh sementara pada impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.

Page 4: Prinsip Pemberian Anestesi

Pembagian anestesi regional 1. Blok sentral (blok neuroaksial),

meliputi blok spinal, epidural dan kaudal

2. Blok perifer (blok saraf) misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok lapangan, blok saraf, dan regional intravena

Page 5: Prinsip Pemberian Anestesi

Obat analgetik lokal/regional Secara kimia, anestesi lokal digolongkan

sebagai berikut : Senyawa ester Adanya ikatan ester sangat menentukan

sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain

Page 6: Prinsip Pemberian Anestesi

Senyawa amida Contohnya senyawa amida adalah

dibukain, lidokain, mepivakain dan prilokain

Page 7: Prinsip Pemberian Anestesi

Komplikasi obat anestesi lokal Obat anestesi lokal, melewati dosis

tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat lokal atau sistemik

Page 8: Prinsip Pemberian Anestesi

Komplikasi lokal

1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.

2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan antisepsis.

3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.

Page 9: Prinsip Pemberian Anestesi

Komplikasi sistemik

1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.

2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi.

3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.

Page 10: Prinsip Pemberian Anestesi

Persiapan Anesthesia Regional Persiapan anestesi regional sama dengan

persiapan GA karena untuk mengantisipasi terjadinya toksik sistemik reaction yg bisa berakibat fatal, perlu persiapan resusitasi. Misalnya: obat anestesi spinal/epidural masuk ke pembuluh darah → kolaps kardiovaskular sampai cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa dilanjutkan dg anestesi umum.

Page 11: Prinsip Pemberian Anestesi

Keuntungan Anestesia Regional Alat minim dan teknik relatif sederhana,

sehingga biaya relatif lebih murah. Relatif aman untung pasien yg tidak

puasa (operasi emergency, lambung penuh) karena penderita sadar.

Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.

Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.

Perawatan post operasi lebih ringan.

Page 12: Prinsip Pemberian Anestesi

Kerugian Anestesia Regional Tidak semua penderita mau

dilakukan anestesi secara regional. Membutuhkan kerjasama pasien

yang kooperatif. Sulit diterapkan pada anak-anak. Tidak semua ahli bedah menyukai

anestesi regional. Terdapat kemungkinan kegagalan

pada teknik anestesi regional.

Page 13: Prinsip Pemberian Anestesi

BLOK SENTRALSpinal dan Epidural Anestesi Neuroaksial blok (spinal dan epidural

anestesi) akan menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume obat anestesi lokal).

Page 14: Prinsip Pemberian Anestesi

Anestesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.

Page 15: Prinsip Pemberian Anestesi

Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kutis subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid.

Page 16: Prinsip Pemberian Anestesi

Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan serebrospinal, dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3.

Page 17: Prinsip Pemberian Anestesi

Indikasi Anestesi Spinal

Bedah ekstremitas bawah. Bedah panggul Tindakan sekitar rektum-perineum Bedah obstetri ginekologi Bedah urologi Bedah abdomen bawah

Page 18: Prinsip Pemberian Anestesi

Kontra Indikasi Anestesi Spinal Terdapat kontra indikasi absolut dan

kontra indikasi relatif dalam penggunaan anestesi spinal

Page 19: Prinsip Pemberian Anestesi

Kontra indikasi absolut : Pasien menolak untuk dilakukan

anestesi spinal Terdapat infeksi pada tempat

suntikan Hipovolemia berat sampai syok

Page 20: Prinsip Pemberian Anestesi

Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapiantikoagulan

Tekanan intrakranial yang meningkat Fasilitas untuk melakukan resusitasi

minim Kurang berpengalaman atau tanpa

konsultan anestesi

Page 21: Prinsip Pemberian Anestesi

Kontra indikasi relatif : Menderita infeksi sistemik ( sepsis,

bakteremi ) Terdapat infeksi disekitar tempat

suntikan Kelainan neurologis Kelainan psikis Bedah lama Menderita penyakit jantung Hipovolemia Nyeri punggung kronis.

Page 22: Prinsip Pemberian Anestesi

Persiapan anestesi spinal Persiapan anestesi spinal seperti

persiapan pada anestesi umum. Daerah disekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu harus pula dilakukan :

Page 23: Prinsip Pemberian Anestesi

Informed consent Pemeriksaan fisik Pemeriksaan laboratorium anjuran

Page 24: Prinsip Pemberian Anestesi

Peralatan anestesi spinal Peralatan monitor, untuk memonitor

tekanan darah, nadi, oksimeter denyut dan EKG

Peralatan resusitasi /anestesia umum

Page 25: Prinsip Pemberian Anestesi

Jarum spinal Jarum pinsil (whitecare)  Jarum tajam (Quincke-Babcock) 

Page 26: Prinsip Pemberian Anestesi

Teknik analgesia spinal Posisi duduk atau posisi tidur lateral

decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan diatas meja operasi tanpa dipindahkan lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya obat

Page 27: Prinsip Pemberian Anestesi

Setelah dimonitor, tidurkan pasien dalam posisi dekubitus lateral atau duduk dan buat pasien membungkuk maksimal agar procesus spinosus mudah teraba.

Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua Krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-L5, tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atau L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.

Page 28: Prinsip Pemberian Anestesi

Sterilkan tempat tusukan dengan betadine dan alcohol

Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml.

Page 29: Prinsip Pemberian Anestesi

Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer), yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, ruang epidural, duramater dan ruang subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.

Page 30: Prinsip Pemberian Anestesi

Anestesi Epidural Blokade saraf dengan menempatkan obat di

ruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akarsaraf spinal yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.

Page 31: Prinsip Pemberian Anestesi
Page 32: Prinsip Pemberian Anestesi

Keuntungan epidural dibandingkan spinal :

Bisa segmental Tidak terjadi headache post op Hypotensi lambat terjadi Efek motoris lebih kurang Dapat 1–2 hari dengan kateter post

op pain

Page 33: Prinsip Pemberian Anestesi

Kerugian epidural dibandingkan spinal :

Teknik lebih sulit Jumlah obat anestesi lokal lebih besar Reaksi sistemis Total spinal anestesi Obat 5–10x lebih banyak untuk level

analgesi yang sama

Page 34: Prinsip Pemberian Anestesi
Page 35: Prinsip Pemberian Anestesi

Anestesi Caudal Indikasi : operasi perineal Cara :

Cari cornu sacralis kanan-kiri Diantaranya adalah membran sacro

coccygeal hiatus sacralis

Page 36: Prinsip Pemberian Anestesi

ANESTESI LOKAL

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian susunan saraf.

Page 37: Prinsip Pemberian Anestesi

Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen

Batas keamanan harus lebar

Page 38: Prinsip Pemberian Anestesi

Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa

Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang yang cukup lama

Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap pemanasan

Page 39: Prinsip Pemberian Anestesi

Mekanisme kerja

Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (sodium channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.

Page 40: Prinsip Pemberian Anestesi

Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa) menentukan awal kerja.

Page 41: Prinsip Pemberian Anestesi

Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum alveolar concentration) dipengaruhi oleh:

Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf pH (asidosis menghambat blockade

saraf) Frekuensi stimulasi saraf

Page 42: Prinsip Pemberian Anestesi

Awal bekerja bergantung beberapa factor, yaitu:

pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat

Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal kerja cepat

Konsentrasi obat anestetika lokal

Page 43: Prinsip Pemberian Anestesi

Lama kerja dipengaruhi oleh: Ikatan dengan protein plasma karena

reseptor anestetika lokal adalah protein

Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi Dipengaruhi oleh banyaknya

pembuluh darah perifer di daerah pemberian

Page 44: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek samping terhadap sistem tubuh Sistem kardiovaskular

Depresi automatisasi miokard Depresi kontraktilitas miokard Dilatasi arteriolar Dosis besar dapat menyebabkan

disritmia/kolaps sirkulasi

Page 45: Prinsip Pemberian Anestesi

Sistem pernafasan Relaksasi otot polos bronkus Henti nafas akibat paralisis saraf

frenikus Paralisis interkostal Depresi langsung pusat pengaturan

nafas

Page 46: Prinsip Pemberian Anestesi

  Sistem saraf pusat

Parestesia lidah Pusing Tinnitus Pandangan kabur Agitasi Depresi pernafasan Tidak sadar Konvulsi Koma

Page 47: Prinsip Pemberian Anestesi

Imunologi Reaksi alergi

Sistem musculoskeletal Miotoksik (bupivakain > lidokain >

prokain)

Page 48: Prinsip Pemberian Anestesi

keadaan kehilangan kesadaran, disertai hilangnya sensasi rasa sakit diseluruh tubuh dan relaksasi otot pada derajat tertentu karena pemberian obat anestesi.

Page 49: Prinsip Pemberian Anestesi

Masalah-masalah anestesi umum

1. Lambung terisi penuh 2. gangguan kardivaskular, seperti :

hipotensi 3. Kegagalan pernafasan 4. Tamponade kardiak 5. CNS (Central Nervous System)

Page 50: Prinsip Pemberian Anestesi

pasien harus sudah dalam keadaan stabil hemodinamikanya.

Pencegahan Aspirasi mencegah terjadinya aspirasi dari isi lambung dapat dilakukan cara :

o Posisi head down selama trakea tidak diintubasi

o Tube nasogastrik diisap bersih lalu dilepas sebelum diinduksi

o Siapkan suction yang kuat, bekerja baik dan kateter besar.

Page 51: Prinsip Pemberian Anestesi

Induksi head up crash intubation (40°) untuk tenaga yang sudah trampil intubasitrauma maksilofasial yang sukar jalan nafasnya dan berdarah terus-menerus jangan memakai cara ini

Bila fasikulasi selesai cepat relaksasi rahang, cepat intubasi, pasang cuff, kembali head down, nafas buatan.

Page 52: Prinsip Pemberian Anestesi

Selama intubasi dan cuff belum terpasang, jangan berikan nafas buatan kecuali intubasi gagal

robah head down dan beri nafas buatan untuk mengatasi hipoksia

Page 53: Prinsip Pemberian Anestesi

Intubasi head down merupakan pilihan lainnya jika cara head up tidak dapat dilakukan.

penderita tidur miring dulu, baru ditelentang waktu akan laringoskopi

Pada trauma maksilofasial atau kesulitan jalan nafas pertimbangkan intubasi sadar

Page 54: Prinsip Pemberian Anestesi

Diberi spray lidokain 2% pada lidah dan faring, tetapi jangan kena plika vocalis.

Diazepam 0,1 - 0,2 mg/kg iv dapat diberikan untuk mengurangi stres penderita dan memudahkan intubasi.

Setelah nafas spontan kembali, reversal diberikan untuk menghilangkan sisa relaksan, siap suction yang kuat

Page 55: Prinsip Pemberian Anestesi

Kecuali pada kraniotomi maka semua ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar/cukup sadar untuk menjaga jalan nafasnya dari aspirasi

Page 56: Prinsip Pemberian Anestesi

penyakit-penyakit khusus sebagai penyulit dari masalah bedahnya sering dijumpai seperti :

Penyakit jantung koroner Penyakit jantung dekompensasi Diabetes mellitus Asma bronkiale

Page 57: Prinsip Pemberian Anestesi

Teknik Anestesi Umum Parenteral

Obat anestesi masuk ke dalam darah dengan cara suntikan IV atau IM. Untuk selanjutnya dibawa darah ke otak dan menimbulkan keadaan narkose.

InhalasiObat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose. 

Page 58: Prinsip Pemberian Anestesi

Perrectal Obat anestesi diserap lewat mukosa rectum

kedalam darah dan selanjutnya sampai ke otak. Dipergunakan untuk tindakan diagnostic

(katerisasi jantung, roentgen foto, pemeriksaan mata, telinga, oesophagoscopi, penyinaran dsb) terutama pada bayi-bayi dan anak kecil. Juga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak-anak. Syaratnya adalah:

rectum betul-betul kosong tak ada infeksi di dalam rectum Lama narkose 20-30 menit.

Page 59: Prinsip Pemberian Anestesi

Obat-obat anastesia intravena

adalah obat anastesia yang diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh otot.

Page 60: Prinsip Pemberian Anestesi

Dalam praktek anastesia, obat-obat anastesia intravena adalah :

Page 61: Prinsip Pemberian Anestesi

Obat-obat anastesia yang sampai saat ini ada dan sudah ada di pasaran indonesia serta umum digunakan dalam praktik anastesia :

Thiopentone Diazepam Dihidrobenzperidol Fentanil Ketamin hidrokhlorida Midazolam Di- iso propil fenol atau propofol

Page 62: Prinsip Pemberian Anestesi

Thiopentone

Berupa bubuk yang berwarna putih kekuningan, bersifat higroskopos, rasanya pahit, berbau seperti bawang putih dan sediaannya selalu dicampur sodium karbonat anhidrous, sehingga mudah larut dalam air

Page 63: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatobat ini sangat cepat berdifusi ke jaringan otak dan efeknya akan segera tampak dalam 30 detik

Derajat depresinya sangat bergantung dari dosis yang diberikan. Makin tinggi dosis yang diberika , depresinya makin berat.

 

Page 64: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistem respirasimenimbulkan depresi pusat nafas menyebabkan pasien henti nafas

Terhadap sistem kardiovaskularpenurunan tekanan darah yang sangat bergantung dari konsentrasi obat dalam plasma

Page 65: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap otot rangka dan uterusPada dosis lazim tidak ada pengaruhnya terhadap tonus otot rangka dan uterus yang hamil

Terhadap metabolismeMenurunkan laju metabolisme sel sehingga konsumsi O2 akan berkurang sesuai dengan dalamnya anastesia

Page 66: Prinsip Pemberian Anestesi

Reaksi thiopenton dalam tubuh

Pada pemberian intravena, segera didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh, selanjutnya diikat oleh jaringan saraf dan jaringan lain yang kaya dengan vaskularisasi

secara perlahan akan mengalami difusi kedalam jaringan lain seperti : hati, otot, jaringan lemak

Page 67: Prinsip Pemberian Anestesi

Setelah terjadi penurunan dosis obat dalam plasma konsentrasi dalam otak juga akan turun.

Dalam darah diikat oleh protein plasma.

Pemecahannya terutama di hati dan ekskresinya melalui urin dan feses dalam bentuk hasil metabolit.

Page 68: Prinsip Pemberian Anestesi

Tidak boleh diberikan pada pasien yang menderita Penyakit paru obstruksi menahun Dekompensasi kordis Syok yang berat Insufisiensi adrenokortikal Status asmatikus

Page 69: Prinsip Pemberian Anestesi

Dosis dan cara pemakaian

Untuk induksi, dibuat dalam larutan akuades atau NaCL 0.9% dengan konsentrasi 2,5% atau 5,0%.

Dosis untuk induksi adalah 4-5 mg/KgBB, diberikan intravena pelan-pelan.

Page 70: Prinsip Pemberian Anestesi

Ketamin hidrokhlorida

Ketamin hidrokhlorida adalah golongan fenil sikloheksilamin merupakan “rapid acting non barbiturat general anastesia “

Merupakan larutan tidak berwarna, bersifat agak asam dan sensitif terhadap udara dan cahaya

Page 71: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap susunan saraf pusatmenyebabkan mimpi buruk dan halusinasi, sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan intrakranial.

Efek-efek tersebut dikurangi dengan pemberian diazepam atau obat lain yang mempunyai khasiat amnesia

Page 72: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap mataMenmulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan

Terhadap sistem kardiovaskularKetamin adalah obat anastesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.

Page 73: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistem respirasiPada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi bila menimbulkan respirasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma.

Page 74: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap pada otot Tonus otot bergaris meningkat, bahkan bisa terjadi rigiditas sampai kejang-kejang.

Terhadap reflek-reflek proteksiRefleks proteksi jalan nafas masih utuh, oleh karena itu hendaknya hati-hati melakukan isapan pada daerah jalan nafas atas

Page 75: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap metabolismeKetamin merangsang sekresi hormon-hormon katabolik seperti : katekolamin, kortisol, glukagon dan tiroksin sehingga laju katabolisme meningkat

Page 76: Prinsip Pemberian Anestesi

Dosis dan cara pemberian

Untuk induksiDiberikan intravena dalam bentuk larutan 1 dengan dosis lazim 1-2mg/KgBB pelan-pelan.

Untuk pemeliharaan Pemberian secara intermiten diulang setiap 10-15 menit dengan dosis setengah dari dosis awal

Page 77: Prinsip Pemberian Anestesi

Propofol

Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol yang banyak dipakai sebagai obat anastesia intravena

Berupa cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam.

Page 78: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap susunan saraf pusatPenurunan kesadaran segera terjadi setelah pemberian obat ini secara intravena

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi respirasi yang beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada beberapa pasien, bisa disertai dengan henti nafas sesaat

Page 79: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistem kardiovaskularDepresi pada sistem kardiovaskular yang ditimbulkan sesuai dengan dosis yang diberikan.

Page 80: Prinsip Pemberian Anestesi

dosis Induksi anastesia, dosisnya 2,0-

2,5mg/KgBB. pada lansia dan bayi dosis ini harus disesuaikan

Page 81: Prinsip Pemberian Anestesi

ANESTESI INHALASI

anestesi umum yang dihasilkan oleh uap obat anestesi ( volatile) masuk dalam tubuh melalui pernafasan.

Perkembangan obat anestesi mengalami banyak perbaikan. Contoh obat anestesi inhalasi adalah: Ether, halothane, enflurane, Isoflurane, Sevoflurane, desflurane, N2o.

Page 82: Prinsip Pemberian Anestesi

Syarat obat anestesi yang ideal

1. Berbau enak, tdk merangsang nafas, shg induksi cepat dan lancar.2. Mempunyai daya kelarutan gas rendah3. Stabil dalam penyimpanan, tdk terpengaruh pada bahan/sirkuit anestesi dan absorber.4. Tidak mudah terbakar/meledak

Page 83: Prinsip Pemberian Anestesi

5. Harus mampu menghilangkan kesadaran, menghasilkan anelgesi dan relaksasi otot.

6. Harus cukup kuat dan bisa diberikan dengan kadar O2 tinggi

7. Harus tidak dimetabolisme tubuh, tidak toksis, tidak menimbulkan reaksi alergi.

8. Harus menghasilkan depresi minimal pada Kardiovaskular dan sistem respirasi, tidak saling mempengaruhi dengan obat lain yang sering digunakan dlm anestesi (mis.adrenalin).

Page 84: Prinsip Pemberian Anestesi

HALOTAN

Adalah obat anestesi golongan hidrokarbon berhalogen yang tidak dapat terbakar atau meledak.

Page 85: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusat dapat menurunkan tahanan vaskuler otak dan meningkatkan aliran darah otak dengan jalan melebarkan pembuluh darah otak.

Terhadap sistem kardiovaskular Terjadi depresi otot jantung sesuai

kedalaman anestesi dan depresi langsung S-A node, relaksasi otot polos dan inhibisi baroreseptor

Page 86: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistem respirasiHalotan menyebabkan pernafasan yang cepat dan dangkal, karena depresi sentral ( medulla) dan perifer ( disfungsi otot interkostal).

Terhadap ginjalTerjadi penurunan aliran darah ginjal, filtrasi glomeruler dan produksi urin oleh karena turunnya tekanan darah arterial

Page 87: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap hati Pada konsentrasi 1,5vol% akan menurunkan aliran darah pada lobulus sentral hati.penurunan aliran darah pada pada lobus sentral ini menyebabkan nekrosis sel pada sentral hati,

Page 88: Prinsip Pemberian Anestesi

Dosis : Untuk induksi : konsentrasi yang

diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama dengan N2O.

Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1.0-2,5%, sedangkan untuk nafas kendali berkisar antara 0,5-1,0%.

Page 89: Prinsip Pemberian Anestesi

kontraIndikasi

penggunaan halotan tidak dianjurkan pada pasien :

Menderita gangguan fungsi hati dan gangguan irama jantung

Operasi kraniotomi.

Page 90: Prinsip Pemberian Anestesi

ENFLURANE

Merupakan obat anastesia inhalasi yang termasuk turunan eter.

Dikemas dalam bentuk cair, tidak berwarna, tidak iritatif, berbau agak harum, tidak eksplosif, lebih stabil dibandingkan dengan halotan

Page 91: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatPada dosis tinggi menimbulkan “twitching” ( tonik-klonik ) pada otot muka dan anggota gerak

tidak dianjurkan pada pasien yang mempunyai riwayat epilepsi

Page 92: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistem kardiovaskular Secara kualitatif efeknya sama dengan halothane .walaupun enfluran meningkatkan kepekaan otot jantung terhadap katekolamin.

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi respirasi sesuai dengan dosis yang diberikan.volume tidal berkurang tetapi frekuensi nafas hampir tidak berubah.

Page 93: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap ginjal Dapat menurunkan Darah ginjal,

menurunkan laju filtrasi ginjal dan akhirnya menurunkan diuresis.pemecahan enfluran menghasilkan metabolit flourida anorganik, tetapi konsentrasi dalam plasma tidak pernah mencapai konsentrasi yang nefrotoksik.

Page 94: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap otot rangkaMenurunkan tonus otot skelet melalui mekanisme depresi pusat motoris pada serebrum

Terhadap uterusMenimbulkan depresi tonus otot uterus, namun respon uterus terhadap oksitosin tetap baik

Page 95: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap hatiTerjadi gangguan fungsi hati yang ringansekitar 2,0-8,0% dari dosis yang diberikan mengalami metabolisme di hati

Page 96: Prinsip Pemberian Anestesi

Dosis : Untuk induksi, konsentrasi yang

diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0-3,0% bersama dengan N20

Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 1,0-2,5%, sedangkan nafas kendali 0,5-1,0%

   

Page 97: Prinsip Pemberian Anestesi

ISOFLURANE

Daya kelarutannya paling kecil, shg kadar dalam alveolus mudah tercapai keseimbangannya, lebih bersifat iritasi dibanding dengan halothan

Page 98: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatMeningkatkan aliran darah otak ( ADO) dan TIK, tapi lebih kecil dibanding obat anestesi lain

Sistem kardiovaskulardepresinya lebih kecil daripada halothan dan enflurane

Page 99: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistemRespirasi: bersifat bronkodilator walau mengiritasi jalan nafas, jarang terlihat takipnea.

Terhadap MetabolismeMetabolisme utamanya dalam bentuk oksidasi , difluorometanol yang dipecah menjadi asam asetat, minimal dan tidak bersifat toksis terhadap ginjal dan hepar

Page 100: Prinsip Pemberian Anestesi

SEVOFLURAN

Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidk berbau dan tidak iritatif sehingga baik untuk induksi inhalasi

Page 101: Prinsip Pemberian Anestesi

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusatEfek depresinya hampir sama dengan isofluran. Aliran darah otak sedikit meningkat sehingga sedikit meningkatkan tekanan intrakranial.

Page 102: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap sistem kardiovaskularRelatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia selama anesthesi dengan sevofluran

Terhadap sistem respirasiMenimbulkan depresi nafas yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan.

Page 103: Prinsip Pemberian Anestesi

Terhadap otot rangkaEfeknya terhadap otot rangka lebih lemah dibandingkan isofluran

Terhadap ginjalEfek terhadap aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus lebih ringan dibandingkan dengan isofluran

Page 104: Prinsip Pemberian Anestesi

terhadap hatitidak toksik dan tidak menimbulkan gangguan fungsi hati.

BiotransformasiHampir seluruhnya dikeluarkan melalui udara ekspirasi, hanya sebagian kecil 2-3% Dimetabolisme dalam tubuh 

Page 105: Prinsip Pemberian Anestesi

Dosis : Untuk induksi, konsentrasi yang

diberikan pada udara inspirasi adalah 3,0-5,0% bersama dengan N20

Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan konsentrasinya berkisar antara 2,0-3,0%, sedangkan nafas kendali 0,5-1,0%.

 

Page 106: Prinsip Pemberian Anestesi

Terima Kasih