problem dan jiwa keagamaan

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli berpendapat bahwa manausia adalah homo religious (manusia beragama), karena manusia sejatinya memeiliki potensi untuk beragama. Sedang agama itu sendiri adalah menyangkut kehidupan batin manusia. Kesadaran dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitanya dengan seseuatu yang dianggap sacral dan dunia ghaib. Dari kesadaran dan pengalaman agama inilah di implimentasikan dalam sikap keagamaan seseorang. Dimana sikap keagamaan mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatanya pada agama. Secara psikologis manusia sulit dipisahkan dari agama, karena dari dalam manusia itu sendiri akan selalu muncul problema dan jiwa keagamaan. Pengaruh psikologis ini tercermin dalam sikap dan tingkah laku keagamaan manusia baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosialnya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sikap keagamaan dan pola tingkah laku manusia? 1

Upload: yadi-mps

Post on 22-Oct-2015

304 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Problem Dan Jiwa Keagamaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Para ahli berpendapat bahwa manausia adalah homo religious (manusia

beragama), karena manusia sejatinya memeiliki potensi untuk beragama. Sedang

agama itu sendiri adalah menyangkut kehidupan batin manusia. Kesadaran dan

pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan

yang ada kaitanya dengan seseuatu yang dianggap sacral dan dunia ghaib. Dari

kesadaran dan pengalaman agama inilah di implimentasikan dalam sikap keagamaan

seseorang. Dimana sikap keagamaan mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan

kadar ketaatanya pada agama.

Secara psikologis manusia sulit dipisahkan dari agama, karena dari dalam manusia itu

sendiri akan selalu muncul problema dan jiwa keagamaan. Pengaruh psikologis ini

tercermin dalam sikap dan tingkah laku keagamaan manusia baik dalam kehidupan

individu maupun dalam kehidupan sosialnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sikap keagamaan dan pola tingkah laku manusia?

2. Bagaimanakah sikap keagamaan Yang menyimpang?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yang

menyimpang?

1

Page 2: Problem Dan Jiwa Keagamaan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap Keagamaan Dan Pola Tingkah Laku Manusia

Prof. Dr. Mar’at mengemukakan ada 13 pengertian sikap yang dirangkum

menjadi empat rumusan, yaitu sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui

pengalaman dan interaksi yang terus menerus dengan lingkungan . (di rumah, di

sekolah, dan lain-lain) dan senantiasa berhubungan dengan obyek seperti manusia,

wawasan, peristiwa, maupun ide, sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak

dengan cara-cara tertentu terhadap objek. Kedua, bagian yang dominan dari sikap

adalah perasaan yang efektif seperti yang tampil dalam menentuksn pilihan apakah

positif, negative, atau ragu dengan memiliki kadar intensitas yang tidak tentu sama

dengan objek yang tertentu, tergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam

situasi dan saat tertentu mungkin sesuai sedangkan di saat dan situasi berbeda belum

tentu cocok. Ketiga, sikap dapat bersifat relatif konsistem dalam sejarah hidup

individu , karena ia merupakan bagian dan konteks persepsi ataupun kognisi individu.

Keempat sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai

konsekuensi tertentu bagi seseorang atau bersangkutan, karenanya sikap merupakan

penasiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indicator yang sempurna, atau

bahkan tidak memadai .

Dari rumusan tersebut dapat ditarik kesimpulan bawa sikap merupakan

predisposisi untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek tertentu yang

mencakup komponenm kognisi, afeksi, an konasi. Dengan demikian sikap merupakan

interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks .

Komponen kognisi akan menjawab apa yang diperkirakan atau dipersepsikan tentang

objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek.

Komponen konasi berhubungan dengan kesediaan atau kesiapan untuk bertindak

terhadap objek.

Faktor penetu sikap, baik sikap positif maupun sikap negaif, adalah motif

yang berdasarkan kajian psikologis yang dihasilkan oleh penilaian dan reaksi afektif

2

Page 3: Problem Dan Jiwa Keagamaan

yang terkandung dari sebuah sikap. Motif menetukan tingkah laku nyata (over

behavior) sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup (convert behavior) .

Dengan demikian sikap yang diitampilkan seseorang merupakan hasil dari proses

berfikir, merasa dan pemilihan motif-motif tertentu sebagai reaksi terhadap suatu

obyek. Dengan demikian sikap terbentuk dari hasil belajar dan pengalaman seseorang

dan bukan pengaruh bawaan (factor intern) seseorang serta tergantung pada obyek

tertentu karena sikap dipandang sebagai perangkat reaksi-reaksi afektif terhadap

subyek tertentu berdasarkan hasil penalaran, pemahaman dan penghayatan indifidu.

Pemberian dasar jiwa keagamaan pada anak tidaklah dapat dilepaskan dari peran

orang tua sebagai pendidik dilingkungan rumah tangga. Pengenalan agama sejak dini

akan sangat besar pengaruhnuya dalam pembentukan kesadaran dan pengalaman

bersama pada anak tersebut.

Jadi, Keluarga sebagai lingkungan yang pertama ditemui anak, sangat berperan dalam

pdalam pembentukan pola prilaku/sikap anak.

B. Sikap Keagamaan Yang Menyimpang

Dalam kaca mata psikologi agama, ajaran agama memuat norma, norma tersebut

dijadikan pedoman oleh pemeluk agamanya, baik dalam bersikap ataupun bertingkah

laku. Norma-norma tersebut mengacu pada nilai luhur yang mengarah pada

pembenyukan kepribadian dan kesesuaian hubungan susial. Dengan upaya memenuhi

ketaatan kepada Tuhan.

Akan tetapi dalam kenyataan hidup sehari tak jarang dijumpai adanya

penyimpangan yang terjadi, penyimpangan terjadi apabila sikap seseorang terhadap

kepercayaan dan keyakinan yang dianut mengalami perubahan.

Perubahan sikap seperti itu dapat terjadi pada perorangan atau kelompok.

Perubahan tingkah laku tersebut memiliki tingkat kualitas dan intensitas yang

mungkin berbeda dan kontinyu dari positif melalui areal netral kearah negatif.

Selain itu tidak kurang pula kasus-kasus negative yang bersumber dari adanya

sikap keagamaan yang menyimpang ini .

3

Page 4: Problem Dan Jiwa Keagamaan

1. Kurang toleran

Seseorang atau kelompok penganut suatu agama mungkain saja bersikap

kurang toleran terhadap agama lain, ataupun aliran lain yang berbeda dari

aliran agama yang dianutnya, biasanya orang yang fanatik pada orang lain

menunjukan sikap angkuh pada agama lain .

2. Sikap fanatik

Sikap tersebut menyebabkan seseorang atau kelompok beranggapan bahwa

hanya agama yang dipeluknya saja yang paling benar.

3. Fundamentalis

Berupa sikap yang menentang terhadap agama yang berbeda dengan agama

yang mereka anut.

Dan masih banyak lagi yang menyimpang.

Sikap keagamaan yang menyimpang seperti itu merupakan masalah yang pada

tingkatan tertentu dapat minimbulkan tindakan yang negatif dari tingkat yang

terendah hingga ke tingkat yang paling tinggi. Sikap menyimpang seperti itu

umumnya berpeluang untuk terjadi dalam diri seseorang maupun ke;ompok pada

setiap agama.

Selain dalam bentuk kelompok, Sikap keagamaan yang menyimpang juga

dapat terjadi pada orang perorang. Dan biasanya sikap keagaman yang menyimpang

dalam bentuk kelompok aliran atau sakte biasanya berawal dari pengaruh sikap

seseorang tokoh. Seseorang yang mempunyai pengaruh terhadap kepercayaan dan

keyakinan orang lain, sebagai bagian dari tingkat pikiran yang trasenden.

Masalah yang menyangkut sikap keagamaan ini umumnya tergantung hubungan

presepsi seseorang mengenai kepercayaan dan keyakinan. Kepercayaan adalah

tingkat piker manusia dalam mengalami proses berpikir yang telah dapat

membebaskan manusia dari segala unsur-unsur yang terdapat diluar pikiranya.

Sedangkan keyakinan adalah suatu tingkat pikiran yang dalam proses berpikir

manusia ialah menggunakan kepercayaan dan keyakinan ajaran agama sebagai

penyempurna proses dan pencapaian kebenaran dan kenyataan yang terdapat diluar

4

Page 5: Problem Dan Jiwa Keagamaan

jangkauan piker manusia. Kepercayan dan keyakinan merupakan hal yang abstrak

sehingga secara empiric sulit dibuktikan secaranyata mengenai kebenaranya.

Sikap keagamaan yang menyimpang memang sering menimbulkan permasalahan

yang cukup rumit dalam setiap agama. Selain sikap seperti itu dapat menimbulkan

gejolak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, juga tidak jarang ikut

mempengaruhi politik suatu Negara, jika sikap menyimpang tersebut sudah

mempengaruhi sikap social. Lebih-lebih jika menyimpang tersebut kualitas dari

itensitas sikap yang menggambarkan konotasi komponen efeksi cendrung mengarah

kepada tingkah laku yang berdasarkan kualitas nasional. Dengan demikian sikap

keagamaan yang menyimpang cendrung didasarkan pada motif yang bersifat

emosional yang lebih kuat ketimbang aspek rasional .

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keagamaan Yang Menyimpang

Terjadinya sikap keagamaan yang menyimpang berkaitan erat dengan perubahan

sikap. Beberapa teori psikologis mengungkapkan mengenai sikap tersebut antara lain,

1. Teori Stimulus dan Respons

Berdasarkan teori ini manusia dipandang organism, yang menyamakan

perubahan sikap dengan proses belajar. Menurut teori ini ada tiga variable

yang mempengaruhi terjadinya perubahan sikap yaitu perhatian, pengertian,

dan penerimaan (Mar’at, 1982: 87).

Sehingga ketika seseorang atau kelompok memiliki perhatian terhadap suatu

obyek dan memahami obyek tersebut serta menerimanya, maka akan terjadi

perubahan pada teori ini, objek itu sendiri harus difungsikan sebagai stimulus

agar dapat merespon perhatian, pengertian serta penerimaan oleh seseorang

atau kelompok. Jadi perubahan sikap akan terjadi bergantung terhadap

kemampuan lingkunngan untuk menciptakan stimulus yang dapat

menimbulkan reaksi dalam bentuk respon. Hal ini menunjukan untuk merubah

sikap perlu adanya sebuah rekayasa objek sedemikian rupa hingga menarik

perhatian, member pengertian hingga dapat diterima.

Kaitanya degan sikap keagamaan, maka objek yang relevan adalah segala hal

yang berhubungan dengan keagamaan. Misalnya saja, didalam suatu

5

Page 6: Problem Dan Jiwa Keagamaan

masyarakat muncul aliran-aliran keagamaan tertentu yang beda dengan tradisi

keagamaan yang berjalan. Kehadiran aliran tersebut menarik perhatian

sehingga terdorong untuk mengetahuinya lebih jauh. Hasil dari prose situ

kemungkinan dapat memberi pengertian baru bagi mereka yang terlibat dan

biasanya mereka akan melangkah ketingkat penerimaan dan akan terjadi

perubahan pada diri mereka, dilihat dari sudut tradisi keagamaan yang

berlaku, sikap mereka ini dapat dikelompokan sebagai sikap keagamaan yang

menyimpang.

2. Teori Pertimbangan Sosial

Teori ini melihat perubahan sikap sebagai pendekatan psikologi social.

Menurut teori ini perubahan sikap ditentukan oleh factor internal dan factor

eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi perubahan sikap adalah

presepsi social, posisi social, dan proses belajar social. Sedangkan factor

eksternal terdiri atas factor penguatan, komunikasi persuasive, dan harapan

yang diinginkan. Perubahan sikap menurut teori ini ditentukan oleh

keputusan-keputusan social sebagai hasil interaksi factor internal dan

eksternal.

Perubahan sikap dalam kaitanya dengan sikap keagamaan yang

menyimpang merujuk pada teori pertimbangan social ini nampaknya

menyangkut faktor status sosial seseorang dalam masyarakat, hal ini cendrung

dilator belakangi oleh harapan/keinginan untuk mengembalikan kedudukan

didalam masyarakat. Misalnya seseorang yang semula dihormati kemudian

ada saingan dari tokoh lain, untuk mengembalikan status yangpernah

diperolehnya, kemungkinan besar ia cendrung untuk melakukan sesuatu yang

menyimpang guna menarik kembali perhatian masyarakat.

Kaitanya dalam teori ini terdapat sikap keagamaan yang menyimpang

ditampilkan oleh seorang tokoh yang bersikap positif, dengan atas

pertimbangan kepentingan masyarakat banyak. Sikap kegamaan yang seperti

ini terlihat dalam kasus pembaharuan pemikiran keagamaan. Seperti halnya

para tokoh reformer (mujaddid) yang umumnya menampilkan sikap

6

Page 7: Problem Dan Jiwa Keagamaan

keagamaan yang beda dari tradisi keagaman yang berjalan. Dalam sejarah

sikap keagamaan seperti ini mampu mengubah tradisi keagamaan yang ada.

Beberapa contoh kasus antara lain oleh Shidharta Gautama. Martin Lhuther,

Kaisar Konstantin, dan sejumlah tokoh pembaharu dalam pemikiran

keagamaan lainya.

3. Teori Konsistensi dan Teori Fungsi

Menurut teori ini perubahan sikap lebih ditentukan oleh factor intern,

yaitu tujuanya untuk menyeimbangkan antara sikap dan perbuatan. Karena itu

oleh Fhritz Heider disebut balance theory (Mar’at, 1982: 37). Osgood dan

tannenbaum menemukan congruity (keharmonisan) dan masih ada pendapat-

pendapat yang berbeda dari para tokoh lainya. Walaupun berbeda dalam

penamaan namun intisari teori dari konsistensi ini adalah bahea perubahan

sikap merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang dalam upaya untuk

mendapatkan keseimbangan antara sikap dan perbuatan. Berdasarkan berbagai

pertimbangan maka seseorang kemudian memilih sikap tertentu sebagai dasar

untuk bereaksi atau bertingkah laku.

Kaitanya dengan sikap kegamaan seseorang menurut teori konsistensi

ini terdapat dalam kasus-kasus konversi agama. Konversi pada dasarnya

bersumber dari konflik yang terjadi pada diri seseorang. Pada tingkatan

tertentu, ini menimbulkan kegelisahan batin sebagai persoalan yang harus

mendapatkan pemecahanya. Selanjutnya timbul berbagai kemungkinan untuk

dijadikan pertimbangan dalam mencerminkan jalan keluar. Pemilhan jalan

keluar yang cocok dan tepat biasanya adalah yang paling dapat memberikan

ketenangan batin bagi yang bersangkutan.

Sedangkan menurut teory fungsi , perubahan sikap seseorang

dipengaruhi oleh kebutuhan seseorang. Sikap memiliki sifat fungsi untuk

menghadapi dunia luar agar individu senantisa menyesuaikan dengan

lingkungan menurut kebutuhanya.

Berdasarkan teori ini, bahwa terjadinya perubahan sikap tidak

langsung serta merta, melainkan melalui proses penyeimbangan diri dengan

7

Page 8: Problem Dan Jiwa Keagamaan

lingkungan. Keseimbangan tersebut merupakan penyesuaian dengan

lingkungan .

8

Page 9: Problem Dan Jiwa Keagamaan

BAB III

KESIMPULAN

Sikap keagamaan dan pola tingkah laku manusia adalah bersikap predisposisi untuk

bertindak senag atau tidak senang terhadap suatu objek yang mencakup komponen

kognisi, konasi dan afeksi.

Sikap keagaaan yang menyimpang terjadi apabila sikap seseorang terhadap

kepercayaan dan keyakinan yang dianut mengalami perubahan.

Dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan yang menyimpang adalah:

1. Teori stimulus dan respon

2. Teori pertimbangan sosial

3. Teori konsistensi dan teori fungsi

9

Page 10: Problem Dan Jiwa Keagamaan

DAFTAR PUSTAKA

Jalaudin. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001

http://alkhafiy.blogspot.com/penyimpangan-sikap-prilakukeagamaan.html

http://groups.google.co.id.konflik-dan-solusi-psikologi-agama,25 houemter2008

10