produksi obat

10
Departemen Produksi di Industri Farmasi Ilmu Farmasi : tugas dan fungsi bagian divisi departemen produksi obat, bahan obat, kosmetika di industri farmasi Bagian produksi dipimpin oleh seorang Manajer Produksi yang membawahi 4 Asisten Manajer yaitu Produksi I, Produksi II, Produksi III dan Pengemasan. Alur proses produksi pada pada tiap bagian produksi ini dimulai dari Bagian PPPI memberikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada masing-masing bagian produksi untuk produksi, yang disertai dengan Bon Penyerahan Bahan Baku (BPBB), Bon Penyerahan Bahan Kemas (BPBK), Man Hour (MH), Machine Hour (MCH),dan Berita Acara Produksi (BAP). Pengembangan produk akan memberikan Catatan Pengolahan Bets (CPB) dan Catatan Pengemasan Bets (CPSB). BPBK akan diteruskan ke gudang kemas, sedangkan BPBB serta CPB akan dikirimkan ke penimbangan sentral. Kemudian bahan baku yang telah ditimbang akan dikirim ke masing-masing bagian produksi untuk melakukan kegiatan produksi. 1. Produksi I Asisten manajer produksi I adalah seorang apoteker, yang bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi I, yaitu produksi tablet non betalaktam dan Anti Retro Viral (ARV). Rifampicin memiliki ruangan khusus untuk produksi mulai dari proses

Upload: usihikmah

Post on 11-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

proses membuat obat

TRANSCRIPT

Page 1: Produksi Obat

Departemen Produksi di Industri Farmasi

Ilmu Farmasi : tugas dan  fungsi bagian divisi departemen produksi obat, 

bahan obat, kosmetika di industri farmasi

Bagian produksi dipimpin oleh seorang Manajer Produksi yang membawahi 4 Asisten Manajer

yaitu Produksi I, Produksi II, Produksi III dan Pengemasan. Alur proses produksi pada pada tiap

bagian produksi ini dimulai dari Bagian PPPI memberikan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada

masing-masing bagian produksi untuk produksi, yang disertai dengan Bon Penyerahan Bahan

Baku (BPBB),

Bon Penyerahan Bahan Kemas (BPBK), Man Hour (MH), Machine Hour (MCH),dan Berita

Acara Produksi (BAP). Pengembangan produk akan memberikan Catatan Pengolahan Bets

(CPB) dan Catatan Pengemasan Bets (CPSB). BPBK akan diteruskan ke gudang kemas,

sedangkan BPBB serta CPB akan dikirimkan ke penimbangan sentral. Kemudian bahan baku

yang telah ditimbang akan dikirim ke masing-masing bagian produksi untuk melakukan kegiatan

produksi. 

1. Produksi I

Asisten manajer produksi I adalah seorang apoteker, yang bertanggung jawab terhadap

kegiatan produksi I, yaitu produksi tablet non betalaktam dan Anti Retro Viral (ARV).

Rifampicin memiliki ruangan khusus untuk produksi mulai dari proses mixing sampai akhir

pencetakan, sedangakn produksi ARV dilakukan di gedung terpisah dari produksi 1. Asisten

manajer dibantu oleh 4 supervisor, yaitu Spv. Granulasi, Spv. Pencetakan 40 tablet, dan Spv.

Penyalutan tablet dan Spv. Produksi dan Pengemasan ARV. Adapun tahapan-tahapan

produksi, sebagai berikut:

a) Granulasi

Metode yang digunakan dalam proses produksi tablet meliputi granulasi basah, granulasi

kering dan metode cetak langsung.

Page 2: Produksi Obat

1) Granulasi basah

Pada metode granulasi basah diawali dengan membuat larutan pengikat. Proses

pencampuran awal yaitu bahan aktif, bahan pengisi, sebagian penghancur dan larutan

pengikat dicampur menggunakan mixer Diosna. Bahan yang telah tercampur

kemudian dikeringkan dalam ruang Dehumidifier. Dilakukan pemeriksaan LOD (Loss

On Drying), jika memenuhi syarat dilakukan pengayakan dengan Communiting

Fitzmill/Oscilating Granulator agar distribusi partikelnya lebih seragam. Tahap akhir

adalah pencampuran akhir dengan fase luar atau lubrikan, biasanya digunakan

Magnesium Stearat atau Talk, menggunakan alat V-mixer sehingga menjadi massa

cetak. Selanjutnya, massa cetak tersebut akan dikirim ke Karantine In Process (KIP)

untuk dilakukan pemeriksaan oleh bagian In Process Control (IPC).

2) Granulasi kering

Pada granulasi kering, proses pencampuran awal dilakukan dengan mengayak semua

bahan, kemudian dilakukan pencampuran awal menggunakan mixer Diosna V-250.

Setelah itu, digranulasi dengan metoda slugging menggunakan mesin cetak atau

compacting menggunakan Roller Compactor kemudian dilakukan pengayakan

dengan menggunakan Oscillating Granulator sampai diperoleh granul yang siap

untuk dicetak. Setelah granul terbentuk, kemudian dilakukan proses pencampuran

akhir dengan fase luar menggunakan V-mixer untuk memperoleh massa cetak. Massa

cetak yang dihasilkan dikirim ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC.

3)  Cetak langsung

Proses cetak langsung dilakukan dengan pengayakan semua bahan aktif dan bahan

pembantu ke dalam satu wadah, V-mixer sampai menjadi massa cetak. Selanjutnya

massa cetak dikirim ke KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC.

b) Pencetakan tablet

Setelah melalui pemeriksaan IPC dan dinyatakan memenuhi syarat, massa cetak tersebut

dikembalikan ke Bagian Produksi I untuk dicetak. Setelah selesai pencetakan tablet,

maka dibawa ke KIP untuk pemeriksaan laboratorium oleh QC.

Page 3: Produksi Obat

c) Penyalutan

Proses penyalutan dilakukan terhadap beberapa sediaan tablet. Tablet salut yang

diproduksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta ada dua jenis, yaitu tablet salut

film dan tablet salut gula.

1) Tablet salut gula

Proses pembuatan tablet salut gula terdiri dari 4 tahap, yaitu Protecting/Sealing, Sub

Coating, Coating/Coloringdan Polishing.

a. Protecting. Pada awal proses penyalutan, tablet inti akan mengalami penyalutan

awal yang disebut dengan protecting dengan tujuan untuk melakukan proteksi

terhadap tablet inti. Bahan yang biasa digunakan adalah larutan Shellac. Proses

selanjutnya adalah mengeringkan tablet inti yang telah terproteksi tersebut ke

dalam dehumidifier dengan suhu 40 C selama 17 jam.

b.        Sub coating. Untuk menambah bobot tablet, biasanya menggunakan Magnesii Oxydum Talc.

Setelah proses sub coating tablet kembali dikeringkan di dalam dehumidifier dengan

suhu 40°Cselama 17 jam.

c.         Coating/Coloring. Tablet yang telah kering kemudian dilakukan coating/ coloring yaitu

dengan membasahi tablet menggunakan larutan gula, pengawet dan pewarna sampai diperoleh

bentuk tablet dengan permukaan yang halus dengan pewarnaan yang merata. Setelah dilakukan

proses coating, tablet dikeringkan di dalam dehumidifier dengan suhu 40oC selama 17 jam.

d.        Tahap akhir adalah proses polishing, biasanya menggunakan polishing wax untuk memberikan

warna yang mengkilap dari tablet salut dan pengeringan dilakukan kembali dengan suhu 40oC

selama 17 jam. Setelah seluruh proses selesai, tahap seleksi dilakukan secara manual (visual

pada meja kaca) dan dengan mesin, kemudian dilakukan IPC.

2)        Tablet salut film

Prosesnya lebih sederhana dengan efisiensi waktu yang lebih baik. Proses penyalutan film hanya

terdiri dua tahap, yakni pada tablet inti dilakukan spraying dan dilanjutkan dengan Polishing.

Setelah penyalutan, dilakukan seleksi untuk memeriksa kualitas penyalutan. Produk yang

terseleksi dengan baik kemudian dikirim ke karantina menunggu hasil pemeriksaan

laboratorium.

2.         Produksi II

Page 4: Produksi Obat

Produksi II berada di bawah tanggung jawab Asisten Manajer Produksi II untuk menangani

produk kapsul, krim, cairan dan sirup kering non betalaktam dan produk steril (injeksi). Asisten

manajer dibantu oleh empat supervisor, yaitu: Spv. Kapsul, Spv, Krim, Spv. Cairan dan sirup

kering non betalaktam, Spv. Sediaan steril (injeksi).

a.        Pembuatan sediaan kapsul

Proses pembuatan kapsul di lakukan dengan metode granulasi. Granul yang terbentuk dibawa ke

KIP untuk dilakukan pemeriksaan oleh IPC. Setelah memenuhi syarat dibawa kembali ke

ruangan produksi kapsul untuk dilakukan filling kapsul menggunakan mesin bosch dengan

metode punches and dies. Kapsul yang terbentuk dilakukan polishing, kemudian dibawa kembali

ke KIP untuk pengujian oleh IPC.

b.        Pembuatan sediaan krim

Produk krim di buat dari fase air dan fase minyak yang terlebih dahulu di lakukan peleburan.

Kedua fase di mixing dengan mesin planetary pada suhu 35°- 40°C sampai terbentuk basis krim.

Zat aktif di campur ke sedikit basis di lumpang sampai homogen. Kemudian zat aktif di mixing

ke dalam basis, kemudian dibawa ke KIP untuk di lakukan uji. Setelah memenuhi syarat uji,

dibawa kembali ke ruang produksi krim untuk dilakukan filling ke tube.

c.         Pembuatan sediaan cairan

Bahan aktif dan bahan tambahan di lakukan mixing dalam sebuah tangki sampai homogen.

Bagian KIP akan melakukan sampling ke produksi cairan untuk di lakukan pemeriksaan oleh

IPC. Setelah memenuhi syarat, di lakukan filling ke botol. Selama proses filling di lakukan

pengecekan keseragaman volume setiap 30 menit, kemudian dilakukan capping.

d.        Pembuatan sediaan steril (injeksi)

Produk steril dibuat pada kondisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti. Oleh karena itu,

untuk membuat sediaan steril diperlukan suatu ruangan terpisah dengan rancangan bangunan dan

konstruksi khusus. Tekanan udara di dalam ruangan lebih tinggi dari ruangan sekitarnya untuk

menghindari terjadinya kontaminasi silang.

e.         Pengolahan air produksi

Pengolahan air yang akan digunakan oleh bagian produksi berada di bawah tanggung jawab

Produksi II. Air yang dihasilkan dari proses pengolahan ini akan digunakan untuk pembuatan

sediaan cairan, pembuatan injeksi dan pencucian wadah seperti botol, tutup botol dan ampul.

Proses pengolahan air dapat dilihat pada lampiran 7.

Page 5: Produksi Obat

3)        Produksi III

Produksi III khusus memproduksi antibiotik turunan penisilin (betalaktam) yaitu Ampicilin dan

Amokcilin. Gedung betalaktam menurut CPOB harus dipisahkan dengan gedung yang lain

karena sifat kontaminasi dari produk betalaktam terhadap sediaan obat lain (berhubungan dengan

reaksi alergi/anafilaksis). Produk betalaktam ini diformulasi menjadi tiga bentuk sediaan yaitu

tablet, kapsul dan sirup kering. Plant Jakarta memproduksi kapsul dan sirup kering hanya sampai

pencampuran sedangkan pengisian dimakloonkan.

Proses produksi betalaktam pada dasarnya sama dengan produksi sediaan non betalaktam, proses

pembuatan tablet dilakukan dengan granulasi kering.

4)        Narkotika dan Psikotropika

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta memiliki hak khusus untuk mengimpor,

memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan golongan narkotika di

Indonesia sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No 199/Menkes/SK/III/1996.

5)         Pengemasan

Bagian pengemasan yang dipimpin oleh Asisten Manajer dibantu oleh 5 Supervisor (Spv.) yaitu

Supervisor KIP (Karantina In Process); Spv. pengemasan primer; Spv. pengemasan sekunder

sediaan tablet dan kapsul; Spv. pengemasan sekunder sediaan liquid, krim, injeksi, sirup kering

narkotik/psikotropik; dan Spv. Penandaan.

Proses pengemasan dimulai setelah produk ruahan diluluskan oleh QC. Semua produk dikemas

sesuai dengan bahan kemasan yang telah ditentukan. Produk yang telah melalui pengemasan

primer kemudian dimasukkan ke jalur pengemasan sekundersesuai dengan bentuk sediaannya.

a.        KIP (Karantina In Process)

Supervisor KIP bertugas menerima, menyimpan dan mengeluarkan produk massa (kecuali sirup

dan injeksi), produk antara (krim, cairan, granul dan lain-lain) dan produk ruahan sampai produk

jadi (untuk semua produk, termasuk sediaan injeksi dan sirup) untuk dilakukan pemeriksaan

laboratorium oleh IPC.

Ada 5 jenis bon penyerahan :

1)        Bon I : Penyerahan produk antara dari bagian produksi ke KIP.

2)        Bon II : Penyerahan produk antara yang telah diperiksa dari KIP kebagian produksi untuk

melanjutkan proses.

3)        Bon III : Penyerahan produk ruahan dari bagian produksi ke KIP

Page 6: Produksi Obat

4)        Bon IV : Penyerahan produk ruahan dari KIP ke bagian pengemasan.

5)        Bon V : Penyerahan produk jadi dari bagian pengemasan ke gudang produk jadi.

b.        Pengemasan primer

Pengemasan primer dikhususkan untuk sediaan padat, yaitu tablet dan kapsul. Pengemasannya

dimulai dari proses stripping, blistering atau counting (dimasukkan dalam botol).

1) Strip

Bahan yang digunakan untuk stripping adalah polycellonium. Alat stripping yang digunakan

contohnya adalah Forecma.

2) Blister

Bahan blister yang digunakan adalah Aluminium foil. Alat blisterring yang digunakan ada

Duankwei.

3) Counting ke dalam botol

Biasanya digunakan untuk obat yang murah atau tablet salut gula. Alat yang digunakan adalah

chi new.

c.         Pengemasan sekunder sediaaan tablet dan kapsul

Bertanggung jawab terhadap pengemasan sekunder dari produk yang telah dikemas pada

pengemasan primer tablet dan kapsul. Hasil strip dan blister yang lulus tes kebocoran dilanjutkan

ke pengemasan sekunder yaitu dengan memasukkannya ke dalam dus dan box.

d.        Pengemasan sekunder sediaan liquid, krim, injeksi, sirup kering narkotik/psikotropik

                           Pada pengemasan sekunder ada 12 jalur pengemasan dimana jalur 1-

8 untuk jalur                                        pengemasan sekunder untuk produk tablet dan kapsul, jalur

9-10 adalah jalur pengemasan                            sekunder untuk sediaan cair dan semisolid, jalur

11-12 terletak pada ruangan tertutup yang                            merupakan jalur pengemasan

sekunder narkotika dan psikotropika.

e.        Penandaan

Supervisor penandaan mendapat Rencana Harian dari bagian pengemasan sehari sebelumnya dan

memiliki tugas memberikan penandaan pada leaflet, etiket dan box yang berupa expired date,

manufacturing date, No. Batch dan Harga Eceran Tertinggi (HET).

NB : Ini hanya gambaran satu dari sekian banyak industri farmasi, antara satu industri

Page 7: Produksi Obat

farmasi dan yg lainnya mungkin saja ada beberapa perbedaan namun pada hakikatnya

secara prinsipil tidak akan jauh berbeda.