produksibenih hibrida dan non hibrida tanaman cabai, bawang merah, dan mentimun

24
MAKALAH TEKNOLOGI BENIH Produksi Benih Hibrida dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, dan Mentimun KELOMPOK 4 1. Indah Oktarilanissa 150510140057 2. Fahmi Zamaludin 150510140088 3. Rachmad mahendra 150510140102 4. Rezeki R. A. S. 150510140201 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Upload: rachmad-mahendara

Post on 03-Dec-2015

463 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Produksi benih hibrida dan non hibrida

TRANSCRIPT

Page 1: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

MAKALAH

TEKNOLOGI BENIH

Produksi Benih Hibrida dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, dan Mentimun

KELOMPOK 4

1. Indah Oktarilanissa 1505101400572. Fahmi Zamaludin 1505101400883. Rachmad mahendra 1505101401024. Rezeki R. A. S. 150510140201

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNVERSITAS PADJADJARAN

2015

Page 2: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat dari hasil pembelajaran penulis terhadap pengolahan lahan basah dan kering dapatkan, baik berupa buku dan sumber-sumber lainnya. Penulis tertarik terhadap penulisan sumber pustaka ilmiah maka, makalah kali ini berjudul “Produksi Benih Hibrida dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, dan Mentimun”.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknologi Produksi Tanaman.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak, baik berupa materi maupun dorongan dan bimbingan. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada.

1. Dosen mata kuliah dasar teknologi benih .

2. Rekan-rekan yang ikut  serta dan membantu dalam pembuatan makalah ini.

Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi di antaranya, masih perlu pembelajaran lebih mendalam. Oleh karena itu, dengan keterbukaan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

                                                                                         Bandung, 28 September 2015

Penulis

ii

Page 3: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Pengertian Produksi Benih Tanaman..........................................................................3

2.2 Tanaman Cabai............................................................................................................4

2.2.1 Produksi Benih Cabai Hibrida.............................................................................4

2.2.2 Produksi Benih Cabai Non Hibrida......................................................................5

2.3 Tanamam Bawang Merah............................................................................................5

2.3.1 Produksi Perbenihan Bawang Merah...................................................................6

2.4 Tanaman Mentimun.....................................................................................................7

2.4.1 Produksi Benih Mentimun Hibrida......................................................................8

2.4.2 Produksi Benih Mentimun Non Hibrida..............................................................9

2.4.3 Study Kasus Benih Mentimun.............................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12

3.1 Kesimpulan................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii

Page 4: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Makna hortikultura dalam Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seluk beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran, buahbuahan atau tanaman hias. Ilmu pengetahuan modern membagi hortikultura atas 3 bagian yaitu:

Sayur-sayuran Buah-buahan Tanaman Hias.

Ilmu hortikultura berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya tanaman, mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu cuaca, dan sebagainya. Budidaya hortikultura pada umumnya diusahakan lebih intensif dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari budidaya holtikultura ini per unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Misalnya tanaman hias berfungsi untuk memberi keindahan (aestetika), buah- 9 buahan sebagai makanan, dan lain-lain.

Tanaman yang memerlukan tahap penyemaian biasanya yang mempunyai siklus panen menengah hingga panjang dan memiliki benih yang kecil-kecil. Untuk tanaman dengan siklus panen cepat seperti bayam dan kangkung, tahap penyemaian menjadi kurang ekonomis. Sedangkan untuk tanaman yang memiliki biji besar, sebaiknya ditanam dengan ditugal. Tanaman yang berbiji besar relatif tahan terhadap kondisi lingkungan karena didalamnya telah terkandung zat yang berguna menopang awal pertumbuhan. Beberapa jenis hortikultura yang biasa disemaikan antara lain tomat, cabe, sawi, selada dan sebagainya.

Tanaman pangan adalah tanaman yang mendukung kehidupan manusia yang meliputi padi jagung dan sagu dan lain-lain. Dan tanaman hortikultura berasal dari Bahasa Latin yang terdiri dari dua patah kata yaitu hortus (kebun) dan culture (bercocok tanam). Hortikultura memiliki makna seluk beluk kegiatan atau seni bercocok tanam sayur-sayuran, buah – buahan atau tanaman hias. Tanaman Hortikurtura memiliki beberapa fungsi yakni: sebagai Sumber bahan makanan, Hiasan/keindahan, dan juga Pekerjaan. Hortikultura terbagi atas 4 bagian yaitu: Sayur-sayuran, Buah-buahan, tanaman Hias, dan tanaman obat. Ilmu hortikultura berhubungan erat dengan ilmu pengetahuan lainnya, seperti teknik budidaya tanaman, mekanisasi, tanah dan pemupukan, ilmu cuaca, dan sebagainya.

1

Page 5: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

Pada umumnya budidaya hortikultura diusahakan lebih intensif dibandingkan dengan budidaya tanaman lainnya. Hasil yang diperoleh dari budidaya holtikultura ini per unit areanya juga biasanya lebih tinggi. Lebih lanjut dikatakan tanaman holtikultura memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Misalnya tanaman hias berfungsi untuk member keindahan (aestetika), buah – buahan sebagai makanan, dan lain-lain. Holtikultura berinteraksi dengan disiplin ilmu lainnya seperti kehutanan, agronomi, dan ilmu terapan lainnya.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini yang dapat disimpulkan menjadi beberapa point sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana bududaya tanaman pangan dan tanaman hortikultura yang baik.

2. Untuk mengetahui perbedaan antara tanaman pangan dengan tanaman hortikultura.

3. Untuk mengetahui apa saja hama-hama/organisme yang menyerang tanaman pangan dan tanaman hortikultura tersebut dan bagaimana cara penangulanginya.

4. Untuk menambah pengetahuan tentang budidaya tanaman makanan dan hortikultura

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang budidaya hortikultura..

2

Page 6: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Produksi Benih Tanaman

Secara struktural/botanis, biji (grain) dan benih (seed) tidak berbeda antara satudengan lainnya, sedangkan secara fungsional benih dan biji memiliki pengertian yang berbeda. Karena benih merupakan komponen agronomi, maka benih termasuk kedalam bidang/ruang lingkup agronomi, Sejarah perkembangan perbenihan telah menempuh perjalanan yang cukup panjang, dimulai sejak zaman penjajahan hingga jaman kemerdekaan dan pada akhirnya terbentuklah Badan Benih Nasional (1971) yang bertugas merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan perbenihan nasional.

Bab ini membahas tentang pengertian benih dan biji, ruang lingkupnya, dan permasalahan permasalahan dalam perbenihan.Benih bermutu baik merupakan faktor utama suksesnya produksi. Di negara berkembang, tidak/kurang tersedianya benih bermutu antara lain disebabkan oleh kekurangan atau kelemahan dalam: (1) penyediaan varietas unggul, (2) teknologi produksi benih, (3) penanganan benih pasca panen, dan (4) pemasaran. Disamping itu minat petani terhadap varietas baru masih kurang. Biasanya petani menggunakan benih yang dihasilkan sendiri (save own seed), karena benih komersial tidak tersedia atau bukan varietas yang tepat sesuai kebutuhan mereka.

Produksi benih bermutu tinggi dengan mutu fisik, kemurnian spesies dan kultivar yang tinggi, daya berkecambah dan vigor yang tinggi, ukuran yang seragam, bebas dari biji gulma dan penyakit seedborne, dan kadar air benih rendah, memerlukan kemampuan teknis dan pengetahuan tentang pemuliaan tanaman. Orientasi pemuliaan dalam menghadapi tuntutan produksi benih tidak saja berdasarkan kriteria ekonomis, tetapi juga pada prinsip DUS (distinctiveness, uniformity, stability). Varietas yang dihasilkan selain unggul dalam produksi (hasil tinggi, tahan penyakit tertentu, dsb), juga harus memiliki sifat yang berbeda dari varietas lainnya yang sudah beredar (distinctive), seragam performansi pertanamannya (uniform), dan mantap (stable) dalam sifat keunggulannya. Selain itu diperlukan jaminan oleh pihak ketiga sehingga lahirlah Program Sertifikasi Benih. Program ini dilaksanakan oleh instansi pemerintah, perorangan atau badan hukum dengan seizin pemerintah (UU No.12 tahun 1992 pasal 14 ayat 1 dan 2). Prinsip program sertifikasi benih mengandung dua misi yaitu agar benih yang dipasarkan terjamin mutunya dan benar informasinya.

Produksi benih tergantung pada spesies tanaman, tetapi pada dasarnya mengikuti prinsip berikut: (1) mempertahankan kemurnian genetik benih, dan (2) teknologi produksi benih yang mencakup prinsip-prinsip agronomi untuk mempertahankan mutu benih yang tinggi.

3

Page 7: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

II.2 Tanaman Cabai Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, cabai dikasifikasikan dalam taksonomi sebagai

berikut :Kingdom : Plante Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympetale Ordo : Tubliflorare (Solanes) Genus : Capsicum Spesies : Capsicum Annum l.

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Tanaman cabai (capsicum sp) sendiri diperkirakan ada sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya, Amerika.Diantaranya yang sudah akrab denagn kehidupan manusia baru beberapa spesies saja, yaitu cabai besar (C. Annum), cabai kecil (C. frustescens), C. Baccatum, C. Pubescens, dan C. Chinense.

Selama bertahun-tahun kita hanya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu cabai kecil yang pedas atau cabai besar tapi kurang pedas.Kini ada pilihan ketiga yang menggabungkan sifat-sifat unggul dari pilihan tersebut.Hadirnya cabai hibrida IPB CH3, memberikan pilihan varian cabai besar dengan rasa yang pedas.Produktivitas cabai IPB CH3 tergolong tinggi, yaitu 1,11 kg per tanaman. Cabai yang mendapat predikat kelas mutu I menurut standar SNI ini juga memiliki umur panen yang lebih cepat dibandingkan cabai besar varietas lainnya.Cabai ini sangat adaptif dengan lingkungan optimum dan cocok dibudidayakan di Indonesia, karena merupakan hasil persilangan dari genotipe lokal.

II.2.1 Produksi Benih Cabai Hibrida

F-1 singkatan dari Filial – 1 atau turunan ke-1. Benih F-1, artinya benih turunan pertama dari hasil persilangan (hibridisasi) antara dua jenis unggul yang terpilih dan telah diuji keunggulannya. Benih F-1 sering disebut pula dengan benih-hibrida. Benih F-1 biasanya memiliki keunggulan dalam hal mutu dan hasil produksi persatuan luas tanaman (produktifitas). Karena itu maka biasanya tanaman dari benih F-1 memiliki daya serap (respon) lebih tinggi terhadap zat makanan yang diberikan, sehingga pemberian pupuknya harus lebih tinggi dibanding dengan tanaman dari benih non-hibrida.

Hasil produksi dari tanaman benih hibrida tidak dapat dijadikan benih, atau tidak dapat diturunkan sebagai benih, karena akan mengalami pemisahan sifat baik dan dapat berganti dengan munculnya sifat kurang baik, sehingga tanaman tidak

4

Page 8: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

seragam dan produksinya rendah. Cara membuat benih tanaman cabe (hibrida) dilakukan oleh para ahli perbenihan dikebun khusus atau kebun laboratorium yang terpisah dari kebun biasa. Satu hal yang harus ada dalam produksi benih hibrida adalah, adanya tanaman jantan mandul sebagai penerima tepung sari (pollen) yang dikehendaki. Tanaman jantan mandul ini dihasilkan oleh perusahaan dengan teknologi tinggi sehingga harganya mahal. Dari itu usaha memproduksi benih hibrida diperlukan modal yang besar dengan teknologi tinggi.

II.2.2 Produksi Benih Cabai Non Hibrida

Persyaratan Umum dalam Produksi Benih Cabai Selain memenuhi syarat – syarat budidaya yang optimum, persyaratan umum lain dalam memproduksi benih adalah sebagai berikut : - Sumber benih harus benar. Benih merupakan salah satu factor penentu kesuksesan

dalam budi daya tanaman. Dengan demikian untuk memperoleh hasil yang maksimal serta sesuai dengan yang diinginkan dalam budi daya harus menggunakan sumber benih yang benar dan berkualitas.

- Benih ditanam pada lahan yang bersih, bebas dari gulma atau tanaman lain. Areal pertanaman yang akan dipergunakan untuk lahan penanaman cabai harus bersih, bebas dari gulma atau sisa tanaman. Hal ini untuk menghindari adanya kompetisi terutama untuk unsur air dan unsur hara serta untuk mencegah kemungkinan timbulnya penyakit.

- Benih ditanam pada lahan yang sebelumnya tidak ditanami tanaman keluarga / famili terung - terungan. Areal pertanaman yang akan digunakan bukan bekas tanaman cabai atau tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Jika tanaman sebelumnya adalah yang termasuk famili Solanaceae seperti kelompok cabai, tomat, terung atau kentang, maka sebaiknya tanah harus diberakan sekurang – kurangnya selama 3 bulan.

- Isolasi pertanaman yang cukup baik untuk mencegah terjadinya penyerbukan silang dengan varietas lain (lihat butir 3.1.1.).

- Pencegahan kemungkinan tercampurnya benih dengan benih varietas lain pada saat panen dan prosesing benih Apabila

II.3 Tanamam Bawang Merah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional yang sejak lama diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah (Rp 2,7 triliun/tahun) dengan potensi pengembangan areal cukup luas mencapai ± 90.000 ha .

Benih merupakan masukan utama dalam agribisnis yang proses pengadaannya juga merupakan kegiatan agribisnis dan sebagai bahan baku industri pertanian. Dalam program sertifikasi benih, dipilah dalam kelas-kelas yaitu BS (Breeder

5

Page 9: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

Seed/Benih Penjenis), FS (Foundation Seed/Benih Dasar), SS (Stock Seed/Benih Pokok), dan ES (Extension Seed/Benih Sebar). Pemilahan kelas-kelas benih tersebut didasarkan pada tingkat kemurnian benih secara genetis dan tingkat/kelas penangkar benih yang berhak memproduksinya.

Benih merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil bawang merah. Benih dipilih dari umbi hasil pertanaman untuk konsumsi yaitu umbi-umbi yang berukuran kecil (4-5 g/umbi) agar kebutuhan benih tidak terlalu banyak Pada umumya benih yang digunakan oleh petani adalah umbi-umbi yang berasal dari pertanaman konsumsi tanpa melalui seleksi, tetapi umbi-umbi itu telah disimpan dalam waktu sekitar 3 bulan. Hal ini dikarenakan kalau membeli benih benih bermutu harganya jauh lebih mahal, sampai 4-5 kali harga bawang konsumsi. Dengan keadaan terpaksa petani menggunakan benih seadanya yang sangat bervariasi, dari berat 5 gram sampai 15 gram/umbi, sehingga kebutuhan benih berkisar antara 0,6-1,4 ton/ha sehingga biaya produksi semakin tinggi.

Varietas unggul bawang merah yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian yang harus dikembangkan untuk diproduksi menjadi benih bermutu atau bersertifikat yaitu varietas Bauji, Super Philip , Batu Ijo, Bima Brebes, Maja Cipanas, Tiron, Kuning, Keta Monca, Tinombo, Kramat 1, Kramat 2.

II.3.1 Produksi Perbenihan Bawang Merah

Benih yang digunakan berasal dari varietas unggul nasional yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian. Benih unggul tersebut bemutu dan bersertifikat serta berlabel dengan kelas benih yang lebih tinggi dari yang akan diproduksi. Benih bawang yang akan ditanam sudah melewati masa dormansi (berumur 2-3 bulan setelah panen).

Beberapa varietas bawang merah yang dikembangkan oleh Balitsa Lembang Jawa Barat antara lain adalah : Pikatan, umur panen normal 55 hari, potensi hasil 6,2 – 23,3 ton/ha, dengan

keunggulan tahan simpan sampai 6 bulan Pancasona, umur panen normal 57 hari, potensi hasil 6,9 – 23,7 ton/ha, dengan

keunggulan tahan simpan sampai 3 - 4 bulan Trisula, umur panen normal 55 hari, potensi hasil 6,5 – 23,2 ton/ha, dengan

keunggulan tahan simpan sampai 5 bulan Mentes, umur panen normal 58 hari, potensi hasil 7,1– 27,6 ton/ha, dengan

keunggulan tahan simpan sampai 3 - 4 bulan

Permohonan Pemeriksaan Lapangan

6

Page 10: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

Sebelum dilakukan perbanyakan benih, penangkar benih bawang harus mengajukan permohonan pemeriksaan lapangan pendahuluan kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSBTPH) Propinsi Aceh. Surat Permohonan ini harus diajukan paling lambat 1 (satu) minggu sebelum tanam.

Walaupun tanaman bawang merah termasuk tanaman menyerbuk silang, namun karena pembiakannnya secara vegetatif dengan menggunakan umbi maka dalam suatu populasi dengan kultivar yang sama akan mempunyai genotipe yang sama dengan induknya. Dengan demikian potensi dari masing-masing individu akan tetap sama dan relatif tidak berubah dalam hal daya hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit, kualitas umbi dll. Sehingga dari tahun ke tahun , sifat-sifat ini akan sama dan peningkatan hasil dapat ditingkatkan dengan perbaikan budidaya. Perbedaan yang terjadi dalam satu varietas umumnya karena perbedaan lingkungan tumbuhnya (perbedaan agroekologi) sehingga sedikit berpengaruh pada penampilan morfologis (penampilan luar).

II.4 Tanaman Mentimun

Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan yang sudah populer di seluruh dunia. Menurut sejarahnya, tanaman mentimun berasal dari benua Asia. Beberapa sumber literatu rmenyebutkan daerah asal tanaman mentimun adalah Asia Utara, tetapi sebagian lagi menduga berasal dari Asia Selatan. Para ahli tanaman memastikan daerah asa ltanaman mentimun adalah India, tepatnya di lereng gunung Himalaya. Di kawasan ini diketemukan jenis mentimun liar yaitu Cucumis hardwichii Royle yang jumlah kromosomnya tujuh pasang (n = 14). Padahal jumlah kromosom mentimun pada umumnya adalah 2n = 2x = 24. Sumber genetik (plasma nuftah) mentimun yang lain diketemukan para ahli tanaman terdapat di Afrika Selatan.

Dari kawasan India dan Afrika Selatan, pembudidayaan mentimun kemudian meluas kewilayah Mediteran. Mentimun merupakan tanaman herba setahun yang batangnya tumbuh menjala ratau merambat, berbulu halus dan berwarna hijau.

7

Page 11: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

Daunnya berwarna hijau, kasar, berjari tiga hingga tujuh. Bunganya merupakan bunga tunggal berbentuk lonceng dengan warna kuning. Buahnya secara umum bulat memanjang. Untuk mentimun local buahnya agak bulat dan berwarna hijau pucat dan kuning setelah tua (Annonymous 2011).

Klasifikasi mentimun Cucumis sativus LKingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSub division : AngiospermaeClass : DicotyledonaeOrdo : CucurbitalesFamily : CucurbitaceaeGenus : CucumisSpecies : Cucumis sativus L

Ketimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah atau di rumah kaca. Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhan nyamemerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang gembur dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainage yang baik. Ketimun sebaiknya dirambatkan kepara-para dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai 1.300 m dpl. Tanaman ini diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India Utara

II.4.1 Produksi Benih Mentimun Hibrida

Varietas mentimun hibridisasi di lakukan terhadap 4 tetua, induk induk jantan ditanam di rumah plastic dan tetua betina ditanam di lapangan kebun Subang dari bulan Maret sampai Agustus 2011., bahan terdiri dari 4 parent ( tetua)LV 1043,, LV 2904 , LV 2906, dan LV 2908. Perbanyakan menggunakan metode hibridisasi dan emaskulasi untuk tetua tetua betina, luas lahan 250m di rumah plastic dan 750 m di lapangan.

Tujuan Hibridisasi untuk menggabungkan dua sifat atau lebih sehingga diperoleh benih Fi hibrida. Hasil Hibridisasi antara tetua LV 1043 X LV 2904 menghasilkan 252 buah tua dan 1500 gram benih sedangkan antara tetua LV 2908 X LV 2906 menghasilkan 1 876 buah tua dan 1520 gram benih Kata kunci ; benih, hibrida, mentimun, pelepesan varietas Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu sayuran yang penting di Indonesia, khususnya di dataran rendah.

Salah satu cara memperbaiki potensi hasil mentimun adalah melalui pembentukan varietas hibrida. Penggunaan varietas hibrida pada mentimun dapat meningkatkan hasil 24- 39% apabila menggunakan tetua yang berkerabat jauh (Hayes and Jones, 1916, Cit, Whitaker and Davis, 1962) melalui kerjasama penelitian AVNET diperoleh bermacam- macam genotipe unggul dari negara-negara ASEAN. Variasi yang cukup besar dari genotipegenotipe tersebut memperlihatkan hubungan

8

Page 12: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

kekerabatan yang cukup jauh sehingga peluang untuk membentuk varietas hibrida dari mecam-macam genotipe tersebut cukup besar.

II.4.2 Produksi Benih Mentimun Non HibridaBudidaya mentimun biasanya memperbanyak tanaman melalui biji. Benih

timun jepang dan timun gherkin masih diimpor dari negeri asalnya. Sebelum benih ditanam, sebaiknya media persemaian dipersiapkan terlebih dahulu. Benih dituntut memiliki mutu tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum.

Cara mendapatkan benih yang baik adalah dengan menyeleksi mentimun yang pangkalnya kecil namun buahnya panjang dan besar. Biarkan buah mentimun tersebut masak dipohon. Setelah terlihat akan membusuk petik buah tersebut dan diamkan selama satu malam. Keesokannya buah dibelah dan dikerok bijinya. Lalu masukkan kedalam wadah yang bersih dan biarkan kembali selama satu malam.

Setelah itu, ayak biji mentimun di air mengalir sampai selaput yang menyelubunginya hilang. Untuk memudahkan pengelupasan selaput, campurkan halus abu pada benih tersebut. Pada waktu pengayakan lakukan sortasi biji. Pilih biji yang tenggelam, tidak hanyut terbawa aliran air. Kemudian jemur biji mentimun selama 2 hari. Setelah dijemur sebaiknya biji dikemas dalam botol kaca yang bersih. Simpan biji tersebut selama 1-2 bulan sebelum digunakan untuk menghilangkan masa dormannya. Benih yang disimpan dengan baik bisa bertahan hingga satu tahun.

II.4.3 Study Kasus Benih MentimunMengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman

mentimun dan mencari media tanam yang cocok untuk pertumbuhan vegetatif tanaman mentimun. 1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, ayakan pasir,

meteran, kayu, bambu, ember, gunting, kamera digital, hand spayer, handuk, jaring, toples, dan alat-alat tulis.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji tanaman mentimun hibrida, tanah kebun, pasir, pupuk kandang sapi, polybag ukuran 20 X 30 cm, label, tali plastik, plastik transparan untuk naungan dan Sibutox Penelitian eksperimen ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan sehingga terdiri dari 25 unit percobaan. Adapun perlakuannya adalah tanah kebun (kontrol), tanah kebun + pasir (2:1), tanah kebun + pupuk kandang sapi (2:1), pasir + pupuk kandang sapi (1:1), tanah kebun + pasir + pupuk kandang sapi (2:1:1)

Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada saat munculnya bunga. Parameter pada penelitian ini antara lain adalah: persentase bibit yang hidup, jumlah daun dan tinggi tanaman mentimun. Analisa data dilakukan dengan uji F dan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf α 5 %

Hasil Dan Pembahasan

Tabel 1: Rata –rata dan Jumlah bibit Mentimun (Cucumis sativus L.) Yang Hidup Pada Berbagai Media Tanam Perlakuan

9

Page 13: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

Jumlah Bibit Yang Hidup

ABCDE

90%85%80%80%95%

Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing media tanam. Persentase bibit yang hidup pada perlakuan A adalah 90%, B adalah 85%, C dan

D adalah 80% dan E adalah 95%. Dari semua perlakuan bahwa jumlah bibit yang paling banyak hidup adalah

perlakuan E yaitu pada media tanam tanah kebun campur pupuk kandang sapi dan pasir. Sedangkan pada perlakuan C dan D adalah yang paling sedikit hidup.

Adanya perbedaan ini diduga akibat kandungan dan struktur dari setiap media tanam tersebut, selain itu tergantung pada vigor dan viablilitas benih mentimun.

Menurut Sutedjo (1994), kotoran sapi memiliki struktur yang remah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman dengan struktur remah keadaan air dan udara yang diperlukan untuk pengambilan unsur hara dan pernapasan akar tersedia dan seimbang.

Menurut Sutopo (2002), bahwa media pasir yang dilengkapi dengan bahan-bahan organik mempunyai sifat fisika yang baik, gembur dan mempunyai kemampuan menyerap air.

Tabel 2: Rata –rata Jumlah Daun dan Tinggi Batang Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Berbagai Media Tanam

Perlakuan

Jumlah daun(helaian)

Tinggi batang(cm)

EDCBA

7,6 a6,4 b6,2 b5,6 bc5.0 c

62,7 a47,2 b44,3 b41,5 b41,6 b

Ket: Angka- angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut BNT Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa pada perlakuan E memberikan hasil

yang paling tinggi terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman. Hal ini karena kandungan unsur hara pada perlakuan E lebih tinggi dari pada perlakuan yang lainnya.

Pada perlakuan E merupakan media tanam campuran tanah kebun, pupuk kandang dan pasir. Dimana dalam pupuk kandang sapi terdapat unsur Nitrogen, Posfor dan

10

Page 14: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

Kalium. Menurut Lingga (2001) unsur Nitrogen mampu merangsang pertumbuhan tinggi batang, cabang dan daun, Posfor mempercepat pembungaan dan Kalium berperan memperkuat tubuh tanaman dan kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit.

Rata-rata pertumbuhan tanaman mentimun dari media A dan B (tanah dan pasir) merupakan rata-rata yang terendah dari rata-rata perlakuan lainnya, karena pada perlakuan A hanya terdiri dari tanah saja. Hal ini di duga struktur tanah yang mudah memadat karena tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil dan pertukaran oksigen cukup lambat sehingga akar tidak mampu menembus lapisan tanah maka pertumbuhan tanaman menjadi lambat (Lingga, 1990).

Sedangkan tanah pasir kurang baik menyekat air. Air yang diberikan pada media jenis ini tidak mampu disekat sehingga mengalir begitu saja dan mudah terkikis angin (Yandianto, 2003). Menurut Agoes (1994), untuk menghasilkan media tanam yang sesuai dengan perakaran tanaman maka perlu mengkombinasikan beberapa bahan dan disesuaikan dengan jenis tanaman. Penggunaan media tanam yang baik dan sesuai akan mempengaruhi lama pertumbuhan tanaman

11

Page 15: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Produksi benih dimaksudkan untuk memperbanyak suatu benih yang di kemudian hari benih tersebut akan digunkan oleh masyarakat. Baiknya setiap benih yang akan kita produksi adalah benih yang telah memiliki sertifikat dan lulus uji mutu. Hal ini dikarenakan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan apabila di kemudian hari benih yang kita produksi merugikan. Misalnya benih tersebut tidak tumbuh, karena benih tersebut telah mengalami deteriorasi karena penyimpanan yang kurang baik, dan lain sebagainya

Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada saja benih yang diproduksi tanpa melihat sertifikasi dan uji mutu benih. Ini merupakan tugas bagi kita semua dalam melakukan pengawasan dan pencegahan agar hal tersebut tidak dapat terjadi lagi.          

Salah satu unsur penunjang keberhasilan usaha produksi bawang merah adalah penggunaan benih bermutu. Pasar perbenihan bawang merah masih sangat berpeluang karena dibatasinya benih impor oleh pemerintah. Pembinaan terhadap penangkar benih bawang merah akan meningkatkan produksi dan mengurangi devisa yang dikeluarkan karena harus mengimpor benih dari luar negeri.

Budidaya bawang merah perlu diarahkan untuk memenuhi standar Good Agriculture Practice (GAP), agar petani/pelaku usaha bisa bersaing dalam pasar global. GAP adalah cara budidaya yang benar melalui penerapan teknologi maju. Untuk itu diperlukan dukungan pemerintah terutama aspek penyuluhan dan pendampingan teknologi secara berkesinambungan

12

Page 16: Produksibenih Hibrida Dan Non Hibrida Tanaman Cabai, Bawang Merah, Dan Mentimun

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2009. Standar Prosedur Operasional Produksi Benih Bawang Merah. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementrian Pertanian, Jakarta.

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi. 2013. Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Tanaman Hortikultura. Direktorat Jendral Hortikultura. Kementrian Pertanian, Jakarta.

Wiguna, G. Hidayat, IM. Dan Azmi, C. 2013. Perbaikan Teknologi Produksi Benih Bawang Merah melalui Pengaturan Pemupukan, Densitas dan Varietas. J. Hort. 23(2):137-142.

anson P, J.T. Chen, C.G. Kuo, R. Morris dan R.T. Opena, 2000. Suggested Cultural practices for tomato. International Cooperator’s guide. AVRDC: 8 pp

Baswarsiati, E, Korlina., Abu, dan T, Siniati, 2009. Teknologi bawang merah berbasis Good Agriculture Practises (GAP). Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian.

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Timur, 2008. Pemurnian Benih dan Sertifikasi Benih Bawang Merah. Makalah Pertemuan Apresiasi Penangkar Benih Bawang Merah se Indonesia Bagian Timur di Malang.

Departemen Pertanian, 2006. Profil Perbenihan Hortikultura Indonesia. Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009. Profil Kawasan Hortikultura Bawang Merah. Direktorat Jenderal Hortikultura

Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2008. Alur dan Distribusi Benih Bawang merah di Indonesia. Makalah Pertemuan Apresiasi Penangkar Benih Bawang Merah se Indonesia Bagian Timur di Malang. Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Jakarta.

13