profil hematologis ayam kampung jantan hasil … fileberupa kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara,...

68
i PROFIL HEMATOLOGIS AYAM KAMPUNG JANTAN HASIL PEMBERIAN L-GLUTAMIN SECARA IN OVO SKRIPSI Oleh: NURUL MUTMAINNA I111 13 372 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: danghanh

Post on 08-Apr-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PROFIL HEMATOLOGIS AYAM KAMPUNG JANTAN HASIL

PEMBERIAN L-GLUTAMIN SECARA IN OVO

SKRIPSI

Oleh:

NURUL MUTMAINNA

I111 13 372

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

ii

PROFIL HEMATOLOGIS AYAM KAMPUNG JANTAN HASIL

PEMBERIAN L-GLUTAMIN SECARA IN OVO

SKRIPSI

Oleh:

NURUL MUTMAINNA

I111 13 372

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

iii

iv

v

ABSTRAK

NURUL MUTMAINNA. I111 13 372. Profil Hematologis Ayam Kampung Jantan Hasil

Pemberian L-Glutamin Secara In ovo. Dibawah Bimbingan: Djoni Prawira Rahardja

dan Muhammad Yusuf.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian L-glutamin

secara in ovo terhadap status hematologis ayam kampung jantan. Sebanyak 15

ekor ayam kampung jantan digunakan pada penelitian ini. Penelitian ini

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan

menggunakan 3 ekor ayam kampung jantan setiap unit perlakuan. Perlakuan ini

terdiri dari, P0 (kontrol negatif); P1 injeksi 0,5 ml NaCl 0,9% (kontrol positif); P2

injeksi 0,5 ml larutan L-glutamin 0,5% dalam NaCl 0,9%; P3 injeksi 0,5 ml

larutan L-glutamin 1% dalam NaCl 0,9%; P4 injeksi 0,5 ml larutan L-glutamin

1,5% dalam NaCl 0,9%. Asam amino L-glutamin ini di injeksikan pada hari ke 7

inkubasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian L-glutamin secara in

ovo tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah eritrosit, nilai

hematokrit, kadar hemoglobin dan MCHC ayam kampung jantan.

Kata Kunci: Ayam Kampung Jantan, In Ovo L-glutamin, Hematologis

vi

ABSTRACT

NURUL MUTMAINNA. I111 13 372. Hematological Profile of Males

Kampung Chicken After In Ovo L-Glutamin Administration. Supervised by:

Djoni Prawira Rahardja and Muhammad Yusuf.

This study was conducted to evaluate the effect of in ovo feeding L-

glutamine on the hematological profile of males Kampung chicken. Fifteen male

Kampung chickens ware used in the study which arranged as a complete

randomized design (CRD) of 5 treatments and 3 animals in each treatments

replication: P0 (control negative); P1 injection 0,5 ml 0,9% NaCl (control

positive); P2 injection 0,5 ml 0,5% glutamine in 0,9% NaCl; P3 injection 0,5 ml

1% glutamine in 0,9% NaCl; P4 injection 0,5 ml 1,5% glutamine in 0,9% NaCl.

Amino acid of L-glutamin was injected on the day 7 of incubation. The results

this study showed that in ovo L-glutamine with different levels at the day 7

incubation did not significantly (P>0,05) affect on eritrocyte count,

haemoglobin, hematocrit and MCHC of males Kampung chicken.

Key words: Males Kampung Chicken, L-Glutamin In Ovo, Hematological

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh………………………………………

Puji syukur kepada Allah ta’ala yang masih memberikan limpahan rahmat

berupa kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara, sehingga penulis tetap dapat

menjalankan aktivitas sebagaimana mestinya, dan tak lupa pula kami haturkan

salawat dan salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad sallallahu’alaihi

wasallam, keluarga dan para sahabat, tabi’in dan tabiuttabi’in yang terdahulu,

yang telah memimpin umat islam dari jalan kejahilian menuju jalan Addinnul

islam yang penuh dengan cahaya kesempurnaan.

Limpahkan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara

kepada Ayahanda Baharuddin dan Ibunda Rahmatia yang telah melahirkan,

mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu

tulus kepada penulis sampai saat ini dan senantiasa memanjatkan do’a dalam

kehidupannya untuk keberhasilan penulis. Semoga Allah senantiasa

melindunginya dan mengumpulkan kelurga kami dalam syurganya.

Terima kasih tak terhingga kepada bapak Prof. Dr. Ir. Djoni Prawira

Rahardja, M.Sc selaku Pembimbing Utama dan kepada bapak Dr. Muhammad

Yusuf S.Pt selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu

yang telah diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan

pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai

selesainya skripsi ini.

Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan dengan

segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada:

viii

1. Ibu Rektor UNHAS, Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II dan III dan

seluruh Bapak Ibu Dosen yang telah melimpahkan ilmunya kepada

penulis, dan Bapak Ibu Staf Pegawai Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Herry Sonjaya, DEA. DES., Bapak Dr. Ir. Wempie

Pakiding, M. Sc dan ibu Prof. Rr. Sri Rachma A. B. M.Sc., Ph.D selaku

pembahas yang telah banyak memberikan masukan dan nasehat bagi

penulis

3. Bapak Rachman Hakim S.Pt., MP., Ibu Dr. Nahariah, S. Pt., MP, dan Ibu

drh. Farida Nur Yuliati, M.Si selaku Orang Tua Kedua yang banyak

meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, nasehat, dukungan dan

terlebih pelajaran hidup kepada penulis.

4. Kak Syukrullah S.Pd dan Kak Musdalifa S.Pd yang telah menjadi seorang

kakak yang sangat berarti bagi penulis.

5. Kanda Muhammad Azhar S.Pt., M.Si, Urfiana Sara S.Pt., M.Si, kak Yogi

dan kak Ridho yang telah banyak membantu di Laboratorium Ilmu Ternak

Unggas hingga penelitian selesai.

6. Teman- teman satu tim Fitri Fadillah Handayani, Kurnia, Nur Astuti, kak

Sulkifli, Arisman, Muhammad danial, Muslimin, Makmur, Abdan Baso

dan Ikram Muin yang telah menjadi sahabat sekaligus saudara bagi penulis

dalam susah mau pun senang.

7. Kepada teman-temanku Sitti Rahma Syam, Nur Hikmawati, Yohana

Figetri Sanggur, Hayu Fitriani, Upi, Syifa, Nur Husna, Mukarrama, dan

Cece Maharani yang bukan hanya menjadi teman namun saudara dan

ix

sahabat yang banyak memberikan dukungan, motivasi dan nasehat kepada

penulis

8. Teman angkatan Larfa 013, teman Ant 014, Solandeven 011, Lion 010 dan

Flock Mentality 012.

9. Teman-teman KKN Gel. 93 Kabupaten Wajo, Kecamatan Pammanna,

terkhusus kepada Syifa, Kia, Indar, kak Ricky, Kasmanto/Anto, Febry,

Pakde, Bukde, Kak Aso’ Besar, Aso’ Kecil, Kak Alang dan Besse yang

telah banyak menginspirasi dan mengukir pengalaman hidup bersama

penulis yang tak terlupakan selama 2 bulan mengabdi di masyarakat.

10. Teman Lembaga Tercinta LD Mushalla An-Nahl dan LDK MPM UNHAS

yang telah banyak memberi wadah terhadap penulis untuk berproses dan

belajar.

Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran pembaca sangat

diharapkan adanya oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan nantinya, terlebih khusus di bidang peternakan. Semoga makalah

skripsi ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis itu

sendiri.

AAMIIN YA ROBBAL AALAMIN.

Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Agustus 2017

Penulis

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv

ABSTRAK ................................................................................................ v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

Ayam Kampung ................................................................................... 5

Pemberian Nutrisi Melalui Teknik In Ovo ............................................ 7

Asam Amino Glutamin ......................................................................... 9

Profil Hematokrit Ayam Kampung ........................................................ 11

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 20

Waktu dan Tempat ................................................................................ 20

Materi Penelitian ................................................................................... 20

Rancangan Penelitian ............................................................................ 21

Prosedur Penelitian ................................................................................ 21

Parameter yang Diukur .......................................................................... 23

Analisis Data ......................................................................................... 25

xi

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 27

Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) ...................................................... 27

Kadar Hemoglobin ................................................................................ 28

Nilai Hematokrit .................................................................................... 29

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) ..................... 30

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 33

Kesimpulan ........................................................................................... 33

Saran ...................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 34

DAFTAR ISTILAH .................................................................................. 45

LAMPIRAN ............................................................................................... 48

xii

DAFTAR TABEL

No.

1. Nilai Komponen Darah pada Ayam Kampung dan Ayam

Petelur Komersil ............................................................................ 15

2. Profil Hematologis Ayam Kampung Jantan Hasil Injeksi

L-Glutamin Secara In Ovo ............................................................. 27

Halaman

xiii

DAFTAR GAMBAR

No.

1. Proses Metabolisme L-Glutamin ...................................................... 10

2. Skema Hematopoesis ....................................................................... 14

3. Bentuk Sel Darah Merah (Eritrosit) ................................................. 16

4. Skema Eritropoesis ........................................................................... 17

Halaman

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No.

1. Data Penelitian Hematologis Hasil Penambahan L-Glutamin

Secara In Ovo. ...................................................................................... 48

2. Hasil Sidik Ragam Terhadap Jumlah Eritrosit Hasil Penambahan

L-Glutamin Secara In Ovo ................................................................... 49

3. Hasil Analisis Sidik Ragam Terhadap Kadar Hemoglobin Hasil

Penambahan L-Glutamin Secara In Ovo .............................................. 50

4. Hasil Sidik Ragam Terhadap Nilai Hematokrit Hasil Penambahan

L-Glutamin Secara In Ovo .................................................................. 51

5. Hasil Sidik Ragam Terhadap MCHC Hasil Penambahan L-Glutamin

Secara In Ovo ...................................................................................... 52

6. Dokumentasi ........................................................................................ 53

Halaman

1

PENDAHULUAN

Darah merupakan komponen yang memiliki peran besar dalam berbagai

macam proses fisiologis didalam tubuh ternak termasuk ayam kampung. Menurut

pendapat Lestari, (2008); Sonjaya, (2012); Cunningham (2002) dan Sturkie

(1976) bahwa darah memiliki peran penting sebagai transportasi berbagai bahan

antara sel dan lingkungan eksternal, pertahanan terhadap penyakit dan

pengangkutan zat makanan kejaringan tubuh, mentransportasikan substrat

metabolik seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak dan beberapa lipid.

Fungsi darah ini, diharapkan akan memberikan dampak terhadap proses

penyerapan makanan untuk berbegai proses didalam tubuh ternak misalnya

dengan meningkatnya aliran darah saluran pencernaan maka dapatmeningkatkan

proses penyerapan zat nutrisi untuk meningkatkan performa ayam kampung,

karenasalah satu permasalahan yang dihadapi beternak ayam kampung yaitu

performa yang kurang baik. Menurut pendapat Rahayu dkk. (2005), Nataamijaya

(2009), Azhar (2016) dan Azma dan Azahan (2011) salah satu penerapan yang

dapat dilakukan untuk perbaikan performa ayam kampung yaitudengan pemberian

nutrisi pada induk dan meningkatkan kualitas genetik ayam kampung dengan cara

persilangan. Namun persilangan menyebabkan penurunan kemampuan adapatasi,

daya tahan terhadap penyakit dan daya tetas yang rendah (Prawirodigdo dkk.,

2001) serta tidak disarankan dari segi konservasi genetik (Adebambo dkk., 2011;

Solo-ojo dan Ayorinde, 2011), sehingga solusi ini dianggap masih kurang efektif

untuk diterapkan oleh masyarakat.

Solusi lain yang dianggap efektif yaitu melalui penerapan teknologi

penetasan dengan pemberian nutrisi dengan teknik in ovo pada saat perkembangan

2

embrio, sehingga melalui komponen darah dapat dialirkan keorgan target untuk

mendukung performa ayam. Foye dkk. (2006); Zhai dkk. (2008) dan Grodzik dkk.

(2013) bahwa salah satu nutrisi yang tepat untuk memaksimalkan pertumbuhan

dan perkembangan ayam baik selama inkubasi maupun setelah inkubasi yaitu

pemberian protein atau asam amino seperti lisin, treonin, metionin, L-argini dan

L-glutamin dengan teknik in ovo feeding.

Melalui penerapan teknik in ovo feeding pemberian asam amino L-

glutamin yang dilakukan pada hari ke-7 inkubasi memungkinkan terjadinya

proses penyerapan melalui aliran darah sebagai komponen zat pengangkut

keseluruh jaringan dan organ target untuk mendukung perkembangan embrio

ayam. Menurut Asmawati (2014) bahwa injeksi yang dilakukan pada hari ke-7

inkubasi dengan terget albumin dilakukan karena tingginya peroses penyerapan

albumen pada hari ke-7 ingkubasi tersebut. Sehingga fungsi dari L-glutamin ini

diharapkan dapat berpengaruh baik saat inkubasi mapun pasca inkubasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Marchini dkk. (1999) bahwa L-Glutamin

berfungsi untuk meningkatkan aliran darah saluran pencernaan dan meningkatkan

sintesa glutathione, karena glutathione memegang peranan penting dalam

melindungi mukosa saluran pencernaan dari stress oksidatif.Danial

(2017)melaporkan bahwa pemberian L-glutmain secara in ovo dapat

memaksimalkan pertumbuhan embrio. Namun Studi lanjutan mengenai pengaruh

pemberian L-Glutamin (Gln) secara in ovo kedalam telur tetas terhadap

peningkatan sistem imunitas, aktifitas metabolisme dan kondisi fisiologis ayam

kampung masih sangat kurang.

3

Studi yang dilakukan olehEbadiasl(2011), L-Glutamin (Gln) dilaporkan

memiliki peran penting untuk mendukung aktifitas metabolisme, perbaikan sistem

imun, (Newsholme dkk., 2003a; Tapiero dkk., 2002), pertambahan jumlah sel dan

memiliki fungsi secara fisiologis pada ayam. Salmanzadeh dkk.(2011), asam

amino glutamin adalah asam amino non-esensial yang berperan sebagai sumber

energi dalam pembentukan saluran pencernaan, merangsang proliferasi sel usus,

dan berperan dalam sintesis molekul biologis. Sehingga diduga hal ini akan

memberikan pengaruh terhadap peningkatan proses penyerapan zat-zat nutrisi

pasca penetasan.

Peningkatan proses pencernaan akan menjadikan substrat hasil metabolisme

yang diserap menjadi semakin banyakyang mempengaruhi nilai status darah,

dengan meningkatnya proses metabolisme ini menunjang proses-proses fisiologis

dalam tubuh yang berhubungan dengan pembentukan darah (Erniasih dan

Saraswati, 2006). Selain itu, peningkatan sistem imunitas dan aktifitas

metabolisme serta fungsi fisiologis ayam kampung dengan pemberian L-

Glutamin diduga memiliki hubungan erat dengan status hematologis ayam

kampung. Aenih dkk. (2016) melaporkan bahwa profil hematologis darah dapat

diukur berdasarkan status metabolisme melalui pengukuran jumlah eritrosit, kadar

hemoglobin dan jumlah leukosit. Ismail (2014) melaporkan bahwa kondisi

hematologis khususnya jumlah sel darah merah memilik hubungan secara

fisiologis dengan kondisi ternak. Astuti (2016) bahwa darah yang berfungsi

sebagai pengangkut oksigen untuk proses reaksi biokimia diperlukan untuk

menghasikan energi berupa ATP, dan Aenih dkk. (2016) sebagai media transpor

4

makanan.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai status

hematologis ayam kampung yang diberikan L-Glutaminsecara in ovo.

Permasalahan yang timbul yaitu masih kurangnya pengetahuan mengenai

pengaruh pemberian asam amino L-glutamin melalui penerapan teknik in ovo

feeding pada hari ke-7 inkubasi dengan level berbeda yang diharapkan untuk

memudahkan proses penyerapan L-glutamin melalui albumen yang akan diserap

oleh darah sebagai komponen transportasi zat nutrisi ke organ target sampai pasca

penetasan (umur 11 minggu). Sehingga pada akhirnya diharapkan akan berperan

untuk mendukung aktifitas metabolisme, perbaikan sistem imun, pertambahan

jumlah sel dan memiliki fungsi secara fisiologis pada ayam yang berhubungan

dengan status hematologis ayam. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukanlah

penelitian mengenai profil hematologis ayam kampung jantan hasil pemeberian L-

glutamin secara in ovountuk mengetahuipengaruhnya terhadap aktifitas

metabolisme, perbaikan sistem imun dan fungsi fisiologis ayam kampung pasca

tetas melalui kajian status hematologis ayam kampung.

5

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Kampung

Ayam kampung termasuk salah satu khas asli indonesia yang banyak di

kembangkan oleh masyarakat pedesaan. Menurut Suprijatna dkk.(2005a)

mengemukakan bahwa ayam kampung termasuk keturunan ayam hutan liar

(Gallus gallus) yang didomestikasi (dijinakkan).Penampilan ayam kampung pada

dasarnya sangatlah beragam dikarenakan warna bulu, jengger dan genetik yang

beragam (Sudaryati dkk., 2013; Azahan dkk., 2014). Ayam buras sangat potensial

untuk dikembangkan baik sebagai ayam lokal pedaging, petelur maupun ayam

untuk tujuan hiburan atau fancy (Sulandri dkk., 2007).

Ayam kampung yang ada di indonesia umumnya ditemui diberbagai

daerah yang tersebar dipedesaan dan dipelihara dengan sistem tradisional (Bale-

Therik dkk., 2012; Tamzil dkk., 2015). Kelebihan beternak ayam kampung sering

dilaporkan yaitu memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang

sangat baik, mampu berkembang biak dengan kualitas pakan yang rendah, tahan

terhadap penyakit dan perubahan cuaca (Abidin, 2002).

Ayam kampung temasuk ternak yang dapat dijadikan sebagai ayam

penghasil telur dan penghasil daging (Mardiningsih dkk., 2004). Akan tetapi

permasalahan dalam pengembangan ayam kampung di pedesaan antara lain

produksi telur rendah (30-40 butir/tahun) dan sistem pemeliharaannya masih

secara tradisional (Suryana dan Hasbianyanto, 2008). Tagama (2003) penurunan

produktivitas ayam buras berkaitan erat dengan kinerja reproduksi yang menurun

secara nyata akibat perkawinan in breeding secara terus-menerus.

6

Perkembangan ayam kampung di pedesaan tidaklah terlalu pesat

dipandingkan ayam pedaging dan petelur. Menurut Nurkasanah (2002) bahwa

perkembangan populasi ayam kampung cenderung mengalami fluktuasi akibat

kepemilikan ayam kampung yang mengalami pasang surut. Horhoruw dan Rajab

(2015) peningkatan jumlah populasi merupakan indikator dari perkembangan

usaha ternak ayam kampung.Peningkatan perkembangan populasi ayam kampung

dapat ditempuh dengan meningkatkan kualitas genetik dan anak ayam yang layak

dipelihara.

Peningkatan kualitas genetik dalam rangka peningkatan populasi dapat

dilakukan dengan cara persilangan. Sartika (2012) melaporkan bahwa persilangan

ayam lokal bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ayam kampung, seperti

meningkatkan produksi telur dan (Prawirodigdo dkk.,2001) daging ayam

kampung. Namun persilangan ini memiliki dampak negatif terhadap penurunan

performa ayam kampung yang kurang baik (Azahan dkk., 2014; Tamzil dkk.,

2015), daya tetas yang rendah (Prawirodigdo dkk., 2001) dan Azhar (2016),

persilangan juga tidak direkomendasikan ditinjau dari segi konservasi

keanekaragaman genetik.

Solusilain yang ditawarkan adalah perbaikan manajemen pemeliharaan

salah satunya perbaikan nutrisi dan pengembangan teknologi penetasan. Studi

Azhar (2016) melaporkanbahwa pemberian nutrisi ayam kampung prainkubasi

dengan tehnik in ovo feeding dapat meningkatkan performa ayam kampung dan

Nasrun (2016), pemberian L-Arginin pada hari ke-10 inkubasi berpengaruh

terhadap peningkatkan pertumbuhan (berat, panjang dan lingkar dada) embrio

ayam kampung umur 18 hari. Ebadiasl(2011); Newsholme dkk (2003a) ; Tapiero

7

dkk (2002) melaporkan bahwa L-Glutamin (Gln) dilaporkan berperan untuk

pertambahan jumlah sel dan memiliki fungsi secara fisiologis serta mendukung

aktifitas metabolisme dan perbaikan sistem imun ayam kampung.

Pemberian Nutrisi Melalui Teknik In Ovo

Studi mengenai pemberian nutrisi kedalam telur tetas dengan

menggunakan teknik in ovo masih dalam tahap berkembang dan diyakini dapat

memberikan efek yang positif pada embrio ayam kampung. In ovo merupakan

suatu teknik pemberian nutrisi tambahan untuk embrio pada periode inkubasi

(Chen dkk., 2013; Mehr dkk., 2014; Bello dkk., 2014), yang bertujuan untuk

memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan embrio saat periode inkubasi

(Al-Daraji dkk., 2012; Grodzik dkk., 2013; Shafey dkk., 2014), serta untuk

memaksimalkan aktifitas organogenesis embrio (McGruder dkk., 2011;

Salmanzadeh, 2012).

Penelitian yang dilakukan Azhar (2016), konsentrasi larutan yang

diinjeksikan pada telur menjadi salah satu penentu keberhasilan metode in ovo

feeding. Larutan tersebut, harus memiliki osmolaritas dan pH yang sesuai dengan

lingkungan embrio. Shafey dkk., (2014) bahwa larutan yang digunakan untuk

mengencerkan L-Glutamin, glisin, lisin, prolin yaitu larutan salin 0,9% yang di

injeksikan pada albumin. Menurut Azhar (2016), prinsip kerja in ovo feeding

yaitu untuk meningkatkan massa organ dan meningkatkan performa saluran

pencernaan terutama intestine (duodenum, jejenum dan ileum).

Waktu injeksi dan target deposisi pada telur dengan metode in ovo feeding

yang dilaporkan sangat bervariasi (Azhar, 2016). Al-Daraji dkk. (2012)

melakukan injeksi hari ke-0 inkubasi dengan target kantung udara. Asmawati .

8

(2014) melakukan injeksi pada hari ke-7 inkubasi dengan terget albumin.

Salmanzadeh dkk. (2011) melakukan injeksi hari ke-8 inkubasi dengan target

albumin. El-Azeem dkk. (2014) melakukan injeksi hari ke-14 inkubasi dengan

target amnion. Dong dkk. (2013) melakukan injeksi hari ke-15 inkubasi dengan

target amnion.

Waktu in ovoyang tepat memiliki peran penting dalam aspek penyerapan

sehingga dapat digunakan oleh embrio.Menurut pendapat Suroso dkk. (2007)

proses pembentukan organ (organogenesis) dari bakal calon organ sampai

akhirnya terbentuklah struktur dasar dan posisi anatominya tetap pada ayam

terjadi pada hari ke 2-10 masa inkubasi dan pembentukan otot terjadi pada hari ke

5-8 inkubasi. Namun menurut Kim (2010); Mcmurtry dkk (1997) dan Kuhn dkk

(2002) GH pada hari ke 11-16 inkubasi terjadi peningkatan somatotrophs yang

mensekresikan GH (Growth Hormone), GH mengikat resptor GHR (Growth

Hormone Receptor) yang merangsang diferensiasi dan proliferasi sel-sel tulang

dan otot saat perkembangan embrio selama inkubasi.

Kekurangan metodein ovo yaitu dapat menyebabkan kematian embrio.

Menurut Lilburn dan Loeffler (2015) kematian embrio terjadi akibat rusaknya

kantung embrio (yolk sac, amnion, dan allantois) karena proses injeksi. Chen dkk.

(2013) selain itu kematian embrio juga disebabkan oleh kontak alat injeksi

dengan embrio, tidak termanfaatkannya senyawa yang diinjeksikan sehingga

dapat bersifat toksik untuk embrio. Selain itu, memungkinkanjuga terjadinya

infeksi mikroba karena proses injeksi.

Pemberian nutrisi kedalam telur dapat berupa karbohidrat, lemak, hormon,

vitamin, protein dan lainnya. Jenis protein yang diberikan dapat berupa L-

9

Glutamin, glisin, prolin (Shafey dkk., 2014), threonine (Salmanzadeh dkk., 2011)

L-argini (Azhar, 2016), lisin dan meteonin (Asmawati, 2014). Jenis karbohidrat

yang diberikan dapat berupa glukosa (Dong dkk., 2013) dan fruktosa (Zhai dkk.,

2011) jenis lemak yang diberikan dapat berupa asam folat (El-Azeem dkk., 2014)

sedang jenis vitamin yang diberikan berupa vitamin C dan B kompleks (Dos dkk.,

2010).

Asam Amino L-Glutamin

Asam aminoadalah unit dasar dari struktur protein, termasuk senyawa

organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya

-NH2) yang bersifat ion dan hidrofil (Nasrun, 2016; Rafiqih dan Ahcmad,

2012;Rediantning dan Nanny, 1987).Fungsi asam amino sebagai komponen

struktur tubuh yang merupakan bagian dari enzyme, sebagai precursor regulasi

metabolit dan berperan dalam proses fisiologis yang diperlukan untuk sintetis

protein jaringan tubuh dan telur (Suprijatna dan Natawihardja., 2005b).

L-Glutamin (Gln) termasuk asam amino non-esensial yang banyak

terdapat didalam plasma darah dibandingkan dengan asam amino lainnya (Tapiero

dkk., 2002; Newsholmedkk., 2003a; Murakamidkk., 2007; Bartell and Batal.

2007). Namun menurut pendapat Rafiqih dan Ahcmad (2012) asam amino L-

Glutamin ini dapat menjadi asam amino esensial saat fase pertumbuhan atau pada

saat sakit karena terjadinya peningkatan permintaan molekul L-Glutamin yang

dibutuhkan oleh tubuh.

Prekursor utama L-Glutamin adalah glutamat. L-Glutamin di sintesa

dariglutamat dengan bantuan enzim L-Glutamin synthetase yang terjadi dihati dan

otot (Arifin, 2009),termasuk salah satu substrat non karbohidrat yang berperan

10

sebagai sumber energi dan bersifat polar karena memiliki gugus ekstra-

NH2(Antonio, 1999) serta dapat berubah fungsi menjadi esensial pada kasus-kasus

peradangan tertentu (Newsholme, 2001). Proses metabolisme L-Glutamin

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1Proses Metabolisme L-Glutamin (Newsholme dkk., 2003b)

L-Glutamin digunakan didalam tubuh untuk mensintetis glukosa pada

proses glukoneogenesis. Proses glukoneogenesis dapat memproduksi glukosa dari

non karbohidrat untuk menghasilkan ATP (Adenintrifosfat) pada siklus krebs

(Newsholme, 2001), mengatur metabolisme nutrisi, ekspresi gen, jalur

metabolisme dan sistem imun (Shafey, dkk., 2013). John dkk. (1987) glukosa

dihasilkan oleh protein albumen dan otot melalui glikolisis dari cadangan

glikogen. Uni dkk. (2005) kurangnya jumlah glikogen dalam otot akan

menghambat pertumbuhan. Menurut Astuti (2016) dan Aenih dkk (2016)

melaporkan bahwa oksigen yang diperlukan seluruh sel tubuh dalam proses reaksi

biokimia untuk menghasikan energi berupa ATP (Adenintrifosfat) berhubungan

erat dengan status hematologis dalam proses transportasi keseluruh jaringan

tubuh.

11

Profil Hematologis Ayam Kampung

Hematologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang darah. Menurut

Adriani dkk. (2010) bahwa hematologi berasal dari bahasa yunani hemo- atau

hemato atau haima yang berarti darah dan logi berarti pengetahuan tentang,

sehingga hematologi ialah pengetahauan tentang darah. Menurut Jain (1993)

hematologi pada hewan berfungsi untuk menilai kesehatan secara umum,

kemampuan tubuh melawan infeksi untuk evaluasi status fisiologis hewan dan

untuk membantu memperkuat diagnosa.

Darah merupakan komponen untuk proses fisiologis dalam tubuh. Darah

termasuk jaringan cair yang berfungsi sebagai transportasi berbagai bahan antara

sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri (Lestari, 2008). Sonjaya

(2012) melaporkan bahwa darah yang terdiri atas bagian plasma dan bahan

interseluler memiliki fungsi penting untuk tubuh seperti pengaturan kondisi asam-

basa, pertahanan terhadap penyakit dan pengangkut zat makanan kejaringan

tubuh, pengangkut gas-gas dalam darah menuju jaringan target Sturkie (1976),

mentransportasikan substrat metabolik yang dibutuhkan oleh seluruh sel dalam

tubuh seperti oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak dan beberapa lipid

(Cunningham, 2002), dalam rangka menjalankan fungsi darah tersebut maka

tubuh membutuhkan berbagaimacam zat nutrsi seperti vitamin, zat besi, asam

amino dan hormon.

Hasil penelitian Hoffbrand dan Pettit (1996) melaporkan bahwa asam

amino, zat besi, vitamin dan hormon merupakan prekusor yang dibutuhkan oleh

tubuh untuk proses metabolisme yang melibatkan proses sintetis hematologis

ternak. Lutfiana dkk., (2015) bahwa salah satu faktor dalam pembuatan hormon

12

eritropoietin yang berperan untuk memacu erythropoiesisadalah asam amino

globulin.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ali dkk. (2013) melaporkan bahwa

protein termasuk unsur utama dalam pembentukan eritrosit darah karena enzim

protease dalam tubuh merupakan enzim ekstraseluler yang berfungsi

menghidrolisis protein menjadi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Hal ini

didukung oleh pendapat Wardhana dkk.(2001) bahwa kenaikan jumlah sel darah

merah berhubungan dengan tingginya kualitas protein karena protein yang terdiri

atas asam amino akan dihidrolisis oleh sebuah hormon yang nantinya akan

digunakan untuk membentuk eritrosit.Menurut Meyer dan Harvey (2004)

melaporkan bahwa jumlah eritrosit berhubungan positif dengan nilai hematokrit

dan kadar hemoglobin, semakin meningkat nilai eritrosit maka nilai hematokrit

dan hemoglobin akan meningkat pula, sebaliknya jika nilai eritrosit mengalami

penurunan maka hematokrit dan hemoglobin juga akan menurun.

Protein yang terdiri atas asam-asam amino seperti L- Argini, lisin,

metionin, fenilalanin, treonin, asparagin, glisin, serin, dan taurin memeliki peran

penting dalam proses hemopoiesis yang membentukhemoglobin dan penyusunan

plasma darah (albumin, globulin dan fibrinogen) pada ayam namun pemberian

asam amino ini tidak boleh berlebi karena dapat menimbulkan efek negatif

(Lutfiana dkk., 2015; Guyton dan Hall, 2010; Christensen, 1990; Holecek dan

Sispera, 2016). Asam amino lain yang memliki peran pentig yaituL-glutamin.

L-glutamin dilaporkan termasuk asam amino yang paling umum dalam

aliran darah, akuntansi 30 - 35 % dari plasma asam nitrogen dan asam amino

bebas di dalam tubuh (Souba., 1993)hal ini dikarenakan glutamin berisi dua

13

kelompok amonia yaitu dari prekursor glutamat dan yang lainnya dari amonia

bebas dalam aliran darah. Salah satu peran L-glutamin yaitu untuk bertindak

sebagai “shuttle nitrogen” yang membantu melindungi tubuh dari tingkat tinggi

amonia didarah (Helton., 1990).

Hal ini juga menunjukkan bahwa L-glutamin tampaknya menjadi nutrisi

asam amino esensial kondisional selama stres misalnya penyapihan, cedera,

penyakit, oksidasi dan endotoksin (Helton dkk., 1990;. Shizuka dkk., 1990;

Alverdy dkk., 1992; Wu., 1996). Glutamin juga berperan dalam menghilangkan

radikal bebas karena bertindak sebagai prekursor untuk sintesis glutathione

antioksidan (Wu., 1998).Marchini dkk., (1999) L-glutamin berperan sebagai

bahan bakar utama limfosit dan makrofag, meningkatkan aliran darah saluran

pencernaan dan mencega terjadinya stres oksidatif.

Pembentukan darah pada unggas dimulai pada hari ke 2-3 tahap

embrionasi di intraembriyonic mesenchyme (Asterizka, 2012). Sel stem limfoid

muda berpindah ke yolk sac diantara hari ke 2 dan ke 7 embrionasi (periode

inkubasi) dan pertama kali ditemukan pada yolk sac pada hari hari ke 7. Eritroid

dan sel stem trombosit juga berkumpul di yolk sac. Puncak proses hematopoesis

pada unggas adalah sekitar 10-15 hari dari tahap embrionasi (Schalm, 1971).

Hasil peneitian Adriani dkk. (2010) bahwa proses pembentukan darah

disebut hematopoetis (gambar 2), pembentukan darah dimulai dengan adanya

sistem retikulo endotetial sebagai induk, pada induk terdapat sel mesenkim dari

sistem retikuloendotetial kemudian berdeferensiasi menjadi tiga kelompok yaitu

sel-sel retikulum, endotelium spesialis dan lipoblast. Sel-sel darah terbentuk dari

retikulum sel dan endotelium spesialis, sedangkan lipoblast tidak menghasilkan

14

darah, akan tetapi menghasilkan sel-sel lemak. Menurut Widodo (2005) dan

Sediaoetama (2006) bahwa pembentukan darah memerlukan zat nutrisi berupa

protein sebagai komponen protein darah, albumin dan globulin, komponen

fibrinogen dan tromboplastin dalam proses pembekuan darah serta komponen dari

hemoglobindan mineral besi (Fe) untuk transpor oksigen oleh hemoglobin atau

sintetis hemoglobin.

Gambar 2Skema Hematopoesisi (Anonim, 2016)

Hematologis pada komoditi lain seperti ayam broiler dapat dianalisis

berdasarkan jenis kelamin (Arfah, 2015). Menurut Sharmin dan Myenuddin

(2004) menunjukkan bahwa jantan memiliki lebih banyak total eritrosit dan

leukosit dalam darah serta kandungan hemoglobin yang tinggi. Namun analisis ini

dapat juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Menurut Guyton dan Hall (2010); Dienye dan Olumuji (2014) dan Ginting

15

(2008) faktor internal yang dapat mempengaruhi total hematologis ayam yaitu

status kesehatan, stres, status gizi, suhu tubuh, dan faktor eksternal dapat berupa

gangguan fisiologis karena perubahan lingkungandan infeksi kuman.

Menurut pendapat Sturkie (1986); Scanes (2015); Jain (1993); Ulupi

dan Ihwantoro (2014) dan Swenson (1993)nilai komponen darah pada ayam

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Nilai komponen darah pada ayam

Komponen

Darah

Ayam

Kmapung

Ayam

Komersil

Kisaran

Normal

Eritrosit (106/µL) 2,65±0,30

d 3,2 – 3,6

a 2,20 - 3,20

e

Hematokrit (%) 29,8±3,23d 42,9 – 44,0

a 30,0 – 33,0

e

Hemoglobin (g/100ml) 8,96±0,85d 9 – 10

b 6,50 - 9,00

e

MCHC (%) 30,2±5,58d 26 – 35

c 26,0 -35,0

c

Sumber: Sturkie (1986a); Scanes (2015

b);Jain (1993

c); Ulupi dan Ihwantoro

(2014d) dan Swenson (1993

e).

Secara umum menurut Sonjaya (2012) dan Adriani dkk. (2010) komposisi

sel darah terdiri atas 3 macam sel, yaitu sel darah merah (erythrocyte), sel darah

putih (leucocyte), dan kepingan darah (thrombocytes atau platelets).Sturkie (1998)

dan Davey dkk. (2000) bahwa didalam eritrosit terdapat hemoglobin (Hb) dan

nilai hematokrit berkaitan erat dengan jumlah eritrosit atau sel darah merah dalam

tubuh.

a. Eritrosit

Eritrosit merupakan sel darah merah yang membawa hemoglobin dalam

sirkulasi. Sel ini berbentuk bikonkaf (gambar 3) yang dibentuk di sumsum tulang

belakang (Ganong, 2008). Fungsi utama sel darah merah adalah untuk membawa

oksigen dari paru-paru serta nutrien untuk diedarkan ke jaringan tubuh. Sel darah

merah juga mempunyai kandungan carbonic anhydraseyang merupakan enzim

yang mengkatalis reaksi dapat balik antara karbon dioksida (CO2) dan air (H2O)

16

menjadi asam karbonat (H2CO3), mempercepat reaksi balik antara karbon

dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi asam karbonat (H2CO3), menjadi seribu

kali lebih cepat, sehingga memungkinkan air dalam darah membawa CO2 dalam

jumlah yang besar dalam bentuk ion bikarbonat dari jaringan ke paru-paru

(Guyton dan Hall, 2010).

Gambar 3Bentuk Sel darah Merah (Eritrosit) (Lasantha, 2011)

Pembentukan eritrosit melalui sebuah proses yang disebut eritropoiesis

terjadi dalam sumsum tulang merah (medulla asseum rubrum) dari bahan dasar

berupa protein dan bebagai aktivator seperti mikromineral Cu, Fe dan Zn

(Praseno, 2005). Eritropoesis pada masa embrional unggas terjadi dalam kantung

kuning telur (Guyton dan Hall 1997). Menurut Sturkie (1998) hati dan kelenjar

limfa dapat berfungsi sebagai penghasil eritrosit pada kondisi tertentu setelah

menetas, limfa turut berperan dalam pembentukan eritrosit tetapi jumlah yang

sedikit, masa hidup eritrosit pada unggas rata-rata 28 sampai 35 hari. Menurut

Meyer dan Harvey (2004) eritrosit sebagian besar bersirkulasi dalam waktu yang

terbatas dengan kisaran bervariasi dari 2-5 bulan pada hewan domestikasi dan

tergantung spesies. Skema eritropoesis dapat dilihat pada gambar 4.

17

Gambar 4 Skema Eritropoesis (Weiss dkk., 2005)

b. Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen dalam darah merah.

komponen penting dari eritrosit karena memiliki kemampuan untuk mengangkut

oksigen (Theml dkk., 2004; Ganong, 2008). Sonjaya (2012) melaporkan bahwa

hemoglobin terdiri atas 4 sub unit yang mengandung besi dalam bentuk gugus

yang berkonjugasi dengan polipeptidamenyebabkan timbulnya warna merah pada

darah. Menurut Rastogi(1977) hemoglobin diproduksi oleh sel darah merah yang

disintesis dari asam asetat (acetic acid) dan glycine menghasilkanporphyrin,

porphyrin dikombinasikan dengan besi menghasilkan satu molekul heme. Empat

molekul heme dikombinasikan dengan molekul globin membentuk hemoglobin.

Sintesis hemoglobin dimulai saat proerythroblasts dan berlanjut sampai

tahap reticulocyte dari sel darah merah. Ketika reticulocyte meninggalkan

sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, proses pembentukan

hemoglobin terus berlanjut hingga sel darah merah menjadi dewasa. Rendahnya

oksigen dalam darah menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan eritrosit

(Guyton dan Hall, 2010). Pembentukan hemoglobin membutuhkan beberapa zat

nutrisi seperti protein, terutama glisin, dan mineral besi (Adriani dkk., 2010).

Eryhropoietin dependen Iron dependen

18

Hemoglobin mengikat oksigen untuk membentuk oksihemoglobin, O2

menempel pada Fe2+

di heme. Afinitas hemoglobin terhadap oksigen dipengaruhi

oleh oksigen, pH, suhu, dan konsentrasi 2,3- bifosfogliserat (2,3-BPG) dalam sel

darah merah, 2,3bifosfogliserat (2,3 BPG) dan H+ akan berkompetisi dengan O2

untuk berkaitan dengan hemoglobin dan oksigenasi sehingga afinitas hemoglobin

terhadap oksigen berkurang dengan bergesernya posisi empat rantai peptida

(Ganong, 2008). Berat molekul hemoglobin berkisar 66.000-69.000. Adanya inti

dalam sel darah merah unggas menyebabkan kadar hemoglobin menjadi lebih

rendah dari mamalia dan menurut Puspasari(2010) kadar hemoglobin dapat

dipakai sebagai salah satu indikator penurunan status gizi secara biokimia.

Hemoglobin sangat penting untuk kelangsungan hidup karena membawa

dan mengantarkan O2 ke jaringan.Murray dkk.(2003) hemoglobin memiliki dua

fungsi pengangkutan penting dalam tubuh, yaitu pengakutan oksigen dari organ

respirasi ke jaringan perifer dan pengakutan karbondioksida. Rendahnya

kandungan oksigen dalam darah dapat menyebabkan peningkatan produksi

hemoglobin dan jumlah eritrosit serta penurunan kadar hemoglobin terjadi karena

adanya gangguan pembentukan eritrosit (Frandson, 1992).

c. Hematokrit atau PackedCellVolume (PCV)

Nilai hematokrit berkaitan erat dengan jumlah eritrosit/sel darah merah

dalam tubuh. Nilai hematokrit secara umum juga menjadi indikator penentuan

kemampuan darah dalam mengangkutoksigen(Davey dkk.,2000). Nilai hematokrit

merupakan presentase dari sel-sel darah terhadap seluruh volume darah, termasuk

eritrosit (Soeharsono dkk., 2010).

19

Jumlah eritrosit, nilai hematokrit, dan kadar hemoglobin berjalan sejajar

satu sama lain apabila terjadi perubahan (Meyer dan Harvey, 2004). Perubahan ini

dapat berupa meningkatnya kadar hematokrit saat terjadinya peningkatan

hemokonsentrasi, baik oleh peningkatan kadar sel darah atau penurunan kadar 17

plasma darah (Sutedjo, 2007). Peningkatan nilai hematokrit mengindikasikan

adanya dehidrasi, pendarahan atau edema akibat adanya pengeluaran cairan dari

pembuluh darah (Arfah, 2015).Peningkatan nilai hematokrit memiliki manfaat

yang terbatas karena dapat menaikkan viskositas (kekentalan) darah yang akan

memperlambat aliran darah pada kapiler dan meningkatkan kerja jantung

(Chunningham, 2002). Sedangkan penurunan nilai hematokrit dapat disebabkan

oleh kerusakan eritrosit, penurunan produksi eritrosit atau dipengaruhi oleh

jumlah dan ukuran eritrosit (Wardhana dkk.,2001).

20

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2016dan

dilanjutkan pada bulan Mei 2017, bertempat di Laboratorium Produksi Ternak

Unggas dan Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalahtelur ayam kampung

fertil, ayam kampung, asam amino L-Glutamin, cat kuku, NaCl fisiologis,

alkohol, formalin, iselotip plastik, tissu, kertas label, pakan komersil, vaksin,

vitamin, antibiotik, air minum, litter (serbuk gergaji), darah ayam, antikoagulan

EDTA (Ethylene DiamineTetraacetic Acid), HCl 0,1 N,wax,aquadestilata, larutan

hayem, akuades, dan kapas.

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mesin tetas otomatis,

gunting bedah, teropong telur, timbangan analitik, termometer, hidrometer, hand

spray, stirrer, automatic syringe, gelas ukur, rak telur, jangka sorong, benang,

pensil, kandang, tempat pakan dan tempat air minum, kertas koran, skop, lampu,

kabel, wadah penyimpanan, spoit, tabung reaksi vakum, pipet tetes, tabung sahli,

cover glass, pipa kapiler, haemocitometer, mikrohematokrit, centrifuge,pipa

aspirator, mikroskop, haemocytometer dan haemoglobinometer sahli.

21

Rancangan Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya secara eksperimen

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3

kelompok ulangan dengan susunan sebagai berikut :

Perlakuan:

P0 : Tanpa injeksi (kontrol negatif)

P1 : Injeksi 0,5 ml Nacl fisiologis (kontrol positif)

P2 : Injeksi 0,5 ml larutan 0,5 % L-Glutamin dalam NaCl fisiologis

P3 : Injeksi 0,5 ml larutan 1 % L-Glutamin dalam NaCl fisiologis

P4 : Injeksi 0,5 ml larutan 1,5 % L-Glutamin dalam NaCl fisiologis

Pasca penetasan dilakukan penelitian lanjutan secara eksperimen dengan

menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang menggunakan sampel DOC

(day old chick) sebanyak 45 ekor dari hasil tetas setiap perlakuanyang kemudian

dipelihara pada 15 petak bambu (pen) yang terdiri atas 5 perlakuan dan3 ekor

ayam untuk tiap ulangan, kemudian dari setiap pen diambil 1 ekor ayam jantan

yang dijadikan sebagai sampel untuk pengujian sampel darah ayam sehingga total

sampel yang diujikan yaitu sebanyak 15 ekor ayam kampung.

Prosedur Penelitian

1. Periode inkubasi

Telur yang digunakan pada periode inkubasi yaitu telur fertil yang

berjumlah 300 butir yang berasal dari peternakan rakyat.Kemudian telur tersebut

dimasukkan kedalam mesin tetas yang telah diatur dengan kisaran suhu 36-38oC

dan kelembaban 50-65% yang dipertahankan hingga telur tersebut menetas, ada

pun waktu yang dibutuhkan telur untuk menetas yaitu 21 hari dengan melakukan

22

pembalikan telur yang dimulai pada hari ke-3 inkubasi hingga hari ke-18 inkubasi.

Telur yang berhasil menetas dari total telur 300 butir yaitu 45 ekor dengan

dengan range 30,86-33,60 g. DOC sebanyak 45 ekor ini kemudian dipelihara

pada 15 pen.

2. Manajemen pemeliharaan

Ayam kampung hasil pemberian asam amino L-Glutamin secara in ovo,

ditempatkan secara acak pada 15 petak bambu (pen) dengan alas serbuk gergaji

yang berukuran panjang x lebar x tinggi (0,6 x 0.6 x 0.5 m) berdasarkan masing-

masing perlakuan in ovo penelitian pada periode inkubasi. Setiap pen diisi 3 ekor

ayam dan dilengkapi dengan sebuah lampu pijar (60 watt), tempat makan, tempat

minum dan kain penutup selama 14 hari pemeliharaan. Setelah 14 hari lampu

dimatikan pada siang hari dan diganti dengan pencahayaan di dalam kandang dan

kembali dinyalakan pada malam hari. Pemeliharaan ini berlangsungselama 11

minggu (77 hari) dan pada minggu ini dari setiap pen diambil 1 ekor ayam jantan

untuk dijadikan sebagai sampel pengujian hemoglobin, hematokrit dan eritrosit

sehingga total ayam yangdigunakan yaitu sebanyak 15 ekor.

Penerapan manajemen pemeliharaan baik dari segi manajemen pemberian

pakan komersil, vitamin dan vaksin sesuai dengan kebutuhan maupun pemberian

air minum secaraadlibitummenjadi hal yang sangat penting dan harus terpenuhi

untuk mendukung pertumbuhan ternak. Pakan yang digunakan selama penelitian

yaitu berupa pakan starter (umur 1–8 minggu) berupa butirat dengan kandungan

nutrisi yang sesuai dengan standar komersil yaitu protein 21- 23 % dan kandungan

energi 2600 kkal, sedangkan pakan grower (9–10 minggu) berupa pakan

23

campuran yang terdiri atas konsentrat, jagung dan dedak dengan kandungan

protein 17–18 % dan energi 2400 kkal.

3. Pengambilan sampel darah

Pengambilan sampel darah ayam kampung hasil pemberian L-Glutamin

dilakukan pada minggu ke-11 (77 hari) pasca penetasan. Ayam yang digunakan

pada penelitian ini berupa ayam yang berjenis kelamin jantan yang dipilih secara

acak dari setiap petak bambu (pen) dengan cara menimbang seluruh ayam, ayam

yang memiliki berat sedang diambil untuk dijadikan sebagai sampel untuk

mewakili ayam yang memiliki berat yang ringan dan berat yang paling tinggi.

Kemudian perwakilan dari setiap petak bambu (pen) diambil 1 ekor ayam hingga

di peroleh 15 ekor ayam jantan, kemudia darah diambil dari pembuluh darah yang

letaknya dibawah sayap (vena brachialis). Setelah itu darah ditampung dalam

tabung reaksi vakum dengan antikoagulan EDTA(Ethylene DiamineTetraacetic

Acid) sesuai dengan kebutuhan.

Parameteryang diukur

Parameter yang diukur pada pemeliharaan 11 minggu (77 hari) yaitu

status hematologis ayam kampung hasil pemberian L-Glutamin secara in ovo

yaitu sebagai berikut:

1. Jumlah Sel Darah Merah (106/mm

3)

Perhitungan jumlah sel darah merah dapat dilakukan secara manual

dengan menggunakan kamar hitung (haemocytometerneubauer) (Schalm, 1971).

Pengambilan darah dari tabung menggunakan pipet eritrosit (pipet sel darah

merah) dengan bantuan alat pengisap (aspirator) sampai batas angka 0,5. Ujung

pipet dibersihkan dengan tissu. Larutan pengencer hayem diisap sampai tanda 101

24

yang tertera pada pipet eritrosit, kemudian pipa aspirator dilepaskan. Kedua ujung

pipet ditutup dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian isi pipet

dikocok dengan membentuk gerakan angka 8, dan cairan yang tidak ikut terkocok

dibuang. Setetes cairan dimasukkan kedalam kamar hitung dan biarkan butir-butir

dalam kamar hitung mengendap. Butir darah merah dihitung dengan mikroskop

pada pembesaran 40 kali. Perhitungan dilakukan pada 5 buah kotak, eritrosit yang

terletak dan menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas dihitung, sedangkan

pada garis batas kanan dan bawah tidak dihitung.

2. Nilai Hematokrit (%)

Hematokrit adalah persentase volume eritrosit per volume darah yang

diperoleh dengan menggunakan metode sentrifes mikrohematokrit (Meyer dkk.,

1992). Darah dari tabung ditempelkan dengan ujung mikrokapiler yang bertanda

merah atau biru. Darah dibiarkan mengalir sampai 4/5 bagian pipa kapiler terisi

kemudian ujung pipa kapiler disumbat dengan wax (penyumbat). Pipa kapiler

tersebut ditempatkan di microcentrifuge kemudian disetel dengan kecepatan 2500-

4000 rpm selama ±15 menit sehingga terbentuk lapisan plasma, lapisan putih abu,

dan lapisan merah. Nilai hematokrit ditentukan dengan mengukur persentase

volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan menggunakan alat baca

mikrohematokrit (microcapillary hematokrit reader).

3. Kadar Hemoglobin (g/100 ml)

Kadar hemoglobin dihitung dengan menggunakan metode sahli

(Sastradipradja dkk., 1989). Tabung Sahli diisi dengan larutan HCl 0,1N sampai

angka 10 ml. Darah diisap sampai batas 20 cm (0,02 ml) dengan pipet sahli dan

Jumlah eritrosit per mm3 darah = 10000

25

aspirator. Darah dimasukkan ke dalam tabung sahli dan diletakkan diantara kedua

bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer, kemudian dibiarkan selama

5-10 menit sampai terbentuk asam hematin berwarna coklat. Ditambahkan setetes

demi setetes aquadestilata dengan pipet sambil diaduk, sampai warna larutan

darah sama dengan warna standar. Perhitungan kadar hemoglobin dilakukan

dengan membaca tinggi permukaan cairan pada tabung sahli, dengan melihat

skala gram yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah.

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)

Selanjutnya dengan adanya hasil dari pemeriksaan eritrosit, hemoglobin

dan hematokit dilakukan perhitngan Mean Corpuscular Hemoglobin

Concentration (MCHC) untuk mengetahui konsentrasi hemoglobin per sel

eritrosit yang dinyatakan dalam bentuk persen (%).MCHC mengkategorikan sel

darah merah berdasarkan konsentrasi hemoglobin. Sel darah merah dengan

konsentrasi hemoglobin yang normal disebut normokromik dan sel darah merah

dengan konsentrasi hemoglobin yang rendah disebut hipokromik (Hernawan dan

Abun, 2014). Ada pun rumus yang digunakan untuk menghitung MCHC yaitu.

MCHC = 𝐻𝑏

𝐻𝑡𝑥 100 = ⋯%

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis ragam berdasarkan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan model matematika sebagai berikut :

Yij = µ + ᴛi + ɛij

i = 1, 2, 3, 4, 5 (jumlah perlakuan)

j = 1, 2, 3 (jumlah ulangan)

Keterangan :

26

Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rata-rata pengamatan

ᴛi = Pengaruh perlakuan ke-i

ɛij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Apabila perlakuan memperlihatkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan

dengan uji Duncan (Gaspersz, 1991).

27

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil sidik ragam profil hematologis ayam kampung pada penelitian ini

menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh (P>0,05)

terhadap profil hematologis ayam kampung yang diamati, baik jumlah eritrosit,

nilai hematokrit, kadar hemoglobin dan MCHC. Hal ini dapat dilihat pada Tabel

2 sebagai berikut.

Tabel 2. Profil Hematologis Ayam Kampung Jantan Hasil Injeksi L-Glutamin

Secara In Ovo

Perlakuan Eritrosit

(106/mm

3)

Hemoglobin

(g/dl)

Hematokrit

(%)

MCHC

(%)

P0 7,53±1,67 14,8±0,70 29,3±2,51 50,8±6,15

P1 9,12±1,03 15,2±6,70 27,3±5,13 55,8±25,2

P2 7,72±2,19 11,8±0,72 32,3±4,50 37,1±6,71

P3 7,80±2,74 16,0±0,91 29,6±2,51 54,1±4,01

P4 6,45±0,51 16,5±2,05 28,3±5,77 60,2±15,6

Ket: P0 (Tanpa injeksi); P1 (Injeksi Nacl); P2 (Injeksi 0,5 % L-Glutamin dalam

NaCl fisiologis); P3 (Injeksi 1 % L-Glutamin dalam NaCl fisiologis); P4

Injeksi 1,5 % L-Glutamin dalam NaCl fisiologis).

Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)

Jumlah eritrosit atau sel darah merah pada penelitian ini berkisar

6,45±0,51 x 106/mm

3- 9,12±1,03x 10

6/mm

3. Hasil sidik ragam menujukkan bahwa

setiap perlakuan yang diberikan padaperiode inkubasi tidak berpengaruh (P>0,05)

terhadap jumlah sel darah merah ayam kampung, meskipun data yang diperoleh

menunjukkan tingginya jumlah eritrosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit

normal pada ayam (Tabel 1). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan

bangsa strain ayam kampung yang digunakan dan perbedaan perlakuan yang

diberikan.

28

Bangsa atau strain ayam kampung yang digunakan pada penelitian ini

sangat bervariasi karena telur yang ditetaskan berasal dari induk yang bervariasi

pula sehingga kemungkinan penyebab adanya perbedaan jumlah eritrosit dan

besarnya variasi genetik ini menyebabkan pengaruh in ovo pada setiap

perlakuankurang nampak. Hal inididukung oleh pendapat Sturkie (1976), bahwa

perbedaan jumlah eritrosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

bangsa dan strain ternak serta jenis kelamin. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Komalasari (2014), bahwa bangsa dan strain ayam berpengaruh terhadap kadar

hemoglobin ayam, dan kadar hemoglobin bergantung pada jumlah eritrosit.

Jumlah eritosit juga diduga sangat dipengaruhi oleh faktor

pembentukannya. Menurut Asterizka (2012) bahwa faktor penting yang

mempengaruhi pembentukan eritrosit adalah oksigenasi jaringan, bila jumlah

oksigen yang ditranspor ke jaringan menurun maka akan menyebabkan

peningkatan produksi eritrosit. Selain itu, produksi eritrosit juga dipengaruhi oleh

hormon eritropoietin yang berfungsi untuk menstimulasi produksi proeritroblas

dari sel hematopoietik dalam sumsum tulang (Guyton dan Hall, 2010).

Kadar Hemoglobin

Kadar hemoglobin pada penelitian ini berkisar 11,8±0,72 g/dl -

16,5±2,05g/dl. Menurut Scanes (2015) kadar hemoglobin normal pada ayam

kampung jantan berkisar 9 – 10,1 g/dl. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa

perlakuan yang diberikan pada periode inkubasi tidak berpengaruh (P>0,05)

terhadap kadarhemoglobin ayam kampung, meskipun data yang diperoleh

menunjukkan tingginya jumlah hemoglobin yang diperoleh pada penelitian ini

29

dibandingkan dengan kadar hemoglobin normal pada ayam (Tabel 1). Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh tingginya jumlah eritrosit (sel darah merah).

Tingginya jumlah eritosit atau sel darah merah (Tabel 2) memungkinkan

akan meningkatkan kadar hemoglobin. Hal ini didukung oleh pendapat

Komalasari (2014) bahwa kadar hemoglobin bergantung pada jumlah eritrosit.

Menurut Schalm (2010) tinggi rendahnya hemoglobin tergantung jumlah eritrosit,

jika eritrosit rendah maka hemoglobin juga rendah dan jika jumlah eritrosit tinggi

maka hemoglobin pun akan tinggi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah hemoglobin yaitu tinggi

rendahnya kandungan oksigen dalam darah. Menurut pendapat Frandson, (1992)

kandungan oksigen yang rendah menyebabkan terjadinyak peningkatan produksi

hemoglobin dan jumlah eritrosit. Hal ini diperkuat oleh pendapat Schalm (1971)

kadar hemoglobin dipengaruhi oleh kadar oksigen dan jumlah eritrosit sehingga

ada kecenderungan jika jumlah eritrosit rendah, maka kadar hemoglobin akan

rendah dan jika oksigen dalam darah rendah, maka tubuh merangsang terjadinya

peningkatkan produksi eritrosit dan hemoglobin.

Nilai Hematokrit

Nilai hematokrit yang diperoleh pada penelitian ini tergolong rendah yaitu

berkisar 27,3±5,13%-32,3±4,50%. Hasil sidik ragam pada penelitian ini

menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan pada periode inkubasi tidak

berpengaruh (P>0,05) terhadap nilai hematokrit ayam kampung. Rendahnya nilai

hematokrit ayam kampung yang diperoleh mungkin disebabkan oleh tingginya

persentanse eritrosit dan hemoglobin didalam darah yang berpengaruh terhadap

hematokrit ayam.

30

Nilai hematokrit merupakan persentase butir eritrosit dalam darah

sehingga nilai hematokrit berhubungan dengan jumlah eritrosit (Ismail, 2014;

Arfah, 2015). Menurut Azhar (2009) bahwa hematokrit sering digunakan dalam

menentukan jumlah sel darah yang terlalu tinggi, terlalu rendah, atau normal.Naik

turunnya nilai hematokrit tergantung pada volume sel-sel darah yang

dibandingkan dengan volume darah keseluruhan (Swenson, 1993). Virden dkk.

(2007) bahwa nilai hematokrit sangat tergantung pada jumlah eritrosit, karena

eritrosit merupakan massa sel terbesar dalam darah. Nuraini (2006), menyatakan

bawa jumlah sel darah merah memiliki hubungan berbanding lurus dengan nilai

hematokrit.

Menurut Budiman (2007), menyatakan bahwa fungsi lain dari hematokrit

yaitu mengukur proporsi (ukuran) sel darah merah (eritrosit), sebab hematokrit

dapat mengukur konsentrasi eritrosit. Menurut Guyton dan Hall (1997) bahwa

peningkatan atau penurunan hematokrit dalam darah mempengaruhi viskositas

darah, semakin besar persentase hematokrit maka semakin banyak gesekan yang

terjadi di dalam sirkulasi darah pada berbagai lapisan darah dan gesekan ini

menentukan viskositas, oleh karena itu viskositas darah meningkat dengan

bersamaan hematokrit pun meningkat.

Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)

Mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) atau konsentrasi

hemoglobin dalam sel pada penelitian ini berkisar 37±6,71% - 60,2±15,6%.

Hasil sidik ragam menujukkan bahwa perlakuan yang diberikan pada periode

inkubasi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap MCHC ayam kampung, meskipun

data yang diperoleh menunjukkan MCHC dibandingkan dengan MCHC normal

31

pada ayam (Tabel 1). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya jumlah sel

darah merah dan kadar hemoglobin ayam kampung (Tabel 2).

Penenlitian ini menunjukkan nilai MCHC tinggi memungkinkan besarnya

produksi eritrosit dan hemoglobin sehingga mampu meningkatkan proses

metabolisme didalam tubuh. Hal ini dikarenakan MCHC dapat dihitung dengan

menggunakan hasil dari jumlah eritrsoit, kadar hemoglobin dan jumlah hematokrit

(Sriwati, dkk. 2014). Sedangkan menurut Arfah (2015) MCHC dihitung

menggunakan dua penentu paling akurat pada hematologisyaitu hemoglobin dan

hematokrit yang digunakan dalam proses perhitungan.

Secara umum untuk profil hematologis ayam kampung pada penenlitian

ini diharapkan dengan pemberian L-glutamin pada hari ke 7 inkubasi secara in

ovo dapat diserap melalui albumen yang akan masuk ke pembuluh darah

sehingga akan berdampak hingga dilakukannya proses pengambilan sampel darah

pada umur 11minggu (77 hari). Namun hasil yang diperoleh menunjukkan

pengaruh pemberian L-glutamin secara in ovohari ke 7 inkubasi tidak berpengaruh

tehadap profil hematologis ayam kampung kemungkinan karena waktu

penginjeksian yang kurang tepat. Hal ini didukung oleh pendapat Baggot (2011)

bahwa waktu penginjeksian untuk memperoleh peningkatan aktifitas absorsi

substasi protein albuminterjadi pada hari ke 10 inkubasi.

Faktor lain yang dapat menyebabkankn tidak adanya perlakuan yang

berpengaruhkarena besarnya keragaman yang dapat dilihat pada standar deviasi

eritrosit, hemoglobin, hemtokrit dan MCHC pada penelitian ini serta

memungkinkan karena adanya “artifack” atau penyimpangan yang dapat terjadi

secara alami (natural) atau kesalahan prosedur yang tidak dapat dihindari. Hal ini

32

didukung oleh pendapat Harsojuwono dkk. (2011) yang menyatakan bahwa

semakin kecil nilai keragaman yang diperoleh maka derajat kejituan dan

keandalan akan semakin besar atau peluang untuk menerima hipotesis akan

semakin besar dan sebaliknya bila keragaman semakin besar maka peluang untuk

menerima hipotesis akan semakin kecil yang menujukkan bahwa perlakuan tidak

memberikan pengaruh pada objek yang diteliti.

Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan MCHC pada perlakuan tergolong

tinggi dibandingkan dengan jumlah eritrosit kadar hemoglobin dan MCHC normal

ayam (Tabel 1) sedangkan nilai hematokrit tiap perlakuan tergolong rendah

dibandingkan dengan nilai hematokrit normal (Tabel 1) kemungkinan karena

besarnya ukuran sel darah ayam. Bila nilai hematokrit rendah memungkin

konsentrasi sel darah ayam akan tinggiyang diikuti dengan tingginya jumlah

eritrosit sehingga kemampuan untuk mengikat oksigen oleh hemoglobin akan

tinggi pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1992) bahwa hematokrit

menggambarkan volume atau besar kecilnya ukuran sel darah merah. Azhar

(2009) juga menjelaskan bahwa nilai hematokrit merupakan cara yang sering

digunakan dalam menentukan jumlah sel darah merah yang terlalu tinggi.

Haryono (1978), semakin tinggi sel darah merah maka semakin tinggi pula kadar

hemoglobin. Suprijatna dkk. (2005a) tingginya sel darah merah erat kaitannya

dengan kemampuan mengikat oksigen oleh hemoglobin untuk disalurkan ke

dalam sel tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari sel tubuh.

33

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian L-glutamin secara in ovo pada hari ke 7 inkubasi dengan level

yang bebeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) tehadap profil hematologis ayam

kampung jantanbaik eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan MCHC.

Saran

Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemberian asam

amino L-glutamin secara in ovo dengan waktu injeksi yang berbeda untuk

mengetahui manfaat dari asam amino L-glutamin pada ayam kampung melalui

kajian hematologis.

34

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2002. Meningkatkan Produktivitas Ayam Kampung Petelur.

Agromedia Pustaka .Jakarta.

Adebambo, A. O., C. O. N. Ikeobi, M. O. Ozoje, O. O. Oduguwa dan A. A,

Olufunmilayo. 2011. Combining abitilities of growth trais among oure

and crossred meat type chickens. Arch. Zootec. 60 (232): 953-963.

Adriani L, E. Hernawan, K. A. Kamil, & A. Mushawwir. 2010. Fisiologi Ternak.

Widya Padjajaran, Bandung.

Aenih, N., M. A. Pagala dan A. M. Tasse. 2016. Hematologis ayam kampung

super yang diberi minyak kelapasawit terproteksi dalam ransum. Jounal

Corresponding author. Vol. 1 (1): 15-20.

Al-Daraji, H.J, A.A. Al-Mashadani, W.K. Al-Hayani, A.S. Al-Hassani and H.A.

Mirza. 2012. Effect of in ovo injection with L-Arginine on productive

and physiological traits of Japanese quail. South African J. of Anim. Sci.

42 (2).

Ali, A. S., Ismoyowati, dan D. Indrasanti. 2013. Jumlah eritrosit, kadar

hemoglobin dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokalterhadap

penambahan probiotik dalam ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):

1001-1013.

Alverdy, J.A, AoysE, Weiss-Carrington P and Burke D.A. 1992. The effect of

glutamine-enriched TPN on gut immune cellularity. Journal of Surgical

Research.52: 34–38.

Anonim. 2016. Hematopoiesis. http://www.dentalarticles.com/visual/d

/hematopoiesis. php. Diakses 27 Maret 2016.

Antonio J, Street C. 1999. L-glutamine: a potentially useful supplement for

athletes.Can J Appl Physiol 24(1): 1-14.

Arfah, N. M. 2015. Pengaruh pemberian tepung kunyit pada ransum terhadap

jumlah eritrosit, hemoglobin, pcv, dan leukosit ayam broiler. [Skripsi].

Program Studi Kedokteran Hewan. Fakultas Kedokteran. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Arifin, H. 2009. L-glutamin. Majalah Kedokteran Nusantara., 42(1): 66-71.

Asmawati. 2014. Peningkatan kualitas embrio dan pertumbuhan ayam buras

melalui in ovo feeding. [Tesis]. Program Studi Ilmu Pertanian Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

35

Asterizka, M. 2012. Profil darah ayam petelur yang diberi ransummengandung

tepung daun dan bungamarigold (Tagetes erecta). [skripsi]. Depertemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologipakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Astuti, T. 2016. Status hematologiss ayam ras pedaging yang

diberi tepung daun kelor (Moringa oleifera)

dalam pakan. [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Azahan, E.A.E., I.A. Azma, and M. Noraziah. 2014. Effects of strain, sex and

age on growth performance of malaysian kampong chickens.

Malaysian Journal Animal Science 17 (1) : 27-33.

Azhar, M. 2016. Performa ayam kampong pra- dan pasca-tetas hasil in ovo

feeding of L-argini.[Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Universitas

Hasanuddin. Makassar.

Azhar. M. 2009. Fisiologi III dan IV. Diakses pada 15 juli 2017. http:// manusia.

blogspot.com/ 2009 /12 /fisiologi-iii-dan-iv.html.

Azma, I.A.A. and Azahan, E.A.E. 2011. Dressed yield and edible parts of

crossbred village (kampung) chickens as affected by restrictions in feed.

Malaysian Journal Animal Science 14 : 57-60.

Bale-Therik, J.F. C. Sabuna dan K. Jusoff. 2012. Influence of grit on performance

of local chicken under intensive management system. Global Veterinaria

9 (2) : 248-251.

Bartell, S. M., Batal, A. B. 2007. The Effect of Supplemental L-glutamine on

Growth Performance, Development of the Gastrointestinal Tract, and

Humoral Immune Response of Broilers. Poultry Sci.86:1940-1947.

Bello, A., R. M. Bracka, P. D. Gerard and E. D. Pebles. 2014. Effects of the

commercial in ovo injection of 25-hydroxycholecalciferol on broiler

performance and carcass characteristic. Poultry Sci 93: 155-162.

Budiman, R. 2007. Pengaruh Penambahan Bubuk Bawang Putih pada Ransum

Terhadap Gambaran Darah Ayam Kampung yang Diinfeksi Cacing

Nematoda (Ascaridia galli). [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Chen, W., Y. T. L. V. H.X. Zhang, D. Ruan, S. Wang, and Y.C. Lin. 2013.

Review: Developmental specificity in skeletal muscle of late-term avian

embryos and its potential manipulation. Poultry Science 92 : 2754–2764.

Cunningham, J. G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Saunders

Company.USA.

36

Christensen, H.N. 1990. Role of amino acid transport and countertransport in

nutrition and metabolism.Physiol. Rev., 70, 43–77.

Danial, M. 2017. Lama inkubasi dan dimensi tubuh DOC (Day old chick) ayam

kampung hasil pemberian asam amino glutamin secara in ovo. [Skripsi].

Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Davey, C., A. Lill, and J. Baldwin,. 2000. Variation during breeding inparameters

that influence blood oxygen carrying capacity inshearwaters. Aust. J.

Zool. 48, 347-356.

Dienye, H. E. and O. K. Olumuji. 2014. Growth performance and haematological

responses of African mud catfish Clarias gariepinus fed dietary levels of

Moringa oleifera leaf meal. Net. J. Agric. Sci. 2(2); 79-88.

Dong, D.Y., Y.J. Jiang, M.Q. Wang, Y. M. Wang and X. T. Zou. 2013. Effects

of in ovo feeding of carbohydrates on hatchability, body weight,and

energy status in domestic pigeons (Columba livia). Poultry Sci. 92:

2118–2123.

Dos Santos, T.T., A. Corzo, M.T. Kidd, C.D. McDaniel, R.A. Torres Filho, and

L.F. Araújo. 2010. Influence of in ovo inoculation with various nutrients

and egg size on broiler performance. J. Appl. Poult. Res. 19 : 1–12.

Ebadiasl, G. 2011.Effects of supplemental L-Glutamine and glutamate on growth

performance, gastrointestinal development, jejunum morphology and

Clostridium perfringens count in caecum of broilers.Institutionen för

husdjurens.Swedish University of Agricultural Science. Department of

Animal Nutrition and Management.

Ebenebe C. I., C. O. Umegechi, Aniebo, and B. O. Nweze. 2012. Comparison of

haematological paramters and weight changes of broiler chicks fed

different levels of Moringa oleifera diet. Inter J Agri Biosci. 1(1):23-25.

El-Azeem, N.A. A., M. S. Abdo, M. Madkour, and I. El-Wardany.

2014.Physiological and histological responses of broiler chicks to in ovo

injection with folic acid or l-carnitine during embryogenesis. Global

Veterinaria 13 (4) : 544-551.

Erniasih I dan Saraswati TR. 2006. Penambahan Limbah Padat Kunyit pada

Ransum Ayam dan Pengaruhnya terhadap Status Darah dan Hepar

Ayam. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 17(2): 1-6.

Foye, O. T., Z. Uni , J. P. McMurtry, and P. R. Ferket. 2006. The effects of

amniotic nutrient administration, “in ovo feeding” of arginine and/or ß-

hydroxy-ß-methyl butyrate (hmb) on insulin-like growth factors, energy

metabolism and growth in turkey poults. International Journal of

Poultry Sci. 5 (4): 309-317.

37

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edise ke-4. Terjemahan: B.

Srigandono dan Koen Praseno. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical

Physicology). Edisi 22. Terjemahan: dr. Brahm U. P. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

Ganong, W. F. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakara. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Gaspersz, 1991. Teknik analisis dalam penelitian percobaan. Tarsito. Bandung.

Ginting, Indri A. 2008. Profil darah ayam broiler yang diberi ransummengandung

tepung daun jarak pagar (Jatropha curcas L.). [Skripsi]. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Grodzik, M., F. Sawosz, E. Sawosz, A. Hotowy, M. Wierzbicki, M. Kutwin, S.

Jaworski, and A. Chwalibog. 2013. Nano-nutrition of chicken embryos.

The effect of in ovo administration of diamond nanoparticles and l-L-

Glutamine on molecular responses in chicken embryo pectoral muscles.

Int. J. Mol. Sci. 14 : 23033-23044.

Guyton, A. C dan J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-7.

Terjemahan Irawati Setiawan, Ken Ariata Tengadi dan Alex Santoso.

Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Terjemahan dari : Textbook of

Medical Physiology.

Guyton, A.C. dan J.E. Hall. 2010. Textbook of Medical Physiology. Edisi 12. W.

B. Saunders Company. Philadelphia.

Guyton A.C. dan Hall J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan: Irawati, Ken

Ariata Tengadi dan Alex Santoso. EGC: Jakarta.

Harsojuwono, B. A., I. W. Arnata dan G. A. K. D. Puspawati. 2011. Rancangan

Percobaan: Teori, Aplikasi SPSS dan EXCEL. Lintas Kata Publising.

Haryono, B. 1978. Hematologi Klinik. Bagian Kimia Medik Veteriner. Fakultas

Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Helton W. S., D. O. Jacobs, S.Bonner-Weir, R.Bueno, R. J.Smith and Wilmore

DW. 1990. Effect of glutamine-enriched parenteral nutrition on the

exocrine pancreas. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition. 14 : 344–

352.

Hernawan E. dan Abun. 2014. Effect of Banana Peel Aplication in Ration on

Hematological Level, Nitrogen Retention, and Body Weight Gain of

HeatExposed Broiler Chicken. Scientific Paper. Series D Animal

Science. Vol. (VII): 101-107.

38

Hoffbrand A.V, JE Pettit. 1996. Kapita Selekta Hematologi. Ed ke-2. Iyan D,

penerjemah. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Terjemahan dari

: Essential Hematology.

Hoffbrand AF, Pelit JE, dan Moss PAH. 2005. Hematology. Ed ke-4. Dewi Asih

Maharani, Penerjemah. ECG.Jakarta.

Holecek, M. and L. Sispera. 2016. Effects of arginine supplementation on amino

acidprofiles in blood and tissues in fed andovernight-fasted rats. Article

Nutrients.8. (10): 206-3390.

Horhoruw, W. M. dan Rajab. 2015. Identifikasi jenis kelamin anak ayam

burasberdasarkan bobot dan indeks telur tetas berbeda. Jurusan

Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura. Ambon.

Agrinimal. 5,(1): 6-10.

Iriyanti, N., T. Zuprizal, Yuwanta, dan S. Keman. 2005. Penggunaan vitamin

Edalan pakan terhadap fertilitas, daya tetas, dan bobot tetas telur ayam

kampung. Fakultas peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Ismail, F. 2014. Status hematologiss dan biokimia darah ayam ras petelur

yang dipelihara pada sistem pemeliharaan intensif dan

free-range pada musim kemarau. [Skripsi]. Fakultas peternakan.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Ismawati. 2009. Kelebihan Rantai A pada Talasemia β. JILK. 3(1):1 -5.

Jain, N. C. 1993. Essential of Veterinary Hematology. Lea and Febiger,

Philadelphia.

John, T. M., J. C. George and E. T. Moran. 1987. Pre- and posthatch

ultrastructural and metabolic changes in the hatching muscle of turkey

embryos from antibiotic and glucose treated eggs. Cytobios., 49: 197–

210.

Kim, J.W. 2010. The endocrine regulationof chicken growth. Asian-Aust. J.

Anim. Sci. 23 (12) : 1668 – 1676.

Kuhn, E. R., L. Vleurick, M. Edery, E. Decuypere and V. M.Darras. 2002.

Internalization of the chicken growth hormonereceptor complex and its

effect on biological functions. Com.Biochem. Physiol. 132:299-308.

Komalasari, L. 2014. Dampak suhu tinggi terhadap respon fisiologis, profil darah

dan performa produksi dua bangsa ayam berbeda. [Skripsi]. Sekolah

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Lasantha. 2011. Sel darah merah. http://sain-kifamona.blogspot.com /2011/06/

prosespembentukan-eritrosit-sel-darah. html. Diakses pada 27 maret

2016.

39

Lestari, D. R. 2008. Pengenalan penyakit darah dengan citra darahmenggunakan

metode logika fuzzy. [Skripsi]. Universitas Indonesia. Jakarta.

Lilburn, M.S. and S. Loeffler. 2015. Early intestinal growth and development in

poultry. Poultry Science 00 : 1–8.

Lutfiana, K., T. Kurtini dan M. Hartono. 2015. Pengaruh pemberian probiotik

dari mikroba lokal terhadapgambaran darah ayam petelur. Jurnal Ilmiah

Peternakan Terpadu. 3. (3): 151-156.

Mangkoewidjojo, S, & J. B. Smith. 1988.Pemeliharaan, pembiakan dan

penggunaan hewan percobaan di daerah tropis. UI Press, Jakarta.

Marchini, J. S., P. Nguyen, J. Y. Deschamps, P. Maugere, M. Krempf,dan D.

Darmaun. 1999. Effect of intratvenous glutamine on duodenal mucosa

protein synthesis in healthy growing dogs. Amer. J. Physiol. 276,

E747–E753.

Mardiningsih, D., T.M. Rahayuning, W. Roesali, dan D.J. Sriyanto. 2004. Tingkat

produktivitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja wanita

pada peternakan ayam lokal intensif di Kecamatan Ampal Gading,

Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Peternakan, Bogor.

Mayer, D. J, E. H. Coles and L. J. Rich. 1992. Veterinary laboratory mrdicine:

interpretation and diagnosis. W. B. Sauders Company. Philadelpihia.

Meyer D.J dan Harvey J.W. 2004. Veterinery laboratory medicine interpretation

dan diagnosis. 3rd Edition. Saunders: USA.

McGruder, B.M., W. Zhai, M.M. Keralapurath, P.D. Gerard, and E.D. Peebles.

2011. Effects of in ovo injection of stimulant solutions on growth and

yolk utilization in broiler embryo. Poultry Science 90 : 1058–1066.

McMurtry J. P., G. L. Francis and Z. Upton. 1997. Insulin-like growth factors in

poultry. Dom. Anim. Endocrinol. 14:199-229.

Mehr, M.A., A. Hassanabadi, S.A. Mirghelenj, and H. Kermanshasi. 2014. Effect

of in ovo injection of conjugated linoleic acid on immune status and

blood biochemical factors of broilers chickens. Spanish Journal of

Agricultural Research 12 (2) : 455-461.

Murakami, A. E., Sakamoto, M. I., Natali, M. R. M., Souza, L. M. G., Franco, J.

R. G,. 2007. Supplementation of L-glutamine and Vitamin E on the

Morphometry of the Intestinal Mucosa in Broiler Chickens. Poultry

Sci.86:488-495.

Murray R.K., Granner D.K., dan Rodwell VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke-

25.EGC.Jakarta.

40

Nasrun. 2016. Pertumuhan embrio ayam buras umur 18 hari hasil induksi asam

amino L-Argini kedalam telur tetas selama masa ingkuasi (in ovo

feeding). [Skripsi]. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Nataamijaya, A.G. 2009. The performance of nagrak and kampung chicken

keptintensively in Cibadak Sukabumi, West Java. JITV 14 (2) :97-103.

Newsholme P. 2001. Why is L-L-glutamine metabolism important to cells of the

immune system in health, post-injury, surgery or infection?. J. Nutr.,131:

25155 - 25225.

Newsholme, P., Procopio, J., Lima, M. M. R., Pithon-curi, T. C., Curi, R. 2003a.

L-Glutamine and glutamate-their central role in cell metabolism and

function. Cell Bioche. and Funct.21:1-9.

Newsholme, P., Lima, M. M., Procopio, J., Pithon-curi, T. C., Doi, S.Q., Bazotte,

R.B. Curi, R. 2003b. L-glutamine and glutamate as vital metabolites.

Brazilian J. of Med. and Bio. Research 36(2).

Nurkasanah, B. 2002. Analisis faktor-faktor yangmempengaruhi perkembangan

usaha ternakayam kampung (studi kasus di desakaracak, kecamatan

leuwiliang, kabupatenbogor). [Skripsi]. Jurusan Sosial Ekonomi Industri

Peternakan.InstitutPertanian Bogor. Bogor.

Nuraini, D. 2006. Pendugaan Jumlah Sel Darah Merah (RBC) Melalui Penilaian

Hematokrit [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian

Bogor.

Praseno, K. 2005. Respon eritrosit terhadap perlakuan mikromineral Cu, Fe dan

Zn pada ayam (Gallus gallus domesticus). J. Indo. Trop. Anim. Agri. 30

(3): 179-185.

Prawirodigdo, S., D. Pramono, B. Budiharto, Ernawati, S. Iskandar, D.

Zaenudin,Sugiyono, G. Sejati, Prawoto Dan P.Lestari. 2001. Laporan

kegiatan pengkajianpartisipatif persilangan ayam lokal denganayam ras

petelur. Balai PengkajianTeknologi Pertanian Jawa Tengah.

Puspasari, A. 2010. Perbedaan kadar hemoglobin pada pasien karsinoma

nasofaring sebelum dan setelah radioterapi. Artikel Karya Tulis Ilmiah.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Rafiqih, A. F dan Achmad, J. 2012. Asam Amino. Buku Ajar Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan. Universitas Wiraraja Sumenep.

Rahayu, H. S. 2005. Kualitas telur tetas ayam kampung dengan waktu

pengulangan inseminasi buatan yang berbeda. [Skripsi]. Fakultas

Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

41

Rastogi S.C. 1977. Essentials of Animal Physiology. Wiley Eastern Limited. New

Delhi.

Rediantning W. dan Nanny K. H.1987. Analisis asam amino dengan kromatografi

cairan kinerja tinggi secara derivatisasi prakolom dan pascakolom.

Proceedings ITB Vol. 20, No1/2.

Salmanzadeh, M. 2012. The effects of in-ovo injection of glucose on hatchability,

hatching weight and subsequent performance of newly-hatched chicks.

Brazilian Journal of Poultry Science 14 (2) : 137-140.

Salmanzadeh, M., Y. Ebrahimnezhad, H.A. Shahryar, and A. Lotfi. 2011. The

effects of in ovo injection of L-threonine in broiler breeder eggs on

characters of hatching and growth performance broiler chickens.

European Journal of Experimental Biology 1 (4) : 164-168.

Sartika, T. 2012. Ketersediaan sumberdaya genetik ayam lokaldan strategi

pengembangannya untukpembentukan parent dan grand parent

stock.Balai Penelitian Ternak. Jakarta.

Sastradipraja, D., S. H. S. Sikar, R. Widjajakusuma, T. Ungerer, A. Maad, H.

Nasution, R. Sunawinata, dan R. Hamzah. 1989. Penuntun Praktikum

Veternier. PAU Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Scanes, C. G. 2015. Blood. Depertemen of iological Science, University of

Wisconsin. Milwauke. WI.USA.

Schlm, O.W., Carrol E.J., dan Jain N.C., 2010. Veterinary Hematology, 6rd

Edition Lea and Febiger, Philadelphia.

Schalm. 1971. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas J,

Weiss, K., Jane W. Blackwell Publishing Ltd, Oxford.

Sediaoetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid I. Dian

Rakyat, Jakarta.

Shafey, T.M., A.S. Sami, and M.A. Abouheif. 2013. Effect of in ovo feeding of L-

glutamine on hatchability performance and hatching tome of meat type

breeder eggs. Journal of Animal Veterinary Advances 12 (1) : 135-139.

Sharmin M.L. dan Myenuddin M. 2004. Hematologiscal Values of The

IndigenousChickens. Bangl. J. Vet. Med. 2(2): 163-164

Shizuka F, S. Vasupongsotorn, Y. Kido and K. Kishi. 1990. Comparative Effect

of intravenously or intragastrically administered glutamine on small

intestinal function of the rat. Tokushima. Journal of Experimental

Medicine. 37 : 49–57.

42

Soeharsono L, Andriani E, Hermawan, Kamil K.A, dan Musawwir A. 2010.

Fisiologi Ternak Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan

InteraksiOrgan pada Hewan. Widya Padjadjaran. Bandung.

Sola-ojo, F. E. and K. L. Ayorinde. 2011. Evalution of reproductive performance

and egg quality traints in progenies of dominant black strain crossed with

Fulani ecotype chicken. J. of Agricu. Sci. 3 (1): 258-621.

Sonjaya, H. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. IPB Press. Bogor.

Souba, W.W. 1993. Intestinal glutamine metabolism and nutrition. J Nutr

Biochemist. 4 :2–9.

Sriwati D, Widodo E, dan Natsir M.H. 2014. Pengaruh Penggunaan TepungJintan

Putih (Cuminum cyminum, L.) dalam Pakan terhadap ProfilDarah Ayam

Pedaging. Universitas Brawijaya. Malang.

Sturkie, P. D. 1986. Avian Physiology. Springer Verlag. New York.

Sturkie, P. D. 1998. Avian Physiology. 5th

Edition. Spinger Verleg. New York.

Sturkie, P.D. 1976. Blood Physical Characteristic, Formed, Elemant, Hemoglobin

and Coagulation.In : Avian Physiology. 3th ed. Springerverleg. New

York.

Sudaryati, S., J.H.P. Sidadolog, Wihandoyo, W.T. Artama and D. Maharani.

2013. The effect of insulin like growth factor protein 2 gene on kampung

chicken growth rate. Int. J. of Poultry Sci. 12 (8): 495-500.

Sulandri, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti, T. Sartika, J.H.P. Sidadolog, M. Astuti, T.

Widjastuti, E. Sujana, I. Setiawan, D. Garnida, S. Iskandar, D. Zainuddin,

T. Herawati, I. Wayan dan T. Wibawan. 2007. Keanekaragaman sumber

daya hayati ayam lokal indonesia manfaat dan potensi.Pusat Penelitian

Biologi LIPI. Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005a. Ilmu Dasar Ternak

Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E. dan D. Natawihardja. 2005b. Pertumbuhan organ reproduksi ayam

ras petelur dan dampaknya terhadap performans produksi telur akibat

pemberian ransum dengan taraf protein berbeda saat periode pertumbuhan.

Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Sumedang.

Suroso, W., W. Sudhiana., J. Joeng., R. Widarko., J. Hendryjanto and H. Ludi.

2007. Perkembangan embrio dari hari ke hari. Bulletin CP, Indonesia.

43

Suryana dan A. Hasbianto. 2008. Usaha tani ayam buras di indonesia

permasalahan dan tantangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Kalimantan Selatan.

Suryana dan E.S. Rohaeni. 2006. Upaya perbaikansistem usaha tani ayam buras

denganteknologi inseminasi buatan di lahan kering (Desa Rumintin,

Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan). hlm. 65−70. Prosiding Seminar

Nasional Lahan Kering. BPTP Kalimantan Selatan bekerjasama dengan

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.

Sutedjo, A.Y. 2007. Mengenal Penyakit melalui Hasil PemeriksaanLaboratorium.

Amara Books. Yogyakarta.

Suwandi, L. Nuryat, Noviati, B. Waryanto, R. Widaningsih and D. H. P. Muliany.

2015. Outlok Komoditas Pertanian Sub Sektor Peternakan Daging Ayam.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal

Kementerian Pertanian, Jakarta.

Swenson, M.J. 1993. Physiological Properties and Celluler and Chemical

Constituent of Blood in Dukes Physiology of Domestic Animals,

eleventh edition. Comstock Publishing Associates a division of Cornell

University Press Ithaca and Londion. pp. 22 – 48.

Tagama, T. R. 2003.Performans organ reproduksi primer ayam lokal (Gallus

domesticus) jantan dengan introduksi hormon gonadotropin. J. Anim.

Prod. 5(3): 87-92.

Tamzil, M.H., M. Ichsan, N.S. Jaya dan M. Taqiuddin. 2015. Growth rate,

carcass weight and percentage weight of carcass parts of laying ages.

Pakistan J. of Nutrition 14 (7) : 377-382.

Tapiero, H., G. Mathe, , P. Couvreur, and K. D. Tew. (2002). Free amino acids in

human health and pathologies - II. L-Glutamine and glutamate.

Biomedicine and Pharmacotherapy 56, 446-457.

Theml H, Diem H, dan Haferlach T. 2004. Color Atlas of Hematology. Thieme.

2nd

Revised Edition. New York.

Ulupi, N dan T. T. Ihwantoro. 2014. Gambaran darah ayam kampung dan ayam

petelur komersial padakandang terbuka di daerah tropis. Jurnal Ilmu

Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 1 (2):219-223.

Uni, Z., P. R. Ferket., E. Tako and O. Kedar. 2005. In ovo feeding improves

energy status of late-term chicken embryos. Poult. Sci.,84: 764-770.

44

Virden, W.S., M.S. Lilburn, J.P. Thaxton, A. Corzo, D. Hoehler and M.T. Kidd.

2007. The effect of corticosterone-induced stress on amino acid

digestibility in Ross broilers. Poult. Sci. 86: 338 – 342.

Wardhana A.H., Kencanawati E, Nurmawati, Rahmaweni, dan Jatmiko C.B.

2001. Pengaruh pemberian sediaan patikan kebo (euphobia hirta

l)terhadap jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokritpada

ayam yang diinfeksi dengan eimeria tenella. Jurnal Ilmu Ternak dan

Veteriner. 6(2):126-133.

Widodo, W. 2005. Nutrisi dan pakan unggas kontekstual. Jurnal Ilmu-Ilmu

Pertanian Indonesia. Edisi Khusus. 3 : 396 - 400.

Weiss, G. and L. T. Goodnough. 2005. Anemia of chronic disease. N Engl J Med.

352(10):1011-1023.

Wu, G. 1998. Intestinal mucosal amino acid catabolism. Journal of Nutrition. 128

: 1249–1252.

Wu, G. Meier SA and Knabe DA. 1996. Dietary Glutamine supplementation

prevents jejunal atrophy in weaned pigs. J. of Nutr. 126 : 2578–2584.

Zhai, W., P.D. Gerard, R. Pulikanti, and E.D. Peebles. 2011. Effects of in ovo

injection of carbohydrateon embryonic metabolism, hatchability and

subsequent somatic characteristics of broiler hatchlings. Poul. Sci. 90 :

2134–2143.

Zhai, W., S. Neuman, M.A. Latour, and P.Y. Hester. 2008. The effect of in ovo

injection of L-carnitine on hatchability of white leghorns. Poul. Sci. 87 :

569–572.

45

DAFTAR ISTILAH

Allantois Merupakan membrane yang menyelimuti embrio

berperan sebagai system sirkulasi seperti

respirasi (mengalirkan oksigen kedalam darah

embrio dan mengeluarkan CO2), digestif

(membentuk digesti alumen dan absorpsi

kalsium ke cangkang) dan ekskresi.

Amnion Merupakan kantong yang berisi cairan

transparan agar embrio dapat bergerak bebas

selama pertumbuhan dan melindungi dari

benturan secara fisik.

Carbonic anhydrase Merupakan enzim yang terdapat di dalam sel

korteks renalis, pankreas, mukosa lambung,

mata, eritrosit , tetapi tidak terdapatdalam

plasma.

Fisiologis Merupakan sebuah metode untuk mempelajari

biomolekul, sel, jaringan, sistem organ dan

organisme secara keseluruhan menjalankan

fungsi fisik dan kimiawi untuk mendukung

kehidupan

Endotelium Merupakan jaringan yang memisahkan

pembuluh darah dan sistem limfatik pada seluruh

bagian tubuh

Eritrosit Merupakan sel darah merah

Eritropoesis Merupakan proses pembentukan eritrosit muda

yang terjadi disumsum tulang hingga terbentuk

eritrosit yang matang yang dirangsang oleh

hormon eritropoietin.

Esensial Merupakan asam amino yang tidak dapat

diproduksi didalam tubuh sehingga memerlukan

asupan di dari luar tubuh

Epicgenetik Merupakan interpensi lingkungan yang dapat

memodifikasi kimia DNA yang tidak mengubah

urutan gen, tetapi berdampak pada ekspersi gen

dan dapat diwariskan.

Glukoneogenesis Merupakan lintasan metabolisme yang di

gunakan oleh tubuh untuk menjaga

keseimbangan kadar glukosa didalam plasma

46

darah.

Glycine Merupakan salah satu genus dari suku polong-

polongan

Growt hormone Merupakan hormon yang mengatur ekspresi

pertumbuhan

Growt hormone receptor Merupakan reseptor yang merangsang

diferensiasi dan proliferasi sel-sel tulang dan otot

saat perkembangan embrio.

Hematologis Merupakan ilmu yang mempelajari tentang

darah, organ pembentuk darah dan penykitnya

Hematopoiesis Merupakan peristiwa pembuatan sel darah. Sel

darah yang dimaksudkan adalah sel darah merah,

sel darah putih, dan platelet (keping darah).

Hemoglobin Merupakan metaloprotrin atau protein yang

mengandung zat besi didalam sel darah merah

yang berfungsi untuk oksigen dari paru-paru

keseluruh tubuh.

Imunitas Merupakan sistem kekebalan tubuh

Inbreeding Merupakan perkawinan antara dua jenis atau

lebih individu yang memiliki kedekatan

hubungan kerabat.

Leukosit Merupakan sel darah putih

Lipoblast Merupakan sel yang berfungsi sebagai lumbung

lemak.

MCHC MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin

Concentration)merupakan konsentrasi

hemoglobin per sel darah yang dinyatakan dalam

bentuk persen.

Metabolisme Merupakan proses pertukaran zat antara suatu sel

atau suatu organisme secara keseluruhan dengan

zat antara suatu sel atau organisme secara

keseluruhan dengan lingkungannya.

Mesenkim Merupakan salah satu jaringan embrional yang

terbentuk pada masa awal pembentukan embrio

yang berasal mula dari perkembangan jaringan

ikat pada tubuh yang berasal dari mesoderm

47

yaitu lapisan tengah pada embrio.

Non-Esensial Merupakan asam amino yang dapat diproduksi

didalam tubuh

Reticulosyte Merupakan sel eritrosit yang belum matang.

Retikuloendotelial Merupakan jarinagnpengikatretikular yang

tersebar luas menyelubungi sinusoid-sinusoid

darah di hati,sumsum tulangdan juga

menyelubungi saluran-saluran limfe di jaringan

limfatik.

Organogenesis Merupakan proses pembentukan organ yang

diawali dengan pembentukan embrio

Osmolaritas Merupakan tingkat kekentalan suatu larutan

Proerythrobcasts Merupakan tingkatan pertama dari tingkat

perkembangan dari eritrosit. Rubriblas berukuran

12 hingga 15 mikron atau sekitar 2 sampai 2,5

kali ukuran eritrosit

Polar Merupakan sebuah zat yang dapat larut dalam air

Porphyrin Merupakan senyawa aromatik makrosiklik

spesifik (senyawa dengan gabungan cincin

aromatik), yang terdiri atas empat cincin pyrolle

yang terikat pada jembatan metan (=CH-) dan

membentuk coupled system dari ikatan rangkap

(termasuk di dalamnya 18π elektron yang

terlokalisasi (4n + 2, dengan n = 4).

Somatotropsh Merupakan hormon polipeptida yang berasal dari

protein berupa 191 rantai asam amino yang

disintetis, disimpan, dan dilepas oleh sel

somatotroph yang berfungsi untuk merangsang

sintetis protein, pertumbuhan tulang dan otot,

serta merangsang proses metaboime.

48

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data penelitian hematologis hasil penambahan asam L-glutamin

secara In Ovo

Perlakuan Ulangan

Berat

Badan

umur 11

ninggu

Hemoglobin

(g/dl)

Hematokrit

(%)

Eritrosit

(106)

MCHC

(%)

P0

1 1255 14.7 32.00 6.19 45.9375

2 1015 15.6 27.00 7.00 57.77778

3 1110 14.2 29.00 9.41 48.96552

P1

1 1370 22 26.00 9.17 84.61538

2 1180 15 33.00 8.07 45.45455

3 1240 8.6 23.00 10.14 37.3913

P2

1 1320 12 28.00 5.57 42.85714

2 1180 11 37.00 9.96 29.72973

3 1025 12.4 32.00 7.65 38.75

P3

1 1265 15.8 27.00 10.13 58.51852

2 1145 15.2 30.00 8.51 50.66667

3 1100 17 32.00 4.77 53.125

P4

1 1350 15.5 35.00 6.27 44.28571

2 1190 18.9 25.00 6.05 75.6

3 1090 15.2 25.00 7.04 60.8

49

Lampiran 2. Hasil sidik ragam terhadap jumlah eritrosit hasil penambahan

L-glutamin secara In Ovo

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 0 P0 3

1 P1 3

2 P2 3

3 P3 3

4 P4 3

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Eritrosit

Perlakua

n Mean Std. Deviation N

P0 7.5333 1.67494 3

P1 9.1267 1.03568 3

P2 7.7267 2.19600 3

P3 7.8033 2.74899 3

P4 6.4533 .51984 3

Total 7.7287 1.77138 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Eritrosit

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 10.874a 4 2.718 .822 .540

Intercept 895.984 1 895.984 271.056 .000

Perlakuan 10.874 4 2.718 .822 .540

Error 33.055 10 3.306

Total 939.914 15

Corrected Total 43.929 14

a. R Squared = ,248 (Adjusted R Squared = -,053)

50

Lampiran 3. Hasil sidik ragam terhadap kadar hemoglobin hasil penambahan

L-glutamin secara In Ovo

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 0 P0 3

1 P1 3

2 P2 3

3 P3 3

4 P4 3

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Hemoglobin

Perlakuan Mean

Std.

Deviation N

P0 14.8333 .70946 3

P1 15.2000 6.70224 3

P2 11.8000 .72111 3

P3 16.0000 .91652 3

P4 16.5333 2.05508 3

Total 14.8733 3.19318 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hemoglobin

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 40.736a 4 10.184 .998 .452

Intercept 3318.241 1 3318.241 325.275 .000

Perlakuan 40.736 4 10.184 .998 .452

Error 102.013 10 10.201

Total 3460.990 15

Corrected Total 142.749 14

a. R Squared = ,285 (Adjusted R Squared = ,000)

51

Lampiran 4. Hasil sidik ragam terhadap nilai hematokrit hasil penambahan

L-glutamin secara In Ovo

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 0 P0 3

1 P1 3

2 P2 3

3 P3 3

4 P4 3

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Hematokrit

Perlakua

n Mean Std. Deviation N

P0 29.3333 2.51661 3

P1 27.3333 5.13160 3

P2 32.3333 4.50925 3

P3 29.6667 2.51661 3

P4 28.3333 5.77350 3

Total 29.4000 4.03201 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hematokrit

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 42.267a 4 10.567 .570 .690

Intercept 12965.400 1 12965.400 699.572 .000

Perlakuan 42.267 4 10.567 .570 .690

Error 185.333 10 18.533

Total 13193.000 15

Corrected Total 227.600 14

a. R Squared = ,186 (Adjusted R Squared = -,140)

52

Lampiran 5. Hasil sidik ragam terhadap MCHC hasil penambahan L-glutamin

secara In Ovo

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Perlakuan 0 P0 3

1 P1 3

2 P2 3

3 P3 3

4 P4 3

Descriptive Statistics

Dependent Variable:MCHC

Perlakuan Mean

Std.

Deviation N

P0 50.8936 6.15111 3

P1 55.8204 25.26097 3

P2 37.1123 6.71519 3

P3 54.1034 4.01632 3

P4 60.2286 15.66496 3

Total 51.6317 14.37233 15

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:MCHC

Source

Type III Sum

of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 926.756a 4 231.689 1.179 .377

Intercept 39987.414 1 39987.414 203.484 .000

Perlakuan 926.756 4 231.689 1.179 .377

Error 1965.137 10 196.514

Total 42879.308 15

Corrected Total 2891.894 14

a. R Squared = ,320 (Adjusted R Squared = ,049)

53

Lampiran 6. Dokumentasi

Proses Persiapan dan Pengukuran Indeks Telur Periode Inkubasi

Proses Peneropongan Telur Proses Penambahan L-Glutamin

Kondisi Ayam yang Menetas Proses Pemeliharaan 1- 77 Hari

Proses Pengabilan Sampel Darah Proses Pengujian Sempel Darah

54

RIWAYAT HIDUP

NURUL MUTMAINNA lahir di Desa Tolowe Ponre Waru

pada tanggal 12 Maret 1995. sebagai anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan bapak Baharuddin dan ibu

Rahmatia. Jenjang pendidikan formal yang pernah di

tempuh adalah TK Raudhtul Athfal Darul Arqam Ponre

tahun 2000-2001. selaanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan di MI Darul Arqam Ponre Waru tahun 2001-

2007. selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan lanjutan

pertama di MTs.S Darul Arqam Ponre Waru tahun 2007-

2010. setelah itu penulis melanjutkan kejenjang pendidikan tingkat menengah atas

di MA Darul Arqam Ponre Waru dan lulus pada tahun 2010-2013. dan pada tahun

2013 - 2017 penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Peternakan Program

Studi Ilmu Peternakan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar. melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).Selama menjadi

mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus organisasi IPM Wilayah SULTRA

periode 2013-2014 dan LD Mushallah An-Nahl tahun 2014-2016 sertaaktif

sebagai asisten pada mata kuliah Ternak Unggas (2015-2017). Penulis juga perna

mengikutiki kegiatan program bina desa mahasiwa fakultas peternakanUNHAS

bekerjasama dengan fakultas peternakan UHO tahun 2015 dan finalis lomba karya

tulis ilmiah nasional (PROTEIN II) tahun 2016.