profil pembangunan provinsi 9100pabar 2013
DESCRIPTION
dghfTRANSCRIPT
1
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
Gambar 1. Peta Administrasi Provinsi Papua Barat
PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA BARAT
A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis, wilayah Provinsi Irian Jaya Barat
terletak dibawah katulistiwa, antara 00 25’ – 40 18’ Lintang Selatan dan 1240 0’-1320 0’ Bujur Timur dengan batas – batas administratif wilayah Sebelah Utara : Samudera Pasifik, Sebelah Barat : Laut Seram Provinsi Maluku, Sebelah Selatan : Laut Banda Provinsi Maluku, Sebelah Timur : Provinsi Papua
Berdasarkan administrasi wilayah, Provinsi Irian
Jaya Barat terdiri dari 8 Kabupaten dan 1Kota.Luas wilayah Provinsi Irian Jaya Barat adalah 115.363,50 km2, dimanaKabupaten Teluk Bintuni merupakan daerah yang terluas yaitu 18.658 km2,sedangkan Kota Sorong merupakan daerah dengan luas terkecil, yaitu 1.105 km2
B. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN
B1. Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Papua Barat tahun 2011 sebanyak 789.013jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 8 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Papua Barat masih bertumpu di Kota Sorong yakni sebesar 25,3 persen dan Kabupaten Manokwari sebesar 24,7 persen sedangkan kabupaten yang lainnya dibawah 10 persen. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Sorong yakni sebanyak 304 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Tambraw dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 1 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Papua Barat sebesar 3,69 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kota Sorong4,75 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Sorongsebesar minus 1,10persen.
Tabel 1: Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
Kabupaten/Kota Luas Wilayah*)
KM2
Jumlah Kepadatan Penduduk
Penduduk Rumah Tangga
per KM2 per Rumah Tangga
01. Fakfak 11.036,48 68.503 15.937 6,21 4,30
02. Kaimana 16.241,84 48.251 11.852 2,97 4,07
03. Teluk Wondama 3.959,53 27.233 6.228 6,88 4,37
04. Teluk Bintuni 20.840,83 54.194 13.228 2,60 4,10
05. Manokwari 14.250,94 194.948 46.678 13,68 4,18
06. Sorong Selatan 3.946,94 39.297 8.055 9,96 4,88
07. Sorong 7.415,29 73.088 17.811 9,86 4,10
08. Raja Ampat 8.034,44 43.435 10.111 5,41 4,30
09. Tambrauw 5.179,65 6.147 1.356 1,19 4,53
10. Maybrat 5.461,69 34.287 8.400 6,28 4,08
71. Sorong 656,64 199.630 45.501 304,02 4,39
PAPUA BARAT 97.024,27 789.013 185.156 8,13 4,26
Sumber: Provinsi Dalam Angka tahun 2012
2
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
B2. Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan di Provinsi Papua Barat dalam 5 tahun terakhir menurut jumlah
penduduk usia kerja, angkatan kerja, penduduk bekerja, dan jumlah pengangguran terbuka. Perkembangan
penduduk usia kerja, penduduk bekerja secara absolute menunjukkan peningkatan. Namun jumlah
pengangguran terbuka cenderung meningkat.
Penduduk Usia Kerja, Perkembangan jumlah penduduk usia kerja dalam lima tahun terakhir
meningkat, jumlah penduduk usia kerja tahun 2012 mencapai 538.709 jiwa lebih besar dari tahun 2008, dengan
jumlah angkatan kerja mencapai 361.597 jiwa dan bukan angkatan kerja 177.112 jiwa. Penyebaran penduduk
usia kerja paling banyak terdapat di Kabupaten Manokwari dan Kota Sorong yaitu masing-masing sebanyak
136.471 jiwa dan 136.866 jiwa.
Tabel 2: Perkembangan Penduduk Usia Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat
Tahun 2008 dan 2012.
Kabupaten/Kota
Penduduk Usia Kerja
2008 2012
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan
Kerja Jumlah
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan
Kerja Jumlah
Fak-Fak 22.549 18.179 40.728 30.715 16.300 47.015
Kaimana 17.355 10.987 28.342 23.971 7.554 31.525
Teluk Wondama 12.293 4.856 17.149 12.306 5.253 17.559
Teluk Bintuni 27.089 8.702 35.791 25.921 11.130 37.051
Manokwari 97.626 23.164 120.790 101.017 35.454 136.471
Sorong Selatan 28.652 13.160 41.812 18.278 6.851 25.129
Sorong 48.310 22.118 70.428 30.067 17.984 48.051
Raja Ampat 17.696 13.148 30.844 18.801 10.302 29.103
Tambrauw 0 0 0 3.269 673 3.942
Maybrat 0 0 0 16.504 9.493 25.997
Kota Sorong 70.812 45.704 116.516 80.748 56.118 136.866
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi
penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar
mencapai 35,89 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar lebih dari 50 persen. Sementara
untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) tidak sampai 10 persen dari total penduduk usia
kerja. Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perdesaan, yaitu
sekitar 70,06 persen.
3
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
Gambar 2:
Distribusi Penduduk Usia Kerja menurut Pendidikan dan Tipe Daerah di Provinsi Papua Barat Tahun 2012
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Angkatan Kerja. Perkembangan angkatan kerja Provinsi Papua Barat dalam 5 tahun terkahir
meningkat. Jumlah angkatan kerja tahun 2013 (februari) 375,230 jiwa atau sekitar 0,31 persen dari total
angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 358.430 jiwa penduduk bekerja dan 16.800 jiwa pengangguran
terbuka. Jumlah angkatan kerja terbesar tahun 2012 terdapat di Kabupaten Manokwari, yaitu sebanyak 101.017
jiwa, dan paling rendah di Kabupaten Tambrau sebanyak 3.269 jiwa.
Tabel 3:
Perkembangan Angkatan Kerja Kabupaten/Kota Provinsi Papua Barat Tahun 2008 dan 2012
Kabupaten/Kota
Angkatan Kerja
2008 2012
Penduduk Bekerja
Pengangguran Terbuka
Penduduk Bekerja
Pengangguran Terbuka
Kabupaten Fak-Fak 19.468 3.081 27.971 2.744
Kabupaten Kaimana 16.025 1.330 23.239 732
Kabupaten Teluk Wondama 11.344 949 11.839 467
Kabupaten Teluk Bintuni 24.971 2.118 24.339 1.582
Kabupaten Manokwari 93.999 3.627 98.758 2.259
Kabupaten Sorong Selatan 27.744 908 17.572 706
Kabupaten Sorong 45.897 2.413 29.686 381
Kabupaten Raja Ampat 17.171 525 17.766 1.035
Kabupaten Tambrauw 0 0 3.233 36
Kabupaten Maybrat 0 0 15.789 715
Kota Sorong 59.574 11.238 71.549 9.199
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk bekerja di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013 (februari)
mencapai 358.430 jiwa atau meningkat sebanyak 42.234 jiwa dari tahun 2008. Persebaran penduduk bekerja
sebagian besar tersedia di perdesaan dibandingkan di perkotaan, dan sebagian besar penduduk bekerja masih
mengantungkan pendapatnnya di sektor pertanian (46,52%) dan sektor jasa (17,74%). Sementara dilihat dari
pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan
menengah. Jumlah penduduk bekerja antar kabupaten/kota terbesar terdapat di Kabupaten Manokwari
mencapai 98.758 jiwa
35,89
27,27
20,97
9,30
2,15 4,42
≤ SD
SMTP
SMTA Umum
SMTA Kejuruan
DiplomaI/II/III/Akademi
Universitas
29,94
70,06
Provinsi Papua Barat
Perkotaan Pedesaan
4
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
Gambar 3: Distribusi Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan dan Lapangan Usaha di Provinsi Papua Barat Tahun
2012
Pendidikan Lapangan Usaha
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
Pengangguran Terbuka. Jumlah pengangguran Terbuka di Provinsi Papua Barat pada tahun 2013
(februari) mencapai 16.800 jiwa menurun sebanyak 9.389 jiwa dari tahun 2008. Sementara untuk
perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2013 (februari) sebesar 4,47 persen, atau menurun
sebesar 3,18 persen dari TPT tahun 2008. Tingkat pengangguran Papua Barat masih tergolong rendah jika
dibandingkan terhadap TPT nasional. Sementara untuk TPT tahun 2012 tertinggi di Kota Sorong yaitu sebesar
11,39 persen dan TPT terrendah di Kabupaten Tambrauw (1,10 %).
Gambar 4: Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi terhadap Nasional Tahun 2008-2013.
Gambar 5: Perbandingan Pengangguran Terbuka
Kabupaten/Kota terhadap Provinsi dan Nasional Tahun 2012.
Sumber : Sakernas (Agustus), BPS 2012
43,53
16,64
19,70
8,92 3,37 7,84
≤ SD
SMTP
SMTA Umum
SMTA Kejuruan
DiplomaI/II/III/Akademi
Universitas
46,52
3,03 5,17 0,26 4,74
15,18
5,73
1,65
17,74
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listik-gas-Air
Bangunan
Perdaggngan
Angkutan
Keuangan
Jasa
7,65 7,56 7,68
8,94
5,49
4,47
8,39
7,87
7,14
6,56
6,14 5,92
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013(Feb)
Pe
rse
n
Papua Barat
Indonesia
1,10
11,39
5,49 6,14
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00 TPT_Kab/Kota
TPT_Papua Barat
TPT_Nasional
5
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
B3. Kondisi Pendidikan
Perkembangan kondisi pendidikan menurut indikator Angka Melek Huruf (AMH), Rata-rata Lama
Sekolah (RLS), dan Angka Partisipasi Sekolah (APS), secara umum kondisi pendidikan di Provinsi Papua
Baratmenunjukkan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2011). Pada tahun 2011 Rata-rata Lama Sekolah
mencapai 8,90 tahun dan Angka Melek Huruf mencapai 93,39% berada diatas rata-rata nasional. Sementara
untuk perbandingan RLS antar kabupaten/kota, RLS tertinggi terdapat di Kota Sorong (11,39 tahun) dan
terendah Kabupaten Tambrauw (5,78 tahun). Sementara untuk AMH mencapai 93,39 persen lebih tinggi dari
AMH nasional (92,99%), dengan AMH tertinggi di Kota Sorong (99,14%) dan terrendah di Kabupaten Tambrauw
(77,33%).
Gambar 6: Perkembangan Angka Melek Huruf Provinsi Papua
BaratTahun 2005-2011
Gambar 7: Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua BaratTahun 2011
Sumber: BPS 2010
Gambar 8: Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah Provinsi
Papua BaratTahun 2005-2011
Gambar 9: Perbandingan Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota di Provinsi Papua BaratTahun 2011
Sumber: BPS, Tahun 2011
85,40
88,55
90,32
92,15 92,34 93,19 93,39 90,90
91,45 91,87 92,19
92,58 92,91 92,99
80,00
82,00
84,00
86,00
88,00
90,00
92,00
94,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
PAPUA BARAT
AMH_NASIONAL
77,33
99,14
93,39
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Fak
-Fak
Kai
man
a
Tel
uk
Wo
nd
ama
Tel
uk
Bin
tun
i
Man
okw
ari
So
ron
g Se
lata
n
So
ron
g
Raj
a A
mp
at
Tam
bra
uw
May
bra
t
Ko
ta S
oro
ng
AMH_Kab/Kota AMH_Papua Barat
7,20 7,20
7,65 7,67
8,01
8,21 8,26
7,30 7,40
7,47 7,52
7,72
7,92 7,94
7,00
7,20
7,40
7,60
7,80
8,00
8,20
8,40
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
PAPUA BARAT RLS_Nasional
5,78
10,68
8,26
7,94
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
11,00
12,00
Fak-Fak
Kaim
ana
Teluk W
on
dam
a
Teluk B
intu
ni
Man
okw
ari
Soro
ng Se
latan
Soro
ng
Raja A
mp
at
Tamb
rauw
Mayb
rat
Ko
ta Soro
ng
Tah
un
RLS_Kab/Kota
RLS_Papua Barat
RLS_Nasional
6
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
B4. Kesehatan
Perkembangan derajat kesehatan penduduk antarprovinsi di wilayah Papua Barat selama periode
terakhir menunjukkan kondisi perbaikan, yang diindikasikan oleh menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), dan
meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH).Kondisi ini sejalan dengan perkembangan perbaikan kondisi
kesehatan secara nasional yang cenderung terus membaik.
Angka Kematian Balita (AKB), Menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI),
kondisi AKB menunjukan perbaikan dalam lima tahun terakhir (2005-2010), AKB tahun 2010 sebesar 29,5 lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun kondisi AKB Provinsi Papua Barat masih tergolong tinggi dan
berada di atas rata-rata AKB nasional.
Status Gizi Balita, Kondisi kesehatan masyarakat berdasarkan indikator status gizi balita, merupakan
gangguan pertumbuhan bayi yang terjadi sejak usia dini (4 bulan) yang ditandai dengan rendahnya berat badan
dan tinggi badan, dan terus berlanjut sampai usia balita. Hal tersebut terutama disebabkan rendahnya status gizi
ibu hamil.Perkembangan status gizi balita untuk persentase balita gizi buruk/kurang meningkat pada tahun 2010
dibandingkan ytahun 2007, namun masih tinggi dibandingkan nasional.
Gambar 10: Perkembangan Angka Kematian Bayi Provinsi Papua
Barat terhadap Nasional 2005-2010
Gambar 11: Perkembangan Status Gizi Balita Provinsi Papua Barat
terhadap Nasional 2007 dan 2010
Sumber: BPS, Tahun 2011
Angka Harapan Hidup (AHH), perkembangan AHH Provinsi Papua Barat dan kabupeten/kota dalam lima
tahun terakhir meningkat, sejalan dengan perkembangan AHH secara nasional. AHH Provinsi Papua Barat
tahun 2011 mencapai 68,81 tahun masih lebih rendah dibandingkan terhadap AHH nasional. Sementara untuk
perbandingan AHH antar kabupaten/kota taun 2011 di Provinsi Papua Barat, AHH tertinggi berada di Kota
Sorong 72,36 tahun lebih tinggi dari AHH provinsi dan nasioanl, dan terrendah di KabupatenTambauw (66,31
tahun).
35
,00
33
,90
32
,70
31
,60
30
,50
29
,50
28,90 28,20 27,50 26,80 26,20 25,5
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Papua Barat
6,8
16,4
23,2
9,1
17,4
26,5
4,9
13,0
17,9
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) Gizi Buruk/Kurang
2007
7
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
Gambar 12: Perkembangan Angka Harapan Hidup Provinsi Papua
BaratTahun 2005-2011
Gambar 13: Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupeten/Kota
di Provinsi Papua Barat Tahun 2011
Sumber: BPS, Tahun 2011
Indikator kesehatan lainnya yang menggambarkan kinerja dari pelayanan kesehatan bagi masyarakat
adalah kondisi kesehatan ibu dan bayi yang berkaitan dengan proses melahirkan. Kondisi ini dapat ditunjukkan
melalui data persentase kelahiran balita menurut penolong kelahiran terakhir.Perkembangan dari persentase
persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dalam lima tahun terakhir di Provinsi Papua Barat terus meningkat,
namun masih rendah dibandingkan angka rata-rata nasional.
Gambar 14: Perkembangan Persentase Kelahiran Balita Ditolong Tenaga Menis terhadap Nasional
Tahun 2004-2011
Sumber: BPS, Tahun 2011
66,88
67,30 67,60
67,90 68,20
68,51 68,81
68,08
68,47 68,70
69,00 69,21
69,43 69,65
65,00
65,50
66,00
66,50
67,00
67,50
68,00
68,50
69,00
69,50
70,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
tah
un
PAPUA BARAT
AHH_NASIONAL
66,31
72,36
63,00
64,00
65,00
66,00
67,00
68,00
69,00
70,00
71,00
72,00
73,00Papua Barat
AHH_Kab/Kota AHH_Papua Barat
56,35 55,99
60,77 60,43
74,95
67,31
71,53 70,47
72,41 72,53 74,87
77,34 79,82
81,25
50,00
55,00
60,00
65,00
70,00
75,00
80,00
85,00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
Papua Barat
Indonesia
8
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
B5. Kondisi Kemiskinan
Perkembangan kemiskinan di Provinsi Papua Baratdalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut
menurun 22,23 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk miskin tahun 2013 (maret) 224 ribu jiwa. Seperti halnya
dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 mengalami penurunan, dan hingga akhir tahun 2013
mencapai 26,67 persen atau menurun sebesar 8,45 persen dari tahun 2008. Kondisi kemiskinan Provinsi
Papua Barat masih tergolong tinggi jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%).
Gambar 15:
Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2013
Sumber: BPS, Tahun 2012
Penyebaran penduduk miskin terbesar tahun 2011 terdapat di KabupatenManokwariyaitu sebanyak
66,70 ribu jiwa dan terrendah di Tambarauw sebesar 2.80 ribu jiwa. Sementara untuk penyebaran tingkat
kemiskinan tertinggi terdapat di Teluk Bintuni sebesar 47,44%, dan tingkat kemiskinan terrendah di Kota
Sorong sebesar 14,04%.
Tabel4: Perkembangan Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat
Tahun 2006-2011
kabupaten/kota Pendududk Miskin (000) Presentase Kemiskinan (%)
2006 2011 Δ 2006-2011 2006 2011 Δ 2006-2011
Fak-Fak 26,4 23,20 3,20 41,64 33,18 8,46
Kaimana 14,7 10,10 4,60 36,85 20,84 16,01
Teluk Wondana 11,9 12,10 -0,20 54,95 43,86 11,09
Teluk Bintuni 27,5 26,00 1,50 53,75 47,44 6,31
Manokwari 81,2 66,70 14,50 49,75 33,95 15,80
Sorong Selatan 17,1 9,10 8,00 29,46 22,93 6,53
Sorong 33,1 24,70 8,40 35,52 33,38 2,14
Raja Ampat 12,2 10,50 1,70 31,25 23,50 7,75
Tambrauw 2,80 -2,80 43,77 -43,77
Maybrat 13,90 -13,90 40,16 -40,16
Kota Sorong 60,0 28,00 32,00 37,62 14,04 23,58
PAPUA BARAT 284,1 227,10 57,00 41,34 28,53 12,81
Keterangan: *) data kemiskinan Kabupaten/Kota 2011 belum tersedia Sumber : BPS, Tahun 2011
246
,50
257
256
250
230
224
35,12 35,71 34,88 31,92
27,04 26,67
15,42 14,15 13,33 12,49 11,67 11,37
200,00
210,00
220,00
230,00
240,00
250,00
260,00
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
2008 2009 2010 2011 2012 2013
%
Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa) Papua Barat NASIONAL
9
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
B6. Perkembangan IPM
Perkembangan IPM Provinsi Papua Barat dalam kurun waktu 2004-2011 semakin membaik, IPM
Provinsi Papua Barat tahun 2011 mencapai 69,65masih rendah dibandingkan rata-rata IPM nasional (72,77),
dengan ranking IPM Provinsi Papua Barat tahun 2011 menduduki peringkat ke 29 secara nasional setelah
Kalimantan Barat. Perbandingan IPM antar kabupaten/kota tahun 2011, IPM tertinggi adalah Kota
Sorong(77,72) dan menduduki peringkat ke-30 secara nasional, dan IPM terrendah adalah
KabupatenTambarauwyaitu 50,81 dan berada diperingkat ke-486 secara nasional.
Gambar 17: Perkembangan IPM Provinsi dan Nasional Tahun 2004-
2011
Gambar 18: Perbandingan IPM Kabupaten/Kota terhadap dan
Nasional, Tahun 2011
Sumber: BPS Tahun 2011
C. PEREKONOMIAN DAERAH
C1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB Provinsi Papua Barat menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas
tahun tahun 2012 mencapai 42.760 miliar rupiah lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB ADHB
dengan migas Provinsi Papua Barat menyumbang sebesar 0,64 persen terhadap PDB nasional (33 provinsi).
Sementara untuk PDRB ADHK tahun 2000 dengan migas sebesar 13.781 miliar rupiah, sementara tanpa
migas sebesar 6.997 miliar rupiah
Tabel :
Perkembangan PDRB menurut ADHB dan ADHK Provinsi Papua Barat, Tahun 2008-2012. Miliar Rupiah
Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK
Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas
2008 13.975 9.779 6.400 4.988
2009 18.144 12.124 7.287 5.447
2010 26.873 14.057 9.361 5.911
2011 36.179 16.576 11.896 6.514
2012 42.760 18.779 13.781 6.997
63,66 64,83
66,08 67,28
67,95 68,58
69,15 69,65
68,69 69,57
70,08 70,59
71,17 71,76
72,27 72,77
58,00
60,00
62,00
64,00
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PAPUA BARAT
Indonesia
50,81
77,72
69,65 72,77
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
Fak-Fak
Kaim
ana
Teluk…
Teluk…
Man
okw
ari
Soro
ng…
Soro
ng
Raja A
mp
at
Tamb
rauw
Mayb
rat
Ko
ta…
IPM_Kab/Kota IPM_Papua BaratIPM_Nasional
10
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
Struktur perekonomian Provinsi Papua Barat 2011, didominasi bersarnya kontribusi dari sektor
pertambangan dan penggalian dengan kontribusi sebesar 26,45%, sektor industry pengolahan dengan
kontribusi sebesar 51,67 %, sektor pertanian (13,76%), dan pertambangan dan penggalian (7,23%). Selain
ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor industri pengolahan
(11,87%), dan sektor bangunan (7,14%)
Gambar 20: Struktur Perekonomian PDRB ADHB Provinsi Papua Barat Tahun 2011
Sumber: BPS tahun 2011
Jika dilihat perbandingan nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan migas 2011
kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat, menunjukan adanya kesenjangan pendapatan yang cukup tinggi,
dimana PDRB tertinggi mencapai 15.118 miliar rupiah (Kabupaten Teluk Bintuni) dan PDRB terrendah sebesar
46 miliar rupiah(Kabupaten Tambraum).
Tabel 5: Perbandingan Nilai PDRB ADHB Kabupaten/Kota di Papua Barat
Tahun 2011. (Rp. miliar)
KABUPATEN/KOTA 2007 2008 2009 2010* 2011**
Fak-Fak 912 1,115 1,283 1,508 1,724
Kaimana 534 653 760 889 996
Teluk Wondama 209 298 363 394 464
Teluk Bintuni 719 912 1,952 8,675 15,118
Manokwari 1,673 2,176 2,561 2,947 3,338
Sorong Selatan 327 433 338 393 464
Maybrat # - - 161 187 213
Sorong 3,346 4,745 5,745 6,166 6,839
Tambraum # - - 35 40 46
Raja Ampat 796 938 1,057 1,121 1,196
Kota Sorong 1,869 2,400 2,728 3199 3,646 #) Merupakan Pecahan dari kabupaten yang berada di atasnya * Angka sementara; ** Angka sangat sementara
13,76
7,23
51,67
0,31
6,87
6,49
4,70 1,83
7,14
1. PERTANIAN
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
5. BANGUNAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
9. JASA-JASA
11
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
Perkembangan ekonomi Papua Barat dalam tiga tahun terakhir mengalami perlambatan, laju
pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 15,84% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Seluruh
sektor tumbuh positif pada tahun 2011, dengan laju pertumbuhan tertinggi dan sekaligus pendorong
pertumbuhan ekonomi Papua Barat adalah: sektor jasa (23,60%), sektor bangunan (12,24%), dan sektor
perdaggangan (12,97%).
Gambar 21: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Baratterhadap Nasional Tahun 2004-2012, (%)
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota, seluruh kabupaten/kota rata-rata tumbuh positif,
dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi tahun 2011, adalah Kabupaten Teluk Bintunidengan laju
pertumbuhan sebesar 73,01%, dan pertumbuhan ekonomi terrendah Kabupaten Raja Ampat sebesar 3,70%.
Tabel 6:
Laju Pertumbuhan PDRB dengan Migas ADHK 2000 Menurut Kabupaten di Provinsi Papua Barat Tahun
2007-2011 (persen)
Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010* 2011**
Kab. Fak-Fak 6.85 6.98 6.91 7.84 8.15
Kab. Kaimana 8.38 7.55 9.56 9.94 7.72
Kab. Teluk Wondama 19.75 18.25 9.80 4.22 10.64
Kab. Teluk Bintuni 9.85 12.30 82.04 171.77 73.01
Kab. Manokwari 8.61 10.20 10.09 10.07 9.12
Kab. Sorong Selatan 8.67 7.95 7.39 6.19 7.83
Kab. Maybrat # - - - 7.54 6.27
Kab. Sorong 3.13 6.01 4.59 2.94 6.50
Kab. Tambraum # - - - 5.26 5.37
Kab. Raja Ampat 2.36 -1.23 1.90 2.49 3.70
Kota Sorong 6.57 8.02 8.78 7.69 8.20
PAPUA BARAT 6.95 7.84 13.87 28.34 27.22
Sumber: BPS, 2011 Keterangan: *) angka sementara; **) angka sangat sementara; # kabupaten pemekaran
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
91. Papua Barat 7,39 6,80 4,55 6,95 7,84 13,87 28,47 27,08 15,84
Nasional 5,03 5,69 5,50 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
%
12
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi Papua Barat dan kabupaten/kota dari tahun 2005-2012
meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012 Papua Barat mencapai sebesar 52.384 ribu/jiwa lebih
tinggi dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita
kabupaten/kota di Papua Barat kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar
kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita
tertinggi mencapai 277.934 ribu/jiwa terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni dan terrendah sebesar 6.215 ribu/jiwa
di Kabupaten Maybrat.
Gambar 22: PDRB Perkapita ADHB Provinsi Papua BaratTahun
2005-2012, (Ribu Rupiah)
Gambar 23: PDRB Perkapita Kabupaten/Kota di Papua
Barat,Tahun 2011
D2. Investasi PMA dan PMDN
Perkembangan realisasi nilai investasi PMA Provinsi Papua Barat dalam tiga tahun terakhir (2010-
2012) cenderung meningkat, dengan nilai investasi PMA tahun 2012 tercatat sekitar 32,04 juta US$ dengan
jumlah proyek sebanyak 18 proyek.Sementara untuk perkembangan nilai investasi PMDN cenderung menurun,
nilai relaisasi PMDN tahun 2012 tercatat sebesar 45,83 miliar rupiah dengan jumlah proyek sebanyak 5 proyek,
namun lebih rendah dibandingkan nilai PMDN tahun 2011 yaitu sebsar 47,17 miliar rupiah.
Tabel 7:
Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Provinsi Papua Barat
Tahun 2010-2012.
Tahun PMA PMDN
Juta US$ Proyek Rp. Miliar Proyek
2010 17.16 10 51.31 1
2011 33.09 25 47.17 5
2012 32.04 18 45.83 5
12.428 13.548
15.143
19.673
24.649
35.134
45.853
52.384
12.558 14.892
17.361
21.365 23.881
27.029
30.795
33.748
9.000
14.000
19.000
24.000
29.000
34.000
39.000
44.000
49.000
54.000
59.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Papua Barat
Indonesia (PDB)
277.934
6.215
45.843
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
Kab/Kota
PAPUA BARAT
13
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI DKI JAKARTA
D. PRASARANA WILAYAH
E1. Jaringan Irigasi
Pembangunan jaringan irigasi merupakan langkah strategis dalam mendukung peningkatan produksi
pangan, serta dalam upaya mewujudkan swasembada pangan nasional.Total luas jaringan irigasi diPapua Barat
meliputi 20.356 hektar. Pengelolaan jaringan irigasi menurut kewenangan, 3.450 hektar kewenangan pusat,
12.285 hektar kewenangan provinsi, dan 4.621 hektar kewenangan kabupaten/kota.
E2. Infrastruktur Jalan
Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2011 di Provinsi Papua Barat mencapai
6.403,25 km, yang terdiri dari jalan Nasional sepanjang 799,89 km, jalan Provinsi sepanjang 875,22 km, dan
Jalan Kabupaten/kota sepanjang 4.728,14 km. Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International
Roughness Index), Departemen PU), kualitas jalan nasional tidak mantap di Provinsi Papua Barat pada tahun
2011 mencapai 194,84 km yang terdiri dari 4,81 persen kondisi jalan rusak ringan dan 15,42 persen dengan
kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap sepanjang 768,40 km atau sekitar 79,77 persen
kondisi jalan mantap di Papua Barat.
Berdasarkan rasio panjang jalan dengan luas wilayah yang mengindikasikan kerapatan jalan (Road
Density), kerapatan jalan di Provinsi Papua Barat sebesar 0,05. Km/Km² lebih rendah dari kerapatan jalan
tingkat nasional (0,23 Km/Km²). Sementara panjang jalan menurut kondisi permukaan jalan, jalan beraspal di
Provinsi Papua Barat meliputi 46 persen dari total panjang jalan, dan sisanya 20 persen jalan kerikil, 34 persen
jalan tanah dan lainnya.
Tabel 8.
Panjang Jalan Menurut Provinsi dan Tingkat Kewenangan Pemerintahan (km)
Provinsi Negara Provinsi Kab / Kota Jumlah
Papua Barat 799,89 875,22 4728,14 6403,25
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Kab/Kota
Tabel 9.
Kondisi Kemantapan Jalan Nasional Provinsi Papua Barat Tahun 2011 Berdasarkan Kerataan Permukaan Jalan
(IRI) Status : Awal Agustus 2011
Panjang Kepmen PU (km)
Kondisi Permukaan Jalan (km) Kondisi Kemantapan (km)
Kondisi Permukaan Jalan (%) Kondisi Kemantapan (%)
Baik Sedang Rusak Ringan
Rusak Berat
Mantap Tidak Mantap
Baik Sedang Rusak Ringan
Rusak Berat
Mantap Tidak Mantap
963,24 400,71 367,69 46,29 148,55 768,40 194,84 41,60 38,17 4,81 15,42 79,77 20,23
Sumber: Subdit Informasi dan Komunikasi, Direktorat Bina Program, Bina Marga, Kementrian PU
14
PROFIL PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
F. POTENSI SUMBERDAYA ALAM
F1. Sumber Daya Lahan
Pola penggunaan lahan di Provinsi Papua Barat di dominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan. Lahan pertanian yang digunakan di Provinsi Papua Barat diantaranya sawah, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Sedangkan berdasarkan kawasan, hutan produksi yang dikonversi terbesar mencapai 23,69 %, hutan produksi tetap sebesar 19,10 %, hutan produksi terbatas 18,91 %, Hutan KSA/KPA 17,93 %, hutan lindung 16,87 % dan yang terkecil areal penggunaan lainya sebesar 3,5 %.
F2. Potensi Pertanian
Luas Panen Padi Sawah dan padi ladang Provinsi Papua Barat total luas panen pada tahun 2010 sebesar 9.464 Ha dengan total hasil produksi sebesar 43.256 Ton. Kondisi ini jauh menurun jika dibandingkan pada tahun 2009 dengan lahan 10.486 dengan total produksi sebesar 36.985 Ton. Jika dilihat dari luas panen Kabupaten/Kota terbesar di provinsi Papua Barat terbesar di Kabupaten Manokwari sebesar 5.931 Ha dengan hasil produksi 21.532 Ton. Sedangkan kabupaten penghasil produksi pertanian dengan luas panen terendah di Kabuaten Teluk Wondama 67 Ha dengan luas panen 207 Ton.
Disamping luas panen padi sawah dan ladang di Provinsi Papua Barat tahun 2010 teridentifikasi penghasil Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, kedelai, kacang hijau. Produksi terbesar untuk Jagung terdapat di Kabupaten Manokwari dengan hasil 679 Ton, Ubi Kayu produksi terbesar di Kabupaten Sorong dengan hasil 3.208 Ton, Ubi Jalar produksi terbesar terdapat di Kabupaten Manokwari dengan hasil 3.135 Ha, kacang tanah produksi terbesar di kabupaten Manokwari dengan hasil 242 Ton, kedelai produksi terbesar di Kabupaten Manokwari sebesar 336 Ha dan Kacang hijau produksi terbesar di Kabupaten Sorong sebesar 92 Ton. Sehingga jika dilihat dari potensi pertanian dalam luas panen dan hasil produksi di Provinsi Papua Barat sebagian besar terdapat di Kabupaten Manokwari
F3. Potensi Perikanan
Produksi perikanan laut provinsi Papua Barat menurut jumlahnya pada tahun 2010 berjumlah 116.593,3 Ton. Produksi perikanan tertinggi terdapat di Kabupaten Manokwari sebesar 24.571,2 Ton dan terendah di Kabupaten Teluk Bintuni dengan produksi 2.160,8 Ton. Jika dilihat dari Kuartal I sampai IV Kabupaten Manokwari memiliki produksi perikanan laut tertinggi dan Kabupaten Teluk Bintuni memiliki nilai produksi terendah.
F4. Potensi Sumberdaya Mineral
Usaha pertambangan diProvinsi Papua Barat tahun 2010 di dominasi oleh hasil tambang berupa Minyak/Gas dan Nikel. Untuk penghasil Minyak/Gas terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupaten Sorong sedangkan Nikel terdapat di Kabupaten Raja Ampat. Sedangkan untuk pembangkit tenaga Listrik PLN dilihat dari produksinya terbesar di Kabupaten Manokwari (128 juta KWH) dan terendah Kabupaten Tambrauw (41 ribu KWH), sedangkan Kabupaten Teluk wondama dan Teluk bintuni sedang mengalami gangguan.