profil sebuah organisasi belajar oleh parulian sibuea
DESCRIPTION
Artikel ini yang "Bertahannya Sebuah Organisasi Belajar" dipublish atas permintaan penulisnya yaitu Parulian Sibuea. Bertahannya sebuah organisasi belajar adalah satu ilustrasi real yang cukup ideal dari sebuah sekolah. Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Jurnal ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi belajar. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.TRANSCRIPT
1
BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJAR
(Profil SMAN 1 AP Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara)
Dosen Pengampu : Prof. Dr. B.P. SitepuMata Kuliah : Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
Penyusun
PARULIAN SIBUEANIM 7117130024
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKANPROGRAM DOKTORAL (S3) PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………. ii
Abstrak …………………………………………………………………………………. iii
A. Pendahuluan ……………………………………………………………………….. 1
B. Profil Organisasi belajar di SMA Negeri 1 AP ……………………………... …. 3
C. Analisis dan Pembahasan ………………………………………………………… 8
D. Sekolah Sebagai Organisasi belajar …………… ……..…………………………... 16
E. Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………….. 21
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 22
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
3
BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJARProfil Organisasi Belajar di SMA Negeri 1 AP,
Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara
ABSTRAK
Bertahannya sebuah organisasi belajar adalah satu ilustrasi real yang cukup ideal dari sebuah sekolah. Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul.
Jurnal ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi belajar. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.
Hasil pengukuran dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 26 dari 40 skor total, artinya 65% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.6, berarti pelaksanaan subsistem Learning (pembelajaran) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, (2) Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 28 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMAN 1 AP adalah 70%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.8, berarti pelaksanaan subsistem Organization di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur yang ada, (3) Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 22 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di SMAN 1 AP adalah 55%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.2, berarti pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, (4) Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah 24 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah tersebut adalah 60%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.4, berarti pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, (5) Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 25 dari skor total 40, atau sekitar 62.5% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.5, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik. Secara total skor yang diperoleh dari kelima subsistem di atas adalah 125 dari skor total 200, maka jika dipersentasekan tingkat pencapaian profil sekolah SMAN 1 AP sebagai organisasi belajar adalah 62.5 %, jika dihitung skor rata-ratanya adalah 2.5, berarti pelaksanaan Learning Organization (Organisasi belajar) dari kelima subsistem di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang BAIK.Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
4
Kata kunci: sekolah, organisasi belajar, profil
BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJAR
Profil Organisasi Pembelajaran di SMA Negeri 1 AP,
Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara
A. PENDAHULUAN
Saat ini, globalisasi telah terjadi diberbagai bidang. Globalisasi itu sendiri dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses masuknya ke ruang lingkup
dunia. Sehingga sekat-sekat antar wilayah atau negara sudah tidak berarti lagi dalam
aktivitas kehidupan manusia di dunia. Katakanlah globalisasi dalam bidang budaya,
betapa banyak budaya-budaya lokal yang sekarang tersebar luas di berbagai negara dan
menjadi familiar di kalangan warga dunia. Globalisasi dalam dunia pendidikan (sekolah-
kampus) juga tidak terelakkan lagi, yang mendorong perubahan-perubahan itu terjadi
sangat cepat di bidang pendidikan.
Globalisasi ini semakin marak dengan adanya teknologi informasi yang
berkembang pesat. Tidak ada lagi batasan wilayah dan waktu, siapa saja bisa saling
berinteraksi ataupun sekedar mencari informasi di berbagai belahan dunia. Perubahan
teknologi, sistem informasi dan komunikasi, telah mengubah cara dan kecepatan berbisnis
serta inovasi berbagai produk maupun jasa. Pola transaksi mengarah ke kecepatan,
keamanan, dan kenyamanan dengan melalui berbagai saluran elektronik. Selain itu di era
informasi seperti ini, perubahan dan perkembangan lingkungan begitu mudah untuk
diakses. Siapa yang lebih cepat mendapatkan informasi dan mengambil tindakan tepat atas
informasi tersebut, maka dialah yang akan tampil sebagai pemenang. Dengan kondisi yang
demikian, maka suatu organisasi harus bisa menemukan bentuk baru yang ideal, agar
organisasi tersebut bisa survive dan bisa berkompetisi dengan yang lain, dan itu semua
hanya dapat dilakukan dengan belajar secara terus menerus (organisasi belajar).
Apa yang dimaksud dengan organisasi belajar?. Menurut Peter Senge (1995:9)
menjelaskan bahwa sebuah organisasi pembelajaran dapat digambarkan sebagai sebuah
organisasi dimana orang-orang secara terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk
menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana menggunakan pola
pemikiran baru dan luas, dimana adanya kebebasan dalam menentukan cita-cita dan
dimana orang-orang terus belajar bagaimana cara belajar bersama.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
5
Terdapat lima komponen yang menyatu dan membentuk organisasi belajar, yang
disebut Senge sebagai disiplin, sebagai berikut :
1. Berpikir sistem (system thinking) : Organisasi harus mampu melihat usaha manusia
saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan membentuk sinergi. Dengan demikian,
organisasi dapat bertindak sesuai dengan irama dari proses perubahan
lingkungannya.
2. Penguasaan pribadi (personal mastery) : Setiap orang harus mempunyai komitmen
untuk belajar sepanjang hayat. Setiap orang, sebagai warga organisasi, perlu
mengembangkan potensinya secara optimal. Banyak kenyataan yang menunjukkan
bahwa seseorang memasuki suatu organisasi dengan penuh semangat, tetapi setelah
merasa mapan dalam organisasi itu lalu kehilangan semangatnya, bahkan
cenderung bertindak apa adanya atau sekedar mempertahankan posisinya.
3. Pola mental (mental models) : Setiap orang mempunyai pola mental tentang
bagaimana ia memandang dunia di sekitarnya dan bertindak atas dasar asumsi atau
generalisasi dari apa yang dilihatnya itu.
4. Visi bersama (shared vision) : Visi bersama adalah komitmen dan tekad dari semua
orang dalam organisasi, bukan sekedar kepatuhan kepada pimpinan. Organisasi
yang berhasil berusaha mempersatukan orang-orang berdasarkan identitas yang
sama.
5. Belajar beregu (team learning) : Belajar beregu merupakan suatu unsur yang
penting, karena regu bukan perorangan merupakan unit belajar utama.
Organisasi belajar menggunakan prinsip pembagian kepemimpinan untuk
memaksimalkan sumber mereka dan mengembangkan kapasitas kepemimpinan antar
individu. Organisasi dapat digambarkan organisasi yang terus belajar dan berubah dengan
sendirinya. Penjelasan mengenai perkembangan kepemimpinan menganggap pemimpin
sebagai seorang pelatih, fasilitator dan pemandu.
Marquardt (2002:3) menjelaskan gambaran mengenai kepemimpinan telah bergeser
dari ahli, pengarah, dan pengendali menjadi katalisator, pemberi informasi dan
koordinator. Kepemimpinan dalam organisasi pembelajaran berlandaskan pada kerjasama
dan pendekatan kerjasama antar sesama rekan kerja. Individu dan tindakan mereka
merupakan dasar dari organisasi pembelajaran. Budaya organisasi, termasuk sejarah
organisasi, visi dan misi, kebijakan resmi maupun tidak resmi dan tata cara, membentuk
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
6
konteks bagi tindakan yang dilakukan oleh individu dan dampak yang dihasilkan oleh
tindakan tersebut. Organisasi yang belajar bersama dengan sungguh-sungguh dan
senantiasa mentrasformasikan diri dengan mengumpulkan, mengelola dan menggunakan
pengetahuan untuk keberhasilan usaha.
Dari defenisi organisasi belajar tersebut di atas, Inti organisasi belajar adalah
kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna
menciptakan sejenis proses yang akan menyempurnakan organisasi .
Mengapa perlu membangun organisasi belajar di sekolah?. Sebagaimana telah
dijelaskan bahwa perubahan tetap dan akan terus terjadi. Kesiapan untuk menghadapi
perubahan merupakan pekerjaan besar yang harus dipersiapkan agar kita bisa bertahan
akibat gilasan perubahan Untuk menghadapi perubahan itu kita harus berubah, selalu
antisipatif dengan kemungkinan-kemungkinan baru, dan kreatif menghadapi perubahan.
Satu hal konkrit yang bisa kita lakukan adalah dengan belajar. Hakikat belajar adalah
perubahan.
Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi belajar) adalah gambaran ideal
sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi belajar merupakan inti dari pembelajaran itu
sendiri, dalam organisasi belajar sekolah adalah lingkungan pembelajaran yang terus
belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi dengan tantangan
kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai organisasi belajar adalah
belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang berkesinambungan (continuous
improvement).
Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk
terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi
tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan
yang muncul.
Menurut Marquardt (2002:24) ada lima sub sistem yang harus dipahami dan harus
dikembangkan dalam organisasi belajar yaitu : (1) Learning (pembelajaran), (2)
Organization (keorganisasian), (3) People (manusia), (4) Knowledge (pengetahuan), (5)
Technology (teknologi).
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
7
Gambar 1. System Learning Organization Model (Sumber: Marquardt, 2002: 24)
Kelima hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberadaan organisasi belajar
yang tengah berlangsung dan meyakinkan kesuksesan sekolah. Kelima subsistem ini akan
saling berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lainnya. Jika ada salah satu saja yang
melemah atau tidak ada maka yang lainnya akan melemah pula. Learning (pembelajaran)
merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi belajar.
Bagaimanakah cara kita mengukur sekolah sebagai organisasi belajar ? Angket
yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt
(2002:237-241) di bawah ini akan mencoba menjawab apakah sekolah anda sudah menjadi
organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada
sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara, sebagai
berikut:
B. PROFIL ORGANISASI BELAJAR DI SMA NEGERI 1 AP
PROFIL ORGANISASI BELAJAR DI SEKOLAH
Di bawah ini merupakan daftar berbagai pernyataan tentang organisasi sekolah Bapak/Ibu. Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati dan putuskan pada tingkatan apa yang merepresentasikan terhadap organisasi sekolah Bapak/Ibu. Gunakan skala berikut ini :
I. Dinamika Pembelajaran Individu, Kelompok atau Tim, dan Organisasi
dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
8
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR1. Kami melihat pembelajaran berkelanjutan oleh semua guru dan karyawan
sebagaimana tingginya prioritas Satuan pendidikan.2
2. Kami terdorong dan diharap untuk mengelola pembelajaran dan pengembangan kami sendiri.
2
3. Warga sekolah menghindari membelokkan informasi dan menghalangi saluran komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan mempersilakan mereka memberikan timbal balik yang efektif.
3
4. Tiap individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang baik.
3
5. Kami menggunakan berbagai metodologi percepatan pembelajaran (peta fikiran, mnemonics, gambar, musik).
3
6. Warga sekolah (guru, karyawan, siswa) memperluas pengetahuan melalui pendekatan pembelajaran adaptif, anticipatory, dan kreatif.
3
7. Semua rumpun mata pelajaran dan individu menggunakan proses pembelajaran aksi – yaitu, mereka belajar dari refleksi yang sangat baik pada permasalahan atau situasi dan menerapkan pengetahuan baru untuk aksi mendatang.
3
8. Semua rumpun mata pelajaran didorong untuk belajar dari satu sama lain dan berbagi tentang apa yang mereka pelajari dalam berbagai cara (melalui buletin elektronik, newsletter cetak, atau pertemuan antar grup).
2
9. Warga sekolah mampu berfikir dan bertindak dengan pendekatan komprehensif dan sistem.
2
10. Semua rumpun mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana bekerja dan belajar dalam kelompok.
3
SKOR TOTAL 26Dinamika Pembelajaran (Skor Maksimal = 40)
II. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Pentingnya untuk menjadi organisasi pembelajaran dipahami oleh semua
warga di sekolah tersebut.3
2. Manajemen level atas mendukung visi organisasi pembelajaran 3
3. Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran. 4
4. Kami berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam pengejaran
perbaikan3
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
9
5. Kami belajar dari kesalahan sebagaimana juga belajar dari kesuksesan,
dalam hal itu bahwa kesalahan masih ditoleransi.
3
6. K Kami memberikan penghargaan kepada orang dan rumpun mata pelajaran
untuk pembelajaran dan bantuan kepada orang lain untuk belajar 2
7. Kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program dan pelaksanaan 3
8. Kami merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan
pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas
urusan sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur).
2
9. Organisasi itu efisien dengan beberapa tingkat manajemen,
untuk memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran di seluruh tingkatan..2
10. Kami mengkoordinasikan usaha kami melalui lintas urusan dalam basis
tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan
yang sudah tetap.
3
SKOR TOTAL 28
Transformasi Organisasi (Skor Maksimal = 40)
III. PEMBERDAYAAN ORANG/WARGA SEKOLAH : Manajer, Guru dan Karyawan, Pelanggan, Rekan, Supplier, dan Komunitas
dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Kami berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja yang
terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja.2
2. 2. Kewenangan didesentralisasikan dan didelegasikan dalam proporsi untuk
tanggung jawab dan kemampuan pembelajaran.2
3. 3. Kepala Sekolah dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar
dan memecahkan masalah bersama-sama.2
4. Kepala Sekolah mengambil peran sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator
pembelajaran.2
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
10
5. Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran
sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru
sehingga hal itu dapat digunakan.
1
6. Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
3
7. Kami memberikan kesempatan kepada siswa dan orang tua untuk berpartisipasi dalam pembelajaran dan pelatihan.
3
8. Belajar dari rekan (rumpun/non rumpun mata pelajaran) dimaksimalkan
melalui perencanaan terdepan sumberdaya dan strategi yang dikhususkan
untuk pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.
2
9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua
siswa, kelompok komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.3
10. Kami secara aktif terus mencari rekan pembelajaran diantara warga sekolah,
pemerhati pendidikan, dan orang tua siswa.2
SKOR TOTAL 22
PEMBERDAYAAN ORANG (Skor Maksimal = 40)
IV. MANAJEMEN PENGETAHUAN :
Pemerolehan, Kreasi, Penyimpanan, Pemulihan, Transfer, dan Penggunaandalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Secara aktif kami mencari informasi yang meningkatkan kerja organisasi
sekolah dengan penggabungan hasil lulusan dan/atau proses yang ada di luar
fungsi organisasi sekolah.
3
2. Kami mempunyai sistem yang dapat diakses untuk pengumpulan informasi
internal dan eksternal.2
3. Kami memonitor trend yang terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat
pada apa yang dilakukan orang lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh
sekolah lain, menghadiri konferensi, dan pengujian penelitian yang
3
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
11
dipublikasikan.
4. Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.
2
5. Kami sering menciptakan media pembelajaran sebagai alat tes sebagai cara
baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan pendidikan di sekolah2
6. Kami telah mengembangkan sistem dan struktur untuk meyakinkan bahwa pengetahuan penting diberikan kode, disimpan, dan dibuat tersedia bagi mereka yang memerlukan dan dapat menggunakannya.
2
7. Warga sekolah sadar akan perlunya mempertahankan pembelajaran organisasi yang penting dan berbagi pengetahuan dengan yang lain.
3
8. Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk mentransfer pembelajaran penting pada lintas mata pelajaran dan fungsi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.
2
9. Kami melanjutkan untuk mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui organisasi sekolah.
2
10. Kami mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan program tertentu yang menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang dengan kesempatan belajar.
3
SKOR TOTAL 24
MANAJEMEN PENGETAHUAN (Skor Maksimal = 40)
V. APLIKASI TEKNOLOGI:Sistem Informasi Pengetahuan, Pembelajaran Berbasis Teknologi,
Sistem Elektronik Pendukung Kinerja dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara
Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan
NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR
1. Pembelajaran difasilitasi oleh sistem informasi berbasis komputer yang
efektif dan efisien.3
2. Warga sekolah telah siap mengakses jalur informasi melalui, misalnya LAN
(Local Area Network), internet, dan intranet.3
3. Fasilitas pembelajaran menggabungkan dukungan multimedia elektronik
dan suatu lingkungan berbasis pada integrasi seni, warna, musik, dan visual
yang kuat.
3
4. Program pembelajaran yang dibantu komputer dan bantuan pekerjaan 3
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)
12
dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart) sudah tersedia.
5. Kami menggunakan teknologi groupware untuk mengelola proses kelompok
seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi sekolah. 2
6. Kami mendukung pembelajaran tepat waktu, suatu sistem yang
mengintegrasikan sistem pembelajaran teknologi tinggi, pelatihan, dan kerja
aktual pada pekerjaan ke dalam proses tunggal.
2
7. Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga sekolah untuk belajar dan berkinerja lebih baik.
3
8. Kami merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.
2
9. Warga sekolah mempunyai akses penuh terhadap data yang diperlukan dalam rangka melakukan pekerjaan secara efektif.
2
10. Kami dapat mengadaptasikan sistem software untuk mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, membuat, dan mentransfer informasi agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan di sekolah.
2
SKOR TOTAL 25
APLIKASI TEKNOLOGI (Skor Maksimal = 40)
Skor Total Semuanya dari lima sub sistem adalah:
5 Subsistem (skor maksimum 200)
Tingkat pencapaian profil sekolah sebagai organisasi belajar adalah 62.5 %, jika
dihitung skor rata-ratanya adalah 2.5, berarti pelaksanaan Learning Organization
(Organisasi belajar) dari kelima subsistem di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang
BAIK.
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengisian angket yang telah dilakukan di SMAN 1 AP, dengan metode
evaluasi diri (pihak sekolah menilai diri sendiri) tingkat pencapaian dan implementasi
profil organisasi pembelajaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Dinamika Pembelajaran, Individu, grup atau tim, dan organisasi
Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 26 dari 40 skor
total, artinya 65 % dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun
organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.6, berarti pelaksanaan subsistem
Learning (pembelajaran) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang Baik.
Menurut Marquardt (2002 : 24) Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti
dari sebuah organisasi pembelajaran. Jika kita lihat dari pengertiannya, bahwa belajar
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
125
13
adalah suatu proses dimana individu memperoleh pengetahuan dan insight yang
menghasilkan perubahan tingkah laku dan tindakan, baik itu pembelajaran afektif, kognitif
maupun psikomotorik.
Subsistem Learning (pembelajaran) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Subsistem Pembelajaran (Sumber: Marquardt, 2002: 36)
Kelebihan :
Kelebihan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)
menghindari membelokkan informasi dan menghalangi saluran komunikasi dengan secara
aktif mendengarkan orang lain lain dan mempersilakan mereka memberikan timbal balik
yang efektif, di SMAN 1 AP saluran komunikasi baik antara kepala sekolah dengan guru,
guru dengan guru maupun siswa berlangsung sangat terbuka dan sehat, siapapun bebas
menyampaikan ide atau pemikiran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan
sekolah. (2) Individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang baik,
SMAN 1 AP cukup sering mengikutsertakan gurunya untuk mengikuti pelatihan dan
workshop. Misalnya saja baru-baru ini SMAN 1 AP mengutus empat orang gurunya
menjadi instruktur nasional kurnas 2013 bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat.
(3) warga sekolah memperluas pengetahuan melalui pendekatan pembelajaran adaptif,
anticipatory, dan kreatif, pelatihan/diklat yang diperoleh guru akan berimbas pada
pembelajaran di kelas dengan siswa, misalnya perubahan pendekatan pembelajaran kurnas
2013 saintifik, PBL, Discovery learning diadaptasi langsung di sekolah. (4) semua rumpun
mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana bekerja dan belajar dalam
kelompok, contohnya saja di SMAN 1 AP terbentuk MGMP sekolah dan MGMP
kabupaten sebagai wadah guru bekerja dan belajar kelompok.
Kekurangan :
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
14
Kekurangan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1) perlu
peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) oleh semua guru, karyawan
dan siswa, (2) mengelola pembelajaran dan pengembangan sendiri perlu ditingkatkan, (3)
pendekatan komprehensif dan pendekatan sistem dalam pembelajaran perlu ditingkatkan.
2. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi dan Struktur
Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh
adalah 28 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMAN 1
AP adalah 70 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2,8, berarti pelaksanaan
subsistem Organization di SMAN 1AP berada pada tingkatan yang Baik, baik itu
transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur yang ada.
Dari hasil pengisian angket tersebut terdapat nilai yang sangat tinggi yakni
terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran.
Marquardt (2002) menyatakan bahwa bahwa untuk berkembang sebagai suatu entitas
yang baru, organisasi harus mengkonfigurasi ulang dirinya dengan berfokus pada
empat dimensi dari subsistem organisasi yaitu : visi, budaya, strategi, dan struktur.
Masing-masing dimensi tersebut harus berubah dalam tujuan dan bentuk, dari fokus
pada kerja dan produktivitas menjadi fokus pada pembelajaran dan pengembangan.
Sub sistem Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Subsistem Organisasi (Sumber: Marquardt, 2002: 74)
Di SMAN 1 AP dapat disimpulkan guru dan karyawan cukup menyadari
pentingnya pembaharuan visi, kultur, strategi dan struktur organisasi sekolah tersebut,
artinya masih diperlukan dukungan konkret oleh kepala sekolah, reward bagi individu
yang melaksanakan pembelajaran dengan baik, punishment yang sesuai bagi individu
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
15
yang tidak baik dalam menjalankan pembelajaran, pemberian tugas belajar/ijin belajar
bagi individu yang ingin melanjutkan pendidikannya.
Kelebihan :
Kelebihan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem organisasi adalah: (1)
Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran, kepala
sekolah, guru dan siswa menghargai pembelajaran. Sebagai contoh, sekolah membuat
wadah pengaduan jika pembelajaran kesehariannya tidak berjalan, maka pihak yang
terkait akan segera memberikan solusi untuk mengatasi hal tersebut (2) Semua warga
sekolah memahami pentingnya untuk menjadi organisasi belajar, kekurangan dan
masalah yang terjadi secara bersama-sama diselesaikan oleh kepala sekolah, guru dan
warga sekolah yang lain (3) Manajemen level atas di sekolah mendukung visi
organisasi pembelajaran, (4) kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program
dan pelaksanaan, (5) berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam
pengejaran perbaikan (6) Sekolah mengkoordinasikan usaha melalui lintas urusan
dalam basis tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan
yang sudah tetap.
Kekurangan :
Kekurangan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem organisasi adalah: (1)
perlu peningkatan pemberian penghargaan kepada guru, karyawan dan warga sekolah
yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, punishment dan
reward yang diberikan kepala sekolah kurang sekali. Guru yang memiliki kinerja yang
baik jarang mendapat reward, sebaliknya guru yang berkinerja buruk juga tidak
mendapatkan punishment yang jelas, sehingga muncul rasa apatis antarguru (2) perlu
peningkatan merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan
pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas urusan
sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur), hal ini dirasa kurang karena
pihak-pihak yang membidangi urusan-urusan sekolah kurang memiliki sinergis
antarbidang, tentu knowledge tidak mengalami rotasi dan perkembangan, (3) perlu
peningkatan Organisasi yang efisien dengan beberapa tingkat manajemen, untuk
memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran di seluruh tingkatan.
3. Pemberdayaan Warga Sekolah: Manager, Karyawan/Guru, Pelanggan/ Siswa, Rekanan, Suplier dan Komunitas
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
16
Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang diperoleh
adalah 22 dari skor total 40 artinya pemberdayaan warga sekolah di SMAN 1 AP
adalah 55 %, jika dihitung skor rata-ratanya adalah 2,2, berarti pelaksanaan subsistem
pemberdayaan warga di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang Baik, tipis melewati
tingkatan cukup baik.
Pemberdayaan tersebut meliputi Kepala Sekolah, guru dan karyawan, siswa,
mitra sekolah, dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha, supplier atau sekolah
asal siswa atau pemasok bahan-bahan sarana dan prasarana bagi sekolah dan
komunitas atau Komite sekolah, forum alumni dan lain-lainnya.
Sub sistem People dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Subsistem Orang(Sumber: Marquardt, 2002: 112)
Menyeimbangkan kebutuhan individu dan organisasi adalah hal penting
agar produktivitas dan kualitas hidup kerja guru dan karyawan bisa baik. Selain itu
hubungan dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan
dan tuntutan pasar akan output kita. Pemberdayaan komite sebagai pemberi
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sangat diperlukan, agar
kebijakan atau hasil keputusan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh rasa
tanggung jawab.
Pemberdayaan (Empowering) merupakan hal yang sangat penting dalam
sebuah organisasi, salah satu indikator organisasi yang sehat adalah bila di
dalamnya terdapat individu-individu yang bersemangat. Menurut Rahman dan
Savitri (2012) menciptakan empowering dalam organisasi menyangkut self
concept, self esteem dan self talk individu. Individu perlu merasa berharga,
berguna, mempunyai pandangan positif mengenai karier, tugas dan pekerjaannya,
serta selalu mempunyai ungkapan-ungkapan yang positif dalam self dialog-nya.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
17
Kelebihan :
Kelebihan SMAN 1 AP dalam pemberdayaan warga sekolah adalah (1)
Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran
sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru
sehingga hal itu dapat digunakan, Sebagai contoh, di SMAN 1 AP terdapat empat
orang guru yang melanjutkan pendidikan S2 dan S3 tanpa kendala dan hambatan
dari sekolah. Selain itu, cukup sering guru-guru di SMAN 1 AP diutus untuk
mengikuti pelatihan dan workshop tingkat kabupaten atau provinsi bahkan terdapat
juga empat orang guru ditunjuk sebagai instruktur nasional dalam kurikulum 2013
yang bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat. (2) pihak sekolah
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua siswa, kelompok
komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.
Kekurangan :
Kekurangan SMAN 1 AP dalam pemberdayaan warga sekolah adalah (1)
kurangnya warga sekolah berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja
yang terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja. (2) Kepala Sekolah
dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar dan memecahkan
masalah bersama-sama perlu ditingkatkan perlu ditingkatkan (3) melanjutkan untuk
mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui
organisasi sekolah perlu ditingkatkan. (4) Perlu peningkatan kesadaran warga
sekolah untuk secara aktif berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar guru,
siswa, dan warga sekolah, dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan
mereka dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan prestasi
sekolah.
4. Manajemen Pengetahuan: Akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer.
Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah
24 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah
tersebut adalah 60%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.4, berarti
pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMAN 1 AP berada pada
tingkatan yang Baik.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
18
Hal ini menunjukkan lebih dari sebagian warga sekolah sudah menerapkan
manajemen pengetahuan, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi.
Dalam hal ini perlu disadari bersama bahwa manajemen pengetahuan telah
menjadi unsur penting bagi organisasi dibanding sumber daya lain seperti posisi
pasar, teknologi serta aset organisasi lainnya (Steward, 1997).
Sub sistem Knowledge (pengetahuan) dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5. Subsistem Pengetahuan(Sumber: Marquardt, 2002:143)
Dalam kasus manajemen pengetahuan yang ada di SMAN 1 AP tersebut
masih berada pada level storage (penyimpanan), dimana penyimpanan
pengetahuan menggunakan sistem teknis seperti rekaman, data base, dan proses
manusiawi, sehingga sangat riskan terhadap ancaman kehilangan pengetahuan
karena penyimpanan tersebut menjadi terpisah secara fisik dan terdesentralisi.
Pada level inilah perlu sekali pembenahan, agar pengetahuan yang sudah tersimpan
di organisasi bisa dianalisis dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap ada dan
bisa diakses oleh siapa saja walaupun organisasi tersebut senantiasa berganti
sumber daya.
Kelebihan :
SMAN 1 AP memiliki kelebihan dalam manajemen pengetahuan
diantaranya (1) Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan
pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar
dan meningkatkan prestasi belajar siswa. (2) warga sekolah memonitor trend yang
terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat pada apa yang dilakukan orang
lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh sekolah lain, menghadiri konferensi, dan
pengujian penelitian yang dipublikasikan. Pendidikan dan pelatihan serta studi
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
19
banding dengan sekolah lain menjadi penerapan di sekolah SMAN 1 AP sehingga
tidak tertinggal dengan sekolah lain (3) Warga sekolah sadar akan perlunya
mempertahankan pembelajaran organisasi yang penting dan berbagi pengetahuan
dengan yang lain. (4) warga sekolah mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan
program tertentu yang menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang
dengan kesempatan belajar. Misalnya dengan mengadakan ekskul-ekskul
peminatan siswa seperti komputer, drama, IPA, bahasa Inggris, karate, dll. Program
O2SN juga dilakukan oleh sekolah untuk membimbing siswa tiap minggunya per
mata pelajaran sebagai persiapan O2SN tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.
Kekurangan :
SMAN 1 AP memiliki kekurangan dalam manajemen pengetahuan
diantaranya (1) kurangnya penerapan subsistem people atau pemberdayaan warga
sekolah adalah: Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif,
inovasi, dan eksperimentasi. (2) perlu ditingkatkan penciptaan media pembelajaran
sebagai alat tes sebagai cara baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan
pendidikan di sekolah (3) kurangnya Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk
mentransfer pembelajaran penting pada lintas mata pelajaran dan fungsi
pengembangan kegiatan ekstrakurikuler (4) perlu peningkatan lanjutan untuk
mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui
organisasi sekolah.
Knowledge sharing (berbagi pengetahuan) dan transfer pengetahuan sangat
penting dalam manajemen pengetahuan di sekolah, dengan berbagi pengetahuan
dan transfer pengetahuan antar warga sekolah, maka pengetahuan yang ada di
sekolah bisa berkembang. Nonaka & Takeuchi (1995:62) menyatakan bahwa
pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara tacit dan explicit knowledge
melalui empat mode konversi pengetahuan: (1) dari tacit knowledge ke tacit
knowledge dinamakan sosialisasi, (2) dari tacit knowledge ke explicit knowledge
melalui eksternalisasi, (3) dari explicit knowledge ke explicit knowledge melalui
kombinasi, (4) dari explicit knowledge ke tacit knowledge atau disebut internalisasi.
Empat mode konversi pengetahuan dapat digambarkan sbb:
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
20
Gambar 6. Empat Mode Konversi Pengetahuan Sumber: Nonaka & Takeuchi (1995: 62)
5. Aplikasi Teknologi: Sistem Pengetahuan Informasi, Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Sistem Pendukung Kinerja Elektronik.
Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 25
dari skor total 40, atau sekitar 62.5% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan
sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung
skor rata-ratanya adalah 2,5, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMAN 1
AP berada pada tingkatan yang Baik.
Teknologi Informasi (TI) dapat meningkatkan komunikasi, melebur batas-
batas dalam organisasi dan meningkatkan berbagai kemungkinan hubungan diluar
hirarki, bahkan menciptakan lingkungan belajar elektronis dimana semua warga
sekolah memiliki akses data yang sama, hal ini masih kurang disadari warga
SMAN 1 AP, terlihat dari media pembelajaran yang belum semuanya berbasis TI,
masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran berbasis TI,
kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk kegiatan
pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi pembelajaran.
Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi
pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.
Sub sistem Teknologi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
Pengetahuan implisit
Pengetahuan eksplisi
tSosialisasi
Eksternalisa
siInternalisas
i
Kombinasi
Pengetahuan implisitDari
Pengetahuan eksplisit
Ke
21
Gambar 7. Subsistem Teknologi (Sumber: Marquardt, 2002:178)
Kelebihan :
Kelebihan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem teknologi adalah: (1)
Pembelajaran sudah difasilitasi oleh sistem teknologi informasi berbasis komputer,
SMAN 1 AP melakukan program one teacher one laptop, artinya tiap guru wajib
memiliki satu laptop. Kebijakan ini efektif karena seluruh guru di SMAN 1 AP
telah memiliki laptop. Selain itu SMAN 1 AP sering melakukan pelatihan
computer, seperti Microsoft office agar guru mampu menerapkannya dalam
pembelajaran, (2) sebagian besar warga sekolah telah mengakses jalur informasi
melalui, misalnya LAN (Local Area Network), internet, dan intranet, SMAN 1 AP
telah menyediakan fasilitas wifi, sehingga siswa bebas mengakses informasi dan
pengetahuan melalui internet (3) Program pembelajaran yang dibantu komputer
dan bantuan pekerjaan dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart)
sudah tersedia, SMAN 1 AP memiliki alat bantu pembelajaran berupa infocus
sebanyak lima buah, rencananya tahun ini akan dilakukan penambahan hingga tiap
kelas memiliki satu infocus untuk mempermudah guru dalam menyampaikan
pembelajaran (4) Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga
sekolah untuk belajar dan berkinerja lebih baik,
Kekurangan :
SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem teknologi adalah: (1) masih ada
sebagian guru yang belum mahir menggunakan pembelajaran berbasis TI, (2)
kurang optimalnya penggunaan website dan facebook yang dimiliki sekolah untuk
kegiatan pembelajaran seperti sharing materi pelajaran, dan evaluasi, (2) Masih
enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi
pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
22
D. SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI BELAJAR
Alasan mengapa Learning Organization (Organisasi belajar) perlu diterapkan
dalam organisasi sekolah adalah: (1) Organisasi tangguh adalah organisasi yang tak lapuk
dimakan usia dan bersifat “survival of the fittest”, (2) Konsep “survival of the fittest”
menuju “the survival of the fittest to learn”, (3) Organisasi pembelajaran sebagai
alternatifnya, yang diharapkan mampu beradaptasi dan merespons tuntutan kebutuhan, (4)
Organisasi pembelajaran memiliki tuntutan setiap warga belajar terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat (Schlechty, 2009).
Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif
diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan
berinovasi yakni :
1. Personal Mastery. Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki
wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal
yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki
kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya
perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis
kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.
2. Mental Model. Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,
dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia
bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental
model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang
dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati,
dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.
3. Shared Vision. Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara
murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda
latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat
sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.
Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit
yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit
yang ada dalam organisasi.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
23
4. Team Learning. Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif,
dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan
organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan
organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama
dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun
demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi
dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan
berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi
wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim
menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah
modal intelektualnya.
5. Sistem Thinking. Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut
divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan
oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan
untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua
anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari
kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Kelima dimensi dari Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan
dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.
Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah
organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses
pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada
perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.
Adapun kondisi sekolah dalam learning organization dan peran masing-masing
komponen dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Kegiatan inti sekolah
Sekolah dalam organisasi belajar adalah mendesain kegiatan yang menantang siswa
untuk belajar. Artinya tujuan sekolah adalah memberikan fasilitas agar desain-desain
kegiatan pembelajaran siswa yang dapat menantang daya kreatifitas siswa, sehingga siswa
dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tujuan utama sekolah bukan lagi
semata-mata bisa meluluskan siswanya 100% dan Nilai Ujian Nasionalnya tinggi, tetapi
lebih menekankan pada prosesnya, dan sekolah juga harus lebih menekankan pada
outcome yaitu seberapa banyak lulusan sekolah yang mendapatkan pekerjaan sesuai
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
24
dengan kompetensinya atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bukan semata-
mata hanya mengejar output saja.
2. Siswa
Dalam lingkungan sekolah sebagai organisasi belajar kegiatan siswa adalah sebagai
knowledge worker atau pencari pengetahuan dengan menggunakan sudut pandang siswa
maka siswa dalam mencari pengetahuan dengan bekerja dalam tim, memecahkan masalah
bersama, dan yang paling penting siswa tahu bagaimana cara belajar yang baik.
3. Guru
Dalam organisasi belajar guru berperan sabagai pemimpin dan desainer serta
pemandu pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa, merancang tugas-
tugas yang menantang bagi siswa, memberikan alternatif berbagai sumber belajar yang
relevan, serta bersama siswa dan orang tua membuat jaringan belajar.
4. Peran Kepala Sekolah
Dalam organisasi belajar adalah manjadi pemimpinnya pemimpin artinya kepala
sekolah yang dapat memberdayakan guru untuk menjadi bertanggung jawab atas apa yang
di lakukannya di kelas, sehingga guru menjadi pemimpin yang dapat langsung dapat
mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas permasalahan di kelas tanpa harus
menunggu kepala sekolah, sehingga peran kepala sekolah dalam Learning Organization
adalah menjadi pemimpinnya pemimpin (leader of leaders).
5. Orang tua
Dalam organisasi belajar orang tua adalah school partner, artinya orang tua
berpartisipasi penuh, aktif, pembelajar, dan membentuk jaringan belajar untuk optimalisasi
pembelajaran siswa.
6. Pengawas Sekolah
Berperan sebagai pemimpin moral dan intelektual yang berperan sebagai orang
yang memecahkan masalah dengan pemberdayaan guru dan kepala sekolah, jadi inti dari
peran pengawas adalah pemberdayaan bukan datang ke sekolah untuk mengatasi masalah
sendiri, tanpa melibatkan guru dan kepala sekolah.
7. Dinas Pendidikan
Berperan sebagai capacity builder artinya dinas adalah lembaga yang mensuport
sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan tenaga
kependidikan agar mampu dan menguasai bagaimana belajar cara belajar yang baik dan
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
25
yang paling penting adalah guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan terus belajar dan
belajar lagi.
8. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
Dunia Usaha dan Dunia Industri berperan sebagai partner and customer dari
sekolah. DUDI perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas
sekolah dan menuju organisasi pembelajaran, karena pihak DUDI juga berkepentingan
untuk mendapatkan input tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan yang
dipersyaratkan oleh DUDI.
Kompetensi manajerial kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun
2007 salah satunya antara lain: “Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/
madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif”. Hal ini berarti peran kepala
sekolah sangat penting dan sentral dalam menjadikan sekolah menjadi organisasi
pembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang
handal akan mampu memimpin dan membawa organisasi sekolah menjadi organisasi
pembelajaran.
Di samping kepala sekolah harus menguasai kompetensi manajerial yang baik, para
guru juga harus mampu menjadi guru yang kompeten, efektif, dan guru inspiratif. Guru
yang inspiratif menurut Ramdhani (2012) harus memenuhi 13 kriteria antara lain: (1)
Menguasai materi pelajaran, (2) Menggunakan dengan tepat kemampuannya dalam
mengajar dan belajar, (3) Kemampuan memecahkan masalah berkaitan dengan
instruksional pembelajaran, (4) Kemampuan melakukan improvisasi, (5) Manajemen
kelas, (6) Kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung, (7)
Sensitivitas terhadap konteks, (8) Memonitor pembelajaran, (9) Bertindak berdasarkan
data, (10) Mendemonstrasikan respek terhadap orang lain, (11) Mempunyai jiwa mendidik,
(12) Membantu murid agar mencapai prestasi tertinggi, (13) Membantu murid agar lebih
memahami kompleksitas.
Untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi belajar yang efektif dan bisa
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman maka kepala sekolah, guru dan semua
warga sekolah harus mampu melakukan inovasi dan perbaikan terus menerus dalam
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ancok (2012) yang
menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis organisasi yang sangat cepat akan
membuat organisasi menghadapi masalah besar yang akan menurunkan kinerja organisasi
apabila organisasi tidak memiliki kemampuan inovatif, adalah sebuah keharusan bagi
suatu organisasi untuk membangun kemampuan organisasi agar memiliki kekuatan untuk
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
26
terus berinovasi. Lebih lanjut Ancok (2012) menyampaikan bahwa secara garis besar ada
tiga komponen modal organisasi yang mendukung inovasi yaitu: (1) modal manusia
(human capital), (2) modal kepemimpinan (leadership capital), (3) modal structural
(structural capital). Modal manusia ada tujuh komponen, yang perlu dikembangkan agar
insane dalam organisasi bisa memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi,
modal tersebut antara lain: (1) modal kreativitas, (2) modal intelektual, (3) modal
emosional, (4) modal social, (5) modal ketabahan, (6) modal moral, (7) modal kesehatan.
Kepala sekolah dituntut kemampuannya untuk mengelola modal-modal tersebut dengan
baik dan benar untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang memang tidaklah mudah,
karena sifat dari perubahan yang tidak pernah berhenti, sehingga adaptasi yang tepat agar
sekolah mampu bertahan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk perubahan yang
akan di hadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menjadikan sekolah kita menjadi
sekolah yang bersifat learning organization. Adapun langkah yang dapat menjadikan
sekolah menjadi organisasi pembelajaran menurut Marquardt (2002:211) antara lain:
1. Semua pihak berkomitmen menjadikan sekolah mejadi model organisasi
pembelajaran.
2. Membentuk koalisi yang kokoh untuk berubah ke arah yang lebih baik.
3. Menghubungkan pembelajaran dengan semua steakholder yang ada di sekolah.
4. Mengukur semua sub sistem sekolah dengan penilaian kinerja.
5. Mengkomunikasikan visi sekolah yang menjadi model organisasi pembelajaran.
6. Mengenali pentingnya berfikir dan bertindak secara sistem artinya tindakan semua.
stakeholder akan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.
7. Pemimpin pendidikan mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas dan kepala dinas
menunjukkan komitmen dan keteladanan pembelajaran.
8. Mentransformasi kultur sekolah menjadi kultur belajar.
9. Membangun strategi dan jaringan yang pembelajaran yang luas dengan semua
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.
10. Mereduksi model birokratif dengan cara mengefisiensikan struktur organisasi
menjadi lebih ramping dan ringkas.
11. Memperoleh pengetahuan dan budaya berbagi pengetahuan yang menjadi budaya
dalam organisasi sekolah.
12. Memperluas budaya belajar ke seluruh rantai organisasi sekolah.
13. Menerapkan teknologi yang terbaik untuk mendukung proses pembelajaran.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
27
14. Menciptakan kultur prestasi sekolah yang dapat dicapai.
15. Mengukur keberhasilan pembelajaran dengan alat ukur kesuksesan.
16. Selalu beradaptasi, memperbaiki, dan belajar tiada henti.
Terakhir mau dibawa ke mana organisasi sekolah kita apakah di masa yang akan
datang akan menjadi organisasi pembelajaran ataukah menjadi sekolah yang biasa?. Bisa
dan tidaknya organisasi pendidikan menjadi organisasi pembelajaran bukan semata-mata
tergantung pada pemerintah, masyarakat, atau kepala sekolah, tetapi hal tersebut
bergantung pada kemauan dan itikat baik dari semua stakeholder sekolah agar mau belajar
dan belajar lagi dan menciptakan budaya organisasi pembelajaran secara berkelanjutan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil analisis pengisian angket mengenai
Profil Organisasi belajar di SMAN 1 AP tingkat pencapaian profil sekolah sebagai
organisasi belajar adalah mendapat skor 125 dari skor total 200, jika dipersentasekan
maka menjadi 62,5 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2,5 ini berarti pelaksanaan
Learning Organization (Organisasi belajar) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang
BAIK.
Saran-saran yang bisa diberikan kepada SMAN 1 AP untuk menuju Organisasi
belajar yang efektif dan efisien adalah :
1. Meningkatkan komitmen untuk perbaikan output dan outcame serta pelayanan
yang berkelanjutan, agar tidak mengalami demarketing dalam dunia pendidikan,
sehingga bisa tetap bersaing di dunia global.
2. Meningkatkan level manajemen pengetahuan dari storage menjadi analisis dan
transfer pengetahuan.
3. Mengembangkan sistem pendukung kinerja secara terintegrasi dan aplikatif untuk
penemuan pengetahuan dan data mining, sehingga sekolah dapat membentuk
organisasi pembelajaran yang menjadi pusat keahlian yang bertanggung jawab
untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan
pengetahuan.
4. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran dan untuk mengelola
proses kelompok seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi
sekolah perlu ditingkatkan.
5. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder sekolah untuk bersinergi dalam
mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar
28
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta: Erlangga
Covey, S.R. (1993). The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Simon & Schuster.
Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering 5 Element for Corporate Learning. California: Davies-Black Publishing.
Nonaka, I., and Takeuchi, H. (1995). The Knowledge-Creating Company. New York: Oxford University Press.
Rahman, E. dan Savitri, S. (2012, Desember 29). Empowerment. Harian Kompas, halaman 32.
Ramdhani, N. (2012). Menjadi Guru Inspiratif: Aplikasi Ilmu Psikologi Positif dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Titian Foundation.
Redding, J. (1994). Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization. San Fransisco: Jossey-Bass.
Schlechty, P.C. (2009). Leading for Learning How to Transform Schools into Learning Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.
Senge, P.M. (1990). The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.
Stewart, T. (1997). Intelectual Capital: The New Wealth of Organization. New York: Doubleday.
Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar