profil sebuah organisasi belajar oleh parulian sibuea

43
1 BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJAR (Profil SMAN 1 AP Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara) Dosen Pengampu : Prof. Dr. B.P. Sitepu Mata Kuliah : Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar Penyusun PARULIAN SIBUEA NIM 7117130024 Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Upload: dwi-budiwiwaramulja

Post on 30-Jun-2015

882 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Artikel ini yang "Bertahannya Sebuah Organisasi Belajar" dipublish atas permintaan penulisnya yaitu Parulian Sibuea. Bertahannya sebuah organisasi belajar adalah satu ilustrasi real yang cukup ideal dari sebuah sekolah. Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Jurnal ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi belajar. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.

TRANSCRIPT

Page 1: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

1

BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJAR

(Profil SMAN 1 AP Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. B.P. SitepuMata Kuliah : Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Penyusun

PARULIAN SIBUEANIM 7117130024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKANPROGRAM DOKTORAL (S3) PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2014

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 2: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

2

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………… i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………. ii

Abstrak …………………………………………………………………………………. iii

A. Pendahuluan ……………………………………………………………………….. 1

B. Profil Organisasi belajar di SMA Negeri 1 AP ……………………………... …. 3

C. Analisis dan Pembahasan ………………………………………………………… 8

D. Sekolah Sebagai Organisasi belajar …………… ……..…………………………... 16

E. Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………….. 21

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 22

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 3: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

3

BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJARProfil Organisasi Belajar di SMA Negeri 1 AP,

Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara

ABSTRAK

Bertahannya sebuah organisasi belajar adalah satu ilustrasi real yang cukup ideal dari sebuah sekolah. Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul.

Jurnal ini bertujuan untuk mengukur sekolah sebagai organisasi belajar. Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt (2002) ini akan mencoba menjawab apakah sebuah sekolah sudah menjadi organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara. Ada 5 dimensi yang akan diukur yaitu: (1) dinamika pembelajaran, individu, grup atau tim, dan organisasi, (2) transformasi organisasi : visi, budaya, strategi dan struktur, (3) pemberdayaan warga sekolah: manager, karyawan/guru, pelanggan/ siswa, rekanan, suplier dan komunitas, (4) manajemen pengetahuan: akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer, (5) aplikasi teknologi: sistem pengetahuan informasi, pembelajaran berbasis teknologi dan sistem pendukung kinerja elektronik.

Hasil pengukuran dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 26 dari 40 skor total, artinya 65% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.6, berarti pelaksanaan subsistem Learning (pembelajaran) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, (2) Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 28 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMAN 1 AP adalah 70%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.8, berarti pelaksanaan subsistem Organization di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur yang ada, (3) Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang diperoleh adalah 22 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di SMAN 1 AP adalah 55%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.2, berarti pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, (4) Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah 24 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah tersebut adalah 60%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.4, berarti pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik, (5) Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 25 dari skor total 40, atau sekitar 62.5% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.5, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang baik. Secara total skor yang diperoleh dari kelima subsistem di atas adalah 125 dari skor total 200, maka jika dipersentasekan tingkat pencapaian profil sekolah SMAN 1 AP sebagai organisasi belajar adalah 62.5 %, jika dihitung skor rata-ratanya adalah 2.5, berarti pelaksanaan Learning Organization (Organisasi belajar) dari kelima subsistem di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang BAIK.Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 4: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

4

Kata kunci: sekolah, organisasi belajar, profil

BERTAHANNYA SEBUAH ORGANISASI BELAJAR

Profil Organisasi Pembelajaran di SMA Negeri 1 AP,

Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara

A. PENDAHULUAN

Saat ini, globalisasi telah terjadi diberbagai bidang. Globalisasi itu sendiri dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses masuknya ke ruang lingkup

dunia. Sehingga sekat-sekat antar wilayah atau negara sudah tidak berarti lagi dalam

aktivitas kehidupan manusia di dunia. Katakanlah globalisasi dalam bidang budaya,

betapa banyak budaya-budaya lokal yang sekarang tersebar luas di berbagai negara dan

menjadi familiar di kalangan warga dunia. Globalisasi dalam dunia pendidikan (sekolah-

kampus) juga tidak terelakkan lagi, yang mendorong perubahan-perubahan itu terjadi

sangat cepat di bidang pendidikan.

Globalisasi ini semakin marak dengan adanya teknologi informasi yang

berkembang pesat. Tidak ada lagi batasan wilayah dan waktu, siapa saja bisa saling

berinteraksi ataupun sekedar mencari informasi di berbagai belahan dunia. Perubahan

teknologi, sistem informasi dan komunikasi, telah mengubah cara dan kecepatan berbisnis

serta inovasi berbagai produk maupun jasa. Pola transaksi mengarah ke kecepatan,

keamanan, dan kenyamanan dengan melalui berbagai saluran elektronik. Selain itu di era

informasi seperti ini, perubahan dan perkembangan lingkungan begitu mudah untuk

diakses. Siapa yang lebih cepat mendapatkan informasi  dan mengambil tindakan tepat atas

informasi tersebut, maka dialah yang akan tampil sebagai pemenang. Dengan kondisi yang

demikian, maka suatu organisasi harus bisa menemukan bentuk baru yang ideal, agar

organisasi tersebut bisa survive dan bisa berkompetisi dengan yang lain, dan itu semua

hanya dapat dilakukan dengan belajar secara terus menerus (organisasi belajar).

Apa yang dimaksud dengan organisasi belajar?. Menurut Peter Senge (1995:9)

menjelaskan bahwa sebuah organisasi pembelajaran dapat digambarkan sebagai sebuah

organisasi dimana orang-orang secara terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk

menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana menggunakan pola

pemikiran baru dan luas, dimana adanya kebebasan dalam menentukan cita-cita dan

dimana orang-orang terus belajar bagaimana cara belajar bersama.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 5: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

5

Terdapat lima komponen yang menyatu dan membentuk organisasi belajar, yang

disebut Senge sebagai disiplin, sebagai berikut :

1. Berpikir sistem (system thinking) : Organisasi harus mampu melihat usaha manusia

saling berkaitan, saling mempengaruhi, dan membentuk sinergi. Dengan demikian,

organisasi dapat bertindak sesuai dengan irama dari proses perubahan

lingkungannya.

2. Penguasaan pribadi (personal mastery) : Setiap orang harus mempunyai komitmen

untuk belajar sepanjang hayat. Setiap orang, sebagai warga organisasi, perlu

mengembangkan potensinya secara optimal. Banyak kenyataan yang menunjukkan

bahwa seseorang memasuki suatu organisasi dengan penuh semangat, tetapi setelah

merasa mapan dalam organisasi itu lalu kehilangan semangatnya, bahkan

cenderung bertindak apa adanya atau sekedar mempertahankan posisinya.

3. Pola mental (mental models) : Setiap orang mempunyai pola mental tentang

bagaimana ia memandang dunia di sekitarnya dan bertindak atas dasar asumsi atau

generalisasi dari apa yang dilihatnya itu.

4. Visi bersama (shared vision) : Visi bersama adalah komitmen dan tekad dari semua

orang dalam organisasi, bukan sekedar kepatuhan kepada pimpinan. Organisasi

yang berhasil berusaha mempersatukan orang-orang berdasarkan identitas yang

sama.

5. Belajar beregu (team learning) : Belajar beregu merupakan suatu unsur yang

penting, karena regu bukan perorangan merupakan unit belajar utama.

Organisasi belajar menggunakan prinsip pembagian kepemimpinan untuk

memaksimalkan sumber mereka dan mengembangkan kapasitas kepemimpinan antar

individu. Organisasi dapat digambarkan organisasi yang terus belajar dan berubah dengan

sendirinya. Penjelasan mengenai perkembangan kepemimpinan menganggap pemimpin

sebagai seorang pelatih, fasilitator dan pemandu.

Marquardt (2002:3) menjelaskan gambaran mengenai kepemimpinan telah bergeser

dari ahli, pengarah, dan pengendali menjadi katalisator, pemberi informasi dan

koordinator. Kepemimpinan dalam organisasi pembelajaran berlandaskan pada kerjasama

dan pendekatan kerjasama antar sesama rekan kerja. Individu dan tindakan mereka

merupakan dasar dari organisasi pembelajaran. Budaya organisasi, termasuk sejarah

organisasi, visi dan misi, kebijakan resmi maupun tidak resmi dan tata cara, membentuk

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 6: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

6

konteks bagi tindakan yang dilakukan oleh individu dan dampak yang dihasilkan oleh

tindakan tersebut. Organisasi yang belajar bersama dengan sungguh-sungguh dan

senantiasa mentrasformasikan diri dengan mengumpulkan, mengelola dan menggunakan

pengetahuan untuk keberhasilan usaha.

Dari defenisi organisasi belajar tersebut di atas, Inti organisasi belajar adalah

kemampuan organisasi untuk memanfaatkan kapasitas mental dari semua anggotanya guna

menciptakan sejenis proses yang akan menyempurnakan organisasi .

Mengapa perlu membangun organisasi belajar di sekolah?. Sebagaimana telah

dijelaskan bahwa perubahan tetap dan akan terus terjadi. Kesiapan untuk menghadapi

perubahan merupakan pekerjaan besar yang harus dipersiapkan agar kita bisa bertahan

akibat gilasan perubahan Untuk menghadapi perubahan itu kita harus berubah, selalu

antisipatif dengan kemungkinan-kemungkinan baru, dan kreatif menghadapi perubahan.

Satu hal konkrit yang bisa kita lakukan adalah dengan belajar. Hakikat belajar adalah

perubahan.

Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi belajar) adalah gambaran ideal

sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi belajar merupakan inti dari pembelajaran itu

sendiri, dalam organisasi belajar sekolah adalah lingkungan pembelajaran yang terus

belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi dengan tantangan

kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai organisasi belajar adalah

belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang berkesinambungan (continuous

improvement).

Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk

terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning) sehingga organisasi

tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan

yang muncul.

Menurut Marquardt (2002:24) ada lima sub sistem yang harus dipahami dan harus

dikembangkan dalam organisasi belajar yaitu : (1) Learning (pembelajaran), (2)

Organization (keorganisasian), (3) People (manusia), (4) Knowledge (pengetahuan), (5)

Technology (teknologi).

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 7: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

7

Gambar 1. System Learning Organization Model (Sumber: Marquardt, 2002: 24)

Kelima hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberadaan organisasi belajar

yang tengah berlangsung dan meyakinkan kesuksesan sekolah. Kelima subsistem ini akan

saling berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lainnya. Jika ada salah satu saja yang

melemah atau tidak ada maka yang lainnya akan melemah pula. Learning (pembelajaran)

merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi belajar.

Bagaimanakah cara kita mengukur sekolah sebagai organisasi belajar ? Angket

yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh Marquardt

(2002:237-241) di bawah ini akan mencoba menjawab apakah sekolah anda sudah menjadi

organisasi belajar. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah data yang diambil pada

sebuah organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara, sebagai

berikut:

B. PROFIL ORGANISASI BELAJAR DI SMA NEGERI 1 AP

PROFIL ORGANISASI BELAJAR DI SEKOLAH

Di bawah ini merupakan daftar berbagai pernyataan tentang organisasi sekolah Bapak/Ibu. Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati dan putuskan pada tingkatan apa yang merepresentasikan terhadap organisasi sekolah Bapak/Ibu. Gunakan skala berikut ini :

I.       Dinamika Pembelajaran Individu, Kelompok atau Tim, dan Organisasi

dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 8: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

8

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR1. Kami melihat pembelajaran berkelanjutan oleh semua guru dan karyawan

sebagaimana tingginya prioritas Satuan pendidikan.2

2. Kami terdorong dan diharap untuk mengelola pembelajaran dan pengembangan kami sendiri.

2

3. Warga sekolah menghindari membelokkan informasi dan menghalangi saluran komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan mempersilakan mereka memberikan timbal balik yang efektif.

3

4. Tiap individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang baik.

3

5. Kami menggunakan berbagai metodologi percepatan pembelajaran (peta fikiran, mnemonics, gambar, musik).

3

6. Warga sekolah (guru, karyawan, siswa) memperluas pengetahuan melalui pendekatan pembelajaran adaptif, anticipatory, dan kreatif.

3

7. Semua rumpun mata pelajaran dan individu menggunakan proses pembelajaran aksi – yaitu, mereka belajar dari refleksi yang sangat baik pada permasalahan atau situasi dan menerapkan pengetahuan baru untuk aksi mendatang.

3

8. Semua rumpun mata pelajaran didorong untuk belajar dari satu sama lain dan berbagi tentang apa yang mereka pelajari dalam berbagai cara (melalui buletin elektronik, newsletter cetak, atau pertemuan antar grup).

2

9. Warga sekolah mampu berfikir dan bertindak dengan pendekatan komprehensif dan sistem.

2

10. Semua rumpun mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana bekerja dan belajar dalam kelompok.

3

SKOR TOTAL 26Dinamika Pembelajaran (Skor Maksimal = 40)

II.           Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Pentingnya untuk menjadi organisasi pembelajaran dipahami oleh semua

warga di sekolah tersebut.3

2. Manajemen level atas mendukung visi organisasi pembelajaran 3

3. Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran. 4

4. Kami berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam pengejaran

perbaikan3

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 9: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

9

5. Kami belajar dari kesalahan sebagaimana juga belajar dari kesuksesan,

dalam hal itu bahwa kesalahan masih ditoleransi.

3

6. K Kami memberikan penghargaan kepada orang dan rumpun mata pelajaran

untuk pembelajaran dan bantuan kepada orang lain untuk belajar 2

7. Kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program dan pelaksanaan 3

8. Kami merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan

pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas

urusan sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur).

2

9. Organisasi itu efisien dengan beberapa tingkat manajemen,

untuk memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran di seluruh tingkatan..2

10. Kami mengkoordinasikan usaha kami melalui lintas urusan dalam basis

tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan

yang sudah tetap.

3

SKOR TOTAL 28

Transformasi Organisasi (Skor Maksimal = 40)

III.           PEMBERDAYAAN ORANG/WARGA SEKOLAH : Manajer, Guru dan Karyawan, Pelanggan, Rekan, Supplier, dan Komunitas

dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Kami berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja yang

terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja.2

2. 2.     Kewenangan didesentralisasikan dan didelegasikan dalam proporsi untuk

tanggung jawab dan kemampuan pembelajaran.2

3. 3.     Kepala Sekolah dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar

dan memecahkan masalah bersama-sama.2

4. Kepala Sekolah mengambil peran sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator

pembelajaran.2

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 10: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

10

5. Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran

sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru

sehingga hal itu dapat digunakan.

1

6. Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

3

7. Kami memberikan kesempatan kepada siswa dan orang tua untuk berpartisipasi dalam pembelajaran dan pelatihan.   

3

8. Belajar dari rekan (rumpun/non rumpun mata pelajaran) dimaksimalkan

melalui perencanaan terdepan sumberdaya dan strategi yang dikhususkan

untuk pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.

2

9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua

siswa, kelompok komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.3

10. Kami secara aktif terus mencari rekan pembelajaran diantara warga sekolah,

pemerhati pendidikan, dan orang tua siswa.2

SKOR TOTAL 22

PEMBERDAYAAN ORANG (Skor Maksimal = 40)

IV.       MANAJEMEN PENGETAHUAN :

Pemerolehan, Kreasi, Penyimpanan, Pemulihan, Transfer, dan Penggunaandalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Secara aktif kami mencari informasi yang meningkatkan kerja organisasi

sekolah dengan penggabungan hasil lulusan dan/atau proses yang ada di luar

fungsi organisasi sekolah.

3

2. Kami mempunyai sistem yang dapat diakses untuk pengumpulan informasi

internal dan eksternal.2

3. Kami memonitor trend yang terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat

pada apa yang dilakukan orang lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh

sekolah lain, menghadiri konferensi, dan pengujian penelitian yang

3

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 11: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

11

dipublikasikan.

4. Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.     

2

5. Kami sering menciptakan media pembelajaran sebagai alat tes sebagai cara

baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan pendidikan di sekolah2

6. Kami telah mengembangkan sistem dan struktur untuk meyakinkan bahwa pengetahuan penting diberikan kode, disimpan, dan dibuat tersedia bagi mereka yang memerlukan dan dapat menggunakannya.  

2

7. Warga sekolah sadar akan perlunya mempertahankan pembelajaran organisasi yang penting dan berbagi pengetahuan dengan yang lain.

3

8. Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk mentransfer pembelajaran penting pada lintas mata pelajaran dan fungsi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.

2

9. Kami melanjutkan untuk mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui organisasi sekolah.

2

10. Kami mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan program tertentu yang menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang dengan kesempatan belajar.

3

SKOR TOTAL 24

MANAJEMEN PENGETAHUAN (Skor Maksimal = 40)

V.    APLIKASI TEKNOLOGI:Sistem Informasi Pengetahuan, Pembelajaran Berbasis Teknologi,

Sistem Elektronik Pendukung Kinerja dalam Organisasi di SMA Negeri 1 AP, Kab. Batu Bara, Prov. Sumatera Utara

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Pembelajaran difasilitasi oleh sistem informasi berbasis komputer yang

efektif dan efisien.3

2. Warga sekolah telah siap mengakses jalur informasi melalui, misalnya LAN

(Local Area Network), internet, dan intranet.3

3. Fasilitas pembelajaran menggabungkan dukungan multimedia elektronik

dan suatu lingkungan berbasis pada integrasi seni, warna, musik, dan visual

yang kuat.

3

4. Program pembelajaran yang dibantu komputer dan bantuan pekerjaan 3

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Sangat Baik = 75%-100% )(3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Baik = 50%-75%)(2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Cukup =25%-50%)(1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%)

Page 12: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

12

dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart) sudah tersedia.

5. Kami menggunakan teknologi groupware untuk mengelola proses kelompok

seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi sekolah. 2

6. Kami mendukung pembelajaran tepat waktu, suatu sistem yang

mengintegrasikan sistem pembelajaran teknologi tinggi, pelatihan, dan kerja

aktual pada pekerjaan ke dalam proses tunggal.

2

7. Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga sekolah untuk belajar dan berkinerja lebih baik.

3

8. Kami merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.

2

9. Warga sekolah mempunyai akses penuh terhadap data yang diperlukan dalam rangka melakukan pekerjaan secara efektif.

2

10. Kami dapat mengadaptasikan sistem software untuk mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, membuat, dan mentransfer informasi agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan di sekolah.

2

SKOR TOTAL 25

APLIKASI TEKNOLOGI (Skor Maksimal = 40)

Skor Total Semuanya dari lima sub sistem adalah:

5 Subsistem (skor maksimum 200)

Tingkat pencapaian profil sekolah sebagai organisasi belajar adalah 62.5 %, jika

dihitung skor rata-ratanya adalah 2.5, berarti pelaksanaan Learning Organization

(Organisasi belajar) dari kelima subsistem di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang

BAIK.

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengisian angket yang telah dilakukan di SMAN 1 AP, dengan metode

evaluasi diri (pihak sekolah menilai diri sendiri) tingkat pencapaian dan implementasi

profil organisasi pembelajaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Dinamika Pembelajaran, Individu, grup atau tim, dan organisasi

Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 26 dari 40 skor

total, artinya 65 % dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun

organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.6, berarti pelaksanaan subsistem

Learning (pembelajaran) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang Baik.

Menurut Marquardt (2002 : 24) Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti

dari sebuah organisasi pembelajaran. Jika kita lihat dari pengertiannya, bahwa belajar

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

125

Page 13: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

13

adalah suatu proses dimana individu memperoleh pengetahuan dan insight yang

menghasilkan perubahan tingkah laku dan tindakan, baik itu pembelajaran afektif, kognitif

maupun psikomotorik.

Subsistem Learning (pembelajaran) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Subsistem Pembelajaran (Sumber: Marquardt, 2002: 36)

Kelebihan :

Kelebihan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)

menghindari membelokkan informasi dan menghalangi saluran komunikasi dengan secara

aktif mendengarkan orang lain lain dan mempersilakan mereka memberikan timbal balik

yang efektif, di SMAN 1 AP saluran komunikasi baik antara kepala sekolah dengan guru,

guru dengan guru maupun siswa berlangsung sangat terbuka dan sehat, siapapun bebas

menyampaikan ide atau pemikiran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan

sekolah. (2) Individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang baik,

SMAN 1 AP cukup sering mengikutsertakan gurunya untuk mengikuti pelatihan dan

workshop. Misalnya saja baru-baru ini SMAN 1 AP mengutus empat orang gurunya

menjadi instruktur nasional kurnas 2013 bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat.

(3) warga sekolah memperluas pengetahuan melalui pendekatan pembelajaran adaptif,

anticipatory, dan kreatif, pelatihan/diklat yang diperoleh guru akan berimbas pada

pembelajaran di kelas dengan siswa, misalnya perubahan pendekatan pembelajaran kurnas

2013 saintifik, PBL, Discovery learning diadaptasi langsung di sekolah. (4) semua rumpun

mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana bekerja dan belajar dalam

kelompok, contohnya saja di SMAN 1 AP terbentuk MGMP sekolah dan MGMP

kabupaten sebagai wadah guru bekerja dan belajar kelompok.

Kekurangan :

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 14: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

14

Kekurangan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1) perlu

peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) oleh semua guru, karyawan

dan siswa, (2) mengelola pembelajaran dan pengembangan sendiri perlu ditingkatkan, (3)

pendekatan komprehensif dan pendekatan sistem dalam pembelajaran perlu ditingkatkan.

2. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi dan Struktur

Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh

adalah 28 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMAN 1

AP adalah 70 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2,8, berarti pelaksanaan

subsistem Organization di SMAN 1AP berada pada tingkatan yang Baik, baik itu

transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur yang ada.

Dari hasil pengisian angket tersebut terdapat nilai yang sangat tinggi yakni

terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran.

Marquardt (2002) menyatakan bahwa bahwa untuk berkembang sebagai suatu entitas

yang baru, organisasi harus mengkonfigurasi ulang dirinya dengan berfokus pada

empat dimensi dari subsistem organisasi yaitu : visi, budaya, strategi, dan struktur.

Masing-masing dimensi tersebut harus berubah dalam tujuan dan bentuk, dari fokus

pada kerja dan produktivitas menjadi fokus pada pembelajaran dan pengembangan.

Sub sistem Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3. Subsistem Organisasi (Sumber: Marquardt, 2002: 74)

Di SMAN 1 AP dapat disimpulkan guru dan karyawan cukup menyadari

pentingnya pembaharuan visi, kultur, strategi dan struktur organisasi sekolah tersebut,

artinya masih diperlukan dukungan konkret oleh kepala sekolah, reward bagi individu

yang melaksanakan pembelajaran dengan baik, punishment yang sesuai bagi individu

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 15: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

15

yang tidak baik dalam menjalankan pembelajaran, pemberian tugas belajar/ijin belajar

bagi individu yang ingin melanjutkan pendidikannya.

Kelebihan :

Kelebihan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem organisasi adalah: (1)

Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran, kepala

sekolah, guru dan siswa menghargai pembelajaran. Sebagai contoh, sekolah membuat

wadah pengaduan jika pembelajaran kesehariannya tidak berjalan, maka pihak yang

terkait akan segera memberikan solusi untuk mengatasi hal tersebut (2) Semua warga

sekolah memahami pentingnya untuk menjadi organisasi belajar, kekurangan dan

masalah yang terjadi secara bersama-sama diselesaikan oleh kepala sekolah, guru dan

warga sekolah yang lain (3) Manajemen level atas di sekolah mendukung visi

organisasi pembelajaran, (4) kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program

dan pelaksanaan, (5) berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam

pengejaran perbaikan (6) Sekolah mengkoordinasikan usaha melalui lintas urusan

dalam basis tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan

yang sudah tetap.

Kekurangan :

Kekurangan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem organisasi adalah: (1)

perlu peningkatan pemberian penghargaan kepada guru, karyawan dan warga sekolah

yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, punishment dan

reward yang diberikan kepala sekolah kurang sekali. Guru yang memiliki kinerja yang

baik jarang mendapat reward, sebaliknya guru yang berkinerja buruk juga tidak

mendapatkan punishment yang jelas, sehingga muncul rasa apatis antarguru (2) perlu

peningkatan merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan

pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas urusan

sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur), hal ini dirasa kurang karena

pihak-pihak yang membidangi urusan-urusan sekolah kurang memiliki sinergis

antarbidang, tentu knowledge tidak mengalami rotasi dan perkembangan, (3) perlu

peningkatan Organisasi yang efisien dengan beberapa tingkat manajemen, untuk

memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran di seluruh tingkatan.

3. Pemberdayaan Warga Sekolah: Manager, Karyawan/Guru, Pelanggan/ Siswa, Rekanan, Suplier dan Komunitas

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 16: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

16

Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang diperoleh

adalah 22 dari skor total 40 artinya pemberdayaan warga sekolah di SMAN 1 AP

adalah 55 %, jika dihitung skor rata-ratanya adalah 2,2, berarti pelaksanaan subsistem

pemberdayaan warga di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang Baik, tipis melewati

tingkatan cukup baik.

Pemberdayaan tersebut meliputi Kepala Sekolah, guru dan karyawan, siswa,

mitra sekolah, dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha, supplier atau sekolah

asal siswa atau pemasok bahan-bahan sarana dan prasarana bagi sekolah dan

komunitas atau Komite sekolah, forum alumni dan lain-lainnya.

Sub sistem People dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Subsistem Orang(Sumber: Marquardt, 2002: 112)

Menyeimbangkan kebutuhan individu dan organisasi adalah hal penting

agar produktivitas dan kualitas hidup kerja guru dan karyawan bisa baik. Selain itu

hubungan dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan

dan tuntutan pasar akan output kita. Pemberdayaan komite sebagai pemberi

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sangat diperlukan, agar

kebijakan atau hasil keputusan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh rasa

tanggung jawab.

Pemberdayaan (Empowering) merupakan hal yang sangat penting dalam

sebuah organisasi, salah satu indikator organisasi yang sehat adalah bila di

dalamnya terdapat individu-individu yang bersemangat. Menurut Rahman dan

Savitri (2012) menciptakan empowering dalam organisasi menyangkut self

concept, self esteem dan self talk individu. Individu perlu merasa berharga,

berguna, mempunyai pandangan positif mengenai karier, tugas dan pekerjaannya,

serta selalu mempunyai ungkapan-ungkapan yang positif dalam self dialog-nya.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 17: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

17

Kelebihan :

Kelebihan SMAN 1 AP dalam pemberdayaan warga sekolah adalah (1)

Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran

sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru

sehingga hal itu dapat digunakan, Sebagai contoh, di SMAN 1 AP terdapat empat

orang guru yang melanjutkan pendidikan S2 dan S3 tanpa kendala dan hambatan

dari sekolah. Selain itu, cukup sering guru-guru di SMAN 1 AP diutus untuk

mengikuti pelatihan dan workshop tingkat kabupaten atau provinsi bahkan terdapat

juga empat orang guru ditunjuk sebagai instruktur nasional dalam kurikulum 2013

yang bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat. (2) pihak sekolah

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua siswa, kelompok

komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik.

Kekurangan :

Kekurangan SMAN 1 AP dalam pemberdayaan warga sekolah adalah (1)

kurangnya warga sekolah berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja

yang terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja. (2) Kepala Sekolah

dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar dan memecahkan

masalah bersama-sama perlu ditingkatkan perlu ditingkatkan (3) melanjutkan untuk

mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui

organisasi sekolah perlu ditingkatkan. (4) Perlu peningkatan kesadaran warga

sekolah untuk secara aktif berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar guru,

siswa, dan warga sekolah, dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan

mereka dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan prestasi

sekolah.

4. Manajemen Pengetahuan: Akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer.

Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah

24 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah

tersebut adalah 60%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2.4, berarti

pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMAN 1 AP berada pada

tingkatan yang Baik.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 18: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

18

Hal ini menunjukkan lebih dari sebagian warga sekolah sudah menerapkan

manajemen pengetahuan, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi.

Dalam hal ini perlu disadari bersama bahwa manajemen pengetahuan telah

menjadi unsur penting bagi organisasi dibanding sumber daya lain seperti posisi

pasar, teknologi serta aset organisasi lainnya (Steward, 1997).

Sub sistem Knowledge (pengetahuan) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5. Subsistem Pengetahuan(Sumber: Marquardt, 2002:143)

Dalam kasus manajemen pengetahuan yang ada di SMAN 1 AP tersebut

masih berada pada level storage (penyimpanan), dimana penyimpanan

pengetahuan menggunakan sistem teknis seperti rekaman, data base, dan proses

manusiawi, sehingga sangat riskan terhadap ancaman kehilangan pengetahuan

karena penyimpanan tersebut menjadi terpisah secara fisik dan terdesentralisi.

Pada level inilah perlu sekali pembenahan, agar pengetahuan yang sudah tersimpan

di organisasi bisa dianalisis dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap ada dan

bisa diakses oleh siapa saja walaupun organisasi tersebut senantiasa berganti

sumber daya.

Kelebihan :

SMAN 1 AP memiliki kelebihan dalam manajemen pengetahuan

diantaranya (1) Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan

pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar

dan meningkatkan prestasi belajar siswa. (2) warga sekolah memonitor trend yang

terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat pada apa yang dilakukan orang

lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh sekolah lain, menghadiri konferensi, dan

pengujian penelitian yang dipublikasikan. Pendidikan dan pelatihan serta studi

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 19: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

19

banding dengan sekolah lain menjadi penerapan di sekolah SMAN 1 AP sehingga

tidak tertinggal dengan sekolah lain (3) Warga sekolah sadar akan perlunya

mempertahankan pembelajaran organisasi yang penting dan berbagi pengetahuan

dengan yang lain. (4) warga sekolah mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan

program tertentu yang menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang

dengan kesempatan belajar. Misalnya dengan mengadakan ekskul-ekskul

peminatan siswa seperti komputer, drama, IPA, bahasa Inggris, karate, dll. Program

O2SN juga dilakukan oleh sekolah untuk membimbing siswa tiap minggunya per

mata pelajaran sebagai persiapan O2SN tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.

Kekurangan :

SMAN 1 AP memiliki kekurangan dalam manajemen pengetahuan

diantaranya (1) kurangnya penerapan subsistem people atau pemberdayaan warga

sekolah adalah: Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif,

inovasi, dan eksperimentasi. (2) perlu ditingkatkan penciptaan media pembelajaran

sebagai alat tes sebagai cara baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan

pendidikan di sekolah (3) kurangnya Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk

mentransfer pembelajaran penting pada lintas mata pelajaran dan fungsi

pengembangan kegiatan ekstrakurikuler (4) perlu peningkatan lanjutan untuk

mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui

organisasi sekolah.

Knowledge sharing (berbagi pengetahuan) dan transfer pengetahuan sangat

penting dalam manajemen pengetahuan di sekolah, dengan berbagi pengetahuan

dan transfer pengetahuan antar warga sekolah, maka pengetahuan yang ada di

sekolah bisa berkembang. Nonaka & Takeuchi (1995:62) menyatakan bahwa

pengetahuan diciptakan melalui interaksi antara tacit dan explicit knowledge

melalui empat mode konversi pengetahuan: (1) dari tacit knowledge ke tacit

knowledge dinamakan sosialisasi, (2) dari tacit knowledge ke explicit knowledge

melalui eksternalisasi, (3) dari explicit knowledge ke explicit knowledge melalui

kombinasi, (4) dari explicit knowledge ke tacit knowledge atau disebut internalisasi.

Empat mode konversi pengetahuan dapat digambarkan sbb:

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 20: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

20

Gambar 6. Empat Mode Konversi Pengetahuan Sumber: Nonaka & Takeuchi (1995: 62)

5. Aplikasi Teknologi: Sistem Pengetahuan Informasi, Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Sistem Pendukung Kinerja Elektronik.

Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 25

dari skor total 40, atau sekitar 62.5% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan

sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung

skor rata-ratanya adalah 2,5, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMAN 1

AP berada pada tingkatan yang Baik.

Teknologi Informasi (TI) dapat meningkatkan komunikasi, melebur batas-

batas dalam organisasi dan meningkatkan berbagai kemungkinan hubungan diluar

hirarki, bahkan menciptakan lingkungan belajar elektronis dimana semua warga

sekolah memiliki akses data yang sama, hal ini masih kurang disadari warga

SMAN 1 AP, terlihat dari media pembelajaran yang belum semuanya berbasis TI,

masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran berbasis TI,

kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk kegiatan

pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi pembelajaran.

Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi

pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.

Sub sistem Teknologi dapat digambarkan sebagai berikut:

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Pengetahuan implisit

Pengetahuan eksplisi

tSosialisasi

Eksternalisa

siInternalisas

i

Kombinasi

Pengetahuan implisitDari

Pengetahuan eksplisit

Ke

Page 21: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

21

Gambar 7. Subsistem Teknologi (Sumber: Marquardt, 2002:178)

Kelebihan :

Kelebihan SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem teknologi adalah: (1)

Pembelajaran sudah difasilitasi oleh sistem teknologi informasi berbasis komputer,

SMAN 1 AP melakukan program one teacher one laptop, artinya tiap guru wajib

memiliki satu laptop. Kebijakan ini efektif karena seluruh guru di SMAN 1 AP

telah memiliki laptop. Selain itu SMAN 1 AP sering melakukan pelatihan

computer, seperti Microsoft office agar guru mampu menerapkannya dalam

pembelajaran, (2) sebagian besar warga sekolah telah mengakses jalur informasi

melalui, misalnya LAN (Local Area Network), internet, dan intranet, SMAN 1 AP

telah menyediakan fasilitas wifi, sehingga siswa bebas mengakses informasi dan

pengetahuan melalui internet (3) Program pembelajaran yang dibantu komputer

dan bantuan pekerjaan dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart)

sudah tersedia, SMAN 1 AP memiliki alat bantu pembelajaran berupa infocus

sebanyak lima buah, rencananya tahun ini akan dilakukan penambahan hingga tiap

kelas memiliki satu infocus untuk mempermudah guru dalam menyampaikan

pembelajaran (4) Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga

sekolah untuk belajar dan berkinerja lebih baik,

Kekurangan :

SMAN 1 AP dalam menerapkan subsistem teknologi adalah: (1) masih ada

sebagian guru yang belum mahir menggunakan pembelajaran berbasis TI, (2)

kurang optimalnya penggunaan website dan facebook yang dimiliki sekolah untuk

kegiatan pembelajaran seperti sharing materi pelajaran, dan evaluasi, (2) Masih

enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi

pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 22: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

22

D. SEKOLAH SEBAGAI ORGANISASI BELAJAR

Alasan mengapa Learning Organization (Organisasi belajar) perlu diterapkan

dalam organisasi sekolah adalah: (1) Organisasi tangguh adalah organisasi yang tak lapuk

dimakan usia dan bersifat “survival of the fittest”, (2) Konsep “survival of the fittest”

menuju “the survival of the fittest to learn”, (3) Organisasi pembelajaran sebagai

alternatifnya, yang diharapkan mampu beradaptasi dan merespons tuntutan kebutuhan, (4)

Organisasi pembelajaran memiliki tuntutan setiap warga belajar terus menerus untuk

memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat (Schlechty, 2009).

Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif

diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan

berinovasi yakni :

1. Personal Mastery. Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki

wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal

yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki

kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya

perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis

kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.

2. Mental Model. Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,

dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia

bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental

model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang

dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati,

dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.

3. Shared Vision. Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara

murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda

latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat

sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.

Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit

yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan

organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian

tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit

yang ada dalam organisasi.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 23: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

23

4. Team Learning.  Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif,

dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan

organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan

organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama

dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun

demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi

dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan

berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi

wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim

menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah

modal intelektualnya.

5. Sistem Thinking.  Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama

untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut

divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan

oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan

untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua

anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari

kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.

Kelima dimensi dari Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan

dihayati oleh setiap anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari.

Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah

organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses

pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada

perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.

Adapun kondisi sekolah dalam learning organization dan peran masing-masing

komponen dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kegiatan inti sekolah

Sekolah dalam organisasi belajar adalah mendesain kegiatan yang menantang siswa

untuk belajar. Artinya tujuan sekolah adalah memberikan fasilitas agar desain-desain

kegiatan pembelajaran siswa yang dapat menantang daya kreatifitas siswa, sehingga siswa

dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tujuan utama sekolah bukan lagi

semata-mata bisa meluluskan siswanya 100% dan Nilai Ujian Nasionalnya tinggi, tetapi

lebih menekankan pada prosesnya, dan sekolah juga harus lebih menekankan pada

outcome yaitu seberapa banyak lulusan sekolah yang mendapatkan pekerjaan sesuai

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 24: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

24

dengan kompetensinya atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bukan semata-

mata hanya mengejar output saja.

2. Siswa

Dalam lingkungan sekolah sebagai organisasi belajar kegiatan siswa adalah sebagai

knowledge worker atau pencari pengetahuan dengan menggunakan sudut pandang siswa

maka siswa dalam mencari pengetahuan dengan bekerja dalam tim, memecahkan masalah

bersama, dan yang paling penting siswa tahu bagaimana cara belajar yang baik.

3. Guru

Dalam organisasi belajar guru berperan sabagai pemimpin dan desainer serta

pemandu pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa, merancang tugas-

tugas yang menantang bagi siswa, memberikan alternatif berbagai sumber belajar yang

relevan, serta bersama siswa dan orang tua membuat jaringan belajar.

4. Peran Kepala Sekolah

Dalam organisasi belajar adalah manjadi pemimpinnya pemimpin artinya kepala

sekolah yang dapat memberdayakan guru untuk menjadi bertanggung jawab atas apa yang

di lakukannya di kelas, sehingga guru menjadi pemimpin yang dapat langsung dapat

mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas permasalahan di kelas tanpa harus

menunggu kepala sekolah, sehingga peran kepala sekolah dalam Learning Organization

adalah menjadi pemimpinnya pemimpin (leader of leaders).

5. Orang tua

Dalam organisasi belajar orang tua adalah school partner, artinya orang tua

berpartisipasi penuh, aktif, pembelajar, dan membentuk jaringan belajar untuk optimalisasi

pembelajaran siswa.

6. Pengawas Sekolah

Berperan sebagai pemimpin moral dan intelektual yang berperan sebagai orang

yang memecahkan masalah dengan pemberdayaan guru dan kepala sekolah, jadi inti dari

peran pengawas adalah pemberdayaan bukan datang ke sekolah untuk mengatasi masalah

sendiri, tanpa melibatkan guru dan kepala sekolah.

7. Dinas Pendidikan

Berperan sebagai capacity builder artinya dinas adalah lembaga yang mensuport

sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan tenaga

kependidikan agar mampu dan menguasai bagaimana belajar cara belajar yang baik dan

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 25: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

25

yang paling penting adalah guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan terus belajar dan

belajar lagi.

8. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)

Dunia Usaha dan Dunia Industri berperan sebagai partner and customer dari

sekolah. DUDI perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas

sekolah dan menuju organisasi pembelajaran, karena pihak DUDI juga berkepentingan

untuk mendapatkan input tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan yang

dipersyaratkan oleh DUDI.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun

2007 salah satunya antara lain: “Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/

madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif”. Hal ini berarti peran kepala

sekolah sangat penting dan sentral dalam menjadikan sekolah menjadi organisasi

pembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang

handal akan mampu memimpin dan membawa organisasi sekolah menjadi organisasi

pembelajaran.

Di samping kepala sekolah harus menguasai kompetensi manajerial yang baik, para

guru juga harus mampu menjadi guru yang kompeten, efektif, dan guru inspiratif. Guru

yang inspiratif menurut Ramdhani (2012) harus memenuhi 13 kriteria antara lain: (1)

Menguasai materi pelajaran, (2) Menggunakan dengan tepat kemampuannya dalam

mengajar dan belajar, (3) Kemampuan memecahkan masalah berkaitan dengan

instruksional pembelajaran, (4) Kemampuan melakukan improvisasi, (5) Manajemen

kelas, (6) Kepekaan dalam menanggapi situasi selama pembelajaran berlangsung, (7)

Sensitivitas terhadap konteks, (8) Memonitor pembelajaran, (9) Bertindak berdasarkan

data, (10) Mendemonstrasikan respek terhadap orang lain, (11) Mempunyai jiwa mendidik,

(12) Membantu murid agar mencapai prestasi tertinggi, (13) Membantu murid agar lebih

memahami kompleksitas.

Untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi belajar yang efektif dan bisa

menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman maka kepala sekolah, guru dan semua

warga sekolah harus mampu melakukan inovasi dan perbaikan terus menerus dalam

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Ancok (2012) yang

menyatakan bahwa perubahan lingkungan strategis organisasi yang sangat cepat akan

membuat organisasi menghadapi masalah besar yang akan menurunkan kinerja organisasi

apabila organisasi tidak memiliki kemampuan inovatif, adalah sebuah keharusan bagi

suatu organisasi untuk membangun kemampuan organisasi agar memiliki kekuatan untuk

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 26: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

26

terus berinovasi. Lebih lanjut Ancok (2012) menyampaikan bahwa secara garis besar ada

tiga komponen modal organisasi yang mendukung inovasi yaitu: (1) modal manusia

(human capital), (2) modal kepemimpinan (leadership capital), (3) modal structural

(structural capital). Modal manusia ada tujuh komponen, yang perlu dikembangkan agar

insane dalam organisasi bisa memberikan kontribusi yang maksimal pada organisasi,

modal tersebut antara lain: (1) modal kreativitas, (2) modal intelektual, (3) modal

emosional, (4) modal social, (5) modal ketabahan, (6) modal moral, (7) modal kesehatan.

Kepala sekolah dituntut kemampuannya untuk mengelola modal-modal tersebut dengan

baik dan benar untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.

Untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang memang tidaklah mudah,

karena sifat dari perubahan yang tidak pernah berhenti, sehingga adaptasi yang tepat agar

sekolah mampu bertahan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk perubahan yang

akan di hadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menjadikan sekolah kita menjadi

sekolah yang bersifat learning organization. Adapun langkah yang dapat menjadikan

sekolah menjadi organisasi pembelajaran menurut Marquardt (2002:211) antara lain:

1. Semua pihak berkomitmen menjadikan sekolah mejadi model organisasi

pembelajaran.

2. Membentuk koalisi yang kokoh untuk berubah ke arah yang lebih baik.

3. Menghubungkan pembelajaran dengan semua steakholder yang ada di sekolah.

4. Mengukur semua sub sistem sekolah dengan penilaian kinerja.

5. Mengkomunikasikan visi sekolah yang menjadi model organisasi pembelajaran.

6. Mengenali pentingnya berfikir dan bertindak secara sistem artinya tindakan semua.

stakeholder akan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.

7. Pemimpin pendidikan mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas dan kepala dinas

menunjukkan komitmen dan keteladanan pembelajaran.

8. Mentransformasi kultur sekolah menjadi kultur belajar.

9. Membangun strategi dan jaringan yang pembelajaran yang luas dengan semua

sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

10. Mereduksi model birokratif dengan cara mengefisiensikan struktur organisasi

menjadi lebih ramping dan ringkas.

11. Memperoleh pengetahuan dan budaya berbagi pengetahuan yang menjadi budaya

dalam organisasi sekolah.

12. Memperluas budaya belajar ke seluruh rantai organisasi sekolah.

13. Menerapkan teknologi yang terbaik untuk mendukung proses pembelajaran.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 27: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

27

14. Menciptakan kultur prestasi sekolah yang dapat dicapai.

15. Mengukur keberhasilan pembelajaran dengan alat ukur kesuksesan.

16. Selalu beradaptasi, memperbaiki, dan belajar tiada henti.

Terakhir mau dibawa ke mana organisasi sekolah kita apakah di masa yang akan

datang akan menjadi organisasi pembelajaran ataukah menjadi sekolah yang biasa?. Bisa

dan tidaknya organisasi pendidikan menjadi organisasi pembelajaran bukan semata-mata

tergantung pada pemerintah, masyarakat, atau kepala sekolah, tetapi hal tersebut

bergantung pada kemauan dan itikat baik dari semua stakeholder sekolah agar mau belajar

dan belajar lagi dan menciptakan budaya organisasi pembelajaran secara berkelanjutan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil analisis pengisian angket mengenai

Profil Organisasi belajar di SMAN 1 AP tingkat pencapaian profil sekolah sebagai

organisasi belajar adalah mendapat skor 125 dari skor total 200, jika dipersentasekan

maka menjadi 62,5 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 2,5 ini berarti pelaksanaan

Learning Organization (Organisasi belajar) di SMAN 1 AP berada pada tingkatan yang

BAIK.

Saran-saran yang bisa diberikan kepada SMAN 1 AP untuk menuju Organisasi

belajar yang efektif dan efisien adalah :

1. Meningkatkan komitmen untuk perbaikan output dan outcame serta pelayanan

yang berkelanjutan, agar tidak mengalami demarketing dalam dunia pendidikan,

sehingga bisa tetap bersaing di dunia global.

2. Meningkatkan level manajemen pengetahuan dari storage menjadi analisis dan

transfer pengetahuan.

3. Mengembangkan sistem pendukung kinerja secara terintegrasi dan aplikatif untuk

penemuan pengetahuan dan data mining, sehingga sekolah dapat membentuk

organisasi pembelajaran yang menjadi pusat keahlian yang bertanggung jawab

untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan

pengetahuan.

4. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran dan untuk mengelola

proses kelompok seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi

sekolah perlu ditingkatkan.

5. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder sekolah untuk bersinergi dalam

mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar

Page 28: Profil sebuah organisasi belajar oleh Parulian Sibuea

28

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, D. (2012). Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi. Jakarta: Erlangga

Covey, S.R. (1993). The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Simon & Schuster.

Marquardt, M. J. (2002). Building the Learning Organization: Mastering 5 Element for Corporate Learning. California: Davies-Black Publishing.

Nonaka, I., and Takeuchi, H. (1995). The Knowledge-Creating Company. New York: Oxford University Press.

Rahman, E. dan Savitri, S. (2012, Desember 29). Empowerment. Harian Kompas, halaman 32.

Ramdhani, N. (2012). Menjadi Guru Inspiratif: Aplikasi Ilmu Psikologi Positif dalam Dunia Pendidikan. Jakarta: Titian Foundation.

Redding, J. (1994). Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization. San Fransisco: Jossey-Bass.

Schlechty, P.C. (2009). Leading for Learning How to Transform Schools into Learning Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.

Senge, P.M. (1990). The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.

Stewart, T. (1997). Intelectual Capital: The New Wealth of Organization. New York: Doubleday.

Tugas Pribadi : Parulian Sibuea – Mata Kuliah Kepemimpinan dalam Organisasi Belajar