program investigasi lingkungan independen jawa …
TRANSCRIPT
1
PROGRAM INVESTIGASI LINGKUNGAN INDEPENDEN
JAWA TIMUR 2020
Dampak Sampah Impor Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Gresika Novaradila1, Prigi Arisandi
2
1 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
2 Ecological Observation And Wetlands Conservation (ECOTON)
2
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………………………2
Daftar table dan grafik………………………………………………………………………..3
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………...4
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………6
1.3 Batasan Masalah…………………………………………………………………………...7
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………..7
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………………7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………8
2.1 Landasan Teori…………………………………………………………………………….8
2.2 Kerangka Pikir…………………………………………………………………………....11
2.3 Hipotesis………………………………………………………………………………….11
BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………………………..12
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………………………..12
3.2 Tipe Penelitian……………………………………………………………………………12
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………….13
BAB 1V. PEMBAHASAN.....................................................................................................14
4.1 Perdagangan Sampah Plastik Global……………………………………………………..14
4.2 Regulasi Perdagangan Sampah………………………………………..............................16
4.3 Jenis-jenis Sampah Impor dan Penyelundupan Sampah Plastik…………………………23
4.4 Proses Pencemaran Lingkungan……………………….…………………………………27
4.5 Dampak Kesehatan……………………………………………………………………….29
4.6 Respon dan Pengetahuan Masyarakat……………………………………………………33
BAB V. KESIMPULAN…………………………………………………………………….39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................40
3
Daftar Tabel dan Grafik
Grafik 1.1 Produksi plastik global dan tren masa depan………………………………………4
Bagan 1 Kerangka berpikir…………………………………………………………………...11
Grafik 1.2 Presentase impor sampah plastik di berbagai negara Asia 2017-2018…………...16
Tabel 1. Komparasi Permendag No. 31 Tahun 2016 dan Permendag No. 84 Tahun 2019…………..21
Grafik 1.3 Negara pengespor sampah plastik dan palastik ke Indonesia…………………….25
Tabel 2. Jumlah dan bentuk mikroplastik dari 12 industri kertas………………………...….27
Tabel 3. Mikropatik pada feses manusia……………………………………………………..28
Tabel 4. Komparasi racun pada telur ayam di Desa Bangun dan Desa Tropodo…………….29
Grafik 1.4 Dampak kesehatan akibat mikroplastik…………………………………………..30
Grafik 1.5 Dampak kesehatan akibat membakar plastik……………………………………..30
Tabel 5. Bahan-bahan kimia toksik dalam telur ayam dari Tropodo dan Bangun…………...32
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan konsumsi dan produksi plastik telah banyak menyumbang semakin
jauhnya target yang hendak dicapai dari pembangunan berkelanjutan dan lingkungan (SDGs)
pada tahun 2030 dan pencapaian mutu lingkungan yang disetujui secara global tak akan
terpenuhi. Berdasarkan Global Environment Outlook UNEP (2019), kebanyakan indikator
lingkungan, seperti peningkatan kualitas dan cadangan air bersih, perbaikan mutu udara,
pengurangan pencemaran laut, hingga penghentian laju pemanasan global, menunjukkan
pada arah yang keliru.1 Skenario bussiness as usual dalam produksi plastik merupakan
pemicu dari terjadinya krisis yang berketerusan dan semakin besar.
Dilansir dari Koran Kompas, India sebenarnya mengusulkan pengakhiran produksi
dan penggunaan plastik sekali pakai dengan tenggat waktu tahun 2025.2 Usulan tersebut
mendapatkan dukungan dari banyak negara tersmasuk Uni Eropa, tetapi hanya Amerika saja
yang tidak menyetujui akan usulan tersebut. Alasan Amerika menentang usulan tersebut yaitu
terkait dengan business as usual, dari pada mengehentikan produksi dan pemakaian plastik,
lebih baik mendorong resolusi pada pengelolaan sampah plastik dan mencegahnya masuk ke
lautan. Alasan Amerika tersebut sebenarnya untuk melindungi kepentingan industry
plastiknya, yang berencana meningkatkan produksi plastiknya sekitar 40% sampai pada tahun
2025.3 Yang pada akhirnya laju degradasi lingkungan tidak bisa dihentikan karena kalah
dengan business as usual.
Grafik 1.1 Produksi plastik global dan tren masa depan
Sumber: Maphoto/Riccardo Pravettoni plus a link to http://www.grida.no/resources/6923
1 Arif Ahmad, Lingkungan Rusak, Manusia Terancam, (KOMPAS, 28 Maret 2019), hal 10
2 Ibid. Hal 10.
3 Ibid. Hal 10.
5
Dari laporan Center for International Environmental Law produksi global plastik
telah meningkat dari 2 juta metrik ton (Mt) pada tahun 1950 menjadi 380 juta Mt pada tahun
2015. Pada akhir 2015, 8.300.000 Mt plastik murni telah diproduksi.4 Kemudian di tahun
2017 produksi plastik global meningkat hampir 350 juta ton setiap tahun, tumbuh 3 kali lebih
cepat dari pada produk domestik bruto.5 Sementara menurut sebuah penelitian hampir 9%
dari semua plastik yang pernah diproduksi telah di daur ulang, sementara 12 % sisanya di
insinerasi.6 Sehingga secara signifikan, sekitar dua pertiga dari semua plastik yang pernah
diproduksi telah dilepaskan ke lingkungan dan tetap ada dalam beberapa bentuk seperti
puing-puing di lautan, sebagai mikro atau partikel nano dalam air dan tanah pertanian,
sebagai serat mikro dalam persediaan air, atau sebagai partikel mikro dalam tubuh manusia.7
Peluang, dan tantangan terkait dengan peningkatan perdagangan skrap plastik
global dan daur ulang plastik, beberapa negara meningkatkan target daur ulang seperti
negara-negara di Eropa dan USA yang memiliki ambisi tersebut, disisilain mereka melakukan
ekspor skrap plastik ke negara-negara berkembang Asia. Sehingga perdagangan sampah
internasional untuk daur ulang telah meningkat pesat. Perdagangan plastik seluruh dunia
mencatat bahwa pendapatan yang dihasilkan sebanyak 5 miliar US Dollar setiap tahun.8
Dalam sejarahnya, China merupakan destinasi umum dari hampir semua skrap
plastik dunia. Sampah impor tersebut diolah dengan biaya fasilitas daur ulang rendah, dengan
miskinnya standar lingkungan hidup yang diterapkan. Pada tahun 2013, China mulai
mengimplementasikan pelaksanaan untuk mencegah masuknya sampah, dan di 2017 China
mulai melaksanakan peraturan perdagangan yang melarang pendaur ulang dari China untuk
mengimpor 24 macam sampah (World Trade Organization, 2017). Hasilnya, China
mengalami penurunan impor sampah plastik sebesar 93% dari tahun 2017 sampai 2018.9
Setelah China menutup impor sampah plastik, negara-negara maju yang mengekspor
sampah mulai berganti arah ke negara-negara di Asia Tengara termasuk Indonesia. Akibatnya
Indonesia mengalami kenaikan volume sampah plastik dua kali lipat pada tahun tersebut
sebanyak 283.000 ton pada tahun 2018 dibanding pada tahun 2013 yang hanya 124.000 ton.10
Kenaikan volume sampah plastik dipicu karena Indonesia melakukan impor sampah
untuk kebutuhan industri daur ulang. Impor sampah tersebut yang kemudian disusupi sampah
plastik dan sampah B3 yang tidak bisa diolah, khususnya pada impor sampah kertas. Padahal
4Azoulay, D., et al. (2019). Plastic & Health: The Hidden Costs of a Plastic Planet. CIEL. Hal 5.
5 GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal Policy Brief).
Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?1557746817 .
(Hal 5. Diakses 20 Januari 2020) 6 Ibid. Hal 4.
7 Azoulay, D., et al. (2019). Plastic & Health: The Hidden Costs of a Plastic Planet. CIEL. Hal 5.
8 GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal Policy Brief).
Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?1557746817 .
(Hal 5. Diakses 20 Januari 2020) 9 Ibid.
10 Havid Vebri, Nina Dwiantika, Ragil Nugroho, Negeri Darurat Sampah Impor, (Kontan, 5 Agustus-11
Agustus 2019), hal. 28
6
sampah plastik dan sampah B3 dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 2018 tentang
Pengelolaan Sampah dan undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 69 ayat 1 (d) secara
tegas menyebutkan bahwa dilarang memasukkan Limbah B3 ke wilayah Indonesia. Sehingga
yang terjadi adalah keberadaannya terus mencemari lingkungan yang berlanjut menjadi
masalah bagi kesehatan manusia.
Penyelundupan juga dipicu karena kurang tegasnya undang-undang yang mengatur
jenis sampah apa saja yang dapat diimpor khususnya untuk Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Impor Limbah Non B3. Oleh karena itu Permendag tersebut
digantikan dengan Permendag baru yaitu Permendag No 84 Tahun 2019. Dari bolongnya
regulasi Permendag No 31 Tahun 2016 tersebut yang kemudian berakibat pada masalah
lingkungan dan kesehatan.
Munculnya masalah kesehatan diawali dengan tercemarnya air, tanah, dan udara dari
aktivitas industri. Karena industri kertas yang mengolah sampah impor dan membuang
limbahnya ke sungai sementara sampah plastik yang merupakan sampah selundupan di jual
ke masyarakat untuk disortir dan dijual kembali. Kemudian sampah yang tidak bisa didaur
ulang ditimbun atau dibakar.
Pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat bertujuan untuk mengurangi
timbunan sampah atau digunakan untuk bahan bakar industri. Di penelitian ini penulis
mengambil studi kasus dari Desa Bangun Mojokerto dan pabrik tahu yang ada di Desa
Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur yang menjadi sumber utama
kontaminasi telur ayam buras lepas kandang dan gangguan kesehatan masyarakat yang ada
di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perdagangan sampah plastik yang melewati batas-batas negara?
2. Bagaimana regulasi internasional dan nasional yang mengatur kegiatan ekspor
impor sampah?
3. Apa saja jenis-jenis sampah impor yang berbahaya bagi lingkungan dan
bagaimana penyelundupan sampah plastik pada impor sampah Non B3?
4. Bagaimana proses pencemaran lingkungan akibat sampah impor tersebut?
5. Bagaimana dampak kesehatan yang disebabkan dan dirasakan oleh masyarakat?
6. Bagaimana respon dan pengetahuan masyarakat mengenai dampak kesehatan
akibat sampah impor?
7
1.3 Batasan masalah
Untuk memfokuskan pembahasan yang peniliti lakukan, peneliti hanya akan
membahas mengenai permasalahan sampah impor yang mencemari lingkungan Indonesia dan
berdampak pada kompleksnya masalah kesehatan. Peneliti mengambil study kasus di dua
desa yaitu Desa Bangun Mojokerto dan pabrik tahu yang ada di Desa Tropodo, Kecamatan
Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana perdagangan sampah plastik yang melewati batas-
batas negara.
2. Untuk mengetahui regulasi internasional dan nasional yang mengatur ekspor
impor sampah.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis sampah impor yang berbahaya bagi lingkungan dan
bagaimana penyelundupan sampah plastik pada impor sampah Non B3.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pencemaran lingkungan akibat sampah
impor tersebut.
5. Untuk mengetahui bagaimana dampak kesehatan yang disebabkan dan dirasakan
oleh masyarakat.
6. Untuk mengetahui bagaimana respon dan pengetahuan masyarakat mengenai
dampak kesehatan akibat sampah impor.
1.5 Manfaat penelitian
1. Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca bahwa tercemarnya lingkungan
akibat sampah plastik merupakan ancaman nyata bagi kesehatan dan keselamatan
manusia.
2. Bagi studi Hubungan Internasional adalah untuk memberikan gambaran bahwa
ancaman bagi Human Security dapat berasal dari masalah lingkungan akibat aktivitas
industry yang menunjang perekonomian negara.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Environmentalism
Dari perspektif environmentalism menyebutkan bahwa manusia merupakan bagian
dari alam. Manusia harus menghargai dan melindungi alam terlepas dari nilai guna alam
untuk manusia itu sendiri sehingga hidup dalam harmoni. Masalah-masalah lingkungan
muncul karena manusia menganut nilai-nilai yang buruk bagi alam. Salah satunya yaitu
penentuan tingkat seberapa progresif kehidupan manusia dengan ukuran kemajuan teknologi
meskipun buruk bagi lingkungan. Tidak hanya itu sikap masnusia yang ekploitatif terhadap
alam telah menjadikan jantung dari masalah polusi duni, penipisan sumber daya, dan
kerusakan lingkungan. Sehingga teknology yang diciptakan digunakan untuk tujuan yang
tercela (mengeksploitasi lingkungan), karena menurut nilai konvensional manusia pada
dasarnya agresif, egois, dan kompetitif.11
Kaum environmentalis berpandangan bahwa budaya Barat memiliki pengaruh global
yang sangat merusak, karena orang Barat akan melihat alam sebagai instrumen ynag
digunakan untuk mencapai keuntungan materi yang tidak ada habisnya. Bagi kaum Hijau
(Greens) masyarakat industry yang dibangun oleh budaya Barat didirikan pada tujuan yang
terlalu sempit seperti memaksimalkan laba, dan mendorong budaya konsumeris. Akibatnya
industrialisasi yang semakin besar mengakibatkan tingkat polusi menjadi sangat besar pula,
sementara daur ulang bahan dan pengendalian polusi terbatas untuk kepentingan pemotongan
biaya dan persaingan. Sumber daya alam diperlakukan sebagai sumber yang tak terbatas dan
tidak dihargai hanya untuk kepentingan ekonomi. Beriringan dengan industrialisasi yang
semakin besar tersebut pencarian dan perluasan sumber daya dan tenaga kerja yang murah
telah memperluas masyarakat konsumen industry di seluruh dunia. Akibatnya
menghancurkan banyak hutan dan mengubah iklim global.
Nilai-nilai inti Greens adalah ekosentris yaitu mereka mulai dari kepedulian sifat non-
manusia dan seluruh ekosistem, bukan dari kepedulian kemanusiaan. Selain itu kaum hijau
menyerukan dalam ide bioetika yang mengatakan bahwa alam memiliki nilai intrinsic, dalam
haknya sendiri, terlepas dari penggunaannya bagi manusia.12
Oleh karena itu, manusia secara
moral berkewajiban menghormati tanaman, hewan, dan semua alam, yang memiliki hak
untuk hidup dan diperlakukan secara manusiawi. Tetapi kehadiran manusia telah
menyebabkan krisis lingkungan yang mengancam sebagaian besar alam termasuk populasi
manusia. Mereka juga menyerukan untuk berpikir holistik yaitu mengakui implikasi penuh
dari tempat kita dalam ekosistem global, apa pun yang kita lakukan pada satu bagian dari
11
Pepper, D. (1996). Modern environmentalism: an introduction. Psychology Press. Hal 13 12
Ibid. Hal 15
9
sistem itu akan mempengaruhi semua bagian lain, yang akhirnya bergema pada diri manusia
sendiri.
Implikasi sosial yang ingin dicapai yaitu hidup selaras dengan alam yang dimulai dari
perilaku sosial dan moralitas pribadi harus mematuhi hukum ekologis. Pembangunan yang
dilakukan harus berkelanjutan. Untuk mengurangi eksploitasi terhadap alam maka manusia
harus mau menolak materialisme dan konsumerisme serta menerima kontrol populasi dan
mengurangi dampak teknologi berdasarkan energi terbarukan.13
Human Security
Human Security tidak selalu membahas tentang kekerasan dan kejahatan. Konsep
Human Security menurut UNDP (United Nation Development Programme) meliputi isu-isu
seperti economy security, food security, health security, environmental security, community
security, dan political security.14
Human Security juga mencakup mengenai perlindungan masyarakat dari terjadinya
krisis dan ancaman luas termasuk krisis akibat ancaman lingkungan hidup yang tercemar.
Maka dari itu perlunya membangun sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan bersama-sama
untuk bertahan hidup.
Human Security menempatkan manusia sebagai pusat perhatian dan bukan negara.
Oleh karena itu kebijakan yang dilakukan oleh negara harus mengutamakan keamanan
manusia.
Sedangkan definisi dari Komisi Keamanan Manusia, keamanan manusia adalah
sebagai untuk melindungi inti vital semua kehidupan manusia dengan cara meningkatkan
kebebasan manusia dan pemenuhan kebutuhan manusia.15
Terdapat resiko terhadap keamanan manusia akibat perubahan lingkungan yang
terjadi secara global. Kegiatan industri, peningkatan konsumsi, hingga peningkatan polusi
dalam masyarakat modern telah menyebabkan penurunan besar pada jumlah hutan, disusul
dengan hilangnnya keanekaragaman hayati, penipisan stok ikan, degradasi lahan, polusi dan
kelangkaan air, pencemaran laut, pencemaran manusia, tanaman dan hewan oleh bahan kimia
dan zat radioaktif, dan perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut. Kosekuensi yang
dirasakan secara global diperparah oleh polutan seperti gas rumah kaca dan limbah radioaktif.
Prospek dari keamanan manusia sangat dipengaruhi oleh proses perubahan
lingkungan lokal dan global. Perubahan lingkungan yaitu hubungan atau gesekan yang terjadi
13
Pepper, D. (1996). Modern environmentalism: an introduction. Psychology Press. Hal 16 14
UNDP Report Office, http://hdr.undp.org/sites/default/files/human_security_guidance_note_rnhdrs.pdf 15
Barnett, J., Matthew, R. A., & O’Brien, K. (2008). Global environmental change and human security. In
Globalization and Environmental Challenges (pp. 355-361). Springer, Berlin, Heidelberg. Hal 358.
10
antara keamanan individu dan keamanan masyarakat, serta keamanan dan berkelanjutan
ekosistem dan spesies termasuk manusia.16
Hampir semua maslah lingkungan merupakan hasil dari model praktik pembangunan
dan kesenjangan sosial yang mereka hasilkan. Sebagai contoh hutan ditebangi untuk
memenuhi permintaan kertas, kayu, dan lahan baru untuk pertanian, akibatnya
keanekaragaman hayati banyak yang hilang dan lahan terdegradasi oleh praktik pertanian
yang tidak berkelanjutan.
Inti dari keamanan manusia yaitu kebutuhan, hak, dan nilai-nilai orang dan
masyarakat. Ketidakamanan manusia akibat dari masalah perubahan lingkungan adalah
fungsi dari banyak proses sosial yang menyebabkan beberapa orang menjadi lebih sensitif,
kurang mampu untuk mempersiapkan dan menanggapi perubahan lingkungan baik yang tiba-
tiba maupun bertahap. Orang yang plaing sensitive adalah orang yang paling bergantung pada
sumber daya alam dan ekosistem sebagai sumber matapencaharian mereka. Misalnya
penurunan kelimpahan ikan dapat merusak nutrisi dan menurunkan pendapatan nelayan,
penurunan kualitas permukaan atau air tanah dapat mengganggu kesehatan ibu dan anak.17
Hal-hal tersebut merupakan ancaman keamanan manusia dengan cara baru dan tidak terduga.
16
Barnett, J., Matthew, R. A., & O’Brien, K. (2008). Global environmental change and human security. In
Globalization and Environmental Challenges (pp. 355-361). Springer, Berlin, Heidelberg. Hal 24. 17
Ibid. Hal 359
11
2.2 Kerangka Berpikir
Bagan 1. Kerangka Berpikir
2.3 Hipotesis
Penulis menduga bahwa banyaknya gangguan kesehatan yang dirasakan oleh
masyarakat tidak terlepas dari apa yang masyarakat konsumsi dan lingkungan tempat hidup
mereka. Sumber makanan berasal dari lingkungan, apabila lingkungannya sehat maka bahan
makanan yang dihasilkan juga sehat dan begitupun sebaliknya. Sementara pada kenyataannya
lingkungan sudah semakin tercemar oleh sampah plastik. Kegiatan industri daur ulang
merupakan kunci dari semakin tercemarnya lingkungan tersebut.
Temuan penyelundupan sampah plastik dan sampah B3 pada kontainer impor sampah
kertas adalah salah satu sumber masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Sementara
masyarakat masih belum begitu tahu mengenahi dampak kesehatan yang secara tidak
langsung mengancam mereka akibat dari sampah plastik impor.
Peningkatan produksi dan
konsumsi plastik secara global.
Hanya 9% yang telah didaur
ulang dan 12% dibakar.
Negara maju mengekspor ke
sampah plastik.
Negara maju berganti arah.
China menutup impor sampah.
Indonesia impor sampah
kertas.
Dampak lingkungan.
Dampak kesehatan.
Penyelundupan sampah
plastik
12
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode kualitatif dan metode
kuantitatif dengan cara melakukan library research dan survey. Tujuan penulis menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif adalah sebagai berikut:
Metode Kualitatif:
1. Untuk mengetahui seberapa efektif regulasi yang mengatur perdagangan sampah
plastik global.
2. Untuk mengetahui penyusupan sampah plastik kedalam impor sampah non B3 untuk
kebutuhan industry.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis sampah impor yang berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan serta proses pencemarannya.
4. Untuk mengetahui dampak kesehatan yang disebabkan oleh sampah plastik impor
tersebut.
Metode Kuantitatif:
1. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang bahaya dari penyelundupan
sampah plastik ke dalam impor sampah kertas.
2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai dampak kesehatan yang
disebabkan oleh sampah plastik impor.
3. Untuk mengetahui dampak yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat akibat
dari pembakaran sampah plastik.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi peneltian yang diambil oleh penulis untuk dampak lingkungan dan kesehatan
yaitu di Jawa Timur. Untuk pencemaran lingkungan penulis mengambil lokasi pada Sungai
Brantas, Desa Bangun Mojokerto. Untuk dampak kesehatan penulis berfokus pada
masyarakat yang ada di sekitaran pabrik tahu di Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten
Sidoarjo. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 6 Januari 2020 sampai dengan 3 Februari
2010.
3.2 Tipe Penelitian
Untuk menguji hipotesis dari penelitian ini maka penulis melakukan metode kualitatif
dan kuantitatif. Selain itu tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian ekplanatif. Penelitian
eksplanatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan dan hubungan
antar tiap variabel, sekaligus menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian.18
Terkait
18 Lyana Sikumbang. (2014). Pengertian Penelitian. Online. https//www.academia.edu/4062205/Pengertian_penelitian. Diakses pada tanggal 20 Januari 2020.
13
dengan penyelundupan sampah plastik yang merupakan suatu bentuk hubungan yang bisa
dijelaskan dengan dampak kesehatan yang terjadi.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu dengan cara library
research dan survey. Library research yaitu mengumpulkan data dari buku, jurnal,
penelitian, dan koran. Sedangkan cara survey yaitu dengan menyebarkan kusioner secara
online ke media sosial yang nantinya diolah menjadi data kuantitatif.
14
BAB 1V
PEMBAHASAN
4.1 Perdagangan Sampah Plastik Global
Meningkatnya produksi dan konsumsi plastik yang membahayakan lingkungan tidak
menghentikan negara-negara untuk menghentikan atau mengurangi produksi plastik alih-alih
mereka malah meningkatkan target daur ulang dengan melakukan perdagangan sampah
plastik lintas batas untuk di daur ulang. Akibatnya semakin kompleksnya siklus hidup produk
plastik.
Pergerakan sampah plastik global yang diperdagangkan untuk didaur ulang diatur
dalam Konvensi Basel dan kontrol Transboundary Movements of Hazardous Wastes and
their Disposal. Dengan diikuti 170 negara, Konvensi Basel merupakan traktat yang
disepakati secara global untuk meregulasi perdagangan sampah internasional untuk
mencegah tantangan lintas batas.19
Setelah China melarang impor sampah terjadi resonasi keseluruh negara dan industry
daur ulangnya. China yang sebelumnya menerima 60% sampah plastik dari negara G7
(negara maju) pada tahun 2018 menjadi kurang dari 10%.20
Oleh karena itu negara maju
membutuhkan negara resipien baru untuk menerima sampah plastiknya yang kemudian
menjadi spill over effect sampah impor plastik yang dirasakan oleh negara berkembang.
Selain itu juga terjadi penekanan proses pada sampah domestik di dalam negara yang terkena
spill over effect.
Dalam sisi kebijakn faktor yang mendorong dan mempromosikan perdagangan
sampah lintas batas selain karena China menutup impor sampah adalah adanya kebijakan
peningkatan target daur ulang di negara maju sementara mereka bergantung pada pergerakan
sampah lintas batas. Adanya kebijakan dari negara resipien lain untuk menutup impor
sampah juga menyebabkan negara maju kebingungan mencari resipien lain. Selain itu pada
regulasi kini berlaku sampah plastik tidak memerlukan kontrol untuk gerakan lintas batas.
Pada sisi pemenuhan, perdagangan internasional tidak ada persyaratan kontrol
sehingga tidak ada transparansi. Disisi lain kemampuan para pemangku kebijakan pada sektor
impor kurang bisa mengawasi sampah yang masuk ke wilayah negaranya.
19
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal Policy Brief).
Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?1557746817 .
(Hal 5. Diakses 20 Januari 2020) 20
Ibid.
15
Budaya atau tren konsumerisme berupa penggunaan plastik sekali pakai juga
mendorong perdagangan sampah lintas batas. Sementara belum adanya definisi secara
unvivesal mengenai konsep “dapat didaur ulang”, sehingga menggagalkan komitmen untuk
mempromosikan prubahan diantara para konsumer.21
Spill over effect menyebabkan negara-negara pengimpor seperti India, Indonesia,
Malaysia, Taiwan, Thailand mengalami peningkatan impor sampah. Terdapat deficit
perdagangan sampah skala global meskipun negara-negara pengimpor tersebut mengalami
peningkatan penerimaan. Akibatnya banyak muatan-muatan yang terbengkalai.
Kemungkinan munculnya pasar baru untuk menerima sampah plastik sangat besar
akibat perubahan tersebut. Sebagai contoh negara Malaysia telah menjadi salah satu importir
terbesar dari negara G7, sehingga pemerintah Malaysia mengeluarkan kebijakan untuk
menghapusakan impor sampah dalam 3 tahun mendatang. Upaya untuk menurunkan impor
plastik juga dilakukan oleh negera-negara pengimpor lain seperti Vietnam, India, Taiwan,
dan Indonesia.
21
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal Policy Brief).
Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?1557746817 .
(Hal 7. Diakses 20 Januari 2020)
16
Grafik 1.2 Presentase impor sampah plastik di berbagai negara Asia 2017-2018
Sumber: Eurostat, Japan e-Stat, Statistics Canada, Swiss Statistical Office, US Census
Bureau, Blood (Financial Times, 2018). By Levi Westerveld and Philippe Riviere. GRID-
Arendal (2019)
4.2 Regulasi Perdagangan Sampah Internasional dan Nasional
Regulasi Perdagangan Sampah Internasional
Perdagangan limbah secara global diatur dalam Konvensi Basel dan Control of
Transboundary Movements of Hazardous Waste and their Disposal. Konvensi Basel
digunakan untuk memastikan limbah berbahaya dikelola dengan baik dan dibuang dengan
cara yang ramah lingkungan. Para anggota yang meratifikasi Konvensi Basel diwajibkan
untuk mencegah dan menghukum para pelaku yang melakukan perdagangan sampah secara
illegal.
17
Konvensi Basel berfungsi untuk mengontrol pergerakan sampah lintas batas. Sebelum
melakukan perdagangan sampah harus ada konfirmasi terlebih dahulu antara pihak
pengekspor dan pengimpor. Kontroling yang dilakukan pada sistem Konvensi Basel
didasarkan pada 4 kunci antara lain, notifikasi, persetuhuan dan penerbiatn dokumen,
perpindahan lintas batas, dan konfirmasi pembuangan.22
Gerakan lintas batas dari limbah plastik berbahaya dan limbah plastik rumah tangga
mensyaratkan negara yang bersangkutan diberitahu terlebih dahulu mengenai adanya limbah
tersebut. Sementara semua limbah selain limbah plastik masih sebagai “green waste”, yang
dapat diperdagangkan tanpa kontrol khusus. Selain itu juga tanpa ada notifikasi dan
perlakuan secara khusus. Pada tanggal 8 Juni 2018, secretariat Konvensi Basel mengajukan
sebuah proposal ke negara-negara anggotanya untuk penambahan atau penghapusan kategori
limbah dalam Lampiran 2, 8, dan 9. Amandemen tersebut diusulkan sehubungan demgan
perdagangan limbah plastik.23
Pada European Union Network for the Implementation and Enforcment of
Environmental Law (IMPEL), plastik merupakan salah satu material yang masuk pada
pelanggaran regulasi pengiriman limbah. Sulitnya untuk mengontrol dan mengawasi
pengiriman limbah karena kompleksnya rute perdagangan limbah sehingga mendorong
pelanggaran pada manajemen limbah.
Dalam laporan penelitian berjudul “Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan
Indonesia” yang dilakukan oleh aliansi peneliti IPEN, Nexus 3, Arnika Association, dan
Ecoton terdapat pelaksanaan kontrol baru Konvensi Basel. Pada bulan Mei 2019, Konferensi
Keempat Belas Para Pihak pada Konvensi Basel (COP14) menyepakati secara konsensus
untuk membawa sebagian besar perdagangan sampah plastik di bawah rezim kontrol
perjanjian Basel. Keputusan ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2021. Pertama, pemerintah
harus membuat daftar limbah plastik berbahaya yang tunduk pada semua prosedur kontrol
perjanjian Basel. Kedua, ekspor limbah plastik campuran atau yang terkontaminasi akan
memerlukan persetujuan sebelum pengiriman, memberi hak kepada Indonesia dan negara-
negara pengimpor lainnya untuk menolak pengiriman.
Pada 5 Desember 2019, Basel Ban Amendment akan berlaku secara hukum.
Amandemen ini akan membantu melindungi Indonesia dan negara berkembang lainnya.
Terhitung 1 Januari 2021, negara-negara anggota UE akan dilarang mengekspor limbah
plastik campuran atau yang terkontaminasi ke Indonesia dan sebagian besar negara
berkembang.
22
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal Policy Brief).
Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?1557746817 .
(Hal 14. Diakses 20 Januari 2020) 23
Ibid. Hal 15
18
Indonesia meratifikasi Ban Amendment pada tahun 2005 dan berperan penting dalam
penetapan serta mendorong negara-negara lain untuk segera meratifikasi amendemen.
Indonesia meratifikasi Konvensi Basel pada Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1993, dan
setiap amandemen Konvensi Basel diratifikasi oleh Peraturan Presiden.
Dasar Hukum Impor Sampah Nasional
Di Indonesia dasar hukum impor sampah telah diatur dalam Undang-undang No.
18/2008, Undang-undang No. 32/2009, dan Permendag No. 31/2016.
Secara teknis kegiatan impor sampah diatur oleh kerja sama tiga kementerian, yaitu
Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan
Kementerian Perdagangan. Tugas dari Kemenperin dan KLHK yaitu memberikan
rekomendasi untuk importir terkait standar pengelolaan limbah, sedangkan Kemendag
berperan penting dalam mengatur secara rinci dan audit impor sampah sebelum masuk ke
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam UU No. 18/2008 tentang pengelolaan sampah, terdapat pasal yang mengatur
tentang larangan mengimpor sampah yaitu tepat pada Pasal 29 ayat 1. Pasal tersebut secara
jelas dalam point-pointnya disebutkan bahwa setiap orang dilarang.
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, b.
mengimpor sampah, c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun,
d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan, e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan
disediakan, f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat
pemrosesan akhir, g. dan/atau membakar sampah yang tidak sesuai dengan
persyaratan teknis pengelolaan sampah.24
Sedangkan untuk point pada huruf a, huruf c, dan huruf d terdapat ketentuan tertentu
yang diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam undang-undang No. 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan, larangan impor Limbah B3 diatur tegas di Pasal 69 ayat 1 pada poin b, c dan d
yang menyebutkan bahwa.
Setiap orang dilarang memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-
undangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ,memasukkan
limbah yang berasal dari luar wilayah NKRI ke media lingkungan hidup NKRI dan
memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah NKRI.25
Sedangkan dalam Permendag No. 31/2016 tentang ketentuan impor limbah non bahan
berbahaya dan beracun, telah diatur tentang ketentuan impor Limbah Non Berbahaya dan 24
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Pasal 29
ayat 1. 25
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 69 ayat 1.
19
Beracun. Impor Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disebut
Limbah Non B3 dapat diperbolehkan di impor ke wilayah NKRI hanya dalam jenis sisa,
skrap, atau reja yang tidak termasuk dalam jenis Limbah Berbahaya dan Beracun.
Menurut definisi dalam Peraturan Menteri Perdagangan.
Sisa adalah produk yang belum habis terpakai dalam proses produksi atau barang,
yang masih memiliki karakteristik yang sama tapi fungsinya telah berubah dari barang
aslinya. Reja adalah barang dalam bentuk terpotong-potong dan masih bersifat sama
dengan barang aslinya namun fungsinya tidak sama dengan barang aslinya. Skrap
adalah barang yang terdiri dari komponen-komponen yang sejenis atau tidak, yang
terurai dari bentuk aslinya. Liimbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat atau konsentrasinya serta jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan mencemari lingkungan
hidup serta dapat membahayakan kesehatan manusia.26
Disebutkan juga pada Pasal 2 bahwa limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya dalam
berupa sisa, skrap, dan reja. Sedangkan dalam ayat 3 dikatakan bahwa “Limbah Non B3
sebagaimana yang dimaksud hanya dapat digunakan untuk bahan baku dan bahan penolong
industry”.
Pada Pasal 3, ketentuan perusahaan yang dapat mengimpor Limbah Non B3 adalah.
Perusahaan pemilik API-P yang memiliki fasilitas pengelolaan sisa proses produksi
yang menghasilkan buangan yang ramah lingkungan, memiliki fasilitas peleburan
untuk Limbah Non B3, serta memiliki fasilitas pengolahan lanjutan untuk Limbah Non
B3 selain sisa dan skrap.
Untuk perusahan pemilik API-P yang tidak memiliki fasilitas peleburan Limbah Non
B3 berupa sisa dan skrap logam maka perusahaan hanya dapat mengimpor Limbah
Non B3 berupa sisa dan skrap dengan Pos tarif/HS 7204.29.00.00 dan 7209.49.00.00
dengan ketentuan memiliki fasilitas pengolahan sisa proses produksi yang
menghasilkan buangan yang ramah lingkungan, memiliki fasilitas pengolahan lanjutan
berupa pembersihan, pemanasan (heat treatment), penggilingan (rolling), dan
pemotongan (slitting), dan hanya diperuntukan bagi industri kecil menengah.27
Dalam Pasal 4 diperjelas bahwa Limbah Non B3 yang dapat diimpor yaitu limbah
yang tidak berasal dari kegiatan landfill atau tidak berupa sampah, tidak terkontaminasi B3
atau Limbah B3, dan tidak tercampur dengan limbah lainnya yang tidak diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan ini.28
26
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Impor LImbah
Non Berbahaya Dan Beracun. 27
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Impor LImbah
Non Berbahaya Dan Beracun, Pasal 3. 28
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Impor LImbah
Non Berbahaya Dan Beracun, Pasal 4.
20
Pasal 6 ayat 1 huruf (k) menyebutkan bahwa perusahaan importir untuk dapat
mendapatkan API-P harus terlebih dahulu meminta rekomendasi dari Direktur Jenderal
Pengelolaan sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan. Kemudian selanjutnya Kementerian Perdagangan yang akan
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan impor tersebut.29
Permendag baru
Pada tanggal 23 November 2019 telah diberlakukan Permendag No. 84 Tahun 2019
dengan judul “Ketentuan Impor Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun Sebagai Bahan
Baku Industri” sebagai revisi dari permendag No. 31 Tahun 2016. Aturan dalam permendag
baru tersebut telah menggantikan aturan permendag lama yang berpotensi sebagai celah
masuknya limbah B3. Dalam permendag No. 31 Tahun 2016 kertas dan logam tidak
menggunakan rekomendasi, sedangkan pada permendag baru seluruh komoditi baru harus
menggunakan rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian
Perindustrian. Eksportir yang mengekspor Limbah Non B3 sebagai bahan baku industry juga
harus terdaftar. Sedangkan mekanisme pengangkutan menggunakan metode direct shipment
untuk sampai di pelabuhan yang ditetapkan. Pelabuhan yang ditetapkan yaitu pelabuhan
Tanjung Priok, Tanjung Emas, Tanjung Perak, Soekarno Hatta (Makassar), Belawan, Batu
Ampar, Teluk Among, dan Merak.
Untuk Limbah Non B3 yang tidak dapat dimanfaatkan diwajibkan untuk diolah dalam
proses produksi, secara sendiri-sendiri, berkelompok atau bekerjasama dengan perusahaan
pengolah limbah yang berizin. Dalam permendag No. 31 Tahun 2016 ketentuan impor hanya
berlaku pada Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas, sedangkan pada permendag baru
ketentuan impor berlaku di Tempat Penimbunan Berikat, Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas, dan Kawasan Ekonomi Khusus. Gombal yang sebelumnya tidak diatur di
permendag lama, di permendag baru ini diatur tentang uraian barangnya. Dan untuk
penerbitan persetujuan impor tidak lagi menggunakan tanda tangan basah melainkan
menggunakan tanda tangan elektronik.
Kelebihan dari aturan permendag baru ini yaitu celah penyelundupan Limbah B3 di
impor kertas dan logam dapat berkurang karena harus mendapatkan rekomendasi dari KLH
dan Kemenperin. Selain itu pemerintah dapat mengawasi secara langsung dan mengontrol
aktivitas impor dengan mekanisme pengapalan langsung ke pelabuhan yang menjadi tujuan.
Sementara kekurangan dari permendag baru adalah pada ketentuan mengenai direct
shipment karena pada kondisi lapangan tidak semua negara bisa melakukan pengapalan
langsung, melainkan harus transhipment di negara lain terlebih dahulu. Oleh karena itu
permendag baru bisa mengurangi penyelundupan Limbah B3 disatu sisi juga mengancam
perindustrian karena regulasi yang menghambat.
29
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Ketentuan Impor LImbah
Non Berbahaya Dan Beracun, Pasal 6.
21
Tabel 1. Komparasi Permendag No. 31 Tahun 2016 dan Permendag No. 84 Tahun 2019
Permendag
No. 31 Tahun 2016
Permendag
No. 84 Tahun 2019
Kelebihan Ketentuan tanda tangan basah
sebagai syarat dalam
Penerbitan Persetujuan Impor
sulit untuk dimanipulasi
Tidak menggunakan
mekanisme direct shipment
yang berpotensi menyebabkan
tidak adanya safety stock
Seluruh komoditi
menggunakan Rekomendasi
Kementerian Lingkungan
Hidup dan Rekomendasi
Kementerian Perindustrian
(termasuk kertas dan logam
yang merupakan Kelompok
A)
(Pasal 3 ayat 3)
Eksportir yang dapat
mengekspor Limbah Non B3
Sebagai Bahan Baku Industri
yaitu Eksportir Terdaftar.
(Pasal 3 ayat 4)
Penetapan pelabuhan
tujuan,yaitu: Tanjung
Priok,Tanjung
Emas,Tanjung
Perak,Soekarno Hatta(
Makassar), Belawan,Batu
Ampar,Teluk Lamong,dan
Merak. Pemerintah dapat
dengan mudah
mengendalikan dan
mengontrol pelaku.
(Pasal 17 ayat 4)
Kewajiban pengelolaan
Limbah Non B3 yang tidak
dapat dimanfaatkan dalam
proses produksi, secara
sendiri-sendiri, berkelompok
atau bekerjasama dengan
perusahaan pengolah limbah
yang berizin.
(Pasal 29)
Ketentuan Impor berlaku di
Tempat Penimbunan
Berikat,Kawasan
Perdagangan Bebas dan
22
Pelabuhan Bebas,dan
Kawasan Ekonomi Khusus.
Penambahan pengaturan
uraian barang untuk gombal
Penerbitan Persetujuan
Impor menggunakan
tandatangan elektronik
Kekurangan Kelompok A (kertas & logam)
tidak menggunakan
rekomendasi dan B
(kaca,plastik,tekstil,&karet)
menggunakan rekomendasi
instansi teknis Pembina.
Ketentuan mengenai eksportir
yang dapat mengekspor
Limbah Non B3 tidak diatur.
Mekanisme pengangkutan
Impor Limbah Non B3 sampai
di pelabuhan tujuan tidak
diatur.
Tidak mengatur ketentuan
mengenai penetapan pelabuhan
tujuan
Ketentuan mengenai
pengelolaan Limbah Non B3
yang tidak dapat dimanfaatkan
dalam proses produksi tidak
diatur
(Pasal 27)
Ketentuan Impor hanya
berlaku di Kawasan Bebas dan
Pelabuhan Bebas
Tidak mengatur ketentuan
mengenai uraian barang untuk
gombal
Penerbitan Persetujuan Impor
menggunakan tandatangan
basah
(Pasal 3 ayat 4)
Mekanisme pengangkutan
Limbah Non B3 secara
langsung (direct shipment)
sampai dipelabuhan tujuan
yang pelaksanaanya
menyulitkan eksportir
sehingga dapat mengancam
ketersediaan bahan baku.
(Pasal 3 ayat 1)
Pengertian dari istilah
Homogen
(Pasal 3 ayat 3)
Pengertian dari istilah Bersih
(Pasal 5 ayat 3)
Penerbitan persetujuan
impor menggunakan
tandatangan elektronik
rentan dimanipulasi.
23
4.3 Jenis-jenis Sampah Impor yang Berbahaya Bagi Lingkungan dan Penyelundupan
Sampah Plastik Pada Impor Sampah Non B3
Jenis-jenis Sampah Impor yang Berbahaya Bagi Lingkungan
Berdasarkan brand audit yang dilakukan oleh Ecoton (Ecological Observation and
Wetlands Conservation) terdapat 3 jenis sampah rumah tangga yang ditemukan antara lain
household (detergen, pakaian, sepatu, tisu, cd bekas, dll), personalcare (pasta gigi, face wash,
obat-obatan dll), food packaging (kaleng bekas minuman, bungkus makanan, botol bekas
minuman dll). Semua jenis-jenis sampah impor tersebut berbahaya bagi lingkungan dan
kesehatan karena merupakan sampah plastik, sampah residu, dan sampah B3.
Menurut laporan penelitian berjudul “Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan
Indonesia” yang dilakukan oleh IPEN, Nexus 3, Arnika Association, dan Ecoton, sampah
plastik merupakan ancaman kimiawi. Sebagian besar plastik ynag digunakan oleh konsumen
mengandung bahan-bahan kimia yang bersifat toxic, termasuk variasi aditif seperti
penghambat nyala, plasticizers, dan stabilisator.30
Lebih dari 4000 zat kimia telah
diidentifikasi ditemukan dalam kemasan plastik atau digunakan dalam proses manufaktur dan
148 dari zat-zat kimia ini telah diidentifikasi sebagai bahan berbahaya dan beracun.31
Penyelundupan Sampah Plastik Pada Impor Sampah Non B3
Indonesia membutuhkan impor sampah untuk bahan baku industry daur ulang. Impor
sampah tersebut dilakukan karena bahan baku dalam negeri tidak bisa mencukupi yang
dibutuhkan oleh industry. Menurut Kementerian Industri Republik Indonesia, terdapat 50
industri daur ulang di Indonesia yang telah berinvestasi sebesar Rp 2,63 triliun dengan
menyerap tenaga kerja lebih dari 20.000 orang. Industry daur ulang plastik membutuhkan 5
juta ton plastik. Sedangkan industry plup dan kertas, sekitar 48 perusahaan memerlukan
bahan baku kertas dan 26 perusahaan berbahan baku 100% persen kertas, sehingga mencapai
6,4 juta ton pertahun.32
Bahan baku yang diimpor tersebut tidak selalu bersih. Banyak dari bahan baku
tersebut terkontaminasi sampah dan limbah B3 yang tidak bisa di daur ulang ke dalam impor
kertas dan plastik sisa (scrap). Sementara sampah-sampah tersebut dilimpahkan ke
masyarakat seperti yang terjadi di Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo, yang berakhir menjadi
pencemaran tanah dan air. Kemudian ada yang dijual untuk bahan bakar pabrik tahu.
Beberapa kasus penemuan kontainer yang terkontaminasi sampah dan limbah B3,
seperti pada tanggal 2 Juli Bea-Cukai Batam menemukan 38 dari 65 kontainer limbah plastik
30
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019), hal. 5. 31
Ibid. 32
NIK/MEL/BAY/CAS/ICH, “Sampah Impor” Jejali Pemukiman, (KOMPAS, 16 Juli 2019), hal 11
24
yang masuk Pelabuhan Peti Kemas, Batuampar, Batam, Kepulauan Riau, mengandung
limbah B3. Sebanyak 11 kontainer lain berisi limbah plastik bercampur sampah.33
Pada tanggal 9 Juli 2019 Bea-Cukai Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, menahan
delapan kontainer berisi kertas bekas yang terkontaminasi sampah rumah tangga dan bahan
berbahaya dari Autralia.34
Pada tanggal 31 Juli 2019 Bea-Cukai Batam melakukan reekspor dua kontainer ke
Prancis dan lima kontainer ke Hong Kong berisi limbah plastik bercampur dengan limbah
B3.35
Dilansir dari Koran Tempo 2019, otoritas Bea-Cukai di berbagai daerah telah
menahan ratusan kontainer berisi sisa material plastik bercampur limbah B3 sepanjang tahun
2019.36
Sementara sepanjang 29 Juli-3 Agustus 2019 sebanyak 49 kontainer dikembalikan ke
negara asal karena terkontaminasi oleh sampah dan limbah B3.37
Dan masih banyak kasus
penemuan kontainer sampah impor yang terkontaminasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Data Statistik Perdagangan
Komoditas PBB (UN Comtrade), volume impor sampah Indonesia mencapai titik tertinggi
hingga 283.000 ton pada tahun 2018 dibanding pada tahun 2013 yang hanya 124.000 ton.38
Kenaikan volume sampah tersebut diakibat oleh penyelundupan sampah plastik ke
dalam impor kertas bekas, karena masuk dengan kode green light yang tidak memerlukan
adanya pemeriksaan fisik. Di dalam jalur hijau pengecekan cukup dengan meneliti dokumen
setelah penerbitan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). Oleh karena itu banyak
sampah plastik dan sampah B3 impor bisa masuk.
33
Maya Ayu Puspitasari, Ratusan Kontainer Tercampur Limbah, Contoh Kasus, (KORAN TEMPO, 19
November 2019), hal. 28. 34
Ibid. 35
Ibid. 36
Ibid. 37
Editorial, Tegas Tolak Sampah Impor, (Media Indonesia, 28 Agustus 2019), hal. 2. 38
Havid Vebri, Nina Dwiantika, Ragil Nugroho, Negeri Darurat Sampah Impor, (Kontan, 5 Agustus-11
Agustus 2019), hal. 28
25
Grafik 1.3 Negara pengespor sampah plastik dan palastik ke Indonesia
Sumber: Statistik perdagangan luar negeri, BPS(diolah)
Di Jawa Timur sendiri terdapat 11 industri kertas yang melakukan impor sampah dan
digunakan sebagai bahan baku antara lain; PT. Pakerin, PT. Suparma, PT. Megasurya
Eratama, PT. Adiprima Suryaprinta, PT. Mekabox Internasional, PT. Tjiwi Kimia, PT. Surya
Pemenang, PT. Ekamas Foruna, PT. Jaya Kertas, PT. Mekabox Surabaya, PT. Mount Dream.
Sampah yang diimpor oleh pabrik-pabrik tersebut sudah banyak yang mencemari lingkungan
dan Sungai Brantas.
Sebanyak 9 perusahaan produksi dan daur ulang kertas di Jawa Timur menggunakan 4
juta ton kertas skrap per tahun sebagai bahan baku pembuatan kertas. Sekitar 63% kertas
skrap berasal dari sumber lokal dan 37% diimpor sebanyak 1,5 juta ton. Sebelumnya bahan
baku yang diimpor mengandung sekitar 2%-10% plastik skrap. Tetapi pada tiga tahun
terakhir porsi skrap plastik yang terkandung pada impor tersebut mencapai 60%-70%.39
Hal
tersebut menunjukkan bahwa tingginya tingkat penyelundupan sampah plastik ke dalam
impor sampah kertas.
39
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019), hal. 6.
26
Celah masuknya sampah dan limbah B3 ke wilayah NKRI disebabkan oleh regulasi
yang kurang tegas dalam mengatur impor sampah terkhusus pada Permendag No. 31/2016.
Selain itu celah masuk juga terdapat pada pengawasan tata laksana impor Limbah B3 yang
kurang ketat.
Dalam Permendag No. 31/2016 tertulis daftar Limbah Non Bahan Berbahaya yang
dapat diimpor. Dalam daftar tersebut terdapat kode HS yang berketerangan “lain-lain” yang
kemudian menjadi celah bagi masuknya Limbah B3 yang dilarang masuk ke NKRI. Kurang
tegasnya Kode HS ini menyebabkan Indonesia harus menerima konsekuensi tercemarnya
lingkungan di wilayah NKRI.
Masuknya Limbah B3 bersamaan dengan impor bahan baku industri daur ulang
seperti pada kasus tersusupnya sampah plastik ke dalam kontainer sampah impor kertas dan
pada impor plastik yang tercampur dengan sampah plastik yang tidak dapat diolah.
Tesusupnya sampah plastik pada impor sampah kertas terjadi karena kurang ketatnya
pengawasan.
Surveyor memilki peran penting dalam melakukan fungsi pengawasan karena
surveyor melakukan verifikasi terhadap impor Limbah Non B3 sebelum dikapalkan untuk
memastikan barang yang diimpor bersih dan tidak tercampur dengan limbah B3. Dalam
pengecekannya surveyor menggunakan metode sampling yang kemudian menjadi evaluasi
besar karena masuknya sampah selain clean plastic. Metode yang digunakan oleh surveyor
sangat penting untuk mengambil sampel representative, oleh karena itu surveyor seharusnya
mengecek secara populasi jika dibutuhkan.
Karena bolongnya regulasi Permendag No. 31/2016 maka perlu diadakan revisi
terkhusus pada Kode HS lain-lain untuk mempertegas klasifikasi HS Code (kode
perdagangan komoditas). Dengan mempertegas HS Code akan dapat menjelaskan secara
detail jenis limbah non B3 yang dapat diimpor sehinga tidak ada celah untuk masuknya
sampah yang tidak bisa di daur ulang.
Selain itu revisi juga pada tata lakasana impor yang selain importir harus terdafar,
eksportir juga harus terdaftar di negara asal dan tersertifikasi untuk mencegah terjadinya
impor illegal. Serta penguatan dalam bidang pengawasan dan pengecekan yang dilakukan
oleh pihak surveyor dan Bea Cukai untuk memastikan impor Limbah Non B3 yang diterima
benar-benar bersih dari Limbah B3.
Selain itu memperketat perijinan dan pengadaan sanksi yang tegas bagi pelaku impor
Limbah Non B3 yang melanggar dirasa sangat penting untuk mengurangi pelanggaran.
Dari penjelasan seluruh peraturan yang sudah dijabarkan sebelumnya dapat digaris
bawahi bahwa Limbah B3 secara tegas dilarang masuk ke wilayah Indonesia. Sedangkan
impor Limbah Non B3 hanya diperbolehkan untuk keperluan bahan baku industrI daur ulang,
tetapi untuk jenis Limbah Non B3 yang boleh diimpor diatur di Permendag No. 31/2016.
Kode HS “lain-lain” di Permendag No. 31/2016 menjadi celah untuk masuknya Limbah yang
tidak bisa di daur ulang. Disisi lain pengawasan atas tata lakasana impor Limbah Non B3
27
kurang ketat. Oleh karena itu, adanya celah pada regulasi-regulasi tersebut diperlukan adanya
revisi yang melahirkan Permendag 84 tahun 2019.
4.4 Proses Pencemaran Lingkungan Akibat Sampah Impor
Menurut penelitian Ecoton, sampah impor telah berdampak pada lingkungan seperti
pencemaran tanah, udara, dan air. Sebagai contoh aliran Sungai Brantas di Jawa Timur
tercemar oleh mikroplastik sangat parah. Pasalnya sebanyak 11 industri kertas daur ulang
membuang limbahnya ke Sungai Brantas yang merupakan sumber air minum dan tempat ikan
air tawar. Penelitian Fakultas Sains dan Teknologi didukung oleh ecoton dan Indonesia
Water community of practice Oktober 2018 sampai Bulan Maret 2019 dari 7 lokasi di Hilir
Brantas/kali Surabaya ditemukan partikel mikroplastik dalam air sebanya 293-2499
partikel/Liter. Sementara di saluran pembuangan 11 industri kertas daur ulang didapati 3.896
partikel per liter.40
Tabel 2 Jumlah dan bentuk mikroplastik dari 12 industri kertas
Akibatnya sekitar 80% ikan yang hidup di sungai Brantas dalam lambungnya
mengandung mikroplastik. Jika ikan mengkonsumsi mikroplastik dampaknya bisa
mengganggu kematangan gonad (kelenjar reproduksi) ikan jantan. Sedangkan untuk ikan
betina bisa melemahkan sel terlurnya, akibatnya sebanyak 30% ikan mengalami intersexual
(berkelamin ganda).
Mikroplastik adalah potongan plastik yang lebih kecil dari 4,8 milimeter.
Mikroplastik sangat berbahaya karena memilii bahan kimia seperti PCB yang terakumulasi
pada bagian plastik, yang dapat menyebabkan keracunan.
40
ICH, Kandungan Mikroplastik Diminta Diperketat, (KOMPAS, 28 Maret 2019), hal. 10.
28
Mikroplastik juga ditemukan pada feses manusia khususnya masyarakat yang tinggal
di tepi Sungai Brantas.
Tabel 3. Mikroplastik pada feses manusia
Selain berdampak pada pencemaran air, sampah impor juga dapat mencemari tanah
apabila sampah plastik tersebut terkena hujan yang berefek pada penurunan kualitas tanah
dan air tanah. Sedangkan pencemaran udara dapat terjadi apabila sering terjadi pembakaran
plastik jika plastik dibakar akan mengeluarkan zat-zat beracun.
Pabrik kertas daur ulang yang mengimpor sampah tersebut juga membuang dan
menjual sampah plastik yang tidak bisa diolah ke para broker, pedaur ulang kecil, atau
disumbangkan kepada komunitas sebagai bagian dari program pengembangan komunitas
dari pabrik kertas.41
Sedangkan tempat akhir dari plastik berkualitas rendah adalah di tempat
penimbunan terbuka (open dumps), atau pabrik tahu dan pabrik kapur dimana masyarakat
membakar plastik sebagai bahan bakar.
Desa Bangun dan Desa Tropodo adalah desa yang paling terdampak karena berlokasi
di dekat pabrik-pabrik kertas. Menurut laporan investigasi Ecoton sampah impor di Desa
Bangun, industry telah membuang dan menjual sampah plastik ke warga Desa Bangun
dengan harga mulai dari 100 ribu-2 juta per truk. Bagi warga Desa Bangun sampah tersebut
merupakan ladang penghasilan mereka, tak sedikit warga secara tidak langsung dipaksa
beralih profesi dari petani padi menjadi petani plastik. Plastik yang dibeli tersebut kemudian
disortir kembali berdasarkan jenis-jenis dan di jual kembali ke industry daur ulang plastik,
sedangkan plastik yang tidak bisa diolah dibakar atau dijual ke pabrik tahu yang ada di Desa
Tropodo sebagai bahan bakar tungku pembuatan tahu.
Sampah-sampah yang dijemur atau ditimbun oleh warga Desa Bangun berpotensi
dapat mencemari tanah apabila hujan tiba, kemudian sampah tersebut dibakar untuk
mengurangi volume sampah plastik dapat mencemari udara.
41
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019), hal. 7.
29
Di Desa Tropodo, terdapat 50 pabrik tahu yang membakar plastik sebagai bahan
bakar tungku-tungku untuk menghasilkan uap. Sementara menurut temuan aliansi organisasi
lingkungan hidup lintas negara (IPEN, Nexus 3, Arnika Association, dan Ecoton) dalam
laporannya terdapat 16 jenis racun pada telur ayam bukan ras yang dilepas liar di Desa
Bangun dan Desa Tropodo. Kandungan racun seperti dioksin pada telur disebabkan karena
ayam-ayam tersebut mematuk makanan di tanah yang sudah tercemar plastik dan debu dari
hasil pembakaran plastik.
Tabel 4. Komparasi racun pada telur ayam di Desa Bangun dan Desa Tropodo
Desa Bangun Desa Tropodo
Telur yang berasal dari Desa Bangun
mengandung dioksin 10,8 pg TEQ g-1 lemak.
Angka tersebut empat kali lebih tinggi dari
batas aman aman yang telah ditetapkan di
Uni Eropa.
Tingkat dioksin tertinggi kedua dalam telur
dari Asia yang pernah diukur ditemukan
dalam sampel yang dikumpulkan di dekat
pabrik tahu di Tropodo. Tingkat dioksin
dalam telur dari Tropodo mencapai 200 pg
TEQ g-1 lemak hampir sama dengan tingkat
dioksin tertinggi dalam telur dari Asia di
Bien Hoa, Vietnam, bekas pangkalan udara
Amerika Serikat.
Telur dari Desa Bangun mengandung zat
kimia penghambat nyala yang digunakan
dalam plastik, seperti short-chain chlorinated
paraffins (SCCPs)
Telur ayam dari Desa Tropodo mengandug
zat kimia penghambat nyala yang digunkan
dalam plastik, seperti short-chain chlorinated
paraffins (SCCPs). Juga mengandung
polybrominated diphenyl ethers (PBDEs).
Telur dari tempat penimbunan sampah
plastik di Desa Bangun juga terkontaminasi
oleh perfluorooctane sulfonate (PFOS).
Hal tersebut menunjukkan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi akibat dari
pembakaran plasitik.
4.5 Dampak Kesehatan yang Disebabkan dan Dirasakan Oleh Masyarakat
Dampak kesehatan yang mengancam manusia dari sampah impor akibat pencemaran
air, seperti Sungai Brantas yang tercemar mikroplastik berakibat sumber air minum
masyarakat Jawa Timur dan ikan-ikan yang ada di Sungai Bramtas terkontaminasi
mikroplastik. Apabila dikonsumsi oleh manusia akan timbul berbagai penyakit berbahaya
seperti peradangan (terkait kanker, penyakit jantung, penyakit radang usus, artritis reumatoid
dan memicu kanker), penyakit kronis (arterosklerosis, kanker, diabetes, dan penyakit
kardiovaskular), genotoksisitas (kerusakan yang menyebabkan mutasi yang dapat memicu
kanker, dan penyakit autoimun.
30
Grafik 1.4 Dampak kesehatan akibat mikroplastik
Sedangkan sampah plastik yang dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar tungku-
tungku pembuatan tahu menyebabkan terlepasnya berbagai macam racun ke udara. Racun-
racun tersebut seperti karbon monoksida, furans, merkuri, dioksin, dll. Bahaya kesehatan
yang diakibatkan dari pembakaran tersebut yaitu dapat merusak sistem syaraf, terganggunya
sistem endokrin dan memicu ketidakseimbangan hormone, gangguan sistem reproduksi,
merubah DNA pencetus kanker, dan mengganggu sistem kekebalan tubuh.
Grafik 1.5 Dampak kesehatan akibat membakar plastik
31
Di Desa Tropodo asap dari pembakaran plastik dari pabrik-pabrik tahu telah banyak
menyebabkan berbagai gangguan penyakit. Menurut hasil uji yang dilakukan oleh pemerintah
daerah terkait indeks kualitas lingkungan hidup di Sidoarjo pada tahun 2018, hasilnya kadar
emisi udara di Tropodo melampaui ambang batas.42
Akibatnya banyak anak kecil yang
terserang penyakit akibat menghirup udara bercampur asap pekat hasil pembakaran plastik.43
Penyakit yang umum diderita oleh warga Desa Tropodo adalah infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA).44
Sedangkan menurut data yang diambil dari Puskesmas Krian
penyakit terbanyak masih di Desa Tropodo dan penyakit yang banyak terjadi adalah myalgia,
hipertensi, diabetes, ispa, gastritis, cepalgia, diare, sakit gigi, asma, dermatitis.
Dari penelitian yang dilakukan oleh IPEN, Nexus 3, Arnika Association, dan Ecoton
pembakaran sampah plastik di Desa Tropodo dan Desa Bangun telah mencemari rantai
makanan yang ada. Telur ayam dari Desa Tropodo tekontaminasi dioksin dengan konsentrasi
sebesar 200 pg TEQ g-1 lemak. Orang dewasa yang mengkonsumsi telur tersebut akan
melebihi batas dioksin terklorinasi harian (tolerable daily intake atau TDI) yang ditolerir oleh
Otoritas Keamanan Pangan Eropa (European Food Safety Authority atau EFSA) sebanyak 70
kali lipat. Berbagai studi epidemiologi telah mengungkapkan berbagai dampak dari pajanan
dioksin terkhlorinasi terhadap kesehatan manusia termasuk diantaranya penyakit
kardiovaskular, diabetes, kanker, porfiria, endometriosis, menopause dini, perubahan hormon
testosteron dan tiroid, dan perubahan respons sistem kekebalan tubuh.45
Dari penelitian itu juga menyebutkan bahwa telur ayam yang ada di Desa Bangun
terkontaminasi oleh PFOS pada konsentrasi yang setara dengan kawasan industry di Eropa.
PFOS termasuk dari keluarga PFAS yaitu sebuah kelas besar kimia dengan lebih dari 4.500
zat kimia terflorinasi yang persisten yang banyak digunakan dalam kemasan, tekstil, dan
plastik. Apabila orang dewasa mengkonsumsi satu telur per minggu akan melebihi batas
asupan PFOS mingguan yang ditolerir oleh EFSA sebanyak 1,3 kali lipat. Dalam penelitian-
penelitian terhadap binatang, PFOS diketahui menyebabkan kanker, kematian neonatal,
keterlambatan perkembangan fisik, dan gangguan endokrin. Tingkat PFOS dan PFOA ibu
yang lebih tinggi dikaitkan dengan keterlambatan kehamilan dan kerusakan pada kesehatan
reproduksi laki-laki. Pada manusia, PFOA diasosiasikan dengan kolesterol tinggi, kolitis
ulserativa, penyakit tiroid, kanker testis, kanker ginjal, hipertensi yang diinduksi kehamilan,
efek sistem kekebalan tubuh dan ditransfer ke janin melalui plasenta, serta transfer kepada
bayi melalui ASI.
Sedangkan telur dari Desa Tropodo dan Desa Bangun juga mengandung SCCPs dan
PBDEs, kimiawi penghambat nyala yang digunakan dalam plastik. SCCPs bersifat toksik
bagi organisma perairan pada konsentrasi rendah, mengganggu fungsi endokrin, dan diduga
menyebabkan kanker pada manusia. PBDEs mengakibatkan dampak tak terpulihkan terhadap
42
Nur Hadi, Warga Tropodo Banyak yang Terjangkiti ISPA, (Koran Tempo, 18 November 2019), hal. 5. 43
Ibid. 44
Ibid. 45
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019), hal. 13
32
kesehatan reproduksi serta berdampak pada perkembangan dan neurotoksik. DecaBDE dan
produk turunannya juga dapat bertindak sebagai senyawa pengganggu endokrin.
Tabel 5. Bahan-bahan kimia toksik dalam telur ayam dari Tropodo dan Bangun (ng g-1
lemak)
Substansi Tropodo Bangun Telur kontrol
Bangkok
supermarket
Standar/ limit
Uni Eropa
Jumlah telur ayam dalam
pooled sample
3 3 6 -
Kandungan lemak (%) 15 13 -11,6 -
PCDD/Fs (pg TEQ g-1 lemak) 200 10,8 0,1 2,50
DL PCBs (pg TEQ g-1 lemak) 32 3,1 0,001 -
Total PCDD/F+DL PCBs (pg
TEQ g-1 lemak)
232 13,9 0,1 5,00
Total PCDD/FS+ DL PCBs-
DR CALUX (pg BEQ g-1
lemak)
560 21 - -
PBDD/Fs (pg TEQ g-1 lemak) <21,3 <21,3 <21,3 -
HCB 5,5 2,7 <0,2 -
PeCB 1,9 1,1 <0,4 -
HCBD <0.1 <0,1 <0,4 -
7 PCB 5,3 15,4 0,22 -
6 PCB 4,4 12,3 0,22 40,00
SCCPs 65 153 - -
sum HCH 0,8 0,9 2,2 -
sum DDT 10,8 4,3 <LOQ -
sum of PBDEs 65 91 3,1 -
sum of PFASs (ng g-1 berat
segar)
2,7 26 - -
L-PFOS (ng g-1 berat segar) 0,9 15,4 - -
33
4.6 Respon dan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Dampak Kesehatan Akibat
Sampah Impor
Dari 76 responden yang didapatkan sebanyak 62,5% berjenis kelamin perempuan dan
sebagian besar berumur 20 tahun.
Hampir semua responden sadar bahwa penyelundupan 40% sampah plastic ke dalam
container impor sampah kertas berbahaya apabila dibiarkan masuk dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
34
Sebanyak 91,9% setuju bahwa tidak aman untuk para pekerja yang memilah dan
mendaur ulang sampah jika sampah impor tersebut tercampur dengan sampah B3 dan sampah
residu.
Dari berbagai cara yang menyebabkan sampah impor tersebut berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan sebanyak 70,7% sepakat bahwa cara dibakar merupakan cara yang
membahayakan kesehatan. Sementara 17,3% memilih ditimbun adalah cara yang
membahayakan kesehatan dan 8% sisanya memilih di daur ulang.
35
Berkaitan dengan adanya sampah impor plastic yang dijadikan bahan bakar industri
untuk mengurangi timbunan sampah impor,sebanyak 64% tidak setuju karena sudah
menyadari bahwa tindakan tersebut berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan, sedangkan
36% sisanya memilih setuju.
Sebanyak 66,7% dampak yang dirasakan oleh responden apabila sampah plastic
tersebut dibakara adalah sesak nafas , 10,7% mengalami mata perih, dan 9,2% lainnya
mengalami batuk.
36
Pengetahuan mengenai dampak kesehatan yang diakibatkan dari pembakaran sampar
plastic impor untuk bahan bakar, sebanyak 60,5% mengetahui bahwa hal tersebut
menyebabkan kanker, 11,8% mengetahui bahwa dapat menyebabkan kerusakan neurologis,
dan 14,5 % lainyya tidak mengetahui dampak kesehatan dari kegiatan tersebut.
Dari temuan telur ayam yang terdapat racun dioksin akibat dari pembakaran sampah
plastic, 35,5% mengetahui bahwa hal tersebut dapat menyebabkan kanker, 31,6% mengetahui
dapat menyebabkan kerusakan system kekbalan tubuh, 13,2% mengetahui hal tersebut dapat
menyebabkan kerusakan system reproduksi, dan 19,7% sisanya tidak mengetahui bahaya
telur tersebut apabila dikonsumsi oleh manusia.
37
Jika sungai yang digunakan sebagai sumber air minum tercemar mikroplastik,
dampak kesehatan yang diketahui 40,8% mengetahui dapat menyebabkan kanker, 14,5%%
mengetahui bahwa dapat menyebabkan radang usus, dan 21,1% sisanya tidak mengetahui
dampaknya bagi tubuh mereka.
Sebanyak 89,5% tidak menyetujui apablia Indonesia mengimpor sampah plastic dan
10,5% sisanya menyutujui impor sampah plastik.
38
Dari semua masalah lingkungan dan kesehatan yang diciptakan dari sampah plastik
impor sebanyak 40,8% menunjuk pihak pemerintah yang harus bertanggungjawab atas hal
tersebut, 26,3% menunjuk pihak perusahaan yang harus bertanggungjawab, dan 25%
menunjuk pihak negara pengekspor yang harus bertanggungjawab atas hal tersebut.
39
BAB V
KESIMPULAN
Dari data yang dikumpulkan di atas, penulis ambil kesimpulan sebagai jawaban atas
rumusan masalah sekaligus jawaban atas hipotesis. Antara lain bahwa budaya atau tren
konsumerisme berupa penggunaan plastik sekali pakai mendorong perdagangan sampah
lintas batas. Setelah China melarang impor sampah terjadi spill over effect menyebabkan
negara-negara pengimpor seperti India, Indonesia, Malaysia, Taiwan, Thailand mengalami
peningkatan impor sampah. Terdapat deficit perdagangan sampah skala global meskipun
negara-negara pengimpor tersebut mengalami peningkatan penerimaan.
Perdagangan limbah secara global diatur dalam Konvensi Basel dan Control of
Transboundary Movements of Hazardous Waste and their Disposal. Konvensi Basel
berfungsi untuk mengontrol pergerakan sampah lintas batas. Sebelum melakukan
perdagangan sampah harus ada konfirmasi terlebih dahulu antara pihak pengekspor dan
pengimpor. Sedangkan kontroling yang dilakukan pada sistem Konvensi Basel didasarkan
pada 4 kunci antara lain, notifikasi, persetujuan dan penerbitan dokumen, perpindahan lintas
batas, dan konfirmasi pembuangan.
Permasalahan yang muncul dilapangan adalah terdapat penyulundupan sampah plastik
dan sampah B3 pada impor kertas. Terdapat 3 jenis sampah rumah tangga yang ditemukan
antara lain household (detergen, pakaian, sepatu, tisu, cd bekas, dll), personalcare (pasta gigi,
face wash, obat-obatan dll), food packaging (kaleng bekas minuman, bungkus makanan,
botol bekas minuman dll). Semua jenis sampah tersebut berbahaya terutama sampah plastik
yang merupakan ancaman kimiawi.
Sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang tersebut pada akhirnya mencemari
lingkungan. Mulai dari pencemaran air akibat limbah industry daur ulang kertas, pencemaran
tanah akibat penimbunan sampah plastik, pencemaran udara akibat pembakaran sampah
plastik, bahkan sampai dengan pencemaran rantai makanan.
Pencemaran tersebut berakibat menjadi masalah kesehatan yang kompleks. Seperti
ISPA karena kondisi udara yang tercemar asap pembakaran plastik, kanker karena
mengkonsumsi makanan yang mengandung mikroplastik, hingga rusaknya sistem kekebalan
tubuh akibat mengkonsumsi telur yang mengandung dioksin.
Respon masyarakat mengenai bahaya sampah impor yaitu dari 76 responden sebanyak
92% mengetahui bahwa sampah plastik dan sampah B3 yang diselundupkan di impor kertas
berbahaya bagi kesehatan. Sebanyak 89% tidak setuju apabila Indonesia mengimpor sampah
plastik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arif Ahmad, Lingkungan Rusak, Manusia Terancam, (KOMPAS, 28 Maret 2019), hal 10
Azoulay, D., et al. (2019). Plastic & Health: The Hidden Costs of a Plastic Planet. CIEL.
Hal 5.
Barnett, J., Matthew, R. A., & O’Brien, K. (2008). Global environmental change and human
security. In Globalization and Environmental Challenges (pp. 355-361). Springer, Berlin,
Heidelberg. Hal 358.
Barnett, J., Matthew, R. A., & O’Brien, K. (2008). Global environmental change and human
security. In Globalization and Environmental Challenges (pp. 355-361). Springer, Berlin,
Heidelberg. Hal 24.
Barnett, J., Matthew, R. A., & O’Brien, K. (2008). Global environmental change and human
security. In Globalization and Environmental Challenges (pp. 355-361). Springer, Berlin,
Heidelberg. Hal 359.
Editorial, Tegas Tolak Sampah Impor, (Media Indonesia, 28 Agustus 2019), hal. 2.
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal
Policy Brief). Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?
1557746817 . (Hal 5. Diakses 20 Januari 2020)
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal
Policy Brief). Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?
1557746817 . (Hal 4. Diakses 20 Januari 2020)
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal
Policy Brief). Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?
1557746817 . (Hal 7. Diakses 20 Januari 2020)
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal
Policy Brief). Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?
1557746817 . (Hal 14. Diakses 20 Januari 2020)
GRID-Arendal (2019). Controlling Transboundary Trade in Plastic Waste (GRID-Arendal
Policy Brief). Retrieved from https://gridarendal-website-
live.s3.amazonaws.com/production/documents/:s_document/483/original/PlasticBrief_hi.pdf?
1557746817 . (Hal 15. Diakses 20 Januari 2020)
41
Havid Vebri, Nina Dwiantika, Ragil Nugroho, Negeri Darurat Sampah Impor, (Kontan, 5
Agustus-11 Agustus 2019), hal. 28
ICH, Kandungan Mikroplastik Diminta Diperketat, (KOMPAS, 28 Maret 2019), hal. 10.
Indonesia. Menteri Perdagangan. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Tentang Ketentuan Impor LImbah Non Berbahaya Dan Beracun. No. 31 Tahun 2016.
Indonesia. Menteri Perdagangan. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Tentang Ketentuan Impor LImbah Non Berbahaya Dan Beracun. No. 31 Tahun 2016. Pasal
3.
Indonesia. Menteri Perdagangan. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Tentang Ketentuan Impor LImbah Non Berbahaya Dan Beracun. No. 31 Tahun 2016. Pasal
4.
Indonesia. Menteri Perdagangan. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia
Tentang Ketentuan Impor LImbah Non Berbahaya Dan Beracun. No. 31 Tahun 2016. Pasal
6.
Indonesia. Undang-undang Pengelolaan Sampah. UU No. 18/2008. Pasal 29 ayat 1
Indonesia. Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. No. 32/2009.
Pasal 69 ayat 1
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019),
hal. 5.
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019),
hal. 6.
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019),
hal. 7.
Jindrich Petrlik. et al, Report Sampah Plastik Meracuni Rantai Makanan Indonesia, (2019),
hal. 13.
Lyana Sikumbang. (2014). Pengertian Penelitian. Online.
https//www.academia.edu/4062205/Pengertian_penelitian. Diakses pada tanggal 20 Januari
2020.
Maya Ayu Puspitasari, Ratusan Kontainer Tercampur Limbah, Contoh Kasus, (KORAN
TEMPO, 19 November 2019), hal. 28.
42
NIK/MEL/BAY/CAS/ICH, “Sampah Impor” Jejali Pemukiman, (KOMPAS, 16 Juli 2019),
hal 11.
Nur Hadi, Warga Tropodo Banyak yang Terjangkiti ISPA, (Koran Tempo, 18 November
2019), hal. 5.
Pepper, D. (1996). Modern environmentalism: an introduction. Psychology Press. Hal 13.
Pepper, D. (1996). Modern environmentalism: an introduction. Psychology Press. Hal 15.
Pepper, D. (1996). Modern environmentalism: an introduction. Psychology Press. Hal 16.
UNDP Report Office,
http://hdr.undp.org/sites/default/files/human_security_guidance_note_rnhdrs.pdf