program pemerintah kelurahan dalam …repo.apmd.ac.id/952/1/rani paty dwijayanti.pdf · di...
TRANSCRIPT
-
i
PROGRAM PEMERINTAH KELURAHAN
DALAM MEMBERDAYAKAN LANSIA
DI KELURAHAN TLOGOREJO, KECAMATAN TEMANGGUNG
KABUPATEN TEMANGGUNG
SKRIPSI
Disusun Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S1)
Prodi Ilmu Sosiatri / Pembangunan Sosial
Sekolah Tinggi Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
DISUSUN OLEH:
Rani Paty Dwijayanti
NIM 17510022
PROGRAM STUDI ILMU SOSIATRI / PEMBANGUNAN SOSIAL
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD’
YOGYAKARTA
2019
-
iii
MOTTO
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu. Dan boleh
jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kamu. Allah Maha
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
(Qs Al-Bagqarah: 216)
"Waktu bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik (untuk
memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong)."
(HR. Muslim)
“Barang siapa yang bersungguh sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut untuk
kebaikan dirinya sendiri"
(Qs. Al-Ankabut: 6)
"Kaca, porselen dan nama baik, adalah sesuatu yang gampang sekali pecah, dan tak akan
dapat direkatkan kembali tanpa meninggalkan bekas yang nampak."
(Benjamin Franklin)
"Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi
hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih,
tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum."
(Mahatma Gandhi)
-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan
hidayah yang diberikan kepada hambanya, Sujud syukurku kusembahkan
kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha
Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir,
berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga
keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan doa dari
berbagai pihak.oleh karena itu saya ingin mempersembahkan skripsi ini sebagai
wujud terimakasih saya kepada:
1. Kedua orang tuaku yang saya sayangi dan cintai, Bapak Tarmuji dan Bu Sri
Sarwati. Yang selalu memberikan kasih sayang dan kesabaran dalam
membimbing dari kecil hingga dapat menyelesaikan perkuliahan. Sehingga
karya sederhana ini dapat aku persembahkan untuk Bapak dan Ibu tersayang.
2. Untuk kakakku, Dodi Taresa Handahandoro dan Chaerani. Kalian selalu
memberi dukungan dan kasih sayang kalian untuk adik kalian yang masih
berjuang ini.
3. Untuk ponakanku, Devananda Musa, terimakasih selalu manjadi semangat tante
dalam mengerjakan skripsi.
4. Untuk mas Wahyu Eko Prasetyo, yang selalu memberi perhatian dan dukungan
.Terimakasih atas kesabaran yang besar, doa-doanya, teguran-teguran kecil dari
mas saat aku melakukan kesalahan.
5. Untuk sahabatku Mbak Nur Indah Pungkasani, dan Mbak Erma Setiawati, yang
selalu ada di saat-saat aku berjuang, selalu memberikan kasih sayang tiada
hentinya memberi semangat dan dukungan dan doa.
6. Untuk sahabatku Yuliati Khasanah, Faizah Rohmah, Chyntia Dewi Aryo
Suparjo, mbak Nur Vita Andriyani. Ku ucapkan terimakasih atas dukungan,
kasih sayang, perhatian yang berlimpah dari kalian, sehingga aku terus memiliki
semangat.
7. Untuk teman-teman Sosiatri angkatan 2015 Thessa, Juju, Selig, dan Asih
-
v
Untuk teman-teman Sosiatri angkatan 2016 Berta, Inar, Talita
Untuk teman-teman Sosiatri angkatan 2017 Atun, latifah Mahmuda, Siti
Latifah.
Terimakasih teman-temanku, atas dukungan kalian.
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi dengan judul “Program Pemerintah Kelurahan di Kelurahan
Tlogorejo dalam Pemberdayaan Lansia di Kecamatan Temanggung, Kabupaten
Temanggung
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir
zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Prodi
Ilmu Sosiatri/Pembangunan Sosial Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD” Yogyakarta, dan dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis
mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis juga bermaksud menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto M.Si. selaku ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta, yang telah memberikan
ijin penelitian kepada penulis dalam rangka penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Hj. Oktarina Albizzia, M.Si. selaku ketua prodi Ilmu Sosiatri /
Pembangunan Sosial Sekolah Tinggi Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Widati, Lic.rer.reg selaku dosen pembimbing yang saya ucapkan
terimakasih telah membimbing dengan segala kerendahan hati.
4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan yang berguna
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Staff serta karyawan kampus Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta yang turut membantu kelancaran proses
administrasi dalam rangka penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Muhammad Asyiq selaku Lurah kelurahan Tlogorejo yang telah
berkenan untuk menerima saya dalam melakukan penelitian di Kelurahan
Tologorejo.
-
vii
7. Ibu Halimah, Selaku bidan desa dan pengurus atau kader lansia di Kelurahan
Tlogorejo yang berkenan untuk menerima saya dalam melakukan kegiatan
penelitian.
Demikian skripsi ini penulis buat, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dalam hal penulisan, maka penulisan sangat mengharapkan
masukan dan saran serta kritikan yang membangun dari pembaca, agar karya skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan almamater STPMD “APMD”
Yogyakarta. Terima Kasih.
Yogyakarta, Oktober 2019
Penulis,
Rani Paty Dwijayanti
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu fenomena kependudukan di dunia akhir-akhir ini adalah meningkatnya
jumlah penduduk dari tahun ke tahun (Abel,Wordpress.com). Diantaranya adalah tingkat
pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang biasanya lebih cepat jika
dibandingkan dengan negara-negara maju. Berbagai penduduk Asia akhir-akhir ini dapat
dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan. PBB menyebutkan bahwa pada
tahun 2025 penduduk di Asia akan meningkat menjadi 8,1 milyar jiwa dari jumlah 7,2
milyar jiwa pada tahun 2014 (Bambang, Kompas.com)
Angka kelahiran yang lebih banyak daripada angka kematian, menjadi salah satu
penyebab jumlah penduduk yang selalu bertambah. Hal ini ditunjukkan dari
meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun. Menurut studi terakhir
(dirilis pada tahun 2010), Indonesia memiliki jumlah penduduk 237.6 juta orang, pada
tahun 2016 Indonesia memiliki lebih dari 255 juta penduduk.Menurut proyeksi yang
dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menilik populasi absolut
Indonesia di masa depan, maka jumlah penduduk pada tahun 2025 diperkirakan 270 juta
jiwa, dan pada tahun 2035 diperkirakan jumlah penduduk 285 juta jiwa dan pada tahun
2045 diperkirakan jumlah penduduk ada 290 juta jiwa (Indonesia Invesment,
Indonesiainvesment.com) Pertambahan penduduk akan memberi dampak terhadap
terjadinya masalah-masalah sosial (pengangguran, kemiskinan, dan persaingan hidup)
yang relatif meningkat. Penduduk yang semakin bertambah, akan menyebabkan
kepadatan penduduk di setiap negara.
-
2
Pertambahan jumlah penduduk disebabkan dengan kondisi kesehatan yang
semakin meningkat, secara tidak langsung berakibat pada bertambahnya penduduk lanjut
usia.Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia Bab I Pasal 1, lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Undang-Undang RI,1998: nomor 13).
Pengertian lain tentang lansia adalah tahap kehidupan di mana lebih banyak terjadi
penurunan daripada peningkatan, saat kemampuan dan kesempatan banyak berkurang
daripada bertambah (Indriana, 2012: 6).
Batasan lanjut usia menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip
Kusharyadi sebagai berikut(Kushariyadi, 2010, 2):
a. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun.
b. Usia Lanjut (Elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
c. Usia Lanjut Tua (old), adalah usia antara 75-90 tahun.
d. Usia Sangat Tua (Very old), adalah usia 90 tahun keatas.
Pengertian lansia di atas, dapat dimaknai bahwa orang yang berusia 60 (enam
puluh) tahun ke atas, telah mengalami penurunan kemampuan fisik penurunan tingkat
kesehatan, dan psikologisnya yang berbeda jauh ketika masih dalam usia produktif.
Penduduk di atas 65 tahun merupakan penduduk yang paling cepat
pertumbuhannya. Ini terjadi tidak hanya di negara Amerika tetapi juga negara di seluruh
dunia.Penduduk lanjut usia sudah mencapai lebih dari 30% dari total penduduk, di
negara Jepang; di Korea Selatan 12,7%; dan di Singapura 9% ( Bondan, 2012:3). Jepang
sebagai negara yang produktif dalam segala aspek kehidupannya, baik dalam
produktifitas industri, produktifitas kinerja, yang akan memberikan dampak kesehatan
bagi penduduknya yang memiliki usia harapan hidup yang tinggi. Korea Selatan juga
-
3
memiliki penduduk lansia dengan prosentase yang tinggi, hal ini disebabkan kondisi
negara yang semakin mengarah pada kemajuan.
Indonesia sebagai negara dengan angka pensiunan yang tinggi, secara tidak
langsung memiliki pertumbuhan penduduk usia lanjut yang cukup pesat. Indonesia
termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia sebesar
18,1 juta jiwa (9,6%) pada tahun 2010, pada tahun 2015 adalah 21,7 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat tajam yaitu sebesar 48,2 juta jiwa (167,2%) pada tahun
2035. Sehingga dapat dikatakan Indonesia sudah mendekati aging population (Casmudi,
kompasiana.com).
Banyaknya prosentase penduduk usia lanjut akan mempengaruhi kondisi
perekonomian negara ini. Anggaran bantuan untuk lanjut usia akan semakin bertambah
dari tahun ke tahun. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa Bab VIII Pasal 72 Ayat (4)alokasi dana desa paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten atau Kota dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (Undang-
Undang RI, 2014:nomor 6). Penduduk lansia, merupakan bagian dari penduduk secara
keseluruhan.bagian dari perkembangan suatu negara yang juga masih ingin hidup
mandiri, berkarya, bergaul, dihargai, dan bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat.
Mereka tidak ingin bergantung dan menjadi beban bagi masyarakat lain, sehingga
banyak dari lansia yang masih bekerja keras membanting tulang untuk mencari nafkah,
dan masih ada yang tetap menjalin sosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Kenyataan sering ditemui dalam kehidupan masyarakat, bahwa penduduk lanjut
usia mengalami kemunduran baik secara fisik, yang berkaitan dengan kesehatan,
produktifitas, fungsi-fungsi biologis, dan secara psikologis yang berkaitan dengan tingkat
kejiwaan atau emosi, dan kontak sosial dengan masyarakat sekitar. Maupun secara
-
4
ekonomi yang berkaitan dengan kebutuhan hidup.Lansia yang telah atau akan mengalami
kelemahan perlu mendapatkan perhatian sekaligus kesempatan untuk tetap bisa hidup
mandiri, dapat percaya tetap bisa mempertahankan diri agar berguna bagi dirinya sendiri,
keluarga dan masyarakat, agar secara moral etis akan tetap mendapatkan penghormatan
dan balas budi, karena generasi lanjut usia telah memberikan jasa terhadap generasi
berikutnya.
Sesuai dengan kebudayaan Jawa, kebudayaan ini menguntungkan lanjut usia,
karena di dalamnya terdapat tata krama terhadap orang yang lebih tua. Hubungan
penghormatan dapat dilihat dalam penggunaan bahasa yang tinggi (krami) ketika
berbicara kepada orang tua, dan dalam keluarga priyayi tradisional orang malahan
menyembah dahulu sebelum berbicara (Koentjaraningrat, 1994:273). Hal ini dapat
dilihat dari sopan santun yang dibangun antara orang yang lebih muda dengan orang
yang lebih tua (lansia).
Secara umum telah kita ketahui bahwa kelompok penduduk lanjut usia
merupakan kelompok penduduk yang potensial menjadi masyarakat rentan, apabila
kebutuhan materi maupun kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, apalagi
dikesampingkan dari masyarakat yang relatif masih produktif. Penduduk lansia dianggap
kurang cekatan, efektif dalam melaksanakan kegiatan sosial. Hal ini akan menimbulkan
masalah yang akan menurunkan kualitas diri bagi lanjut usia.
Dalam undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Pasal 5 ayat 2 disebutkan, sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia
diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi (Undang-Undang
RI, 1988: nomor 13):
a. Pelayanan keagamaan dan mental
b. Pelayanan kesehatan
-
5
c. Pelayanan kesempatan kerja
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan
e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum
f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
g. Perlindungan sosial
h. Bantuan sosial
Jumlah penduduk di Kelurahan Tlogorejo sebesar 3.236 jiwa, dengan prosentase
penduduk lansia 15,2%, dengan kata lain jumlah penduduk lansia sebesar 492 jiwa
(Muhammad Asyiq, wawancara). Jumlah penduduk lansia yang sangat besar dalam
prosentase kependudukan.Hal ini membuat Kelurahan Tlogorejo memberikan pelayanan
untuk lansia. Diantaranya pemeriksaan kesehatan dan bekerja sama dengan puskesmas,
bantuan untuk Program Makan Tambahan (PMT), posyandu lansia, simpan pinjam
bergulir.
Pemerintah perlu menciptakan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap lansia
sampai pada tingkat kelurahan. Masyarakat sekitar diharapkan tetap memberikan
kesempatan kepada lanjut usia dalam meneruskan hidup, karena pada kenyataannya tidak
sedikit kelompok lanjut usia yang masih banyak membantu bahkan berperan dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sekitar. Kesehatan lansia juga tidak luput dari
perhatian pemerintah kelurahan.Penurunan kesehatan lansia pasti terjadi seiring dengan
menuanya umur mereka.Banyak dari lansia yang tidak bisa melakukan kegiatan mereka
sewaktu muda dikarenakan menurunnya kualitas hidup dan juga kesehatan.
Pemerintah Kelurahan mempunyai peran yang penting dalam upaya
pemberdayaan lansia. Peran pemerintah kelurahan di Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten
Temanggung dalam memberdayakan lansia adalah kewenangan dipegang oleh
pemerintah kelurahan yang diharapkan oleh masyarakat untuk mengembangkan
-
6
kehidupan lansia baik sebagai masyarakat ataupun individu-individu. Masyarakatpun
dapat menerima lansia tersebut dengan kehidupan yang telah berkembang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2005 tentang
Kelurahan, pasal 1 ayat (5) menyebutkan
Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota dalam
wilayah Kecamatan (Peratuan Pemerintah, 2005: Nomor 73).
Struktur yang membentuk Kelurahan, disebutkan dalam pasal 3 ayat (2),
Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/ Walikota melalui Camat (Peraturan
pemerintah, 2005: Nomor 73). Peraturan Pemerintah tersebut bahwa kelurahan
memiliki tanggungjawab langsung kepada Bupati atau Walikota yang melalui Camat.
Lurah memiliki tugas yang disebutkan dalam Undang-Undang No 23 pasal 229
ayat (4) tahun 2014:
a. Melaksanakan kegiatan pemerintah kelurahan;
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. Melaksanakan pelayanan masyarakat;
d. Memelihara ketentraman dan ketertiban umum;
e. Memelihara prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh camat; dan
g. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (Undang-Undang no 23 pasal 229 ayat (4) tahun 2014)
Program adalah kumpulan instruksi atau perintah yang dirangkai sehingga
membentuk suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (http://pnpm-
tiroang.blogspot.com)
-
7
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap,
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan pada bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang menjadi perhatiannya (Edi, 1997: 210).Pemberdayaan adalah serangkaian
proses dan tujuan yang ditujukan untuk masyarakat, dan individu-individu yang
memiliki potensi untuk mengembangkan kehidupannya, yang menghasilkan suatu
perubahan sosial. Sehingga masyarakat, dan individu-individu tersebut dapat
menjalankan fungsi-fungsi sosial mereka. Menjalankan kehidupan bermasyarakat
dengan baik dan sebagaimana mestinya.
Dengan demikian program pemerintah kelurahan di Kelurahan Tlogorejo dalam
pemberdayaan lansia adalah instruksi atau perintah yang dirangkai sehingga membentuk
suatu proses untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Kelurahansebagai pemangku
kebijakan atas pemberdayaan lansia pada tingkat kelurahan. Dimana di suatu Kelurahan
membutuhkan kebijakan dari pemerintah kelurahan untuk memberdayakan lansia, yaitu
program kegiatan yang dibutuhkan oleh lansia untuk mengembangkan dirinya.
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang program pemerintah kelurahan Tlogorejo dalam upaya pemberdayaan lansia.
Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah “Program Pemerintah Kelurahan
Tlogorejodalam Memberdayakan Lansia di kelurahan Tlogorejo, Kecamatan
Temanggung, Kabupaten Temanggung”.
-
8
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana program pemerintah Kelurahan di Kelurahan Tlogorejo dalam pemberdayaan
lansia di Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui
program pemerintah kelurahan di Kelurahan Tlogorejo dalam pemberdayaan lansia di
Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu Sosiatri, khususnya terkait
dengan kesejahteraan sosial lansia di tingkat Kelurahan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi, wacana,
temuan lapangan bagi pemerintah Kelurahan Tlogorejo dalam melaksanakan
program pemberdayaan lansianya, sehingga dapat menjadi masukan dan evaluasi
untuk menyempurnakan program lansia ke depan.
E. KAJIAN PUSTAKA
Penelitian tentang lansia di Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung belum
ada. Menghindari kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penyusun
menghimpun beberapa kajian pustaka yang terkait dengan pokok bahasan penelitian.dan
penyusun dapat membedakan dengan skripsi lain yang membahas tentang lansia dan
pemerintah desa.
-
9
Dyah Rosina Yuniarti, dalam skripsinya berjudul “Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lansia Dalam Menghadapi Naiknya Angka Harapan Hidup (Studi
Tentang Upaya Pembinaan Kesejahteraan Lansia Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Oleh
Tim PKK RW 17 Di Wilayah RW 17 Perumnas Condong Catur, Kecamatan Depok,
Kabupaten Selam, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)”.Penelitian ini membahas
upaya pembinaan kesejahteraan lansia yang telah dilaksanakan Tim PKK RW 17 agar
angka harapan hidup di wilayah RW 17 perumnas Condong Catur yang terus meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan lansia yang dilakukan di RW 17
perumnas Condong Catur oleh Tim PKK RW 17 meliputi kegiatan pelayanan kesehatan,
senam lansia, program keterampilan ringan serta rekreasi bagi lansia. Kegiatan tersebut
mampu meningkatkan kesejahteraan lansia serta membentuk komunitas lansia yang aktif,
baik dalam bidang sosial keagamaan maupun dalam kehidupan bermasyarakat (Skripsi
Dyah, 2001)
Intan Kurnia Sari, dalam skripsinya berjudul “Pelayanan Berbasis Komunitas
Pada Kelompok Lanjut Usia”.Penelitian ini membahas kondisi kehidupan lansia di
wilayah RW 10 Gondolayu lor dan bekerjanya pelayanan berbasis komunitas pada
kelompok lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia masih dapat berperan
aktif dalam kehidupan sosial kemasyarakatan melalui komunitas lansiannya. Bidang
pelayanan yang dilakukan mengarah pada bidang kesehatan lansia, keagamaan dan
sosial. Selain melayani anggota komunitasnya, pelayanan berbasis komunitas yang
dilakukan juga melayani anggota masyarakat lainnya dalam batas kemampuan mereka
(Skripsi Intan, 2009).
Sivana Khamdi Syukria, dalam skripsinya berjudul “Program pemberian Gizi
Lanjut Usia Di Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta (Tinjauan
Terhadap Implementasi, Monitoring, dan evaluasi program)”. Hasil penelitian ini
-
10
menunjukkan bahwa program pemberian gizi lanjut usia di kelurahan Terban kecamatan
Gondokusuman telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada. Penambahan makanan
bergizi dananya disuport dari pemerinta kelurahan, ditambah dari dana sosial PKK serta
terdapat pula dermawan yang berpartisipasi secara tidak tetap. Kegiatan selama ini
dilakukan rutin 1 kali dalam sebulan dilangsungkan bersamaan dengan pelayanan
kesehatan dari puskesmas (Skripsi Sivana, 2010)
Penelitian di atas, penyusun berpendapat bahwa penelitian yang berjudul “Peran
Pemerintah Kelurahan di Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung dalam
Memberdayakan lansia” berbeda dengan skripsi yang telah ada.Hal yang membedakan
adalah penelitian ini lebih fokus membahas tentang peran pemerintah desa dalam
memberdayakan lansia.Selain itu, penelitian ini berbeda lokasi penelitian dan waktu dari
penelitian di atas.Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten
Temanggung, sedangkan waktunya pada bulan Juni sampai bulan Agustus.
F. KERANGKA TEORI
1. Tinjauan Program Pemerintah Kelurahan
a. Program Pemerintah Kelurahan
Munculnya Undang-Undang no 23 tahun 2014 tentang Kelurahan membuat
kebijakan tentang kelurahan dalam memberi pelayanan, peningkatan peran serta dan
pemberdayaan masyarakat Kelurahan yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
Konsep yang sering dimunculkan dalam proses pemberdayaan adalah konsep
kemandirian dimana program-program pembangunan dirancang secara sistematis
agar individu maupun masyarakat menjadi subjek dari pembangunan.
Program pemerintah kelurahan yang sangat berpengaruh terutama dalam
upaya unuk menciptakan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya
masyarakat di kelurahan, yang dilakukan melalui pengarahan kepada masyarakat
-
11
untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan penyaluran aspirasi masyarakat.
Partisipasi masyarakat, khususnya lansia diwujudkan dalam bentuk pengarahan dan
pemanfaatan daya dan dana yang ada dalam masyarakat untuk meningkatkan
kegiatan pemberdayaan lansia di daerah kelurahan, sehingga keberhasilan
kemandirian dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumber dana
keuangan dan manajemen keuangan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta
dan respon masyarakat terhadap keberdayaan lansia.
Oleh sebab itu, program pemerintah kelurahan dalam hal memeberdayakan
lansia, pembinaan kehidupan masyarakatdilakukan oleh lurah dengan menggunakan
konsep kesadaran dan kemauan dari masyarakat sendiri, khususnya lansia.
Pemerintah kelurahan memiliki peran sebagai fasilitator dalam menjalankan
program-program yang mensejahterakan lansia. Di sisi lain, pemerintah juga
menyiapkan anggaran khusus untuk program mensejahterakan lansia.
2. Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment)
a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan
kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut
kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan
klien atas (Jim, 1995: 61-64):
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup: kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal,
pekerjaan.
b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginannya.
-
12
c. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan.
d. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat.
e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal,
informal, dan kemasyarakatan.
f. Aktivitas ekonomi: kemampuan mamanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, ditribusi, dan pertukaran barang dan jasa.
g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran,
perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
b. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat yang memubutuhkan proses untuk mewujudkannya. Untuk itu
berikut proses dari pemberdayaan masyarakat (Mangatas, 2001: 12-13)
1. Getting to know the local community (mengenal masyarakat setempat)
2. Gathering knowledge about the local community (mengumpulkan
pengetahuan tentang masyarakat sepetmpat)
3. Indentifying the local leaders (mengidentifikasi para pemimpin lokal)
4. Stimulating the community to realize that it has problems (memberi
stimulasi pada masyarakat untuk menyadari bahwa mereka memiliki
masalah)
5. Helping people to discuss their problem (membantu mereka untuk
mendiskusikan masalah)
-
13
6. Helping people to identify their most pressing problems (membantu mereka
untuk mengidentifikasi masalah yang paling mendesak)
7. Fostering self-confidence (membina kepercayaan diri)
8. Deciding on a program action (memutuskan untuk pelaksanaan program)
9. Recognition of strengths and resources (pengakuan kekuatan dan sumber
daya)
10. Helping people to continue to work on solving their problems (membantu
masyarakat untuk terus memecahkan masalah)
11. Increasing people’s ability for self-help (peningkatan kemampuan
masyarakat untuk berswadaya)
Upaya pemberdayaan diarahkan pada akar persoalan yaitu
meningkatkan kemampuan masyarakat.Bagian yang tertinggal dalam
masyarakat ditingkatkan dengan mengembangkan dan mendinamisasikan
potensinya dan memberdayakannya (Alfitri: 2011: 21). Setiap individu ataupun
masyarakat memiliki kemampuan untuk melaksanakan tahap-tahap
pemberdayaan yang nantinya akan membantu mereka dalam melanjutkan
kehidupan mereka tanpa rasa ketergantungan pada pihak lain. Tanpa terkecuali
lansia, lansia juga masih memiliki daya atau kemampuan untuk memberdayakan
dirinya dan kelompoknya.
c. Pemberdayaan Partisipatif
Prinsip pemberdayaan masyarakat adalah pertisipasi dari kelompok
sasaran agar tercapai tujuan kemandirian. Pertisipasi merupakan keterlibatan
aktif dalam sebuah program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Keterlibatan tersebut sejak awal, yaitu dalam perencanaan, pelaksanaan dan
-
14
evaluasi. Pemerintah seringkali menghubungkan konsep good governance
dalam memecahkan masalah publik dengan jalan pemberdayaan masyarakat.
Governance diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara
pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalah-
masalah publik (Hetifah, 2009: 1). Di sinipemerintah memiliki peran sebagai
penyedia dan pembantu layanan yang mampu memfasilitasi masyarakat.
Dalam penerapan good governance perlu adanya partisipasi dari
masyarakat, baik dalam hal pengambilan keputusan dan penggunaan layanan
yang baik dari masyarakat. Karena pada hakekatnya berasal dari masyarakat dan
untuk masyarakat.
Maksud dari partisipasi warga dalam governance (tata kelola yang baik)
adalah keterlibatan warga dalam pembuatan keputusan mengenai penggunaan
sumber daya publik dan pemecahan masalah publik untuk pembangunan
daerahnya. Berikut langkah-langkah agar pertisipasi yang mendukung proses
menuju good governance dapat tumbuh (Hetifah, 2009: 109-110):
1. Memperkuat legal basis untuk partisipasi dan penguatan kapasitas warga.
2. Penguatan kapasitas institusi komunitas dengan mendorong kebebasan
berorganisasi yang seluas-luasnya dan mengalokasikan sumber daya untuk
penguatan institusi lokal.
3. Menyediakan dan menyebarluaskan berbagai informasi publik dalam
bentuk-bentuk dan media yang ramah pada masyarakat.
4. Melakukan proses desentralisasi fiskal ke tingkat bawah (kelurahan, RW,
RT)
-
15
5. Mengembangkan berbagai metode-metode partnership dan partisipasi
warga (konsultasi public, panel warga, komisi-komisi khusus untuk
masalah spesifik masing-masing daerah).
3. Tinjauan Lanjut Usia dan Perkembangannya
a. Pengertian Lanjut usia (lansia)
Rentan kehidupan manusia dapat dibagi menjadi sepuluh periode, yaitu
sebelum kelahiran (pra natal), baru dilahirkan, masa bayi akhir, awal masa
kanak-kanak, pubertas, remaja, awal dewasa, usia pertengahan, dan usia lanjut
(Elizabeth, 1980: 24). Manusia akan melewati fase-fase tersebut, diawali dengan
masa bayi 0 – 2 tahun dan diakhiri dengan masa usia lanjut (lansia) 60 tahun ke
atas.
Ilmu yang mempelajari tentang lansia membagi lansia menjadi dua
golongan yaitu “young old” 65-75 tahun dan “old-old” di atas 75 tahun
(Dadang, 1997: 241). Berbeda dengan batasan usia yang telah pemerintah
Indonesia tetapkan orang yang bisa dikategorikan sebagai lansia adalah yang
berusia 60 tahun ke atas.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab I Pasal 1, lanjut usia adalah seseorang
yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Undang-Undang RI,
1998: Nomor 13).Lansia merupakan tahap kehidupan di mana lebih banyak
terjadi penurunan daripada peningkatan, saat kemampuan dan kesempatan
banyak berkurang daripada bertambah (Yeniar, 2012: 6).
b. Teori Lansia
Proses menjadi tua dapat didasarkan pada teori menua berdasarkan
faktor biologis, psikologis, dan sosial (Khalid, 2012: 5-14):
-
16
1) Teori Biologis “Lansia”
Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat struktural sel
atau organ tubuh, termasuk di dalamnya adalah pengaruh agen patologis.
2) Teori Psikologis “Lansia”
a) Teori tugas perkembangan
Tugas perkembangan masa tua antara lain:
(1) Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
(2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
(3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
(4) Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
(5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
(6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
3) Teori delapan tingkat kehidupan
Tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk mencapai
keseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.
4) Teori Jung
Perkembangan personal individu melalui tahapan-tahapan: masa kanak-
kanak, masa remaja dan remaja akhir, usia pertengahan, dan usia tua.
3) Teori Sosial lansia
a) Teori stratifikasi usia
Orang yang mengalami proses menua dipandang sebagai individu
elemen sosial dan juga sebagai anggota kelompok atau group dalam
masyarakat.
-
17
b) Teori aktivitas
Seorang individu harus mampu eksis dan aktif dalam kehidupan sosial
untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan di hari tua.
c) Teori kontinuitas
Kondisi tua merupakan kondisi yang selalu terjadi dan secara
berkesinambungan yang harus dihadapi oleh orang lanjut usia.
Perubahan fisik termasuk dalam perubahan penampilan perubahan yang
berbeda pada sistem organ dalam, perubahan dalam fungsi psikologis,
perubahan pada sistem syaraf, dan perubahan penampilan (Elizabeth, 1980:
409).
c. Masalah- Masalah yang dihadapi Lansia
Permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami proses
penuaan yang disertai dengan kemunduran fungsi pada sistem tubuh
sehingga secara otomatis akan menurunkan pula keadaan psikologis dan
sosial dari puncak pertumbuhan dan perkembangan. Permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh lansia, diantaranya (Mangoenprasidjo, 2005:
34):
1. Kondisi mental
Secara psikologis, umumnya pada usia lanjut terdapat penurunan
baik secara kognitif maupun psikomotorik. Daya nalar dan daya pikir
menurun, penurunan pemahaman dalam menerima permasalahan atau
kurangnya daya tanggap atas suatu masalah serta mulai muncul kelambanan
dalam bertindak.
2. Keterasingan (loneliness)
-
18
Terjadi penurunan kemampuan pada individu dalam mendengar,
melihat, dan aktivitas lainnya sehingga merasa tersisih dari masyarakat.
Anak-anak dan cucu yang tidak menemani masa tua semakin menambah
keterasingan lansia. Lingkungan yang tidak peduli dengan lansia, tidak
adanya kegiatan dengan basis lansia akan menambah keterasingan juga.
3. Post power syndrome
Kondisi ini terjadi pada seseorang yang semula mempunyai jabatan
pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti bekerja, orang tersebut
merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Keadaan ini seringkali
tidak disadari oleh lansia, sehingga perilaku pada saat berkuasa atau
menjabat sesuatu masih terbawa seperti masih suka menyuruh, membentak,
serta masih merasa berkuasa, orang laian harus mengikuti apa yang
dikatakannya.
4. Masalah penyakit
Selain karena proses fisiologis yang menuju ke arah degeneratif, juga
banyak ditemukan gangguan pada usia lanjut, antara lain: infeksi, jantung
dan pembulu darah, penyakit metabolik, osteoporosis, kurang gizi,
penggunaan obat dan alkohol, penyakit syaraf (stroke), serta gangguan
jiwa terutama depresi dan kecemasan. Masalah penyakit ini merupakan
masalah yang paling umum ditemui dalam lansia. Oleh karena itu perhatian
utama para pemangku kepentingan dan kekuasaan memperhatikan masalah
ini sejak dahulu dalam proporsi yang lebih. Pelayanan kesehatan lansia
sudah terintegrasi dengan pelayanan ibu dan anak melalui puskesmas dan
posyandu-posyandu.
-
19
Permasalahan yang dialami lansia memberikan kesimpulan bahwa
dengan keterbatasan yang dialami maka harus diciptakan suatu
lingkungan yang dapat membantu aktivitas lansia dengan keterbatasannya.
Selain itu perlu diciptakan lingkungan yang dapat membuat hatinya bahagia
dalam menjalani hidupnya.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut
Bogdan dan Taylor bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar
atau individu tersebut secara holistik (utuh) (Lexy, 2010:11). Data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk member gambaran penyajian
laporan tersebut (Lexy, 2010:4).
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan keadaan
subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Tujuan
dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah
kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan
gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi
dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses,
-
20
serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek
penelitian(Hadari, 2001:63).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan pendekatan
deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang komprehensif,
menyeluruh atas tema penelitian yaitu bagaimana peran dan upaya pemerintah
Kelurahan Tlogorejo dalam melakukan pemberdayaan lansia.
2. Ruang Lingkup penelitian
2.1 Definisi Konsepsional
a. Program Pemerintah Kelurahan
Pemerintah kelurahan memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat. Program untuk memberdayakan lansia sangat
diperlukan, agar lansia dapat menerima manfaat dengan semestinya.
b. pemberdayaan
Pemberdayaan (empower) mengandung pengertian to give ability or
enable, yang memiliki arti sebagai upaya untuk member kemampuan atau
keberdayaan. Dalam hal ini pemerintah desa tidak hanya memberikan bantuan
terhadap lansia, namun juga memberikan cara agar lansia dapat mandiri atau
berdaya sendiri.
c. Pemberdayaan Lansia
Melihat dari definisi pemberdayaan di atas, permbadayaan lansia dapat
diartikan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok lansia
melalui berbagai kegiatan pemberian ketrampilan, pemeliharaan kesehatan bagi
para lansia, agar bias mandiri baik secara kelompok maupun individu.
-
21
2.2 Definisi Operasional
a. Anggaran untuk program-program yang memberdayakan lansia.
b. Pelaksanaan program – program pemberdayaan lansia dari pemerintah
kelurahan Tlogorejo
a) Simpan pinjam bergulir
b) Kesehatan
c) Perbaikan rumah yang tidak layak huni
c. Penyelenggaraan program pemberdayaan lansia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah ini, maka digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy, 2010:186).Jenis data yang dihasilkan dari hasil
wawancara ini adalah data primer berupa rekaman atau tulisan , data dalam
bentuk kata-kata atau urain atas tema dan jawaban dari pertanyaan peneliti.
b. Pengamatan (Observasi)
Alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah:
pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan sebagainya (Lexy, 2010:176).
Observasi bertujuan untuk melihat secara langsung apa saja yang pemerintah
desa berikan untuk masyarakat, khususnya lansia. Observasi akan dilakukan di
-
22
Kantor Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung dan aktivitas program
lansia yang berjalan di kelurahan Tlogorejo baik tingkat desa maupun tingkat
RW.
c. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui dokumen-
dokumen tertulis seperti arsip-arsip tentang peran Pemerintah
kelurahanTlogorejo tentang pemberdayaan lansia melalui foto-foto yang
bertujuan untuk melengkapi data. Tujuan peneliti menggunakan studi
dokumentasi, yaitu untuk memperkaya data yang diperlukan, serta untuk
mendukung secara visual data hasil wawancara yang didapatkan dilapangan.
4. Subyek penelitian
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara kepada 11 responen,
yaitu:
a. Lurah Tlogorejo (satu orang)
b. Ketua pokja 1 Kelurahan Tlogorejo(satuorang)
c. Bidan Desa (satu orang)
d. kader lansia RW 2 (satu orang)
e. kader RW 4 (satu orang)
f. kader RW 5 (satu orang)
g. responden dari masyarakat lansia (5 orang)
5. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan di Kantor Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung
dan aktivitas program lansia yang berjalan di Kelurahan Tlogorejo baik tingkat
Kelurahan maupun tingkat RW.
-
23
6. Keabsahan Data
Data yang didapat dari lapangan dalam penelitian kualitatif sifatnya sangat
subyektif. Maka data sebelum diolah atau dimaknai, maka data harus valid atau
absah.Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif dikenal dengan adanya teknik
pengujian kebsahan data.Teknik yang digunakan adalah triangulasi.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data
dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sebagai
sumber data (Sugiyono, 2010:320).
Untuk menguji keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai
dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data tersebut (Lexy, 2010:330).
Triangulasi Teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk
memastikan data man yang dianggap benar.Atau mungkin semuanya benar, karena
sudut pandangnya berbeda.
-
24
Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
dengan sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat
balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif (Lexy, 2010:330).Hal ini dapat peneliti capai
dengan jalan sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membendingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apayang
dikatakannya secara pribadi.
c. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan lebih
tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif, dimana peneliti
menggambarkan keadaan dan fenomena yang diperoleh kemudian menganalisisnya
dengan bentuk-bentuk kata untuk memperoleh kesimpulan. Alur analisis data yang
digunakan mengikuti analisis interaktif
a. Reduksi Data
Setelah pengumpulan data langkah yang selanjutnya mereduksi data.
Reduksi data yaitu proses seleksi, pemusatan perhatian, penyederhanaan,
pengabstrakan dan tranformasi data-data yang didapat dari catatan dilapangan
(Miles, 2009:16). Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerderhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dari lapangan. Dalam hal ini penulis di tuntut untuk dapat memperoleh
data dengan cara penyederhanaan dan pemusatan penelitian yang sesuai dengan
-
25
tujuan dan fokus penelitian yang terlebih dahulu di tetapkan. Setelah peneliti
memperoleh data yang diperlukan yang sesuai dengan focus penelitian maka
peneliti mengolah data kasar tersebut dan menggambarkan apa yang diperoleh
dari lapangan.
Reduksi data dalam penelitian ini merupakan proses pemilahan,
pemusatan perhatian dan penyederhanaan data yang telah dikumpulkan.
Kemudian dilanjutkan dengan pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan di lapangan. Mencari hubungan-hubungan yang ada
dalam data dan mencari penjelasan-penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Proses ini bukan proses sekali jadi, namun akan terus berulang
selama proses penelitian kualitatif berlangsung. Proses ini bermaksud
menajamkan dan mengarahkan data sehingga memudahkan dalam penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
b. Penyajian Data
Setelah proses reduksi data, selanjutnya dilakukan proses penyajian data.
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun sehingga memberikan
kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles,
2009:17). Penyajian informasi untuk memberikan kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Tahapan ini peneliti
diharuskan untuk dapat memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang
diperoleh berdasarkan fokus dan tujuan penelitian dari lapangan, dengan adanya
data yang di sajikan oleh peneliti maka diharapkan dari data tersebut dapat
dilakukan penarikan kesimpulan dan dari kesimpulan tersebut peneliti dapat
merumuskan tindakan-tindakan selanjutnya untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi.
-
26
Proses ini berupa penyajian data-data hasil penelitian yang telah melalui
reduksi data. Dengan mencermati penyajian data ini peneliti lebih mudah
memahami apa saja yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan data
tersebut. Dalam penyajian data juga dilakukan pemaknaan terhadap data serta
interpretasi sesuai kenyataan yang terjadi di lapangan serta sesuai dengan teori
yang dipakai sebagai dasar penelitian.
c. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara melihat dan
mempertanyakan kembali sambil melihat catatan lapangan agar memperoleh
pemahaman yang lebih tepat. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan
penyajian data yang diperoleh dari lapangan dan pemahaman peneliti mengenai
suatu peristiwa dari lapangan. Dari pemahaman dan data tersebut maka peneliti
dapat melakukan penarikan kesimpulan dalam bentuk cerita yang terstruktur dan
sistematis. Penarikan kesimpulan merupakan proses akhir dari analisis data.
Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan akan mengacu pada hasil penelitian
yang ada dikaitkan dengan teori yang dipakai dalam penelitian ini. Kesimpulan
ini merupakan hasil penelitian yang nantinya menjadi bagian penting dari
intisari atau abstrak penelitian.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Bab I adalah pendahuluan, penegasan judul, latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
-
27
Bab II berisi gambaran umum Kelurahan Tlogorejo, yaitu letak geografis,
keadaan demografis, sejarah, struktur organisasi, dan program-program yang dapat
memberdayakan lansia.
Bab III yang merupakan analisis data dan pembahasan mengenai anggaran untuk
program-program yang memberdayakan lansia, pelaksanaan program pemberdayaan
pemberdayaan lansia dari pemerintah Kelurahan Tlogorejo, Kabupaten Temanggung.
Penyelanggaraan program pemberdayaan lansia. Kelebihan dan kelemahan program
pemerintah dalam memberdayakan lansia di Kelurahan Tlogorejo.
Bab IV berisi Penutup, yaitu kesimpulan dan saran-saran yang dapat diberikan
pada pemerintah desa Tlogorejo dan diakhiri dengan kata penutup.
-
28
BAB II
DISKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Diskripsi Kelurahan Tlogorejo
Kelurahan Tlogorejo merupakan salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan
Temanggung, Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kecamatan
Temanggung yang merupakan salah satu dari 20 kecamatan di Kabupaten
Temanggung berbatasan dengan sebelah Barat dengan Kecamatan Bulu, dan
Tlogomulyo, sebelah Utara dengan Kecamatan Kedu dan Kandangan, sebelah Timur
Kecamatan Kaloran dan Kranggan dan Sebelah Selatan dengan Kecamatan Tembarak.
Sedangkan desa Tlogorejo sendiri berbatasan dengan sebelah Barat dengan Desa
Joho, sebelah Utara dengan Desa Salamsari, sebelah Timur dengan kelurahan
Kebonsari, sebelah Selatan Kelurahan Jurang.
Kecamatan Temanggung dalam pembagian administrasinya terbagi menjadi
19 kelurahan, 6 desa, 135 Dusun, 136 RW dan 590 RT. Jumlah Lurah dan Kepala
Desa ada 25 orang, jumlah perangkat kelurahan dan desa 198 orang. Di tingkat
kecamatan jumlah pegawai di Kecamatan Temanggung berjumlah pegawai dengan
rincian 15 pegawai laki – laki dan 12 perempuan.
Kelurahan Tlogorejo sendiri merupakan salah satu dari 25 kelurahan yang ada di
Kecamatan Temanggung yang terletak di ketinggian 600 m dari permukaan laut dan
berjarak 4 km dari ibu kota kecamatan Temanggung dan 3 km dari ibu kota
Kabupaten. Dengan luas lahan sawah 191 ha dan lahan bukan sawah 75 ha. Dari
Lahan bukan sawah dipergunakan untuk Bangunan atau pekarangan, Ladang atau
tegal atau huma, dan lahan lainnya.
-
29
Sumber: http://www.temanggungkab.go.id/profil.php?mnid=175
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kelurahan Tlogorejo
Kelurahan Tlogorejo terdapat 5 dusun yang terdiri dari 5 Rukun warga (RW)
dan 22 Rukun tetangga (RT). Berdasarkan data kecamatan Temanggung, pada tahun
2018 terdapat 873 kepala keluarga, jumlah penduduk 3.236 jiwa terdiri dari 1.601
jiwa Laki-laki dan 1.635 jiwa Perempuan. (data rekapitulasi jumlah penduduk tahun
2018).
Jumlah pegawai kelurahan menurut struktur organisasi Kelurahan Tlogorejo ada
5 orang pegawai. Terdiri dari 1 Lurah, 1 Sekretaris Kelurahan, 3 staf. Berikut bagan
organisasinya:
Gambar 2.2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Kelurahan Tlogorejo, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung
Lurah
Muhammad Asyiq
Staf
Isticharoh
Staf
Agus Puji rahayu
Staff
RoKhimah
Sekretaris Keluraahan
Sochyar Widyartono
-
30
Pekerjaan penduduk kelurahan Tlogorejo untuk usia 20 tahun ke atas rata-rata
bermata pencaharian Pertanian sawah dan Polowijo, Budidaya Ikan, peternak,
Pertambangan/Penggalian, Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi dan jasa-jasa
serta lain-lain. Tanaman pangan yang dikembangkan di Kelurahan Tlogorejo antara
lain padi, jagung. Tanaman sayuran yang dikembangkan adalah cabe. Jenis-jenis
buah-buahan adalah rambutan, kelengkeng. Tanaman perkebunan yang berkembang
yaitu tembakau, dan kelapa. Ternak yang dikembangkan di kelurahan tersebut berupa
sapi, kerbau, kambing/domba, ayam buras, ayam ras, itik. Dalam bidang bisnis,
terdapat 15 unit usaha industri kecil dan 29 unit usaha industri Rumah tangga.
Untuk sumber air minum berasal dari PAM, Sumur, Mata Air, Air Sungai dan
Air Hujan yang berada di kelurahan Tlogorejo. Penerangan atau akses listrik sudah
hampir 100%, karena penerangan sebagian besar menggunakan PLN, yaitu ada 1.020
pelanggan PLN. Sarana dan prasarana jalan, jembatan, talud dan saluran drainase
secara umum masih dirasakan kurang.
Bidang pendidikan ditunjukkan dengan adanya sarana pendidikan, yaitu
terdapat 1 unit TK, 2 unit SD, 1 unit SMP. Namun pada kenyataannya untuk SMP,
masyarakat kelurahan Tlogorejo banyak yang mengakses sekolah di lingkup
kecamatan dan Kabupaten. Hal ini dilakukan atas pertimbangan kualitas sekolah,
keinginan anak serta pertimbangan teknis yang lain. Bidang pendidikan juga dapat
dilihat dari penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya. Banyaknya penduduk di
atas 5 tahun yang menempuh Perguruan Tunggi atau Universitas 231 orang,SLTA
atau sederajat 567 orang,SLTP atau sederajat 429 orang,SD atau sederajat 869 orang,
tidak bersekolah atau belum bersekolah 604 orang. Secara sederhana jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
-
31
Tabel 2.1.
Penduduk Kelurahan Tlogorejo Berdasarkan Tingkat Pendidikannya
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak sekolah 604 22,37
SD/ Sederajat 869 32,18
SLTP / Sederajat 429 15,89
SLTA/ Sederajat 567 21
Perguruan Tinggi 231 8,55
Total 2700 100,00
Sumber: Profil Kelurahan Tlogorejo, 2018.
Berdasarkan Tabel 2.1. di atas, dapat diketahui pendidikan terbesar pada
masyarakat kelurahan Tlogorejo adalah yang menempuh pendidikan pada tingkat SD
atau sederajat yaitu 869 orang (32,18%) sedangkan paling kecil yaitu masyarakat
yang menempuh Perguruan Tinggi yaitu 231 orang atau 8,55%.
Bidang Kesehatan terdapat Prasarana kesehatanyaitu5 unit Posyandu dan 1 unit
Polides. Kegiatan kesehatan yang dilaksanakan di kelurahan Tlogorejo juga didukung
Puskesmas yang ada pada lingkup kecamatan serta ada RSUD dan dokter praktek
yang letaknya tidak jauh dari kelurahan.
B. Diskripsi Pemberdayaan Lansia di Kelurahan Tlogorejo
1. Kondisi Pemberdayaan Lansia di Kelurahan Tlogorejo
Pemberdayaan lansia secara umum yang ada di Indonesia dan yang akhir-akhir ini
sedang ditingkatkan diberbagai tingkatan dari nasional sampai tingkat dusun atau RW
tidak lepas dari amanat dari Undang.Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Dalam rangka mengupayakan memelihara,
-
32
mempertahankan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya tersebut dilaksanakan antara
lain melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia yang bertujuan
mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan para lanjut usia. Pemberdayaan lanjut usia
dimaksudkan agar lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan
aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara. Hal tersebut
ditujukan pada lanjut usia potensial dan usia lanjut usia tidak potensial melalui upaya
peningkatan kesejahteraan sosial.
Pemerintahan daerah pada tingkat kelurahan mempunyai tanggungjawab untuk
melaksanakan program pemberdayaan lansia. Selain sebagai bagian pemerintahan terkecil,
juga yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Program tersebut selanjutnya
disalurkan melalui pola RW, dimana setiap RW merupakan satuan unit teknis yang
melaksanakan program pemberdayaan lansia dalam koordinasi pemerintahan kelurahan.
Hal ini juga terjadi di Kelurahan Tlogorejo Kecamatan Temanggung Kabupaten
Temanggung.
Pelaksanaan program pemberdayaan lansia di Kelurahan Tlogorejo sendiri dimulai
bulan April tahun 2009. Kegiatan ini berkembang dari pelaksanaan Posyandu yang ada
dimasing-masing RW. Awalnya Posyandu dengan sasaran balita dan ibu-ibu, kemudian
juga berkembang untuk lansia juga. Kepengurusan pada tingkat pelaksanaan tidak lagi
dilakukan oleh pegawai kelurahan, namun diserahkan kepada masyarakat, pengurus
Posyandu, Pengurus PKK atau kader atau para lansia yang ingin berpartisipasi.
Program lansia di Kelurahan Tlogorejo dapat berkembang dan potensial
dikembangkan diantaranya banyaknya jumlah lansia di kelurahan ini. Data akhir desember
2018 menunjukkan paling tidak ada 492 lansia, yang terdiri 217 laki-laki dan 275
perempuan yang mengikuti atau terdaftar pada program pemberdayaan lansia baik yang
-
33
potensial maupun yang tidak potensial. Berdsarkan umur jumlah lansia di kelurahan
Tlogorejo yang terdaftar adalah sebagai berikut:
Tabel. 2.2. Jumlah Lansia Berdasarkan Umur di Kelurahan Tlogorejo
Usia lansia Jumlah Prosentase (%)
60 tahun – 64 tahun 171 34,75
65 tahun – 69 tahun 133 27,03
70 tahun – 74 tahun 73 14,83
Lebih dari 75 tahun 115 23,37
Total 492 100,00
Sumber: Data Kelurahan Tlogorejo, diolah tahun 2018
Berdasarkan tabel di atas, dapat di ketahui bahwa jumlah lansia berdasrkan umur
paling banyak ada pada kelompok umur antar 60 tahun – 64 tahun yaitu 34,75%,
sedangkan jumlah terkecil adalah yang berumur antara 70 tahun- 74 tahun yaitu ada 73
orang atau14,83%. Melihat konstruksi umur lansia yang demikian, yaitu hampir separuh
masih berada pada usia 60 tahun sampai 64 tahun, maka dimungkinkan bahwa mereka
masih dalam usia potensial. Secara pendidikan, peta lansia berdasarkan pendidikan dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel. 2.2. Jumlah Lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikannya di Kelurahan Tlogorejo
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak bersekolah 97 19,71
SD 101 20,52
SMP 190 38,61
SMA 98 19,91
Perguruan Tinggi 6 1,21
Total 492 100,00
Sumber: Data Kelurahan Tlogorejo, diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas, dapat di ketahui bahwa jumlah lansia berdasarkan tingkat
pendidikan paling banyak ada pada pendidikan SMP yaitu ada 190 orang atau 38,61%,
-
64
DAFTAR PUSTAKA
Setiono,Mangoenprasodjo. 2005.Mengisi Hari Tua dengan Bahagia.Pradipta Publishing. Jakarta.
Alfitri. 2011. Community Development. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Dye,Thomas R. 1992. Understanding Public Policy. Prince Hall, Englewood Cliiffs. New Jersey : United State of America.
Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. Edisi 3. Kedokteran EGC. Jakarta.
Hawari, Dadang. 1997. Al-qur’an Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. PT Dana Bhakti
Prima Yasa. Yogyakarta.
Hurlock, Elizabeth B. 1995. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga. Jakarta.
Ife, Jim, Community Development ; Creating Community Alternatives, Vision, Analysis and Practice.1995. Longman, Australia.
Indriana, Yeniar.2012. Gerontologi dan Progeria. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Koentjaraningrat.1994.Kebudayaan Jawa. Balai pustaka. Jakarta.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut usia. Salemba Medika. Jakarta. Matthew B. Hubberman dan Hubberman. 2009. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta.
Moleong, Lexy J.2010. Metodologi Penelitian Kuliatatif. Remaja Rosdakarya Offset, Cet.27. Bandung.
Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Geriatrik Merawat Lansia dengan Cinta dan
Kasih Sayang. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Nawawi, hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. UGM Press. Yogyakarta. Sikoki, Bondan. 2012. Dalam Memanusiakan Lanjut Usia Penuaan penduduk dan
Pembangunan di Indonsia, ed Roem Topatimasang. Survey metter. Yogyakarta. Soekanto,Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta.
-
65
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Lembaga Studi
Pembangunan STKS. Bandung.
Sumartono, Hetifah SJ. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Tampubolon,Mangatas. Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan Otonomi Daerah. Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Online. Depdiknas, Volume 32. November. Jakarta.
Skripsi
Dyah Rosina Yuniarti, Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia Dalam Menghadapi Naiknya Angka Harapan Hidup (Studi Tentang Upaya Pembinaan Kesejahteraan Lansia Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Oleh Tim PKK RW 17 Di Wilayah RW 17 Perumnas Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Selam, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurusan Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial UGM Yogyakarta, 2001. Tidak Diterbitkan.
Intan Kurnia Sari, Pelayanan Berbasis Komunitas Pada kelompok lanjut Usia. Skripsi. Jurusan Ilmu Sosiatri Fakultas Ilmu Sosial UGM Yogyakarta, 2009. Tidak Diterbitkan.
Sivana Khamdi Syukria, Program pemberian Gizi Lanjut Usia Di Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta (Tinjauan Terhadap Implementasi, Monitoring, dan evaluasi program). Skripsi. Jurusan PMI. Fakultas Dakwah. UIN Yogyakarta. 2010. Tidak Diterbitkan.
Akses Internet
http://abelpetrus.wordpress.com/geography/permasalahan-penduduk/, diakses 17/01/2014 19.05 WIB
http://internasional.kompas.com/read/2013/06/15/10091516/Pertumbuhan.Penduduk.Dunia.L
ampaui.Prediksi/.
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/penduduk/item67
http://www.kompasiana.com/casmudi/menggagas-revolusi-mental-demi-pembangunan-keluarga-yang-berketahanan-dan-sejahtera_55c361757993736a0aa7f287 ,
http://www.suarapembaruan.com/home/tiap-desa-dapat-dana-rp-14-miliar/47384,
-
66
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2005 Undang-Undang No 23 tahun 2014 tentang Kelurahan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia.