program studi pendidikan matematika fakultas … filefakultas keguruan dan ilmu pendidikan...
TRANSCRIPT
70
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED HEADS
TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI
KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009)
Skripsi
Disusun oleh:
FITRIA SARI KUSUMASTUTI
K 1304026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
ii
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED HEADS
TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI
KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA
(Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 BanyudonoTahun Ajaran 2008/2009)
Oleh:
FITRIA SARI KUSUMASTUTI
K 1304026
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Penegtahuan Alam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk
dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Penegtahuan Alam Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Budi Usodo, M.Pd
NIP. 19680517 199303 1 002
Pembimbing II
Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd
NIP. 19721024 199802 2 001
Surakarta, Juli 2010
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan
diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 2 Agustus 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua : Sutopo S.Pd, M.Pd ( )
Sekretaris : Henny Ekana Ch. S.Si, M.Pd ( )
Anggota I : Drs. Budi Usodo, M.Pd ( )
Anggota II :Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd ( )
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Fitria Sari Kusumastuti, EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL “NUMBERED
HEADS TOGETHER” PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU
DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA (Penelitian
Dilakukan di SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah penggunaan
model pembelajaran matematika dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Aritmetika
Sosial. (2) Untuk mengetahui apakah siswa dengan kreativitas belajar matematika
tinggi memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan
kreativitas belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah pada
materi Aritmetika Sosial. (3) Untuk mengetahui manakah diantara model
pembelajaran matematika dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” dan model pembelajaran konvensional yang dapat menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik pada materi Aritmetika Sosial jika
ditinjau dari kreativitas belajar matematika tinggi, kreativitas belajar matematika
sedang dan kreativitas belajar matematika rendah.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyudono tahun ajaran
2008/2009, yang terdiri dari 6 kelas dengan banyaknya siswa 240. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas dengan banyaknya siswa kedua
kelas tersebut adalah 80 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster
random sampling. Uji coba instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teras.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yang
berupa data nilai matematika pada Ujian Tengah Semester I Kelas VII tahun
pelajaran 2008/2009. Metode angket untuk data kreativitas belajar siswa dan
vi
metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa pada materi Aritmetika
Sosial. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model
pembelajaran matematika dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada materi Aritmetika
Sosial (Fa = 4,875 > 3,972 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%). (2) Tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas belajar matematika
tinggi, kreativitas belajar matematika sedang dan kreativitas belajar matematika
rendah pada materi Aritmetika Sosial (Fb = 0,060 < 3,122 = Ftabel pada taraf
signifikansi 5%). (3) Model pembelajaran matematika dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” lebih baik daripada model pembelajaran
konvensional pada setiap kategori kreativitas belajar matematika siswa (Fab =
0,037< 3,122 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%).
vii
ABSTRACT
Fitria Sari Kusumastuti, EKSPERIMENTATION OF COOPERATIVE
LEARNING MODEL WITH "NUMBERED HEADS TOGETHER"
STRUCTURAL APPROACH TO THE MATHEMATICS LEARNING VIEWED
FROM STUDENT'S MATHEMATICS LEARNING CREATIVITY (The
Research was conducted in 1st Government's Junior High School in Banyudono at
Year 2008/2009). Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty,
Sebelas Maret University, 2010.
This research aims are: (1) to know whether the usage of mathematics
learning model with “Numbered Heads Together” structural approach gives better
mathematics learning achievement than the usage of conventional learning model
in social arithmetic matery. (2) To know whether students with high mathematics
learning creativity gain better mathematics learning achievement than students
with medium and low mathematics learning creativity, and also whether students
with medium mathematics learning creativity gain better mathematics learning
achievement than students with low mathematics learning creativity in social
arithmetic matery. (3) To know wich one gives better mathematics learning
achievement between mathematics learning model with “Numbered Heads
Together” structural approach and conventional learning model especially in
social arithmetic matery viewed from high, medium and low mathematics learning
creativity.
This research used quasi eksperimental method. The population of this
research was all the first years students of 1st Government's Junior High School in
Banyudono wich consist of 6 clases with 240 students. The sample used in this
research was from 2 clases with 80 students. It was taken by cluster randon
sampling. While the try out of instrument was carried out in 1st Government's
Junior High School in Teras. The collecting data technique was document
technique to know value data of Mathematics Mid Semester 1 Test (UTS) at year
2008/2009. The questionnaire instrument was to know the student's mathematics
learning achievement in social arithmetic matery. Data analysis technique used
two ways variance analysis with different cell.
viii
The result of this research are: (1) The usage of of mathematics learning
model with “Numbered Heads Together” structural approach gives better
mathematics learning achievement than the usage of conventional learning model
in social arithmetic matery (Fa = 4,875 > 3,972 = Ftabel in 5% significant level).
(2) There is no difference mathematics learning achievement among students with
high mathematics learning creativity, medium mathematics learning creativity and
low mathematics learning creativity in social arithmetic matery (Fb = 0,060 <
3,122 = Ftabel in 5% significant level). (3) Mathematics learning model with
“Numbered Heads Together” structural approach is better than conventional
learning model on each category of mathematics learning creativity (Fab = 0,037 <
3,122 = Ftabel in 5% significant level ).
ix
MOTTO
”Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
(Qs. Al Insyirah: 6-8)
x
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun dengan penuh kesungguhan
dan ketulusan hati ini, Kupersembahkan kepada:
Almarhum Ayah yang senantiasa menjadi
panutan dalam setiap langkahku.
Ibuku yang telah memberikan dorongan dan
motivasi baik materiil dan spirituil.
Mbak Ita dan Mas Arsyad yang telah
mencurahkan kasih sayangnya.
Dek Vera, dek Ayu dan dek Bintang yang selalu
memberikan dukungan dan motivasinya.
Mahasiswa P. Math „04 atas kebersamaan yang
indah.
UNS yang selalu kubanggakan.
xi
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah untuk diucapkan selain ungkapan rasa
syukur kepada Allah SWT yang mengatur setiap desah nafas setiap makhluk di
bumi ini. Betapa tidak, atas limpahan nikmat dan kemurahan-Nya skripsi yang
berjudul “ Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan
Struktural “Numbered Heads Together” pada Pembelajaran Matematika Ditinjau
dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa (Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1
Banyudono Tahun Ajaran 2008/2009)” dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bimbingan, saran, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang
sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini . Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada segenap pihak antara lain:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang
telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah
memberikan ijin menyusun skripsi
4. Henny Ekana Chrisnawati, S.Si. M.Pd sebagai Koordinator Skripsi P.
Matematika FKIP UNS yang telah memberikan kemudahan dalam pengajuan
ijin menyusun skripsi ini
5. Drs. Budi Usodo, M.Pd sebagai Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan dan saran yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
6. Yemi Kuswardi S.Si, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan dan saran yang sangat membantu dalam
penulisan skripsi ini.
7. Drs. Samsudin, M.Pd, Kepala SMP Negeri 1 Banyudono yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
xii
8. Drs. Chris Bekti Sarasto Kepala SMP Negeri 1 Teras yang telah memberikan
ijin untuk melaksanakan uji coba instrumen penelitian /try out.
9. Drs. Paiman Guru bidang studi matematika SMP Negeri 1 Banyudono yang
telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan, dan tularan ilmu
selama melakukan penelitian .
10. Agung Kuncoro Budi, S.Pd Guru bidang studi Matematika SMP Negeri 1
Teras yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan
try out.
11. Ayah dan ibuku yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan
dukungan yang tak ternominalkan.
12. Kakak dan adik-adikku terima kasih untuk pengertian, dorongan, kasih
sayang dan motivasinya.
13. Om Noto dan Bulik Yayuk yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
14. Yani Tri Purwanti yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
15. Maya Rahayu tempatku berbagi dan bertukar pikiran.
16. Rika, Puji dan Muslimah atas kasih sayang dan kebersamaannya.
17. Teman-teman dan ade-ade Kos Intan tempat persinggahan dalam suka dan
duka.
18. Teman-teman mahasiswa P. Math ’04 atas kebersamaan dalam setiap langkah
menapaki luasnya ilmu matematika.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu.
Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
memberikan kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai
tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... x
KATA PENGANTAR .................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pemilihan Masalah ................................................................. 6
D. Pembatasan Masalah .............................................................. 7
E. Perumusan Masalah ............................................................... 8
F. Tujuan Penelitian ................................................................... 8
G. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10
1. Prestasi Belajar Matematika ............................................ 10
a. Pengertian Belajar .................................................... 10
b. Pengertian Prestasi Belajar ..................................... 10
c. Pengertian Matematika ............................................ 11
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika…………... 12
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi………. 12
xiv
2. Model Pembelajaran ....................................................... 13
a. Pengertian Model Pembelajaran …………………. 13
b. Model Pembelajaran Konvensional...... ................... 14
c. Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan
Struktural ................................................................. 15
3. Kreativitas Belajar Siswa................................................. 17
a. Pengertian Kreativitas................................................ 17
b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif....................... 18
c. Pengertian Kreativitas Belajar Siswa.......................... 19
4. Tinjauan Tentang Materi Aritmetika Sosial..................... 19
B. Kerangka Berpikir…………………………………………... 22
C. Perumusan Hipotesis………………………………………… 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….. 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….. 26
1. Tempat Penelitian……………………………………….. 26
2. Waktu Penelitian………………………………………… 26
B. Metode Penelitian……………………………………………. 27
1. Pendekatan Penelitian........................................................ 27
2. Rancangan Penelitian......................................................... 28
C. Populasi dan Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel............ 29
1. Populasi............................................................................... 29
2. Sampel................................................................................. 29
3. Teknik Pengambilan Sampel............................................... 29
D. Teknik Pengambilan Data ......................................................... 30
1. Variabel Penelitian.............................................................. 30
a. Variabel Bebas.............................................................. 30
b. Variabel Terikat............................................................ 31
2. Metode Pengambilan Data................................................. 31
1. Metode Dokumentasi.................................................. 31
2. Metode Tes.................................................................. 32
3. Metode Angket............................................................ 32
xv
3. Instrumen Penelitian........................................................... 33
a. Perencanaan.................................................................. 33
b. Penulisan Butir Soal..................................................... 34
c. Penyuntingan................................................................ 34
d. Uji Coba....................................................................... 35
E. Teknik Analisis Data................................................................ 41
1. Uji Keseimbangan............................................................. 41
2. Uji Prasyarat Analisis....................................................... 42
a. Uji Normalitas……………………………………... 42
b. Uji Homogenitas…………………………………... 43
3. Uji Hipotesis……………………………………………. 44
4. Uji Komparasi Ganda…………………………………… 50
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………. 53
A. Deskripsi Data………………………………………………… 53
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen........................................... 53
a. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar
Matematika Siswa....................................................... 53
b. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar............................. 54
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika Siswa.................... 56
3. Data Skor Kreativitas Belajar Matematika Siswa............... 56
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data…………………………. 57
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen………………………. 57
2. Pengujian Analisis………………………………………... 58
a. Uji Normalitas………………………………………... 58
b. Uji Homogenitas……………………………………... 59
C. Pengujian Hipotesis…………………………………………... 59
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama............ 59
2. Uji Komparasi Ganda……………………………………. 60
D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………………... 61
1. Hipotesis Pertama………………………………………... 61
2. Hipotesis Kedua…………………………………………. 62
xvi
3. Hipotesis Ketiga…………………………………………. 63
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN................................. 65
A. Kesimpulan .............................................................................. 65
B. Implikasi ................................................................................... 65
C. Saran.......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 69
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ……………………..……………………….. 28
Tabel 3.2 Notasi dan Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel Tak Sama ............ 46
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ................................................................. 46
Tabel 3.4 Rangkuman Anava Dua Jalan Sel Tak Sama...................................... 48
Tabel 3.5 Hipotesis untuk Komparasi Rataan Antar Kolom................................. 51
Tabel 3.6 Hipotesis Komparasi Rataan Antar Sel pada Kolom yang Sama........ 51
Tabel 3.7 Hipotesis Komparasi Rataan Antar Sel pada Baris yang Sama......... 52
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Instrumen ................................................. 55
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi
Aritmetika Sosial Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..................... 56
Tabel 4.3 Penentuan Kategori Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa ... 56
Tabel 4.4 Sebaran Kategori Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa ...... 57
Tabel 4.5 Rataan dan Variansi Nilai UTS Semester I.......................................... 57
Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas ......................... 57
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Normalitas ............................................................. 58
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Homogenitas .......................................................... 59
Tabel 4.9 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ........ 60
Tabel 4.10 Rerata Skor Prestasi Belajar Matematika ......................................... 60
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pembelajaran.................................................................. 71
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa...................................................................... 93
Lampiran 3 Kuis............................................................................................... 110
Lampiran 4 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika................................... 114
Lampiran 5 Soal Tes Prestasi Belajar………………………………………...116
Lampiran 6 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar…………………………..124
Lampiran 7 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar Matematika………………...136
Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika………………137
Lampiran 9 Angket Kreativitas Belajar Matematika....................................... 139
Lampiran 10 Lembar Jawab Angket ………………………………………… 148
Lampiran 11a Lembar Validitas Isi Angket Kreativitas Belajar Matematika
oleh validator 1………………………………………………... 149
Lampiran 11b Lembar Validitas Isi Angket Kreativitas Belajar Matematika
oleh validator 2……………………………………………….. 150
Lampiran 12a Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika
oleh validator 1……………………………………………….. 151
Lampiran 12b Lembar Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika
oleh validator 2……………………………………………….. 153
Lampiran 13 Uji Konsistensi Internal Tes Prestasi Belajar Matematika........ 155
Lampiran 14 Uji Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran Tes Prestasi
Belajar Matematika.................................................................... 159
Lampiran 15 Uji Konsistensi Internal Angket
Kreativitas Belajar Matematika................................................ 163
Lampiran 16 Uji Reliabilitas Angket Kreativitas belajar Matematika.......... 167
Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika.............................. 171
Lampiran 18 Soal Tes Prestasi Belajar.......................................................... 173
Lampiran 19 Pembahasan Soal Tes Prestasi Belajar .................................... 179
Lampiran 20 Lembar Jawab Tes Prestasi Belajar........................................... 188
Lampiran 21 Kisi-Kisi Angket Kreativitas Belajar Matematika................... 189
xix
Lampiran 22 Angket Kreativitas Belajar Matematika................................... 191
Lampiran 23 Lembar Jawab Angket Kreativitas Belajar Matematika............ 198
Lampiran 24 Nilai Ujian Tengah Semester I tahun 2008/2009 ..................... 199
Lampiran 25 Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
(Sebelum Penelitian)................................................................... 201
Lampiran 26 Uji Normalitas Kelompok Kontrol
(Sebelum Penelitian)................................................................... 203
Lampiran 27 Uji Keseimbangan Kelompok Kontrol dan Eksperimen .......... 205
Lampiran 28 Data Induk Penelitian ............................................................... 207
Lampiran 29 Tabel Tata Letak Data Anava Dua Jalan
Dengan Sel tak Sama .............................................................. 209
Lampiran 30 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas Eksperimen...................................................................... 211
Lampiran 31 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas Kontrol............................................................................. 213
Lampiran 32 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Ditinjau dari Model Pembelajaran............................................. 215
Lampiran 33 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok Kreativitas Belajar Tinggi....................................... 218
Lampiran 34 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok Kreativitas Belajar Sedang....................................... 220
Lampiran 35 Uji Normalitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelompok Kreativitas Belajar Rendah....................................... 223
Lampiran 36 Uji Homogenitas Prestasi Belajar Matematika Siswa
Ditinjau dari Kreativitas Belajar................................................ 225
Lampiran 37 Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama .................. 228
Lampiran 38 Surat Perijinan .......................................................................... 232
Lampiran 39 Tabel-Tabel Statistik................................................................. 239
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat dilahirkan manusia telah dilengkapi oleh aspek-aspek yang
berkaitan dengan jasmani maupun rohaninya. Namun pada saat itu aspek-aspek
yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani tersebut masih bersifat potensial.
Untuk mengubah hal-hal yang masih bersifat potensial tersebut agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya maka diperlukan suatu bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari pihak-pihak yang bertanggung jawab. Dengan kata lain, setiap
manusia yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan memerlukan
suatu pendidikan.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mempunyai andil yang besar dalam mencetak generasi-generasi yang
berpengetahuan dan berkompetensi yang nantinya akan menjadi aset dalam
pembangunan. Pendidikan mempunyai tujuan yang terarah pada peningkatan
kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai pengembangan
peserta didik yang berpegang pada norma di masyarakat. Proses pendidikan dapat
berlangsung di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru sebagai
pendidik di sekolah mempunyai tugas memberi bimbingan yang diarahkan pada
perkembangan dan kecerdasan daya intelektual peserta didik yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam pendidikan sekolah, setiap peserta didik atau siswa mempunyai
kewajiban untuk mengikuti pembelajaran yang ada di sekolah. Salah satunya
adalah pembelajaran matematika. Namun sampai saat ini matematika masih
menjadi masalah bagi sebagian siswa karena mereka menganggap bahwa
matematika sebagai mata pelajaran yang membingungkan dan sulit dipelajari.
Tidak jarang siswa yang pada mulanya menyukai matematika, beberapa waktu
kemudian menjadi acuh tak acuh dalam proses belajar mengajar. Akhirnya siswa
hanya menghafal materi pelajaran matematika untuk memenuhi syarat ujian saja.
Akibatnya sering terjadi kekeliruan dalam pemahaman konsep dan berdampak
1
2
terhadap rendahnya prestasi belajar matematika. Mungkin salah satu
penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak sesuai.
Model pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat akan
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Model pembelajaran
yang baik adalah model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, dan sarana yang
tersedia. Suatu model pembelajaran mempunyai spesifikasi tersendiri artinya
suatu model pembelajaran yang cocok untuk suatu materi tertentu belum tentu
cocok jika diterapkan pada materi yang lainnya. Apabila seorang guru dalam
pemilihan model pembelajaran kurang tepat dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Hal ini dikarenakan prestasi belajar siswa tidak lepas dari bagaimana siswa
mengalami proses belajar.
Model pembelajaran yang masih banyak digunakan adalah model
pembelajaran konvensional dengan ciri pembelajaran yang sangat teoritik dan
mekanistik (I Gusti Putu Sudiarta: 2005). Dalam model pembelajaran
konvensional, guru dianggap sebagai sumber ilmu, guru secara aktif
menyampaikan materi dan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya.
Sedangkan siswa cukup memperhatikan, mendengar dan mencatat materi yang
disampaikan kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan guru. Siswa
menjadi kurang aktif dalam pembelajaran sehingga menyebabkan siswa terkadang
mengalami kesulitan belajar. Banyak siswa yang kurang mengkomunikasikan
kesulitan yang dialami kepada teman lainnya. Akibatnya pemahaman siswa
mengenai konsep materi yang dipelajari kurang optimal.
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan di SMP Negeri 1 Banyudono
diperoleh informasi bahwa banyak siswa yang merasa tidak senang belajar
matematika karena mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Prestasi belajar
matematika para siswa pun lebih rendah jika dibandingkan dengan prestasi belajar
mata pelajaran lainnya. Banyak siswa yang mengalami kesulitan pada materi
Aritmetika Sosial.
3
Menurut informasi dari guru matematika SMP Negeri 1 Banyudono, salah
satu materi yang dianggap cukup sulit oleh siswa kelas VII semester I SMP
Negeri 1 Banyudono adalah Aritmetika Sosial. Materi Aritmetika Sosial terdiri
atas beberapa sub materi, diantaranya: (1) harga pembelian, harga penjualan,
untung, dan rugi, (2) presentase untung dan rugi, (3) rabat (diskon), bruto, neto
dan tara, (4) bunga tabungan dan pajak. Materi Aritmetika Sosial merupakan salah
satu materi yang kebanyakan diterapkan dalam soal cerita. Terdapat beberapa
jenis kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Pertama,
siswa tidak mampu menerjemahkan soal cerita sehingga siswa tidak mampu
memahami hal apa yang dimaksud dalam soal cerita. Kedua, siswa tidak mampu
mengidentifikasi tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal.
Ketiga, siswa tidak tahu bagaimana urutan mengerjakan soal karena siswa tidak
mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada. Keadaan ini mungkin
disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Dengan
model pembelajaran konvensional, siswa menjadi kurang aktif dan hanya
bergantung kepada guru sebagai sumber belajar. Siswa juga tidak dilibatkan
secara langsung dalam memperoleh konsep materi. Banyak siswa yang
mengalami kesulitan belajar dan kurang mengkomunikasikan kesulitan yang
dialami dengan teman lainnya sehingga pemahaman siswa tentang konsep materi
Aritmetika Sosial kurang optimal.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu diupayakan suatu pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa secara aktif dan meningkatkan pemahaman siswa
mengenai materi pelajaran. Penggunaan keterampilan–keterampilan kooperatif
secara efektif penting untuk mengembangkan sikap kerjasama, tanggung jawab
dan mampu bersaing secara ketat. Sifat dan sikap demikian akan membentuk
pribadi yang berhasil dalam menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi
yang berorientasi pada kelompok. Model pembelajaran seperti ini disebut sebagai
model pembelajaran kooperatif. Salah satu alternatif model pembelajaran dalam
menyampaikan materi Aritmetika Sosial adalah model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together”.
4
Dalam model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
“Numbered Heads Together” ini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang
beranggotakan tiga sampai lima orang selama beberapa pertemuan. Dengan model
ini siswa dapat menggali kemampuannya sendiri dan diarahkan untuk
bekerjasama, saling membantu memecahkan masalah, dan diharapkan siswa yang
berkemampuan lebih akan membantu siswa lain yang mempunyai kemampuan di
bawahnya sehingga dapat menyesuaikan diri dalam kelompok tersebut. Kesulitan
pemahaman materi yang tidak dapat diselesaikan secara kelompok dapat
didiskusikan bersama-sama dengan guru. Setelah diskusi kelompok selesai, guru
menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa menunjuk terlebih
dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu. Dengan cara ini menjamin
keterlibatan total semua siswa sehingga merupakan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered
Heads Together” ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang ada, karena terdapat interaksi antar siswa
dalam kelompoknya maupun interaksi antar siswa dengan guru. Interaksi dalam
kelompok akan berjalan dengan baik jika dalam kelompok mempunyai
kemampuan yang heterogen. Siswa yang kurang paham akan lebih leluasa untuk
bertanya kepada teman satu kelompoknya yang sudah paham sehingga dapat
meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari.
Selain dipengaruhi model pembelajaran, keberhasilan proses belajar
mengajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kreativitas belajar siswa.
Dengan kreativitas belajar yang dimiliki, siswa akan mampu memberikan
gagasan-gagasan baru dalam pikiran dan menggali berbagai informasi mengenai
materi yang dipelajari sehingga siswa tidak hanya bergantung kepada guru. Model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” yang didukung oleh kreativitas belajar siswa yaitu mengemukakan
gagasan untuk memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan
teman satu kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari
akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Kreativitas siswa
5
dalam berbagi kepada teman-teman lainnya mengenai penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan dapat meningkatkan pemahaman konsep dari siswa
itu sendiri serta dapat membantu siswa lain yang mengalami kesulitan pada
permasalahan yang diberikan tadi. Sehingga dengan demikian tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan optimal.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu membingungkan
dan sulit dipelajari sehingga siswa hanya menghafal materi pelajaran untuk
memenuhi syarat ujian. Hal ini berakibat sering terjadi kekeliruan dalam
pemahaman konsep dan berdampak pada rendahnya prestasi belajar
matematika siswa. Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep
materi yang dipelajari.
2. Model pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan
proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa tidak lepas dari bagaimana
siswa mengalami proses belajar. Model pembelajaran yang masih sering
digunakan guru adalah model pembelajaran konvensional. Guru sangat
mendominasi dalam pelajaran sedangkan siswa kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga menyebabkan siswa kurang menguasai konsep materi
pelajaran. Oleh karena itu, apabila model pembelajaran yang digunakan guru
diperbaiki apakah prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Selain dipengaruhi oleh model pembelajaran, keberhasilan proses belajar
mengajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kreativitas belajar siswa.
Kreativitas belajar dapat meliputi kreatif menyampaikan gagasan untuk
memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan teman satu
kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari. Dengan
kreativitas belajar yang dimiliki akan dapat meningkatkan pemahaman siswa
mengenai materi yang dipelajari. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut
6
mengenai kreativitas belajar siswa dengan prestasi belajar yang diperoleh siswa
tersebut.
4. Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dan kurang
mengkomunikasikan kesulitan yang dialami dengan teman lainnya sehingga
pemahaman siswa tentang konsep materi kurang optimal. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” dimungkinkan dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam
mengatasi kesulitan materi yang dialami sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa menjadi lebih baik.
C. Pemilihan Masalah
Berdasar identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah
dan mendalam, masalah yang dipilih dalam penelitian ini adalah masalah yang
diidentifikasi nomor 2, 3 dan 4 yaitu:
1. Model pembelajaran sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses
belajar mengajar. Prestasi belajar siswa tidak lepas dari bagaimana siswa
mengalami proses belajar. Model pembelajaran yang masih sering digunakan
guru adalah model pembelajaran konvensional. Guru sangat mendominasi
dalam pelajaran sedangkan siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
sehingga menyebabkan siswa kurang menguasai konsep materi pelajaran. Oleh
karena itu, apabila model pembelajaran yang digunakan guru diperbaiki apakah
prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
2. Selain dipengaruhi oleh model pembelajaran, keberhasilan proses belajar
mengajar juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu kreativitas belajar siswa.
Kreativitas belajar dapat meliputi kreatif menyampaikan gagasan untuk
memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan teman satu
kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari. Dengan
kreativitas belajar yang dimiliki akan dapat meningkatkan pemahaman siswa
mengenai materi yang dipelajari. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih lanjut
mengenai kreativitas belajar siswa dengan prestasi belajar yang diperolehnya.
7
3. Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dan kurang
mengkomunikasikan kesulitan yang dialami dengan teman lainnya sehingga
pemahaman siswa tentang konsep materi kurang optimal. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” dimungkinkan dapat meningkatkan komunikasi siswa mengenai
kesulitan yang dialami sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
menjadi lebih baik.
D. Pembatasan Masalah
Berdasar identifikasi masalah, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan
mendalam, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif pendekatan struktural “Numbered Heads Together”
untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional untuk kelas
kontrol pada materi Aritmetika Sosial.
2. Kreativitas belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada kreativitas belajar
matematika yang meliputi megemukakan gagasan untuk memecahkan suatu
masalah, saling berbagi dengan anggota satu kelompok dan menggali informasi
mengenai materi yang dipelajari. Kreativitas siswa dibedakan dalam tiga
kategori yaitu kreativitas tinggi, kreativitas sedang, dan kreativitas rendah.
3. Prestasi belajar matematika siswa dalam penelitian ini dibatasi pada prestasi
belajar siswa yang dicapai setelah proses belajar mengajar pada materi
Aritmetika Sosial.
E. Perumusan Masalah
Berdasar identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah-masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” dapat menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran
konvensional pada materi Aritmetika Sosial?
8
2. Apakah siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi memperoleh
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas
belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar
matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi
Aritmetika Sosial?
3. Manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” dan model pembelajaran konvensional
yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada
materi Aritmetika Sosial jika ditinjau dari kreativitas belajar matematika siswa
tinggi, kreativitas belajar matematika siswa sedang dan kreativitas belajar
matematika siswa rendah.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dapat menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada penggunaan model
pembelajaran konvensional pada materi Aritmetika Sosial.
2. Untuk mengetahui apakah siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi
memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah dan siswa dengan
kreativitas belajar matematika sedang memperoleh prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah
pada materi Aritmetika Sosial .
3. Untuk mengetahui manakah diantara model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dan model pembelajaran
konvensional yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik pada materi Aritmetika Sosial jika ditinjau dari kreativitas belajar
9
matematika siswa tinggi, kreativitas belajar matematika siswa sedang dan
kreativitas belajar matematika siswa rendah.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, calon guru, dan siswa
pada umumnya. Manfaat yang penulis harapkan sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang
penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
“Numbered Heads Together” pada materi Aritmetika Sosial untuk
meningkatkan prestasi belajar matemetika siswa.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan sehubungan dengan model pembelajaran yang digunakan dalam
proses belajar mengajar.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan bagi penelitian sejenis.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada individu yang belajar.
Beberapa ahli telah menyusun definisi belajar yang perumusannya
sebagai berikut:
a) Menurut Piaget, belajar adalah perilaku berinteraksi antara individu dengan
lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu (Damyati,
1999: 38).
b) Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan
ini relatif dan berbekas (Winkel, 1999:53).
c) Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Syaiful Bahri, 2002:13).
Dari berbagai definisi tentang belajar di atas, pengertian belajar pada
penelitian ini adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai akibat dari
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 895) “Prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yan
10
11
diberikan oleh guru”. Menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi adalah hasil
kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”.
Zainal Arifin (1990: 3) juga menuliskan bahwa prestasi belajar
mempunyai lima fungsi utama, yaitu:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasatan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan
anak didik).
Dari pengertian-pengertian di atas, pengertian prestasi belajar pada
penelitian ini adalah hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti
proses belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka maupun simbol.
c. Pengertian Matematika
Purwoto (2003: 12) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan
tentang pola keteraturan pengetahuan tentang unsur yang terorganisasi mulai
dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma dan postulat dan akhirnya
ke dalil.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 723) “Matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan”.
Di bawah ini diberikan beberapa pengertian tentang matematika, antara
lain:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dengan terorganisir
secara sistematik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
(Soedjadi, 2000: 11)
12
Samo (2008) menyatakan bahwa
“Mathematics is known as one of the gate keepers for succes in all fields of
life. It is a common saying that mathematics is mother of all subjects. That’s
why it is considered to be more than subject and is concevied as a key of
solving problem. The first question wich arises in our mind as as a teacher that
why should we teach mathematics to our student? One of the main objectives
of teaching and learning mathematics is to prepare students for practical life.
Students can develop their knowledge, skills, logical and analytical thinking
while learning mathematics and all these can lead them for enhancing their
ciriosity and to develop their ability to solve problem in almost all fields of
life”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, pegertian matematika dalam
penelitian ini adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang unsur yang
terorganisasi mulai dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma dan
postulat dan akhirnya ke dalil .
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah
diuraikan di atas, pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian ini
adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar
matematika yang menghasilkan perubahan pada diri seseorang berupa
penguasaan, ketrampilan baru yang dinyatakan dengan angka atau simbol.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Menurut Muhibbin Syah (2006: 132-139) faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar secara global dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa ) yaitu keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi dua aspek yaitu:
a) Aspek fisiologis (jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran.
b) Aspek psikologis (rohaniah)
Yang termasuk dalam faktor-faktor psikologis adalah tingkat kecerdasan
atau intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi
siswa, kedisiplinan, dan lain-lain.
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar
siswa. Faktor ini meliputi dua aspek, yaitu:
a) Faktor lingkungan sosial yang meliputi sekolah, masyarakat, dan
keluarga siswa.
13
b) Faktor lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca , dan waktu belajar yang diginakan siswa.
3) Faktor pendekatan mengajar (approach to learning) yaitu segala jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk
melakukan kegiatan pembelajaran dan menyampaikan materi-materi
pelajaran.
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (1993: 249-253) faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Faktor yang berasal dari luar diri siswa
Faktor ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Faktor non sosial yang meliputi keadaan udara, cuaca, waktu (pagi,
siang atau malam), gedung sekolah dan letaknya, serta alat-alat belajar.
b) Faktor sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia (sesama
manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun tidak langsung hadir.
2) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
Faktor ini dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a) Faktor fisiologis
Yang termasuk dalam faktor fisiologis adalah tonus jasmani pada
umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
b) Faktor psikologis
Faktor ini meliputi adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia
secara lebih luas, adanya kreativitas siswa dan keinginan untuk selalu
maju serta adanya motivasi siswa.
2. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil (2000) yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2007:
176) “Model pembelajaran adalah suatu deskripsi dan lingkungan belajar yang
menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain-desain
pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku kerja, program
multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer”.
Menurut Joyce dan Weil (2000) “Ada empat kategori yang penting
diperhatikan dalam model pembelajaran yakni model informasi, model
personal, model interaksi dan model tingkah laku”.
Menurut Depdiknas (2005: 5) “Model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus yaitu (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh
penciptanya, (2) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3)tingkah laku
14
mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara
berhasil, dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
itu dapat tercapai”.
Dari pengertian di atas, pengertian model pembelajaran dalam penelitian
ini adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan pembelajaran yang mempunyai empat ciri khusus yaitu
(1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang diperlukan
agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (4)lingkungan
belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
b. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional sama artinya dengan model
pembelajaran tradisional. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:
529) “Konvensional adalah tradisional”. Dan juga menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002: 1208) “Tradisional adalah sikap cara berpikir dan
cara bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan
yang ada secara turun-temurun”.
Berdasarkan pengertian di atas, pengertian model pembelajaran
konvensional dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang hanya
berpegang pada adat kebiasaan yang ada dan biasa digunakan sehari-hari.
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, model pembelajaran yang biasa
digunakan adalah model pembelajaran dengan metode ceramah.
Menurut Purwoto (2003: 67) “Metode ceramah merupakan metode
mengajar yang paling banyak digunakan guru”. Pengertian metode ceramah
menurut Purwoto (2003: 67) “Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian
informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu
ruangan”.
Pada model pembelajaran yang menggunakan metode ceramah, kegiatan
berpusat kepada guru dan komunikasi yang terjadi searah dari guru kepada
siswa. Guru mendominasi seluruh kegiatan, sedang siswa hanya
memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Guru menyampaikan materi
15
dan memberi contoh soal beserta penyelesaiannya. Kemudian siswa
mengerjakan soal yang langkahnya seperti yang telah dicontohkan oleh guru.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran konvensional dalam
penelitian ini adalah:
1) Guru membuka pelajaran dan mengorganisasikan kelas untuk belajar.
2) Guru mengemukakan pokok-pokok materi yang akan dibahas.
3) Guru memancing pengalaman peserta didik yang sesuai dengan materi
yang akan dipelajarinya.
4) Guru menyampaikan materi pelajaran.
5) Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan siswa di dalam kelas.
6) Guru membahas latihan soal tersebut.
7) Guru melaksanakan penilaian untuk mengukur perubahan tingkah laku
peserta didik.
8) Guru menutup pelajaran dengan mengambil kesimpulan dari semua
pelajaran yang telah diberikan dan memberikan keempatan kepada siswa
untuk menanggapi materi yang telah diberikan.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Pendekatan Struktural
Untuk membangkitkan keaktifan dan kreativitas belajar siswa dalam
proses belajar mengajar diperlukan pemilihan model pembelajaran yang tepat.
Banyak usaha yang telah dilakukan guru untuk kegiatan pembelajaran yang
mengaktifkan siswa, salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang menggunakan teori konstruktivisme. Pandangan konstruktivisme tentang
pembelajaran mengatakan bahwa siswa diberi kesempatan agar menggunakan
strateginya sendiri dalam belajar secara sadar dan guru membimbing siswa ke
tingkat pengetahuan yang lebih baik.
Ide pokok teori pembelajaran konstruktivisme adalah siswa secara aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri. Karena siswa merupakan kunci
pembelajaran maka strategi konstruktivisme sering disebut pembelajaran yang
terpusat pada siswa atau Student Centered Instruction.
16
Menurut Ballantine, J dan Larres P (2007) bahwa ”Student found the
cooperative learning approach beficial in developing their generic skills”.
Di dalam model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa saling bekerja
sama satu dengan yang lainnya, berdiskusi, berdebat menilai kemampuan,
pengetahuan dan kekurangan anggota lainnya sampai setiap siswa dalam
kelompok tersebut dapat memastikan bahwa seluruh anggota dalam kelompok
tersebut telah menguasai konsep yang diajarkan.
Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan dalam model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan Spencer Kagan dengan
menekankan pada suatu struktur untuk mengetahui pola interaksi siswa.
Struktur ini mengatur siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil atau
mengedepankan ciri kooperatif daripada penghargaan pribadi. Salah satu
struktur yang telah berhasil dalam meningkatkan kemampuan akademis siswa
adalah “ Numbered Heads Together”.
“Numbered Heads Together” adalah pendekatan yang dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1993) dengan melibatkan lebih banyak siswa dalam
mereview mata pelajaran dan memeriksa penguasaan mereka akan materi
pelajaran.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan guru sebagai berikut:
1) Penomoran (Numbering)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5
anggota dan memberi nomor sehimgga masing-masing siswa dalam
kelompok memiliki nomor yang berbeda antara 1 sampai 5.
2) Memberi Pertanyaan (Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan ini dapat
bervariasi dalam bentuk pertanyaan yang spesifik ataupun dalam bentuk
pernyataan.
3) Berpikir Bersama (Heads Together)
Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompok untuk menemukan
jawabannya dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.
4) Menjawab Pertanyaan (Answering)
Guru memanggil kelompok tertentu dan siswa dari tiap kelompok yang
memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban
pada seluruh anggota kelas.
(Arends, 2000: 36)
17
Berdasarkan langkah-langkah di atas peneliti menggunakan
pengembangan sebagai berikut:
a) Guru mengorganisasikan kelas untuk belajar dan mengarahkan siswa
untuk mempersiapkan ringkasan yang telah diberikan pada pertemuan
sebelumnya untuk dipelajari di rumah.
b) Guru mengingatkan siswa pada materi prasyarat dan memberi penjelasan
secara singkat tentang materi yang akan dipelajari siswa.
c) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok dengan 3 sampai 5
anggota dan memberi mereka nomor sehingga masing-masing siswa dalam
kelompok memiliki nomor yang berbeda antara 1 sampai 5.
d) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan dan mengarahkan siswa
untuk mengerjakan LKS.
e) Siswa berpikir bersama-sama dalam kelompoknya untuk mendiskusikan
dan bekerja sama, saling mermbantu memecahkan pertanyaan yang ada
pada LKS.
f) Guru memanggil nomor tertentu dan siswa dari setiap kelompok yang
memiliki nomor tersebut mengangkat tangannya dan memberikan jawaban
pada seluruh anggota kelas.
g) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membimbing siswa untuk
menyimpulkan materi dan memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
3. Kreativitas Belajar Siswa
a. Pengertian Kreativitas
Pendapat Seidel yang dikutip oleh Julius Chandra (1994: 15) “Kreativitas
adalah kemampuan untuk menghubungkan dan mengaitkan, kadang-kadang
dengan cara yang ganjil namun mengesankan dan ini merupakan dasar
pendayagunaan kreatif dari daya rohani manusia dalam bidang atau lapangan
manapun”. Sedangkan pendapat Woolfolk (1984) yang dikutip oleh Sri
Suwarsi dkk (2003: 53) “Kreativitas merupakan kemampuan individu untuk
menghasilkan suatu (hasil) yang baru atau asli atas pemecahan suatu
masalah”. Pendapat lain dikemukakan oleh Conny R Semiawan yang dikutip
18
oleh Reni Akbar Hawadi (2001: 4) “Kreativitas merupakan kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah”. Utami Munandar (1992: 50) mengemukakan “Kreativitas adalah
kemempuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan
orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.
Dari beberapa definisi di atas, pengertian kreativitas dalam penelitian ini
adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001: 15) ciri-ciri kemampuan
berpikir kreatif sebagai berikut:
1) Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Merupakan kemampuan untuk memproduksi gagasan baru.
2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Merupakan kemampuan untuk mengajukan macam-macam gagasan
untuk memecahkan persoalan.
3) Keterampilan berpikir orisinal (orisinality)
Merupakan kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan baru secara
asli.
4) Keterampilan merinci atau mengelaborasi.
Merupakan kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci.
5) Keterampilan mengevaluasi
Merupakan kemampuan untuk meninjau kembali persoalan melalui cara
yang perspektif dan berbeda dengan yang sudah ada.
Senada dengan ciri-ciri berpikir kreatif tersebut Julius Chandra
(1994:49) mengungkapkan segi-segi mental orang kreatif sebagai berikut:
1) Hasrat untuk mengubah hal-hal yang sebaiknya menjadi lebih baik.
2) Kepekaan bersifat terbuka dan tanggap segala sesuatu.
3) Minat untuk menggali lebih dalam dari yang tampak di permukaan.
4) Rasa ingin tahu dan semangat untuk tidak berhenti mempertanyakan.
5) Mendalam dalam berpikir.
6) Konsentrasi, mampu menekuni suatu permasalahan sehingga mampu
menguasai seluruh bagiannya.
7) Siap mencoba malaksanakan, bersedia mencurahkan tenaga dan waktu
untuk mencari dan mengembangkan.
8) Kesabaran untuk memecahkan permasalahan.
9) Optimisme yang memerlukan antusiasme (kegairahan) dan rasa percaya
diri.
19
10) Mampu bekerja sama, sanggup berikhtiar secara produktif bersama orang
lain.
Menurut Utami Munandar (1992: 34) ciri-ciri kreativitas sebagai
berikut:
1) Dorongan ingin tahu besar.
2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3) Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
4) Bebas dalam menyatakan pendapat.
5) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh orang lain.
6) Daya imajinasi kuat.
7) Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan,
dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara
orisinal )
8) Dapat bekerja sendiri.
9) Senang mencoba hal-hal baru.
10) Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi).
c. Pengertian Kreativitas Belajar Siswa
Berdasarkan definisi kreativitas dan ciri-ciri kreativitas di atas,
pengertian kreativitas belajar matematika siswa dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah yang meliputi gagasan untuk
memecahkan suatu masalah, saling berbagi pengetahuan dengan teman satu
kelompok dan menggali informasi mengenai materi yang dipelajari.
4. Aritmetika Sosial
a. Harga Pembelian, Harga Penjualan, Untung, dan Rugi
Dalam kegiatan perdagangan terdapat penjual barang dan pembelinya.
Penjual menyerahkan barang kepada pembeli, sedangkan pembeli
menyerahakan uang sebagai pengganti barang yang diterimanya.
Untuk memperoleh barang-barang yang akan dijual, pembeli membeli
dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya. Harga barang dari pabrik, grosir, atau
tempat lainnya disebut disebut harga pembelian atau modal. Sedangkan uang
yang diterima oleh pedagang dari hasil penjualan barang itu disebut harga
penjualan. Dengan demikian, kegiatan perdagangan selalu berkaitan dengan
harga pembelian atau modal yang menjadi dasar perhitungan.
20
Dalam perdagangan terdapat dua kemungkinan yang akan dialami oleh
pedagang, yaitu:
1) Pedagang itu akan mendapat untung, atau
2) Pedagang itu akan mengalami rugi
Penjual dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi daripada harga
pembelian.
Untung = harga penjualan – harga pembelian
Penjual dikatakan mengalami rugi jika harga penjualan lebih rendah
daripada harga pembelian.
Rugi = harga pembelian – harga penjualan
b. Persentase Untung dan Rugi
Dalam perdagangan, untung atau rugi sering kali dinyatakan dengan
persen. Misalkan Pak Heru memperoleh untung 10%.
Persentase untung =pembelianah
untung
arg 100%
Persentase rugi =pembelianah
rugi
arg 100%
Menentukan harga pembelian dan herga penjualan berdasarkan
persentase untung atau rugi yang diketahui.
Harga Penjualan = Harga Pembelian + Persentase Untung Harga
Pembelian
Harga Penjualan = Harga Pembelian – Persentase Untung Harga
Pembelian
c. Rabat (Diskon), Bruto, Tara, dan Neto
Rabat
Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan istilah diskon.
Diskon biasanya diberikan oleh suatu toko atau grosir tertentu untuk menarik
pembeli karena harga barang yang dijual terkesan lebih murah. Misalnya ada
sebuah toko kain yang melakukan obral dengan diskon 10% sampai 30%.
21
Harga Bersih = Harga Kotor – Diskon
Harga Bersih adalah harga jual setelah dipotong diskon
Harga kotor adalah harga jual sebelum dipotong diskon
Bruto, Tara, dan Neto
Bruto adalah berat kotor atau berat kemasan beserta isinya.
Neto adalah berat bersih atau berat isi tanpa kemasan.
Tara adalah berat kemasan.
Neto = Bruto – Tara
Jika diketahui persen tara dan bruto, maka untuk mencari tara menggunakan
rumus:
Tara = Persen Tara Bruto
Untuk setiap pembelian yang mendapatkan potongan berat (tara) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Harga Bersih = Neto Harga per Satuan Berat
d. Bunga Tabungan dan Pajak
Bunga Tabungan
Jika menyimpan uang di bank, maka uang tersebut akan bertambah
karena mendapat bunga. Jenis bunga tabungan yng akan dipelajari adalah
bunga tunggal, artinya yang mendapat bunga hanya modalnya saja,
sedangkan bunganya tidak akan berbunga lagi. Bunga tabungan basanya
dihitung dalam persen yang berlaku untuk jangka waktu satu tahun. Bunga
15% per tahun artinya tabungan akan mendpat bunga 15% jika telah disimpan
di bank selam satu tahun.
Bunga 1 tahun = persen bunga x modal
Bunga b bulan = 12
b persen bunga modal
= 12
b bunga 1 tahun
22
Pajak
Pajak merupakan suatu kewajiban dari warga negara untuk menyerahkan
sebagian kekayaan kepada Negara menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah, tetapi tanpa mendapat jasa balik dari Negara
secara langsung. Hasil dari pajak digunakan untuk kesejahteraan umum.
Pegawai tetap dari perusahaan swasta atau pegawai negeri dikenakan
pajak dari penghasilan kena pajak yang disebut Pajak Penghasilan (PPh).
Harga barang di grosir, toko swalayan, dealer atau tempat lainnya
harganya ditambah dengan pajak yang disebut dengan Pajak Pertambahan
Nilai (PPN).
PPh = persen PPh penghasilan1 tahun
PPN = persen PPN harga barang
(M. Cholik Adinawan, 2006: 149)
B. Kerangka Berpikir
Keberhasilan proses belajar dalam mencapai tujuan pengajaran dapat
dilihat dari prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa menunjukkan taraf belajar
siswa dalam menguasai materi pelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar, diantaranya adalah model pembelajaran dan
kreativitas belajar siswa.
1. Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya untuk
mendapatkan prestasi belajar siswa yang optimal. Model pembelajaran sangat
bervariasi dan setiap model mempunyai kelebihan atau kekurangan. Pemilihan
model pembelajaran yang tidak tepat akan menghambat proses belajar
mengajar. Oleh karenanya, guru harus dapat memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran
tercapai. Model pembelajaran yang selama ini sering digunakan adalah model
pembelajaran konvensional dimana siswa hanya duduk diam ketika guru
mengajar. Guru sangat mendominasi dalam proses pembelajaran sedangkan
siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dengan proses belajar yang
seperti ini siswa tidak mempunyai pengalaman sendiri untuk lebih menguasai
23
konsep materi. Salah satu materi pelajaran matematika untuk siswa SMP kelas
VII semester I adalah Aritmetika Sosial. Untuk mempelajari materi Aritmetika
Sosial tidak cukup dilakukan dengan mendengar atau menghafal saja,
melainkan dibutuhkan penguasaan konsep dan berlatih memecahkan masalah
yang berkaitan dengan materi tersebut. Pada materi Aritmetika Sosial ini siswa
mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal cerita dan tidak mampu
menghubungkan soal dengan teori yang ada. Banyak hal yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan mempelajari materi ini misalnya siswa kurang
menguasai materi prasyaratnya, siswa kurang menguasai konsep materi, siswa
tidak ikut aktif dalam proses pembelajaran dan terkadang siswa hanya
mengorganisir sendiri apa yang diperolehnya tanpa mengkomunikasikannya
dengan siswa lain karena guru menggunakan model pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan individual siswa dan dapat mengarahkan
siswa untuk bekerjasama. Melalui model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” diharapkan siswa dapat
menggali kemampuannya sendiri dan diarahkan untuk bekerjasama serta
saling membantu dalam memecahkan masalah dengan diskusi kelompok. Jika
terdapat kesulitan pemahaman materi yang tidak dapat dipecahkan secara
kelompok dapat didiskusikan bersama-sama dengan bimbingan guru.
Sehingga dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dalam proses belajar
mengajar diduga dapat menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada model pembelajaran konvensional.
2. Dalam proses pembelajaran, kreativitas belajar siswa memegang peranan
cukup penting dalam memahami materi Aritmetika Sosial. Kreativitas belajar
yang dimakud adalah kreatif untuk mengemukakan gagasan dalam
menyelesaikan permasalahan, menggali informasi mengenai materi yang
dipelajari dan saling berbagi pengetahuan dengan teman satu kelompok. Siswa
dengan kreativitas belajar tinggi akan lebih antusias dan bersungguh-sungguh
dalam belajar matematika. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan lebih
24
cepat memahami materi karena mereka terbiasa untuk mengerjakan latihan
soal, mengemukakan gagasan ketika menghadapi suatu permasalahan dan
mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi Aritmetika Sosial.
Sedangkan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah kurang antusias
dalam proses belajar dan hanya mengandalkan guru sebagai sumber belajar
sehingga kurang dapat memahami materi secara optimal. Oleh karena itu,
siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar
matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar sedang
akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi Aritmetika Sosial.
3. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang kurang mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran, penggunaan model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” menitikberatkan
pada keaktifan dan kreativitas belajar siswa. Dalam model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together”
mengarahkan siswa untuk berbagi dengan temannya mengenai konsep materi
ataupun mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru. Hal ini dapat
membantu siswa yang belum paham dan bagi siswa yang berbagi dapat lebih
memperdalam materi yang dipelajari. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi
dapat memahami materi secara optimal karena mereka terbiasa untuk
mengerjakan latihan soal, mengemukakan gagasan ketika menghadapi suatu
permasalahan dan mencari buku referensi lain yang berkaitan dengan materi.
Oleh karena itu, siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi akan
memperoleh prestasi belajar yang sama baik jika diberi model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” maupun
model pembelajaran konvensional. Sedangkan siswa dengan kreativitas
belajar matematika sedang dan rendah yang belum memahami materi yang
dipelajari dapat bekerjasama dengan siswa yang telah paham dalam
kelompoknya sehingga dapat meningkatkan pemahaman mereka mengenai
materi yang dipelajari. Oleh karena itu, siswa dengan kreativitas belajar
25
matematika sedang dan rendah memperoleh prestasi belajar matematika yang
lebih baik jika diberi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasar pada kerangka berpikir dan tinjauan pustaka yang telah
diuraikan maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
“Numbered Heads Together” dapat menghasilkan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada
materi Aritmetika Sosial.
2. Siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi memperoleh prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar
matematika sedang dan rendah dan siswa dengan kreativitas belajar
matematika sedang akan memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah pada materi
Aritmetika Sosial.
3. Siswa dengan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang
sama baik jika diberi model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” maupun model pembelajaran
konvensional. Sedangkan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah
memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih baik jika diberi model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Banyudono
pada kelas VII semester I tahun pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dari bulan Oktober sampai bulan
Desember 2008. Adapun tahap-tahap yang akan penulis laksanakan adalah:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Juni-September 2008.
Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan antara lain:
1) Mengumpulkan data mengenai pemasalahan yang akan diteliti dengan
mengadakan wawancara dengan guru di sekolah SMP Negeri 1
Banyudono mengenai kesulitan dalam mempelajari materi dan beberapa
hal yang berkaitan dengan pembelajaran pada materi tersebut.
2) Pengajuan proposal
3) Penyusunan instrumen penelitian yaitu tes prestasi belajar dan angket yang
kemudian divalidasi oleh dua orang validator yaitu guru SMP Negeri 1
Banyudono dan dosen. Tujuan dari validasi ini adalah untuk mengetahui
validasi isi dari instrumen tersebut.
4) Pemohonan ijin penelitian di SMP Negeri 1 Banyudono.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan dari 17 November-2 Desember 2008.
Pada tahap ini penulis melakukan penelitian yaitu:
1) Pengujian kondisi awal dari kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk
mengetahui apakah kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam keadaan
seimbang.
2) Pengajaran di kelas kontrol dan kelas eksperimen di SMP Negeri 1
Banyudono.
26
27
3) Uji coba instrumen pada sekolah yang mempunyai kondisi yang sama atau
hampir sama dengan subjek yang akan dikenai penelitian. Uji coba
instrumen dilaksanakan di SMP Negeri 1 Teras pada tanggal 13 dan 14
November 2008.
4) Penghitungan konsistensi internal tiap butir soal pada angket dan tes
prestasi belajar dan reliabilitasnya dari hasil uji coba di SMP Negeri 1
Teras. Hal ini dilakukan untuk menentukan butir soal yang memenuhi
syarat instrumen.
5) Pelaksanaan tes di SMP Negeri 1 Banyudono pada kelas kontrol dan kelas
ekperimen. Tes prestasi belajar dilaksanakan pada tanggal 1 Desember
2008 dan tes angket dilaksanakan pada tanggal 24 November 2008.
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini penulis mulai dengan penyusun laporan dan mengolah
data yang diperoleh dari hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2009.
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu karena peneliti
tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang
relevan kecuali beberapa dari variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
pendapat Budiyono (2003: 82) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang
tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan.
Manipulasi variabel dalam penelitian ini dilakukan pada variabel bebas
yaitu model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered
Heads Together” pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol. Untuk variabel bebas yang lain yaitu kreativitas belajar siswa
dijadikan sebagai variabel yang ikut mempengaruhi variabel terikat.
28
2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial sederhana 2 3, untuk
mengetahui pengaruh dua variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Model Pembelajaran (A) Kreativitas belajar (B )
Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural
“NHT” (a1)
ab11 ab12 ab13
Model pembelajaran
konvensional (a2)
ab21 ab22 ab23
Keterangan:
ab11: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dengan kategori
kreativitas belajar tinggi
ab12: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dengan kategori
kreativitas belajar sedang
ab13: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” dengan kategori
kreativitas belajar rendah
ab21: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan
kategori kreativitas belajar tinggi
ab22: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan
kategori kreativitas belajar sedang
ab23: sekelompok siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional dengan
kategori kreativitas belajar rendah
29
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1.Populasi
Suharsimi Arikunto (1998: 115) mengemukakan bahwa “Populasi
adalah keseluruhan obyek peneliti“. Dalam penelitian ini populasinya adalah
siswa kelas VII SMP N 1 Banyudono tahun pelajaran 2008/2009 dengan jumlah
siswa 240 siswa yang terdiri dari 6 kelas, yaitu dari kelas VII-A, VII-B, VII-C,
VII-D, VII-E, dan VII-F.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel diambil dua kelas dari enam kelas yang ada
di SMP N 1 Banyudono, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh sudah dapat
menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Hal ini disebabkan di samping
memerlukan biaya yang besar, juga membutuhkan waktu yang lama. Sebagian
populasi yang diambil untuk diteliti tersebut dinamakan sampel. Suharsimi
Arikunto (1998: 117) menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Hasil penelitian terhadap sampel ini akan digunakan untuk
melakukan generalisasi terhadap seluruh populasi yang ada.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik cluster
random sampling. Dalam hal ini setiap kelas pada kelas VII SMP N 1 Banyudono
merupakan sub populasi atau cluster.
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak dua kelas, yaitu
kelas VII-B sebagai kelas eksperimen dan VII-D sebagai kelas kontrol. Jumlah
siswa kelas VII-B adalah 40 siswa dan jumlah siswa kelas VII-D adalah 41 siswa.
Pengambilan dua kelas dilakukan secara acak dengan kemampuan siswa
yang seimbang. Untuk mengetahui bahwa keadaan kelas seimbang dengan
dilakukan uji keseimbangan.
30
D. Teknik pengambilan Data
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
a. Variabel bebas :
1). Model pembelajaran
a). Definisi operasional: Model pembelajaran yaitu kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan
pembelajaran yang mempunyai empat ciri khusus yaitu (1) rasional
teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, (2) tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, (3) tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan
(4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai, dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran
kooperatif melalui pendekatan struktural ”Numbered Heads Together”
pada materi Aritmetika Sosial.
b). Skala Pengukuran: skala nominal.
c). Indikator:
(1). Kelompok eksperimen diberikan model pembelajaran dengan
pendekatan struktural ”Numbered Heads Together”.
(2). Kelompok kontrol diberikan model pembelajaran konvensional.
2). Kreativitas belajar
a). Definisi operasional: kreativitas belajar adalah kemampuan siswa
untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah yang ada dalam kegiatan belajar. Kreativitas
belajar siswa meliputi gagasan untuk memecahkan suatu masalah,
saling berbagi pengetahuan dengan teman satu kelompok dan
menggali informasi mengenai materi yang dipelajari. Untuk
mengetahui kreativitas belajar siswa dalam belajar pada materi
Aritmetika Sosial, baik di sekolah maupun di rumah yang diambil
menggunakan angket kreativitas belajar yang memuat pertanyaan
mengenai kegiatan menyampaikan gagasan dalam pemecahan suatu
31
masalah, berdiskusi dengan teman satu kelompok, mengerjakan soal
latihan di sekolah dan tugas di rumah.
b) Skala pengukuran : skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal,
yang terdiri dari tiga kategori, yaitu:
1. kreativitas belajar tinggi, jika skor X X +2
1 s
2. kreativitas belajar sedang, jika X 2
1 s skor X X +
2
1s
3. kreativitas belajar rendah, jika skor X X 2
1 s
c) Indikator: skor angket kreativitas belajar matematika siswa.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika:
Definisi operasional: prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar
matematika adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa setelah mengikuti
proses belajar matematika dalam periode tertentu yang ditunjukkan oleh nilai
matematika dari siswa pada materi Aritmetika Sosial.
(1) Skala pengukuran: skala interval.
(2) Indikator: nilai tes prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika
Sosial.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
ada tiga macam yaitu metode dokumentasi, metode angket, dan metode tes.
a. Metode dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 234) “Metode dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan
sebagainya”. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data adalah nilai UTS mata pelajaran matematika kelas VII
semester I tahun ajaran 2008/2009. Data yang diperoleh digunakan untuk
32
menguji keseimbangan rataan kemampuan awal kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
b. Metode tes
Pada penelitian ini bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda
yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar
matematika siswa kelas VII semester ke-1. Suharsimi Arikunto (2002: 127)
berpendapat bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelejensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes yang dibuat
dalam penelitian ini berisi tentang materi Aritmetika Sosial.
c. Metode angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:128), “Angket atau kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal hal lain yang ia
ketahui”.
Angket dalam penelitian ini memuat pertanyaan-pertanyaan (item)
tentang kreativitas belajar matematika siswa yang berupa soal pilihan ganda
dengan empat alternatif jawaban. Item dalam angket ini berupa item positif dan
item negatif. Item positif adalah pertanyaan yang mengarah kepada hal-hal
positif sedangkan item negatif adalah pertanyaan yang mengarah kepada hal-hal
negatif.
Pemberian skor untuk item positif :
Skor 4 untuk alternatif jawaban Selalu
Skor 3 untuk alternatif jawaban Sering
Skor 2 untuk alternatif jawaban Jarang
Skor 1 untuk alternatif jawaban Tidak pernah
Pemberian skor untuk item negatif :
Skor 1 untuk alternatif jawaban Selalu
Skor 2 untuk alternatif jawaban Sering
Skor 3 untuk alternatif jawaban Jarang
Skor 4 untuk alternatif jawaban Tidak pernah
33
Langkah-langkah dalam penyusunan angket:
1). Menentukan indikator.
2). Menyusun kisi-kisi pembuatan instrumen.
3). Menjabarkan indikator-indikator ke dalam item-item angket.
4). Melakukan validasi isi.
5). Melakukan uji coba.
3. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto (1998: 155) menyatakan bahwa prosedur
pengembangan instrumen dalam penelitian sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Tujuan dilakukan tes adalah untuk mengetahui penguasaan peserta didik
dalam materi Aritmetika Sosial dan tujuan digunakan angket adalah untuk
mengetahui tingkat kreativitas belajar siswa.
2) Pembuatan tabel spesifikasi atau kisi-kisi
Menurut Jahja Umar (1996: 13) “Kisi-kisi tes adalah deskripsi
mengenai ruang lingkup dan isi dari apa yang akan diujikan, serta
memberikan perincian mengenai soal-soal yang diperlukan oleh tes
tersebut.
Kisi-kisi umumnya ditampilkan dalam bentuk matriks yang
menunjukkan proporsi dan jumlah angka mutlak dari setiap aspek butir
soal yang membentuk suatu instrumen.
Kisi-kisi suatu tes mengandung komponen-komponen:
a). Pokok/Sub Pokok Bahasan yang diuji
b). Kemampuan yang diuji (aspek ranah kognitif)
c). Standar Kompetensi
d). Kompetensi Dasar
e). Materi
f). Indikator
34
Kisi-kisi suatu angket mengandung komponen-komponen:
a). Aspek yang diuji
b). Indikator
c). Pertanyaan (item) positif
d). Pertanyaan (item) negatif
b. Penulisan butir soal
Penulisan butir soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat
menghasilkan instrumen yang baik. Penulisan butir soal adalah penjabaran
indikator, jenis dan tingkat perilaku yang hendak diukur menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perinciannya dalam kisi-kisi.
Mutu setiap butir soal akan menentukan instrumen secara keseluruhan.
c. Penyuntingan
Penyuntingan instrumen adalah melengkapi instrumen dengan
pedoman mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang
perlu. Suatu instrumen terdiri dari beberapa butir soal.
Dalam menyusun butir tes sehingga menjadi suatu perangkat tes
haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang memungkinkan peserta tes
dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam mengerjakan tes tersebut.
Ini berarti bahwa pertimbangan utama dalam penyuntingan tes adalah peserta
tes.
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion (1995: 116) menyatakan bahwa
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan instrumen sebagai
berikut:
1) Tes bentuk objektif sebaiknya tidak dilaksanakan secara lisan.
2) Butir tes disusun mulai dari pokok bahasan yang paling awal ke pokok
bahasan yang paling akhir.
3) Tingkat kesukaran dimulai dari yang termudah meningkat terus sampai
kepada yang sukar, dalam arti bahwa butir soal yang mudah diletakkan
pada awal naskah sedangkan butir soal yang sukar diletakkan pada akhir
naskah.
4) Butir tes yang setipe hendaknya dikelompokkan dalam satu kelompok.
35
5) Petunjuk pengerjaan tes harus ditulis secara jelas.
6) Penyusunan butir tes hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan kesan berdesak-desak.
7) Butir tes disusun sedemikian hingga stem dan seluruh optionnya terletak
dalam satu halaman yang sama.
8) Menghindari peletakan kunci jawaban dalam suatu pola tertentu.
d. Uji coba
Uji coba instrumen pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan
informasi mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen
yang telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik, yaitu
validitas, konsistensi internal dan reliabilitas.
Cara untuk mengetahui bahwa instrumen yang dibuat memenuhi
syarat- syarat tersebut adalah:
1) Metode Tes
a) Uji Validitas Isi
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas
isi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas isi
adalah: membuat kisi-kisi butir tes, menyusun soal-soal butir tes,
kemudian menelaah butir tes. Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa
untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi,
yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian
yang dilakukan oleh para pakar). Langkah berikutnya, para penilai
menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun cocok atau
relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.
Lebih lanjut lagi tentang langkah-langkah memvalidasi isi butir
soal menurut Budiyono (2003: 59) adalah penilai menilai apakah kisi-
kisi yang dibuat oleh pengembang tes telah menunjukkan bahwa
klasifikasi kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur.
36
Dalam penelitian ini validitas isi dilakukan oleh para pakar yaitu
seorang guru matematika SMP Negeri 1 Banyudono dan seorang guru
matematika SMP Negeri 1 Teras.
Kriteria penelaahan dalam validasi isi meliputi:
a). Segi materi
(1). Soal sesuai dengan indikator.
(2). Pengecoh sudah berfungsi.
(3). Hanya ada satu kunci jawaban yang paling tepat.
b). Segi konstruksi
(1). Butir soal dirumuskan dengan singkat, jelas dan tegas.
(2). Batasan dalam soal dapat digunakan untuk menjawab soal.
c). Segi bahasa
(1). Soal menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
(2). Soal menggunakan bahasa yang komunikatif.
(Jahja Umar, 1996: 23)
b) Konsistensi Internal
Budiyono (2003: 65) menyatakan bahwa konsistensi internal
masing-masing butir dilihat dari skor-skor butir tersebut dengan skor
totalnya. Indeks konsistensi internal sering disebut daya pembeda.
Untuk instrumen yang berupa tes prestasi belajar, maka butir yang
indeks konsistensi internalnya tinggi dapat membedakan antara siswa
yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui
konsistensi internal setiap butir ke-i digunakan rumus korelasi momen
produk dari Karl Pearson sebagai berikut :
37
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan:
xyr : indeks daya pembeda untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes
X : skor untuk butir ke–i
Y : total skor dari subjek
dalam penelitian ini butir soal tes prestasi dikatakan mempunyai
konsistensi internal yang baik jika xyr 0.3
(Budiyono, 2003 : 65)
c) Tingkat Kesukaran
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion (1994: 157)
menyatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal ialah proporsi peserta
tes menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Tingkat kesukaran butir
soal tidak menunjukkan bahwa butir soal tersebut baik atau tidak baik
namun hanya menunjukkan bahwa butir soal tersebut sukar atau mudah
untuk kelompok peserta tes tertentu. Rumus untuk menghitung tingkat
kesukaran adalah sebagai berikut:
tespesertajumlah
benarmenjawabyangpesertajumlahp
Dengan p = tingkat kesukaran butir soal
Sedangkan tingkat kesukaran perangkat soal dapat dirumuskan
sebagai berikut:
N
bp nnaskahujia
dengan p = tingkat kesukaran naskah soal
b = jumlah tingkat kesukaran butir soal
N = jumlah butir soal
38
Tingkat kesukaran butir soal dan perangkat soal dapat dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
0.00-0.25 Sukar
0.26-0.75 sedang
0.76-1.00 mudah
d) Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang
sama jika digunakan untuk mengukur hal yang sama pada waktu dan
tempat yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono
(2003:65) yang menyatakan “Suatu instrumen disebut reliabel apabila
hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah sama atau hampir sama
jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama
pada waktu yang berlainan dengan kondisi yang sama pada waktu yang
sama”.
Pada penelitian ini tes prestasi belajar yang digunakan adalah tes
obyektif, dengan setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban
salah diberi skor 0. Sehingga untuk menghitung indeks reliabilitas tes ini
digunakan rumus dari Kuder-Richardson (KR–20) sebagai berikut :
2
2
111
t
iit
s
qps
n
nr
Keterangan:
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya instrumen
ip : proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
iq : 1–pi
2
ts :variansi total
dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika 11r 0.70
(Budiyono, 2003 : 69)
39
2) Metode Angket
a) Uji Validitas Isi
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas
isi, langkah-langkah yang dilakukan dalam uji validitas angket adalah :
membuat kisi-kisi angket, menyusun soal-soal angket, kemudian
menelaah angket, Budiyono (2003: 59) menyatakan bahwa untuk
menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang
biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang
dilakukan oleh para pakar). Penelaahan dilakukan oleh pakar atau
validator yaitu seorang guru matematika SMP Negeri 1 Banyudono dan
seorang guru matematika SMP Negeri 1 Teras. Langkah berikutnya,
para penilai menilai apakah masing-masing butir tes yang telah disusun
cocok atau relevan dengan kisi- kisi yang ditentukan.
Kriteria penelaahan untuk validasi isi sebagai berikut:
1) Pertanyaan sesuai dengan indikator.
2) Batasan dalam pertanyaan sudah relevan dengan pilihan jawaban.
3) Pertanyaan menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 143)
b) Uji Konsistensi Internal
Konsistensi internal masing masing butir dilihat dari korelasi
antara skor butir butir tersebut dengan skor totalnya.
Untuk menghitung konsistensi internal butir, digunakan rumus
korelasi momen produk dari Karl Pearson sebagai berikut:
2222 YYnXXn
YXXYnrxy
40
Keterangan:
xyr : indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n : banyaknya subjek yang dikenai tes
X : skor untuk butir ke–i
Y : total skor dari subjek
Dalam penelitian ini butir angket dikatakan konsisten jika 11r 0.3
(Budiyono, 2003: 65)
c) Uji Reliabilitas
Pada penelitian ini, untuk uji reliabilitas angket digunakan rumus
Alpha, sebab skor butir angket bukan 1 dan 0. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (1998:192) yang menyatakan bahwa
“Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.
Adapun rumus Alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut :
2
2
11
11
t
i
s
s
n
nr
Keterangan:
11r : indeks reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir instrumen 2
is : variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, 4,...,n
2
ts : variansi skor skor yang diperoleh subyek uji coba
dalam penelitian ini suatu instrumen dikatakan reliabel jika 11r 0.70
(Budiyono, 2003: 70)
41
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi awal kedua kelompok
(kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam keadaan seimbang atau
tidak, sebelum kelompok eksperimen mendapat perlakuan. Data yang digunakan
sebagai uji keseimbangan adalah data nilai UTS siswa pada semester satu kelas
VII tahun ajaran 2008/2009 yang tesnya dilaksanakan pada bulan September
2008. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rataan yang
berarti atau tidak dari kedua sampel penelitian. Statistik uji yang digunakan adalah
uji-t dengan langkah-langkah uji adalah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis
0 1 2:H (kedua populasi seimbang)
1 1 2:H (kedua populasi tidak seimbang)
b. Tingkat signifikansi : 0,05
c. Statistik uji
)2(~11
)(21
21
21
nnt
nns
XXt
p
2 22 1 1 2 2
1 2
( 1) ( 1)
2p
n s n ss
n n
keterangan :
t : harga statistik yang diuji )2(~ 21 nntt
1X : rata-rata nilai UTS kelas VII semester 1 kelas eksperimen
2X : rata-rata nilai UTS kelas VII semester 1 kelas kontrol
2
1s : variansi dari kelas eksperimen
2
2s : variansi dari kelas control
42
1n : cacah anggota kelas eksperimen
2n : cacah anggota kelas kontrol
2
ps : variansi gabungan
ps : deviasi baku gabungan
d. Daerah kritik : DK = {2
| ttt atau 2
tt }.
e. Keputusan uji : jika t DK, H0 ditolak
f. Kesimpulan
1) Jika H0 tidak ditolak maka kedua populasi seimbang.
2) Jika H0 ditolak maka kedua populasi tidak seimbang .
(Budiyono, 2004 : 156-158)
2.Prasyarat Analisis
Sebelum uji anava dilakukan harus dilakukan uji prasyarat analisis yaitu :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pada penelitian ini, untuk uji
normalitas digunakan metode Lilliefors. Prosedur ujinya adalah sebagai berikut
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Tingkat signifikansi : = 0,05
3) Statistik uji
L = Maks |)()(| ii zSzF
Keterangan :
)()( ii zZPzF
)1,0(~ NZ
)( izS : proporsi cacah izz terhadap seluruh cacah iz
iz = s
XX i ;
43
s : standar deviasi sampel;
X : rataan sampel
4) Daerah kritik
DK = {LL nL ; } dengan n adalah ukuran sampel
Untuk beberapa dan n, nilai nL ; dapat dilihat pada tabel nilai kritik uji
Lilliefors.
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika L DK atau Ho diterima jika L DK
6) Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh
(Budiyono, 2004: 170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama. Pada penelitian ini, untuk uji homogenitas
digunakan metode Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat, sebagai berikut :
1) Hipotesis
H0 : 22
3
2
2
2
1 ... k (populasi-populasi homogen)
H1 : tidak semua variansi sama (populasi-populasi tidak homogen)
2) Tingkat signifikansi : = 0.05
3) Statistik uji
2 =
c
203.2( f log RKG
2log jj sf )
Keterangan :
)1(~ 22 k
k : banyaknya populasi
f : derajat kebebasan untuk RKG = N–k
fj : derajat kebebasan untuk sj2 dengan fj = nj1
2
js : variansi tiap-tiap populasi dengan kj .,..,2,1
N : banyaknya seluruh pengukuran
44
nj : banyaknya pengukuran pada sampel ke-j
c = 1 + )1k(3
1
jj f
1
f
1
RKG =
j
j
f
SS
SSj =
2
jj
j
2
j2
j s1nn
XX
4) Daerah kritik
DK = }|{ 1;222
k
Untuk beberapa dan (k-1), nilai 1;2
k dapat dilihat pada tabel nilai
chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).
5) Keputusan uji
H0 ditolak jika DK2 atau Ho tidak ditolak jika DK2 .
6) Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh.
(Budiyono, 2004: 175-178)
3.Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis teknik analisa data yang digunakan adalah
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model data sebagai
berikut:
ijkijjiijkX )(
Keterangan :
ijkX : data amatan ke–i dan kolom ke-j
: rerata dari seluruh data amatan (rerata besar/ grand mean);
i : efek baris ke-i pada variabel terikat;
45
j : efek kolom ke-j pada variabel terikat;
ij)( : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
ijk : deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ij ) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan terhadap
rataan populasi juga disebut galat (error);
i = 1, 2; i = 1 untuk model pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan struktural ”Numbered Heads Together”
i = 2 untuk model pembelajaran konvensional.
j = 1, 2, 3; j = 1 untuk kreativitas belajar siswa tinggi.
j = 2 untuk kreativitas belajar siswa sedang.
j = 3 untuk kreativitas belajar siswa rendah.
k : banyaknya data amatan pada setiap sel
(Budiyono, 2004 : 176-177)
46
Tabel 3.2
Notasi dan Tata Letak Data Anava Dua Jalan Sel Tak Sama.
Kelas
Kreativitas Siswa
Total Tinggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
Eksperimen
(a1)
Data Amatan
X11
X21
. . .
Xn1
X12
X22
. . .
Xn2
X13
X23
. . .
Xn3
Cacah Data n11 n12 n13 N1
Jumlah Data T11 T12 T13 G1
Rataan 11X 12X
13X 1X
Jumlah Kuadrat 2
11X 2
12X 2
13X 2
1X
Suku Koreksi
11
2
11
n
T
12
2
12
n
T
13
2
13
n
T
j j
j
n
T
1
2
1
Variansi SS11 SS12 SS13 j
jSS1
Kontrol
(a2)
Data Amatan
X11
X21
. . .
Xn1
X12
X22
. . .
Xn2
X13
X23
. . .
Xn3
Cacah Data n21 n22 n23 N2
Jumlah Data T21 T22 T23 G2
Rataan 21X 22X 23X 2X
Jumlah Kuadrat 2
21X 2
22X 2
23X 2
2X
Suku Koreksi
21
2
21
n
T
22
2
22
n
T
23
2
23
n
T
j j
j
n
T
2
2
2
Variansi SS21 SS22 SS23 j
jSS2
Variansi = Jumlah Kuadrat – Suku Koreksi
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor A Faktor B
Total b1 b2 b3
a1 ab11 ab12 ab13 A1
a2 ab21 ab22 ab23 A2
Total B1 B2 B3 G
47
Sel abij memuat Xij1, Xij2, . . ., Xijn ; dengan nij : cacah observasi pada sel abij
a1 : pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together”
a2 : pengajaran dengan model pembelajaran konvensional
b1 : kreativitas siswa tinggi
b2 : kreativitas siswa sedang
b3 : kreativitas siswa rendah
A1 : jumlah data pada baris ke-1
A2 : jumlah data pada baris ke-2
B1 : jumlah data pada kolom ke-1
B2 : jumlah data pada kolom ke-2
B3 : jumlah data pada kolom ke-3
G : jumlah seluruh data amatan
Prosedur dalam pengujian menggunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama, yaitu:
a. Hipotesis
1) HoA : i = 0 untuk semua i = 1, 2
H1A : i 0 untuk paling sedikit satu harga i
2) HoB : j = 0 untuk semua j = 1, 2, 3
H1B : j 0 untuk paling sedikit satu harga j
3) HoAB : )( ij = 0 untuk semua i = 1, 2; j = 1, 2, 3
H1AB : )( ij 0 untuk paling sedikit satu harga (i,j)
Ketiga hipotesis tersebut ekuivalen dengan ketiga pasang hipotesis berikut :
1) HoA : Tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
H1A : Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat
2) HoB : Tidak ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat
H1B : Ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat
48
j,i ijn
1
pq
3) HoAB : Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat
H1AB : Ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat
b. Dipilih tingkat signifikansi = 0,05
c. Statistik Uji
Untuk menguji hipotesis disajikan komputasi pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4
Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dk RK Fobs Fα p
Metode (A)
Aktivitas siswa (B)
Interaksi (AB)
Galat
JKA
JKB
JKAB
JKG
p – 1
q – 1
(p–1)(q–1)
N – pq
dkA
JKA
dkB
JKB
dkAB
JKAB
dkG
JKG
Fa =RKG
RKA
Fb =RKG
RKB
Fab=RKG
RKAB
F*
F*
F*
-
<α atau > α
<α atau > α
<α atau > α
-
Total JKT N – 1 - - - -
Keterangan :
p : probabilitas amatan
F* : nilai F yang diperoleh dari tabel
ijn : banyaknya data amatan pada sel-ij
p: jumlah baris (jumlah model), q: jumlah kolom (jumlah kategori kreativitas)
hn : rataan harmonik frekuensi seluruh sel, hn =
N : banyaknya seluruh data amatan. N = j,i
ijn
dengan ijk
k
ijk
k
ijkijn
X
XSS
2
2
ijAB : rataan pada sel-ij
49
iA : jumlah rataan pada baris ke-i dengan iA =j
ijAB
jB : jumlah rataan pada kolom ke-j dengan jB = i
ijAB
G : jumlah rataan semua sel dengan G = j,i
ijAB
JKA = hn {i
2i
q
A
pq
G2
}
JKB = hn { pq
G2
}
JKAB = hn { pq
G2
+ j
2j
p
B 2
j,i
ijAB i
2i
q
A
j
j
p
B2
}
JKG = j,i
ijSS
JKT= JKA + JKB + JKAB + JKG
dengan : G2 : Kuadrat jumlah rerata pengamatan semua sel
Ai2 : Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada baris ke-i
Bj2 : Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada baris ke-j
2
ijAB : Jumlah kuadrat rerata pengamatan pada sel ke-ij
d. Daerah Kritik
DK = {Fa Fa pq-N 1,-p ;F }
DK = {Fb Fb pq-N 1,-q ;F }
DK = {Fab Fab pq-N 1),-1)(q-(p ;F }
e. Keputusan Uji
1) H0A ditolak jika Fa DK.
2) H0B ditolak jika Fab DK.
3) H0AB ditolak jika Fab DK.
f. Kesimpulan berdasarkan keputusan uji yang diperoleh
(Budiyono, 2004 : 227-230)
50
4. Uji Komparasi Ganda
Untuk mengetahui perbedaan rerata antar baris, antar kolom, antar sel-sel
pada kolom, antar sel-sel pada baris maka digunakan uji komparasi ganda dengan
metode Scheffe’.
Langkah-langkah yang ditempuh pada metode Scheffe’ sebagai berikut :
a. Identifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada dengan merumuskan
hipotesis sesuai yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
b. Menentukan tingkat signifikansi .
c. Mencari nilai statistik uji F.
d. Menentukan daerah kritik
e. Menentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda.
f. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
Metode Scheffe’ untuk Anava dua jalan dengan sel tak sama meliputi :
1) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Baris
a). Hipotesis
H0 : 21
H1 : 21
b). Dipilih tingkat signifikan
c). Statistik uji
ji
ji
ji
nnRKG
XXF
11
)( 2
dengan:Fi-j : nilai Fobs pada pembanding baris ke-i dan baris ke-j
iX : rataan pada baris ke-i
jX : rataan pada baris ke-j
RKG : rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan anava
ni : ukuran sampel baris ke-i
nj : ukuran sampel baris ke-j
d). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-p ;)1( Fp }
51
e). Keputusan uji
H0 ditolak jika jiF DK
2) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Kolom
a). Hipotesis
Tabel 3.5 Hipotesis untuk Komparasi Rataan Antar Kolom
H0 H1
21
31
32
21
31
32
b). Dipilih tingkat signifikan
c). Statistik uji
ji
ji
ji
nnRKG
XXF
11
)( 2
d). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-q ;)1( Fq }
e). Keputusan uji
H0 ditolak jika jiF DK
3) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama
a). Hipotesis
Tabel 3.6 Hipotesis Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama
H0 H1
2111
2212
2313
2111
2212
2313
b). Dipilih tingkat signifikan
c). Statistik uji
d).
kjij
kjij
kjij
nnRKG
XXF
11
)( 2
52
dengan:
Fij-kj : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
ijX : rataan pada sel ij
kjX : rataan pada sel kj
RKG : rataan kuadarat galat, yang diperoleh dari perhitungan anava
nij : ukuran sel ij
nkj : ukuran sel kj
e). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-pq ;)1( Fpq }
f). Keputusan uji
H0 ditolak jika kjijF DK
4) Uji Scheffe’ untuk Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama
a). Hipotesis
Tabel 3.7 Hipotesis komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
H0 H1
1211
1311
1312
2221
2321
2322
1211
1311
1312
2221
2321
2322
b). Dipilih tingkat signifikan
c). Statistik uji
kjij
kjij
kjij
nnRKG
XXF
11
)( 2
d). Daerah Kritik: {F F pq-N 1,-pq ;)1( Fpq }
e). Keputusan uji
H0 ditolak jika kjijF DK
(Budiyono, 2004 : 213-215)
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini meliputi data skor uji coba dan skor pada
sampel penelitian yang masing-masing terdiri dari:
data skor tes prestasi belajar matematika siswa pada materi Aritmetika
Sosial
data nilai angket kreativitas belajar matematika siswa
Setelah kedua data tersebut diperoleh selanjutnya data tersebut diuji.
Berikut ini uraian tentang data yang diperoleh.
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu
berupa angket kreativitas belajar matematika siswa dan tes prestasi belajar
matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial.
a. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa.
1) Validitas isi angket uji coba
Uji Validitas isi dilakukan oleh dua orang validator yaitu guru
matematika SMP N 1 Banyudono Drs. Paiman dan guru matematika
SMP N 1 Teras Agung Kuncoro Budi, S. Pd. Berdasarkan uji validitas
isi yang dilakukan validator dari 40 butir angket kreativitas semuanya
dinyatakan valid karena memenuhi kriteria yang ditentukan dan dapat
digunakan untuk instumen penelitian. Untuk data hasil validasi dapat
dilihat pada Lampiran 11a halaman 149 dan Lampiran 11b halaman
150.
2) Konsistensi internal angket uji coba
Angket yang diujicobakan terdiri dari 40 butir. Dari hasil uji
konsistensi internal dengan rumus korelasi produk moment diperoleh
29 butir yang konsisten dengan rhit dari 29 butir tersebut lebih dari 0,3.
Sedang 11 butir dinyatakan tidak konsisten karena 11 butir tersebut
53
54
mempunyai rhit kurang dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 15 halaman 163.
3) Reliabilitas angket
Dalam menghitung reliabilitas angket digunakan rumus Alpha.
Dari perhitungan diperoleh bahwa 899,011 r . Karena
70,0899,011 r maka angket kreativitas belajar matematika siswa
dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 16 halaman 167.
Dari ketiga persyaratan diatas diperoleh 29 butir angket yang dapat
digunakan sebagai penelitian. Sebelas butir tidak digunakan karena tidak
memenuhi syarat yaitu butir ke 3, 5, 6, 9, 14, 18, 20, 22, 27, 30 dan 32.
Instrumen ini dapat digunakan sebagai pengambil data kreativitas belajar
matematika siswa karena semua indikator sudah terwakili oleh butir yang ada
atau tidak ada indikator yang hilang dari akibat sebelas soal yang tidak
dipakai.
b. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar
1) Validitas isi soal uji coba tes prestasi belajar.
Tes prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial
terdiri dari 30 butir soal. Melalui dua orang validator yaitu guru SMP
N 1 Banyudono Drs. Paiman dan guru matematika SMP N 1 Teras
Agung Kuncoro Budi, S. Pd diperoleh 30 soal dinyatakan valid secara
validitas isi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil validasi
dapat dilihat pada Lampiran 12a halaman 151 dan Lampiran 12b
halaman 153.
2) Konsistensi internal soal uji coba
Tes prestasi belajar yang diujicobakan terdiri dari 30 butir soal
tes obyektif. Dari hasil uji konsistensi internal menggunakan rumus
korelasi produk moment diperoleh 21 soal yang konsisten dengan rhit
dari 21 soal tersebut lebih dari 0,3. Sedangkan sembilan soal
dinyatakan tidak konsisten dengan rhit dari sembilan soal tersebut
55
kurang dari 0,3. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 13 halaman 155.
3) Reliabilitas soal uji coba
Dengan menggunakan rumus KR-20, diperoleh 825,011 r .
Karena 70,0825,011 r tes prestasi belajar pada materi Aritmetika
Sosial dinyatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 14 halaman 159.
4) Tingkat Kesukaran Butir Soal
Setelah melakukan perhitungan mengenai tingkat kesukaran
butir soal diperoleh tiga kategori sebagai berikut:
a) kategori mudah untuk butir soal 4, 9, 13, 15 dan 30
b) kategori sedang untuk butir soal 3, 6, 7, 10, 12, 14, 17, 20, 21, 22
dan 27
c) kategori sukar untuk butir soal 11, 19, 24, 26 dan 28
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14 halaman
159.
Dari keempat persyaratan tersebut diperoleh 21 butir soal yang
dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dan sembilan soal tidak
digunakan yaitu butir soal 1, 2, 5, 8, 16, 18, 23, 25 dan 29. Jika dilihat dari
indikator pada instrumen setelah dilakukan uji coba, instrumen ini dapat
digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa karena semua
indikator sudah terwakili walaupun terdapat sembilan soal yang tidak dipakai.
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Uji Coba Intrumen
Instrumen
Jumlah Soal Nomor butir
soal tidak
digunakan
Reliabilitas
Sebelum uji
coba(butir)
Setelah uji
coba(butir)
Soal Tes 30 21 1, 2, 5, 8, 16, 18,
23, 25, 29 0,825
Angket 40 29 3, 5, 6, 9, 14, 18,
20, 22, 27, 30, 32 0,899
56
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika
Dari data prestasi belajar matematika siswa kemudian ditentukan
ukuran tendensi sentralnya yang meliputi rataaan ( X ), median (Me), Modus
(Mo) dan ukuran dispersi meliputi jangkauan (J) serta simpangan baku yang
dapat dirangkum dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Siswa pada Materi Aritmetika
Sosial Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
X Mo Me Skor
Min
Skor
Maks J S
Eksperimen 6,396 6,66 6,66 3,81 9,05 5,24 1,436
Kontrol 5,502 5.71 5,24 3,33 8,57 5,24 1,509
3. Data Skor Kreativitas Belajar Matematika Siswa
Data tentang kreativitas belajar matematika siswa diperoleh dari
angket tentang kreativitas belajar matematika siswa, selanjutnya data tersebut
dikelompokkam dalam tiga kategori berdasarkan rata-rata gabungan ( gabX )
dan setengah dari standar deviasi ( gabs2
1). Dari hasil perhitungan kedua
kelompok diperoleh 80,150gabX dan 6,976gabs
Tabel 4.3 Penentuan Kategori Angket Kreativitas Belajar Matematika Siswa.
Kategori Ketentuan Rentang Skor(X)
Tinggi gabsXX2
1 638,83X
Sedang gabgab sXXsX2
1
2
1 638,83662,76 X
Rendah gabsXX2
1 662,76X
57
Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat disajikan kategori
kreativitas siswa sebagai berikut ini :
Tabel 4.4 Sebaran Kategori Kreativitas Belajar Matematika Siswa
Kelompok Jumlah Siswa untuk Tiap Kategori Aktivitas
Tinggi (siswa) Sedang (siswa) Rendah (siswa)
Eksperimen 8 23 8
Kontrol 8 26 7
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28 tentang data induk
penelitian halaman 207.
B. Pengujian Persyaratan
1. Pengujian Persyaratan Eksperimen
Uji persyaratan eksperimen menggunakan uji keseimbangan. Uji
keseimbangan ini diambil dari nilai UTS matematika siswa pada semester I kelas
VII tahun 2008/2009 kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Table 4.5 Rataan dan Variansi Nilai UTS Semester I
Kelompok Jumlah (siswa) Rataan Variansi
Eksperimen 40 69,65 8,20
Kontrol 41 67,76 15,82
(Nilai UTS semester 1 dapat dilihat pada Lampiran 24 halaman 199)
Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu dilakukan uji normallitas
terlebih dahulu dengan tujuan menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan metode Liliefors dengan
taraf signifikan 0,05. Dari metode tersebut diperoleh statistik uji sebagai berikut :
Tabel 4.6 Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji
Kelompok Eksperimen 0,081 0,140 Ho tidak ditolak
Kelompok Kontrol 0,080 0,138 Ho tidak ditolak
Dari Tabel 4.6 tampak bahwa Lhit untuk masing-masing sampel tidak
melebihi dari Ltab sehingga keputusan adalah Ho tidak ditolak dengan kesimpulan
bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 25 halaman 201 untuk
58
normalitas kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol pada Lampiran 26 halaman
203.
Hasill uji keseimbangan keadaan awal dengan menggunakan uji-t
diperoleh 709,0obst bukan anggota daerah kritik
{ 960,1960,1| tatauttDK } maka Ho tidak ditolak. Hal ini berarti
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari dua populasi yang
memiliki keadaan awal sama sehingga bisa disimpulkan kedua kelompok tersebut
dalam keadaan seimbang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
27 halaman 205.
2. Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan metode Lilliefors. Taraf signifikan yang
digunakan adalah 0,05 diperoleh harga statistik uji berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Normalitas
Sumber n Lmaks Ltab Keputusan Uji Kesimpulan
Eksperimen 39 0,072 0,141 Ho tidak ditolak Normal
Kontrol 41 0,128 0,138 Ho tidak ditolak Normal
Kreativitas Tinggi 16 0,087 0,221 Ho tidak ditolak Normal
Kreativitas Sedang 49 0,112 0,126 Ho tidak ditolak Normal
Kreativitas rendah 15 0,174 0,228 Ho tidak ditolak Normal
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa semua harga Lmaks bukan merupakan
anggota daerah kritik untuk masing-masing sumber, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya untuk uji normalitas prestasi belajar matematika
siswa kelas eksperimen, uji normalitas prestasi belajar matematika siswa kelas
kontrol, uji normalitas prestasi belajar matematika kelompok kreativitas
belajar tinggi, uji normalitas prestasi belajar matematika kelompok kreativitas
sedang dan uji normalitas prestasi belajar matematika kelompok kreativitas
rendah berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 30 halaman 210, Lampiran
31 halaman 212, Lampiran 33 halaman 217, Lampiran 34 halaman 219 dan
Lampiran 35 halaman 222.
59
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan metode Bartlett. Taraf signifikan yang
digunakan adalah 0,05 diperoleh hasil uji homogenitas sebagai berikut ini :
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Homogenitas
Sumber k obs
2 tabel2 Keputusan Uji Kesimpulan
Model
Pembelajaran
2 -0,748 3,841 H0 tidak ditolak Homogen
Kreativitas belajar 3 0,206 5,991 H0 tidak ditolak Homogen
Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai obs
2 bukan merupakan anggota
daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi
yang homogen. Perhitungan homogenitas berdasarkan model pembelajaran
(baris) dapat dilihat pada Lampiran 32 halaman 214 dan homogenitas
berdasarkan kategori kreativitas (kolom) pada Lampiran 36 halaman 224.
C. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Dari hasil analisis variansi dua jalan pada Tabel 4.9 diperoleh
keputusan sebagai berikut ini :
a. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak.
Ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat. Hal ini berarti
kedua model pembelajaran memberikan pengaruh yang tidak sama
terhadap prestasi belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial.
b. Pada efek utama kolom (B), H0B tidak ditolak.
Tidak ada perbedaan pengaruh antar kolom terhadap variabel terikat. Hal
ini berarti ketiga kategori kreativitas belajar matematika siswa yaitu tinggi,
sedang dan rendah memberikan pengaruh yang sama terhadap prestasi
belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial.
c. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB tidak ditolak.
Tidak ada interaksi antara baris dan kolom terhadap variabel terikat yaitu
antara penggunaan model pembelajaran dan kreativitas belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial.
60
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 4.9 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber JK dK RK Fobs F Keputusan
Uji
Model
Pembelajaran (A) 11,744 1 11,744 4,875 3,972 H0Aditolak
Kreativitas
Belajar (B) 0,289 2 0,145 0,060 3,122
H0B tidak
ditolak
Interaksi (AB) 0,178 2 0,088 0,037 3,122
H0AB tidak
ditolak
Galat (G) 178,269 74 2,409 - - -
Total 190,480 79 - - - -
(Perhitungan uji hipotesis dapat dilihat pada Lampiran 37 halaman 227 dengan
tata letak data pada Lampiran 29 halaman 209.
2. Uji Komparasi Ganda
a. Uji Komparasi Rataan Antar Baris.
Uji komparasi rataan antar baris dilakukan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran yang manakah yang lebih baik pada model
pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari dua model sehingga untuk mengetahui model yang
memberikan pengaruh lebih baik yang merupakan perlakuan pada baris anava
tidak perlu menggunakan uji komparasi rataan antar baris akan tetapi cukup
menggunakan perbandingan rataan marginalnya.
Tabel 4.10 Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa
Metode Kreativitas Rataan
Marginal Tinggi Sedang Rendah
Model Pembelajaran
Kooperatif dengan
pendekatan struktural
“Numbered Heads
Together”
6,368 6,354 6,545 6,422
Model Pembelajaran
Konvensional
5,414 5,623 5,576 5,538
Rataan Marginal 5,891 5,989 6,061
61
Dari rataan marginal pada Tabel 4.10 rataan marginal pada baris
model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered
Heads Together” lebih besar dari rataan marginal pada baris model
pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” memberikan pengaruh yang lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional.
b. Uji Komparasi Rataan Antar Kolom.
Dari hasil anava pada Tabel 4.9 dihasilkan bahwa tidak ada
perbedaan pengaruh antar kolom (H0B tidak ditolak), yaitu tidak ada
perbedaan pengaruh kategori kreativitas belajar tinggi, sedang, rendah
terhadap variabel terikat sehingga tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan
antar kolom.
c. Uji Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang sama.
Dari anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama yang terangkum
dalam Tabel 4.9 diperoleh bahwa H0AB tidak ditolak. Ini berarti tidak ada
interaksi antara model pembelajaran dan kreativitas belajar matematika siswa.
Karena H0AB ditolak maka tidak perlu dilakukan uji komparasi rataan antar sel
pada baris yang sama.
d. Uji Komparasi Rataan antar sel Pada Kolom yang sama
Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada Tabel 4.9
dihasilkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan
kreativitas belajar matematika siswa (H0AB tidak ditolak) maka tidak perlu
dilakukan uji komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh 74:1:05,0972,3875,4 FFobs , dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
obsF merupakan anggota daerah kritik, sehingga H0A ditolak yang berarti bahwa
62
penggunaan model kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada
materi Aritmetika Sosial.
Dengan melihat rataan marginal dari kedua model tersebut yaitu rataan
marginal pada model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
“Numbered Heads Together” adalah 6,422 > 5,538 yang merupakan rataan
marginal dari model pembelajaran konvensional, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar matematika siswa pada
materi Aritmetika Sosial.
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh 74:2:05,0122,3060,0 FFobs , sehingga obsF bukan merupakan
anggota dari daerah kritik. Akibatnya H0B tidak ditolak yang berarti suatu
tingkatan kreativitas belajar matematika tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar matematika pada materi Aritmetika Sosial.
Tidak terpenuhinya hipotesis kedua ini mungkin dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a Dimungkinkan pada waktu pengisian angket siswa kurang memperhatikan apa
yang ditanyakan sehingga jawaban siswa yang dituliskan kemungkinan juga
berbeda dengan kondisi yang sebenarnya terjadi pada diri masing-masing
individu siswa. Hal ini mengakibatkan nilai angket pada siswa tersebut kurang
menggambarkan tingkat kreativitasnya.
b Pengambilan data angket dilaksanakan setelah kedua kelas selesai
mendapatkan perlakuan yaitu kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional dan kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together”. Di
samping itu, terdapat beberapa butir angket yang tidak sesuai dengan kondisi
63
siswa di kelas kontrol sehingga beberapa butir angket tersebut tidak dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kreativitas belajar matematika siswa.
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil analisis valiansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh
74:2:05,0122,3037,0 FFobs , sehingga obsF bukan anggota daerak kritik yang
mengakibatkan H0AB tidak ditolak. Hal ini berarti model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” lebih baik daripada
model pembelajaran konvensional pada setiap kategori kreativitas belajar
matematika siswa.
Dari hasil pengujian untuk hipotesis pertama menyatakan bahwa
pembelajaran matematika pada materi Aritmetika Sosial dengan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional dan
pada hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa suatu tingkatan
kreativitas belajar matematika tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar
matematika pada materi Aritmetika Sosial. Hal ini berarti pada semua kategori
kreativitas belajar baik tinggi, sedang maupun rendah menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” daripada
menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada kategori kreativitas tinggi
siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik daripada siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional,
demikian juga pada kategori kreativitas sedang prestasi siswa pada kelompok
model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” lebih baik daripada kelompok pada model pembelajaran konvensional
hal ini juga berlaku pada kategori kreativitas rendah prestasi siswa yang diberi
perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” lebih baik daripada prestasi
siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional.
64
Adapun hasil pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian, tidak
terujinya hipotesis ketiga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a Kegiatan diskusi belum terjadi secara optimal karena tiap kelompok
memang bekerja sama namun masih didominasi oleh siswa yang memiliki
kreativitas belajar tinggi dan ketertarikan pada model pembelajaran yang
baru.
b Kegiatan diskusi tidak sepenuhnya dapat berlangsung seperti yang
diharapkan karena terkadang siswa dengan kreativitas belajar tinggi tidak
mau berbagi dengan siswa dengan kreativitas belajar sedang dan rendah dan
siswa dengan kreativitas belajar rendah kurang aktif bertanya kepada teman
kelompoknya untuk memahami konsep materi sehingga penguasaan materi
didominasi oleh siswa dengan kreativitas belajar tinggi.
65
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan analisis hasil penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai
berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
“Numbered Heads Together” menghasilkan prestasi belajar matematika siswa
yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran konvensional pada
materi Aritmetika Sosial siswa kelas VII semester I SMP Negeri 1
Banyudono tahun ajaran 2008/2009.
2. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan kreativitas
belajar matematika tinggi, kreativitas belajar matematika sedang dan
kreativitas belajar matematika rendah pada materi Aritmetika Sosial siswa
kelas VII semester I SMP Negeri 1 Banyudono tahun ajaran 2008/2009.
3. Model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered
Heads Together” lebih baik daripada model pembelajaran konvensional pada
setiap kategori kreativitas belajar matematika siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,
maka implikasi dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif
dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” mempunyai
karakteristik dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan kreativitas belajar
siswa karena dalam model pembelajaran ini guru hanya memberikan sedikit
apersepsi kemudian memberikan LKS pada siswa untuk didiskusikan bersama
kelompoknya masing-masing, sehingga siswa harus bekerjasama untuk
menyelesaikan LKS dan latihan-latihan soal.
65
66
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan
pendekatan struktural “Numbered Heads Together” lebih baik dari model
pembelajaran konvensional karena dengan berdiskusi dalam kelompoknya dapat
menjalin kerjasama serta bertukar pikiran tentang materi Aritmetika Sosial sesuai
dengan pemahaman masing-masing kemudian disatukan untuk menemukan
perumusan penyelesaian masalah-masalah Aritmetika Sosial. Bagi siswa yang
belum paham dapat bertanya kepada siswa yang paham dan bagi siswa yang
paham dapat lebih memperdalam materi yang dipelajari. Tiap kelompok diberikan
waktu yang sama untuk menyelesaikan LKS. Setiap siswa akan terlibat aktif
dalam proses pembelajaran karena semua siswa mempunyai peluang untuk
mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya. Selanjutnya hasil
diskusi tersebut akan didiskusikan bersama-sama dengan kelompok yang lain
dengan cara guru memanggil nomor anggota tertentu dari salah satu kelompok
untuk menyampaikan hasil diskusi mewakili kelompoknya kemudian kelompok
lain menanggapi. Dengan begitu, siswa mengerti apakah hasil diskusi mereka
salah atau benar sehingga pemahaman mereka lebih mendalam.
Dengan diskusi yang mereka lakukan maka siswa akan lebih mudah
memahami penyelesaian masalah Aritmetika Sosial, sehingga siswa belajar
dengan memahami bukan menghafal. Selain itu pemberian latihan-latihan soal
pada tiap LKS memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan apa yang telah
mereka temukan untuk menyelesaikan masalah-masalah Aritmetika Sosial.
Kelompok yang mengalami kesulitan dalam meyelesaikan LKS akan dibimbing
guru, namun guru hanya memberikan pengarahan bukan jawaban dari LKS
tersebut, jadi siswa dituntut untuk berpikir bersama dalam menemukan bentuk-
bentuk penyelesaian masalah Aritmetika Sosial.
Adanya presentasi dari beberapa kelompok tentang hasil diskusi mereka
membuat siswa berani mengungkapkan apa yang telah mereka pikirkan dan
mereka temukan. Selain itu, kelompok yang lain bisa membandingkan hasil
diskusi mereka sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah
dengan penegasan jawaban dari guru.
67
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat kreativitas belajar
matematika siswa tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini mungkin
disebabkan pemberian soal latihan yang kurang bagi siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi akibatnya mereka memperoleh soal latihan yang hampir sama
dengan siswa dengan tingkat kreativitas sedang maupun rendah.
Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional sehingga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru
dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar di kelas
terutama pada materi Aritmetika Sosial, lebih luasnya dapat digunakan sebagai
model pembelajaran pada materi yang lainnya dengan memperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan model pembelajaran yaitu:
kesesuaian materi, kemampuan guru, kemampuan siswa, lingkungan belajar siswa
dan fasilitas.
C. Saran
Dalam upaya mencari alternatif pembelajaran matematika maka penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Guru Mata Pelajaran Matematika
a. Guru SMP Negeri 1 Banyudono
Dari hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran pada materi
Aritmetika Sosial dengan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional, sehingga pada materi Aritmetika Sosial
sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan
struktural “Numbered Heads Together” agar prestasi belajar siswa lebih
maksimal.
68
b. Guru sekolah lain pada jenjang SMP
Dalam penyampaian materi terutama materi pada jenjang SMP
hendaknya memperhatikan kondisi bahwa kemampuan siswa dalam satu kelas
sangat heterogen. Sehingga perlu memperhatikan pemilihan model
pembelajaran yang tepat sesuai materi yang dipelajari sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
2. Kepada Sekolah
Dari hasil penelitian ini, kepala sekolah diharapkan memberikan masukan
kepada guru mata pelajaran matematika untuk menggunakan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads Together” sebagai
salah satu alternatif model pembelajaran pada materi Aritmetika Sosial.
3. Kepada Siswa
Untuk mempelajari materi Aritmetika Sosial dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural “Numbered Heads
Together” siswa sebaiknya meningkatkan kerjasama dengan teman satu kelompok
mereka dalam menyelesaikan LKS sehingga pemahaman mereka bisa maksimal.
4. Kepada Para Peneliti
Para peneliti dapat mengadakan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural
“Numbered Heads Together” namun dengan terlebih dahulu membiasakan siswa
dengan model pembelajaran ini sehingga potensi siswa dapat digunakan
semaksimal mungkin dan siswa tidak mengawali kebingungan di awal
pembelajaran.
Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi Aritmetika Sosial kelas VII
SMP, sehingga peneliti dapat mencoba untuk menerapkannya pada materi yang
lain.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2000. Learning to Teach. USA: Mc Graw-Hill.
Asmawi Zainul dan Noehel Nasoetion. 1995. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Depdikbud.
Ballantine, J dan Larres P. 2007. Cooperative Learning: A Pedagogy to Improve
Students Skill? Journal Articles, Report Evalutie, Education and
Training, v94, n2,p12,6-127.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
. . 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Damyati dan Mudjiono. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2005. Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta: Depdiknas.
I Gusti Putu Sudiarta. 2005. Paradigma Baru Pembelajaran Matematika.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 TH.
XXXVIII, 322.
Jahja Umar, dkk. 1997. Bahan Penataran Pengujian Pendidikan. Jakarta:
Depdikbud.
Julius Candra. 1994. Kreativitas. Yogyakarta: Kanisius.
Marwan A.M, dkk. 1994. Terampil dalam Matematika 1 A. Surakarta: Tiga
Serangkai.
Muhibbin Syah. 2006. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muslimin Ibrahim, dkk. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Purwoto. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.
R. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen
Dikti Depdiknas.
Reni Akbar Hawadi, dkk. 2001. Kreativitas. Jakarta: Grasindo.
69
70
Samo. 2008. Student‟s Perceptions About The Symbols, Letters and Sign In
Algebra and How Do These Affect Their Learning of Algebra: A Case
Study in A Governmemt Girls Secondary School Karachi. Journal of
Mathematical Research. Diunduh tanggal 17 Januari 2010 dari
http://pdfdatabase.com/index.php?q:free+jurnal+matematika+internasion
al//Samo.pdf.
Sawiji, dkk. 2007. LKS Matematika Prestasi. Klaten: Agung.
S.C. Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak
Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Sri Suwarsi, dkk. 2003. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Surakarta: UNS Press.
Sri Lestari. 2007. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Melalui
Pendekatan Struktural “Numbered Heads Together” pada Pokok
Bahasan Fungsi Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa. Surakarta: UNS.
Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Winkel, W.S. 1999. Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
27