progsus yuhu

Upload: liska-saktiyani

Post on 07-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    1/92

     

    BAHAN AJAR

    PROGRAM KHUSUS SLB 

    TUNARUNGU

    BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

    PUSAT KURIKULUM

    Jakarta, Mei 2010

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    2/92

     

    LAMPIRAN

    LAPORAN 6

    KEGIATAN PENELAAHAN DAN PERBAIKAN

    MODEL BAHAN AJAR PROGRAM KHUSUS

    BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    3/92

    TIM PENGEMBANG

    BAHAN AJAR PROGRAM KHUSUS

    BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA

    1. Murni Winarsih, M.Pd. Dosen PLB FIP Universitas Negeri

    Jakarta

    2. Hj. Tri Wanti, S.Pd. Kepala SDLB-B Santi Rama Jakarta

    3. M. Fajar Podangsih Guru SDLB-B Santi Rama Jakarta

    4. Wahyu Rinaningsih, S.Pd. Guru SDLB-B Pangudi Luhur

    Jakarta

    5. Panigoran Nasution, S.Pd. Guru SDLB Negeri 1 Jakarta

    6. Drs. NS Vijaya KN, M.A. Pusat Kurikulum

    7. Drs. Bunyamin, M.Pd. Pusat Kurikulum 

    8. Suharyadi, S.E., M.Pd. Pusat Kurikulum 

    Editor

    1.  Dra. Diah Harianti, M.Psi.

    2.  Drs. NS Vijaya KN, M.A.

    3. 

    Drs. Bunyamin, M.Pd.

    4.  Suharyadi, S.E., M.Pd.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    4/92

    KATA PENGANTAR

    Bahan ajar program khusus bina komunikasi persepsi bunyi dan irama(BKPBI)

    merupakan acuan untuk pembaca, pendidik, pemerhati anak tunarungu yang

     berminat agar lebih memahami masalah anak tunarungu dalam berkomunikasi

    melalui BKPBI dengan tahapan-tahapannya. Bahan ajar ini juga dapat membantu

    guru-guru sekolah luar biasa tunarungu yang dapat diadopsi dan diadaptasi.

    Bahan ajar ini disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum dari Pusat Kurikulum,

    Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Nasional; ahli dari

     perguruan tinggi, guru, dan kepala sekolah. Dalam proses pengembangannnya

     juga telah diujicobakan ke SLB-SLB di lima provinsi, yakni: Sumatra Selatan;

    Jawa Barat, DI Yogyakarta; Jawa Timur; dan Bali.

    Berkenaan dengan itu, diucapkan terima kasih kepada seluruh pengembang dan

    kontributor atas jerih payah, masukan, informasi, pendapat, dan saran-sarannya

    yang berguna bagi terwujudnya bahan ajar ini.

    Tidak ada gading yang tak retak, kami mengharap masukan dan saran dari

     pembaca untuk penyempurnaan bahan ajar ini

    Jakarta, Juni 2010

    Kepala Pusat Kurikulum

    Diah Harianti

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    5/92

    DAFTAR ISI

    hal

    SAMPUL……………………………………………………………………………

    TIM

    PENGEMBANG………………………………………………………………

    i

    KATA

    PENGANTAR………………………………………………………………..

    ii

    DAFTAR

    ISI…………………………………………………………………………….

    iii

    BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

    A. Latar

    Belakang………………………………………………………

    1

    B. Tujuan Penulisan Bahan

    Ajar……..…………………………………….

    3

    C. Sasaran……………………………………………………… 3

    D. Sistematika

    Penulisan……………………………………………………

    3

    E. Rambu-

    rambu…………………………………………………………..

    4

    BAB II HAKEKAT ANAK

    TUNARUNGU…………………………………………..

    5

    A. Pengertian…………………………………………………… 5

    B. Klasifikasi…………………………………………………… 6

    C. Karakteristik…….……………………………………………. 9

    D. Dampak Ketunarunguan terhadap Kemampuan

    Berbahasa…………………………………………………….

    10

    BAB III BAHAN AJAR PROGRAM KHUSUS

    BKPBI…………………………………………………………………………

    13

    A. Pengertian…………………..………………………………… 13

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    6/92

      B. Perlunya Program

    BKPBI…………………………………………………………

    14

    C. Tujuan Umum dan Tujuan

    Khusus……………..…………………………………………

    16

    D. Tujuan Setiap

    Tahapan……………………………………………………….

    17

    E. Sarana

    BKPBI…………………………………………………………

    17

    F. Pelaksanaan

    BKPBI…………………………………………………………

    19

    BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 70

    GLOSARIUM………………………………………………………………… 71

    DAFTAR

    PUSTAKA…………………………………………………………………….

    72

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    7/92

     PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Pelayanan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan

    amanat yang tidak bisa disia-siakan, seperti yang termaktub dalam Undang-

    Undang Dasar 1945 (UUD 1945) pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa “Tiap-tiap

    warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Hal ini berarti pendidikan harus

    dapat melayani semua warga negara termasuk anak luar biasa, atau berkelainan,yaitu mereka yang mempunyai jenis kelainan/penyimpangan dalam segi jasmani,

    kedriaan, intelektual, sosial, dan emosional, atau gabungan dari segi-segi kelainan

    tersebut sehingga untuk mencapai perkembangan kapasitas yang maksimum.

    Sebagai turunan UUD 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pada Pasal 5 Ayat (2) dan pasal

    32 ayat (1) menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik,

    emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan

    khusus. Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

    memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

    fisik, emosional, mental, sosial,  dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

    istimewa. Secara yuridis formal anak luar biasa memiliki hak yang sama untuk

    mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikannya

    diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif

    dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan

    kemajemukan bangsa [UUSPN Pasal 4 ayat (1)].

    Sebagai suatu upaya melayani dan meningkatkan mutu pendidikan anak luar

     biasa, salah satu tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum adalah melaksanakan

     pengembangan model-model kurikulum dan pembelajaran pada berbagai satuan

     pendidikan. Di antaranya adalah pengembangan bahan ajar pendidikan khusus untuk

    Sekolah Luar Biasa (SLB).

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    8/92

    Pada tahun 2009 Pusat Kurikulum telah mengembangkan bahan ajar untuk anak

    tunagrahita dan autis. Selanjutnya hasil pemantauan di lapangan melalui bantuan

    teknis profesional, populasi yang terbanyak setelah tunagrahita adalah tunarungu

    (DIT PSLB, 2005) juga kurangnya sumber, referensi, data, dan model yang

    dimiliki oleh para guru SLB tunarungu perlu disediakan model bahan ajar yang

    dapat diadopsi dan diadaptasi.

    Selanjutnya, pada tahun 2010 Pusat Kurikulum menimbang fakta empiris,

    memperhatikan undang-undang yang berlaku, maka diputuskan dan ditetapkan

     berbagai kegiatan antara lain: mengembangkan bahan ajar program khusus Bina

    Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama (BKPBI). BKPBI merupakan program

    khusus yang wajib diikuti oleh peserta didik di sekolah luar biasa tunarungu mulai

    dari usia dini yang dalam pelaksanaannya tidak bersifat formal namun terprogram,

    dilanjutkan di Taman Kanak-kanak Luar Biasa Tunarungu (TKLB-B), Sekolah

    Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B), sampai dengan Sekolah Menengah

    Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB-B).

    Kegiatan pengembangan model bahan ajar merupakan bagian dari rangkaian

    kegiatan yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum dalam

     penyiapan bahan kebijakan bagi pengembangan standar isi dan standar proses,

     pengembangan model dan inovasi kurikulum, pengembangan sarana dan

     prasarana pembelajaran, pelayanan profesional pengembangan kurikulum, silabusdan pembelajaran, serta pemantauan penerapan standar isi dan standar proses.

    Pengembangan model-model kuriklum dan bahan ajar ini dapat menjadi acuan

     bagi sekolah untuk memaksimalkan kualitas penerapan bahan ajar yang

    digunakan, dengan harapan dapat mendukung rencana strategis Kementerian

    Pendidikan Nasional bidang penelitian dan pengembangan pendidikan dalam

    upaya penjaminan mutu secara terprogram dengan mengacu kepada Standar

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    9/92

     Nasional Pendidikan, sedangkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran

    (RPP) dan bahan ajar beserta sarana pendukung pembelajaran yang disusun oleh

    satuan pendidikan meliputi seluruh mata pelajaran-mata pelajaran jenjang

     pendidikan dasar dan menengah seperti yang diatur pada standar isi.

    Perlu diketahui bahan ajar ini selain untuk memberikan pedoman kepada guru

    guna melatih anak tunarungu memaksimalkan sisa pendengaran yang masih

    dimiliki juga akan membentuk sikap dan karakter yang berlandaskan nilai-nilai

    religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

    ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat

    dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,

    dan tanggung jawab. Melalui nilai-nilai di atas diharapkan dapat membentuk

    manusia Indonesia seutuhnya yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, tak

    terkecuali anak-anak tunarungu.

    Dengan demikian, model bahan ajar perlu disusun sesuai dengan kondisi,

    kebutuhan, potensi dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik yang

    dapat digunakan sebagai (1) acuan atau referensi bagi satuan pendidikan dalam

    mengembangkan kurikulum, silabus dan bahan ajar dan (2) bahan untuk

    diadaptasi atau diadopsi oleh satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.

    B.  Tujuan Penulisan Bahan Ajar

    Model bahan ajar ini disusun agar dapat digunakan, diadopsi, diadaptasi, ataupun

    diinovasi oleh satuan pendidikan dalam mengembangkan bahan ajar mandiri yang

    sesuai dengan kondisi, kebutuhan, situasi, dan karakteristik peserta didik, satuan

     pendidikan atau daerah setempat.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    10/92

    C.  Sasaran

    Model bahan ajar ini secara umum ditujukan untuk pembaca, pendidik, pemerhati

    anak tunarungu yang berminat agar lebih memahami masalah anak tunarungu

    dalam berkomunikasi melalui BKPBI dengan tahapan-tahapannya. Bahan ajar ini

     juga dapat membantu guru-guru sekolah luar biasa tunarungu yang dapat diadopsi

    dan diadaptasi.

    D.  Sistematika Penulisan

    Saat ini sumber-sumber yang membahas secara khusus tentang ketunarunguan

    masih minim, terlebih yang membahas mengenai program khusus BKPBI bagi

    anak tunarungu. Oleh karena itu dalam bahan ajar yang terdiri dari empat bab ini,

    dengan fokus terbesarnya pada bagaimana proses pelaksanaan BKPBI bagi anak

    tunarungu melalui beberapa tahapan yaitu deteksi, diskriminasi, identifikasi, dan

    komprehensi diharapkan dapat menjadi alternatif sumber bagi guru pendidikan

    luar biasa yang mengajar anak tunarungu.

    Bahan ajar ini terdiri dari empat bab. Pertama, berisi tentang latar belakang

    mengapa bahan ajar ini disusun, diperuntukan bagi siapa bahan ajar ini,

    sistematika penulisan serta rambu-bambu, bab kedua  berisi mengenai hakekat

    ketunarunguan yang membahas tentang pengertian anak tunarungu, klasifikasi,

    karakteristik, dan dampak ketunarunguan terhadap kemampuan berbahasa anak

    tunarungu, bab ketiga membahas mengenai pengertian BKPBI, perlunya program

    BKPBI, tujuan umum dan tujuan khusus BKPBI, tujuan setiap tahapan, sarana

    yang diperlukan dalam BKPBI dan pelaksanaan BKPBI yang terdiri dari deteksi,

    diskriminasi, identifikasi serta komprehensi, bab keempat diakhiri dengan

     penutup, glosarium, dan daftar pustaka.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    11/92

    E.  Rambu- rambu

    1.  Pelaksanaan bahan ajar BKPBI Bahasa dilaksanakan sesuai dengan

    situasi kondisi di lapangan (sarana, siswa, dan tenaga guru ). Guru diberi

    wewenang untuk menentukan kompetensi mana yang sesuai dengan

    kondisi anak.

    2.  Materi pokok bahan ajar ini telah diurutkan sesuai dengan prinsip dasar

    BKPBI Bahasa, dimulai dengan mendeteksi ada tidak adanya bunyi,

    mendiskriminasi, mengidentifikasi, dan mengkomprehensikan bunyi

    makna bahasa.

    3.  Ada sebagian materi yang disajikan dalam bahan ajar ini belum

    tercantum dalam Standar Kompetensi, untuk itu kami menambahkannya.

    4.  Model bahan ajar ini dapat dipakai secara fleksibel kapanpun dan usia

     berapapun siswa mulai diterima di sekolah, tidak tergantung pada urutan

     jenjang satuan pendidikan dan umur anak.

    5.  Inisiatif dan kreativitas guru sangat diharapkan agar pembelajaran

    BKPBI Bahasa menarik, menantang , berakhir menyenangkan bagi

    siswa, dan hasilnya memuaskan.

    6.  Agar tujuan tercapai hendaknya latihan dilaksanakan secara tersruktur,

    terprogram, dan berkesinambungan, dengan memperhatikan

    ketunarunguan, kecerdasan, kondisi alat bantu mendengar (ABM), dan

    motorik anak.

    7.  Keterampilan guru akan terlatih dengan melaksanakan BKPBI Bahasa.

    8. 

    BKPBI Bahasa merebak di semua mata pelajaran bahkan berlangsung

    sepanjang hari, tidak tergantung pada jam pelajaran BKPBI saja.

    9.  Agar tujuan tercapai perlu dilaksanakan penilaian secara obyektif dan

    kualitatif sesuai dengan kompetensi, kecerdasan, sisa pendengaran anak,

     penggunaan ABM, metode, pendekatan pemilihan materi, bahasa yang

     bermakna, dan peralatan yang menunjang.

    10. Pembelajaran BKPBI ini berakhir dengan menyenangkan.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    12/92

     

    HAKEKAT ANAK TUNARUNGU

    A.  Pengertian

    Istilah tunarungu secara etimologi dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya

    kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila ia

    tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara. Apabila dilihat

    secara fisik, anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya.

    Pada saat berkomunikasi barulah diketahui bahwa mereka tunarungu.

    Untuk mengetahui lebih lanjut hakikat tunarungu, di bawah ini akan dikemukakan

     beberapa pendapat, antara lain Van Uden (1977), sebagai berikut:

    “A deaf person is one whose hearing is disabled to an extent (ussualy 70 dB ISO or greater) that precludes

     the understanding of speech through the ear alone without or with the use of hearing aid. A hard of hearing

     person is one whose hearing is disabled to an extent (ussualy 35 to 69 dB ISO) that makes difficult, but does

     not precludes the understanding of speech through the ear alone without or with the use of a hearing aid”.

    Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa seseorang dikatakan tuli jika

    kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih, sehingga

    ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri,

    tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang dikatakan

    kurang dengar apabila kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 35 dB

    sampai 69 dB ISO, sehingga ia mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaran

    orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau dengan alat bantu

    mendengar(ABM).

    Donald F. Morees (1978: 3) dalam Somad dan Herawati (1996: 26),

    mendefinisikan tunarungu sebagai berikut:

    “Hearing impairment a generic term indicating a hearing disability that may range in severity from mild to

     profound it concludes the sub sets of deaf and hard of hearing. A deaf person in one whose hearing disability

     preclude succesful processing of linguistic information through audition, with or without a hearing aid. A

     hard of hearing is one one who generally with use of hearing aid, has residual hearing sufficient to enable

     succesful processing og linguistic information through auditon”.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    13/92

    Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum

    yang menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai berat,

    digolongkan ke dalam tuli dan kurang dengar. Orang tuli adalah yang kehilangan

    kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui

     pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar di mana

     batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan proses

    informasi bahasa melalui pendengaran.

    B.  Klasifikasi

    Untuk keperluan layanan pendidikan khusus, para ahli berpendapat klasifikasi

    mutlak diperlukan. Hal ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu

    mendengar yang sesuai dengan sisa pendengarannya dan menunjang pembelajaran

    yang efektif. Dengan menentukan tingkat kehilangan pendengaran dan pemilihan

    alat bantu dengar serta layanan khusus yang tepat, akan menghasilkan akselerasi

    secara optimal dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara.

    Klasifikasi ketunarunguan sangat bervariasi menurut Boothroyd (1982,8) seperti

     pada gambar Klasifikasi dan karakteristik ketunarunguan di bawah ini didasarkan

     pada

    Kelompok I : Kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau ketunarunguan

    ringan; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia normal.

    Kelompok II : Kehilangan 31-60 dB, moderate hearing losses atau ketunarunguan

    atau ketunarunguan sedang; daya tangkap terhadap suara

     percakapan manusia hanya sebagaian.

    Kelompok III : Kehilangan 61-90 dB: severe hearing losses  atau ketunarunguan

     berat; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia tidak ada.

    Kelompok IV : Kehilangan 91-120 dB:  profound hearing losses atau ketuna-

    runguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara percakapan

    manusia tidak ada sama sekali.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    14/92

    Kelompok V : Kehilangan lebih dari 120 dB : total hearing losses  atau

    ketunarunguan total; daya tangkap terhadap suara cakapan manusia

    tidak ada sama sekali.

    Gambar: Klasifikasi Ketunarunguan

    Selanjutnya, Boothroyd (1982) mendeskripsikan ketunarunguan berdasar

    amplifikasi dan tanpa amplifikasi terkait dengan derajat ketulian. Deskripsi ini

    dapat dilihat pada table dibawah ini:

    Tanpa Amplifikasi Dengan Amplifikasi

     

    Klasifikasi Ketunarunguan

    Berdasarkan

    Tingkat

    Kehilan an

    Berdasarkan

    saat Terjadinya

    Kehilangan

    Berdasarkan

    Tempat

    Kerusakan

    Berdasarkan

    Taraf Penguasaan

    Bahasa

    26-40dB

    41-55dB

    56-70dB

    71-90dB

    >91dB

       R   i  n  g  a  n

       S

      e   d  a  n  g

       S

      e   d  a  n  g  -

       B  e  r  a   t

       B  e  r  a   t

       S

      a  n  g  a   t  -

       B  e  r  a   t

     

       T  u  n  a  r  u  n  g  u

       B  a  w  a  a  n

       T  u  n  a  r  u  n  g  u

       S  e   t  e   l  a   h   L  a   h   i  r

       T  u   l   i

        K  o  n   d  u   k   t   i   f

       T  u   l   i

        S  e  n  s  o  r   i  s

       T  u   l   i

        P  r  a   B  a   h  s  a

       T  u   l   i

       P  u  r  n  a   B  a   h  a  s  a

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    15/92

    Audibility of

    Conversational

    speech

    Discrimination

    Capacity

    for Speech

    Learning

    Modality

    Audibility of

    Conversational

    speech

    Discrimination

    Capacity

    for Speech

    Learning

    Modality

    15-30 Db

     

    Mild 

     

     Normal

     

     Normal

     

    Auditory

     

    Normal

     

    Normal

     

    Auditory

    31-60 dB

    Moderate Partial Almost

     Normal

    Auditory

    With

    Support

    From

    Vision

     

    Normal Almost

    Normal

    Auditory

    61-90 dB Severe None Irrelevant Visual Normal Good*

    Auditory

    With

    Support

    From

    Vision

    91-120 dB Profound None Irrelevant Visual Normal Poor*

    Auditory

    With

    Support

    From

    Vision

    Tabel Klasifikasi Ketunarunguan Menurut Boothroyd (1982: 46)

    121 dB or

    more

    Total None Irrelevant Visual

     

    None IrrelevantVisual

    * Main problems are with discrimination of voice quality differences and

     place of articulation of consonants

    ** Main benefits of hearing are in recognition of rhym and intonation and

    discrimination of certain vowel differences

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    16/92

    Dari tabel di atas, dapat disimak bahwa derajat ketulian 15-30 dB dikategorikan

    ringan, dengan kemampuan mendengar untuk bicara dan membedakan suara-suara

    atau sumber bunyi, dalam taraf normal. Modalitas belajar pada derajat ini

    menggunakan auditori. Begitu juga jika menggunakan alat bantu dengar. Derajat

    ketulian 31-60 dB dikategorikan sedang, dengan kemampuan mendengar dan

    kapasitas untuk bicara hampir normal serta modalitas belajar auditori dengan

     bantuan visual. Namun jika menggunakan alat bantu dengar, kemampuan

    mendengar untuk bicaranya dapat menjadi normal dan modalitas belajarnya

    auditori. Derajat 61-90 dB dikategorikan berat. Kemampuan mendengar dan

    kapasitas membedakan suara tidak ada, modalitas belajarnya dengan bantuan

    visual. Namun jika menggunakan alat bantu dengar, kemampuan mendengar dapat

    kembali normal dan kapasitas membedakan suara bisa menjadi baik, serta

    modalitas belajarnya auditori dengan bantuan penglihatan. Derajat ketulian 91-

    120 dB, tergolong sangat berat. Kemampuan bicara dan kapasitas membedakan

    sumber bunyi sudah tidak ada dengan modalitas belajarnya visual. Namun jika

    menggunakan alat bantu mendengar, kemampuan mendengar untuk bicaranya

    normal, sedangkan kapasitas membedakan suara, buruk. Walaupun begitu pada

    taraf ini masih mampu mengenal irama dan intonasi. Modalitas belajar pada

    tingkatan ini adalah auditori dengan bantuan penglihatan. Derajat ketulian lebih

    dari 120 dB, sudah tidak mampu mendengar. Kemampuan mendengar dan

    kapasitas untuk bicara tidak ada, walaupun dengan bantuan alat bantu mendengar.

    Modalitas belajar tanpa atau dengan alat bantu mendengar hanya mengandalkan

    visual.

    C.  Karakteristik

    Uden (1971) dan Meadow (1980) dalam Bunawan dan Yuwati (2000)

    mengemukakan beberapa ciri atau sifat yang sering ditemukan pada anak

    tunarungu atau dikenal dengan karakteristik dari tunarungu yaitu: 

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    17/92

    1.  Sifat egosentris yang lebih besar daripada anak mendengar. Sifat ini

    membuat mereka sukar menempatkan diri pada cara berpikir dan perasaan

    orang lain serta kurang menyadari/peduli tentang efek perilakunya

    terhadap orang lain. Dalam tindakannya dikuasai perasaan dan pikiran

    secara berlebihan. Sehingga mereka sulit menyesuaikan diri. Kemampuan

     bahasa yang terbatas akan membatasi pula kemampuan untuk

    mengintegrasikan pengalaman dan akan makin memperkuat sifat egosentis

    ini.

    2.  Memiliki sifat impulsif, yaitu tindakannya tidak didasarkan pada

     perencanaan yang hati-hati dan jelas serta tanpa mengantisipasi akibat

    yang mungkin timbul akibat perbuatannya. Apa yang mereka inginkan

     biasanya perlu segera dipenuhi. Adalah sulit bagi mereka untuk

    merencanakan atau menunda suatu pemuasan kebutuhan dalam jangka

     panjang.

    3.  Sifat kaku (rigidity), menunjuk pada sikap kurang luwes dalam

    memandang dunia dan tugas-tugas dalam kesehariannya.

    4.  Sifat lekas marah dan mudah tersinggung

    5.  Perasaan ragu-ragu dan khawatir

    Seiring dengan pengalaman yang dialaminya secara terus-menerus, mereka juga

    memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar sebagai

    upayanya untuk dapat tetap survived . Oleh karena itu untuk mengatasi hambatan

    ini, diperlukan upaya latihan artikulasi dan bicara yang komunikatif, serta

    membaurkan anak tunarungu ke dalam komunitas anak yang mendengar dan tidak

    mendengar, agar termotivasi untuk berkomunikasi sehingga rasa rendah diri dan

    terisolasi dapat diatasi dan berkembang menjadi rasa percaya diri.

    D.  Dampak Ketunarunguan Terhadap Kemampuan Berbahasa

    Ketunarunguan yang berarti tidak memiliki kemampuan mendengar, tentunya

    akan membawa dampak juga pada kemampuan untuk memperoleh pendidikan

     bagi penderitanya. Sementara pendidikan memiliki peran penting dalam

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    18/92

    kemampuan berpikir seseorang. Dalam hal ini, masa kanak-kanak merupakan

    masa yang penting dalam proses pendidikan. Sebagaimana yang diutarakan

    Bloom (2003) dalam Mahesa (2005), bahwa separuh perkembangan intelektual

    anak berlangsung sebelum usia empat tahun. Lebih jelas lagi, menurut Landshears

    (2004) dalam Mahesa (2005), pada usia empat tahun, perkembangan intelektual

    mencapai 50 %, selebihnya 30 % untuk 4-8 tahun, dan 20 % usia 9-17 tahun.

    Dari semua kendala yang ada, maka dampak paling besar pada ketunarunguan

    adalah terjadinya kemiskinan bahasa  (Uden, 1977 dan Meadow, 1980 dalam

    Bunawan dan Yuwati, 2000). Adalah suatu kenyataan bahwa kebanyakan orang

     beranggapan bahwa ketunarunguan hanya mengakibatkan tidak berkembangnya

    kemampuan berbicara. Padahal lebih dari itu, dampak ketunarunguan adalah

    kemiskinan dalam penguasaan bahasa secara keseluruhan (Leigh, 1994 dalam

     Nugroho, 2004). Artinya tanpa pendidikan khusus, mereka tidak akan mengenal

    lambang bahasa atau nama guna mewakili suatu benda, kegiatan, peristiwa, dan

     perasaan serta tidak akan memahami aturan/sistem bahasa yang berlaku dan

    digunakan dalam lingkungannya.

    Penguasaan bahasa pada anak mendengar terjadi secara wajar, yakni di

    lingkungan keluarga selama usia balita. Pada usia empat tahun, mereka pada

    umumnya sudah memasuki tahap purna bahasa ( postlingual) yaitu mengenal dan

    memahami lambang bahasa serta tanpa disadari sudah mampu menerapkan aturan

     bahasa yang digunakan di lingkungannya. Sedangkan bagi anak tunarungu, pada

    umumnya baru akan memasuki tahap purna bahasa pada usia 12 tahun. Itupun

    hanya akan terjadi bila anak dan orangtua mereka mengikuti program bimbingan

    dan intervensi dini (paling lambat sejak anak berusia 1,5 tahun, dengan intelegensi

    normal serta tidak mempunyai kecacatan lain) yang ditangani secara profesional

    oleh ahli yang bersangkutan.

    Proses pendidikan di semua lembaga pendidikan, termasuk SLB tunarungu

     bertopang pada kemampuan berbahasa peserta didiknya. Dapat dikatakan bahwa

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    19/92

    dalam segala kegiatan pembelajaran, kegiatan berbahasa memegang peran baik

    dalam bentuk lisan, tulisan maupun isyarat. Apabila anak mengerjakan tugas yang

    menuntut daya logika dan abstraksi yang lebih tinggi, maka diharapkan

    keterampilan berbahasa akan membawa anak didik belajar berfikir runtut dan

    logis.

    Keterlambatan dan kemiskinan perkembangan kemampuan berbahasa anak

    tunarungu sebagai akibat dari ketunaanya, seyogyanya menjadi acuan bagi para

     pendidik dan pengambil kebijakan, karena di situlah terletak kebutuhan

     pendidikan khusus mereka. Dan selanjutnya, segala upaya pengembangan

     pendidikan anak tunarungu sejak usia dini, sudah sepatutnya dapat menjamin

    terpenuhinya kebutuhan khusus tersebut.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    20/92

    BAHAN AJAR PROGRAM KHUSUS BKPBI

    A.  Pengertian

    Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama bukan merupakan suatu bidang studi

    khusus, namun merupakan suatu proses penilaian untuk memperoleh gambaran

    terhadap performa siswa dalam mendeteksi dan memahami bunyi. Hyde (1991)

    mengemukakan bahwa kegiatan BKPBI dapat dibedakan dalam : 1) asesmen

    kemampuan dengar (hearing assessment ) yang dipresentasikan oleh audiogram

    sebagai hasil pengukuran klinis serta terkait dengan pemilihan alat bantu

    mendengar yang sesuai dan 2) keterampilan menyimak/mendengarkan (listening

    skill) yang berkaitan dengan seberapa jauh penyandang tunarungu masih bisa

    memanfaatkan pendengarannya untuk mempersepsi dan memahami bunyi-bunyi

    terutama bunyi cakupan/wicara dalam lingkungan hidup yang wajar.

    Mengingat BKPBI tertuang dalam struktur kurikulum sebagai program khusus

    dalam pendidikan anak tunarungu serta dengan memperhatikan uraian Hyde di

    atas, maka konsekuensi logis dalam persekolahan tunarungu selayaknya dilakukan

     pemeriksaan pendengaran secara periodik untuk mengetahui tingkat kehilangan

     pendengaran anak. Dengan latihan-latihan keterampilan menyimak atau

    mendengarkan diharapkan syaraf-syaraf pendengaran yang tidur (letargik) akan

    menjadi lebih peka terhadap rangsangan bunyi. Hal ini senada dengan pendapat

    Subarto (1993: 66) :

    “Yang dimaksud dengan BKPBI ialah pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja

     atau tidak sengaja, sehingga sisa-sisa pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak-anak tunarungu

     dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia sekelilingnya yang penuh bunyi”.

    Pembinaan secara sengaja yang dimaksud adalah bahwa pembinaan itu dilakukan

    secara terprogram; tujuan, jenis pembinaan, metode yang digunakan dan alokasi

    waktunya sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan pembinaan secara tidak

    sengaja adalah pembinaan yang spontan karena anak bereaksi terhadap bunyi latar

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    21/92

     belakang yang hadir pada situasi pembelajaran di kelas, seperti bunyi motor,

     bunyi helikopter atau halilintar, kemudian guru membahasakannya. Misalnya,

    “Oh kalian dengar suara motor ya ? Suaranya ‘brem... brem... brem...’ benar

     begitu ?”. Kemudian guru mengajak anak menirukan bunyi helikopter dan

    kembali meneruskan pembelajaran yang terhenti karena anak bereaksi terhadap

     bunyi latar belakang tadi.

    B.  Perlunya Program BKPBI

    Melalui layanan BKPBI, diharapkan penyandang tunarungu dapat mendeteksi

     bunyi, mengidentifikasi bunyi, mendiskriminasikan bunyi, dan pada akhirnya

    memahami bunyi, baik bunyi alat-alat musik, bunyi latar belakang, dan sifat-sifat

     bunyi maupun bunyi-bunyi bahasa. Oleh karena itu materi-materi BKPBI non

     bahasa selayaknya dikaitkan dengan unsur-unsur pembentukan bahasa, khususnya

     pada aspek fonem dan konsonan (segmental) dan irama, tempo, cepat-lambat,

     jeda, dan intonasi (suprasegmental)

    Materi Bina Komunikasi Persepsi dan Irama dikembangkan sesuai dengan dayadengar anak tunarungu walaupun anak tidak menggunakan ABM. Latihan harus

    tetap diberikan bagi anak yang tergolong tunarungu sangat berat. Materi BKPBI

    tersebut mencakup :

    1.  Bunyi latar belakang

    2.  Berbagai macam sifat bunyi di sekitar kita baik bunyi hewan, alam,

    maupun bunyi yang diciptakan manusia.

    Materi dalam BKPBI sebaiknya sesuai dengan metode yang sesuai. Menurut

    Boskosumitro, metode BKPBI di antaranya adalah :

    1. 

    Belajar adalah bermain dan bermain adalah belajar. Bermain merupakan

    suatu kegiatan yang sukar dipisahkan dari masa kanak-kanak, maka dalam

    suasana bermain diharapkan anak akan tumbuh rasa senang.

    2.  Metode pemberian tugas adalah suatu kegiatan melakukan tugas atas

     petunjuk dari guru, di mana anak diberi rangsangan yang perlu direspon

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    22/92

    dengan perbuatan tertentu seperti melakukan gerak yang sudah ditentukan,

     bicara, dan sebagainya.

    3.  Metode demonstrasi adalah metode di mana anak diminta menirukan atau

    mencontoh gerakan dari guru seperti: menirukan katak melompat, burung,

    atau kupu-kupu terbang, petani mencangkul, dan sebagainya.

    4. 

    Metode observasi atau pengamatan terhadap respon atau perbuatan anak.

    Dengan cara ini, guru dapat mengamati kemudian menilai reaksi anak.

    Pelaksanaan BKPBI tidak boleh terlepas dari pembelajaran wicara. Oleh karena

    itu pemilihan metodenya pun sebaiknya dikaitkan dengan metode yang digunakan

    di dalam pembelajaran wicara. Metode yang sangat sesuai adalah metode

     pemberian tugas dan demonstrasi. Dengan menerapkan metode ini diharapkan

    anak memperoleh pengalaman dan penghayatan lewat suatu proses penemuan

    sendiri.

    Program BKPBI secara ringkas isinya mencakup tiga taraf penghayatan bunyi

    yang berjenjang mulai dari taraf penghayatan bunyi yang terendah sampai dengan

    yang paling tinggi. Taraf penghayatan bunyi tersebut adalah sebagai berikut :

    1.  Taraf Penghayatan Bunyi Latar Belakang

    Bunyi latar belakang adalah bunyi-bunyi yang disengaja ataupun tidak

    disengaja dan terjadi di sekitar kita. Bunyi latar belakang mencakup : 1)

    Bunyi-bunyi alam seperti angin, hujan, gemericik air, benda jatuh, 2)

    Bunyi-bunyi binatang seperti burung berkicau, anjing menggonggong,

    kuda meringkik, 3) Bunyi-bunyi yang dibuat oleh manusia seperti : musik,

    tangisan, tertawa, teriakan, bunyi kendaraan.

    2.  Taraf Penghayatan Bunyi sebagai Isyarat atau Tanda

    Bunyi-bunyi semacam ini, memanggil atau mendorong orang untuk

    menyesuaikan diri terhadap suatu situasi tertentu seperti : bunyi bedug

    sebagai tanda waktu sholat bagi umat Islam, bunyi lonceng sebagai tanda

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    23/92

    untuk berdoa bagi umat Kristen, bunyi bel sebagai tanda waktu sekolah

    mulai istirahat atau usai.

    3.  Taraf lambang bunyi yang tertinggi adalah penghayatan bunyi bahasa

    Bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, meliputi dua

     bidang, yaitu sebagai berikut : 1) Bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap

    manusia, berfungsi sebagai lambang dari arti yang terkandung di

    dalamnya, 2) Arti atau makna yang tersirat atau terkandung di dalam arus

     bunyi tadi.

    Adapun pendekatan yang digunakan yaitu:

    1.  Pendekatan multisensoris (visual, auditoris, taktil kinestesis/pengalaman

    kontak) sedikit demi sedikit menuju pendekatan unisensoris atau eka

    indera artinya hanya menggunakan indera pendengaran saja.

    2.  Pendekatan klasikal maupun individual

    3. 

    Pendekatan BKPBI aktif, yaitu siswa secara aktif menciptakan bunyi dandirespon sendiri. Pendekatan pasif maksudnya siswa menyimak bunyi

    yang diproduksi oleh orang lain dan kemudian meresponnya

    4. 

    Pendekatan formal artinya direncanakan/diprogramkan dan tak formal

    artinya tidak direncanakan jika terjadi bunyi secara tiba-tiba.

    C. 

    Tujuan Umum dan Tujuan Khusus BKPBI 

    Secara 

    umum 

    BKPBI 

    bertujuan 

    agar 

    kepekaan 

    sisa 

    pendengaran 

    anak 

    dan 

    perasaan 

    vibrasi 

    anak 

    semakin 

    terlatih 

    untuk 

    memahami 

    makna 

    berbagai 

    macam 

    bunyi, 

    terutama 

    bunyi 

    bahasa 

    yang 

    sangat 

    menentukan 

    keberhasilan 

    dalam 

    berkomunikasi 

    dengan 

    lingkungannya 

    dengan 

    menggunakan 

    ABM 

    atau 

    tanpa 

    ABM. 

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    24/92

    Secara 

    khusus 

    tujuan 

    BKPBI 

    adalah 

    sebagai 

    berikut 

    :  

    1. 

    Agar anak tunarungu dapat terhindar dari cara hidup yang semata-mata

    tergantung pada daya penglihatan saja, sehingga cara hidupnya lebih

    mendekati anaknormal.

    2.  Agar kehidupan emosi anak tunarungu berkembang dengan lebih

    seimbang.

    3.  Agar  penyesuaian  anak  tunarungu  menjadi  lebih  baik  berkat  dunia 

    pengalamannya 

    yang 

    lebih 

    luas. 

    4.  Agar motorik anak tunarungu berkembang lebih sempurna.

    5.  Agar anak tunarungu mempunyai kemungkinan untuk mengadakan kontak yang 

    lebih 

    baik 

    sebagai 

    bekal 

    hidup 

    di 

    masyarakat 

    yang 

    mendengar. 

    D.  Tujuan setiap tahapan

    1.  Deteksi

    Tujuan dari deteksi bunyi, yaitu anak menyadari adanya bunyi-bunyian

    latar belakang, bunyi suara manusia, dan bunyi suara binatang secara

    terprogram.

    2.  Diskriminasi

    Tujuan dari diskriminasi bunyi yaitu anak dapat membedakan dua macamsumber bunyi atau lebih yang berbeda timbrenya secara terprogram.

    3. 

    Identifikasi

    Tujuan dari identifikasi bunyi yaitu anak dapat menyebutkan ciri–ciri dari

     bunyi-bunyi tertentu dan mampu mengenali bunyi-bunyi yang

    diperdengarkan baik melalui alat musik atau melalui suara manusia secara

    terprogram.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    25/92

    4.  Komprehensi

    Tujuan dari komprehensi bunyi yaitu anak dapat memahami dan

    melakukan perintah sesuai bunyi yang diperdengarkan.

    E.  Sarana BKPBI

    Dalam melaksanakan BKPBI dibutuhkan sarana antara lain:

    1. 

    Ruang untuk kegiatan pembelajaran BKPBI sebaiknya dilengkapi dengan

    medan pengantar bunyi (sistem looping).

    2.  Perlengkapan latihan BKPBI terdiri atas:

    a)  Alat sebagai sumber bunyi

    •  Alat nonelektronik : lonceng, kentongan, gamelan, dan lain-

    lain.

    •  Alat elektronik : tape recorder, salon, organ, piano, dan lain-

    lain. b)  Alat penunjang latihan

    •  Alat ini digunakan sebagai alat peraga ketika siswa merespon

     bunyi.

    Contoh : topeng, selendang, caping, kuda lumping.

    3.  Tenaga khusus pelaksana BKPBI hendaknya memenuhi beberapa

     persyaratan, antara lain memiliki latar belakang pendidikan guru anak

    tunarungu, memiliki dasar pengetahuan tentang musik, dan memiliki

    kreativitas dalam bidang seni tari dan musik.

    Sarana BKPBI diatas idealnya dimiliki oleh setiap SLB B, namun apabila belum

    tersedia, pelaksanaan BKPBI harus tetap berjalan dengan menggunakan peralatan

    yang ada sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Yang perlu diingat adalah

    tahap-tahap pelaksanaan.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    26/92

    A.  Pelaksanaan BKPBI

    1.  Bahan Ajar Kesatu 

    Program Khusus : BKPBI Non Bahasa

    Standar

    Kompetensi

    : Mendeteksi bunyi-bunyi di sekitarnya dengan

    menggunakan alat bantu mendengar (ABM)

    atau tanpa menggunakan ABM, sebatas sisa

     pendengaran anak.

    Kompetensi Dasar : Menyadari ada dan tidak ada bunyi tertentu

    (lonceng) yang diperdengarkan langsung secara

    terprogram.

    Indikator : 1.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi 

    lonceng dengan bertepuk tangan.

    2. 

    Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan melipat tangan.3.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi

    lonceng dengan membunyikan lonceng.

    4.  Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan diam saja.

    5.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi 

    lonceng dengan mengucapkan ada bunyi

    6. 

    Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan mengucapkan tidak ada

     bunyi

    7.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi

    lonceng dengan menuliskan ada bunyi.

    8. 

    Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan menuliskan tidak ada bunyi.

    9.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    27/92

    lonceng dengan bermain peran pembeli es

    lilin.

    Tujuan

    Pembelajaran :

    Siswa 

    mampu 

    meningkatkan 

    kepekaan 

    fungsi 

    pendengaran dan perasaan vibrasi untuk menyadari 

    ada 

    dan 

    tidak 

    ada 

    bunyi 

    dengan 

    menggunakan 

    atau 

    tanpa  menggunakan  ABM  agar  dapat 

    berkomunikasi dengan lingkungannya. 

    KEGIATAN:

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan

     pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan

     percakapan, dimana hasil percakapan itu digunakan sebagai titik tolak respon

    untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu.

    •  Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru

    dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran)

    secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa mereaksi ada atau tidak

    ada bunyi yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa:

    gerakan, membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain

     peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera

     pendengaran saja.

    •  Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.

    EVALUASI

    •  Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk evaluasi.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    28/92

    •  Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak.

    • 

    Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.

    Lembar pengamatan evaluasi deteksi bunyi (Belum diisi Guru)

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : ……………………………………………………

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : kanan: … dB kiri : … dB

    ABM : Memakai/Tidak memakai Jenis : ………

    Materi : ………………………………………………………….

     Nilai Perolehan : …………………………………………………………

    Respon

     No. SoalBenar Salah

    Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    Score Perolehan

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

    Respon siswa yang salah diisi pada kolom keterangan

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    29/92

    Lembar pengamatan evaluasi deteksi bunyi (Sudah diisi Guru)

    2.Contoh lembar pengamatan yang sudah diisi guru:

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : Greg

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : kanan: 90dB kiri : 110 dB

    ABM : Memakai/Tidak memakai * Jenis :Belakang Telinga (BTE )**

    Materi : Deteksi ada bunyi dan tidak ada bunyi lonceng.***

     Nilai Perolehan : B

    Respon

     No. SoalBenar Salah Keterangan

     1 Guru memperdengarkan bunyi lonceng 1

    2 Guru pura-pura (tidak) memperdengarkan bunyi lonceng 0

    3 Guru pura-pura (tidak) memperdengarkan bunyi lonceng 1

    4 Guru memperdengarkan bunyi lonceng 1

    5 Guru pura-pura (tidak) memperdengarkan bunyi lonceng 1

    Score Perolehan 4 0

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    30/92

    Rumus Perhitungan Prosentase Penilaian:

     NILAI PEROLEHAN =  Score Perolehan x 100%

    Score maksimal

    Kriteria Penilain

    A : 90% - 100% 

    B : 70% - 89%

    C : 55% - 69%

    K : ≤ 54%

    Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

    A : Siswa mampu mendeteksi bunyi lonceng dengan hasil sempurna

    B: Siswa mampu mendeteksi bunyi lonceng dengan hasil baik.

    C: Siswa mulai mampu mendeteksi bunyi lonceng

    K: Siswa belum mampu mendeteksi bunyi lonceng

    ANALISIS HASIL PENGAMATAN

    Score yang diperoleh Greg 4, dihitung dengan rumus:

     NILAI PEROLEHAN =  

     NILAI PEROLEHAN =  

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    31/92

     Nilai perolehan = 80%

    Hasil 80% masuk pada kriteria penilaian B.

    Dari contoh di atas dapat dianalisa :

    •  Greg mampu menyadari ada dan tidak ada bunyi lonceng yang

    diperdengarkan secara langsung dengan nilai perolehan B.

    CATATAN:

    •  Deteksi bunyi merupakan tahap pertama dari BKPBI yaitu kemampuan

    untuk menyadari ada dan tidak ada bunyi-bunyi di sekitarnya.

    •  Jumlah soal boleh lebih dari 5 (lima)

    •  Penggunaan alat,bermain peran dalam latihan disesuaikan dengan

    situasi, kondisi, dan kreatifitas guru.

    •  Sumber bunyi yang ditulis dalam indikator (lonceng) hanya merupakan

    contoh.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    32/92

    Gambar contoh Pelaksanaan Deteksi Bunyi:

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    33/92

     

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    34/92

     

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    35/92

     

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    36/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    37/92

    2.  Bahan Ajar Kesatu 

    Program Khusus : BKPBI Non Bahasa

    Standar

    Kompetensi

    : Mendeteksi bunyi-bunyi di sekitarnya dengan

    menggunakan alat bantu mendengar (ABM)

    atau tanpa menggunakan ABM, sebatas sisa

     pendengaran anak.

    Kompetensi Dasar : Menyadari ada dan tidak ada bunyi tertentu

    (lonceng) yang diperdengarkan langsung secara

    terprogram.

    Indikator : 10. Mampu memberikan reaksi ada bunyi 

    lonceng dengan bertepuk tangan.

    11. 

    Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan melipat tangan.

    12. Mampu memberikan reaksi ada bunyi

    lonceng dengan membunyikan lonceng.

    13. 

    Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan diam saja.

    14.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi 

    lonceng dengan mengucapkan ada bunyi

    15.  Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan mengucapkan tidak ada

     bunyi

    16. 

    Mampu memberikan reaksi ada bunyi

    lonceng dengan menuliskan ada bunyi.

    17.  Mampu memberikan reaksi tidak ada bunyi

    lonceng dengan menuliskan tidak ada bunyi.

    18.  Mampu memberikan reaksi ada bunyi

    lonceng dengan bermain peran pembeli es

    lilin.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    38/92

    Program Khusus : BKPBI Non Bahasa

    Tujuan

    Pembelajaran :

    Siswa  mampu  meningkatkan  kepekaan  fungsi 

    pendengaran dan perasaan vibrasi untuk menyadari 

    ada 

    dan 

    tidak 

    ada 

    bunyi 

    dengan 

    menggunakan 

    atau 

    tanpa  menggunakan  ABM  agar  dapat 

    berkomunikasi dengan lingkungannya. 

    KEGIATAN:

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan

     pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan

     percakapan, dimana hasil percakapan itu digunakan sebagai titik tolak respon

    untuk materi yang akan dilaksanakan pada saat itu.

    •  Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru

    dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran)

    secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa mereaksi ada atau tidak

    ada bunyi yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa:

    gerakan, membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau bermain

     peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi menggunakan indera

     pendengaran saja.

    •  Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.

    EVALUASI

    •  Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk evaluasi.

    •  Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak.

    •  Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    39/92

    Lembar pengamatan evaluasi deteksi bunyi (Belum diisi Guru)

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : ……………………………………………………

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : kanan: … dB kiri : … dB

    ABM : Memakai/Tidak memakai Jenis : ………

    Materi : ………………………………………………………….

     Nilai Perolehan : …………………………………………………………

    Respon

     No. SoalBenar Salah Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    Score Perolehan

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

    Respon siswa yang salah diisi pada kolom keterangan

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    40/92

    Lembar pengamatan evaluasi deteksi bunyi (Sudah diisi Guru)

    2.Contoh lembar pengamatan yang sudah diisi guru:

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : Greg

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : kanan: 90dB kiri : 110 dB

    ABM : Memakai/Tidak memakai * Jenis :Belakang Telinga (BTE )**

    Materi : Deteksi ada bunyi dan tidak ada bunyi lonceng.***

     Nilai Perolehan : B

    Respon

     No. SoalBenar Salah Keterangan

     1 Guru memperdengarkan bunyi lonceng 1

    2 Guru pura-pura (tidak) memperdengarkan bunyi lonceng 0

    3 Guru pura-pura (tidak) memperdengarkan bunyi lonceng 1

    4 Guru memperdengarkan bunyi lonceng 1

    5 Guru pura-pura (tidak) memperdengarkan bunyi lonceng 1

    Score Perolehan 4 0

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    41/92

    Rumus Perhitungan Prosentase Penilaian:

     NILAI PEROLEHAN =  Score Perolehan x 100%

    Score maksimal

    Kriteria Penilain

    A : 90% - 100% 

    B : 70% - 89%

    C : 55% - 69%

    K : ≤ 54%

    Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

    A : Siswa mampu mendeteksi bunyi lonceng dengan hasil sempurna

    B: Siswa mampu mendeteksi bunyi lonceng dengan hasil baik.

    C: Siswa mulai mampu mendeteksi bunyi lonceng

    K: Siswa belum mampu mendeteksi bunyi lonceng

    ANALISIS HASIL PENGAMATAN

    Score yang diperoleh Greg 4, dihitung dengan rumus:

     NILAI PEROLEHAN =  

     NILAI PEROLEHAN =  

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    42/92

     Nilai perolehan = 80%

    Hasil 80% masuk pada kriteria penilaian B.

    Dari contoh di atas dapat dianalisa :

    •  Greg mampu menyadari ada dan tidak ada bunyi lonceng yang

    diperdengarkan secara langsung dengan nilai perolehan B.

    CATATAN:

    •  Deteksi bunyi merupakan tahap pertama dari BKPBI yaitu kemampuan

    untuk menyadari ada dan tidak ada bunyi-bunyi di sekitarnya.

    •  Jumlah soal boleh lebih dari 5 (lima)

    •  Penggunaan alat,bermain peran dalam latihan disesuaikan dengan

    situasi, kondisi, dan kreatifitas guru.

    • 

    Sumber bunyi yang ditulis dalam indikator (lonceng) hanya merupakan

    contoh.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    43/92

    Gambar contoh Pelaksanaan Deteksi Bunyi:

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    44/92

     

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    45/92

     

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    46/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    47/92

    BERMAIN PERAN ‘PEMBELI ES LILIN’

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    48/92

    3. BAHAN AJAR KETIGA

    Program Khusus : BKPBI Non Bahasa

    Standar Kompetensi : Mendiskriminasi bunyi di sekitar yang pernah

    dideteksi dengan menggunakan ABM atau tanpa

    menggunakan ABM, sebatas sisa pendengaran

    anak.

    Kompetensi Dasar :Membedakan 2 macam sumber bunyi yang berbeda

    yang diperdengarkan langsung secara terprogram.

    Indikator 1.  Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi gong dengan melakukan gerakan yang

    telah disepakati.

    2. 

    Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi lonceng dengan melakukan gerakan

    yang telah disepakati.

    3. 

    Mampu membunyikan gong dan lonceng.4.  Mampu membedakan bunyi gong dan loceng

    serta memberikan reaksi bila mendengar bunyi

    gong dan lonceng dengan mengucapkan kata

    gong atau lonceng

    5.  Mampu membedakan bunyi gong dan lonceng

    serta memberikan reaksi dengan melakukan

    gerakan yang berbeda .

    6.  Mampu membedakan bunyi gong dan lonceng

    serta memberikan reaksi dengan membunyikan

    gong atau lonceng.

    7.  Mampu membedakan bunyi gong dan lonceng

    serta memberikan reaksi dengan menuliskan

    kata gong atau lonceng.

    8.  Mampu membedakan bunyi gong dan lonceng

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    49/92

    Program Khusus : BKPBI Non Bahasa

    serta memberikan reaksi dengan bermain

     peran sebagai binatang.

    Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi

     pendengaran dan perasaan vibrasi untuk

    membedakan bunyi gong dan tambur dengan

    menggunakan atau tanpa menggunakan ABM agar

    dapat berkomunikasi dengan lingkungannya.

    KEGIATAN:

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan

     pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan

     percakapan, sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilaksanakan

     pada saat itu.

    •  Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru

    dengan memanfaatkan semua inderanya (penglihatan, vibrasi, pendengaran)

    secara klasikal maupun kelompok, kemudian siswa membedakan bunyi

    gong dan tambur yang diperdengarkan guru dengan memberikan respon

     berupa: gerakan , membunyikan, mengucapkan kata, menuliskan kata, atau

     bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan mereaksi bunyi

    menggunakan indera pendengaran saja.

    •  Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    50/92

      EVALUASI:

    LEMBAR 

    PENGAMATAN 

    SISWA 

     Nama : ………………………………………………………

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : Kanan: … dB Kiri : … dB

    ABM : Memakai/tidak memakai Jenis : ……………

    Materi : ……………………………………………………

     Nilai Perolehan : ……………………………………………………

     

    Respon

     No. SoalBenar Salah

    Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    Score Perolehan

    Jakarta, 23 Februari

    2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    51/92

    Contoh pelaksanaan Evaluasi Diskriminasi Bunyi

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : Greg

    Kelas/Semester : 1/1

    Data Pendengaran : kanan: 90dB kiri : 110 dB

    ABM : Belakan Telinga (BTE)

    Materi : Deteksi ada bunyi gong dan lonceng.

     Nilai Perolehan : C

    Respon

    Gong No. Soallonceng

    1 Guru memperdengarkan bunyi lonceng 02 Guru memperdengarkan bunyi gong V

    3 Guru memperdengarkan bunyi gong V

    4 Guru memperdengarkan bunyi lonceng

    5 Guru memperdengarkan bunyi gong V

    Score 3 0

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    ANALISIS HASIL PENGAMATAN:

    •  Rumus Perhitungan Prosentase Penilaian:

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    52/92

     

    • 

    Kriteria Penilaian:

    A : 90% - 100%

    B : 70% - 89%

    C : 55% - 69%

    K : ≤ 54%

    •  Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

    A : Siswa mampu membedakan bunyi gong dan lonceng dengan

    hasil sempurna.

    B : Siswa mampu membedakan bunyi gong dan lonceng dengan

    hasil baik.

    C : Siswa mulai mampu membedakan bunyi gong dan lonceng

    K : Siswa belum mampu membedakan bunyi gong dan lonceng

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    53/92

    CATATAN:

    • 

    Diskriminasi bunyi merupakan tahap kedua dari BKPBI

    yaitu kemampuan untuk membedakan bunyi-bunyi

    disekitarnya.

    •  Jumlah soal boleh lebih dari 5 (lima)

    •  Penggunaan alat bermain peran dalam latihan

    disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kreativitas

    guru.

    •  Sumber bunyi yang ditulis dalam indikator (gong dan

    lonceng) hanya merupakan contoh.

    Dalam memilih sumber bunyi perlu mempertimbangkan prinsip kontras.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    54/92

    4. BAHAN AJAR KEEMPAT

    Program Khusus :   BKPBI Bahasa

    Standar

    Kompetensi

    :   Mendiskriminasi bunyi bahasa di sekitar yang pernah

    dideteksi dengan menggunakan ABM atau tanpa ABM

    sebatas sisa pendengaran anak.

    Kompetensi Dasar 

     

    : Membedakan dua kata dengan jumlah suku kata berbeda

    yang diucapkan secara langsung.

    Indikator :   1.  Memberikan reaksi dengan mengatakan sama atau

    tidak sama bila mendengar kata yang terdiri dari dua

    suku kata atau empat suku kata.

    2.  Memberikan reaksi dengan menunjukkan kartu yang

    terdiri dari dua suku kata, bila mendengar guru

    mengucapkan kata yang terdiri dari dua suku kata.

    Contoh: mata.3.  Memberikan reaksi dengan menunjukkan kartu yang

    terdiri dari empat suku kata ,bila mendengar guru

    mengucapkan kata yang terdiri dari empat suku kata.

    Contoh : kacamata.

    4.  Memberikan reaksi dengan mengatakan “pendek”

     bila mendengar kata yang terdiri dari dua suku kata.

    5. 

    Memberikan reaksi dengan mengatakan “panjang”

     bila mendengar kata yang terdiri dari empat suku kata

    .

    6.  Memberikan reaksi dengan mengucapkan kata dua

     bila mendengar kata yang terdiri dari dua suku kata.

    7.  Memberikan  reaksi  dengan  mengucapkan  kata  empat 

    bila mendengar guru mengucapkan kata yang terdiri dari 

    empat suku kata. 

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    55/92

    Tujuan

    Pembelajaran

    :   Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi

     pendengaran dan perasaan vibrasi untuk membedakan

    dua kata dengan jumlah suku kata yang berbeda dengan

    menggunakan ABM.

    KEGIATAN :

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi dan melakukan pengecekan

    ABM kemudian dilanjutkan percakapan sederhana untuk mendapatkan materi

    yang akan dilatihkan

    •  Siswa menyimak kata yang diucapkan guru dengan menggunakan semua indra

    ( penglihatan, pendengaran, taktil, dan kinestetik) kemudian memberikan

    respon secara spontan dengan mengucapkan sama atau tidak sama,

    menunjukkan kartu angka dua atau angka empat, bertepuk tangan 2 atau 4

    kali, mengucapkan kata dua atau empat.

     

    Guru mengamati respon siswa dan mencatat dalam lembar pengamatan .

    EVALUASI

    Setiap akhir kegiatan guru mendokumentasikan hasil latihan siswa pada

    lembar pengamatan, seperti pada halaman berikut:

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    56/92

    Lembar Pengamatan Mendeskriminasikan Bunyi dan Irama Bahasa (belum diisi guru)

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama :

    Kelas/Semester :

    Data Pendengaran : Telinga kana:……..dB Telinga kiri:

    ………dB

    ABM : Memakai/tidak

    Jenis:………………….. Model:…………………………

    Hari/tanggal latihan :

    Guru BKPBI Bahasa 

    R e s p o n

     No

    Stimulus

    Benar Salah

    Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    ( )

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    57/92

     

    Lembar Pengamatan Mendeskriminasikan Bunyi dan Irama Bahasa (yang sudah

    diisi guru)

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : Zahra

    Kelas/Semester : D3

    Data Pendengaran : Telinga kanan : 90 dB Telinga kiri : 85 dB

    ABM : Memakai / tidak Jenis: Super power

    Model: Pocket

    Hari/tanggal latihan : 17 Maret 2010

    R e s p o n( V) No Stimulus

    Benar Salah

    Keterangan

    1 Guru mengucapkan mata v

    2 Guru mengucapkan kacamata v

    3 Guru mengucapkan mata v

    4 Guru mengucapkan kacamata v

    5 Guru mengucapkan kacamata v dua suku

    kata

    6 Guru mengucapkan kacamata v

    7 Guru mengucapkan mata v

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    58/92

     

    8 Guru mengucapkan kacamata v

    9 Guru mengucapkan kacamata v dua suku

    kata

    10 Guru mengucapkan mata v Empat suku

    kata

    Skor Perolehan = 7

    Guru BKPBI Bahasa

    (Tri Murni Nasution)

    * Pada kolom keterangan merupakan jawaban dari siswa.

    ANALISIS HASIL PENGAMATAN

    •  Score yang diperoleh Zahra

    • 

    •  = 70%

    •  Setelah melakukan latihan mendengar bunyi bahasa tahap diskriminasi

     bunyi, siswa sudah mampu membedakan kata yang dilatihkan 70%.

    •  Sebagai tindak lanjut akan mengulangi latihan seperti ini dengan kata yang

     berbeda dengan bobot sama sampai mendapatkan hasil yang maksimal.

    •  Kriteria Penilaian :

    Amat Baik: 90% - 100%

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    59/92

      Baik : 70% - 89 %

    Cukup : 55% - 69 %

    Kurang : ≤ 54 %

    Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

     Nilai A siswa mampu membedakan bunyi bahasa dengan sempurna

     Nilai B siswa mampu membedakan bunyi bahasa dengan baik

     Nilai C siswa mulai membedakan bunyi bahasa

     Nilai K siswa belum mampu membedakan bunyi bahasa

    •  Setelah melakukan latihan mendengar bunyi bahasa tahap deskriminasi,

    siswa mampu membedakan bunyi bahasa yang terdiri dari dua suku kata

    dan empat suku kata dengan nilai B. Keberhasilan ini karena siswa sudah

    dilatih secara terus menerus, terprogram dengan menggunakan ABM yang

    sesuai dengan sisa pendengarannya serta dengan metode yang digunakan

    oleh guru secara tepat.

    •  Sebagai tindak lanjut siswa dilatih untuk membedakan bunyi bahasa yang

    terdiri dari dua suku kata dan tiga suku kata .

    CATATAN:

    •  Deskriminasi bunyi adalah tahap kedua dari tahap latihan mendengar

     bahasa untuk mengembangkan kemampuan membedakan keras

    lemahnya bunyi ( intensitas ), cepat lambatnya (tempo), tinggi

    rendahnya (intonasi), panjang pendeknya (durasi), agar dikemudian

    hari siswa dapat mengontrol suaranya sendiri, sehingga dapat

     berbicara dengan aksen dan irama yang wajar.

    •  Dalam pelaksanaannya guru harus memperhatikan langkah- langkah

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    60/92

    latihan BKPBI Bahasa, secara terprogram, dan berkesinambungan

    • 

    Pemilihan materi berupa kata atau kelompok kata.

    •  Kata dan kelompok kata tersebut dimulai dari kontras besar, contoh

    kata jam dan matahari, ke kontras kecil contoh: nasi dan dasi.

    •  Bila dengan indera pendengaran belum berhasil, diulang lagi dengan

    semua indra agar latihan berakhir dengan menyenangkan.

    •  Setiap latihan diakhiri evaluasi, analisis hasil, dan tindak lanjut.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    61/92

    5. BAHAN AJAR KELIMA

    Program Khusus : BKPBI Non Bahasa

    Standar Kompetensi : Mengidentifikasi bunyi di sekitar yang pernah

    didiskriminasikan dengan menggunakan ABMb

    atau tanpa menggunakan ABM, sebatas sisa

     pendengaran anak.

    Kompetensi Dasar : Mengenal ciri-ciri dan nama alat musik tertentu

    yang diperdengarkan langsung secara

    terprogram.

    Indikator : 1.  Mampu memberikan reaksi bila

    mendengar bunyi  gong, rebana,

    kentongan, atau lonceng dengan

    menyebutkan ciri-ciri bunyi alat musik

    tersebut.

    2.  Mampu memberikan reaksi bila

    mendengar bunyi  gong, rebana,

    kentongan, atau lonceng dengan

    menyebut nama alat musik tersebut.

    3.  Mampu membunyikan gong, rebana,

    kentongan, atau lonceng.

    4. 

    Mampu memberikan reaksi bila

    mendengar bunyi  gong, rebana,

    kentongan, atau lonceng, dengan

    melakukan gerakan yang telah

    disepakati. 

    5.  Mampu memberikan reaksi bila

    mendengar bunyi gong, rebana,

    kentongan, atau lonceng dengan

    menuliskan nama gong, rebana,

    kentongan, atau lonceng.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    62/92

    Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi gong, rebana, kentongan, atau lonceng

    serta memberikan reaksi dengan bermain peran

    dengan tema berburu.

    TUJUAN

    PEMBELAJARAN

    : Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi

     pendengaran dan perasaan vibrasi untuk

    mengenal ciri-ciri dan nama alat musik gong,

    rebana, kentongan, atau lonceng dengan

    menggunakan atau tanpa menggunakan ABM

    agar dapat berkomunikasi dengan

    lingkungannya.

    KEGIATAN:

    1. 

    Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan

     pengecekan ABM (bila menggunakan) kemudian dilanjutkan

    dengan percakapan sebagai titik tolak respon untuk materi yang

    akan dilaksanakan pada saat itu.

    2. 

    Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang

    diperdengarkan guru dengan memanfaatkan sisa pendengarannya

    secara klasikal maupun individual, yang diperdengarkan guru

    dengan memberikan respon berupa: menyebutkan ciri-ciri,

    menyebut nama alat musik, membunyikan, menuliskan nama alat

    musik, atau bermain peran. Kegiatan ini dilanjutkan dengan

    mereaksi bunyi menggunakan indera pendengaran saja.

    3.  Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan

    siswa.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    63/92

     

    EVALUASI

    1. 

    Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk

    evaluasi.

    2.  Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak.

    3.  Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    64/92

    Contoh Lembar Pengamatan Evaluasi Identifikasi:

    Contoh lembar pengamatan evaluasi Identifikasi bunyi:

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : ……………………………………………

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : Kanan: … dB Kiri : … dB

    ABM : Memakai/tidak memakai Jenis : …………

    Materi : ..….………………………………………………

     Nilai Perolehan : ………………………………………………

    Respon

     No. SoalBenar Salah Keterangan

    1

    2

    3

    4

    5

    Score Perolehan

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

    Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

    Res on siswa an salah diisi ada kolom keteran an

     

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    65/92

    Contoh Lembar Evaluasi Identifikasi bunyi:

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : Greg

    Kelas, semester : 1/1

    Data Pendengaran : Kanan: 90dB Kiri : 110 dB

    ABM : Belakang Telinga (BTE)

    Materi : Mengidentifikasi bunyi gong, kentongan, dan

    lonceng.

     Nilai Perolehan : C

    Respon

     No. SoalBenar Salah Keterangan

     

    1 Guru memperdengarkan bunyilonceng

    v

    2 vGuru memperdengarkan bunyi gong

    3 Guru memperdengarkan bunyi

    kentonganv

    4 Guru memperdengarkan bunyi

    kentonganv lonceng

    5 Guru memperdengarkan bunyi

    loncengv kentongan

    Score 3

    Jakarta, 23 Februari 2010

    Guru BKPBI

    Wahyu Podang

      Catatan:

    Reaksi benar nilai : 1

    Reaksi salah nilai : 0

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    66/92

    ANALISIS HASIL PENGAMATAN:

    • 

    Rumus Perhitungan Prosentase Penilaian:

    • 

    •  Kriteria Penilain

    A : 90% - 100% 

    B : 70% - 89%

    C : 55% - 69%

    K : ≤ 54%

    •  Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

    A : Siswa mampu mengidentifikasi bunyi gong, kentongan, dan

    lonceng dengan dengan hasil sempurna

    B : Siswa mampu mengidentifikasi bunyi gong, kentongan , dan

    lonceng dengan hasil baik

    C : Siswa mulai mampu mengidentifikasi bunyi gong, kentongan,

    dan lonceng.

    K : Siswa belum mampu mengidentifikasi bunyi gong, kentongan,

    dan lonceng.

    •  Score yang diperoleh Greg 3, dihitung dengan rumus:

    •  = 60%

    Hasil 60% masuk pada kriteria penilaian C.

    •  Dari contoh di atas dapat dianalisis :

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    67/92

    Greg mampu mengidentifikasi bunyi gong, kentongan, dan lonceng yang

    diperdengarkan dengan nilai perolehan C .

    CATATAN:

    •  Identifikasi bunyi merupakan tahap ketiga dari proses dengar yaitu

    kemampuan untuk mengetahui ciri-ciri dan memberikan nama bunyi-

     bunyi di sekitarnya.

    •  Jumlah soal boleh lebih dari 5 (lima)

    • 

    Penggunaan alat, bermain peran dalam latihan disesuaikan dengan

    situasi, kondisi, dan kreativitas guru.

    •  Sumber bunyi yang ditulis dalam indikator (lonceng, kentongan, dan

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    68/92

    6. BAHAN AJAR KEENAM

    Program Khusus : BKPBI Bahasa

    Standar

    Kompetensi

    : Mengidentifikasikan bunyi di sekitar yang pernah

    didiskriminasikan dengan menggunakan ABM

    atau tanpa ABM.

    Kompetensi Dasar : Mengenal ciri-ciri bunyi kata yang terdiri dari

    satu, dua, tiga, dan empat suku kata sebagai

    lambang yang diperdengarkan secara langsung.

    Indikator : 1. 

    Memberikan reaksi dengan mengucapkan

    kata yang terdiri dari satu kata, contoh: jam,

     bis, lap.

    2.  Memberikan reaksi

    dengan mengucapkan kata yang terdiri dari

    dua suku kata, contoh : baju, bola, topi.

    3. 

    Memberikan reaksi

    dengan mengucapkan kata yang terdiri daridari tiga suku kata, contoh : kepala, sepatu,

    lemari.

    4.  Memberikan reaksi

    dengan mengucapkan kata yang terdiri dari

    empat suku kata, contoh: kacamata,

     papantulis, matahari

    Tujuan

     pembelajaran

    : Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi

     pendengaran dan perasaan vibrasi untuk

    mengenal ciri-ciri kata yang terdiri dari satu,

    dua, tiga, dan empat suku kata dengan

    menggunakan ABM .

    KEGIATAN:

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    69/92

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi sisa pendengarannya

    dan melakukan pengecekan ABM kemudian dilanjutkan percakapan

    sederhana untuk mendapatkan materi yang akan dilatihkan

    •  Siswa menyimak kata yang diucapkan oleh guru dengan semua indera,

    siswa merespon dengan mengucapkan kata yang didengarnya.

    •  Siswa menyimak kata yang diucapkan guru dengan menggunakan

    satu indera (pendengaran) kemudian memberikan respon secara

    spontan dengan mengucapkan kata yang didengarnya.

    •  Guru mengamati respon siswa dan mencatat di lembar pengamatan.

    EVALUASI : Guru mencatat hasil latihan siswa seperti di lembar pengamatan.

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama :

    Kelas/Semester :

    Data Pendengaran : Telinga kanan……..dB Telinga

    kiri………………dB

    ABM : Memakai/Tidak Jenis:…………………..

    Model:…………………………

    Hari/tanggal latihan :

     NO   j  a  m 

       l  a  p

       b   i  s

       b  o   l  a

      s  a   t  e

       t  o  p   i

      s  e  p  a   t  u

      s  e  p  e   d  a

       l  e  m  a  r   i

      m  a   t  a   h  a  r   i

       k  a  c  a  m  a   t  a

      p  a  p  a  n   t  u   l   i  s

    1 jam

    2 lap `

    3 bis

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    70/92

    4 bola

    5 sate

    6 topi

    7 sepatu

    8 sepeda

    9 lemari

    10 matahari

    11 kacamata

    12 papantulis

    Guru BKPBI Bahasa

    (Tri Murni Nasution)

    Lembar Pengamatan identifikasi Bunyi Irama Bahasa (sudah diisi oleh guru)

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama : Sultan

    Kelas/Semester : D6/2

    Data Pendengaran : Telinga kanan 105 dB Telinga kiri 110 dB

    ABM : Memakai/Tidak Jenis: Super power Model: BTE

    Hari/tanggal latihan : Rabu/17 Maret 2010

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    71/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    72/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    73/92

    Guru BKPBI

    (Tri Murni Nasution) 

    ANALISIS 

    HASIL 

    PENGAMATAN: 

    Setelah melakukan latihan mendengar bunyi bahasa tahap identifikasi :

     

    Kriteria Penilaian :

    Amat Baik: 90% - 100%

    Baik : 70% - 89 %

    Cukup : 55% - 69 %

    Kurang : ≤ 54 %

    • 

    Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

     Nilai A siswa mampu mengenal bunyi bahasa dengan sempurna

     Nilai B siswa mampu mengenal bunyi bahasa dengan baik

     Nilai C siswa mulai mengenal bunyi bahasa

     Nilai K siswa belum mampu mengenal bunyi bahasa

    • 

    Kriteria Penilaian:

    = 41.06%

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    74/92

    •  Hasil dari latihan yang dilakukan Sultan adalah menyebar pada

    daerah respon. Hal ini menunjukkan bahwa Sultan belum mampu

    mengidentifikasi kata yang terdiri dari satu, dua, tiga, dan empat

    suku kata.

    •  Hasil dari latihan Rahma membentuk garis diagonal, dapat

    disimpulkan bahwa Rahma sudah mampu mengenal ciri-ciri kata

    yang terdiri dari satu, dua,tiga dan empat suku kata bunyi bahasa

    dengan nilai A, sebagai tindak lanjut latihan identifikasi kata seperti

    tersebut di atas dapat dilakukan dengan variasi kata yang bermakna

    sampai berhasil lebih baik.

    •  Selanjutnya Rahma dapat melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu

    tahap komprehensif bunyi bahasa

    CATATAN:

    •  Identifikasi bunyi bahasa adalah latihan mendengar bahasa yang lebih

    tinggi dari tahap sebelumnya karena siswa dituntut untuk mengenal bunyi

    yang sangat halus yaitu mengenal suara manusia berupa fonem, suku kata,

    kata, kelompok kata, dan kalimat, baik menggunakan ABM atau tanpa

    ABM.

    •  Bila menggunakan dengan semua indra juga belum berhasil kita tidak

    melanjutkan latihan tersebut dan kembali ke tahap sebelumnya.

    • 

    Guru membuat catatan hasil pengamatan respon siswa.

    •  Guru harus memperhatikan langkah-langkah pelaksanaan Bina

    Komunikasi Bunyi Bahasa secara terprogram, berkesinambungan untuk

    mencapai tujuan yaitu agar siswa dapat berkomunikasi dengan

    lingkungannya.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    75/92

    7. BAHAN AJAR KETUJUH

    Program

    Khusus 

    : BKPBI Non Bahasa

    Standar

    Kompetensi

    :Mengkomprehensifkan bunyi di sekitar pernah

    diidentifikasikan sebagai sinyal, tanda atau lambang

    dengan Alat Bantu Mendengar (ABM) atau tanpa

    menggunakan ABM, sebatas sisa pendengaran anak. 

    Kompetensi

    Dasar

    :Memahami bunyi lonceng dan petir sebagai sinyal atau

    tanda yang diperdengarkan secara terprogram.

    ikator : 1.  Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi  lonceng dengan menyebutkan kata

    lonceng

    2.  Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi  petir dengan menyebutkan kata petir.

    3.  Mampu memberikan reaksi dengan berjalan

    masuk ke kelas bila mendengar bunyi lonceng.

    4. 

    Mampu memberikan reaksi dengan berlari

    masuk ke kelas bila mendengar bunyi petir.

    5.  Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi  lonceng dengan mengucapkan kalimat 

    “Ayo….masuk kelas!”

    6. 

    Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi petir dengan mengucapkan kalimat 

    :“Mau hujan!”

    7.  Mampu memberikan reaksi bila mendengar

     bunyi lonceng dan petir dengan bermain peran.

    TUJUAN : Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    76/92

    PEMBELAJ

    ARAN 

     pendengaran dan perasaan vibrasi untuk memahami

    makna bunyi lonceng dan petir dengan menggunakan

    atau tanpa menggunakan ABM agar dapat berkomunikasi

    dengan lingkungannya. 

    KEGIATAN:

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi serta melakukan

     pengecekan ABM (Bila menggunakan) kemudian dilanjutkan dengan

     percakapan sebagai titik tolak respon untuk materi yang akan dilatihkan

     pada saat itu.

    •  Siswa memperhatikan dan mendengarkan bunyi yang diperdengarkan guru

    dengan memanfaatkan sisa pendengarannya secara klasikal maupun

    kelompok, kemudian siswa memahami bunyi lonceng dan petir yang

    diperdengarkan guru dengan memberikan respon berupa: menyebutkan

    nama bunyi, mengucapkan kalimat, dan bermain peran.

    •  Guru melakukan pengamatan dari reaksi yang dilakukan siswa.

    EVALUASI

    •  Guru memilih salah satu respon yang harus dilakukan anak untuk evaluasi.

    •  Siswa mereaksi bunyi yang diperdengarkan guru secara acak.

    • 

    Guru mengamati dan mencatat respon anak pada lembar pengamatan.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    77/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    78/92

    Contoh Hasil Evaluasi Komprehensi Bunyi:

    LEMBAR 

    PENGAMATAN 

    SISWA 

    Nama 

    Greg 

    Kelas, 

    semester 

    1/1 

    Data Pendengaran  :  Kanan:  90dB  Kiri : 110 dB 

    ABM 

    Memakai/tidak 

    memakai 

    Jenis 

    ……………………. 

    Materi 

    Memahami 

    bunyi 

    lonceng 

    dan 

    petir 

    Nilai Perolehan  :  B 

    Reaksi 

    Ket 

    No.  Soal Petir  Lonceng 

    Guru 

    memperdengarkan 

    bunyi 

    petir 

    Guru 

    memperdengarkan 

    bunyi 

    lonceng 

    Guru 

    memperdengarkan 

    bunyi 

    lonceng 

    4  Guru memperdengarkan bunyi  petir  V 

    5  Guru memperdengarkan bunyi  lonceng  V 

    Score  4  0 

    Jakarta, 23 Februari 2010 

    Guru 

    BKPBI 

    Wahyu 

    Podang 

    Catatan: 

    Reaksi 

    benar 

    nilai 

    Reaksi 

    salah 

    nilai 

    Respon 

    siswa 

    yang 

    salah 

    diisi 

    pada 

    kolom 

    keterangan 

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    79/92

    Catatan:

    •  Rumus Perhitungan Prosentase Penilaian:

    • 

    •  Kriteria Penilaian:

    A : 90% - 100%

    B : 70% - 89%

    C : 55% - 69%

    K : ≤ 54%

    •  Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

    A : Siswa mampu memahami bunyi petir dan lonceng dengan

    hasil sempurna.

    B : Siswa mampu memahami bunyi petir dan lonceng dengan

    hasil baik.

    C : Siswa mulai mampu memahami bunyi petir dan lonceng

    K : Siswa belum mampu memahami bunyi petir dan lonceng

    •  ANALISIS HASIL PENGAMATAN:

    Score yang diperoleh Greg 8, dihitung dengan rumus:

    = 80%

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    80/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    81/92

    8. BAHAN AJAR KEDELAPAN

    Program Khusus : BKPBI Bahasa

    Standar Kompetensi : Memahami bunyi di sekitar sebagai sinyal,

    tanda atau lambang dengan menggunakan

    alat bantu mendengar (ABM) atau tanpa

    ABM.

    Kompetensi Dasar : Memahami bunyi bahasa dengan menjawab

     pertanyaan dan perintah singkat yang

    diperdengarkan secara langsung, spontan dan

    acak.

    Indikator : 1. 

    Mampu mereaksi bunyi dengan

    menjawab pertanyaan secara spontan bila

    diperdengarkan pertanyaan, dengan kata

    ganti tanya apa.

    2. 

    Mampu mereaksi bunyi dengan

    menjawab pertanyaan secara spontan bila

    diperdengarkan pertanyaan, dengan kata

    ganti tanya siapa.

    3.  Mampu mereaksi bunyi dengan

    menjawab pertanyaan secara spontan bila

    diperdengarkan pertanyaan, dengan kata

    ganti tanya berapa.

    4.  Mampu mereaksi bunyi dengan

    menjawab pertanyaan secara spontan bila

    diperdengarkan pertanyaan, dengan kata

    ganti tanya di mana.

    5.  Mampu mereaksi bunyi dengan

    menjawab pertanyaan secara spontan bila

    diperdengarkan pertanyaan, dengan kata

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    82/92

      Program Khusus : BKPBI Bahasa

    ganti tanya mengapa.

    6.  Mampu mereaksi bunyi dengan

    menjawab pertanyaan secara spontan bila

    diperdengarkan pertanyaan, dengan kata

    ganti tanya bagaimana.

    7.  Mampu mereaksi bunyi sesuai perintah

    yang diucapkan oleh guru.

    Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu meningkatkan kepekaan fungsi

     pendengaran dan perasaan vibrasi untuk

    memahami pertanyaan atau perintah yang

    disampaikan guru melalui pendengaran

    dengan memberikan respon sesuai dengan

     pertanyaan atau perintah dengan

    menggunakan ABM

    KEGIATAN :

    •  Guru menempatkan siswa sesuai dengan kondisi dan melakukan

     pengecekan ABM kemudian dilanjutkan percakapan sederhana untuk

    mendapatkan materi yang akan dilatihkan

    •  Guru menyajikan pertanyaan atau perintah dengan menggunakan satu

    indera pendengaran menggunakan kata ganti tanya apa, siapa, berapa, di

    mana, mengapa, bagaimana, dan beberapa perintah spontan yang

    dilakukan siswa sehari-hari,

    contoh: Apa warna bajumu?

    •  Siswa menjawab pertanyaan secara spontan.

    •  Siswa melakukan perintah guru secara spontan.

    •  Guru mengamati respon siswa dan menuliskan di lembar pengamatan.

    •  Diakhir kegiatan guru membuat catatan hasil latihan.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    83/92

     

    Gambar: Pertanyaan-pertanyaan yang harus direaksi oleh siswa

    EVALUASI : Setiap akhir kegiatan guru medokumentasikan hasil

    latihan siswa pada

    Lembar pengamatan, seperti contoh pada halaman berikut

    :

    Lembar Pengamatan Memahami Bunyi dan Irama Bahasa (Belum diisi oleh

    Guru)

    LEMBAR PENGAMATAN SISWA

     Nama :

    Kelas/Semester :

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    84/92

    Data Pendengaran : Telinga kanan: ……..dB Telinga kir: ……dB

    ABM : Memakai/tidak memakai Jenis:…………………..

    Model : …………………………

    Hari/tanggal latihan : …………………………

     No Stimulus Respon Keterangan

    Guru BKPBI Bahasa

    ( )

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    85/92

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    86/92

    ANALISIS HASIL PENGAMATAN:

    • 

    Setelah melakukan latihan mendengar bunyi bahasa tahap pemahaman,

    siswa dapat merespon bunyi bahasa yang diperdengarkan 70 % .

    •  Siswa mampu menjawab pertanyaan dan melakukan perintah yang

    dilatihkan dengan baik

    •  Sebagai tindak lanjut latihan diulangi dengan materi yang lebih bervariasi

    dengan pertanyaan dan perintah,juga dengan respon lain yang bersifat

    kognitif.

    • 

    Pada kolom kedua tulisan yang dicetak tebal adalah jawaban siswa yang

    salah.

    •  Kriteria Penilaian :

      Amat Baik: 90% - 100%

      Baik : 70% - 89 %

      Cukup : 55% - 69 %

      Kurang : ≤ 54 %

    • 

    Dari nilai perolehan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:

     Nilai A siswa mampu memahami bunyi bahasa sebagai lambang dengan

    sempurna

     Nilai B siswa mampu memahami bunyi bahasa sebagai lambang dengan baik

     Nilai C siswa mulai memahami bunyi bahasa sebagai lambang

     Nilai K siswa belum mampu memahami bunyi bahasa sebagai lambang

    CATATAN:

    •  Memahami bunyi bahasa adalah tahap yang paling sulit dan paling

    tinggi dalam kegiatan BKPBI Bahasa

    •  Tujuan latihan ini adalah memahami bunyi bahasa dalam kehidupan

    sehari-hari

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    87/92

    •  Guru harus memperhatikan langkah-langkah Bina Komunikasi Bunyi

    Bahasa secara terprogram dan berkesinambungan.

    •  Setiap latihan diakhiri dengan evaluasi, analisis dari hasil

     pengamatan dan tindak lanjut. 

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    88/92

    PENUTUP

    Bahan ajar ini memberikan gambaran yang cukup jelas tentang pembelajaran

     program khusus untuk anak tunarungu. Dengan memahami,

    mengimplementasikan bahan ajar ini, guru diharapkan mantap dalam memberikan

     pelayanan BKPBI baik non bahasa maupun bahasa. Hal ini akan membawa anak

    tunarungu kearah dunia anak mendengar.

    Bahan ajar ini selain melatih anak tunarungu memaksimalkan sisa pendengaran

    yang masih dimiliki juga akan membentuk sikap dan karakter yang berlandaskan

    nilai-nilai religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,

    demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangat kebangsaan, cinta tanah air,

    menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

     peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Melalui nilai-nilai diatas

    diharapkan dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang sesuai dengan

    tujuan pendidikan nasional.

    Semoga dengan bahan ajar ini, pengetahuan guru anak tunarungu khususnya dan

    guru pendidikan luar biasa pada umumnya selangkah lebih maju. Para pengguna

     bahan ajar dimungkinkan untuk memodifikasi sesuai dengan keadaaan sekolah

    dan siswa masing-masing. Melalui pengalaman di lapangan, demi kesempurnaan

     bahan ajar selanjutnya diharapkan untuk memberikan masukan, saran ataupun

    kritik.

  • 8/18/2019 Progsus yuhu

    89/92

    DAFTAR PUSTAKA

    Boothroyd, Arthur (1982),  Hearing Impairments in Young children,

    Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New York

    Bunawan, Lani dan C. Susila Yuwati (2000),  Penguasaan Bahasa Anak

    Tunarungu, Yayasan Santi Rama, Jakarta

    Cox TC, A (1980),  Audiologi, Dewan Nasional Indonesia untuk

    Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Jakarta

    Departemen Pendidikan Nasional (2000), Pengajaran Bina Persepsi Bunyi

    dan Irama untuk