pronator teres

29
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pronator Teres Syndrome (atau biasa disebut Pronator syndrome) adalah salah satu dari tiga syndroma jeratan saraf nervus Median, selain Carpal tunnel Syndrome dan Syndrome saraf Intrerosseous Anterior yang dimana Pronator teres ini sendiri merupakan Insidensi terbesar kedua setelah Carpal tunnel Syndrome, pada kasus jeratan Saraf Nervus Median secara umum. 1 Otot Pronator teres adalah otot yang berada pada lengan bagian bawah. Sesuai dengan namanya, Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan pronasi lengan bawah. Salah satu kelainan yang sering terjadi berkaitan dengan otot ini adalah Sindrom Pronator teres, dimana menyebabkan rasa nyeri pada pergelangan tangan. 1 Pronator Teres Syndrome (PTS) pertama kali dikemukakan oleh Tiedemann pada tahun 1822, dan pada tahun 1848 Struthers adalah orang pertama yang menggambarkan struktur jeratan pada saraf medianus. 1,2 Pronator Teres (PTS) adalah Jebakan neuropati terbanyak kedua setelah Sindroma terowongan karpal. Peningkatan risiko sindrom pronator dapat dikaitkan dengan kegiatan individu yang terlibat, gerakan berulang pada siku, pergelangan tangan, dan gerakan tangan seperti memotong kayu, bermain olahraga raket, 1

Upload: nobytatugas

Post on 21-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat rehabilitasi medik pronator teres syndrome

TRANSCRIPT

Page 1: Pronator Teres

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pronator Teres Syndrome (atau biasa disebut Pronator syndrome) adalah

salah satu dari tiga syndroma jeratan saraf nervus Median, selain Carpal tunnel

Syndrome dan Syndrome saraf Intrerosseous Anterior yang dimana Pronator teres

ini sendiri merupakan Insidensi terbesar kedua setelah Carpal tunnel Syndrome,

pada kasus jeratan Saraf Nervus Median secara umum.1

Otot Pronator teres adalah otot yang berada pada lengan bagian bawah.

Sesuai dengan namanya, Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan pronasi

lengan bawah. Salah satu kelainan yang sering terjadi berkaitan dengan otot ini

adalah Sindrom Pronator teres, dimana menyebabkan rasa nyeri pada pergelangan

tangan.1

Pronator Teres Syndrome (PTS) pertama kali dikemukakan oleh

Tiedemann pada tahun 1822, dan pada tahun 1848 Struthers adalah orang pertama

yang menggambarkan struktur jeratan pada saraf medianus. 1,2

Pronator Teres (PTS) adalah Jebakan neuropati terbanyak kedua setelah

Sindroma terowongan karpal. Peningkatan risiko sindrom pronator dapat

dikaitkan dengan kegiatan individu yang terlibat, gerakan berulang pada siku,

pergelangan tangan, dan gerakan tangan seperti memotong kayu, bermain

olahraga raket, dayung, angkat berat, atau melempar. Namun, insidensi sindrom

pronator pada wanita adalah empat kali lebih besar daripada laki-laki,

menunjukkan bahwa anomali anatomi (variasi struktural) dan tidak berlebihan

merupakan faktor risiko yang dominan. Lengan yang dominan kemungkinan besar

akan terpengaruh, terutama jika individu berotot (hipertrofi otot). Sindrom

pronator yang paling sering didiagnosis pada orang antara usia 40 dan 50.1,6

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi sidroma pronator teres?

2. Bagaimana anatomi dan persyarafan otot pronator teres?

3. Apa etiologi sindroma pronator teres?

1

Page 2: Pronator Teres

4. Apa saja manifestasi klinis pada sindroma pronator teres?

5. Apa saja gejala klinis sindroma pronator teres?

6. Bagaimana cara mendiagnosa sindroma pronator teres?

7. Bagaimana melakukan pemeriksaan fisik pada sindroma pronator teres?

8. Bagaimana terapi pada sindroma pronator teres?

I.3 Tujuan

Untuk mengetahui,

1. Definisi sidroma pronator teres

2. Anatomi dan persyarafan otot pronator teres

3. Etiologi sindroma pronator teres

4. Manifestasi klinis pada sindroma pronator teres

5. Gejala klinis sindroma pronator teres

6. Cara mendiagnosa sindroma pronator teres

7. Pemeriksaan fisik pada sindroma pronator teres

8. Terapi pada sindroma pronator teres

I.4 Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu

kedokteran terapi dan rehabilitasi pada khususnya.

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakedokteran terapi dan rehabilitasi.

2

Page 3: Pronator Teres

BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

II.1 Definisi Sindroma Pronator Teres1,2

Sindroma Pronator Teres adalah suatu Kumpulan gejala yang khas

ditandai dengan rasa nyeri ringan hingga sedang pada lengan bawah, Nyeri

bertambah dengan pergerakan siku, supinasi dan pronasi yang berulang, dan

gerakan genggaman yang berulang. Hilangnya ketangkasan tangan, kelamahan

ringan, parastesia saraf median dapat terjadi, rasa baal bisa saja terjadi tidak hanya

pada jari, namun dapat juga terjadi pada daerah telapak tangan karena terkenanya

saraf kutan daerah palmar yang dicabangkan.

II.2 Anatomi dan Persarafan1,2,3

Pronator teres berasal dari kata “pronus” yang berarti condong ke depan”

dan “teres” yang mempuyai arti bulat atau berbentuk silinder, sehingga mengacu

kepada bentuk otot menjadi Otot silinder yang pronates (lengan bawah). Otot-

Otot pronator teres terletak pada lengan bagian bawah, yang bersama sama

dengan pronator kuadratus, berfungsi untuk pronasi lengan bawah. Otot pronator

teres memiliki 2 kepala, Humerus dan Ulnar. Dimana kepala humerus lebih besar

dan lebih dangkal, sedangkan kepala ulnar adalah fasikulus tipis, yang muncul

dari sisi sebelah medial dari prosesuskoronoideus ulna.

3

Page 4: Pronator Teres

Gambar 1 : Otot – otot Pronator teres.Sumber :http://anatomystudybuddy.wordpress.com/2012/09/20/pronator-teres/

Nervus Medianus 1,7,8

Pleksus brakhialis secara topografi terdiri atas radiks (root), trunkus

(trunk), fasikulus (cord) dan cabang (branches). Dua nervus berasal langsung

dari radiks yang kemudian membentuk fasikulus; yang pertama yaitu nervus

scapular dorsalis dari C5 yang menginervasi levator scapula dan rhomboid, yang

kedua adalah nervus torakalis dari C5, C6 dan C7. Kemudian radiks bergabung

membentuk tiga fasikulus. Gabungan C5 dan C6 membentuk trunkus superior,

kemudian C8 dan T1 membentuk trunkus inferior.sedangkan radik C7 sendiri

membentuk trunkus medialis. Masing-masing dari ketiga trunkus tersebut

bercabang dan membentuk divisi anterior dan posterior. Fasikulus posterior

dibentuk oleh gabungan ketiga divisi posterior. Divisi anterior dari trunkus

superior dan medialis membentuk fasikulus lateralis. Kemudian divisi anterior

dari trunkus inferior membentuk fasikulus medialis.7

Nervus medianus berasal dari fasikulus lateralis dan medialis dari pleksus

brachialis yang merupakan saraf gabungan dari radiks C6 dan T1. Nervus

medianus mempersarafi sebagian besar otot-otot fleksor lengan bawah dan otot

tenar. Saraf ini juga yang memberikan sensasi pada kulit di telapak tangan bagian

lateral dan pada ujung-ujung jari, yaitu sepanjang permukaan bagian volar ibu jari,

jari telunjuk dan jari tengah serta sebagian jari manis. Serabut saraf sensoris jari

telunjuk dan jari tengah memasuki radiks C7 melalui fasikulus lateralis dan

trunkus medialis sementara itu kulit ibu jari menerima serabut saraf dari radiks C6

dan sebagian dari radiks C7 melalui fasikulus lateralis dan trunkus superior atau

medialis. Nervus medianus tidak menginervasi otot-otot di lengan atas. Saraf ini

4

Page 5: Pronator Teres

memasuki lengan bawah melalui antara dua kaput pronator teres dan

mempersarafi fleksor karpi radialis, palmaris longus dan fleksor digitorum

superfisialis yang kemudian bercabang menjadi nervus interoseus anterior yang

menginervasi otot fleksor polisis longus , otot pronator quadratus dan otot fleksor

digitorum profundus I dan II. Cabang utama nervus medianus memasuki

pergelangan tangan melalui terowongan karpal dan menginervasi otot abductor

polisis brevis, opponent pollicis, separuh bagian lateral otot fleksor pollicis brevis

dan otot lumbrikal I dan II.8

Gambar 2. Anatomi nervus medianusSumber: Mumenthaler M, Mattle H, Taub E: Diseases of the Spinal Nerve Roots and Peripheral

Nerves, in Fundamentals of Neurology, New York: Thieme; 2006 : 228

5

Page 6: Pronator Teres

Gambar 3. Nervus MedianusSumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Median_nerve

Pada lengan bawah, N. Medianus melewati sepanjang sisi medial dari

arteri brakhialis yang terhubung dengan struktur berikut:6,9,10

- Antara pangkal otot pronator teres (insersio pada epicondylus medialis

dan pada prosesus koronoideus dari ulna).

- Kemudian di antara flexor digitorum superficialis dan profundanya, di

dalam lapisan antara otot fleksor digitorum profunda dan fleksor

pollicis longus.

- Sekitar 5 cm di atas pergelangan tangan, N. Medianus muncul lagi

pada sisi lateral dari fleksor digitorum superfisialis dan mempersarafi

pada: kulit (anterior), tendo muskulus fleksor pollicis longus dan

fleksor karpi radialis (lateral), tendo fleksor digitorum superfisialis

6

Page 7: Pronator Teres

muskulus palmaris longus (medial), serta muskulus pronator quadrates

(posterior).

Di bawah muskulus pronator quadratus, N. Medianus menyeberangi

pangkal arteri ulnaris yang kemudian berhubungan dengan: arteri radialis dan

cabang persarafan kulit dari nervus radialis serta otot brakhioradialis (lateral);

arteri dan nervus ulnaris yang terselubung oleh otot fleksor karpi ulnaris

(medial).9,10

II.3 Etiologi 1,2,9

Penyebab paling umum adalah jebakan dari saraf median antara dua caput

otot Pronator teres . Penyebab lainnya adalah kompresi saraf dari arkus fibrosa

yang superficialis fleksor, atau penebalan pada aponeurosis bisipitalis

Terdapat 5 area potensial terjadinya Jeratan saraf

1. Supracondylar Process

Gambar 4. Anatomi supracondylarSumber: http://www.anatomyatlases.org/AnatomicVariants/Cardiovascular/Images0001/0039

Hanya ditemukan kurang lebih 1 %

2. Ligament dari Struthers

- Di bawah ligamentum Struthers, yaitu jaringan yang berjalan dari

prosesus suprakondiler pada distal humerus (sisi ulnar) ke epikondilus

medialis.

- Pada siku yaitu pada perjalanannya di sepanjang otot pronator teres,

sehingga terdapat 3 tempat pada pasase ini yang dapat terjadi kompresi

7

Page 8: Pronator Teres

saraf, yaitu cabang dari tendon biseps dan insersio ulnaris pada otot

pronator teres.

- Pada terowongan karpal di pergelangan tangan.

Gambar 5. Anatomi Ligamentum StruthersSumber: truthers, J. On some points in the abnormal anatomy of the arm. Br. Foreign

Medico-Chir. Rev.13:523-533, 1854.

3. Aponeurosis Bicipital

4. Diantara Caput ulnar dan Humerus pada Pronator teres

5. Aponeurosis arkus FDS

Gambar 6. Anatomi arkus FDS

II.4 Manifestasi Klinis3,4

Kompresi N. Medianus pada Siku: Sindroma Pronator Teres

- Merupakan mononeuropati campuran sensori-motorik.

8

Page 9: Pronator Teres

- Nyeri pada lengan bawah yang diperburuk dengan sikap pronasi dan fleksi

yang dipaksakan.

- Kesemutan pada area nervus medianus.

- Nyeri pada area otot pronator teres atau dengan rangsangan Tinel’s sign.

- Adanya kelemahan ringan pada lengan bawah dan otot tenar, atau bisa

juga tidak ada kelemahan.

- N. Medianus bersama dengan arterinya memisahkan tendon biseps dan

fascia biseps. Kemudian berlanjut di antara dua insersio dari otot pronator

teres (pada epikondilus medialis dan prosesus koronoideus dari ulna). Pada

area ini N. Medianus terlokalisasi di bawah arteri ulnaris dan fascia tendon

biseps. Di bawahnya lagi terdapat origo dari muskulus fleksor digitorum

superfisialis.

II.5 Gejala Klinis6,7,9,16

Gejala local yang didapatkan:6,7

- Rasa berat, kaku ataupun keram pada tangan.

- Kesemutan pada otot tenar ibu jari dan tiga jari di sampingnya.

- Nyeri pada area otot pronator teres pada siku atau lengan bawah saat

otot berkontraksi.

- Nyeri dan kesemutan saat melakukan gerakan antagonis seperti pronasi

dari lengan bawah dan fleksi dari pergelangan tangan.

- Disfungsi motorik dari otot yang diinervasi oleh kolateral distal dari N.

Medianus (setelah persarafan meninggalkan otot pronator teres);

sehingga otot pronator teres dapat tidak terkena disfungsi namun otot

pronator quadrates yang terkena.

- Baal dan tebal pada sisi medial ibu jari dan sisi lateral telunjuk.

Arthralgia pada Siku6,9

N. Medianus berperan besar pada regio siku, yang berkolateral dengan

kapsula ligament apparatus bagian anterior. Bila setelah fraktus atau dislokasi

bagian siku, gerakan tertentu masih menimbulkan nyeri, maka penatalaksanaan

terhadap N. Medianus harus dipertimbangkan.

9

Page 10: Pronator Teres

Tanda dan Gejala Sensorik5,6,10

Nyeri merupakan gejala utama dari SPT. Rasa tidak nyaman yang

dirasakan pada lengan bawah saat onset terjepitnya saraf akibat pronasi dan fleksi

yang sering dilakukan dengan bertenaga, biasanya merupakan petunjuk awal

diagnostik. Didapatkan juga adanya onset nyeri yang akut akibat kontraksi yang

hebat dari lengan bawah. Nyeri ini menjalar dari regio siku anterior ke distal

sampai ke telapak tangan dan jari-jari, juga ke proksimal hingga ke bahu.

Kesemutan pada ibu jari dan jari lain yang dipersarafi N. Medianus biasanya

menyertai nyerinya. Namun tanpa tes aktivasi/provokasi pronator, terkadang tidak

ditemukan.

Nyeri sepanjang bagian proksimal dari otot pronator teres merupakan

tanda diagnostic terpenting dari sindroma ini.

Tanda dan Gejala Motorik 5,6,10

Pada SPT, perburukan gejala mototik dan sensorik tidak berjalan bersama-

sama. Terdapat ketidak sesuaian gejala antara motorik dan sensoriknya. Dari

sekian banyak temuan gejala sensorik, hanya 3 dari 39 kasus yang terdapat pula

gejala motorik (atrofi otot tenar ringan). Hanya didapatkan sedikit kelemahan dari

otot fleksor pollicis dan oponens pollicis, walaupun ada nyeri dan defisit sensorik

pada distribusi persarafan N. Medianus. Teorinya, pada kasus kompresi N.

Medianus pada SPT di mana terdapat defisit sensorik yang berat, akan didapatkan

kelemahan yang minimal (sedikitnya) pada beberapa otot yang dipersarafi oleh N.

Medianus, seperti sindroma terjepitnya nervus radialis dan ulnaris. Namun hal ini

tidak ditemukan pada SPT, dan alasannya masih belum jelas.

II.6 Diagnosis 1,2,9,10

Mendiagnosa SPT tidaklah mudah karena adanya tanda dan gejala yang

tumpang tindih dengan kompresi dan neuropati dari terjepitnya N. Medianus,

antara lain: kompresi ligamentum Struthers di bagian atas, carpal tunnel

syndrome (CTS) di bawahnya, dan lesi nervus interosseus anterior pada lokasi

anatomis yang hampir sama dengan SPT. Jaringan muskulofibrosa dari pangkal

otot pronator teres, merupakan salah satu temuan kompresi patologis pada saat

10

Page 11: Pronator Teres

operasi terhadap SPT, yang juga menjadi penyebab utama dari sindrom nervus

interoseus anterior pada beberapa kasus. Saat N. Medianus memasuki area lengan

bawah, maka variasi anatomi yang signifikan pasti aka nada. Variasi-variasi ini

bersamaan dengan variasi anatomis minor pada titik di mana nervus interosseus

anterior berangkat dari nervus medianus, merupakan awal penjelasan mengapa

jaringan ikat fibrosa dari muskulus pronator teres ataupun fleksor digitorum

superfisialis berperan akif dalam patogenesis dari SPT dan sindroma nervus

interosseus anterior. Kedua sindroma penjepitan saraf ini memiliki kesamaan pada

penemuan patologis yang terlihat saat operasi, yang berkaitan dengan tanda dan

gejala klinisnya yaitu nyeri dan nyeri tekan pada lengan bawah. Walaupun nervus

interosseus anterior merupakan murni motorik, namun onset paralisisnya

umumnya berhubungan dengan nyeri akut dan dalam pada lengan bawah, serta

nyeri yang dirasakan di atas otot pronator teres pada beberapa kasus. Kelemahan

dari otot fleksor pollicis longus dan fleksor digitorum profundus dari jari telunjuk,

yang merupakan tanda fisis utama pada sindroma nervus interoseus anterior

(SIA), terlihat juga pada SPT. Secara klinis, satu-satunya kriteria yang

membedakan antara SPT dan sindrom interosea anterior adalah tanda sensorik

yang terdistribusi sepanjang N. Medianus lengan bawah. Bila jelas ada defisit

sensorik maka diagnosis dapat dipastikan adalah SPT. Bila pasien hanya memiliki

kerancuan yang subyektif mengenai gejala sensorik tanpa rasa kesemutan yang

pasti pada area N. Medianus, setelah tes pronator dan tes fleksor digitorum

superfisialis, maka sangat sulit untuk memastikan apakah merupakan kasus SPT

atau SIA dengan pertimbangan adanya gejala sensorik. Secara anatomis, adanya

satu atau lebih paralisis otot proksimal sampai ke pangkal nervus interoseus

anterior, dapat mendukung diagnose dari SPT. Otot pronator teres, fleksor karpi

radialis, Palmaris longus, dan pleksor digitorum superfisialis, mesti diperiksa

secara spesifik dan hati-hati pada SPT dan SIA.1,2,10

Sesuai neuroanatomi, tanda dan gejala dari lesi N. Medianus pada

tingkatan ligamentum Struthers dan otot pronator teres hampir identik.

Perbedaannya ada pada lokasi dari nyeri tekan, otot yang berperan yaitu otot

suprakondilar dan otot pronator teres, dan terdapat spur pada suprakondylar di

foto RÖntgen. Sindroma kompresi ligamentum Struthers diketahui sangat jarang,

11

Page 12: Pronator Teres

namun tetap harus dimasukkan dalam daftar diferensial diagnosa dari paralisis N.

Medianus, karena merupakan neuropati penjepitan saraf yang dapat

disembuhkan.1,9

CTS dan SPT adalah mononeuropati yang bercampur antara gejala

sensorimotornya dan sama-sama berasal dari N. Medianus. Gejala dan tanda yang

biasanya terlihat dari CTS terlihat juga pada SPT. Pada kasus yang umum,

diagnosa pasti bisa dengan mudah didapatkan, namun ada juga kasus tertentu

yang sulit untuk mendiagnosanya dengan pasti. Masalah ini sering dicatat dan

didiskusikan byk pada SPT. Saat kesulitan mendiagnosa muncul, penilaian

kembali dari gejala dan tanda, mesti diperhatikan khusus pada: nyeri dan Tinel’s

sign, jenis nyeri pada lengan bawah, pola dari defisit sensorik, dan tingkat

paralisis motorik dari masing-masing otot yang dipersarafi N. Medianus. Nyeri

pada CTS biasanya dimulai dari pergelangan tangan lalu menjalar ke atas hingga

setinggi siku, namum pada SPT, nyeri nyeri pada lengan bawah berlangsung statik

dan menjalar dengan arah yang berlawanan yaitu dari siku ke pergelangan lalu ke

jari-jari. Saat terdapat deficit sensorik pada cabang nervus palmar cutaneus di

pergelangan tangan, maka akan mendukung diagnosa SPT. Nervus tersebut

merupakan cabang dari N. Medianus yang terkadang tumpang tindih dengan

cabang antebrakhial dari N. Musculokutaneus, sehingga secara klinis kurang

membantu diagnosa. Memeriksa tiap otot yang dipersarafi oleh N. Medianus,

harus dibandingkan secara satu per satu dengan otot yang dia tangan sebelahnya.

Adanya kelemahan yang jelas atau hanya sedikit dari satu atau beberapa otot pada

lengan bawah, mengarah pada diagnosa SPT. Intinya kedua neuropati kompresi

dapat terjadi sekaligus pada N. Medianus. Studi konduksi nervus sangat

membantu pada CTS, namun kurang dapat diandalkan untuk diagnosa SPT.1,2,10

II.8 Pemeriksaan Fisik9,11,12

Tes Provokatif spesifik pada Pemeriksaan Jeratan Saraf Median

- Pasien berdiri dengan siku fleksi 90 derajat. Pemeriksa menempatkan satu

tangan pada siku pasien untuk stabilisasi, dan tangan lainnya

menggenggam tangan pasian pada posisi bersalaman. Pasien

mempertahankan posisi ini, sementara pemeriksa melakukan supinasi pada

12

Page 13: Pronator Teres

lengan bawah pasien (memaksa pasien melakukan kontraksi pada otot

pronator pasien). Sementara melakukan gerakan supinasi, pemeriksa juga

melakukan ekstensi pada siku, dengan menarik genggaman ke distal.

- Jika terdapat nyeri atau ketidaknyamanan pada saat ini, maka dipastikan

bahwa terdapat kompresi N. Medianus oleh pronator teres. (Pasien harus

tetap merelaksikan siku pada saat tes, karena siku yang kaku akan

menyulitkan pemeriksa pada saat ekstensi).

Gambar 2. Metode tes Provokatif

II.9 Terapi11,12,13,15

Penatalaksanaan secara konservatif harus diterapkan dahulu sebelum

mempertimbangkan intervensi pembedahan. Tujuan utama dari terapi adalah

dekompresi dari N. Medianus. Pertimbangan atau pengobatan yang efektif dalam

merelaksasi otot pronator dan fleksor, serta mengurangi tegangan mekanis pada

sistem fibromuskuler dari lengan bawah. SPT ditemukan pada kelompok orang

yang pekerjaannya atau kebiasaannya secara dominan adalah penggunaan lengan

bawah secara berlebihan. Sehingga, penting untuk memberikan edukasi kepada

pasien yang merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada penatalaksanaan

sindroma ini.

1. Intervensi Non Bedah11,12

Manajemen konservatif hampir selalu merupakan pilihan awal di atas operasi,

dan sering didapatkan hasil yang positif. Dengan terapi konservatif, 50% dari

pasien dilaporkan mengalami kesembuhan dalam 4 bulan. Lainnya dilaporkan

bahwa perbaikan dapat dilihat dalam waktu 18 bulan sampai dengan 2,5 tahun

setelah terapi konservatif. Injeksi kortison dilakukan apabila terapi konservatif

masih belum berhasil memperbaiki gejala. Keputusan untuk memilih tindakan

operasi/pembedahan ditentukan dalam waktu 8 minggu sampai selama-

lamanya 6 bulan setelah manajemen konservatif. Umumnya dekompresi N.

Medianus memiliki posibilitas 85-90% untuk mendapatkan hasil yang baik.

13

Page 14: Pronator Teres

- Manajemen terhadap jenis pekerjaan dan hobi: perbanyak istirahat dan

penyesuaian terhadap kegiatan, jika memungkinkan, diubah total.

- Obat dan takaran latihan neurorehabilitasi untuk melemaskan ketegangan

fibromuskular dan untuk mengurangi nyeri.

- Latihan secara aktif dan dinamis pada ekstremitas atas sebagai

pertimbangan pengaruh jangka panjang saat nyeri telah berkurang atau

hilang.

Rehabilitasi Konservatif 11,13

Fase 1: Minggu I-II

Tujuan:

- Mengontrol pembengkakan

- Mereduksi nyeri

Intervensi:

- Melindungi siku dari entrapmen lebih lanjut dengan penggunaan splinting

atau fiksasi siku pada posisi 900.

- Aktivitas pasif ROM secara hati-hati.

- Elevasi, pendinginan dan kompresi.

- Modalitas dan medikasi untuk inflamasi, bengkak dan nyeri.

- Pemijatan nervus secara lembut.

- Mobilisasi jaringan lunak.

- Pemeliharaan kondisi dan stamina.

Fase 2: Minggu III-IV

Tujuan:

- Perbaikan fleksibilitas

- Penguatan (pada fase ini dibutuhkan perhatian ekstra untuk mencegah

rekurensi)

Intervensi:

- Modalitas dapat membantu untuk mengurangi inflamasi dan nyeri.

- Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan sebaiknya dilakukan.

14

Page 15: Pronator Teres

- Setelah latihan di atas dapat dilakukan dengan baik, maka dilanjutkan

dengan fleksi dan ekstensi siku dan pronasi dan supinasi dengan pelan-

pelan.

- Mobilisasi dan pemijatan jaringan lunak pada lengan bawah dapat mulai

dilakukan pada area dimana dicurigai terdapat entrapmen.

- Mulai mengatasi jenis latihan dan aktivitas, dengan perkembangan pada

kondisi dan stamina.

Fase 3: Minggu V-VIII

Tujuan:

- Secara independen sudah dapat melakukan program di rumah

- Dapat kembali pada aktivitas dalam pekerjaan, rekreasi, dan olahraga

- Pencegahan rekurensi

Intervensi:

- Edukasi kepada pasien mengenai manajemen dan pencegahan.

- Pemijatan dan pengurutan nervus untuk mencegah rekurensi.

- Bagi seorang atlet, penguatan dan fleksibilitas merupakan komponen

penting untuk kembali berolahraga.

- Fokus kepada simulasi berulang baik pada olahraga maupun pekerjaan si

pasien

2. Pembedahan 14,15,16

Eksplorasi dan dekompresi dari N. Medianus harus dilakukan apabila adanya

kegagalan dari manajemen konservatif. Dekompresi dilakukan dengan

pendekatan sisi anterior dan insisi longitudinal sepanjang lengan. Insisi akan

dimulai beberapa sentimeter di atas prosesus suprakondilaris (ligamentum

Struthers), jika dekompresi juga dibutuhkan pada area tersebut. Namun, insisi

juga bisa dibuat tepat di atas tonjolan siku hingga ke tengah lengan bawah.

Identifikasi yang sangat hati-hati dari area terjepitnya saraf harus benar-benar

dipastikan agar dalam tindakan operasi hanya area yang itu saja yang perlu

dibuka untuk didekompresi. Diagnosa SPT mesti benar-benar tegak sebelum

melaksanakan operasi.

Rehabilitasi Postoperasi 13,14

15

Page 16: Pronator Teres

Fase 1: Hari I-XXI

Tujuan:

- Mengontrol edema dan nyeri

- Mencegah infeksi pada lokasi luka

- Mulai mencoba ROM aktif pada sekitar sendi

- Mengurangi sensitivitas pada daerah insisi dan meningkatkan mobilitas

jaringan parut

Intervensi:

- Proteksi pada area bekas operasi dan monitor drainase.

- Istirahat, pendinginan, dan elevasi lengan.

- Siku sedikit diposisikan fleksi (fiksasi) selama 7-10 hari.

- Gerakan aktif dari jari, pergelangan, dan bahu (untuk selanjutnya termasuk

siku dan lengan bawah).

- Latihan mobilisasi nervus secara lembut dan bebas nyeri.

- Iontoforesis dan modalitas yang diperlukan untuk mengurangi inflamasi

dan nyeri.

- Mobilisasi jaringan lunak dan pemijatan lembut untuk mengurangi

bengkak pada pemeliharaan jaringan.

Fase 2: Minggu IV-VII

Tujuan:

- Kekuatan genggaman dan siku mencapai sekitar 30-50% dari tangan yang

sehat

- Peningkatan aktif ROM dari lengan bawah dan siku hingga lebih dari 50%

dari normal

- Pencegahan lanjutan dari adhesi dan sensitivitas jaringan parut

- ADL mandiri

- Memastikan ergonomic yang sesuai saat aktivitas (pekerjaan dan olahraga)

Intervensi:

- Peregangan pasif pada siku, lengan bawah, pergelangan, dan bahu.

- Edukasi pasien mengenai pencegahan untuk rekurensi.

- Latihan yang seimbang untuk siku, pergelangan, lengan bawah, dan bahu.

16

Page 17: Pronator Teres

- Memulai simulasi pelatihan untuk pekerjaan dan olahraga

Fase 3: Minggu VI-XII

Tujuan:

- Kekuatan yang adekuat untuk mengembalikan aktivitas dan pekerjaan

secara penuh

- Manajemen mandiri terhadap gejala

Intervensi:

- Simulasi aktivitas kerja dan olahraga.

- Kemajuan latihan ekstremitas atas yang membentuk ketahanan untuk

kembali pada aktivitas pekerjaan dan olahraga. Latihan dan peregangan

lanjutan dari fase 1 dan 2 sesuai dengan indikasi.

17

Page 18: Pronator Teres

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Otot-Otot pronator teres terletak pada lengan bagian bawah, yang bersama

sama dengan pronator kuadratus, berfungsi untuk pronasi lengan bawah. Otot

pronator teres di inervasi oleh N. Medianus.

Sindroma Pronator Teres adalah suatu kumpulan gejala yang khas ditandai

dengan rasa nyeri ringan hingga sedang pada lengan bawah, Nyeri bertambah

dengan pergerakan siku, supinasi dan pronasi yang berulang, dan gerakan

genggaman yang berulang.

Penyebab paling umum adalah jebakan dari saraf median antara dua caput

otot Pronator teres. Penyebab lainnya adalah kompresi saraf dari arkus fibrosa

yang superficialis fleksor, atau penebalan pada aponeurosis bisipitalis.

Penatalksanaan pada sindroma pronator teres bisa dilakukan secara

konsevatif atau pembedahan. Tujuan utama dari terapi adalah dekompresi dari N.

Medianus, pengobatan yang efektif dalam merelaksasi otot pronator dan fleksor,

serta mengurangi tegangan mekanis pada sistem fibromuskuler dari lengan bawah.

III.2 Saran

18

Page 19: Pronator Teres

DAFTAR PUSTAKA

1. Amato AA, Russel JA, Neuromuscular disorders. New York: McGraw-Hill; 2008

2. Ropper AH, Samuels MA, editor. Carpal Tunnel syndrome. Adams and Victor’s Principles of Neurology. 9th edition. New York: McGraw-Hill Medical; 2009. p. 1358-59.

3. Disability Guidelines Al-Shatoury AHA. Pronator teres syndrome. [Internet]. 2012. [Updated 21th September 2012, cited 1stjuly 2014]. Available from : http://www.mdguidelines.com/pronator-syndrome

4. Zancolli ER, Zancolli EP, Perrotto CJ. New mini-invasive decompression for pronator teres syndrome. J Hand Surg Am. 2012;37 p.1706-10.

5. Hartz CR, Linscheid RL, Gramse RR et-al. The pronator teres syndrome: compressive neuropathy of the median nerve. J Bone Joint Surg Am. 1981;63 p. 885-90.

6. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal

System. 2nd

ed. Baltimore: Williams&Wilkins Co; 1983.p.274-275.

7. Mahadewa TGB., Carpal tunnel syndrome. dalam: Saraf perifer masalah dan penanganannya, Jakarta: PT. Indeks; 2013. p. 165-186.

8. David Abbasy. Pronator teres Syndrome. [Internet]. 2012. [Updated 29th

may 2012, cited 1st June 2014]. Available from : http://www.orthobullets.com/hand/6020/pronator-syndrome.

9. Brust JCM, Current Diagnosis and treatment in neurology. New York: McGraw-Hill; 2007. P. 108-10.

10. Weimer LH. Nerve and Muscle Disease. In : Marshall RS, Mayer SA, editors. on Call Neurology. Philadelphia: WB Saunders Co; 1997 .p.254-256.

11. Rodner CM, Kantarincic J, Open carpal tunnel release. In: Techniques in orthopaedics. Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 3-11.

12. Kimura J, Electrodiagnosis in diseases of nerve and muscle: principles and practice. Oxford University Press; 2001

13. Lee, Michael J., and Paul C. LaStayo. "Compressions That Mimic Carpal Tunnel Syndrome." Journal of Orthopadedic Sports Physical Therapy 34 1 (2004): p. 601-609.

14. Greenberg MS. Handbook of Neurosurgery. 3rd

ed. Lakeland (Florida) : Greenberg Graphics; 1994.p.414-419.

15. Bardia Amirlak, median nerve entrapment. [Internet]. 2012. [Updated 29th

may 2012, cited 1st June 2014]. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/1242387-overview#a0199

16. Esposito,G,M (Peripheralentrapment neuropathiesofupperextremity. New York State Journal of Medicine,72, p. 717-724.

19