proposal dosen muda_studi evaluasi pasca huni rumah sususn sewa di banda aceh terhadap aspek...

Upload: irfandi-al-whb

Post on 09-Oct-2015

332 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

research

TRANSCRIPT

  • USUL PENELITIAN DOSEN MUDA

    OLEH

    Ir. Bustari, MT

    Ir. Khairul Huda, M.Eng

    JURUSAN ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SYIAH KUALA

    FEBRUARI, TAHUN 2014

    STUDI EVALUASI PASCA HUNI RUMAH SUSUN SEWA DI BANDA

    ACEH TERHADAP ASPEK ARSITEKTUR BANGUNAN DAN

    PERILAKU PENGHUNI

  • Halaman Pengesahan

    1. Judul Penelitian : Studi Evaluasi Pasca Huni Rumah Susun Sewa Di

    Banda Aceh Terhadap Aspek Arsitektur Bangunan

    dan Perilaku Penghuni

    2. Bidang Ilmu Penelitian : Rekayasa

    3. Ketua Peneliti

    a. Nama Lengkap : Ir. Bustari, MT

    b. Jenis Kelamin : Laki-laki

    c. NIP : 196702141992031002

    d. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK. I / IIIb

    e. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

    f. Jabatan Struktural : -

    g. Fakultas/Jurusan : Teknik/Arsitektur

    h. Alamat rumah : Jl. Tgk. Syarif, No.20, Jeulingke, Kota Banda Aceh

    23114

    j. Telpon/HP/faks/e-mail : - / 081269526666 / - / [email protected]

    4. Mata Kuliah yang diampu : Perumahan dan Permukiman

    Arsitektur Perilaku

    5. Penelitian Terakhir : Pengaruh konsep Percepatan Pembangunan Daerah

    tertinggal dan Khusus (P2DTK) terhadap kualitas

    bangunan di Provinsi Aceh, pasca tsunami 6. Jumlah Anggota Peneliti : 1 Orang

    a. Nama Anggota I : Ir. Khairul Huda, M.Eng

    b. Nama Anggota II : -

    7. Jangka Waktu Penelitian : 6 Bulan

    8. Lokasi Penelitian : Rusunawa Keudah Kota Banda Aceh

    5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah)

    Direkomendasi,

    Peer Group Housing and Settlement

    (Dr. Safwan, ST. M.Eng)

    NIP. 197001011997021001

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Teknik,

    (Dr. Ir. Mirza Irwansyah, MBA, MLA)

    NIP. 196205261987101001

    Banda Aceh, 27 Februari 2014

    Ketua Peneliti,

    (Ir. Bustari, MT)

    NIP. 196702141992031002

    Menyetujui,

    Ketua Lembaga Penelitian,

    (Prof. Dr. Ir. H. Hasanuddin, M.S)

    NIP. 196011141986031001

  • ABSTRAK

    Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, yang berfungsi dalam mendukung

    terselenggaranya pendidikan, keluarga, persemaian budaya, peningkatan kualitas

    generasi yang akan datang dan berjati diri. Peningkatan kebutuhan rumah terjangkau di

    perkotaan mendorong pemerintah membangun rumah susun sewa (rusunawa), salah satunya

    Rusunawa Keudah di Kota Banda Aceh. Namun, pembangunan rusunawa bagi masyarakat

    berpenghasilan rendah tersebut masih kurang memperhatikan aspek penghuninya sebagai

    bagian dari kearifan lokal, sehingga timbul ketidaksesuaian. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi

    pasca huni terhadap rusunawa untuk mengetahui dampak dari desain fisik bangunan

    terhadap perilaku penghuninya. Desain fisik bangunan merujuk pada elemen fungsional dan

    elemen teknis sebagai variabel bebas, sedangkan perilaku penghuni merujuk pada aspek

    persepsi dan kepuasan penghuni sebagai variabel terikat. Metode penelitian yang digunakan

    adalah metode penelitian kasus dan metode penelitian lapangan. Teknik penentuan sample

    yang digunakan adalah simple random sampling, teknik pengambilan data menggunakan

    kuesioner dan wawancara dengan metode pengukuran sikap, dan analisis data menggunakan

    analisis persepsi dan harapan serta analisis statistik korelasi Spearkan Rank. Hasil evaluasi

    dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk memperbaiki desain rusunawa pada masa yang

    akan datang.

    Kata Kunci: Rumash susun sewa, evaluasi pasca huni, desain fisik bangunan, perilaku

    penghuni

  • BAB I. PENDAHULUAN

    Proses urbanisasi yang terjadi di wilayah perkotaan membawa pengaruh terhadap

    peningkatan jumlah penduduk. Proses urbanisasi ini mengakibatkan terjadinya alih fungsi

    lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun untuk perumahan. Perumahan merupakan

    kebutuhan dasar setiap manusia yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan

    atau siklus kehidupan manusia. Selain sebagai pelindung terhadap gangguan alam maupun

    cuaca serta makhluk lainnya, perumahan atau rumah juga memiliki fungsi sosial sebagai

    pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, nilai kehidupan, penyiapan generasi muda,

    dan sebagai manifestasi jati diri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan

    lingkungan pemukimannya, maka terlihat bahwa kualitas sumber daya manusia di masa

    yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan pemukiman, termasuk

    rumah susun, dimana manusia menempatinya.

    Rumah susun merupakan salah satu alternatif seiring dengan semakin bertambahnya

    penduduk dan terbatasnya lahan yang tersedia. Usaha pemerintah dalam memenuhi

    kebutuhan perumahan bagi masyarakat perkotaan khususnya masyarakat bawah adalah

    dengan membangun perumahan sederhana secara vertikal atau rumah susun, baik rumah

    susun milik maupun rumah susn sewa (Komaruddin, 2007). Untuk masyarakat ekonomi

    menengah ke bawah, pemerintah membangun rumah susun sewa (Rusunawa), dimana

    masyarakat tersebut diberikan hak sewa pakai karena tidak memiliki kemampuan membeli

    dan memiliki rumah sendiri. Sedangkan bentuk dan layout bangunan rumah susun telah

    ditentukan, sehingga terdapat keterbatasan bagi penghuni untuk melakukan perubahan

    seperti pada landed housing. Pembangunan Rusunawa adalah salah satu solusi dalam

    penyediaan permukiman layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah (Undang-

    Undang Nomor 16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun). Rusunawa seharusnya mampu

    membantu perkotaan dalam menyediakan hunian yang layak untuk warganya. Perkotaan

    masih menjadi penanggung beban paling berat terkait penyediaan perumahan. Pada tahun

    2012, kekurangan (backlog) rumah secara nasional mencapai 13,6 juta unit (Data Badan

    Pusat Statistik, 2012) sedangkan berdasarkan perhitungan Indonesia Property Watch (IPW)

    pada 2012 angka ini sudah bertambah menjadi 21,7 juta. Berdasarkan tren tersebut maka

    backlog rumah nasional terus akan bertambah pada tahun-tahun kedepan.

    Menyikapi persoalan-persoalan di atas, Pemerintah Kota Banda Aceh mengusulkan

    kepada pemerintah pusat untuk membangun rumah susun di Kota Banda Aceh. Rumah susun

    yang dibangun pada tahun 2009 berupa rumah susun sewa (rusunawa) yang terdiri dari 4

    blok, 392 unit hunian dan mulai dioperasikan sejak februari 2010 yang berada di Kelurahan

  • Keudah Kota Banda Aceh. Luas unit hunian pada rusunawa ini adalah 24 m2, sedangkan

    Kementerian Perumahan Rakyat mengeluarkan standar untuk luas hunian yang layak adalah

    sebesar 7,2 m2/orang (Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 22/PERMEN/M/2008).

    Kelompok sasaran rusunawa ini adalah terutama masyarakat berpenghasilan rendah dan

    sudah berkeluarga, yaitu orang tua dengan kedua anaknya ataupun orang tua tunggal dengan

    ketiga anaknya. Dari pengamatan awal pada rusunawa tersebut masih kurang

    memperhatikan aspek manusia yang penghuninya sebagai bagian dari kearifan lokal,

    sehingga timbul ketidaksesuaian pada perancangan fisik arsitektur rusunawa tersebut.

    Pada perancangan suatu bangunan, termasuk rumah susun banyak permasalahan-

    permasalahan atau dampak yang dapat kita temui, salah satunya adalah permasalahan

    bangunan pasca huni. Permasalahan bangunan pasca huni ini di sebabkan oleh berbagai

    faktor, mulai dari faktor kesalahan pada saat perancangan hingga faktor kurang di rawatnya

    bangunan itu sendiri. Terdapat dua sisi kepentingan dan permasalahan, yaitu rumah susun

    sebagai tempat tinggal yang dihuni dan masyarakat sebagai penghuninya. Disatu sisi rumah

    susun sebagai tempat tinggal memperlihatkan kualitasnya yang semakin menurun, di sisi

    lain penghuni yang mempunyai sifat dinamis dan berkembang menuntut kondisi hunian yang

    layak dan nyaman untuk tinggal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Blaang,

    2009). Berdasarkan konsep perumahan masyarakat umum (public housing), keberadaan

    rumah susun yang ditempati oleh golongan masyarakat menengah kebawah yang hidup

    secara bersama-sama perlu diperhatikan perencanaannya secara utuh, antara lain

    memperhatikan aspek latar belakang penghuni akan kebutuhan tenggal di dalam lingkungan

    tersebut, perlu memperhatikan kebutuhan dan kebiasaan fisik, ekonomi serta kebiasaan

    perilaku penghuninya karena hal tersebut akan mempengaruhi perilaku penghuni dalam

    menciptakan tingkat kepuasan berhuni (Budihardjo, 2006). Kepuasan penghuni terhadap

    lingkungan huniannya merupakan salah satu faktor penentu terbentuknya ikatan batin

    terhadap lingkungan tersebut. Kepuasan berhuni muncul karena persepsi positif penghuni

    terhadap kualitas lingkungan huniannya. Hubungan antara kepuasan berhuni yang

    dijembatani oleh persepsi terhadap kualitas lingkungan huniannya merupakan persoalan

    mendasar dalam bidang ilmu psikologi lingkungan dan hal yang penting untuk mengkaji

    hubungan antara manusia dengan lingkungan hunian mereka (Hartatik, dkk, 2010).

    Kegagalan pembangunan rumah susun seringkali justru disebabkan oleh faktor non

    teknis karena faktor manusianya sebagai penghuni kurang mendapat perhatian (Subagijo, E.,

    2004). Seharusnya program pengadaan rumah-rumah tidak hanya ditinjau dari aspek

    kuantitatif saja namun juga harus dinilai aspek kualitatifnya (Silas, J. 1922). Berdasarkan

  • beberapa hasil penelitian arsitektur di Indonesia menunjukkan bahwa pembangunan rumah

    untuk masyarakat kelas bawah di Indonesia kurang memperhatikan kenyamanan sebagai

    faktor penting aspek manusiawi. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi pasca huni terhadap

    rusunawa dengan menitikberatkan pada aspek arsitektur bangunan dan perilaku

    penghuninya.

    Penelitian ini mengkaji dampak dari desain fisik arsitektur bangunan Rusunawa

    Keudah Kota Banda Aceh dalam beberapa periode tahun pembangunannya terhadap

    penghuninya. Pada penelitian ini mencari hubungan timbal-balik antara lingkungan fisik

    arsitektur bangunan rusunawa dengan perilaku (behavioral) penghuninya. Lingkungan fisik

    arsitektur bangunan rusunawa merujuk pada aspek fungsional dan aspek teknis bangunan,

    sedangkan perilaku penghuni merujuk pada aspek persepsi, kepuasan dan kebetahan

    penghuni. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: (1) identifikasi desain fisik

    arsitektur bangunan rusunawa, dan karakteristik penghuninya (2) kajian fenomena korelasi

    (hubungan timbal balik) antara desain fisik bangunan rusunawa dengan perilaku

    penghuninya, serta (3) rumusan konsep desain rusunawa dari aspek arsitektur dan perilaku

    penghuni.

    BAB II. PERUMUSAN MASALAH

    Rumah susun sewa sebagai bentuk dan sistem perumahan yang mempunyai

    karakteristik yang berbeda dengan bentuk dan sistem perumahan yang selama ini dikenal

    dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyaralat Aceh

    pada khususnya. Kondisi ini menuntut perlunya penyesuaian kebiasaan yang berbeda dan

    penyesuaian aspirasi pada masyarakat kelompok sasaran pengguna rumah susun sewa.

    Penyesuaian ini diperlukan agar program pembangunan rumah susun yang sudah digagas

    dan dilaksanakan oleh pemerintah dapat berjalan baik dan dapat diterima oleh masyarakat.

    Salah satu aspek penting dalam upaya penyesuaian tersebut adalah aspek desain fisik

    arsitektur rusunawa yang berpengaruh terhadap perilaku penghuni yang muncul dalam

    menanggapi lingkungan binaan tersebut. Kesalahan dan ketidaktepatan perancangan fisik

    arsitektur pada rusunawa dapat berdampak pada munculnya permasalahan-permasalahan

    yang merugikan penghuni dan kegagalan desain rusunawa tersebut. Permasalahan-

    permasalahan tersebut lebih lanjut dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup

    penghuni. Upaya-upaya untuk meminimalkan permasalahan dan kekeliruan dalam

    perancangan arsitektur bangunan rusunawa perlu dikaji dan dianalisis agar diperoleh konsep

    yang tepat untuk perancangan rusunawa, karena perkembangan pembangunan rusunawa

  • akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan terbatasnya

    lahan.

    Berdasarkan hal tersebut diatas, upaya evalusi bangunan rusunawa yang sudah

    terbangun merupakan suatu yang sangat dibutuhkan untuk mengetahui hubungan timbal

    balik (korelasi) antara lingkungan fisik arsitektur rusunawa dengan perilaku penghuni

    rusunawa tersebut. Hal ini penting untuk mengetahui timbal balik penggunan bangunan

    terhadap performa bangunan termasuk didalamnya fungsi dan ketersediaan fasilitas. Dengan

    adanya kajian ini, nantinya akan dapat dirumuskan konsep desain rusunawa yang tepat

    dengan karakter penghuni setempat sebagai bagian dari kearifan lokal. Konsep desain ini

    nantinya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam pembangunan rusunawa di masa

    yang akan datang, sehingga memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kualitas hidup

    manusia penghuni rusunawa.

    BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

    3.1 Rumah Susun Sewa

    Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

    lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik

    dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing

    dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi

    dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (Pasal 1 ayat 1, UU No.20 Tahun

    2011 tentang Rumah Susun). Rusun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun

    dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara

    fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang

    masing-masing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun

    dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian (Peraturan Menteri

    Negara Perumahan Rakyat No. 18/PERMEN/M/2007).

    Dilihat dari status penguasaannya rumah susun ada dua macam, yang pertama adalah

    Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Rusunawa dimaksudkan untuk disewakan

    kepada anggota masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang belum

    mampu membeli rumah meskipun dengan angsuran melalui Kredit Pemilikan Rumah

    (KPR). Pembangunan Rusunawa sampai saat ini masih bergantung kepada APBN ataupun

    APBD. Yang kedua adalah Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami). Rusunami ini

    dibangun untuk maksud diperjual belikan dalam pasar perumahan (Pasal 45 ayat 1, UU

  • No.20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun). Rusunawa merupakan bangunan gedung

    bertingkat yang dibangun di suatu lingkungan baik dalam arah horisontal maupun vertikal

    dan merupakan satuan-satuan yang digunakan secara terpisah, status penguasaannya

    sewa dengan fungsi utamanya sebagai hunian (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat

    No. 18/PERMEN/M/2007).

    3.2 Kriteria Rumah Susun

    Kriteria rumah susun tercantum dalam Pasal 35 Undang-Undang Republik

    Indonesia nomor 20 tahun 2011. Tata bangunan yang meliputi persyaratan, peruntukan

    lokasi, serta intensitas dan arsitektur bangunan, serta keandalan bangunan yang meliputi

    persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan merupakan hal yang

    penting untuk diperhatikan. Kemudian, dalam Pasal 36 undang-undang Republik

    Indonesia nomor 20 tahun 2011, tertulis bahwa ketentuan tata bangunan dan keandalan

    bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundangundangan. Namun, karena peraturan menteri yang mengacu pada

    undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011 tentang rumah susun belum

    disahkan dan masih belum dipublikasikan maka perancangan rumah susun dapat

    berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2007 Tentang

    Rumah Susun Sederhana dan SNI yang berlaku.

    Rumah susun sewa juga harus memenuhi syarat-syarat minimum syarat-syarat rumah

    biasa, yaitu:

    1. Harus dapat menjadi tempat berlindung, yaitu tempat tinggal dan tempat menetap

    (bermukim).

    2. Harus dapat memberikan rasa aman baik secara fisik maupun psikologis, aman dari

    gangguan, aman jatuh dari atas, serta aman dalam fungsi kegiatan hunian.

    3. Harus dapat menjadi wadah sosialisasi antara penghuni dengan penghuni lain dalam

    bangunan yang menjadi tetangganya.

    4. Harus dapat memberikan suasana harmonis diantara penghuni sehingga mendukung

    tercapainya kehidupan yang sejahtera di lingkungan rumah susun sewa.

    3.3 Pembentukan Karakter Hunian

    Pembentukan hunian seharusnya tidak bisa distandarisasi, karena jika dilihat dari

    kebutuhan masing-masing penghuni akan memiliki perbedaan, ditambah dengan

  • perbedaan karakter pada setiap manusia. Ada lima aspek yang dapat mempengaruhi

    pembentukan hunian antara lain (Rapoport (1969):

    1. Some basic need, yang merupakan kebutuhan dasar manusia.

    2. Family, yaitu adanya gaya hidup yang menganut faham poligami atau monogamy

    dan adanya perencanaan perluasan rumah karena satu keluarga dengan sanak

    saudara yang tinggal bersama.

    3. Position of women, posisi dan peranan wanita yang membuat adanya persepsi

    dan interpretasi ruang yang berbeda dalam sistem sosial masyarakat tertentu.

    4. The need for privacy, yaitu adanya peranan memiliki harga diri terhadap ruang yang

    menjadi wilayahnya dan tempat-tempat pribadi yang dapat mempengaruhi sikap

    seseorang yang mengacu pada pembebasan diri sendiri.

    5. Social intercourse, dimana manusia membutuhkan kesempatan untuk bertemu atau

    berkumpul dengan orang lain.

    3.4 Evaluasi Pasca Huni

    Evaluasi pasca huni merupakan kegiatan berupa pengkaji (peninjauan) kembali

    (evaluasi) terhadap bangunan-bangunan dan atau lingkungan binaan yang telah dihuni

    (Sudibyo, 1989). Lebih lanjut, evaluasi pasca huni merupakan pengujian efektivitas

    sebuah lingkungan binaan bagi kebutuhan manusia, baik pengujian efektivitas

    bangunannya sendiri maupun efektivitas programnya terhadap kebutuhan pengguna

    (Zimring dan Reizenstein, 1981 dalam Laurens, 2004). Manfaat dan keuntungan

    dilakukannya evaluasi pasca huni dapat dibagi menjadi tiga, yaitu keuntungan jangka

    pendek, keuntungan jangka menengah, dan keuntungan jangka panjang (Danisworo, 1989).

    Keuntungan jangka pendek adalah keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan langsung

    temuan suatu proses evaluasi pasca huni, yang meliputi:

    1. Identifikasi dan solusi masalah dalam fasilitas yang bersangkutan

    2. Pengelolaan fasilitas yang tanggap terhadap nilai pemakai.

    3. Peningkatan pemanfaatan ruang.

    4. Peningkatan sikap pemakai bangunan melalui partisipasi dalam proses evaluasi.

    5. Memberi pengertian akan implikasi perubahan yang dilandasi penghematan biaya

    terhadap performance.

    6. Memberi masukan dan pengertian lebih baik akan kosekuensi suatu rancangan.

    Keuntungan jangka menengah berkaitan dengan pengambilan keputusan penting

    dalam pelaksanaan pembangunan, yang meliputi:

  • 1. Memberi kemampuan adaptasi fasilitas terhadap perubahan pertumbuhan organisasi,

    termasuk pemanfaatan kembali bangunan bagi penggunaan yang berbeda.

    2. Kemungkinan penghematan yang signifikan dalam proses pembangunan dan selama

    life cycle bangunan.

    Keuntungan jangka panjang meliputi pemanfaatan dan masukan selanjutnya hasil

    evaluasi pasca hini bagi penggunaan dalam industri secara luas yang meliputi:

    1. Peningkatan performance bangunan dalam waktu yang lama

    2. Peningkatan kepustakaan perihal database, standar, kriteria dan pedoman

    perancangan.

    3. Peningkatan pengukuran performance bangunan secara kuantitatif.

    Evaluasi pasca huni memiliki tiga tahapan pentng, yaitu (Wolfgang F E Preiser, 1995):

    1. Tahap pertama adalah pengamatan lapangan, dimana peneliti mencatat data lapangan

    agar mampu memetakan masalah yang terjadi.

    2. Tahap kedua adalah proses evaluasi yang mendalam yang selanjutnya melakukan

    rekomendasi tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.

    3. Tahap ketiga adalah menggunakan rekomendasi pada tahap kedua guna merumuskan

    konsep dan desain baru.

    3.5 Mengukur Keberhasilan Bangunan

    Salah satu aspek untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu bangunan adalah

    dengan mengukur tingkat kepuasan pengguna sebagai evaluasi pasca huni. Kepuasan

    pengguna tersebut berkaitan dengan faktor fisik bangunan dan faktor non fisik yang berfokus

    pada tiga aspek, yaitu fungsional, teknis dan perilaku (Rabinowitz, dalam Snyder, J.C., dan

    Catanese, A.J., 1988).

    a. Aspek Fungsional

    Aspek fungsional menyangkut segala aspek bangunan atau setting lingkungan binaan

    yang secara langsung mendukung kegiatan pemakai dengan segala atributnya.

    Kesalahan dalam perancangan aspek fungsional dapat menimbulkan tidak efisiennya

    suatu bangunan. Akibat selanjutnya yang paling serius adalah jika pemakai tidak dapat

    melakukan adaptasi terhadap lingkungan binaan tersebut (Sudibyo, 1989).

    Perancangan bangunan yang menekankan fungsi, antara lain akan berpedoman pada

    kesesuaian antara area kegiatan dengan segala kegiatan yang berlangsung di dalamnya.

    Jika ini yang terjadi, maka di sanalah permasalahan-permasalahan fungsional akan

  • muncul dan menjadi titik perhatian evaluasi. Beberapa hal yang merupakan bagian

    kritis aspek fungsional adalah (Sudibyo, 1989):

    1) Pengelompokan fungsi, menyangkut konsep pengelompokan/pemisahan fungsi-

    fungsi yang berlangsung di dalam bangunan. Hal ini mempengaruhi pergerakan,

    kelancaran aktivitas, komunikasi dan kesesuaian. Pola kegiatan yang berlangsung

    pada bangunan/lingkungan binaan yang ditempatinya akan menunjukkan tingkat

    efisiensi bangunan/lingkungan binaan tersebut.

    2) Sirkulasi merupakan faktor penting bagi fungsi bangunan, sehingga kesalahan

    pengaturan sirkulasi menyebabkan ada area yang terlalu sepi dan area yang terlalu

    padat. Kesalahan awal perancangannta, misalnya terjadi perubahan organisasi

    yang mengakibatkan perubahan pola sirkulasi dan komunikasi kerja, dapat

    mengakibatkan ketidakseimbangan dan ketidaksesuaian dengan lingkungan

    binaan yang ditempati.

    3) Faktor manusia, terutama menyangkut segi-segi perancangan dan standar, yang

    dikaitkan dengan kesesuaiannya antara konfigurasi, material dan ukuran terhadap

    pemakaiannya. Aspek yang sering diangkat sebagai objek evaluasi adalah kondisi

    spesifik dari fasilitas untuk kelompok pengguna khusus (misalnya penyandnag

    cacat, orang tua, anak-anak, dll).

    4) Fleksibilitas dan perubahan, banyak bangunan yang mengalami perubahan fungsi

    mempengaruhi sikap perancang dalam mengambil keputusan desain. Evaluasi

    terhadap perubahan fungsi (misal organisasi dan kegiatan) memberi masukan

    yang sangat berguna bagi perancang dalam mengupayakan fleksibilitas

    pengaturan tata ruang dan prasarana.

    b. Aspek teknis

    Penghuni bangunan mengharapkan bangunan huniannya aman, nyaman dan berumur

    panjang. Hal tersebut akan akan berkaitan dengan aspek kondisi fisik bangunan yang

    meliputi aspek struktur, ventilasi, sanitasi, dan pengaman bangunan serta sistem

    penyangganya (Sudibyo 1989).

    c. Aspek perilaku (behavioral)

    Aspek perilaku menghubungkan kegiatan pemakai dengan lingkungan fisiknya.

    Evaluasi perilaku adalah mengenai bagaimana kesejahteraan sosial dan psikologis

    penghuni bangunan dipengaruhi oleh rancangan bangunan. Beberapa permasalahan

  • perilaku yang perlu diperhatikan adalah proximity dan territoriality, privacy dan

    interaksi, persepsi, citra dan makna, kognisi dan orientasi (sudibyo, 1989).

    3.6 Perilaku dan Persepsi Lingkungan

    Pengertian Tingkah Laku menurut sarwono (1992) adalah perbuatan-perbuatan

    manusia, baik yang terbuka (kasat mata) maupun tertutup (tidak kasat mata). Perbuatan yang

    terbuka ini dinamakan juga sebagai overt behavior, yang meliputi segala tingkah laku yang

    dapat langsung ditangkap oleh indera seperti melempar, memukul, menyapu, mengemudi

    dan lain sebagainya. Sedangkan tingkah laku yang tidak kasat mata atau covert behavior

    adalah harus diselidiki dengan metode atau instrument khusus karena tidak dapat langsung

    ditangkap indera, misalnya motivasi, sikap, berfikir, beremosi dan minat.

    Persepsi merupakan proses yang terintegrasi dari individu terhadap stimulus yang

    diterimanya, yaitu sebagai proses pengorganisasian maupun penginterpretasian terhadap

    stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan

    merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu tersebut (Moskowitz dan Orgel,

    1969 dalam Walgito, 2010). Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting

    oleh individu, didasarkan pada latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman individu

    tersebut (Haryadi dan Setiawan, 2010). Menurut Laurens (2004) persepsi bukanlah

    sekedar pengindraan, persepsi sebagai penafsiran pengalaman (the interpretation of

    experience).

    Teritorialitas merupakan pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan

    kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas suatu tempat atau suatu

    lokasi geografis (Laurens, 2004). Teritori dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu

    (Altman, 1980 dalam Laurens, 2004):

    1) Teritori primer: tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya dan hanya boleh dimasuki

    oleh orang-orang yang sudah sangat akrab atau yang sudah mendapat izin khusus.

    2) Teritori sekunder: tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang

    sudah cukup saling mengenal dan kendali pada teritori ini tidaklah sepenting

    teritori primer serta kadang berganti pemakai atau berbagi penggunaan dengan orang

    asing.

    3) Teritori publik: tempat-tempat yang terbuka untuk umum, dimana setiap orang

    diperkenankan untuk berada di tempat tersebut.

    Kesesakan (crowding) mengacu pada pengalaman seseorang terhadap jumlah

    orang di sekitarnya atau persepsi terhadap kepadatan (Laurens, 2004). Determinan

  • kesesakan dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu (Loo, 1977 dalam Hariyadi dan

    Setiawan 2010):

    1) Faktor lingkungan, meliputi faktor fisik (dimensi, tempat, densitas, dan suasana

    ruang/tempat) dan faktor sosial (norma, kultur, dan adat istiadat).

    2) Faktor situasional, meliputi karakteristik hubungan antar individu, lama, serta intensitas

    kontak.

    3) Faktor intrapersonal, meliputi karakteristik dari seseorang seperti usia, jenis

    kelamin, pendidikan, pengalaman, dan sikap.

    BAB IV. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan menganalisa fenomena yang

    saling berkaitan dan berpengaruh terhadap perilaku penghuni yang muncul dalam

    menanggapi lingkungan binaan rumah susun sewa Kota Banda Aceh. Berdasarkan hasil

    kajian ini, maka dapat dirumuskan dasar-dasar pertimbangan terhadap desain arsitektur

    bangunan rumah susun sewa yang sesuai dengan standar pembangunan gedung, kenyamanan

    penghuni, kearifan lokal dan meminimalkan permasalahan dan kekeliruan dalam

    perancangan. Berdasarkan hasil studi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk

    memperbaiki desain yang sama di masa yang akan datang.

    BAB V. METODE PENELITIAN

    Studi ini menggunakan metode penelitian kasus dan penelitian lapangan dengan

    melakukan evaluasi purna huni untuk mengamati hubungan penghuni dan huniannya pada

    Rumah Susun Sewa Keudah Kota Banda Aceh. Materi penelitian meliputi eksplorasi dan

    analisis fenomena yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap perlaku penghuni yang

    muncul dalam menanggapi lingkungan binaan (desain fisik bangunan). Aspek fisik

    bangunan meliputi elemen-elemen fungsional dan elemen-elemen teknis, sedangkan dari

    aspek perilaku penghuni meliputi karakteristik penghuni, persepsi penghuni dan tingkat

    kepuasan terhadap lingkungan binaan rumah susun.

  • 5.1 Variabel Penelitian

    Gambar 5.1. Variabel Penelitian

    5.2 Lokasi Penelitian

    Penelitia ini dilaksanakan pada rumah susun sewa Gampong Keudah Kecamatan

    Kuta Raja, Kota Banda Aceh. Bangunan rusunawa ini terdiri dari 4 blok bangunan, dengan

    ketinggian 5 lantai dan memiliki 392 unit hunian.

    Gambar 5.1. Lokasi Penelitian

    Gambar 5.3. Bangunan Rusunawa Keudah

    Intervening Variables

    Independent Variables

    Desain fisik Bangunan : o Aspek Teknis

    o Aspek Fungsional Umur

    Tingkat Pendidikan

    Jenis kelamin

    Status, dll Aspek Desain

    Arsitektur

    Bangunan

    Dependent Variable

    Aspek Penghuni o Karakteristik penghuni

    o Persepsi penghuni

    o Tingkat kepuasan penghuni

  • 5.3 Prosedur Penelitian

    Tahapan penelitian terdiri atas:

    1. Tahap identifikasi

    Identifikasi yang dilakukan berdasarkan pengamatan secara langsung untuk

    menemukan hal-hal yang menjadi faktor penentu bagi keberlangsungan bangunan dan

    dampaknya pada pengguna bangunan. Identifikasi dilakukan juga untuk menemukan

    suatu dampak utama dari permasalahan yang timbul dari penghuni setelah sekian

    lamanya memakai bangunan tersebut sebagai sebuah dugaan hipotetik. Teknik analisis

    data pada tahap ini berupa analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi yang ada.

    2. Tahap investigasi

    Investigasi yang dilakukan, pertama dengan melakukan survai langsung dikompleks

    rumah susun sewa Keudah. Kedua dengan membuat kuisioner yang memuat

    pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan dari identifikasi dan dugaan hipotetik yang

    telah ada dengan berfokus pada variable penelitian. Investigasi selanjutnya adalah

    wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi terhadap beberapa kasus yang

    mewakili yang dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi bangunan melalui

    dampak apa yang dirasakan pengguna bangunan selama menghuni rumah susun sewa

    Keudah. Wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan dan menggali data sebanyak-

    banyaknya dari pengalaman dan kesan penghuni dalam proses menghuni. Investigasi

    difokuskan pada tiga variable penelitian yaitu:

    a. Elemen Teknis, yaitu aspek-aspek yang berkait dengan permasalan teknis disain,

    seperti halnya kesehatan, keamanan, sanitasi, daya tahan bangunan dan lainnya.

    b. Elemen Fungsional, yaitu aspek-aspek yang berkait dengan pengoperasian yang

    berdampak pada efisiensi dan efektifitas.

    c. Elemen Perilaku, yaitu aspek-aspek yang berkait dengan psikologi, sosiologi dan

    kepuasan penghuni bangunan

    3. Tahap Diagnosa

    Pada tahap ini dilakukan proses analisis yang mendalam terhadap data penelitian dengan

    mengkaji persepsi penghuni dan mengkaji hubungan timbal-balik (korelasi) antara

    lingkungan fisik bangunan rumah susun dengan perilaku penghuni rumah susun. Hasil

    kuesioner tentang persepsi dan kepuasan penghuni (responden) dianalisis dengan teknik

    analisis persepsi dan harapan. Data dianalisis untuk mengetahui kesesuaian tingkat

    persepsi dan kepuasan. Hubungan timbal balik antara lingkungan fisik bangunan

    rusunawa dengan perilaku penghuni dianalisis dengan teknik analisis statistika korelasi

  • Spearman Rank (Sujarweni dan Endrayanto, 2012). Kemudian hasil dari analisis

    persepsi dan harapan serta analisis korelasi tersebut sebagai temuan penelitian. Pada

    tahap ini juga dirumuskan pertimbangan-pertimbangan disain seusai dengan temuan-

    temuan investigasi, untuk perbaikan disain dari sisi fungsi, efisiensi, efektifitas, persepsi

    penghuni, kenyamanan dan sebagainya dimasa akan datang.

    5.4 Teknik Pengambilan Sample dan Pengukuran Data Penelitian

    Penetapan jumlah sample penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah

    penghuni Rusunawa Keudah dengan metode simple random sampling. Metode ini

    memungkinkan setiap penghuni rusunawa mempunyai kesempatan yang sama untuk

    dijadikan responden. Macam data yang dikumpulkan dengan teknik kuisioner berupa data

    kualitatif sehingga harus dikuantitatifkan dengan teknik pengukuran skala sikap (Sugiyono,

    2009). Pada skala sikap ini data dengan nilai paling baik mendapat angka/bobot nilai paling

    besar/ tinggi/dan untuk paling jelek mendapat angka/bobot paling kecil/rendah (skala 1-10).

    5.5 Alat Penelitian

    Alat penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah:

    1. Kamera digital 5 pixel, untuk mengambil visualisasi dalam penelitian

    2. Digital Voice Recorder, untuk merekam ketika wawancara dilaksanakan

    3. Digital Visual Camcorder, untuk merekam visualisasi perilaku pada hunian.

    4. Kuisioner, untuk mengumpulkan data penelitian

    5. Komputer pentium core i3, yang dilengkapi dengan program :

    a. Autocad 2013, digunakan untuk menggambar bangunan/lingkungan binaan objek

    penelitian

    b. Microsoft Word, digunakan untuk menulis laporan hasil penelitian

    c. Microsoft Excel, digunakan untuk menyusun data hasil penelitian dalam bentuk

    tabel.

  • BAB VI. JADWAL PELAKSANAAN

    No Kegiatan Bulan Ke-

    1 2 3 4 5 6

    1 Persiapan, studi literatur, dan identifikasi koridor

    jalan utama di Kota Banda Aceh

    Perijinan Rapat dan diskusi tim Persiapan administrasi Pengenalan materi dan persiapan survey Survey pendahuluan

    2 Pengumpulan data

    Pengamatan lokasi dan objek penelitian Pengumpulan data primer Wawancara dan observasi Pembuatan sketsa dan pemotretan

    3. Pengolahan data

    Organisasi/penyusunan data Pengolahan dan penafsiran data Analisis kaitan antar data Interpretasi, pembahasan dan kesimpulan

    4. Penulisan, Seminar, dan Pengandaan

    Penulisan draft laporan Seminar hasil Revisi draft Penggandaan

    BAB VII. PERSONALIA PENELITIAN 1. Ketua Peneliti

    a. Nama Lengkap : Ir. Bustari, MT

    b. Jenis Kelamin : Laki-laki

    c. NIP : 196702141992031002

    d. Disiplin ilmu : Arsitektur Perumahan dan Permukiman

    e. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK. I / IIIb

    f. Jabatan fungsional : Lektor

    g. Jabatan struktural : -

    h. Fakultas/Jurusan : Teknik /Arsitektur

    i. Alokasi waktu : 8 jam/minggu

    2. Anggota Peneliti :

    a. Nama Lengkap : Ir. Khairul Huda, M.Eng

    b. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    c. N I P : 196005071988101001

    d. Disiplin ilmu : Arsitektur - Perancangan Kota

  • e. Pangkat/Golongan : Penata / IIIc

    f. Jabatan Fungsional : Lektor

    g. Jabatan Struktural : -

    h. Fakultas/Jurusan : Teknik /Arsitektur

    i. Alokasi waktu : 8 jam/minggu

    3. Tenaga Laboran/Teknisi : -

    4. Pekerja Lapangan/Pencacah : 2 orang

    5. Mahasiswa : 2 orang Mahasiswa Seminar

    6. Tenaga Administrasi : 1 orang

    BAB VIII. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN

    Rencana Biaya

    Jenis Pengeluaran Total Biaya (Rupiah)

    1. Gaji dan Upah 4.500.000,-

    2. Peralatan 3.000.000,-

    3. Bahan Habis Pakai (BHP) 3.110.000,-

    4. Perjalanan 2.000.000,-

    5. Lain-lain 2.390.000,-

    Jumlah Rp. 15.000.000,-

    Rincian Biaya

    1. Pelaksana (gaji dan upah)

    Tugas Honor/bulan Total Honor (Rp)

    Ketua Kegiatan Rp. 350.000/bulan x 6 bulan 2.100.000,-

    Anggota Kegiatan (1 orang) Rp. 250.000/bulan x 6 bulan 1.500.000,-

    Tenaga Lapangan (2 orang) Rp. 150.000/bulan x 2 bulan 300.000,-

    Tenaga Administrasi (1 orang) Rp. 100.000/bulan x 6 bulan 600.000,-

    Total Honorarium Rp. 4.500.000,-

    2. Peralatan Penelitian

    Nama

    Komponen/Spesifikasi Jumlah Kegunaan

    Harga satuan

    (Rp.) Total (Rp.)

    Sewa Digital Visual

    Camcorder

    2 bh Perangkat merekam

    perilaku penghuni

    250.000 x 1 bln 500.000,-

    Sewa Digital Voice

    Recorder

    4 bh Perangkat merekam

    wawancara

    125.000 x 1 bln 500.000,-

    Sewa Scanner 1 bh Alat pemindai data

    tulis dan gambar

    200.000 x 2 bln 400.000,-

    Sewa Kamera Digital 1 bh Perangkat

    dokumentasi

    200.000 x 2 bln 400.000,-

    Sewa Printer 1 pcs Perangkat cetak

    laporan

    200.000 x 6 bln 1.200.000,-

    Total peralatan Rp. 3.000.000,-

  • 3. Bahan Habis Pakai (BHP)

    Jenis Pengeluaran Volume Harga (Rp.) Total (Rp.)

    Kertas HVS 80 gr 5 rim 40,000,- 200.000,-

    Kertas HVS A3 80 gr 1 rim 80.000,- 80.000,-

    Kertas HVS F4 80 gr 1 rim 45.000,- 45.000,-

    Cartridge Hitam 2 bh 220.000,- 440.000,-

    Cartridge Warna 1 bh 275.000,- 275.000,-

    Map Plastik 20 unit 5.000,- 100.000,-

    Map Folder 20 unit 5.000,- 100.000,-

    Map Binder 8 unit 50.000,- 400.000,-

    Pinsil 2B 2 kotak 35.000,- 70.000,-

    Ballpoint 2 kotak 35.000,- 70.000,-

    Karet Penghapus 5 unit 5.000,- 25.000,-

    Penggaris 2 set 50.000,- 100.000,-

    Papan Alas Tulis 5 unit 40.000,- 200.000,-

    Staples 2 unit 20.000,- 40.000,-

    Anak Staples 2 kotak 5.000,- 10.000,-

    Spidol 4 kotak 30.000,- 120.000,-

    Stippo 2 kotak 20.000,- 40.000,-

    Lem kertas 1 unit 15.000,- 15.000,-

    Amplop 1 kotak 30.000,- 30.000,-

    Penggandaan kuisioner 100 eksemplar 5.000,- 500.000,-

    Buah tangan untuk responden 100 paket 2.500,- 250.000,-

    Total bahan habis pakai Rp. 3.110.000,-

    4. Perjalanan

    Jenis Pengeluaran Lokasi Total (Rp)

    Perjalanan ke kampus untuk

    pertemuan tim peneliti

    Fakultas Teknik Universitas Syah

    Kuala, Darussalam Banda Aceh 1.000.000,-

    Perjalanan untuk survey lapangan

    termasuk konsumsi

    Kawasan Rusunawa Keudah Kota

    Banda Aceh

    1.000.000,-

    Total Rp. 2.000.000,-

    4. Lain-lain

    Jenis Pengeluaran Harga satuan

    (Rp)

    Banyak Total (Rp.)

    Penggandaan Laporan Kemajuan dan Keuangan 30.000,- 3 pkt 90.000,-

    Penggandaan artikel pembahasan hasil penelitian 10.000,- 20 pkt 200.000,-

    Penggandaan Laporan Akhir Penelitian 40.000,- 10 buah 400.000,-

    Publikasi pada jurnal ilmiah 750.000,- 1 pkt 750.000,-

    Penelusuran pustaka dan Internet 200.000,- 1 pkt 200.000,-

    Komunikasi Tim Peneliti 150.000,- 5 pkt 750.000,-

    Total Rp. 2.390.000,-

  • LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1. Daftar Pustaka

    Budihardjo, Eko. 2006. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Alumni.

    Danisworo, M. 1989. Post Occupancy Evaluation: Pengertian dan Metodologi. Dalam

    Seminar Pengembangan Metodologi Post Occupanty Evaluation. Jakarta: Trisakti.

    Hartatik, dkk. 2010. Peningkatan Kualitas Hidup Penghuni di Rusunawa Urip Sumoharjo

    Pasca-Redevelopment, dalam Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam

    Pembangunan Kota. Surabaya: Jurusan Arsitektur ITS.

    Haryadi, Setiawan, B., 2010, Arsitektur, Lingkungan dan Prilaku, Gadjah Mada University

    Press, Yogyakarta.

    Komarudin. 1997. Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman. Jakarta:

    Rakasindo.

    Laurens, Marcella. Jonce, 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta, Penerbit. P.T.

    Grasindo

    Raditya Utama dan L.M.F. Purwanto, 2012. Kajian Pasca Huni Rumah Dome di Ngelepen

    Ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan. Jurna Tesa Arsitektur, ISSN 1410 6094,

    Vol.10 No.2 Desember 2012. Hal 109 118

    Rapoport, Amos. 1969. House, Form and Culture. Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs, New

    Jerssey, New York, USA.

    Silas, J. 1922. Beberapa Pemikiran Dasar Tentang Perumahan dan Perkampungan di

    Indonesia, Makalah dalam Seminar Ilmiah Mahasiswa Arsitektur Indonesia, 29

    September 1992, Bandung.

    Sarwono, W. Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Grasindo, Jakarta.

    Subagijo, E. 2004. Pola Perilaku Kebersamaan di Rumah Susun Hasil Peremajaan Kawasan

    Kumuh di Perkotaan, Jurnal Arsitektur Mintakat, Volume 5, Maret 2004, Malang.

    Sudibyo, S. 1989. Aspek Fungsi dan Teknik Post Occupabcy Evaluation dan Beberapa

    Metodologi Penelitian. Dalam Seminar Pengembangan Metodologi Post Occupancy

    Evaluation. Jakarta: Trisakti

    Sujarweni, V.W dan Endrayanto P. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta, Graha

    Ilmu.

  • Snyder, J.C., dan Catanese, A.J., (1988), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga, Jakarta.

    Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

    Wolfgang F E Preiser, 1995. Post Occupancy Evaluation; How to Make Building Work

    Better. Bradford, Van Nostrand Reinhold

    Pemerintah Republik Indonesia. 1985. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

    Rumah Susun, Jakarta

    Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang

    Rumah Susun

    Kementerian Perumahan Rakyat. 2008. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.

    22/PERMEN/M/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat

    Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, Jakarta

    Kementerian Perumahan Rakyat. 2008. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.

    18/PERMEN/M/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perhitungan Tarif Sewa Rumah

    Susun Sederhana Yang Dibiayai APBN dan APBD.

  • Lampiran II

    Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti

    A. Ketua Peneliti

    1 Nama Lengkap : Ir.Bustari. MT.

    2. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    3. Tempat/Tanggal Lahir: Banda Aceh, 14 Pebruari 1967

    4. Alamat : Jl. Tgk. Syarif, No.20, Jeulingke, Kota Banda Aceh 23114. 5. N I P : 196702141992031002

    6. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK. I / IIIb

    7. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

    8. Jabatan Struktural : -

    9. Jurusan : Arsitektur

    10. Fakultas : Teknik

    11. Riwayat Pendidikan :

    No Pendidikan Ijazah /Tahun Spesialisasi

    1 S1 Teknik Arsitektur ITS 1991 Arsitektur

    2 S2 Arsitektur ITS 2000 Permukiman Kota dan

    Lingkungan

    12. Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir)

    No Tahun Judul Sumber Biaya

    1 2010 Pengaruh Land Consolidation terhadap kualitas

    kawasan permukiman di Beurawe

    Mandiri

    3 2012 Pengaruh konsep Percepatan Pembangunan Daerah

    tertinggal dan Khusus (P2DTK) terhadap kualitas

    bangunan di Provinsi Aceh, pasca tsunami.

    Mandiri

    13. Publikasi (5 tahun terakhir)

    No Tahun Judul

    1 2009 Penerapan konsep islami pada perancangan perumahan di Banda Aceh.

    2 2010 Faktor utama penyebab perubahan rumah RSS di kota Banda aceh

    3 2011 Konsep Berkesinambungan Dalam Perancangan Arsitektur Hijau

    4 2012 Penerapan konsep rumoh aceh pada bangunan pemerintah sebagai simbol

    budaya di banda Aceh.

    Banda Aceh, 27 Februari 2014

    Peneliti,

    (Ir. Bustari, M.T)

    NIP. 196702141992031002

  • B. Anggota Peneliti

    1 Nama Lengkap : Ir. Khairul Huda, M.Eng

    2. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    3. Tempat/Tanggal Lahir: Yogyakarta, 7 Mei 1960

    4. Alamat : Jl. S.Assumatrani No.1 Kopelma Darussalam - Banda Aceh

    5. N I P : 196005071988101001

    6. Pangkat/Golongan : Penata/ IIIc

    7. Jabatan Fungsional : Lektor

    8. Jabatan Struktural : -

    9. Jurusan : Arsitektur

    10. Fakultas : Teknik

    11. Riwayat Pendidikan :

    No Pendidikan Ijazah /Tahun Spesialisasi

    1 S1 Teknik Arsitektur ITS 1987 Arsitektur

    2 S2 Postgraduate School, Kyoto

    University, Kyoto, Jepang

    1997 Perancangan Kota

    12. Pengalaman Penelitian (5 tahun terakhir)

    No Tahun Judul Sumber Biaya

    1 2010 Studi Pengembangan Infrastruktur Hijau di Kota Banda

    Aceh

    Strategis

    Nasional

    2 2011 Studi Pengembangan Infrastruktur Hijau di Kota Banda

    Aceh Tahap II

    Strategis

    Nasional

    3 2013 Studi Pengaruh Penggunaan Elemen Arsitektural Pada

    Koridor Jalan Terhadap Terjadinya Urban Heat Island

    Dosen Muda,

    PNBP Unsyiah

    13. Publikasi (5 tahun terakhir)

    No Tahun Judul

    1 2007 Rehabilitation of Urban Settlements in the Early Reconstruction Stage after

    a Tsunami: A Case Study of Banda Aceh Municipality in Indonesia;

    2 2011 Aspek Sosial Budaya Setempat Sebagai Pembentuk Citra Kota

    3 2012 On-Site Permanent Housing Supply in The Reconstruction Stage After

    2004 Indian Ocean Tsunami

    Banda Aceh, 27 Februari 2014

    Peneliti,

    (Ir. Khairul Huda, M.Eng)

    NIP. 196005071988101001