proposal identifikasi bakteri patogen ikan nila

24
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga banyak dibudidayakan. Konsumsi ikan nila ini mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Data FAO (2009) melaporkan bahwa produksi ikan nila dunia terus mengalami peningkatan, Tahun 2007 sekitar 769.936 ton dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 2,3 juta ton, Selanjutnya pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,5 juta ton (FAO, 2010). Potensi yang besar dan prospek pengembangan yang begitu terbuka, bukan jaminan bahwa budi daya ikan akan berjalan mulus, tanpa permasalahan. Banyak masalah yang dihadapi dalam sektor budi daya ikan tanpa terkecuali dengan budidaya ikan nila (Kordi dan Ghufran, 2004). Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya intensif adalah serangan penyakit ikan. Penyakit merupakan salah satu kendala dalam budi daya ikan yang

Upload: erni-parulian-tambunan

Post on 02-Jan-2016

898 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Gol

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu spesies ikan yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi sehingga banyak dibudidayakan. Konsumsi

ikan nila ini mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Data

FAO (2009) melaporkan bahwa produksi ikan nila dunia terus mengalami

peningkatan, Tahun 2007 sekitar 769.936 ton dan pada tahun 2008 meningkat

menjadi 2,3 juta ton, Selanjutnya pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,5 juta

ton (FAO, 2010). Potensi yang besar dan prospek pengembangan yang begitu

terbuka, bukan jaminan bahwa budi daya ikan akan berjalan mulus, tanpa

permasalahan. Banyak masalah yang dihadapi dalam sektor budi daya ikan tanpa

terkecuali dengan budidaya ikan nila (Kordi dan Ghufran, 2004).

Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya intensif adalah serangan

penyakit ikan. Penyakit merupakan salah satu kendala dalam budi daya ikan yang

dapat menyebabkan penurunan tingkat produksi ikan. Perkembangan suatu

penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang kompleks antara tingkat

virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi fisiologis dan genetik hewan,

stress dan padat tebaran (Irianto, 2004). Gangguan penyakit pada budi daya ikan

merupakan risiko biologis yang harus selalu diantisipasi. Hal ini mendorong

adanya aplikasi pengelolaan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan

pada budi daya ikan (Purwaningsih dan Taukhid, 2010).

Serangan penyakit pada ikan dapat timbul sewaktu-waktu, bersifat

eksplosif (meluas), penyebarannya cepat dan seringkali menimbulkan kematian

Page 2: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

2

yang cepat pula. Penyakit ikan yang disebabkan oleh parasit, bakteri, jamur, virus,

faktor lingkungan dan nutrisi atau makanan (Cahyono, 2000).

Beberapa jenis bakteri yang terdapat di Indonesia namun belum tersebar

luas, yaitu Aeromonas salmonicida dan Edwardsiella tarda di Jawa,

Mycobacterium sp. di Jawa dan Sumatera serta Streptococcus sp di Sulawesi

(Irianto, 2004). Wabah A. salmonicida pernah terjadi pada bulan Oktober 1980,

terutama di daerah Jawa Barat. Kerugian yang ditimbulkannya kira-kira mencapai

4 milyar rupiah (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Serangan bakteri ini

baru terlihat apabila ketahanan tubuh ikan menurun akibat stres yang disebabkan

oleh penurunan kualitas air, kekurangan pakan atau penanganan yang kurang

tepat. Aeromonas salmonicida dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air

laut. Penularan bakteri Aeromonas dapat berlangsung melalui air, kontak badan,

kontak dengan peralatan yang telah tercemar atau karena pemindahan ikan yang

terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain (Afrianto dan Liviawaty,

1992).

Infeksi bakteri Streptococcus sp. banyak ditemukan pada ikan nila dan

menyebabkan penyakit yang disebut Streptococcosis (Chang dan Plumb 1996).

Streptococcosis akibat infeksi Streptococcus agalactiae merupakan penyakit pada

ikan nila yang biasa dihadapi oleh pembudidaya dan dapat menyebabkan

kematian yang tinggi (Baya et al. 1990). Menurut Yuasa et al. (2008) serangan

bakteri S. agalactiae ini telah menyebabkan kematian hingga 60% pada budi daya

ikan nila di Sumatera Selatan. Penyakit Streptococcosis ini timbul akibat

rendahnya ketahanan tubuh ikan dalam menghadapi serangan penyakit bakterial,

Page 3: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

3

lingkungan pemeliharaan yang buruk dan manajemen pemberian pakan yang

kurang baik sehingga terjadi ketidakseimbangan.

Nilai kerugian ekonomis akibat kasus penyakit yang telah dilaporkan

terjadi di Kalimantan Tengah antara lain kejadian serangan penyakit pada

pertengahan Februari 2005 di Kabupaten Kasongan yang menimbulkan kerugian

± 15 ton ikan nila yang berukuran rata-rata 0,5 – 1 kg per ekor (DKP Kabupaten

Kasongan Kalimantan Tengah, 2005). Pada Maret 2007 pada karamba petani

ikan di Kelurahan Pahandut Seberang Kota Palangka Raya terjadi kasus kematian

ikan sebesar 50 ekor/hari di Kelurahan Pahandut Seberang. Menurut hasil

penelitian wabah penyakit tersebut disebabkan oleh adanya bakteri yang

menyerang tubuh ikan yang disebut Aeromonas sp (DKP Kabupaten Kasongan

Kalimantan Tengah, 2007).

Menurut Hamza (2010), bakteri terdapat disekitar sistem perairan. Apabila

ikan mengalami stress maka bakteri yang terdapat pada perairan tersebut dapat

menimbulkan penyakit. Pada umumnya sumber dan cara penularan penyakit

akibat serangan bakteri-bakteri antara lain melalui ikan yang sakit, ikan karir, air

yang terkontaminasi, makanan yang terkontaminasi, telur yang terkontaminasi,

alat atau pakaian yang terkontaminasi atau melalui bulu burung air.

1.2. Perumusan Masalah

Kegiatan budi daya ikan selama ini masih menghadapi masalah-masalah

seperti rendahnya produksi akibat penyakit bakteri serta faktor penyebab

perbedaan gejala klinis yang muncul dan perjalanan bakteri hingga menyebabkan

kematian perlu diamati agar dapat dijadikan acuan dalam upaya pengendalian

Page 4: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

4

penyakit bakteri yang belum teridentifikasi. Sehingga identifikasi bakteri pada

ikan nila (Oreochromis niloticus), perlu dilakukan dan diharapkan bermanfaat

untuk meningkatkan kesehatan ikan sehingga hasil dalam produksi budi daya

meningkat.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri patogen yang biasa

menyerang ikan nila. Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan informasi

tentang jenis bakteri pada ikan nila, sehingga dapat dilakukan usaha pencegahan

ataupun pengobatan terhadap penyakit tersebut.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan adalah adanya jenis bakteri patogen yang

menyerang ikan nila.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Biologi dan Ekologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Page 5: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

5

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk

ke dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini

merupakan jenis ikan yang diintroduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari

Afrika bagian Timur di Sungai Nil, Danau Tangayika, Chad, Nigeria dan Kenya

lalu dibawa ke Eropa, Amerika, negara-negara Timur Tengah dan Asia. Di

Indonesia benih ikan nila secara resmi pertama kali didatangkan dari Taiwan oleh

Balai Penelitian Perikanan Air Tawar tahun 1969. Fillum : chordata, Sub Fillum :

vertebrata, Kelas : detoichtyas, Sub Kelas : achanthoptarigi, Ordo : parcomorphi,

Sub Ordo: parchokka, Family : cichlidan, Genus : oreochromis Spesies :

Oroechromis niloticus, (Ditetapkan Dirjen Perikanan 1972).

Menurut Pratama (2009), ikan nila mempunyai nilai bentuk tubuh yang

pipih kearah vertical (kompres) dengan profil empat persegi panjang kearah

posterior, posisi mulut terletak di ujung/termal. Pada rahang terdapat bercak

kehitaman. Sisik ikan nila adalah tipe scenoid. Ikan nila juga ditandai dengan jari-

jari dorsal yang keras, begitupun bagian awalnya. Dengan posisi siap awal

dibagian belakang sirip dada (abdormal). Pada sirip ekor tampak jelas garis-garis

yang vertical dan pada sirip punggungnya garis terlihat condong lekuknya. Ciri

ikan nil6a adalah garis-garis vertikal berwarna hitam pada sirip, ekor, punggung

dan dubur. Pada bagian sirip caudal/ ekor yang berbentuk membulat warna merah

dan biasa digunakan  sebagai indikasi kematangan gonad.

Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara 200-400

gram, memiliki sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa

hewan dan tumbuhan (Khairuman dan Amri, 2003), Nila dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved

Page 6: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

6

Oxygen (DO) antara 2,0-2,5 mg/L. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan

nila antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah berkisar 6-9. Ikan nila

umumnya hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan

saluran irigasi, memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas sehingga ikan nila

dapat hidup dan berkembang biak pada perairan payau dengan salinitas antara 0-

25 permil. (Setyo, 2006). Suhu optimal bagi pertumbuhan ikan nila berkisar antara

22-29 °C (Mjoun et al, 2010).

2.2 Bakteri Patogen Penyebab Penyakit

Bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang

sederhana. Sel bakteri terdiri dari dinding sel yang dikelilingi oleh membran

sitoplasma yang berisi sitoplasma inti. Patogen adalah mikoba yang menyebabkan

penyakit yang dibuktikan dengan Postulat Koch. Organisme yang berperan

sebagai patogen dalam timbulnya penyakit adalah bakteri.

Bakteri Aeromonas sp yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan nila

yaitu Aeromonas salmonicida dan Aeromonas hydrophila. A. Salmonicida

merupakan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit peradangan pada

bagian kulit yang terinfeksi secara akut maupun kronis yang biasa disebut dengan

furunculosis (Rantam, 2003).

Salah satu jenis penyakit ikan yang sering dijumpai adalah penyakit

bakterial yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla, merupakan

bakteri patogen penyebab penyakit “Motil Aeromonas Septicemia” (MAS),

terutama untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis. Bakteri ini termasuk

patogen oportunistik yang hampir selalu ada di air dan siap menimbulkan

penyakit apabila ikan dalam kondisi kurang baik. Penyakit yang disebabkan

Page 7: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

7

Aeromonas hydrophilla berakibat bercak merah pada ikan dan menimbulkan

kerusakan pada kulit, insang dan organ dalam. Penyebaran penyakit bakterial pada

ikan umumnya sangat cepat serta dapat menimbulkan kematian yang sangat tinggi

pada ikan-ikan yang diserangnya.

Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang bersifat Gram-negatif,

mempunyai morfologi batang pendek dengan ukuran bervariasi antara lebar 0,8

sampai 1,0 mikron dengan panjang 1,0sampai 3,5 mikron, tidak memiliki spora,

bakteri bersifat motil karena mempunyai flagelamonotrichous. Morfologi koloni

permukaannya agak menonjol, berbentuk bulat, mengkilat, krimdengan tepi

koloni entire, diameter 2-3 mm (Austin dan Austin, 1987).

Menurut Afrianti (1992) menyatakan bahwa klasifikasi Aeromonas

hydrophila sebagai berikut : Filum Protophyta, Kelas Schizomycetes, Ordo

Pseudanonadeles, Family vibrionaceae, Genus Aeromonas, Spesies Aeromonas

hydrophila.

Penyakit yang mewabah pada budidaya ikan nila di Jawa Barat dan

beberapa pulau di Indonesia pada tahun-tahun belakangan ini adalah penyakit

Streptococcosis (Taukhid, 2009). Penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri

Streptococcus agalactiae, yang menyerang otak, mata, dan ginjal ikan. Infeksi S.

Agalactiae menyebabkan meningitis neonatal pada manusia dan mastitis pada sapi

(Elliott et al., 1990). Bakteri tersebut juga ditemukan pada hewan mamalia laut

dan bersifat patogen bagi hewan mamalia teresterial dan ikan. Bakteri S.

agalactiae yang berasal dari lumba-lumba (Tursiops truncatus) diinjeksikan ke

ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat menyebabkan 90% ikan mati. Wabah S.

Page 8: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

8

agalactiae bersifat akut, menyebabkan ikan budidaya mati 100% pada 14 hari

pascainfeksi. (Evans et al., 2006)

Streptococcus agalactiae termasuk dalam genus Streptococcus golongan

B. Bakteri ini merupakan bakteri Gram positif. Streptococcus agalactiae

merupakan sebagian dari flora normal pada vagina dan mulut wanita pada 5-25 %.

Bakteri ini secara khas merupakan hemolitik dan membentuk daerah hemolisis

yang hanya sedikit lebih besar dari koloni (bergaris tengah 1-2 mm).

Streptococcus golongan B menghidrolisis natrium hipurat dan memberi respons

positif pada tes CAMP (Christie, Atkins, Munch-Peterson). Menurut Lehmann

and Neumann (1896) klasifikasi Streptococcus agalactiae Kingdom Bacteria,

Phylum Firmicutes, Class Bacilli, Ordo Lactobacillales, Family

Streptococcaceae, Genus Streptococcus, Spesies S. Agalactiae.

2.3 Interaksi Antara Imunitas Inang, Jasad Patogen dan Lingkungan

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit.

Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat

menyerang ikan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian ikan,

sehingga kerugian yang ditimbulkan sangat besar (Kordi dan Ghufran, 2004).

Perkembangan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang

kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi

fisiologis dan genetik hewan, stres dan padat tebaran (Irianto, 2004). Secara

umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit merupakan interaksi

dari tiga faktor yaitu inang, patogen dan lingkungan atau stressor eksternal yaitu

perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan, tingkat higienik yang buruk

dan stress (Austin dan Austin, 2007).

Page 9: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

9

Di lingkungan alam, ikan dapat diserang berbagai macam penyakit.

Demikian juga dalam pembudidayaannya, bahkan penyakit tersebut dapat

menyerang ikan dalam jumlah besar dan dapat menyebabkan kematian ikan,

sehingga kerugian yang ditimbulkan sangat besar (Kordi dan Ghufran, 2004).

Perkembangan suatu penyakit dalam akuakultur meliputi suatu interaksi yang

kompleks antara tingkat virulensi patogen, derajat imunitas inang, kondisi

fisiologis dan genetik hewan, stress dan padat tebaran (Irianto, 2004).

Secara umum faktor-faktor yang terkait dengan timbulnya penyakit

merupakan interaksi dari tiga faktor yaitu inang, patogen dan lingkungan atau

stressor eksternal yaitu perubahan di lingkungan yang tidak menguntungkan,

tingkat higienik yang buruk dan stress (Austin dan Austin, 2007).

Sumber penyakit yang dapat menyebabkan infeksi pada ikan adalah jasad

patogen yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu patogen asli (true

pathogen) dan patogen potensial (opportunistic pathogen) (Kordi dan Ghufran,

2004). Patogen asli adalah organisme patogen yang selalu menimbulkan penyakit

khas apabila ada kontak dengan ikan sedangkan patogen potensial adalah

organisme patogen yang dalam keadaan normal hidup damai dengan ikan, akan

tetapi jika kondisi lingkungan menunjang akan menjadi patogen pada ikan

(Bennett, 2009). Pada ikan sistem pertahanan itu berupa lendir, sisik, dan kulit

(Bruno dan Wood, 1999). Menurut Irianto (2004) sistem imun bawaan antara lain

terdiri dari penghalang fisik terhadap infeksi, pertahanan humoral dan sel-sel

fagositik. Teleostei memiliki sejumlah penghalang fisik terhadap infeksi antara

lain kulit dan mukus.

Page 10: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

10

Salah satu kendala dalam budi daya ikan adalah terserang oleh bakteri

Steptococcus sp, ikan yang terserang Steptococcosis menunjukkan gejala sisiknya

hilang, gerakan renang tidak menentu ( Clark et.al 2000). Pigmen kulit gelap, bola

mata menonjol, perut kembung, ada pendarahan, dan pada infeksi akut terjadi

kerusakan pada hati sehingga hati menjadi pucat, limpa membesar/bengkak, dan

terjadi kerusakan pada otak (Plumb,1975). Timbulnya penyakit pada budi daya

karena kondisi yang kurang baik, seperti padat tebar yang tinggi, kualitas air

menurun, dan pakan yang tidak baik.

III. METODE PENELITIAN

Page 11: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

11

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 45 hari yaitu dari bulan Oktober

sampai dengan bulan Desember 2013 di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

3.2. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini alah inkubator, autoklaf,

lampu bunsen, jarum ose, timbangan analitik, hot plat, cawan peri, gelas ukur,

tabung reaksi, dan erlemayerl, untuk pengamatan bakteri digunakan mikroskop,

objek glass dan cover glass

Alat yang digunakan untuk identifikasi pada ikan nila dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang Digunakan dalam Identifikasi Bakteri Ikan Nila

Alat Kegunaan

Alat BedahJarum OseCawan PetriTabung ReaksiAutoclaveIncubatorFreezerMikroskopCameraThermometerDO MeterHot platColony counterGelas UkurMikropipetLampu bunsen

Membedah ikanMengambil koloni bakteriTempat biak bakteriTempat untuk mereaksikan zat kimiaStrelisasi alatAlat untuk menginkubasiPendingin mediaMengamati preparatDokumentasiPengukur suhuPengukur DOMenghomogenkan larutanAlat Penghitung koloni yang tumbuhUntuk mengukur volume suatu cairanUntuk memindahkan cairanUntuk sterilisasi jarum ose

Sedangkan Bahan yang akan digunakan untuk identifikasi bakteri pada

ikan nila adalah Ikan nila sebagai sampel penelitian yang berasal dari tiga stasiun

Page 12: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

12

berbeda, dari masing masing stasiun diambil lima ekor sampai sepuluh ekor

dengan ukuran berkisar 5 cm sampai 12 cm. Kemudian sampel di bawa ke

laboratorium untuk di isolasi bakteri. Media untuk menumbuhkan bakteri adalah

TSA (Tryptic Soya Agar). Untuk pengecatan Gram digunakan kristal violet,

larutan iodin, alkohol 95%, safranin 1 %, akuades dan minyak emersi untuk

memperjelas pengamatan di bawah mikroskop. Bahan yang digunakan untuk

pengujian biokimia adalah H2O2 (Hidrogen Peroksida), kertas saring, kapas,

aluminium foil, tissue, alkohol 75%, aquades, medium O/F (Oksidasi

Fermentatif), dan SIM (Simon Indol Motility).

Tabel 2. Bahan yang Digunakan dalam Identifikasi Bakteri Ikan Nila

Bahan KegunaanIkan Nila Jenis ikan yang akan di identifikasiAkuades Untuk pengenceranTSA Tempat media biakanSIMOksidasi Fermentatif (O/F)GiemsaAlkoholKertas SaringAlumiium Foil

Media uji biokimiaMedia uji O/FUntuk mewarnai preparatSebagai antiseptikMemisahkan zat terlarut dgn zat padatSebagai penutup tabung reaksi

3.3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

megnambil sampel di lapangan dan dianalisa di laboratorium.

Menurut (Effendie 1979) Peubah atau parameter yang diukur untuk

mewakili respon terhadap keberhasilan identifikasi bakteri adalah Kualitas Air

(Fisika dan Kimia). Parameter yang paling utama diukur adalah Amonia, nitrit

(NO2-) dan nitrat (NO3

-). Selanjutnya diukur: pH (Power Hidrogen) Air, Oksigen

Terlarut (DO). Suhu Air.

Page 13: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

13

3.4. Prosedur Penelitian

Untuk kualitas air yang diukur antara lain adalah pH, suhu, oksigen terlarut

(DO). Untuk pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer yaitu

dengan mencelupkan bagian ujung thermometer kedalam perairan. Thermometer

diikat pada bagian pangkal (bukan ujung air raksa) kemudian thermometer

digantung pada permukaan air beberapa menit dan suhu dibaca saat thermometer

pada permukaan air dan menunjukkan angka konstan (Adriman et al, 2006).

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH universal indicator

yang dicelupkan kedalam air kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi dan

dicocokkan dengan warna papan standarnya untuk mendapatkan nilai pH air

tersebut.

DO atau oksigen terlarut diukur dengan menggunakan alat pengukur DO

yaitu DO meter. Cara penggunaannya yaitu dengan memasukkan elektroda ke

dalam wadah pemeliharaan (perairan) lebih kurang sedalam 4 cm di bawah

permukaan air hingga sensor suhu juga terendam, gerakkan elektroda di dalam

media ke bawah dan ke atas atau aduk dengan pengaduk magnetis kemudian

bacalah hasil pengamatan sebagai mg/l atau % kejenuhan (Adriman et al, 2006).

3.4.1. Pembuatan Media Trypticase Soy Agar (TSA)

Untuk membuat media TSA diperlukan 40 gram media agar yang

dilarutkan dengan 1000 ml akuades dalam tabung erlemeyar, lalu dihomogenkan

dengan magnetik stirer, sambil dipanaskan di atas hot plate sampai mendidih.

Selanjutnya ehlemeyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil untuk

disterilisasi dengan autoclave dengan tekanan 1 Atm pada suhu 121° C selama 15

menit. Kemudian di dinginkan hingga suhu 6° C , lalu dituangkan secara aseptik

Page 14: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

14

kedalam cawan petri steril dan di tutup rapat, setelah media membeku, cawan

dibungkus dengan kertas padi dengan posisi terbalik. Apabila tidak langsung

digunakan media dapat disimpan dalam refrigator.

3.4.2. Pembuatan Media O/F

Untuk membuat media O/F diperlukan 11 gram media agar yang

dilarutkan dengan 1000 ml akuades dalam tabung elemeyar, lalu dihomogenkan

dengan magnetik stirer, sambil dipanaskan di dalam hot plate sampai mendidih.

Selanjutnya erlemeyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil untuk disterilisasi

dengan autoclave dengan tekanan 1 Atm pada suhu 121° C selama 15 menit.

Apabila tidak langsung digunakan media dapat disimpan dalam refrigator.

3.4.3. Pembuatan Media Motility

Untuk membuat media motility diperlukan 30 gram media SIM yang

dilarutkan dengan 1000 ml akuades dalam tabung elemeyar, lalu dihomogenkan

dengan magnetik stirer, sambil dipanaskan di dalam hot plate sampai mendidih.

Selanjutnya erlemeyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil untuk

disterilisasidengan autoclave dengan tekanan 1 Atm pada suhu 121° C selama 15

menit. Apabila tidak langsung digunakan media dapat disimpan dalam refrigator.

3.4.4 Pengambilan Sampel

Ikan Nila yang akan di indentifikasi berukuran ± 10-15 cm. Pengambilan

sampel dilakukan dengan pengamatan secara visual yaitu pengamatan langsung

Page 15: Proposal Identifikasi Bakteri Patogen Ikan Nila

15

terhadap keadaan ikan, ikan yang diambil 10 ekor dari masing-masing stasiun.

Setelah itu lalu ikan di bawa ke Laboratorium untuk dilakukan identifikasi.

3.4.5 Isolasi Bakteri

Ikan nila yang diambil sebagai sampel diletakkan diatas nampan.

Permukaan tubuh ikan dibersihkan dengan kapas yang telah diberi alkohol untuk

kemudian dibedah. Isolasi bakteri diambil dari borok, hati, limpa dan ginjal.

Isolasi bakteri dilakukan dengan menempelkan jarum ose yang steril ke dalam

organ (Ginjal, Hati, Limpa) atau borok selanjutnya jarum ose yang tadi

digoreskan ke media TSA (media isolasi yang kaya dan subur dan banyak

digunakan untuk menumbuhkan bakteri dari ikan dan udang). Media TSA yang

telah diberi bakteri tadi kemudian dibungkus dengan menggunakan kertas padi

dengan posisi terbalik untuk kemudian diinkubasi didalam inkubator selama 24-

48 jam. Setelah diinkubasi selama 24 jam didapat koloni-koloni bakteri yang

tumbuh di media agar, selanjutnya dilakukan identifikasi bakteri.

3.5 Analisis Data

Data yang diperoleh dimasukkan kedalam tabel selanjutnya dilakukan uji

homogenitas. Apabila data homogen maka selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan uji keragaman (ANAVA). Apabila uji statistik menunjukkan

perbedaan nyata dimana F hitung > F tabel maka dilanjutkan dengan uji Neuman-

keuls untuk menentukan perlakuan mana yang lebih baik (Sudjana, 1991).