proposal k3 final kel

Upload: mira-yanti

Post on 02-Jun-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    1/34

    PROPOSAL K3

    STUDI PELAKSANAAN DAN PENERAPAN

    KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA

    LABORATORIUM POLTEKKES JURUSAN

    KEPERAWATAN

    Oleh Kelompok 6

    I Dewa Ayu Megarani (P07134012003)A. A. I. N. Gayatri Agung (P07134012011)

    Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P07134012023)

    Ni Komang Mira Yanti (P07134012031)

    I Gusti Nyoman Triadi (P07134012036)

    Dwi Karunia Wulandari (P07134012049)

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

    DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN

    2013

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    2/34

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku

    tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu

    prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa

    antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa

    Indonesia. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala

    bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan,termasuk bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Pembangunan kesehatan

    bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

    setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini

    dituangkan dalam visi pembangunan kesehatan dengan motto Indonesia Sehat

    2010 yang mempunyai misi yaitu: menggerakkan pembangunan nasional

    berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat,

    memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang bermutu, merata dan

    terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan

    masyarakat (Depkes RI,2003:4). Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat

    merupakan bagian pokok dalam usaha dibidang kesehatan seperti dijelaskan

    dalam UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan pasal 22 ayat 1 yang berbunyi :

    Bahwasanya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat

    kesehatan yang optimal, dapat dilakukan antara lain melalui peningkatan sanitasi

    lingkungan baik pada lingkungan tempatnya maupun bentuk atau wujud

    substansinya yang berupa fisik, kimia, atau biologi termasuk perubahan prilaku,

    sedangkan kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang

    bebas dari segala resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup

    manusia.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    3/34

    Untuk itu dituntut pelaksanaan dan penerapan Kesehatan dan Keselamatan

    Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di laboratorium, terutama di

    laboratorium kesehatan seperti laboratorium praktek keperawatan. Oleh karena itu

    kita perlu mengembangkan dan meningkatkan K3 dalam rangka menekan

    serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan

    kerja, bahan-bahan berbahaya di lab, kondisi lingkungan serta meningkatkan

    produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari mahasiswa

    di laboratorium, akan dibayangi dengan resiko bahaya di tempat kerjanya.

    Penyebab Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

    1. Penyebab Langsung ( Immediate Causes)

    Penyebab langsung kecelakaan adalah suatu keadaan yang biasanya bisa

    dilihat dan di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:

    a. Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu perbuatan berbahaya dari

    manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:

    1. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect)

    2. Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom)

    3. Sikap dan tingkak laku yang tidak aman

    4. Pengetahuan.

    b. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan

    menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:

    1.Mesin, peralatan, bahan.

    2.Lingkungan

    3.Proses pekerjaan

    4.Sifat pekerjaan

    5.Cara kerja

    2. Penyebab Dasar (Basic causes).

    Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu

    a. Faktor manusia/personal (personal factor)

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    4/34

    Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill. Stres. Motivasi yang tidak cukup/salah

    b.

    Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor) Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll. Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga. Ergonomi dan psikososial.

    Menurut Sumamur faktor penyebab kec elakaan disebabkan oleh faktor

    tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan kondisi yang tidak aman

    (unsafe condition) 15 %.

    Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan

    merupakan resultan dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja,

    beban kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada

    pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat

    kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila

    terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa

    penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan

    produktivitas kerja.Oleh karena itu, dengan ditemukannya berbagai hal yang menyangkut

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada lingkungan kerja khususnya laboratorium,

    perlu diberikan pemahaman yang lebih mengenai Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja itu sendiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik

    mengangkat permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian dengan judul

    Studi Pelaksanaan dan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

    pada Laboratorium Poltekkes Jurusan Keperawatan .

    1.2 Rumusan Masalah

    1.2.1 Bagaimana kondisi Laboratorium Jurusan Keperawatan Politeknik

    Kesehatan Denpasar ditinjau dari segi fisik?

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    5/34

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    6/34

    BAB II

    MATERI DAN METODE

    2.1 Materi

    a. Lokasi

    Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Poltekkes Jurusan

    Keperawatan pada bulan Mei 2013.

    b. Jumlah Titik Pengukuran

    Pencahayaan

    Local illumination : 4 titik pengukuran

    General illumination :

    KebisinganKebisingan diukur pada 1 titik.

    Kelembaban

    Kelembaban diukur pada 1 titik

    Kecepatan angin/udara dalam ruang

    Kecepatan angin/udara dalam satu titik

    Tingkat kelelahan sebelum dan sesudah praktikum

    Melakukan wawancara terhadap 10 mahasiswac. Sampel / objek penelitian

    Laboratorium Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar 10 mahasiswa keperawatan

    2.2 Metode2.2.1 Pengukuran pencahayaan

    Metode : PengukuranAlat : Lux Meter

    2.2.2 Pengukuran KelembabanMetode : PengukuranAlat : Psikrometer , thermometer ruangan, stopwatch

    2.2.3 Pengukuran Kecepatan Udara/AnginMetode : PengukuranAlat : Thermometer Kata

    2.2.4 Pengukuran Kebisingan

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    7/34

    Metode : PengukuranAlat : Sound Level Meter

    2.2.5 Pengukuran Beban KerjaMetode : WawancaraAlat : Quisioner

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    8/34

    BAB III

    TINJAUAN TEORITIS

    3.1 Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

    Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang

    memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari

    bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang

    wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan

    menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak

    boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

    kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus

    dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang

    berlimpah pada masa yang akan datang.

    Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu

    kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat

    pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,

    atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap

    penyakit-penyakit/gangguan gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

    Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

    1. Sasarannya adalah manusia

    2. Bersifat medis.

    Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

    pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

    lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).

    Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:

    1. Sasarannya adalah lingkungan kerja

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    9/34

    2. Bersifat teknik.

    Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya

    dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

    kerja. Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa

    yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau

    kerugian terhadap proses.

    Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja sehingga

    mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap pekerja, kemudian mencegah

    terjadinya kerusakan tempat dan peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah

    pencemaran lingkungan hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja.Norma

    kesehatan kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan danmemelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.

    3.2 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

    Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak

    dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang tidak membawa

    keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat. Kecelakaan kerja dapat

    didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat

    mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah

    keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi

    kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan atau

    mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi, 1995)

    Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan

    mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini

    dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu

    kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.

    Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari keselamatan dan

    kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

    1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik

    secara fisik, sosial, dan psikologis.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    10/34

    2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan dengan baik dan

    selektif.

    3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

    4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

    pegawai.

    5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

    6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

    kondisi kerja.

    7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

    3.3 Ruang Lingkup K3

    Ruang lingkup hiperkes dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di

    dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan

    usaha yang dikerjakan.

    2. Aspek perlindungan dalam hiperkes meliputi :

    A. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian

    B. Peralatan dan bahan yang dipergunakan

    C. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.

    D. Proses produksi

    E. Karakteristik dan sifat pekerjaan

    F. Teknologi dan metodologi kerja

    G. Penerapan Hiperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga

    perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

    H. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung

    jawab atas keberhasilan usaha hiperkes.

    3.4 Pencahayaan

    Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

    obyek-obyek secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan

    pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    11/34

    pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Kenyamanan di dalam

    bangunan gedung dan tempat kerja dapat dilakukan seefektif mungkin. Tata cara

    Perencanaa Sistem Pencahayaan Alami pada bangunan gedung bertujuan melengkapi

    peraturan-peraturan kenyamanan dan konservasi energi yang telah ada dan

    merupakan persyaratan minimum bagi bangunan gedung. Pembahasan Tata Cara

    Perencanaan Sistem Pencahayaan Alami pada bangunan gedung meliputi : kriteria

    perancangan, cara perancangan pencahayaan alami siang hari, pengujian dan

    pemeliharaan.

    Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang

    Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat

    pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami

    pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :

    a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.

    b) ukuran dan posisi lubang cahaya.

    c) distribusi terang langit.

    d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

    Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

    Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan

    pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat

    pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja

    lubang cahaya ruangan tersebut:

    a. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi :

    1 ) Komponen langit (faktor langit) yakni komponen pencahayaan langsung dari

    cahaya langit. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di

    bidang kerja.

    2) Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar) yakni komponen pencahayaan yang

    berasal dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang

    bersangkutan.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    12/34

    3) Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam) yakni komponen pencahayaan

    yang berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dan cahaya

    yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan.

    Pencahayaan Alami clan Was Lubang Cahaya

    a) Untuk memperoleh kualitas pencahayaan yang diinginkan maka di dalam

    perancangan perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi kualitas

    pencahayaan tersebut. Kualitas pencahayaan alami siang hari dalam ruangan

    ditentukan oleh :

    1) perbandingan luas lubang cahaya dan luas lantai.

    2) bentuk dan letak lubang cahaya.

    3) faktor refleksi cahaya dari permukaan di dalam ruangan.

    b) Kedudukan Lubang CahayaDisamping ketiga faktor tersebut, perlu diperhatikan kedudukan lubang

    cahaya terhadap bagian lain dari bangunan dan keadaan lingkungan sekitamya

    yang dapat merupakan penghalang bagi masuknya cahaya kedalam ruangan.

    Maka dari itu tata pencahayaan di tempat kerja sangatlah penting untuk

    melakukan pekerjaan tersebut, pekerjaan di industri dapat menghemat listrik

    dengan cara membuat lubang cahaya dari gedung supaya sinar matahari dapat

    langsung masuk ke dalam. Kelebihan dari cahaya sinar matahari yaitu cahaya

    yang terang benderang secara alami dan tidak dapat di buat oleh manusia

    sekalipun. Kelebihan lainnya dari pencahayaan dari sinar matahari yaitu fentilasi

    udara sangatlah besar sehingga para pekerja tidak akan kesulitan mendapatkan

    udara segar dan tidak memerlukan AC.

    Dimana sinar matahari pada siang hari selama kurang lebih 12 jam dapat

    memberikan kebutuhan terhadap makhluk hidup. Sehubungan dengan itu, aktivitas

    kita dalam bekerja bersumber dari cahaya matahari dan pencahayaan buatan, yaitu

    listrik. Cahaya buatan adalah cahaya yang berasal dari hasil karya manusia berupa

    lampu yang dapat menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak

    ada. Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas

    keseharian kita, misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, dengan cahaya buatan

    yang baik dan disaring dari kesilauan akan bisa mempertinggi aktivitas kita

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    13/34

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    14/34

    Perancangan penerangan buatan sebaiknya dilakukan sejak awal

    perancangan bangunan, untuk itu perlu diperhatikan :

    Apakah penerangan buatan digunakan tersendiri atau sebagai

    penunjang/pelengkap penerangan alami.

    Berapa intensitas penerangan yang diperlukan.

    Distribusi dan variasi fluks cahaya yang diperlukan

    Arah cahaya yang diperlukan

    Warna-warna cahaya yang digunakan dalam gedung dan efek warna yang

    diinginkan

    Derajat kesilauan brightness dari keseluruhan lingkungan visual

    Intensitas penerangan yang direkomendasikan tidak boleh kurang dariintensitas penerangan dalam tabel 3.4.1 yang diukur pada bidang kerja.

    http://1.bp.blogspot.com/-pji-YBLu8WE/Tkh2bvZQmGI/AAAAAAAAAmc/zMX7FbGzO8s/s1600/CaptureWiz024.jpg
  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    15/34

    Secara rinci intensitas penerangan yang direkomendasikan untuk berbagai

    jenis bangunan / peruntukan dapat dilihat pada tabel 3.4.1.

    http://4.bp.blogspot.com/-SEOYNbNtRKQ/Tkh2x06uehI/AAAAAAAAAmk/PfICFP7P_YI/s1600/CaptureWiz025.jpg
  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    16/34

    Ada 3 tipe sistem penerangan buatan, yaitu :

    Sistem penerangan merata; Memberikan intensitas penerangan yang seragam

    pada seluruh ruangan, penggunaannya pada ruang-ruang yang tidakmemerlukan tempat untuk mengerjakan pekerjaan visual khusus.

    Sistem penerangan terarah; Cahaya diarahkan kejurusan tertentu dalam

    ruangan, digunakan untuk menerangi suatu objek tertentu agar kelihatan

    menonjol, misal pada penggung atau pada ruangan untuk pameran. Pada sistem

    http://2.bp.blogspot.com/-LFCqG9-agWk/Tkh3AG23RGI/AAAAAAAAAms/VlXGQwy9eiI/s1600/CaptureWiz026.jpg
  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    17/34

    ini dapat menggunakan lampu dan reflektor yang diarahkan atau spotlight

    dengan reflektor bersudut lebar.

    Sistem penerangan setempat; Cahaya dikonsentrasikan pada tempat

    mengerjakan pekerjaan visual khusus. Sistem ini digunakan untuk :

    - pekerjaan visual yang presisi

    - pengamatan bentuk / susunan benda dari arah tertentu.

    - melengkapi penerangan umum yang mungkin terhalang.

    - membantu menambah daya lihat.

    - menunjang pekerjaan visual yang mungkin pada awalnya tidak terencana pada

    suatu ruangan.

    Perancangan penerangan buatan secara kuantitas dapat dilakukan

    perhitungan dengan 2 metode yaitu :a. Metode titik demi titik (point by point method)

    b. Metode lumen.

    Lux Meter

    Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur

    besarnya intensitas cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu

    untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang

    cukup. Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah

    sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang

    diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan digital.

    Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir semua

    lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer panel.

    Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel foto sebagai

    energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya

    yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci untuk mengingat

    tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa jenis perbedaan warna

    pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena itu, pembacaan merupakan

    kombinasi efek dari semua panjang gelombang.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    18/34

    Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan dalam

    derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua jenis cahaya

    adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna putih. Berbagai

    jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang berbeda. Pembacaan lux

    meter akan berbeda, tergantung variasi sumber cahaya yang berbeda dari intensitas

    yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa cahaya terlihat lebih tajam atau lebih

    lembut dari pada yang lain.

    3.5 Kebisingan

    Sampai saat ini banyak definisi yang digunakan untuk istilah kebisingan.

    Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak

    teratur dan periodik. Adapula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang

    tidak mengandung kualitas musik

    Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi kebisingan antara lain (Wahyu, 2003) :

    1. Menurut Dennis

    Bising adalah suara yang timbul dari getaran-getaran yang tidak teratur.

    2. Menurut Spooner

    Bising adalah suara yang tidak mengandung kualitas musik

    3. Menurut Sataloff

    Bising adalah bunyi yang terdiri dari frekuensi yang acak dan tidak

    berhubungan satu dengan yang lain.

    4. Menurut Burn, Littre dan Wail

    Bising adalah suara yang tidak dikehendaki kehadirannya oleh yang

    mendengar dan mengganggu.

    5. Menurut Sumamur

    Bising adalah suara yang tidak dikeendaki ( unwanted sound ).

    6.

    Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 48/MENLH/11/1996 Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam

    tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gengguan kesehatan

    manusia dan kenyamanan lingkungan.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    19/34

    7. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER.

    13/MEN/X/2011

    Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari

    alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

    dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

    Jenis-Jenis Kebisingan

    Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) :

    1. I ntermitten N oise (Kebisingan Terputus-putus).

    Intermittten Noise adalah kebisingan dimana suara timbul dan menghilang

    secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah

    kebisingan yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawatterbang yang tinggal landas.

    2. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu)

    Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels)

    diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi

    beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas

    suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas angin, darur

    pijar, gergaji sekuler, katub gas.

    3. I mpact Noise .

    Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk

    mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang

    dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak

    lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan

    besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan

    meriam/senapan dan ledakan bom.

    Pengaruh Kebisingan Di Tempat Kerja

    Pada umumnya kebisingan mengakibatkan pengaruh yang bersifat non auditori

    atau pengaruh yang bukan terhadap pendengararan dan pengaruh auditori atau

    pengaruh terhadap pendengaran yang dapat berlangsung menetap atau sementara.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    20/34

    1. Pengaruh Non Auditori akibat Bising

    Pengaruh non auditori sering berupa keluhan tersamar dan tidak jelas berupa

    penyakit ( not ill defined ). Pengaruh terhadap fisiologi tubuh berupa gangguan

    faal pernapasan, kardiovaskuler , pencernaan, kelenjar dan saraf, yang

    disebabkan oleh mekanisme stressor atau gangguan akibat bising.

    2. Pengaruh Auditori Akibat Bising.

    Gangguan yang dapat dialami oleh tenaga kerja apabila terpapar dengan

    bising adalah (Wijaya, 2008) :

    a. Trauma Akustik

    Terjadi oleh paparan suara yang sangat keras dan dalam waktu yang sangat

    singkat, misalnya ledakan. Kerusakan ini mudah didiagnosis terjadinya

    dapat dengan tepat diketahui. Bagian yang terkena umumnya pada

    gendang telinga (membran timpani pecah/lubang).

    b. Ketulian sementara ( Temporary Threshold Shift-TTS )

    Terjadi apabila seseorang memasuki tempat bising, sehingga mengalami

    kenaikan nilai ambang dengar yang sementara. Kenaikan ini akan pulih

    kembali apabila keluar dari tempat bising. Untuk kembali secara sempurna

    maka perlu istirahat (bebas bising) untuk pemaparan di atas 85 dB maka

    recovery sempurna memerlukan waktu 3-7 hari. apabila recovery tidak

    dapat sempurna maka dalam waktu lama akan menjadi Permanent

    Threshold Shift (tuli bersifat menetap).

    c. Permanent Threshold Shift (PTS)

    Permanent threshold shift atau sering disebut Noise-Induced Hearing Loss

    (NIHL) adalah kehilangan daya dengar secara perlahan-lahaan oleh karena

    pemaparn bising keras (di atas 85 dB), dalam waktu yang lama dan

    akhirnya bersifat irreversibel. PTS atau NIHL ini dipengaruhi oleh duafaktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi

    kepekaan individu, obat-obatan, darah (Hb, tekanan darah, kadar gula dan

    lain-lain), penyakit telinga serta umur. Sedangkan faktor eksternel yang

    berperan adalah intensitas kebisingan, lama pemaparan, spektrum suara,

    jenis bising, hobi, dan bising lingkungan tempat kerja.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    21/34

    Pengukuran Kebisingan

    Pengukuran kebisingan di tempat kerja diukur dengan sound level meter yaitu

    alat digital yang dapat menunjukkan secara langsung hasil kebisingan di tempat

    kerja .Nilai Ambang Batas Kebisingan

    Nilai Ambang Batas adalah faktor tempat kerja yang dpaat diterima tenaga

    kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan

    sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

    Menurut Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas

    faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja NAB kebisingan yang ditetapkan di

    Indonesia adalah sebesar 85 dBA. Akan tetapi NAB bukan merupakan jaminansepenuhnya bahwa tenaga kerja tidak akan terkena risiko akibat bising tetapi

    hanya mengurangi risiko yang ada (Budiono, 2003 dalam Putra, 2011).

    Tabel 1

    Nilai Ambang Batas Kebisingan

    Waktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan (Dba)

    8 Jam 85

    4 88

    2 91

    1 94

    30 Menit 97

    15 100

    7,5 103

    3,75 106

    1,88 109

    0,94 112

    28,12 Detik 115

    14,06 118

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    22/34

    7,03 121

    3,52 124

    1,76 127

    0,88 130

    0,44 133

    0,22 136

    0,11 139

    Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

    Sumber : Permenakertrans No. PER. 13/MEN/X/2011

    Tabel 2

    Tingkatan pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari

    Pada ruangan proses

    No. Tingkat Kebisingan

    (dBA)

    Pemaparan

    Harian

    1 85 8 jam

    2 88 4 jam

    3 91 2 jam4 94 1 jam

    5 97 30 menit

    6 100 15 menit

    Sumber : Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/X/2002

    Peraturan Menteri Kesehatan No. 718/Menkes/Per/Xi/1987 tentang kebisingan

    yang berhubungan dengan kesehatan membagi daerah menjadi empat bagian

    seperti dalam tabel berikut (Leksono, 2009) :

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    23/34

    Tabel 3

    Pembagian Zone dan Kebisingan yang diperbolehkan

    No. Zona

    Tingkat Kebisingan (Dba)

    Maksimum Yang

    Dianjurkan

    Maksimum Yang

    Diperbolehkan

    1

    Zona A adalah zona yang

    diperuntukkan bagi

    tempat-tempat penelitian,

    rumah sakit, tempat

    perawatan kesehatan,

    atau sosal dan sejenisnya.

    35 45

    2

    Zona B adalah zona yang

    diperuntukkan bagi

    perusahaan, tempat

    pendidikan,, reksreasi

    dan sejenisnya.

    45 55

    3

    Zona C adalah zona yang

    diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan,

    perdagangan, pasar, dan

    sejenisnya.

    50 50

    4

    Zona D adalah zona yang

    diperuntukkan bagi

    industri pabrik, stasiun

    kereta, terminal bus dan

    sejenisnya.

    60 70

    Sumber : Leksono, 2009.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    24/34

    3.6 Kelembaban

    Kelembapan udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. jumlah uap

    air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecilsaja dari seluruh

    atmosfer, yaitu hanya kira-kira 2 % dari jumlah masa. Akan tetapi uap air inimerupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim.

    Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian

    dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-

    layang di udara. Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah, sedangkan awan

    melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang di kandung oleh hawa

    tergantung pada temperatur. Makin tingggi temperatur makin banyak uap air yang

    dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).

    Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya.

    Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya:

    Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau

    lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh angin (Handoko, 1994).

    Dalam kelembaban ini kita mengenal beberapa istilah yaitu kelembaban

    mutlak, kelembaban specifik dan kelembaban relatif. Kelembaban mutlak adalah

    massa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakkan dalam gram/ m,

    kelembaban specifik merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan

    massa udara yang dinyatakkan dalam gram/ kilogram, sedangkan kelembaban relatif

    merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air

    yang kandung panas dan temperatur tertentu yang dinyatakkan dalam persen ( % )

    (Kartasapoetra, 1990). Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran

    kelembaban udara yaitu metode pertambahan panjang dan berat pada benda-benda

    higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara

    umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika

    disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990).

    Terdapat beberapa standar pengukuran suhu yang ditetapkan oleh beberapa

    sumber yang diperoleh dari serangkaian penelitian yang telah teruji. Suhu yang

    nyaman 22 28 o C dan kelembaban 70-80% serta kecepatan gerak udara dalam

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    25/34

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    26/34

    penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat

    digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik,

    farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik ( Depkes RI. 2002)

    1. Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang

    memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong

    atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet

    pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi

    bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-

    benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,

    bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif (Wisaksono, 2001).

    2. Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup limbah yang berkaitan

    dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatanintensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

    mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit

    menular.

    3. Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota

    badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan

    atau otopsi.

    4. Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi

    atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,

    pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

    5. Limbah farmasi Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat

    kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi

    spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh

    pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan

    oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi

    obat-obatan.

    6. Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari

    penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses

    sterilisasi, dan riset.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    27/34

    7. Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi

    dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio

    nukleida. Limbah ini berbentuk padat, cair atau gas yang berasal dari

    tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis. (Hendro :

    2012)

    Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan

    sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini

    bisa berasal dari kantor atau administrasi (kertas), unit pelayanan (berupa karton,

    kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa

    pembungkus, sisa makanan atau bahan makanan, sayur dan lain-lain). (Hendro :

    2012)

    PengolahanLimbah medis harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan

    menjadi pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah (Singh: 2007)

    Faktor penting dalam penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat

    penyimpanan dengan penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak

    tercampur dengan limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat

    yang tepat. (Wikipedia : 2013)

    Pengelolaan sampah terdiri dari pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan,

    pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya

    mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya

    dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau

    keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya

    alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif

    dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.

    Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe

    zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

    Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-

    beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan,

    penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

    1. Penimbunan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    28/34

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    29/34

    Metode yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis

    tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang

    berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang

    berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis

    (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

    a. Incinerasi

    b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh C)

    c. bersuhu 121

    d. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

    formaldehyde)

    e. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan

    kimia sebagai desinfektan)f. Inaktivasi suhu tinggi

    g. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi)

    h. Microwave treatment

    i. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran

    sampah)

    j. Pemampatan/ pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume

    yang terbentuk

    Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji laboratorium tidak bisa

    diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahan-bahan itu mengandung

    logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi atau dinormalkan sebelum

    dilempar menjadi limbah tak berbahaya. Untuk foto rontgen misalnya, ada cairan

    tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup berbahaya. Setelah bahan ini

    digunakan. limbahnya dibuang.

    Banyak pihak yang menyadari tentang bahaya ini. Namun, lemahnya peraturan

    pemerintah tentang pengelolaan limbah rumah sakit mengakibatkan hingga saat ini

    hanya sedikit rumah sakit yang memiliki IPAL khusus pengolahan limbah cairnya.

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    30/34

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    31/34

    3.9 Pengukuran Kelelahan

    Kelelahan adalah keluhan yang sangat umum, dan biasanya disebabkan oleh gaya

    hidup. Seseorang merasa lelah karena banyak hal: tidur malam terlalu pendek, stres,

    bekerja keras, dll. Kelelahan juga disebabkan penyakit yang memerlukan diagnosis dan perawatan lebih lanjut, misalnya, penyakit jantung, sleep apnea (gangguan bernafas saat

    tidur), hipotiroidisme, anemia, diabetes atau bahkan kanker. Dalam kebanyakan kasus,

    perawatan yang paling efektif untuk kelelahan adalah istirahat dan tidur yang cukup.

    PENGUKURAN KELELAHAN SECARA UMUM

    Kuisioner 30 items kelelahan secara umum yang dimodifikasi dengan 4

    skala Likert:

    1. Apakah saudara merasa berat di bagian kepala?

    a. Tidak berat c. Berat

    b. Agak Berat d. Sangat berat

    2. Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan?

    a. Tidak Lelah c. Lelah

    b. Agak Lelah d. Sangat lelah

    3. Apakah kaki saudara merasa berat?

    a. Tidak berat c. Barat

    b. Agak berat d. Sangat berat

    4. Apakah saudara menguap?

    a. Tidak pernah c. Sering

    b. Jarang d. Hampir setiap saat

    5. Apakah pikiran saudara terasa kacau?

    a. Tidak kacau c. Kacau

    b. Agak kacau d. Sangat kacau

    6.

    Apakah saudara merasa mengantuk?a. Tidak mengantuk c. Mengantuk

    b. Agak mengantuk d. Rasa kantuk tak bisa ditahan

    7. Apakah saudara merasa ada beban pada mata?

    a. Tidak terasa c. Terasa

    b. Agak terasa d. Sangat terasa

    http://majalahkesehatan.com/9-gangguan-jantung-yang-wajib-anda-ketahui/http://majalahkesehatan.com/sleep-apnea-gangguan-tidur-yang-jarang-diketahui-orang/http://majalahkesehatan.com/penyebab-dan-penanganan-anemia/http://majalahkesehatan.com/bila-anda-terkena-diabetes-mellitus/http://majalahkesehatan.com/bila-anda-terkena-diabetes-mellitus/http://majalahkesehatan.com/penyebab-dan-penanganan-anemia/http://majalahkesehatan.com/sleep-apnea-gangguan-tidur-yang-jarang-diketahui-orang/http://majalahkesehatan.com/9-gangguan-jantung-yang-wajib-anda-ketahui/
  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    32/34

    8. Apakah saudara merasa kaku atau canggung saat bergerak?

    a. Tidak kaku c. Kaku

    b. Agak kaku d. sangat kaku

    9. Apakah saudara merasa sempoyongan saat berdiri?

    a. Tidak sempoyongan c. Sempoyongan

    b. Agak Sempoyongan d. Sangat sempoyongan

    10. Apakah ada perasaan ingin berbaring?

    a. Tidak ingin berbaring c. Ingin berbaring

    b. Agak ingin berbaring d. Keinginan ingin berbaring tidak dapat

    ditaha lagi

    11. Apakah saudara merasa susah berpikir?

    a. Tidak susah c. Susah b. Agak susah d. Sangat susah

    12. Apakah Saudara merasa lelah untuk berbicara?

    a. Tidak lelah c. Lelah

    b. Agak lelah d. Sangat lelah

    13. Apakah perasaan saudara menjadi gugup?

    a. Tidak gugup c. Gugup

    b. Agak gugup d. Sangat gugup

    14. Apakah saudara tidak bisa berkonsentrasi?

    a. Bisa berkonsetrasi c. Tidak bisa berkonsentrasi

    b. Agak Bisa Berkonsentrasi d. Sangat bisa berkonsentrasi

    15. Apakah saudara tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu?

    a. Dapat memusatkan perhatian c. Tidak dapat memusatkan perhatian

    b. Agak dapat memusatkan perhatian d. Perhatian sangat kacau

    16. Apakah saudara punya kecenderungan untuk lupa?

    a. Tidak ada kecenderungan lupa c. Cenderung lupa

    b. Aga cenderung lupa d. Sangat cenderung untuk lupa

    17. Apakah saudara merasa kurang percaya diri?

    a. Tetap percaya diri c. Kurang Percaya diri

    b. Agak kurang percaya diri d. Sangat kurang percaya diri

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    33/34

    18. Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu?

    a. Tidak cemas c. Cemas

    b. Agal cemas d. Sangat cemas

    19. Apakah saudara tidak dapat mengontrol sikap?

    a. Dapat mengontrol sikap c. Tidak dapat mengintrol sikap

    b. Agak dapat mengontrol sikap d. Sikap sangat tidak terkontrol

    20. Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan?

    a. Tekun c. Tidak tekun

    b. Agak tekun d. Sangat tekun

    21. Apakah saudara merasa sakit kepala?

    a. Tidak sakit c. Sakit

    b. Agak sakit d. Sangat sakit22. Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu?

    a. Tidak kau c. Kaku

    b. Agak kaku d. Sangat kaku

    23. Apakah saudara merasa nyeri di punggung?

    a. Tidak nyeri c. Nyeri

    b. Agak nyeri d. Sangat nyeri

    24. Apakah nafas saudara terasa tertekan?

    a. Tikdak tertekan c. Tertekan

    b. Agak tertekan d. Sangat tertekan

    25. Apakah saudara merasa haus?

    a. Tidak haus c. Haus

    b. Agak haus d. Sangat haus

    26. Apakah suara saudar terasa serak?

    a. Tidak serak c. serak

    b. Agak serak d. Sangat serak

    27. Apakah saudara merasa pening?

    a. Tidak pening c. Pening

    b. Agak pening d. Sangat pening

    28. Apakah kelopak mata saudara terasa kejang?

  • 8/11/2019 Proposal k3 Final Kel

    34/34

    a. Tidak kejang c. Kejang

    b. Agak kejang d. Sangat kejang

    29. Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor)?

    a. Tidak bergetar c. Bergetar

    b. Agak bergetar d. Sangat bergetar

    30. Apakah saudar merasa kurang sahat?

    a. Tetap segar c. kurang sehat

    b. Agak kurang sehat d. Sangat kurang sehat (sakit)