proposal karakterisasi - indah_audia_prabu
DESCRIPTION
pengajuan karakterisasi lanjutanTRANSCRIPT
-
PROPOSAL PENELITIAN
KARAKTERISASI LANJUTAN PASIR PANTAI PULAU PARI DI
KEPULAUAN SERIBU, JAWA DAN PASIR PANTAI TANJUNG
KASUARI DI KABUPATEN SORONG, PAPUA
Untuk pemenuhan tugas mata kuliah FI 4121 - Teknik Karakterisasi Material
Oleh :
Prabu Riansyah Sugara 10210102
Indah Darapuspa 10211008
Audia Faza Intifada 10212079
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pasir merupakan bahan alam yang tersedia sangat melimpah di Indonesia,
terkhusus pasir pantai, mengingat Indonesia merupakan Negara yang didominasi wilayah
perairannya. Pasir pantai merupakan komoditas penting untuk bahan bangunan dan
industri tambang. Pasir pantai banyak mengandung mineral berharga yang terdiri dari
unsur kapur, besi dan unsur lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk bahan
industri/bangunan. Pasir yang mengandung kapur dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan semen atau keramik. Untuk menghasilkan semen, dibutuhkan batu kapur
yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang mengandung silika
dioksida (SiO2).
Klasifikasi berdasarkan sifat fisik pasir dapat dibedakan berdasarkan bentuk,
ukuran, warna dan densitas pasir. Klasifikasi juga dapat dilakukan dengan melihat
perbedaan dari material kimiawi penyusun pasir. Selain di pantai, pasir juga banyak
terdapat di sungai-sungai. Pasir yang terdapat di pantai juga berasal dari sungai. Pasir di
sungai memiliki kemiripan tampilan fisik dengan pasir pantai.
Kepulauan Seribu merupakan wilayah gugusan kepulauan di Teluk Jakarta,
Indonesia. Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan
total luas wilayah daratan sebesar 8,7 km. Gugusan Kepulauan Seribu memiliki potensi
yang tidak kecil untuk pengembangan berbagai macam industri, antara lain
pertambangan, perikanan serta pariwisata. Kabupaten Sorong adalah sebuah wilayah
di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Daerah ini dikenal dengan sebutan Daerah Minyak,
di mana Nederlands Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) mulai melakukan
aktivitas pengeboran minyak bumi di Sorong sejak tahun 1935. Kabupaten ini merupakan
salah satu penghasil minyak utama di Indonesia.[4]
Kabupaten Sorong terbagi dalam
wilayah daratan seluas 8.457 Km2 dan wilayah lautan seluas 5.146 Km2. Sedangkan
jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sorong adalah tanah latosal putih yang terdapat di
pinggiran pantai Tanjung Kasuari.
Kepulauan Seribu dan Pantai di Kabupaten Sorong merupakan contoh kawasan
yang memiliki banyak pantai dengan kandungan mineral yang bermacam-macam dan
-
berpotensi mengandung kapur, namun demikian secara umum informasi tentang
karakterisitik dan kandungan mineral pasir pantai di daerah tersebut masih minim. Oleh
karena itu penelitian ini penting dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik dan
kandungan mineral yang terdapat di pasir pantai Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Jawa
dan pasir pantai Tanjung Kasuari di Kabupaten Sorong, Papua. Hasil studi ini diharapkan
dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dan kandungan mineral pada dua
lokasi tersebut, dimana pasir yang terdapat pada dua lokasi tersebut memiliki perbedaan
tampilan warna secara visual. Dengan diketahuinya karakteristik dan kandungan mineral
yang terdapat pada pasir pantai ini, maka dapat dikaji potensi teknis dan ekonomisnya
untuk dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Salah satu metode yang telah digunakan untuk karakterisasi pasir ini adalah
karakterisasi SEM-EDS (Scanning Electron Microscope - Electron Dispersive
Spectrocopy). Karakterisasi SEM-EDS digunakan untuk melakukan analisa
struktur/morfologi (bentuk) pada permukaan partikel dan analisa semi kuantitatif dari
sampel yaitu mengetahui komposisi material yang terbentuk.
Selain karakterisasi SEM-EDS, dibutuhkan teknik karakterisasi lanjutan untuk
mengetahui karakteristik lainnya dari pasir pantai. Karakterisasi lanjutan yang diharapkan
dapat dilakukan adalah karakterisasi XRD (X-ray Diffractometer) dan karakterisasi HR-TEM
(High Resolution- Transmission Electron Microscope).
Karakterisasi XRD memberikan informasi tentang kristalinitas dari sampel, berupa jenis
fasa kristal, kualitas kekristalan dan ukuran kristal dalam sampel. Karakterisasi TEM
(Transmission Electron Microscope) merupakan alat karakterisasi yang saat ini paling teliti
memberikan informasi mengenai morfologi permukaan dan ukuran partikel dengan orde
nanometer. Dengan alat ini, dapat diamati jelas ukuran panjangnya. Dengan karakerisasi HR-
TEM, dapat diamati posisi atom dalam partikel yang dianalisis.
II. JUDUL PENELITIAN
KARAKTERISASI LANJUTAN PASIR PANTAI PULAU PARI DI KEPULAUAN
SERIBU, JAWA DAN PASIR PANTAI TANJUNG KASUARI DI KABUPATEN SORONG,
PAPUA
-
III. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini tercangkup dalam lingkup Fisika material. Secara khusus mengkaji
karakterisasi sifat dan kandungan mineral pada pasir pantai Pulau Pari di Kepulauan Seribu,
Jawa dan pasir pantai Tanjung Kasuari di Kabupaten Sorong, Papua.
IV. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui struktur kristal yang ada di dalam pasir pantai Pulau Pari di Kepulauan Seribu,
Jawa dan pasir pantai Tanjung Kasuari di Kabupaten Sorong, Papua
2. Mengetahui kandungan unsur/senyawa mineral yang ada di dalam pasir pantai Pulau Pari di
Kepulauan Seribu, Jawa dan pasir pantai Tanjung Kasuari di Kabupaten Sorong, Papua
3. Membandingkan pasir pantai Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Jawa dan pasir pantai Tanjung
Kasuari di Kabupaten Sorong, Papua
V. WAKTU KEGIATAN
Penelitian ini akan dilakukan dalam rentang waktu Bulan Desember 2015.
-
BAB II
TEORI DASAR
I. PASIR PANTAI
Pasir adalah mineral endapan (sedimen) yang memiliki ukuran butir 0,074-0,075
mm dengan ukuran kasar (3-5mm) dan halus (
-
Gambar 1. Deskripsi roundness dan sphericity untuk bentuk pasir dan ukuran butiran (Dyer, 1986).
II. KARAKTERISASI SEM-EDS
Elektron memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada cahaya. Cahaya hanya
mampu mencapai 200nm sedangkan elektron bisa mencapai resolusi sampai 0,1 0,2
nm. Disamping itu dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa
jenis pantulan yang berguna untuk keperluan karakterisasi.
Pada sebuah SEM (Scanning Electron Microscope) terdapat beberapa peralatan
utama antara lain:
- Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah melepas
elektron misal tungsten.
- Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan negatif
dapat dibelokkan oleh medan magnet.
- Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul udara
yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh tumbukan
sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara menjadi sangat
penting.
-
Prinsip kerja dari SEM adalah sebagai berikut:
- Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan anoda.
- Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
- Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan diarahkan
oleh koil pemindai.
- Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron baru
yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor.
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
Gambar 2. Skema SEM
Namun untuk mengenali jenis atom dipermukaan yang mengandung multi atom
para peneliti lebih banyak mengunakan teknik EDS (Energy Dispersive Spectroscopy).
Sebagian besar alat SEM dilengkapi dengan kemampuan ini, namun tidak semua SEM
punya fitur ini. EDS dihasilkan dari Sinar X karakteristik, yaitu dengan menembakkan
sinar X pada posisi yang ingin kita ketahui komposisinya. Maka setelah ditembakkan
pada posisi yang diinginkan maka akan muncul puncak puncak tertentu yang mewakili
suatu unsur yang terkandung. Dengan EDS kita juga bisa membuat elemental mapping
(pemetaan elemen) dengan memberikan warna berbeda beda dari masing masing
-
elemen di permukaan bahan. EDS bisa digunakan untuk menganalisa secara kunatitatif
dari persentase masing masing elemen.
Aplikasi dari teknik SEM EDS dirangkum sebagai berikut:
- Topografi: Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan, reflektivitas dsb). - Morfologi: Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel. - Komposisi: Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif dan
kualitatif. Sedangkan kelemahan dari teknik SEM antara lain :
- Memerlukan kondisi vakum. - Hanya menganalisa permukaan. - Resolusi lebih rendah dari TEM. - Sampel harus bahan yang konduktif, jika tidak konduktor maka perlu dilapis logam
seperti emas.
-
BAB III
METODOLOGI
I. METODE KARAKTERISASI LANJUTAN
1. Karakterisasi XRD
Spektroskopi difraksi sinar-X (X-ray diffraction/XRD) merupakan salah satu
metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran
partikel.
Difraksi sinar-X terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom
dalam sebuah kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut
memberikan interferensi yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk
mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :
n. = 2.d.sin ; n = 1,2,... (1)
dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarak antara dua
bidang kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan n adalah
bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.
Berdasarkan persamaan Bragg, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada sampel
kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang
gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang dibiaskan akan
ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin
banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang
dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal
yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi. Puncak-puncak yang
didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi sinar-
X untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS.
Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam karakterisasi material adalah
kemampuan penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat tinggi akibat panjang
gelombangnya yang pendek. Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 0,5-2,0 mikron. Sinar ini dihasilkan dari penembakan logam dengan elektron
berenergi tinggi. Elektron itu mengalami perlambatan saat masuk ke dalam logam dan
-
menyebabkan elektron pada kulit atom logam tersebut terpental membentuk kekosongan.
Elektron dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat kosong dengan memancarkan
kelebihan energinya sebagai foton sinar-X.
Metode difraksi sinar X digunakan untuk mengetahui struktur dari lapisan tipis
yang terbentuk. Sampel diletakkan pada sampel holder difraktometer sinar X. Proses
difraksi sinar X dimulai dengan menyalakan difraktometer sehingga diperoleh hasil
difraksi berupa difraktogram yang menyatakan hubungan antara sudut difraksi 2 dengan
intensitas sinar X yang dipantulkan.
Untuk difraktometer sinar X, sinar X terpancar dari tabung sinar X. Sinar X
didifraksikan dari sampel yang konvergen yang diterima slit dalam posisi simetris dengan
respon ke fokus sinar X. Sinar X ini ditangkap oleh detektor sintilator dan diubah
menjadi sinyal listrik. Sinyal tersebut, setelah dieliminasi komponen noisenya, dihitung
sebagai analisa pulsa tinggi. Teknik difraksi sinar x juga digunakan untuk menentukan
ukuran kristal, regangan kisi, komposisi kimia dan keadaan lain yang memiliki orde yang
sama.
Ketika sinar X menumbuk kristal, sebenarnya elektron yang terdapat di sekeliling
atom atau ionlah yang menyebabkan terjadinya pemantulan. Makin banyak jumlah
elektron yang terdapat disekeliling atom pada suatu bidang, makin besar intensitas
pemantulan yang disebabkan oleh bidang tersebut dan akan mengakibatkan makin
jelasnya spot yang terekam dalam film. Dengan menggunakan metode sintesis fourier,
kita dapat menghubungkan intensitas spot dengan kepekatan distribusi elektron dalam
unit sel. Dengan mengamati kepekatan dalam unit sel, kita dapat menduga letak atom
dalam unit sel tersebut. Atom akan terletak pada daerah-daerah yang mempunyai
kepekatan distribusi elektron maksimum.
Dengan menggunakan metode difraksi sinar X, struktur molekul yang sangat
kompleks dapat ditentukan. Misalnya struktur DNA yang sangat kompleks dapat
ditentukan dengan metode sinar X seperti yang telah dilakukan oleh Crick, Wilkins dan
Watson.
Sampel disiapkan dengan langkah sebagai berikut:
- Ambil sepersepuluh berat sample (murni lebih baik/diambil yang murni
pasir saja, pengotornya disisihkan)
-
- Gerus sample dalam bentuk bubuk. Ukuran kurang dari ~10 m atau 200-
mesh lebih disukai
- Letakkan dalam sample holder
- Harus diperhatikan agar mendapatkan permukaan yang datar dan
mendapatkan distribusi acak dari orientasi-orientasi kisi
- Untuk analisa dari tanah liat yang memerlukan single orientasi, teknik-
teknik yang khusus untuk persiapan tanah liat telah diberikan oleh USGS
Pengumpulan data dilakukan dengan intensitas sinar-X yang didifraksikan secara
terus-menerus direkam sebagai contoh dan detektor berputar melalui sudut mereka
masing-masing. Sebuah puncak dalam intensitas terjadi ketika mineral berisi kisi-kisi
dengan d-spacings sesuai dengan difraksi sinar-X pada nilai Meski masing-masing
puncak terdiri dari dua pemantulan yang terpisah (K1 dan K2), pada nilai-nilai kecil
dari 2 lokasi-lokasi puncak tumpang-tindih dengan K2 muncul sebagai suatu
gundukan pada sisi K1. Pemisahan lebih besar terjadi pada nilai-nilai yang lebih
tinggi.
Kegunaan dan aplikasi XRD adalah sebagai berikut:
- Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
- Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
- Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal
- Karakterisasi material kristal
- Identifikasi mineral-mineral yang berbutir seperti pasir
- Penentuan dimensi-dimensi sel satuan
2. Karakterisasi HR-TEM
Sama seperti SEM, TEM juga digunakan untuk mengkarakterisasi suatu material,
biasanya untuk material berukuran nanometer. Namun TEM memiliki resolusi yang lebih
tinggi daripada SEM. Bahkan HR-TEM dapat menentukan posisi-posisi atom dalam
material yang dianalisis.
Pada TEM, digunakan berkas electron energi tinggi kepada material yang sudah
disiapkan dalam ukuran yang sangat tipis. Material harus sangat tipis agar electron dapat
menembus material tersebut. Bagian yang keras dari material akan menyebabkan
-
sedikitnya berkas elektron yang diteruskan. Kemudian seluruh hasilnya berupa gambar
yang akan diolah melalui program computer.
Sebuah TEM memiliki tabung sinar katoda atau filamen sebagai sumber untuk
menghasilkan elektron yang baik. Dalam ruang vakum, elektron dipercepat menuju
spesimen yang diberikan dengan memberikan beda potensial antara katoda dan anoda.
Serangkaian magnet dan lubang logam digunakan untuk memfokuskan electron yang
kemudian menumbuk material dan berinteraksi sesuai dengan kerapatan dan muatan
material.
-
BAB IV
HASIL DAN DISKUSI AWAL
I. MATERIAL
Material yang kita gunakan adalah pasir pantai dari dua lokasi berbeda yaitu dari
Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Jawa dan pantai Tanjung Kasuari di Kabupaten Sorong, Papua.
Gambar 3. Pasir pantai Pulau Pari di Kepulauan Seribu (kiri), Pasir pantai Tanjung Kasuari di
Sorong, Papua (kanan)
II. HASIL KARAKTERISASI
1. Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscope)
Hasil pengamatan bentuk butiran pasir (Gambar 4a dan 4b), terlihat bahwa secara
umum bentuk butiran di kedua lokasi membentuk bola (spherical), dengan roundness dan
sphericity pada pasir pantai Tanjung Kasuari lebih tinggi dibandingkan pasir pantai
Kepulauan Seribu. Pada pasir pantai Kepulauan Seribu, bentuk butiran yang diperoleh
terlihat lebih kasar dan kurang beraturan (Gambar 4a), maknanya, semakin tinggi nilai
roundness atau membundar bentuk suatu pasir dapat menunjukkan bahwa butiran
tersebut telah mengalami proses transport yang lebih jauh sehingga mengakibatkan
ukuran butiran pasir semakin kecil atau halus[5]
.
Penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa bentuk partikel dihasilkan oleh
abrasi selama transportasi, dimana terjadi tumbukan antar partikel atau dengan batuan
dasar sehingga merubah bentuk dari menyudut/meruncing menjadi membundar. Semakin
jauh jarak yang ditempuh maka semakin kompleks dan semakin membundar bentuk
-
partikel tersebut. Sphericity adalah ukuran yang menggambarkan kecenderungan suatu
bentuk butir ke arah bentuk membola[7]
.
(a) (b)
Gambar 4. Citra TEM dengan perbesaran 100x dan penembakan elektron dengan kekuatan 15kV.
a) Pasir Pantai Pulau Pari, Kepulauan Seribu, b) Pasir pantai Tanjung Kasuari, Sorong, Papua
Gambar 5. Citra TEM dengan perbesaran 2500x dan penembakan elektron dengan kekuatan 15kV.
a) Pasir Pantai Pulau Pari, Kepulauan Seribu, b) Pasir pantai Tanjung Kasuari, Sorong, Papua
Morfologi pasir teramati pada gambar 5(a) dan 5(b), dimana pasir pantai Kepulauan Seribu
memiliki struktur yang lebih halus dan padat, sementara pasir pantai Papua tampak kasar dan berongga.
Hal ini dipengaruhi oleh lokasi kedua pantai yang kontras. Pantai Kepulauan Seribu merupakan daerah di
tengah laut dengan jenis tanah/pasir di setiap pulaunya tidak jauh berbeda dengan area lepas pantai.
Sementara pasir di pantai Papua mendapat pengaruh dari tanah dan batuan dari daratan pulau tersebut
-
sehingga struktur pasir pantainya cenderung kasar dan berongga. Perbedaan morfologi pasir pantai ini
menarik sebab menunjukkan adanya perbedaan kandungan mineral di dua wilayah yang berbeda meski
keduanya masih di daerah khatulistiwa. Dengan hasil ini, perlu dilakukan karakterisasi lebih lanjut untuk
mendapatkan karakteristik spesifik dari kedua jenis pasir pantai tersebut.
2. Karakterisasi EDS (Electron Difraction Spectrocopy)
a. Pasir Pantai Pulau Pari, Kepulauan Seribu
ZAF Method Standardless Quantitative Analysis (Oxide)
Fitting Coefficient: 0.2990
Total Oxide: 24.0
Element (keV) Mass% Error% Mol% Compound Mass% Cation K
C K 0.277 35.14 0.23 71.30 C 35.14 0.00 24.8112
O 18.06
Na K 1.041 2.37 0.21 1.25 Na2O 3.19 2.19 2.6976
Mg K 1.253 0.50 0.22 0.50 MgO 0.83 0.44 0.5476
Al K 1.486 0.70 0.24 0.32 Al2O3 1.32 0.55 0.8792
Si K 1.739 0.37 0.29 0.32 SiO2 0.78 0.28 0.5310
Cl K 2.621 3.11 0.14 2.14 Cl 3.11 0.00 5.4993
Ca K 3.690 39.75 0.34 24.17 CaO 55.62 21.08 65.0341
Total 100.00 100.00 100.00 24.54
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
keV
0
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
3200
3600
4000
Counts
CK
aO
Ka
NaK
aM
gK
aA
lKa
SiK
a
ClK
aC
lKb
CaK
a
CaK
b
-
b. Pasir pantai Tanjung Kasuari, Sorong, Papua
Berdasarkan hasil karakterisasi EDS di atas, kedua pasir memiliki persen massa tiap
elemen yang tidak jauh berbeda. Pasir pantai Kepulauan Seribu maupun pantai Papua banyak
mengandung Ca, O, dan C. Terlihat pula adanya kandungan Na dan Cl, ini menunjukkan adanya
garam yang terserap dalam pasir. Berdasarkan hipotesis, diperkirakan pasir pantai akan memiliki
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
keV
0
400
800
1200
1600
2000
2400
2800
3200
3600
4000C
ounts
CK
aO
Ka
NaK
aM
gK
aA
lKa
SiK
a
ClK
aC
lKb
CaK
a
CaK
b
ZAF Method Standardless Quantitative Analysis
Fitting Coefficient: 0.2859
Element (keV) Mass% Error% Atom% Compound Mass% Cation K
C K 0.277 19.56 0.14 31.47 15.0773
O K 0.525 39.70 0.34 47.96 13.8148
Na K 1.041 1.53 0.10 1.29 1.7498
Mg K 1.253 0.30 0.08 0.24 0.3341
Al K 1.486 0.36 0.08 0.26 0.4695
Si K 1.739 0.26 0.08 0.18 0.4060
Cl K 2.621 2.37 0.09 1.29 4.5075
Ca K 3.690 35.92 0.15 17.32 63.6409
Total 100.00 100.00
-
kandungan mineral Fe, Ti, Mg, Al, atau Si yang tinggi. Namun pada kedua pasir di atas,
kandungan ini hanya sedikit, yaitu Si, Al, dan Mg. Hal ini dimungkinkan oleh tercampurnya
serpihan kerang dan batu karang dalam pasir yang dikarakterisasi. Selain itu, tidak ada metode
pembersihan khusus untuk mendapat sample pasir yang steril sehingga dimungkinkan adanya
kontaminasi unsur-unsur luar pada permukaan pasir dan terdeteksi dengan kadar cukup tinggi
saat dilakukan EDS.
-
BAB V
PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat dengan tujuan agar dapat dipertimbangkan dan
disetujui. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Bandung, 7 Desember 2015
Tim Penulis
-
DAFTAR PUSTAKA
[1] Webster, J.R., P.K. Roy, S.W. Ryan, A.C. Christopher. 2003. Heavy Mineral Analysis of
Sandstones by Rietveld Analysis. JCPDS - International Centre for Diffraction Data. Advances in
X-ray Analysis, 46: 198-203.
[2] Holtz, R. D. dan Kovacs, W. D. 1981. An introduction to geotechnical engineering. Prentice Hall,
New Jersey.
[3] Sundararajan, M., K.H. Bhat, S. Velusamy. 2010. investigation on mineralogical and chemical
characterization of ilmenite deposits of Northern Keral Coast, India. Research Journal of Earth
Sciences, 2(2):36-40.
[4] Friedmen, G. M., J. E. Sanders. 1978. Principles of sedimentology, John Wiley
dan Sons, New York.
[5] Tucker, M.E. 1991. Sedimentary petrology-an introduction to the origin of sedimentary rocks,
2nd edition. Blackwell Scientific Publication, Oxford.