proposal penelitian

35
JUDUL PENELITIAN Uji Disolusi dengan Metode Dayung dan Penetapan Kadar Amiodaron Hidroklorida dalam Tablet Kendaron Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ABSTRAK Tablet kendaron merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan aritmia jantung seperti aritmia ventrikel, fibrilasi ventrikel yang berulang, takikardia ventrikel yang tidak stabil, dan aritmia supraventrikel. Tablet kendaron mengandung zat aktif amiodaron hidroklorida yang kerjanya memperlambat repolarisasi dan memperpanjang potensial aksi serta periode refrakter pada semua jaringan jantung. Banyaknya zat aktif yang terdisolusi dalam tubuh perlu ditetapkan untuk mengetahui efek terapi yang diberikan dalam tubuh, selain itu besarnya kandungan zat aktif dalam tablet kendaron harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Percobaan ini bertujuan menetapkan kadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi dengan metode dayung dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet kendaron. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan spesifikasi yang mengacu pada United States Pharmacopeia 36 th Edition. Page | 1

Upload: fadhilah-pertiwi

Post on 15-Sep-2015

39 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

...

TRANSCRIPT

JUDUL PENELITIANUji Disolusi dengan Metode Dayung dan Penetapan Kadar Amiodaron Hidroklorida dalam Tablet Kendaron Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

ABSTRAKTablet kendaron merupakan obat yang digunakan untuk pengobatan aritmia jantung seperti aritmia ventrikel, fibrilasi ventrikel yang berulang, takikardia ventrikel yang tidak stabil, dan aritmia supraventrikel. Tablet kendaron mengandung zat aktif amiodaron hidroklorida yang kerjanya memperlambat repolarisasi dan memperpanjang potensial aksi serta periode refrakter pada semua jaringan jantung. Banyaknya zat aktif yang terdisolusi dalam tubuh perlu ditetapkan untuk mengetahui efek terapi yang diberikan dalam tubuh, selain itu besarnya kandungan zat aktif dalam tablet kendaron harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.Percobaan ini bertujuan menetapkan kadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi dengan metode dayung dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet kendaron. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan spesifikasi yang mengacu pada United States Pharmacopeia 36th Edition.Percobaan dilakukan dengan dua tahap yaitu tahap preparasi dan tahap penetapan. Uji disolusi tablet kendaron dilakukan menggunakan alat Dissolution Tester dengan metode dayung. Penetapan kadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet kendaron ditetapkan dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan detektor Ultraviolet pada panjang gelombang 240 nm.Dari percobaan yang akan dilakukan, diperkirakan rata-rata kadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi di atas 90% dan rata-rata kadar amiodaron hidroklorida di atas 90 %.

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAritmia adalah kondisi irama jantung berdenyut tidak menentu (menjadi lebih cepat, lebih lambat, atau tidak teratur) yang disebabkan oleh kelainan pembentukan rangsangan elektrik dan gangguan konduksi rangsangan melalui miokardium. Dalam kasus aritmia jantung, diperlukan penanganan dan pengobatan yang tepat. Salah satu langkah penanganan dan pengobatan yang dapat diberikan adalah dengan memberikan obat antiaritmia seperti tablet Kendaron. Tablet Kendaron merupakan salah satu obat antiaritmia yang mengandung zat aktif amiodaron hidroklorida yang dapat bekerja memperlambat repolarisasi dan memperpanjang potensial aksi serta periode refrakter pada semua jaringan jantung. Pengujian mutu terhadap produk tablet Kendaron yang dihasilkan perlu dilakukan untuk menjamin bahwa obat aman untuk dikonsumsi dan dapat memberikan efek terapi terhadap tubuh. Dalam pengujian mutu produk obat, parameter uji yang dapat dilakukan diantaranya melakukan uji disolusi dengan metode dayung dan penetapan kadar zat aktif terhadap produk jadi tablet Kendaron. Banyaknya zat aktif yang terdisolusi dalam tubuh perlu ditetapkan dengan tujuan mengetahui efek terapi yang diberikan dalam tubuh. Hal ini dapat diketahui melalui uji disolusi. Selain itu, besarnya kadar zat aktif dalam tablet Kendaron harus sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan agar dosisnya tidak melebihi atau terlalu rendah sehingga dapat memberikan pengobatan yang maksimal.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disusun dalam penelitian ini sebagai berikut:1. Apakah kadar zat aktif amiodaron hidroklorida pada sediaan tablet Kendaron sudah memenuhi persyaratan dari perusahaan?1. Apakah kegunaan amiodaron hidroklorida pada tubuh?C. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan menetapkan kadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi dengan metode dayung dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet Kendaron. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan spesifikasi perusahaan yang mengacu pada United states pharmacopeia 36th edition.

D. Manfaat PenelitianPenelitian ini memiliki beberapa manfaat diantara lain : Bagi Industri : 1. Meningkatkan kualitas produk obat tablet yang diproduksi industri.1. Meyakinkan konsumen bahwa obat tablet yang diproduksi telah memenuhi spesifikasi yang sesuai. Bagi Mahasiswa :1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai uji spesifikasi obat.1. Penyelesaian tugas akhir.E. Ruang Lingkup PenelitianRuang lingkup penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu preparasi dan penetapan. Tahap preparasi meliputi tahap preparasi fasa gerak, preparasi media disolusi, preparasi larutan standar, dan preparasi larutan contoh. Tahap preparasi contoh yang dilakukan terdiri atas preparasi contoh uji disolusi dan penetapan kadar zat aktif.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Obat AntiaritmiaObat antiaritmia adalah senyawa yang digunakan untuk memperbaiki atau memodifikasi irama jantung sehingga menjadi normal. Aritmia jantung disebabkan oleh kelainan pembentukan rangsangan elektrik dan gangguan konduksi rangsangan melalui miokardium. Kerja obat antiaritmia adalah dengan memodifikasi secara langsung ataupun tidak langsung makromolekul yang mengontrol aliran ion transmembran miokardial (SISWANDONO, 1995).

B. Amiodaron HidrokloridaAmiodaron hidroklorida merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia C25H29I2NO3. HCl. Senyawaan ini berbentuk serbuk kristalin berwarna putih atau praktis putih, halus, larut dalam diklorometan, larut dalam metanol, dan sangat sedikit larut dalam air. Amiodaron hidroklorida mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C25H29I2NO3. HCl, dihitung dari zat yang telah dikeringkan (UNITED STATES PHARMACOPEIA, 2013).Amiodaron memiliki kesamaan struktur dengan hormon tiroid yang bersifat sangat lipofilik (YUNIADI, 2009). Berikut struktur kimia amiodaron hidroklorida:

Gambar 1. Struktur Kimia Amiodaron Hidroklorida (YUNIADI, 2009)FarmakologiAmiodaron adalah suatu antiaritmia yang memiliki sifat-sifat elektrofisiologi yang kompleks. Selain itu, amiodaron juga memiliki sifat farmakokinetik yang tidak biasa, dan beberapa efek samping yang serius (YUNIADI, 2009).Amiodaron termasuk obat golongan III yang bekerja dengan memperlambat repolarisasi dan memperpanjang potensial aksi serta periode refrakter pada semua jaringan jantung. Amiodaron memiliki efek blok terhadap beberapa kanal (misalnya kanal K+ serta kanal Na+ inaktif) serta adrenoseptor . Amiodaron seringkali efektif ketika obat-obat lain telah gagal namun penggunaannya terbatas pada pasien-pasien yang tidak mendapat hasil efektif dengan obat-obat lain (NEAL, 2006).Amiodaron memiliki bioavailabilitas yang sangat bervariasi, yaitu berkisar antara 22 hingga 95%. Absorpsinya meningkat bila diminum bersamaan dengan makanan. Karena bersifat larut dalam lemak maka amiodaron ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di jaringan lemak dan otot, hati, paru dan kulit. Amiodaron juga dapat menembus sawar plasenta dan ditemukan pada air susu ibu (YUNIADI, 2009). Interaksi ObatInteraksi obat amiodaron dengan obat-obat lain tercatat ada 230 interaksi mayor, 262 interaksi sedang, dan 79 interaksi minor. Suatu jumlah yang perlu mendapat perhatian serius dokter yang meresepkanya. Amiodaron menyebabkan pemanjangan interval QT, oleh karena itu pemberian obat-obat yang dapat menimbulkan hipokalemia dan atau hipomagnesemia harus dihindari karena dapat meningkatkan risiko aritmia ventrikel. (YUNIADI, 2009). Berikut adalah interaksi obat amiodaron (JOHNSON, 1991): Antikoagulan (oral) seperti wafarin. Amiodaron dapat meningkatkan efek warfarin. Amiodaron meningkatkan efek warfarin dengan cara inhibisi CYP450 2C9 yang berfungsi untuk metabolisme S-warfarin di hepar. Keadaan yang serupa akan terjadi juga pada antikoagulan oral yang lain sehingga dapat menimbulkan hipoprotrombinemia dan perdarahan. Peningkatan efek antikoagulan terjadi setelah pemberian amiodaron satu minggu atau lebih dan bertahan beberapa bulan setelah amiodaron dihentikan. Digoksin, kuinidin, procainamide dan penitoin. Amiodaron dapat meningkatkan level serum dan efek obat-obat tersebut. Digoksin, -blokers dan verapamil dapat menyebabkan sinus arrest bila diberikan bersamaan dengan amiodaron. Disopiramid, kuinidin, meksiletin atau propafenone ditambahkan amiodaron dapat menyebabkan aritmia ventrikular. Hypokalemia atau kekurangan kalium dapat meningkatkan resiko dari amiodaron yang menyebabkan aritmia ventrikular.Efek SampingAmiodaron dapat menyebabkan mual, muntah, anoreksia, nyeri pada perut dan sembelit. Efek lain termasuk sakit kepala, lesu, nyeri otot, ataksia, tremor, parestesia (sensasi kulit abnormal seperti terbakar atau menusuk-nusuk), depresi, susah tidur, mimpi buruk, dan berhalusinasi. Neuropati perifer, disertai dengan perubahan histologis dalam serabut syaraf juga dapat terjadi. Amiodaron dapat menyebabkan reaksi fotosensitivitas. Efeknya terhadap sistem sistem kardiovaskular termasuk depresi miokardial, hipotensi, blok SA, blok AV, aritmia ventrikular, sindrom gagal jantung kongestif, terhentinya pompa jantung secara mendadak, syok kardiogenik. Hipersensitivitas pneumonia dan firosis paru terjadi pada beberapa pasien yang menggunakan obat ini. Kadar serum yang tinggi juga terjadi pada pengguna obat ini (JOHNSON, 1991).

Kontra IndikasiAmiodaron memiliki kontraindikasi terhadap sinus node dysfunction yang hebat, sinus bradikardia dan sino-atrial heart block. Obat ini juga memiliki kontraindikasi tehadap pasien dengan pengalaman bradikardia yang menyebabkan pingsan kecuali digunakan alat pacu jantung. Kontraindikasi amiodaron juga termasuk terhadap penderita hepatitis akut. Obat ini tidak boleh digunakan kepada pasien yang menunjukkan radiografi kelainan interstitial paru-paru (JOHNSON, 1991).DosisDosis penggunaan obat amiodaron hidroklorida (JOHNSON, 1991):1. Dewasa (oral): Untuk aritmia ventrikular yang sulit disembuhkan, sebanyak 800 mg sampai 1,6 g awalnya sehari-hari, diikuti dengan 500 sampai 800 mg setiap hari setelah satu atau dua minggu, kemudian 400 sampai 600 mg setiap hari lalu gunakan dosis terendah. Untuk aritmia supraventrikular, sebanyak 600 mg setiap hari yang dibagi dalam tiga dosis untuk satu minggu, diikuti dengan 200 sampai 400 mg setiap hari, setelah itu gunakan dosis terendah. Untuk bradikardia-takikardia (dengan menggunakan alat pacu jantung di tempat), awalnya 200 mg dua kali setiap hari, diikuti dengan 200 sampai 600 mg setiap hari.2. Anak-anak (dengan bradikardia-takikardia) digunakan dosis 3 sampai 20mg/kg setiap hari.

C. Uji DisolusiUji disolusi merupakan uji in vitro, yaitu uji yang dilakukan di luar tubuh dengan menggunakan suatu peralatan dengan kondisi pengujian mirip dengan kondisi saluran pencernaan manusia. Semua tablet dalam United states pharmacopeia harus melalui pengujian uji disolusi secara resmi dengan alat uji khusus (ANSEL, 2008).Uji disolusi bertujuan menunjukkan penglepasan obat dalam tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju penglepasam obat seragam pada setiap batch dan harus sama dengan laju penglepasan dari batch yang telah dibuktikan berbioavaibilitas dan efektif secara klinis (LACHMAN dkk, 2008). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi tersebut adalah:0. Sifat-sifat fisika kimia obat Sifat-sifat fisika kimia meliputi kelarutan, bentuk kristal, hidrat solvasi, dan kompleksasi serta ukuran partikel.2. Faktor formulasi sediaanBerkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan pengolahan (processing). Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan zat aktif yang terkandung di dalamnya.3. Faktor alat uji disolusi dan parameter disolusiFaktor dari alat disolusi dan parameter disolusi seperti wadah, suhu, media pelarutan, dan alat disolusi yang digunakan, dan faktor-faktor lain seperti bentuk sediaan, lama penyimpanan dan kondisi penyimpanan produk (SHARGEL DAN ANDREW, 1988).Alat DisolusiMenurut DEPARTEMEN KESEHATAN RI (1995) alat disolusi digolongkan menjadi dua, yaitu Alat 1 (metode rotating basket) dan Alat 2 (metode paddle). Gambar alat 1 dapat dilihat pada Gambar 2 dan gambar alat 2 dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Alat 1 (Metode Rotating Basket) (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995)

Gambar 3. Alat 2 (Metode Paddle)(DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995)

Interpretasi DataPersyaratan disolusi dipenuhi apabila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Pengujian dilanjutkan hingga tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 dan S2. Harga Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut seperti yang tertera dalam masing-masing monografi, dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket, angka 5% dan 15% dalam tabel adalah persentase kadar pada etiket (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995). Tabel penerimaan hasil uji disolusi dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 1. Penerimaan Hasil Uji Disolusi (DEPARTEMEN KESEHATAN RI, 1995)TahapJumlah Yang Di UjiKriteria Penerimaan

S16Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q5%

S26Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q15%

S312Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari dua unit sediaan yang lebih kecil dari Q 15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25%

D. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)Menurut MULJA dan SUHARMAN (1995) HPLC adalah istilah yang umum dipakai di dunia internasional yang mengandung dualisme pengertian yaitu high performance liquid chromatography dan high pressure liquid chromatography. Beberapa ilmuwan di Indonesia mempopulerkan istilah KCKT singkatan dari kromatografi cair kinerja tinggi sebagai pengganti istilah HPLC. Analisis dengan KCKT bertujuan untuk mendapatkan pemisahan yang baik dalam waktu proses yang relatif singkat, sehingga diperlukan penatalaksanaan yang sudah dipersiapkan dan diperhitungkan, antara lain: Dipilih pelarut pengembang atau pelarut pengembang campuran yang sesuai untuk komponen yang akan dipisahkan. Berkaitan dengan pemilihan pelarut pengembang (solvent) maka kolom yang dipakai juga harus diperhatikan. Detektor yang memadai. Pengalaman dasar KCKT yang baik serta pengalaman dan keterampilan kerja yang baik.Beberapa keuntungan metode KCKT adalah dapat dilakukan pada suhu kamar, detektor KCKT dapat divariasi, pelarut pengembang dan kolom yang dapat digunakan berulang kali, serta ketepatan dan ketelitian yang relatif tinggi. KCKT mempunyai syarat untuk senyawa yang dipisahkan, yaitu cuplikan harus larut di dalam zat cair selain itu KCKT dapat dipakai untuk sebagian besar senyawa yang tidak mudah menguap dan senyawa yang berbobot molekul tinggi. KCKT dapat dipakai untuk senyawa anorganik yang sebagian besar tidak mudah menguap dan senyawa yang tidak tahan panas dapat ditangani dengan mudah (GRITTER dkk, 1991).

InstrumentasiKromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) terdiri dari pompa yang mendorong fase gerak ke dalam suatu sistem, suatu injektor untuk memasukkan contoh, kolom untuk memisahkan komponen dalam contoh, detektor untuk mendeteksi setiap komponen yang keluar dari kolom dan peralatan pengumpul data seperti komputer, integrator atau perekam. Instrumentasi KCKT dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Instrumentasi Kromatograf Cair Kinerja Tinggi (http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.KIMIA/196611151991011HOKCU_SUHANDA/KULIAH_KIMIA_INSTRUMEN/KCKT.pdf)

Pembahasan mengenai masing-masing unit peralatan adalah sebagai berikut:1. Tandon (Solvent Reservoir)Dalam instrumen Kromatograf Cair Kinerja Tinggi (KCKT), biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih tandon yang terbuat dari kaca atau baja tahan karat. Tandon dapat menampung lebih dari 500 mL eluen atau fase gerak. Fase gerak yang digunakan harus bebas dari gas-gas dan debu karena kedua hal tersebut dapat menganggu kinerja detektor (SKOOG dkk, 1998). 2. Pompa CairanMenurut MULJA dan SUHARMAN( 1995), pengembangan metode analisis dengan KCKT dihadapkan dengan persoalan prinsip yaitu mendesain pompa yang memadai. Beberapa persyaratan sistem pompa KCKT adalah memberikan tekanan sampai 6000psi, sama sekali bebas pulsa, memberikan kecepatan aliran (0,1-10)mL/menit, alirannya terkontrol dengan reprodusibilitas 0,5% atau kurang (lebih baik), dan anti karat, oleh karena itu seal pompa terbuat dari bahan baja atau teflon.3. Gerbang suntikMenurut MULJA dan SUHARMAN (1995), pemasukan atau injeksi sampel untuk analisis dengam metode KCKT merupakan hal yang penting. Walaupun kolom telah memadai, hasil kromatogram tidak akan memadai jika injeksi sampel dilakukan tidak tepat. Ada tiga macam sistem injektor pada KCKT, yaitu injektor dengan memakai septum, injektor tanpa septum, dan injektor dengan pipa dosis. 4. KolomMenurut JONSHON dan STEVENSON (1991), kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Kolom Analitik. Diameter dalam kolom ini sebesar (2-6)mm. Panjang kolom bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan partikel biasanya panjangnya sekitar (5-100)cm, serta kemasan mikropartikel berpori biasanya (10-30)cm. Kolom Preparatif. Umumnya kolom ini berdiameter sebesar 6mm atau lebih besar dan panjangnya adalah (25-100)cm.5. Oven Kolom.Kolom KCKT diletakkan di dalam oven untuk menjaga temperatur kolom supaya stabil (tetap sesuai dengan program). Hal ini sangat penting untuk memperoleh stabilitas dan keterandalan dalam analisis dengan metode KCKT. Oven kolom yang banyak digunakan adalah dengan sistem sirkulasi udara panas bertekanan. Oven kolom dapat memuat kolom KCKT sampai empat kolom sekaligus dengan temperatur kerja sampai 99C.6. DetektorMenurut MULJA dan SUHARMAN (1995), detektor pada KCKT akan memberikan informasi tentang sesuatu yang diperlukan sehubungan dengan tujuan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan KCKT. 7. PerekamPerekam pada KCKT berfungsi untuk mencatat atau merekam hasil pemisahan yang sedang berlangsung di dalam kolom. Pada umumnya sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu sebelum disampaikan pada alat perekam otomatis yang sesuai. Dapat pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur luas pik kromatogram secara otomatis (HARMITA, 2006).

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan dan AlatBahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini diantara lain: BahanBahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah tablet kendaron dan working standard amiodaron hidroklorida (99,26%). Bahan kimia yang digunakan adalah metanol HPLC grade, natrium lauril sulfat, kalium perklorat 0,01M (Pembuatan larutan dapat dilihat pada Lampiran 1), asetonitril HPLC grade, larutan asam fosfat 2M, dan air suling. AlatAlat yang digunakan dalam percobaan ini adalah kromatograf cair kinerja tinggi, kolom L1 (C-18) 5m ukuran 150 x 4,6 mm, dissolution tester, pH meter, timbangan elektronik, alat penyaring vakum, membran filter Phenex 0,2m, kertas saring Whatman 41, kertas saring Agilent 0,2m vial, waterbath, ultrasonic bath Bransonic 42 PCG20E-2, syringe 10mL, labu ukur 100mL, pipet volumetrik 10mL, corong, batang pengaduk, lumpang, dan bulb.

B. Metode PenelitianMetode percobaan terdiri dari dua tahap, yaitu preparasi dan penetapan. Tahap preparasi meliputi preparasi fasa gerak, preparasi media disolusi, preparasi larutan standar, dan preparasi larutan contoh. Pada preparasi larutan standar untuk uji disolusi dan penetapan kadar zat aktif digunakan working standard amiodaron hidroklorida (99,26%). Preparasi contoh yang dilakukan terdiri atas preparasi contoh uji disolusi dan penetapan kadar zat aktif. Pada tahap penetapan dilakukan pengondisian alat KCKT dan pengukuran larutan standar serta larutan contoh. Pengukuran larutan standar dan larutan contoh dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom L1 (C-18) 5m ukuran (150 x 4,6)mm dengan detektor Ultraviolet pada panjang gelombang 240nm. Hasil pengukuran yang diperoleh dari uji disolusi dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet Kendaron dihitung dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dan hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang mengacu pada United states pharmacopeia 36th edition.Pada percobaan ini sebelum pemakaian alat (KCKT) dilakukan uji penyesuaian sistem. Hal ini dilakukan untuk memeriksa dan memastikan bahwa sistem yang digunakan masih layak dan berfungsi baik untuk dipakai dalam penetapan kadar amiodaron yang terdisolusi dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet Kendaron.

C. Cara Kerja:PreparasiPreparasi yang dilakukan terdiri atas preparasi fasa gerak, media disolusi, larutan standar, dan preparasi larutan contoh. Preparasi Fasa GerakNatrium perklorat 0,01M dituangkan sebanyak 45mL ke gelas ukur, ditambahkan 55mL asetonitril HPLC grade, dan diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen. pH campuran larutan ini diatur menjadi 3 menggunakan pH meter dengan menambahkan asam fosfat 2M. Setelah itu, larutan fasa gerak disaring menggunakan alat saring vakum dengan membran filter berukuran 0,2m. Preparasi Media Disolusi Natrium Lauril Sulfat 1%Natrium lauril sulfat ditimbang teliti sebanyak 10g, kemudian ditambahkan 1000mL air suling. Larutan diaduk dengan batang pengaduk hingga homogen. Preparasi Larutan Standar Uji DisolusiAmiodaron hidroklorida working standard ditimbang sebanyak 100mg kemudian dimasukkan ke labu ukur 100mL, dilarutkan dengan metanol HPLC grade sebanyak 70mL, dan ditambahkan metanol HPLC grade hingga batas tera. Larutan dihomogenkan dan dipipet sebanyak 10mL menggunakan pipet volumetrik ke dalam labu ukur 100mL, ditambahkan media disolusi hingga batas tera dan dihomogenkan. Larutan disaring menggunakan kertas saring berukuran 0,2m dan dimasukkan ke vial menggunakan syringe 10mL. Preparasi Larutan Standar Penetapan Kadar Zat AktifAmiodaron hidroklorida working standard ditimbang sebanyak 100mg kemudian dimasukkan ke labu ukur 100mL, dilarutkan dengan metanol HPLC grade sebanyak 70mL. Setelah dingin, ditambahkan metanol HPLC grade hingga batas tera. Larutan dihomogenkan dan dipipet sebanyak 10mL menggunakan pipet volumetrik ke dalam labu ukur 100mL, ditambahkan fasa gerak hingga batas tera dan dihomogenkan. Larutan disaring menggunakan kertas saring berukuran 0,2m dan dimasukkan ke vial menggunakan syringe 10mL Preparasi Larutan Contoh Uji DisolusiDalam pengerjaan preparasi larutan contoh uji disolusi, alat dissolution tester terlebih dahulu dikondisikan sebagai berikut : Metode: Paddle (dayung)Kecepatan rotasi: 100rpmTemperatur: 37,0 0,5CMedium: Natrium lauril sulfat 1%Volume medium: 1000mLWaktu disolusi: 30 menitSetelah alat dissolution tester telah disiapkan, tablet kendaron diambil sebanyak enam buah secara acak dan tiap tablet dimasukkan ke tabung disolusi (vessel) yang berisi 1000mL natrium lauril sulfat 1%. Dissolution tester sebelumnya telah diatur dengan kecepatan 100rpm dan suhunya (37,0 0,5) C. Uji disolusi dilakukan selama 30 menit kemudian larutan hasil uji disolusi diambil sebanyak 10mL dan disaring menggunakan kertas saring Whatman 41. Setelah itu disaring kembali menggunakan kertas saring 0,2m untuk dimasukkan ke vial menggunakan syringe 10mL. Preparasi Larutan Contoh Penetapan Kadar Zat AktifContoh tablet kendaron ditimbang sebanyak 20 tablet untuk dihitung bobot rata-rata, digerus menggunakan lumpang hingga halus dan homogen. Serbuk tablet kendaron ditimbang teliti ekuivalen bobot setengah tabletnya, lalu dimasukkan ke labu takar 100mL, dlarutkan dengan metanol HPLC grade sebanyak 70mL, dan disonifikasi menggunakan ultrasonic bath selama 15 menit. Larutan ditambahkan metanol HPLC grade hingga batas tera dan dihomogenkan. Setelah homogen, larutan disaring menggunakan kertas saring Whatman 41 dan dipipet sebanyak 10mL menggunakan pipet volumetrik ke dalam labu ukur 100mL, ditambahkan fasa gerak hingga batas tera dan dihomogenkan. Larutan di saring menggunakan kertas saring berukuran 0,2m dan dimasukkan ke vial menggunakan syringe 10mL. Preparasi contoh dilakukan enam kali ulangan penimbangan.PenetapanTahap penetapan terdiri atas pengondisian alat Kromaograf Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan pengukuran larutan standar serta pengukuran larutan contoh untuk uji disolusi dan penetapan kadar zat aktif.

Pengondisian Alat Kromatograf Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Alat kromatograf cair kinerja tinggi (KCKT) untuk penetapan hasil uji disolusi dan kadar zat aktif dikondisikan sebagai berikut:

Kolom: L1 (C-18) 5m (150 x 4,6mm)Fasa Gerak: Kalium perklorat 0,01M = 45mL Asetonitril HPLC grade = 55mLLaju Alir: 1,0mL / menitVolume Injeksi: 10LDetektor: Ultraviolet 240nm

Setelah pengondisian alat kromatograf cair kinerja tinggi (KCKT) telah siap, sebelum larutan standar dan larutan contoh diinjeksikan ke dalam kromatografi cair kinerja tinggi, alat terlebih dahulu dikondisikan dengan melakukan pencucian kolom menggunakan metanol : air dengan perbandingan metanol : air = 80 : 20 selama 15 menit kemudian dilakukan purging menggunakan fasa gerak. Setelah itu, dilakukan conditioning dan baseline check. Penetapan Uji Disolusi dan Kadar Zat AktifPengukuran Larutan Standar untuk Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Zat AktifLarutan standar amiodaron hidroklorida untuk uji disolusi atau penetapan kadar zat aktif yang telah dipreparasi dan dimasukkan ke vial secara otomatis diinjeksikan oleh alat kromatograf cair kinerja tinggi (KCKT) dengan pengondisian yang telah dilakukan sebelumnya sebanyak 10L sebanyak enam kali ulangan dengan waktu lima menit untuk satu kali injeksi. Data hasil pengukuran berupa kromatogram tiap hasil injeksi yang digunakan untuk menentukan kadar zat aktif yang terdisolusi dan kadar zat aktif.Pengukuran Larutan Contoh Untuk Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Zat AktifKadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet kendaron diukur menggunakan kromatograf cair kinerja tinggi (KCKT) dengan pengondisian yang telah dilakukan. Larutan contoh uji disolusi dan penetapan kadar zat aktif yang telah dimasukkan ke vial secara otomatis diinjeksikan oleh alat Kromatograf Cair Kinerja Tinggi (KCKT) sebanyak 10L dengan waktu lima menit untuk satu kali injeksi.

D. Rancangan Percobaan Uji disolusi dilakukan menggunakan alat Dissolution tester dengan bahan uji tablet kendaron dan tiap tablet dimasukkan ke tabung disolusi (vessel) yang berisi 1000mL natrium lauril sulfat 1%. Kadar amiodaron hidroklorida yang terdisolusi dan kadar amiodaron hidroklorida dalam tablet Kendaron diukur menggunakan kromatograf cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan detektor Ultraviolet pada panjang gelombang 240nm dengan pengondisian alat yang sebelumnya telah dilakukan.

E. Rancangan Analisis DataDalam percobaan, preparasi contoh dilakukan enam kali penimbangan untuk mencari rata-rata kadar zat aktif dan nilai presisi Nilai rata-rata dari suatu seri hasil-hasil pengukuran adalah lebih meyakinkan daripada hanya salah satu hasil pengukuran dari seri tersebut. Makin banyak data yang dikumpulkan maka nilai rata-ratanya makin terpercaya. Nilai rata-rata dihitung dengan membagi jumlah hasil-hasil pengukuran dengan banyaknya pengukuran. Apabila persen SBR yang diperoleh kurang dari 2%, dapat dikatakan bahwa tingkat presisi dari tiap ulangan baik. Sedangkan dalam uji disolusi, jika persen SBR lebih kecil dari 5%, maka hasil persen SBR yang didapatkan telah memenuhi persyaratan.

Rumus yang digunakan untuk perhitungan persen SBR yaitu :

Keterangan :SB= Simpangan bakuX= Rata-rata hasil ujiPenentuan kadar amiodaron hidroklorida dilakukan dengan membandingkan luas area standar dengan luas area contoh, dengan kadar dalam spesifikasi perusahaan 95% 105%. Berikut ini adalah formula perhitungan uji disolusi amiodaron hidroklorida dalam tablet Kendaron: Kandungan amiodaron dalam hasil uji disolusi dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : L (a)= Luas area larutan contohL (s)= Luas area larutan standarW(a)= Bobot standar yang ditimbang (mg)V(a)= Volume labu ukur standar (mg)Fp (a)= Pengenceran larutan standarV medium= Volume medium (mL)Persen Standar= 99,26% (persen kemurnian)1. = Bobot zat aktif dalam satu tablet (mg)

Kandungan amiodaron hidroklorida dalam contoh untuk penetapan kadar zat aktif dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : L (a)= Luas area larutan standarL (s)= Luas area larutan contohW (a)= Bobot standar yang ditimbang (mg)W (s)= Bobot contoh yang ditimbang (mg)V(a)= Volume labu ukur standar (mL)V (s)= Volume labu takar sampel (mL)F (a)= Faktor pengenceran larutan standarF (s)= Faktor pengenceran sampelV medium= Volume medium (mL)PersenStandar= 99,26 % (persen kemurnian)Wr= Bobot rata-rata per tablet (mg)200= Bobot zat aktif dalam satu tablet (mg)

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Quality Control PT Pradja Pharin, yang berlokasi di Jalan Lanbau, Karang Asem Barat, Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian ini berlangsung dari bulan April sampai dengan Juni 2014.

BAB IVJADWAL PENELITIAN

Jadwal penelitian akan dilakukan seperti pada tabel 4. dibawah ini:Tabel 2. Jadwal PenelitianKegiatanWaktu Pelaksanaan (Minggu)

April 2014Mei 2014Juni 2014

412341234

Studi Literatur

Penyiapan alat

Penyiapan bahan

Analisis

Pengolahan data

Pembuatan Laporan

BAB VBIAYA PENELITIANBanyaknya biaya penelitian yang akan digunakan dapat diketahui dari tabel 5. Berikut ini :

Tabel 3. Biaya PenelitiaanNoNamaJumlahSatuanHarga (Rp)Total (Rp)

Bahan

1Metanol HPLC grade1L

2Natrium lauril sulfat0,5kg

3Natrium perklorat 0,01M 0,5L

4Asetonitril HPLC grade0,5L

5Asam fosfat 2M0,5L

6Air suling10L

7Tablet Kendaron20Tablet

8Standard amiodaron hidroklorida (99,26%)0,5kg

Alat

1Kromatograf cair kinerja tinggi 1

2Kolom L1 (C-18) 5m ukuran 150 x 4,6 mm1

3Dissolution tester1

4pH meter1

5Timbangan elektronik1

6Alat penyaring vakum1

7Membran filter Phenex 0,2m1

8Kertas saring Whatman 415

9Kertas saring Agilent 0,2m vial5

10Waterbath1

11Ultrasonic bath Bransonic 42 PCG20E-21

12Syringe 10mL1

13Labu ukur 100mL5

14Pipet volumetrik 10mL1

15Corong1

16Batang pengaduk1

17Lumpang1

18Bulb1

TOTAL

DAFTAR PUSTAKAANSEL, H. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan Farida Ibrahim. Universitas Indonesia. Jakarta.

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi ke-4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

GRITTER, R. J., JAMES M. B. & ARTHUR E. S. 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi ke-2. Terjemahan Drs. Kosasih Pandawinata. ITB. Bandung.HARMITA, S. R. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Edisi ke-1. Departemen Farmasi FMIPA UI. Depok.JOHNSON, E. L & STEVENSON R. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung.JOHNSON, G. E. 1991. Essentials of Drug Theraphy. W. B. Saunders Company. United States of America.LACHMAN, L., HERBERT A. L. & JOSEPH L. K. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-3. Terjemahan Siti Suyatmi. Universitas Indonesia. Jakarta.MULJA, M. & SUHARMAN. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya.NEAL, M. J. 2006. At A Glance: Farmakologi Medis. Edisi ke-5. Terjemahan Amalia Safitri. Erlangga. JakartaSISWANDONO & BAMBANG S. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press. Surabaya. SHARGEL, L & ANDREW B. C. Y. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi ke-2. Airlangga University Press. SurabayaSKOOG, HOLLER. dan CROUCH. 1998. Principles Of Instrumenal Analysis. Thomson: Canada

UNITED STATES PHARMACOPEIA. 2013. The United States Pharmacopeia 36. Volume 2. United Book Press, Inc,. Baltimore, MD. United States.YUNIADI, Y. 2009. Clinical Aplication of Amiodarone Trials. Erlangga. Jakarta. J. Kardiol Indones. 30: 25-28.

Page | 23