proposal penelitian dbd

36
PROPOSAL PENELITIAN GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE BULAN JANUARI – JUNI 2008 DESA BANGAH KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO Pembimbing : Dr. Widianto Hadiwinoto, M.S Disusun Oleh : Hartadi Pramulia, S.Ked (01.700.052) I Wayan Duta Krisna,S.Ked (01.700.202) Linda Perwita Sari, S.Ked (01.700.188) Sismiati, S.Ked (01.700.180) Yudha Indriastuti, S.Ked (01.700.183) LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2008

Upload: yvdi-pradipta

Post on 05-Jul-2015

2.744 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Dbd

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA

PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE

BULAN JANUARI – JUNI 2008

DESA BANGAH KECAMATAN GEDANGAN

KABUPATEN SIDOARJO

Pembimbing :

Dr. Widianto Hadiwinoto, M.S

Disusun Oleh :

Hartadi Pramulia, S.Ked (01.700.052)

I Wayan Duta Krisna,S.Ked (01.700.202)

Linda Perwita Sari, S.Ked (01.700.188)

Sismiati, S.Ked (01.700.180)

Yudha Indriastuti, S.Ked (01.700.183)

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2008

Page 2: Proposal Penelitian Dbd

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia kasus DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun

1968. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994

DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di daerah pedesaan.(1)

Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur diperkirakan

50 sampai 100 juta kasus DBD per tahunnya dan 90% nya menyerang anak-anak

berusia di bawah 15 tahun. Namun pada wabah-wabah selanjutnya, jumlah

penderita yang digolongkan dalam golongan usia dewasa dan muda juga

meningkat. Saat ini DBD dapat menyerang semua golongan usia. Rata-rata angka

kematian pada kasus DBD mencapai 5%.(6)

Berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD

secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah

kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian

penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang

berbeda mulai dari yang ringan sampai berat.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini

angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga

menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera

dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami

syok atau kematian.

Dalam penelitian ini kami membahas faktor-faktor yang menyebabkan

tingginya angka Demam Berdarah di Desa Bangah pada 01 Januari 2008 – 30 juni

2008. Berdasarkan data pada tanggal tersebut Desa Bangah di dapatkan data

jumlah penderita Demam Berdarah tertinggi sebanyak 9 orang diantara 13 desa

yang terdapat di wilayah kecamatan Gedangan. Atas pertimbangan tersebut maka

kami mengadakan penelitian tentang Gambaran Faktor-Faktor yang berkaitan

dengan tingginya angka penderita Demam Berdarah di RT 01 RW 04 Desa

Bangah Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

Page 3: Proposal Penelitian Dbd

2

NO. DESA JUMLAH DBD

1. Gedangan 1

2. Kebon Sikep 1

3. Kebon Anom -

4. Ganting -

5. Karang.Bong 3

6. Tebel -

7. Sruni -

8. Punggul -

9. Kragan -

10. Gemurung -

11. Ketajen -

12. Semambung 1

13. SawoTratap 7

14. Bangah 9

TOTAL 18

(Sumber : PWS KIA Kecamatan Gedangan).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut dengan gambaran :

1. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan di Desa Bangah?

2. Bagaimana gambaran tingkat penghasilan keluarga di Desa Bangah ?

3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang Demam Berdarah

Dengue?

4. Bagaimana gambaran perilaku penduduk di desa Bangah ?

5. Berapa gambaran jumlah ABJ di desa Bangah ?

6. Bagaimana gambaran pencegahan terhadap Demam Berdarah Dengue ?

Page 4: Proposal Penelitian Dbd

3

7. Bagaimana gambaran frekuensi penyuluhan tentang Demam Berdarah

Dengue?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran faktor-faktor yang berkaitan dengan penderita

Demam Berdarah Dengue di desa Bangah, kecamatan Gedangan.

Kabupaten Sidoarjo.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan di Desa Bangah

b. Mengetahui gambaran tingkat penghasilan keluarga di Desa

Bangah

b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penduduk Desa Bangah

tentang Demam Berdarah Dengue

c. Mengetahui gambaran perilaku penduduk di desa Bangah

d. Mengetahui gambaran Berapa jumlah ABJ di desa Bangah

e. Mengetahui Bagaimana gambaran pencegahan terhadap Demam

Berdarah Dengue

f. Mengetahui gambaran frekuensi penyuluhan tentang Demam

Berdarah Dengue.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Bagi Masyarakat

Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat

tentang masalah penyakit demam berdarah dan meningkatkan

kewaspadaan terhadap penyakit DBD.

2. Bagi Peneliti

a. Untuk menambah wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang

menyebabkan tingginya angka demam berdarah disuatu

wilayah.

Page 5: Proposal Penelitian Dbd

4

b. Untuk dapat melatih peneliti agar bisa berpikir secara obyektif

dalam menghadapi dan memecahkan masalah demam berdarah

yang ada di lapangan.

3. Bagi instansi terkait

Agar dapat memberikan masukan bagi puskesmas Gedangan dalam

melakukan evaluasi keberhasilan pencatatan dan pelaporan serta

pencapaian target dalam mengatasi kasus Demam Berdarah di wilayah

desa Bangah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEMAM BERDARAH DENGUE

Batasan

Demam Berdarah atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit

febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis

yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat

serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Demam berdarah

disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.(6)

B. ETIOLOGI

Virus dengue adalah anggota virus genus Flavivirus dan famili

Flaviviridae. Virus ini berukuran kecil dan memiliki single stranded RNA.

Ada empat serotipe virus Dengue yang disebut serotipe 1, 2, 3 dan 4 (DEN1,

DEN2, DEN3, DEN4). Dari survei virologi penderita DBD yang telah

dilakukan di beberapa rumah sakit di indonesia sejak tahun 1972 sampai

dengan tahun 1995, keempat serotipe berhasil diisolasi baik dari penderita

DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun, serotipe yang

mendominasi ialah serotipe 2 dan 3. Serotipe 3 dikaitkan dengan kasus DBD

berat.(6)

C. KLASIFIKASI

Sedangkan derajat penyakit DBD diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu:

Derajat I: Demam diseratai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji torniquet.

Page 6: Proposal Penelitian Dbd

5

Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,

tekanan nadi menurun ( 20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di

sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.

Derajat IV: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak

terukur.(1)

D. PATOFISIOLOGI

Proses patofisiologi utama untuk menentukan berat-tidaknya demam

Dengue adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah, penurunan volume

plasma (hipovolemia), hipotensi (penurunan tekanan darah), trombositopeni

dan haemorrhagic diathesis.

1. Meningkatnya permeabilitas dnding kapiler disebabkan oleh pelepasan zat

anafilatoksin, histamin, serotonin serta aktivasi sistem kalikrein. Maka

akan terjadi ekstravasasi cairan elektrolit dan protein, terutama albumin, ke

dalam rongga di antara jaringan ikat dan rongga serosa. Hal ini dibuktikan

dengan radioisotop I131. Dengan demikian akan terjadi penurunan volume

cairan tubuh (hipovolemik) plasma, yang jika mencapai 30% dari seluruh

cairan tubuh akan menyebabkan renjatan (shock) yang hebat yang akan

berakibat anoxia (tidak adanya suplai Oksigen) jaringan, asidosis

metabolik dan kematian bila tidak terkontrol.

2. Trombositopeni merupakan petanda kedua untuk menentukan diagnosis

penyakit DBD. Seseorang akan didiagnosa DBD jika jumlah trombositnya

kurang atau sama dengan 100.000/mm3 yang disertai peningkatan

permeabilitas kapiler. (Permeabilitas adalah kemampuan suatu membran -

dalam hal ini dinding pembuluh darah- untuk melewatkan bahan-bahan

tertentu). Trombositopeni ini diasumsikan karena tertekannya fungsi

megakaryosit (sel yang kelak pecah dan menjadi trombosit) serta destruksi

trombosit yang matur (dewasa/matang).

Page 7: Proposal Penelitian Dbd

6

3. Gangguan pembekuan darah juga berperan dalam terjadinya perdarahan

pada penderita DBD. Pada pemeriksaan faal hemostasis (fungsi

keseimbangan cairan tubuh) akan terjadi peningkatan Partial

Thromboplastine Time (PTT) 54,6% dan Prothrombine Time 33,3%.

Sedangkan Thrombine Time pada umumnya normal. Terjadi penurunan

faktor-faktor pembekuan darah, yaitu faktor II, V, VII, IX, X dan

fibrinogen. Diduga juga terjadi penurunan faktor XII. Selain itu infeksi

virus Dengue ini juga menyebabkan Disseminated Intravascular

Coagulation (DIC) (suatu keadaan kehabisan zat/bahan pembekuan darah,

sehingga terjadi pendarahan yang terus-menerus).(7)

E. MANIFESTASI KLINIS

Pada awal perjalanan penyakit, DBD dapat menyerupai kasus DD

dengan kecenderungan perdarahan yang berupa satu atau lebih manifestasi di

bawah ini, yaitu :

Uji bendungan (Tourniquet) positif

Perdarahan kulit (Petekie, ekimosis atau purpura)

Perdarahan mukosa (perdarahan hidung (epistaksis), perdarahan gusi)

Muntah darah (hematemesis) atau buang air besar darah (melena).

Hitung trombosit rendah (trombositopenia = hitung trombosit <

100.000/mm3)

Pemekatan darah (hemokonsentrasi) sebagai akibat dari peningkatan

permeabilitas kapilar dengan manifestasi satu atau lebih yaitu:

o Peningkatan hematokrit (Ht) sesuai umur dan jenis kelamin > 20%

dibandingkan rujukan atau lebih baik lagi data awal pasien.

o Penurunan hematokrit 20 % setelah mendapat pengobatan cairan.

o Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura, asites atau

proteinuria.(6)

Page 8: Proposal Penelitian Dbd

7

F. DIAGNOSA

WHO (1997) Memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis

DBD secara dini, disamping menentukan derajat beratnya penyakit:

1. Biasanya ditandai oleh 4 manifestasi klinis utama yaitu ( demam

tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan

sirkulasi)

2. Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan

hemokonsentrasi adalah gejala laboratoris yang spesifik

3. Perbedaan utama dengan dengue adalah adanya kebocoran plasma

yang ditandai dengan peningkatan Hematokrit.

4. DBD pada anak biasanya ditandai dengan kenaikan suhu mendadak,

disertai facial flush dan tanda lain yang menyerupai Demam

Dengue (DD) seperti Anoreksia, muntah, sakit kepala serta tulang

atau otot, nyeri epigastrium, ketegangan pada batas kosta kanan dan

nyeri abdomen menyeluruh juga sering ditemukan.

5. Suhu tubuh biasanya > 39 C

6. Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah uji torniquet (+),

petekie, ekimosis, pada ekstremitas, muka dan palatum. Epistaksis

dan perdarahan gusi juga dapat terjadi.

7. Hati biasanya teraba pada fase demam, lebih sering ditemukan pada

kasus DBD dengan syok.

8. Pada akhir fase demam, kewaspadaan akan terjadi penurunan

kondisi, harus dipikirkan antara lain terjadinya gangguan sirkulasi

antara lain: keringat banyak, gelisah, akral teraba dingin, terjadi

perubahan tekanan darah dan nadi.

Untuk menunjang diagnosis DBD, dapat digunakan parameter

laboratorium, antara lain:

1. Leukosit yang awalnya menurun/ normal, pada fase akhir, dapat

ditemui limfositosit relatif ( LPB > 15% ), yang pada fase syok akan

meningkat.

2. Trombositopenia ( < 100.000 /µl ) dan hemokonsentrasi ( Ht > 20 %

dari normal )

Page 9: Proposal Penelitian Dbd

8

3. Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit.

4. Protein plasma menurun.

5. Hiponatremia pada kasus berat.

6. Serum alanin-aminotransferase sedikit meningkat.

7. Isolasi virus terbaik saat viremia ( 3-5 hari ).

8. IgM terdeteksi pada hari ke 5, meningkat sampai minggu III,

menghilang setelah 60-90 hari

9. IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari 14, sedangkan

pada infeksi sekunder mulai pada hari 2. (1)

G. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana DBD pada anak:

Tatalaksana DBD bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian

cairan oral untuk mencegah dehidrasi.Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg

BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi diberikan

cairan rumatan 80-100 ml/ kgBB dalam 24 jam berikutnya. Apabila cairan

oral tidak dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut

yang hebat, maka diberikan cairan intravena. Bayi yang masih minum ASI

tetap harus diberikan disamping larutan oralit.

Pada derajat I dan II, cairan intravena dapat dapat diberikan selama 12-24

jam. Perhatian khusus dengan peningkatan hematokrit yang terus menurus dan

penurunan jumlah trombosit < 50.000/ µl.

Parasetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah

39ºC denan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.

Tatalaksana DBD pada Pasien dewasa

Tatalaksana ini didasarkan atas protokol yang terbagi atas 5 kategori yaitu:

1. Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa di UGD. Penderita

yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit dalam

batas normal dapat dipulangkan dengan anjuran krmbali kontrol ke poliklinik

dalam waktu 24 jam berikutnya atau bila keadaan memburuk. Sedangkan

Penderita dirawat bila didapatkan hasil Hb, Ht dalam batas`normal dengan

jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm³ atau Hb,Ht meningkat dengan

Page 10: Proposal Penelitian Dbd

9

jumlah trombosit kurang dari 150 000/ mm³ diberikan infus Ringer Laktat

500 cc dalam empat jam, selanjutnya dilakukan observasi ulang.

2. Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa tanpa perdarahan

masif dan tanpa syok di ruang rawat. Cairan Ringer Laktat dapat diberikan

dengan jumlah cairan yang diberikan dengan perkiraan selama 24 jam

penderita mengalami dehidrasi sedang, maka penderita dengan berat sekitar

50-70 kg diberikan Ringer Laktat sebanyak 3000 cc selama 24 jam, bila BB<

50 kg diberi cairan sebanyak 2000 cc/24 jam dan bila BB> 70 kg diberi

cairan sebanyak 4000 cc/24 jam.

3. Observasi dan pemberian cairan DBD dewasa dengan perdarahan spontan

dan masif, tanpa syok di ruang rawat. Pada keadaan ini jumlah cairan Ringer

laktat tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya sebanyak 500 cc setiap

4 jam. Dan dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang tiap 4 – 6 jam

4. Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa dengan syok dan

perdarahan spontan. Pada kasus ini Ringer Laktat diberikan sebanyak 20

cc/kgBB/jam yang dievaluasi selama 30-120 menit, apabila syok sudah

teratasi maka pemberian cairan selanjutnya sebanyak 500 cc/4 jam.

5. Observasi dan pemberian cairan DBD dewasa dengan syok tanpa perdarahan.

Pada prinsipmnya sama dengan protokol 4 hanya pemeriksaan klinis maupun

lab perlu dilakukan lebih teliti untuk menemukan kemungkinan adanya

perdarahan tersembunyi. (1)

H. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PENDERITA

DBD

1. Faktor Sosial Ekonomi

Penderita penyakit DBD jika tidak mendapat perawatan yang memadai

dapat mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat mengakibatkan kematian

. Oleh karena itu semua kasus DBD sesuai dengan kriteria WHO harus mendapat

perawatan di tempat pelayanan kesehatan atau Rumah sakit.Beberapa faktor sosial

ekonomi yang berpengaruh antara lain :

a. Tingkat Pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan rendahnya

kepedulian terhadap pencegahan penyakit DBD

Page 11: Proposal Penelitian Dbd

10

b. Tingkat penghasilan masyarakat yang tinggi memungkinkan penderita segera

mendapatkan pertolongan dan pengobatan, sehingga komplikasi kematian

akibat penyakit DBD dapat dihindari.(2)

2. Faktor Perilaku SDM

a. Pengetahuan

Pengetahuan menurut (Notoatmodjo 1993) merupakan hasil dari perilaku

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap tertentu melalui

panca indera manusia, pengetahuan ini menyebabkan sikap positif dan negatif.(3)

1. Pengetahuan masyarakat tentang gejala/tanda-tanda demam berdarah

seperti demam tinggi selama 2-7 hari, timbulnya bercak-bercak merah (ptekia),

kadang-kadang disertai mimisan.

2. Bahaya demam berdarah bila terlambat diberi pertolongan dapat

menyebabkan komplikasi kematian .

3. Tempat-tempat yang disukai nyamuk Aedes aegypti adalah di tempat-

tempat penampungan air jernih seperti bak mandi, kontainer, barang-barang bekas

yang dapat menampung air, pohon yang dapat menampung air, air yang tergenang

di atap-atap rumah dan talang air, baju-baju yang digantung

4. Mengetahui program 3M : Menguras TPA, Mengubur sisa-sisa barang

bekas yang dapat menampung air, dan Menutup TPA.(4)

b.Perilaku Masyarakat

Perilaku mempunyai peranan besar terhadap kesehatan. Pendapat

(Sarwono 1993) bahwa perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungan, secara operasional perilaku dapat

diartikan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan

diluar objek tersebut.(3)

Perilaku masyarakat yang dapat mencegah timbulnya penyakit DBD

a. Menguras TPA minimal seminggu sekali

b. Mengganti vas bunga,tempat minum burung bila ada minimal seminggu

sekali

c. Tidak menggantung baju karena nyamuk Aedes aegypti suka pada baju

yang digantung

Page 12: Proposal Penelitian Dbd

11

d. Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air.

3.Faktor Lingkungan

Angka Bebas Jentik (ABJ)

Angka bebas jentik adalah suatu prosentase dari jumlah rumah yang tidak

ditemukan jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa. Angka Bebas

Jentik (ABJ) ini didapatkan melalui kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala

(PJB) pada rumah dan kontainer didalam dan diluar rumah yang positif atau

negatif jentik.(1)

4. Faktor Pencegahan

1. Pemberatasan sarang nyamuk (PSN) adalah cara yang dilakukan dengan

menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukan yang pada

dasarnya adalah pemberantasan jentik atau mencegah nyamuk tidak

berkembang biak seperti sebagai berikut :

a. Menguras sekurangnya satu minggu sekali, dilakukan dengan

pertimbangan

siklus hidup perkembangan telur sampai menjadi nyamuk 1-10 hari

b. Menutup rapat tempat penampungan air

c. Mengganti air vas bunga seminggu sekali

d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang bekas

e. Menutup lubang pada pagar bambu dan lubang pohon dengan tanah

f. Membersihkan air yang tergenang didepan rumah

g. Memelihara ikan khusus untuk daerah sulit air

2. Abate adalah pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan penggunaan

Temophost (Abate) dimasukkan kedalam penampungan air yang

diperkirakan menjadi tempat bersarangnya nyamuk dengan dosis yang

digunakan 10 gram abate untuk 100 liter air.Abate mempunyai efek

residu 3 bulan dan aman digunakan di teempat penampungan air yang

airnya digunakan untuk manusia.

3. Fogging adalah pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dengan cara

peyemprotan pengasapan dengan insektida. Dilakukan mengingat

kebiasaan nyamuk yang hinggap pada benda-benda tergantung. Karena

Page 13: Proposal Penelitian Dbd

12

itu dilakukan penyemprotan ke dindining-dinding rumah.Insektisida

yang dipakai : - Organohospat misal : Malathion, feniltrothion.

- Pyremoitsritetie misal : lomda sihalotrim

- Carbamat

Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog atau mesin

ULV karena penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan.

Ini dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu untuk membatasi

penularan virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk lainnya akan

mati,tetapi akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada

setelah penyemprotan siklus 2 selanjutnya akan menimbulkan

penularan virus dengue lagi. Oeh karena itu perlu dilakukan

penyemprotan siklus ke II dengan penyemprotan yang kedua 1 minggu

sesudah penyemprotan yang ke 1 nyamuk baru yang infektif ini akan

terbasmi sebelum sempat menularkan kepada orang lain.

Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi

penularan,akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan

jentiknya.(5)

Page 14: Proposal Penelitian Dbd

13

BAB III

OBYEK DAN METODE PENELITIAN

A. BENTUK PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan faktor-faktor

yang berkaitan dengan penderita Demam Berdarah Dengue RT 01 RW 04 di

desa Bangah kecamatan Gedangan.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian ini berada di desa Bangah, kecamatan

Gedangan, kabupaten Sidoarjo pada tanggal 7 Juli – 11 Juli 2008.

C. OBYEK PENELITIAN

1. Populasi adalah Kepala keluarga warga RW01 RT04 desa Bangah yang

ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue sejumlah 40 kepala keluarga.

2. Besar sample yang digunakan adalah Jumlah Kepala Keluarga warga

RW01 RT04 desa Bangah yang ditemukan kasus Demam Berdarah

Dengue sejumlah 40 kepala keluarga.

D. CARA PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data

a. Data Primer

Dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan acuan

kuesioner dengan responden adalah masyarakat Desa Bangah

b. Data Sekunder

Meliputi gambaran umum daerah penelitian yang didapat dari

Puskesmas Pembantu Desa Bangah, kecamatan Gedangan, kabupaten

Sidoarjo periode 1 Januari 2008 – 30 Juni 2008.

Page 15: Proposal Penelitian Dbd

14

2. Jenis Variabel

a. Variabel Terikat

Keluarga penderita demam berdarah, keluarga tersangka

demam berdarah, hasil pemeriksaan epidemiologi di Desa Bangah,

Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo.

b. Variabel Bebas

1. Gambaran tingkat pendidikan penduduk di Desa Bangah

2. Gambaran tingkat penghasilan keluarga di Desa Bangah

3. Gambaran tingkat pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue

4. Gambaran perilaku penduduk di Desa Bangah

5. Gambaran berapa jumlah ABJ di Desa Bangah

6. Gambaran pencegahan terhadap Demam Berdarah Dengue

7. Gambaran frekuensi penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue

E. CARA MENGOLAH DATA

1. Data Mentah

Berupa kuesioner yang telah diisi menurut karakteristik responden.

Data mentah tersebut diedit dan bila telah lengkap kemudian ditabulasi untuk

memperoleh tabel distribusi frekuensi yang digunakan sesuai analisis

deskriptif.

2. Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

2. Pengeditan

3. Membuat rancangan tabel

a. Tabel Induk

b. Distribusi frekuensi

F. CARA ANALISIS DATA

Analisis sesuai dengan jenis penelitian deskriptif dilakukan dengan

interpretasi data dari tabel distribusi frekuensi untuk memberikan gambaran

hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 16: Proposal Penelitian Dbd

15

Faktor lingkungan Angka Bebas Jentik

Faktor Perilaku SDM Kebiasaan menggantung baju. dan Frekuensi menguras bak mandi. Tingkat pengetahuan

Demam Berdarah Dengue

Faktor Sosial Ekonomi Tingkat Penghasilan Tingkat Pendidikan

Faktor Pencegahan Pegolahan barang bekas

yang dapat menampung air, Abatisasi, Fogging

Penyuluhan

G. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

H.DEFINISI OPERASIONAL

1. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diterima

oleh responden saat penelitian dilakukan terdiri atas SD, SLTP, SLTA, PT,

dan tidak sekolah

2. Tingkat penghasilan adalah jumlah rata-rata penghasilan kepala keluarga

perbulan /sesuatu yang didapatkan sebagai upah setelah melakukan

pekerjaan selama sebulan dibagi menjadi :.

Page 17: Proposal Penelitian Dbd

16

Kriteria penghasilan :

<Rp. 500.000,00 : penghasilan sangat kurang

Rp.500.000 - 1000.000,00 : penghasilan kurang

Rp.1000.000 - 1500.000,00 : penghasilan cukup

> Rp.1.500.000,00 : penghasilan baik

3. Tingkat pengetahuan adalah informasi yang diterima oleh responden

mengenai Demam Berdarah Dengue. Kriteria penilaian :

a. Tahu : Bila menjawab 3 pertanyaan

b. Tidak tahu : Bila menjawab 1 pertanyaan

NO Pengetahuan Tentang DBD Tahu Tidak tahu

1. Tanda-tanda DBD

2. Bahaya DBD

3. Tempat-tempat yang disukai

nyamuk DBD

4. Program 3M

(Menguras,Mengubur,Menutup)\

Jumlah

4. Perilaku penduduk adalah kebiasaan penduduk sehari-hari seperti :

NO Perilaku Penduduk Ya Tidak

1. Tidak menguras TPA seminggu/x

2. Mengganti Vas, Pot,tempat

minum burung bila ada

seminggu/x

3. Menggantung baju di dalam

rumah

4. Membuang botol, kaleng bekas

Page 18: Proposal Penelitian Dbd

17

ditempat sampah, ditimbun

Jumlah

5. ABJ (Angka Bebas Jentik) adalah salah satu indikator yang digunakan

untuk mengetahui apakah suatu wilayah sudah memenuhi target bebas dari

jentik nyamuk DBD dan target yang diharapkan 95%.Kami para peneliti

mengamati 40 rumah dari Responden. Dikatakan positif walaupun hanya

ditemukan 1 jentik.Tidak perlu dilakukan identifikasi jentik nyamuk.

Jentik Jumlah

Positif

Negatif

6. Yang dimaksud pencegahan DBD adalah segala usaha yang dilakukan

warga masyarakat untuk mecegah terjadinya penyebaran penyakit DBD

usaha tersebut yaitu pemberantasan sarang nyamuk yaitu kegiatan yang

dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular

demam berdarah dengue dengan 3 M plus.

3 M adalah :

Menguras tempat penampungan air bersih

Menutup penampungan air bersih

Menimbun atau mengubur barang-barang bekas

Responden menjawab untuk membuang barang bekas yang dapat

menampung air : a. Di buang di tempat sampah

b. ditimbun/ dikubur

c. dijual

Tempat Penampungan Air yang memungkinkan menjadi tempat

perindukan jentik nyamuk Aedes Aegepty seperti : bak mandi,

kontainer air bersih dan barang – barang bekas yang menampung air,

genangan air yang jernih, tempat minum binatang ternak.

Fogging adalah penyemprotan nyamuk dewasa yang didanai melalui

subsidi pemerintah maupun swadaya masyarakat karena ditemukan

kasus penyakit DBD pada wilayah tersebut

Page 19: Proposal Penelitian Dbd

18

a. Pernah

b. Tidak pernah

Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik dengan dosis

1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air. Dengan

frekuensi pemberian 2 bulan sekali. Pengetahuan Kepala Keluarga

tentang bubuk Abate dibagi menjadi :

a. Tahu : dapat menyebutkan manfaat dan

penggunaannya

b. Tidak tahu

7. Frekuensi Penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue dan

pencegahannya. berapa sering diberikan penyuluhan secara langsung oleh

petugas kesehatan dibagi menjadi :

a. 2x setahun

b. 1x setahun

c. Tidak pernah/lupa

Page 20: Proposal Penelitian Dbd

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Desa Bangah Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo terletak 3 km dari

kecamatan Gedangan, 15 km dari Kabupaten Sidoarjo.

a. Luas wilayah desa Bangah adalah 126.355 Ha dengan batas-batas :

Sebelah Utara : Desa Pepelegi Kecamatan Waru.

Sebelah Selatan : Bohar Kecamatan Taman.

Sebelah Barat : Wage Kecamatan Taman.

Sebelah Timur : Sawotratap Kecamatan Gedangan.

b. Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 3661 jiwa, jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

Laki-laki : 3.111 orang

Perempuan : 3.073 orang

Kepala Keluarga : 1.488 KK

c. Mata pencaharian penduduk :

1. Pegawai Swasta : 3.180 orang

2. Petani : 40 orang

3. PNS : 50 orang

4. Tukang Batu : 40 orang

5. Tukang Kayu : 38 orang

6. Pensiunan ABRI / Sipil : 80 orang

7. Pensiunan Swasta : -

8. Guru : 28 orang

9. ABRI : 29 orang

10. Pegawai BUMN / BUMD : 13 orang

11. Pegawai Desa : 7 orang

Page 21: Proposal Penelitian Dbd

20

12. Mantri Kesehatan / Perawat : 13 orang

13. Jasa Angkutan : 10 orang

14. Dokter : 4 orang

15. Jasa Lembaga Keuangan : -

16. Bidan : 2 orang

d. Tingkat Pendidikan Penduduk :

1. Penduduk usia 10 th keatas yang buta huruf : -

2. Penduduk tidak tamat SD / sederajat : 517 orang

3. Penduduk tamat SD / Sederajat : 1.209 orang

4. Penduduk tamat SLTP / Sederajat : 1.865 orang

5. Penduduk tamat SLTA / Sederajat : 1.749 orang

6. Penduduk tamat D-1 : 48 orang

7. Penduduk tamat D-2 : 45 orang

8. Penduduk tamat D-3 : 46 orang

9. Penduduk tamat S-1 : 205 orang

10. Penduduk tamat S-2 : 25 orang

Jumlah : 5.709 orang

e. Kesejahteraan Penduduk :

1. Keluarga Pra Sejahtera : 23 KK

2. Keluarga Sejahtera I : 145 KK

3. Keluarga Sejahtera II : 296 KK

4. Keluarga Sejahtera III : 785 KK

5. Keluarga Sejahtera III Plus : 249 KK

Jumlah : 1.498 KK

f. Wabah penyakit yang terjadi :

1. Demam Berdarah : 12 Kasus

2. Malaria : -

3. Tipus/Kolera/Muntaber : 4 Kasus

Jumlah :16 Kasus

g. Prasarana Kesehatan

Page 22: Proposal Penelitian Dbd

21

30% 20%

40%

7.5%2.5%SDSLTPSLTAPerguruan TinggiTidak Sekolah

1. Rumah Sakit Bersalin : 1 unit

2. Puskesmas pembantu : 1 unit

Jumlah : 2 unit

B.KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Gambaran tingkat pendidikan Tabel IV.1 Tabel Distribusi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga RW01 RT04 Warga di Desa Bangah dalam Satu Bulan, Kecamatan Gedangan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)

SD 3 7,5 SLTP 8 20 SLTA 16 40 Perguruan Tinggi 12 30 Tidak Sekolah 1 2,5

JUMLAH 40 100 Sumber: Hasil Survey Diagram 1 Diagram Proporsi Tingkat Pendidikan Kepala Kelurga RW01 RT04 Dalam Satu Bulan warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu

40% berpendidikan SLTA diurutan pertama dan sekitar 30% adalah Perguruan

tinggi , selanjutnya sekitar 20% ditempati SLTP.

Page 23: Proposal Penelitian Dbd

22

12,5%27,5%

50%

10,0% < Rp.500.000,00

Rp. 500.000,00 - Rp.1.000.000,00Rp. 1.000.000,00 - Rp.1.500.000,00> Rp. 1.500.000,00

Tabel 2 Gambaran tingkat penghasilan

Tabel Distribusi Tingkat Penghasilan Kepala Keluarga RW01 RT04 Warga di Desa Bangah dalam Satu Bulan, Kecamatan Gedangan

Tingkat Penghasilan Frekuensi Prosentase (%)

< Rp.500.000,00 4 10

Rp.500.000,-1000.000,00

11 27,5

Rp.1.000.000,-1.500.000,00

20 50

>Rp.1.500.000,00 5 12,5

JUMLAH 40 100

Diagram 2 Diagram Proporsi Tingkat Penghasilan Kepala Kelurga RW01 RT04 Dalam Satu Bulan, warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo

Page 24: Proposal Penelitian Dbd

23

57%42.5%

TahuTidak Tahu

Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa tingkat penghasilan responden terbanyak adalah Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000,00

Tabel 3 Gambaran tingkat pengetahuan mengenai DBD Tabel Distribusi tingkat pengetahuan mengenai DBD Kepala Kelurga RW01 RT04 warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil survey

Pengetahuan tentang DBD

Frekuensi Prosentase (%)

Tahu 17 42,5

Tidak tahu 23 57,5

Jumlah 40 100

Diagram 3 Diagram Proporsi Tingkat Pengetahuan tentang DBD Kepala Kelurga RW01 RT04 Dalam warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan diagram diatas kebanyakan responden yang tidak mengetahui tentang DBD lebih banyak dibanding yang tahu karena hanya melihat sekilas-sekilas saja lewat iklan di TV dan Koran yaitu sebesar 57,5% dan yang tahu hanya 42,5%.

Page 25: Proposal Penelitian Dbd

24

20%

80.0% YaTidak

Tabel 4 Gambaran perilaku penduduk

Tabel Distribusi Perilaku penduduk RW01 RT04 warga Di Desa Bangah

Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo yang dapat menyebabkan

timbulnya DBD

Sumber : Hasil survey

Perilaku penduduk disini seperti :

1. Tidak menguras TPA seminggu/x

2. Mengganti Vas atau Tempat minum burung bila ada seminggu/x

3. Menggantung baju dalam rumah

Dikatakan ya bila responden menjawab ≥ 2.

Perilaku penduduk Jumlah Prosentase(%)

Ya 32 80

Tidak 8 20

Jumlah 40 100

Diagram 4 Diagram Distribusi Perilaku penduduk RW01 RT04 warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, yang dapat menimbulkan DBD Sumber : Hasil survey

Page 26: Proposal Penelitian Dbd

25

65%

35%PositifNegatif

Berdasarkan diagram diatas Perilaku penduduk yang kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya resiko kasus DBD sebanyak 80% Tabel 5 Gambaran Jumlah angka bebas jentik Tabel Distribusi Angka Bebas Jentik rumah penduduk di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey

Jentik Jumlah Persentase (%)

Positif 14 35

Negatif 26 65

JUMLAH 40 100

Diagram 5 Diagram Distribusi Angka Bebas Jentik rumah penduduk di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo

Berdasar diagram diatas didapatkan angka bebas jentik belum memenuhi target 95%, karena ditemukan rumah responden yang positif jentik sebesar 35% dan yang negative 65% jadi ABJ yang dicapai baru mencapai

Jumlah rumah yang tidak dtemukan jentik x 100% = 26 x 100 = 65%

Jumlah rumah yang diperiksa 40

Page 27: Proposal Penelitian Dbd

26

5%

27.5%67.5%

Dibuang di TempatSampahDikubur/Ditimbun

Dijual

Tabel 6.1 Gambaran pencegahan terhadap DBD oleh penduduk Tabel Distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat menampung air oleh responden di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey

Membuang

barang bekas yang dapat

menampung air

Jumlah

Porsentase (%)

Dibuang tempat sampah

27 67,5

Dikubur/ditimbun 2 5

Dijual 11 27,5

JUMLAH 40 100

Diagram 6.1 Diagram Distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat menampung air oleh responden di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo

Berdasarkan diagram diatas pencegahan yang dilakukan responden terhadap DBD untuk pembuangan sisa barang yang dapat menampung air prosentase terbanyak yaitu dibuang di tempat sampah sebesar 67.5% karena di desa Bangah ada pasukan kuning yang mengambil sampah setiap hari.

Page 28: Proposal Penelitian Dbd

27

92.5%

7.5%

PositifNegatif

Tabel 6.2 Gambaran pencegahan tehadap DBD berhubungan dengan Manfaat dan Pemberian Bubuk Abate. Tabel Distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan Bubuk Abate di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey

Bubuk Abate Jumlah Prosentase (%)

Tahu 3 7,5

Tidak tahu 37 92,5

Jumlah 40 100

Diagram 6.2 Diagram distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan Bubuk Abate di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey

Berdasarkan diagram diatas responden yang mengetahui manfaat dan pemberian bubuk abate secara tepat hanya sebesar 7,5%.

Tabel 6.3 Gambaran pencegahan terhadap DBD yang berhubungan Dengan Fogging.

Tabel Distribusi pencegahan terhadap DBD yang berhubungan dengan fogging di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey

Fogging Jumlah Prosentase (%)

Page 29: Proposal Penelitian Dbd

28

100%PernahTidak Pernah

0%

82.5%

7.5%

Pernah 1xPernah 2xTidak Pernah

Pernah 40 100

Tidak pernah 0 0

Jumlah 40 100

Diagram 6.3 Diagram distribusi pencegahan terhadap DBD di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil survey

Berdasarkan diagram diatas responden yang menjawab di daerah penelitian pernah dilakukan fogging setelah ditemukan positif kasus DBD yaitu sebesar 100% Tabel 7 Gambaran frekuensi penyuluhan DBD Tabel Distribusi Frekuensi penyuluhan DBD di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey

Pernah / Tidak

Mendapat Penyuluhan Jumlah Prosentase (%)

Pernah 1x 7 7,5 Pernah 2x 0 0 Tidak Pernah 33 82,5

JUMLAH 40 100 Sumber : Hasil survey

Diagram 7 Diagram . Frekuensi penyuluhan DBD

Page 30: Proposal Penelitian Dbd

29

Berdasarkan diagram diatas sebagian besar responden mengatakan pernah dilakukan penyuluhan tentang DBD oleh petugas kesehatan dengan prosentase 7,5 % dan yang tidak pernah 82,5 %.

Page 31: Proposal Penelitian Dbd

30

BAB V PEMBAHASAN

A. Gambaran Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga.

Dari hasil survey Tingkat pendidikan responden dapat diketahui sebagian

besar adalah Tamatan SLTA (40%), Perguruan Tinggi (30%), SLTP (20%), SD

(7,5%), dan tidak sekolah (2,5%). Dari data diatas (tabel 1) dengan tingkat

pendidikan yang lumayan tinggi diharapkan bisa menerapkan pengetahuan yang

dimiliki yang diterima dari petugas kesehatan maupun informasi tentang DBD

dengan pelaksanakannya. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak dapat menjamin

masyarakat melaksanakannya dengan benar. Terbukti dengan ditemukannya

penderita DBD di Desa Bangah Rw 04 Rt 01.

Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan dapat melakukan tindakan

terhadap masalah yang muncul seperti kasus DBD agar tidak bertambah banyak,

dengan melakukan pencegahan untuk memberantas Nyamuk DBD. Padahal

banyak informasi atau penyuluhan tentang DBD oleh pemerintah baik melalui

media massa maupun elektronik. Tetapi hal tersebut masih diabaikan oleh

masyarakat karena dianggap tidak penting. Bila sudah ditemukan masyarakat yang

terkena DBD barulah masyarakat bergerak untuk melakukan tindakan.

Pada masyarakat yang pendidikannya tinggi seharusnya memberi contoh

lebih dahulu pada masyarakat yang pendidikannya kurang secara tidak langsung

cepat atau lambat pasti akan diikuti dan dilaksanakan.

B. Gambaran Tingkat Penghasilan Penduduk

Dari hasil survey dapat diketahui tingkat penghasilan terbanyak adalah 50

% memiliki penghasilan Rp.1.000.000,-1.500.000,00 hal ini berpengaruh pada

penanganan dan pengobatan yang memadai, sehingga penyakit DBD dapat

terdeteksi sejak dini hingga tidak sampai menimbulkan kematian.

Kemungkinan pengetahuan tentang DBD yang masih rendah dan

penyuluhan yang kurang di daerah tersebut.

Page 32: Proposal Penelitian Dbd

31

C. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang DBD

Dari hasil survey diperoleh bahwa sebagian masyarakat yang tidak

mengetahui tentang DBD termasuk tanda-tanda, bahaya, tempat yang disukai

nyamuk, dan program 3M yaitu sebesar 57,5% dan yang sudah mengetahui

sebesar 42,5% dapat dilihat prosentase yang tidak tahu lebih besar walaupun

pendidikan sebagian masyarakatnya cukup tinggi.

Hal ini disebabkan karena :

a. Kemungkinan partisipasi masyarakat yang kurang tanggap terhadap

bahayanya penyakit DBD.

b. Kemungkinan kurangnya partisipasi perangkat desa untuk terjun langsung

memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD pada masyarakat.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui pentingnya penyakit

DBD. Biasanya setelah ada yang terkena penyakit DBD barulah

masyarakat tahu betapa pentingnya pengetahuan tentang DBD.

D. Gambaran tentang Perilaku Penduduk

Dari hasil survey diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat sebanyak

80% mempunyai kesadaran yang kurang terhadap kebersihan lingkungan dalam

kesehariannya yang dapat menyebabkan timbulnya penyebab penyakit DBD.

Perilaku penduduk disini seperti :

1. Tidak menguras TPA seminggu/x tapi bila sudah kotor saja, sehingga

dapat menyebabkan timbulnya jentik nyamuk.

2. Mengganti Vas atau Tempat minum burung bila ada seminggu/x, agar

tidak dapat dijadikan tempat berkembangbiak.

3. Menggantung baju dalam rumah, dimana nyamuk beristirahat / hinggap.

4. Membuang botol/kaleng bekas di tempat sampah, karena barang-barang

bekas yang dapat menampung air dapat menjadi tempat

berkembangbiaknya nyamuk yang dapat meningkatkan penularan

nyamuk DBD.

E. Gambaran Angka Bebas Jentik

Dari hasil survey diperoleh bahwa Angka Bebas Jentik belum sesuai

harapan yaitu 65% dimana seharusnya angka yang dicapai sebesar 95%.

Page 33: Proposal Penelitian Dbd

32

Kegiatan Pemantauan Jentik Berkala rutin dilakukan oleh tenaga medis

oleh kader Desa Bangah dibawah bimbingan Bidan Desa Bangah setiap 2

minggu/x setelah ditemukan kasus DBD di daerah tersebut.

F. Gambaran Tingkat Pencegahan Terhadap DBD.

F.1 Berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat menampung

air oleh responden.

Dari hasil survey didapatkan sebagian besar sisa kaleng dan botol bekas

dibuang di tempat sampah sebanyak 67,5% dan di Desa Bangah ada

pasukan kuning yang setiap hari mengambil sampah, yang dikubur 5%, dan

yang dijual 27,5%.

F.2 Berhubungan dengan Bubuk Abate.

Dari hasil survey didapatkan sebagian besar masyarakat yang tahu manfaat

dan penggunaan bubuk abate sebesar 7,5% dan yang tidak tahu sebesar

92,5%. Hampir semua responden tidak tahu pemakaian bubuk abate secara

tepat. Sehingga usaha pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk

menjadi tidak efektif dan penularan DBD menjadi tinggi.

F.3 Berhubungan dengan Fogging.

Dari hasil survey didapatkan bahwa di desa Bangah sudah pernah dilakukan

fogging baik dari subsidi pemerintah maupun swadaya masyarakat sendiri

sebanyak 100% setelah ditemukan kasus penyakit DBD. Adanya fogging

tidak menurunkan DBD kemungkinan karena masih rendahnya perilaku

yang kurang tanggap terhadap kesehatan lingkungan.

G. Gambaran Frekuensi Penyuluhan Terhadap DBD

Dari hasil survey didapatkan bahwa sebanyak 82,5% responden

mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD. Hal ini dapat

berpengaruh pada rendahnya pengetahuan tentang penyakit DBD sehingga kurang

mendukung usaha pencegahan dan pengobatan penyakit DBD.

Page 34: Proposal Penelitian Dbd

33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bangah Kecamatan Gedangan

didapatkan gambaran faktor yang berkaitan dengan Penderita Demam

Berdarah yaitu :

1. Didapatkan prosentase Tamatan SLTA (40%), Perguruan Tinggi (30%),

SLTP (20%), SD (7,5%), dan tidak sekolah (2,5%). pendidikan yang

tinggi tidak dapat menjamin masyarakat melaksanakannya dengan

benar. Terbukti dengan ditemukannya penderita DBD di Desa Bangah

Rw 04 Rt 01.

2. Dari hasil survey dapat diketahui tingkat penghasilan terbanyak adalah

50 % memiliki penghasilan Rp.1.000.000,-1.500.000,00. Karena

kesibukan pekerjaan banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap

lingkungan tempat tinggal dan kesehatannya.Ternyata dengan

penghasilan yang tinggi belum dapat mencegah penyebaran DBD.

3. Sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang DBD yaitu sebesar

57,5% dan yang sudah mengetahui sebesar 42,5%

Hal ini disebabkan karena :

a. Kemungkinan partisipasi masyarakat yang kurang tanggap

terhadap bahayanya penyakit DBD.

b. Kemungkinan kurangnya partisipasi perangkat desa untuk terjun

langsung memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD pada

masyarakat.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui pentingnya

penyakit DBD

4. Sebagian besar masyarakat sebanyak 80% mempunyai perilaku yang

buruk dalam kesehariannya yang dapat menyebabkan timbulnya

penyakit DBD.

5. Dari hasil survey diperoleh bahwa Angka Bebas Jentik belum sesuai

harapan yaitu 65% dimana seharusnya angka yang dicapai sebesar 95%.

6. Gambaran pencegahan DBD

Page 35: Proposal Penelitian Dbd

34

a. Berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat

menampung air oleh responden.dari hasil survey didapatkan

sebagian besar sisa kaleng dan botol bekas dibuang di tempat

sampah sebanyak 67,5%.

b. Berhubungan dengan Bubuk Abate dari hasil survey didapatkan

sebagian besar masyarakat yang tahu manfaat dan penggunaan

bubuk abate sebesar 7,5% dan yang tidak tahu sebesar 92,5%.

Hampir semua responden tidak tahu pemakaian bubuk abate secara

tepat

c. Berhubungan dengan Fogging dari hasil survey didapatkan bahwa

di desa Bangah sudah pernah dilakukan fogging sebanyak 100%

setelah ditemukan kasus penyakit DBD.

7. Dari hasil survey didapatkan bahwa sebanyak 82,5% responden

mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD.

B. Saran

1. Mengenalkan kepada masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan gejala-

gejala DBD sehingga mencegah timbulnya penyakit dan penyebaran DBD.

2. Memberikan penyuluhan secara intensif kepada masyarakat melalui media

massa, sekolah, tempat ibadah, di tempat – tempat dilaksanakannya

pertemuan masyarakat desa.

3. Melakukan pembinaan dan pendekatan terhadap masyarakat untuk

melakukan Kerja bakti dalam pelaksanakan program 3M (menguras,

mengubur, menutup) di lingkungannya.

4. Dilakukannya pemberantasan jentik secara swadaya dan tepat guna.

5. Dilakukan pengasapan / Fogging secara rutin dengan tidak bergantung

pada subsidi pemerintah.

6. Diharapkan masyarakat ikut langsung dalam memberantas nyamuk Aedes

Aegypti.

Page 36: Proposal Penelitian Dbd

35