proposal penelitian dbd
TRANSCRIPT
![Page 1: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/1.jpg)
PROPOSAL PENELITIAN
GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA
PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
BULAN JANUARI – JUNI 2008
DESA BANGAH KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN SIDOARJO
Pembimbing :
Dr. Widianto Hadiwinoto, M.S
Disusun Oleh :
Hartadi Pramulia, S.Ked (01.700.052)
I Wayan Duta Krisna,S.Ked (01.700.202)
Linda Perwita Sari, S.Ked (01.700.188)
Sismiati, S.Ked (01.700.180)
Yudha Indriastuti, S.Ked (01.700.183)
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2008
![Page 2: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/2.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia kasus DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun
1968. Di Jakarta, kasus pertama dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994
DBD telah menyebar ke seluruh propinsi di daerah pedesaan.(1)
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur diperkirakan
50 sampai 100 juta kasus DBD per tahunnya dan 90% nya menyerang anak-anak
berusia di bawah 15 tahun. Namun pada wabah-wabah selanjutnya, jumlah
penderita yang digolongkan dalam golongan usia dewasa dan muda juga
meningkat. Saat ini DBD dapat menyerang semua golongan usia. Rata-rata angka
kematian pada kasus DBD mencapai 5%.(6)
Berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD
secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian
penyakit DBD semakin tahun semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang
berbeda mulai dari yang ringan sampai berat.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini
angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga
menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera
dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami
syok atau kematian.
Dalam penelitian ini kami membahas faktor-faktor yang menyebabkan
tingginya angka Demam Berdarah di Desa Bangah pada 01 Januari 2008 – 30 juni
2008. Berdasarkan data pada tanggal tersebut Desa Bangah di dapatkan data
jumlah penderita Demam Berdarah tertinggi sebanyak 9 orang diantara 13 desa
yang terdapat di wilayah kecamatan Gedangan. Atas pertimbangan tersebut maka
kami mengadakan penelitian tentang Gambaran Faktor-Faktor yang berkaitan
dengan tingginya angka penderita Demam Berdarah di RT 01 RW 04 Desa
Bangah Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
![Page 3: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/3.jpg)
2
NO. DESA JUMLAH DBD
1. Gedangan 1
2. Kebon Sikep 1
3. Kebon Anom -
4. Ganting -
5. Karang.Bong 3
6. Tebel -
7. Sruni -
8. Punggul -
9. Kragan -
10. Gemurung -
11. Ketajen -
12. Semambung 1
13. SawoTratap 7
14. Bangah 9
TOTAL 18
(Sumber : PWS KIA Kecamatan Gedangan).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut dengan gambaran :
1. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan di Desa Bangah?
2. Bagaimana gambaran tingkat penghasilan keluarga di Desa Bangah ?
3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan tentang Demam Berdarah
Dengue?
4. Bagaimana gambaran perilaku penduduk di desa Bangah ?
5. Berapa gambaran jumlah ABJ di desa Bangah ?
6. Bagaimana gambaran pencegahan terhadap Demam Berdarah Dengue ?
![Page 4: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/4.jpg)
3
7. Bagaimana gambaran frekuensi penyuluhan tentang Demam Berdarah
Dengue?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran faktor-faktor yang berkaitan dengan penderita
Demam Berdarah Dengue di desa Bangah, kecamatan Gedangan.
Kabupaten Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pendidikan di Desa Bangah
b. Mengetahui gambaran tingkat penghasilan keluarga di Desa
Bangah
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan penduduk Desa Bangah
tentang Demam Berdarah Dengue
c. Mengetahui gambaran perilaku penduduk di desa Bangah
d. Mengetahui gambaran Berapa jumlah ABJ di desa Bangah
e. Mengetahui Bagaimana gambaran pencegahan terhadap Demam
Berdarah Dengue
f. Mengetahui gambaran frekuensi penyuluhan tentang Demam
Berdarah Dengue.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Bagi Masyarakat
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat
tentang masalah penyakit demam berdarah dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap penyakit DBD.
2. Bagi Peneliti
a. Untuk menambah wawasan peneliti tentang faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya angka demam berdarah disuatu
wilayah.
![Page 5: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/5.jpg)
4
b. Untuk dapat melatih peneliti agar bisa berpikir secara obyektif
dalam menghadapi dan memecahkan masalah demam berdarah
yang ada di lapangan.
3. Bagi instansi terkait
Agar dapat memberikan masukan bagi puskesmas Gedangan dalam
melakukan evaluasi keberhasilan pencatatan dan pelaporan serta
pencapaian target dalam mengatasi kasus Demam Berdarah di wilayah
desa Bangah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEMAM BERDARAH DENGUE
Batasan
Demam Berdarah atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis
yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat
serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Demam berdarah
disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.(6)
B. ETIOLOGI
Virus dengue adalah anggota virus genus Flavivirus dan famili
Flaviviridae. Virus ini berukuran kecil dan memiliki single stranded RNA.
Ada empat serotipe virus Dengue yang disebut serotipe 1, 2, 3 dan 4 (DEN1,
DEN2, DEN3, DEN4). Dari survei virologi penderita DBD yang telah
dilakukan di beberapa rumah sakit di indonesia sejak tahun 1972 sampai
dengan tahun 1995, keempat serotipe berhasil diisolasi baik dari penderita
DBD derajat ringan maupun berat. Selama 17 tahun, serotipe yang
mendominasi ialah serotipe 2 dan 3. Serotipe 3 dikaitkan dengan kasus DBD
berat.(6)
C. KLASIFIKASI
Sedangkan derajat penyakit DBD diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu:
Derajat I: Demam diseratai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji torniquet.
![Page 6: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/6.jpg)
5
Derajat II: Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau
perdarahan lain.
Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan nadi menurun ( 20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di
sekitar mulut, kulit dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
Derajat IV: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur.(1)
D. PATOFISIOLOGI
Proses patofisiologi utama untuk menentukan berat-tidaknya demam
Dengue adalah peningkatan permeabilitas pembuluh darah, penurunan volume
plasma (hipovolemia), hipotensi (penurunan tekanan darah), trombositopeni
dan haemorrhagic diathesis.
1. Meningkatnya permeabilitas dnding kapiler disebabkan oleh pelepasan zat
anafilatoksin, histamin, serotonin serta aktivasi sistem kalikrein. Maka
akan terjadi ekstravasasi cairan elektrolit dan protein, terutama albumin, ke
dalam rongga di antara jaringan ikat dan rongga serosa. Hal ini dibuktikan
dengan radioisotop I131. Dengan demikian akan terjadi penurunan volume
cairan tubuh (hipovolemik) plasma, yang jika mencapai 30% dari seluruh
cairan tubuh akan menyebabkan renjatan (shock) yang hebat yang akan
berakibat anoxia (tidak adanya suplai Oksigen) jaringan, asidosis
metabolik dan kematian bila tidak terkontrol.
2. Trombositopeni merupakan petanda kedua untuk menentukan diagnosis
penyakit DBD. Seseorang akan didiagnosa DBD jika jumlah trombositnya
kurang atau sama dengan 100.000/mm3 yang disertai peningkatan
permeabilitas kapiler. (Permeabilitas adalah kemampuan suatu membran -
dalam hal ini dinding pembuluh darah- untuk melewatkan bahan-bahan
tertentu). Trombositopeni ini diasumsikan karena tertekannya fungsi
megakaryosit (sel yang kelak pecah dan menjadi trombosit) serta destruksi
trombosit yang matur (dewasa/matang).
![Page 7: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/7.jpg)
6
3. Gangguan pembekuan darah juga berperan dalam terjadinya perdarahan
pada penderita DBD. Pada pemeriksaan faal hemostasis (fungsi
keseimbangan cairan tubuh) akan terjadi peningkatan Partial
Thromboplastine Time (PTT) 54,6% dan Prothrombine Time 33,3%.
Sedangkan Thrombine Time pada umumnya normal. Terjadi penurunan
faktor-faktor pembekuan darah, yaitu faktor II, V, VII, IX, X dan
fibrinogen. Diduga juga terjadi penurunan faktor XII. Selain itu infeksi
virus Dengue ini juga menyebabkan Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC) (suatu keadaan kehabisan zat/bahan pembekuan darah,
sehingga terjadi pendarahan yang terus-menerus).(7)
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada awal perjalanan penyakit, DBD dapat menyerupai kasus DD
dengan kecenderungan perdarahan yang berupa satu atau lebih manifestasi di
bawah ini, yaitu :
Uji bendungan (Tourniquet) positif
Perdarahan kulit (Petekie, ekimosis atau purpura)
Perdarahan mukosa (perdarahan hidung (epistaksis), perdarahan gusi)
Muntah darah (hematemesis) atau buang air besar darah (melena).
Hitung trombosit rendah (trombositopenia = hitung trombosit <
100.000/mm3)
Pemekatan darah (hemokonsentrasi) sebagai akibat dari peningkatan
permeabilitas kapilar dengan manifestasi satu atau lebih yaitu:
o Peningkatan hematokrit (Ht) sesuai umur dan jenis kelamin > 20%
dibandingkan rujukan atau lebih baik lagi data awal pasien.
o Penurunan hematokrit 20 % setelah mendapat pengobatan cairan.
o Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura, asites atau
proteinuria.(6)
![Page 8: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/8.jpg)
7
F. DIAGNOSA
WHO (1997) Memberikan pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis
DBD secara dini, disamping menentukan derajat beratnya penyakit:
1. Biasanya ditandai oleh 4 manifestasi klinis utama yaitu ( demam
tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan
sirkulasi)
2. Trombositopenia ringan sampai nyata bersamaan dengan
hemokonsentrasi adalah gejala laboratoris yang spesifik
3. Perbedaan utama dengan dengue adalah adanya kebocoran plasma
yang ditandai dengan peningkatan Hematokrit.
4. DBD pada anak biasanya ditandai dengan kenaikan suhu mendadak,
disertai facial flush dan tanda lain yang menyerupai Demam
Dengue (DD) seperti Anoreksia, muntah, sakit kepala serta tulang
atau otot, nyeri epigastrium, ketegangan pada batas kosta kanan dan
nyeri abdomen menyeluruh juga sering ditemukan.
5. Suhu tubuh biasanya > 39 C
6. Fenomena perdarahan yang sering terjadi adalah uji torniquet (+),
petekie, ekimosis, pada ekstremitas, muka dan palatum. Epistaksis
dan perdarahan gusi juga dapat terjadi.
7. Hati biasanya teraba pada fase demam, lebih sering ditemukan pada
kasus DBD dengan syok.
8. Pada akhir fase demam, kewaspadaan akan terjadi penurunan
kondisi, harus dipikirkan antara lain terjadinya gangguan sirkulasi
antara lain: keringat banyak, gelisah, akral teraba dingin, terjadi
perubahan tekanan darah dan nadi.
Untuk menunjang diagnosis DBD, dapat digunakan parameter
laboratorium, antara lain:
1. Leukosit yang awalnya menurun/ normal, pada fase akhir, dapat
ditemui limfositosit relatif ( LPB > 15% ), yang pada fase syok akan
meningkat.
2. Trombositopenia ( < 100.000 /µl ) dan hemokonsentrasi ( Ht > 20 %
dari normal )
![Page 9: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/9.jpg)
8
3. Kelainan pembekuan sesuai derajat penyakit.
4. Protein plasma menurun.
5. Hiponatremia pada kasus berat.
6. Serum alanin-aminotransferase sedikit meningkat.
7. Isolasi virus terbaik saat viremia ( 3-5 hari ).
8. IgM terdeteksi pada hari ke 5, meningkat sampai minggu III,
menghilang setelah 60-90 hari
9. IgG pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari 14, sedangkan
pada infeksi sekunder mulai pada hari 2. (1)
G. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana DBD pada anak:
Tatalaksana DBD bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian
cairan oral untuk mencegah dehidrasi.Pasien perlu diberikan minum 50 ml/kg
BB dalam 4-6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi diberikan
cairan rumatan 80-100 ml/ kgBB dalam 24 jam berikutnya. Apabila cairan
oral tidak dapat diberikan karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut
yang hebat, maka diberikan cairan intravena. Bayi yang masih minum ASI
tetap harus diberikan disamping larutan oralit.
Pada derajat I dan II, cairan intravena dapat dapat diberikan selama 12-24
jam. Perhatian khusus dengan peningkatan hematokrit yang terus menurus dan
penurunan jumlah trombosit < 50.000/ µl.
Parasetamol direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah
39ºC denan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Tatalaksana DBD pada Pasien dewasa
Tatalaksana ini didasarkan atas protokol yang terbagi atas 5 kategori yaitu:
1. Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa di UGD. Penderita
yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit dalam
batas normal dapat dipulangkan dengan anjuran krmbali kontrol ke poliklinik
dalam waktu 24 jam berikutnya atau bila keadaan memburuk. Sedangkan
Penderita dirawat bila didapatkan hasil Hb, Ht dalam batas`normal dengan
jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm³ atau Hb,Ht meningkat dengan
![Page 10: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/10.jpg)
9
jumlah trombosit kurang dari 150 000/ mm³ diberikan infus Ringer Laktat
500 cc dalam empat jam, selanjutnya dilakukan observasi ulang.
2. Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa tanpa perdarahan
masif dan tanpa syok di ruang rawat. Cairan Ringer Laktat dapat diberikan
dengan jumlah cairan yang diberikan dengan perkiraan selama 24 jam
penderita mengalami dehidrasi sedang, maka penderita dengan berat sekitar
50-70 kg diberikan Ringer Laktat sebanyak 3000 cc selama 24 jam, bila BB<
50 kg diberi cairan sebanyak 2000 cc/24 jam dan bila BB> 70 kg diberi
cairan sebanyak 4000 cc/24 jam.
3. Observasi dan pemberian cairan DBD dewasa dengan perdarahan spontan
dan masif, tanpa syok di ruang rawat. Pada keadaan ini jumlah cairan Ringer
laktat tetap seperti keadaan DBD tanpa syok lainnya sebanyak 500 cc setiap
4 jam. Dan dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang tiap 4 – 6 jam
4. Observasi dan pemberian cairan penderita DBD dewasa dengan syok dan
perdarahan spontan. Pada kasus ini Ringer Laktat diberikan sebanyak 20
cc/kgBB/jam yang dievaluasi selama 30-120 menit, apabila syok sudah
teratasi maka pemberian cairan selanjutnya sebanyak 500 cc/4 jam.
5. Observasi dan pemberian cairan DBD dewasa dengan syok tanpa perdarahan.
Pada prinsipmnya sama dengan protokol 4 hanya pemeriksaan klinis maupun
lab perlu dilakukan lebih teliti untuk menemukan kemungkinan adanya
perdarahan tersembunyi. (1)
H. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PENDERITA
DBD
1. Faktor Sosial Ekonomi
Penderita penyakit DBD jika tidak mendapat perawatan yang memadai
dapat mengalami perdarahan yang hebat, syok dan dapat mengakibatkan kematian
. Oleh karena itu semua kasus DBD sesuai dengan kriteria WHO harus mendapat
perawatan di tempat pelayanan kesehatan atau Rumah sakit.Beberapa faktor sosial
ekonomi yang berpengaruh antara lain :
a. Tingkat Pendidikan masyarakat yang rendah mengakibatkan rendahnya
kepedulian terhadap pencegahan penyakit DBD
![Page 11: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/11.jpg)
10
b. Tingkat penghasilan masyarakat yang tinggi memungkinkan penderita segera
mendapatkan pertolongan dan pengobatan, sehingga komplikasi kematian
akibat penyakit DBD dapat dihindari.(2)
2. Faktor Perilaku SDM
a. Pengetahuan
Pengetahuan menurut (Notoatmodjo 1993) merupakan hasil dari perilaku
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap tertentu melalui
panca indera manusia, pengetahuan ini menyebabkan sikap positif dan negatif.(3)
1. Pengetahuan masyarakat tentang gejala/tanda-tanda demam berdarah
seperti demam tinggi selama 2-7 hari, timbulnya bercak-bercak merah (ptekia),
kadang-kadang disertai mimisan.
2. Bahaya demam berdarah bila terlambat diberi pertolongan dapat
menyebabkan komplikasi kematian .
3. Tempat-tempat yang disukai nyamuk Aedes aegypti adalah di tempat-
tempat penampungan air jernih seperti bak mandi, kontainer, barang-barang bekas
yang dapat menampung air, pohon yang dapat menampung air, air yang tergenang
di atap-atap rumah dan talang air, baju-baju yang digantung
4. Mengetahui program 3M : Menguras TPA, Mengubur sisa-sisa barang
bekas yang dapat menampung air, dan Menutup TPA.(4)
b.Perilaku Masyarakat
Perilaku mempunyai peranan besar terhadap kesehatan. Pendapat
(Sarwono 1993) bahwa perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungan, secara operasional perilaku dapat
diartikan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan
diluar objek tersebut.(3)
Perilaku masyarakat yang dapat mencegah timbulnya penyakit DBD
a. Menguras TPA minimal seminggu sekali
b. Mengganti vas bunga,tempat minum burung bila ada minimal seminggu
sekali
c. Tidak menggantung baju karena nyamuk Aedes aegypti suka pada baju
yang digantung
![Page 12: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/12.jpg)
11
d. Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air.
3.Faktor Lingkungan
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Angka bebas jentik adalah suatu prosentase dari jumlah rumah yang tidak
ditemukan jentik dibanding dengan jumlah rumah yang diperiksa. Angka Bebas
Jentik (ABJ) ini didapatkan melalui kegiatan pemeriksaan jentik secara berkala
(PJB) pada rumah dan kontainer didalam dan diluar rumah yang positif atau
negatif jentik.(1)
4. Faktor Pencegahan
1. Pemberatasan sarang nyamuk (PSN) adalah cara yang dilakukan dengan
menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukan yang pada
dasarnya adalah pemberantasan jentik atau mencegah nyamuk tidak
berkembang biak seperti sebagai berikut :
a. Menguras sekurangnya satu minggu sekali, dilakukan dengan
pertimbangan
siklus hidup perkembangan telur sampai menjadi nyamuk 1-10 hari
b. Menutup rapat tempat penampungan air
c. Mengganti air vas bunga seminggu sekali
d. Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang bekas
e. Menutup lubang pada pagar bambu dan lubang pohon dengan tanah
f. Membersihkan air yang tergenang didepan rumah
g. Memelihara ikan khusus untuk daerah sulit air
2. Abate adalah pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan penggunaan
Temophost (Abate) dimasukkan kedalam penampungan air yang
diperkirakan menjadi tempat bersarangnya nyamuk dengan dosis yang
digunakan 10 gram abate untuk 100 liter air.Abate mempunyai efek
residu 3 bulan dan aman digunakan di teempat penampungan air yang
airnya digunakan untuk manusia.
3. Fogging adalah pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dengan cara
peyemprotan pengasapan dengan insektida. Dilakukan mengingat
kebiasaan nyamuk yang hinggap pada benda-benda tergantung. Karena
![Page 13: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/13.jpg)
12
itu dilakukan penyemprotan ke dindining-dinding rumah.Insektisida
yang dipakai : - Organohospat misal : Malathion, feniltrothion.
- Pyremoitsritetie misal : lomda sihalotrim
- Carbamat
Alat yang digunakan untuk menyemprot ialah mesin fog atau mesin
ULV karena penyemprotan dilakukan dengan cara pengasapan.
Ini dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu untuk membatasi
penularan virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk lainnya akan
mati,tetapi akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada
setelah penyemprotan siklus 2 selanjutnya akan menimbulkan
penularan virus dengue lagi. Oeh karena itu perlu dilakukan
penyemprotan siklus ke II dengan penyemprotan yang kedua 1 minggu
sesudah penyemprotan yang ke 1 nyamuk baru yang infektif ini akan
terbasmi sebelum sempat menularkan kepada orang lain.
Penyemprotan insektisida ini dalam waktu singkat dapat membatasi
penularan,akan tetapi tindakan ini perlu diikuti dengan pemberantasan
jentiknya.(5)
![Page 14: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/14.jpg)
13
BAB III
OBYEK DAN METODE PENELITIAN
A. BENTUK PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif yang menggambarkan faktor-faktor
yang berkaitan dengan penderita Demam Berdarah Dengue RT 01 RW 04 di
desa Bangah kecamatan Gedangan.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian ini berada di desa Bangah, kecamatan
Gedangan, kabupaten Sidoarjo pada tanggal 7 Juli – 11 Juli 2008.
C. OBYEK PENELITIAN
1. Populasi adalah Kepala keluarga warga RW01 RT04 desa Bangah yang
ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue sejumlah 40 kepala keluarga.
2. Besar sample yang digunakan adalah Jumlah Kepala Keluarga warga
RW01 RT04 desa Bangah yang ditemukan kasus Demam Berdarah
Dengue sejumlah 40 kepala keluarga.
D. CARA PENGUMPULAN DATA
1. Jenis Data
a. Data Primer
Dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan acuan
kuesioner dengan responden adalah masyarakat Desa Bangah
b. Data Sekunder
Meliputi gambaran umum daerah penelitian yang didapat dari
Puskesmas Pembantu Desa Bangah, kecamatan Gedangan, kabupaten
Sidoarjo periode 1 Januari 2008 – 30 Juni 2008.
![Page 15: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/15.jpg)
14
2. Jenis Variabel
a. Variabel Terikat
Keluarga penderita demam berdarah, keluarga tersangka
demam berdarah, hasil pemeriksaan epidemiologi di Desa Bangah,
Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
b. Variabel Bebas
1. Gambaran tingkat pendidikan penduduk di Desa Bangah
2. Gambaran tingkat penghasilan keluarga di Desa Bangah
3. Gambaran tingkat pengetahuan tentang Demam Berdarah Dengue
4. Gambaran perilaku penduduk di Desa Bangah
5. Gambaran berapa jumlah ABJ di Desa Bangah
6. Gambaran pencegahan terhadap Demam Berdarah Dengue
7. Gambaran frekuensi penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue
E. CARA MENGOLAH DATA
1. Data Mentah
Berupa kuesioner yang telah diisi menurut karakteristik responden.
Data mentah tersebut diedit dan bila telah lengkap kemudian ditabulasi untuk
memperoleh tabel distribusi frekuensi yang digunakan sesuai analisis
deskriptif.
2. Pengolahan Data
1. Pengumpulan data
2. Pengeditan
3. Membuat rancangan tabel
a. Tabel Induk
b. Distribusi frekuensi
F. CARA ANALISIS DATA
Analisis sesuai dengan jenis penelitian deskriptif dilakukan dengan
interpretasi data dari tabel distribusi frekuensi untuk memberikan gambaran
hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian.
![Page 16: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/16.jpg)
15
Faktor lingkungan Angka Bebas Jentik
Faktor Perilaku SDM Kebiasaan menggantung baju. dan Frekuensi menguras bak mandi. Tingkat pengetahuan
Demam Berdarah Dengue
Faktor Sosial Ekonomi Tingkat Penghasilan Tingkat Pendidikan
Faktor Pencegahan Pegolahan barang bekas
yang dapat menampung air, Abatisasi, Fogging
Penyuluhan
G. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
H.DEFINISI OPERASIONAL
1. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diterima
oleh responden saat penelitian dilakukan terdiri atas SD, SLTP, SLTA, PT,
dan tidak sekolah
2. Tingkat penghasilan adalah jumlah rata-rata penghasilan kepala keluarga
perbulan /sesuatu yang didapatkan sebagai upah setelah melakukan
pekerjaan selama sebulan dibagi menjadi :.
![Page 17: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/17.jpg)
16
Kriteria penghasilan :
<Rp. 500.000,00 : penghasilan sangat kurang
Rp.500.000 - 1000.000,00 : penghasilan kurang
Rp.1000.000 - 1500.000,00 : penghasilan cukup
> Rp.1.500.000,00 : penghasilan baik
3. Tingkat pengetahuan adalah informasi yang diterima oleh responden
mengenai Demam Berdarah Dengue. Kriteria penilaian :
a. Tahu : Bila menjawab 3 pertanyaan
b. Tidak tahu : Bila menjawab 1 pertanyaan
NO Pengetahuan Tentang DBD Tahu Tidak tahu
1. Tanda-tanda DBD
2. Bahaya DBD
3. Tempat-tempat yang disukai
nyamuk DBD
4. Program 3M
(Menguras,Mengubur,Menutup)\
Jumlah
4. Perilaku penduduk adalah kebiasaan penduduk sehari-hari seperti :
NO Perilaku Penduduk Ya Tidak
1. Tidak menguras TPA seminggu/x
2. Mengganti Vas, Pot,tempat
minum burung bila ada
seminggu/x
3. Menggantung baju di dalam
rumah
4. Membuang botol, kaleng bekas
![Page 18: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/18.jpg)
17
ditempat sampah, ditimbun
Jumlah
5. ABJ (Angka Bebas Jentik) adalah salah satu indikator yang digunakan
untuk mengetahui apakah suatu wilayah sudah memenuhi target bebas dari
jentik nyamuk DBD dan target yang diharapkan 95%.Kami para peneliti
mengamati 40 rumah dari Responden. Dikatakan positif walaupun hanya
ditemukan 1 jentik.Tidak perlu dilakukan identifikasi jentik nyamuk.
Jentik Jumlah
Positif
Negatif
6. Yang dimaksud pencegahan DBD adalah segala usaha yang dilakukan
warga masyarakat untuk mecegah terjadinya penyebaran penyakit DBD
usaha tersebut yaitu pemberantasan sarang nyamuk yaitu kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular
demam berdarah dengue dengan 3 M plus.
3 M adalah :
Menguras tempat penampungan air bersih
Menutup penampungan air bersih
Menimbun atau mengubur barang-barang bekas
Responden menjawab untuk membuang barang bekas yang dapat
menampung air : a. Di buang di tempat sampah
b. ditimbun/ dikubur
c. dijual
Tempat Penampungan Air yang memungkinkan menjadi tempat
perindukan jentik nyamuk Aedes Aegepty seperti : bak mandi,
kontainer air bersih dan barang – barang bekas yang menampung air,
genangan air yang jernih, tempat minum binatang ternak.
Fogging adalah penyemprotan nyamuk dewasa yang didanai melalui
subsidi pemerintah maupun swadaya masyarakat karena ditemukan
kasus penyakit DBD pada wilayah tersebut
![Page 19: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/19.jpg)
18
a. Pernah
b. Tidak pernah
Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik dengan dosis
1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air. Dengan
frekuensi pemberian 2 bulan sekali. Pengetahuan Kepala Keluarga
tentang bubuk Abate dibagi menjadi :
a. Tahu : dapat menyebutkan manfaat dan
penggunaannya
b. Tidak tahu
7. Frekuensi Penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue dan
pencegahannya. berapa sering diberikan penyuluhan secara langsung oleh
petugas kesehatan dibagi menjadi :
a. 2x setahun
b. 1x setahun
c. Tidak pernah/lupa
![Page 20: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/20.jpg)
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
A. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Desa Bangah Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo terletak 3 km dari
kecamatan Gedangan, 15 km dari Kabupaten Sidoarjo.
a. Luas wilayah desa Bangah adalah 126.355 Ha dengan batas-batas :
Sebelah Utara : Desa Pepelegi Kecamatan Waru.
Sebelah Selatan : Bohar Kecamatan Taman.
Sebelah Barat : Wage Kecamatan Taman.
Sebelah Timur : Sawotratap Kecamatan Gedangan.
b. Jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 3661 jiwa, jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Laki-laki : 3.111 orang
Perempuan : 3.073 orang
Kepala Keluarga : 1.488 KK
c. Mata pencaharian penduduk :
1. Pegawai Swasta : 3.180 orang
2. Petani : 40 orang
3. PNS : 50 orang
4. Tukang Batu : 40 orang
5. Tukang Kayu : 38 orang
6. Pensiunan ABRI / Sipil : 80 orang
7. Pensiunan Swasta : -
8. Guru : 28 orang
9. ABRI : 29 orang
10. Pegawai BUMN / BUMD : 13 orang
11. Pegawai Desa : 7 orang
![Page 21: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/21.jpg)
20
12. Mantri Kesehatan / Perawat : 13 orang
13. Jasa Angkutan : 10 orang
14. Dokter : 4 orang
15. Jasa Lembaga Keuangan : -
16. Bidan : 2 orang
d. Tingkat Pendidikan Penduduk :
1. Penduduk usia 10 th keatas yang buta huruf : -
2. Penduduk tidak tamat SD / sederajat : 517 orang
3. Penduduk tamat SD / Sederajat : 1.209 orang
4. Penduduk tamat SLTP / Sederajat : 1.865 orang
5. Penduduk tamat SLTA / Sederajat : 1.749 orang
6. Penduduk tamat D-1 : 48 orang
7. Penduduk tamat D-2 : 45 orang
8. Penduduk tamat D-3 : 46 orang
9. Penduduk tamat S-1 : 205 orang
10. Penduduk tamat S-2 : 25 orang
Jumlah : 5.709 orang
e. Kesejahteraan Penduduk :
1. Keluarga Pra Sejahtera : 23 KK
2. Keluarga Sejahtera I : 145 KK
3. Keluarga Sejahtera II : 296 KK
4. Keluarga Sejahtera III : 785 KK
5. Keluarga Sejahtera III Plus : 249 KK
Jumlah : 1.498 KK
f. Wabah penyakit yang terjadi :
1. Demam Berdarah : 12 Kasus
2. Malaria : -
3. Tipus/Kolera/Muntaber : 4 Kasus
Jumlah :16 Kasus
g. Prasarana Kesehatan
![Page 22: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/22.jpg)
21
30% 20%
40%
7.5%2.5%SDSLTPSLTAPerguruan TinggiTidak Sekolah
1. Rumah Sakit Bersalin : 1 unit
2. Puskesmas pembantu : 1 unit
Jumlah : 2 unit
B.KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Gambaran tingkat pendidikan Tabel IV.1 Tabel Distribusi Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga RW01 RT04 Warga di Desa Bangah dalam Satu Bulan, Kecamatan Gedangan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
SD 3 7,5 SLTP 8 20 SLTA 16 40 Perguruan Tinggi 12 30 Tidak Sekolah 1 2,5
JUMLAH 40 100 Sumber: Hasil Survey Diagram 1 Diagram Proporsi Tingkat Pendidikan Kepala Kelurga RW01 RT04 Dalam Satu Bulan warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu
40% berpendidikan SLTA diurutan pertama dan sekitar 30% adalah Perguruan
tinggi , selanjutnya sekitar 20% ditempati SLTP.
![Page 23: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/23.jpg)
22
12,5%27,5%
50%
10,0% < Rp.500.000,00
Rp. 500.000,00 - Rp.1.000.000,00Rp. 1.000.000,00 - Rp.1.500.000,00> Rp. 1.500.000,00
Tabel 2 Gambaran tingkat penghasilan
Tabel Distribusi Tingkat Penghasilan Kepala Keluarga RW01 RT04 Warga di Desa Bangah dalam Satu Bulan, Kecamatan Gedangan
Tingkat Penghasilan Frekuensi Prosentase (%)
< Rp.500.000,00 4 10
Rp.500.000,-1000.000,00
11 27,5
Rp.1.000.000,-1.500.000,00
20 50
>Rp.1.500.000,00 5 12,5
JUMLAH 40 100
Diagram 2 Diagram Proporsi Tingkat Penghasilan Kepala Kelurga RW01 RT04 Dalam Satu Bulan, warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo
![Page 24: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/24.jpg)
23
57%42.5%
TahuTidak Tahu
Berdasarkan diagram diatas diketahui bahwa tingkat penghasilan responden terbanyak adalah Rp.1.000.000 – Rp.1.500.000,00
Tabel 3 Gambaran tingkat pengetahuan mengenai DBD Tabel Distribusi tingkat pengetahuan mengenai DBD Kepala Kelurga RW01 RT04 warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil survey
Pengetahuan tentang DBD
Frekuensi Prosentase (%)
Tahu 17 42,5
Tidak tahu 23 57,5
Jumlah 40 100
Diagram 3 Diagram Proporsi Tingkat Pengetahuan tentang DBD Kepala Kelurga RW01 RT04 Dalam warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo
Berdasarkan diagram diatas kebanyakan responden yang tidak mengetahui tentang DBD lebih banyak dibanding yang tahu karena hanya melihat sekilas-sekilas saja lewat iklan di TV dan Koran yaitu sebesar 57,5% dan yang tahu hanya 42,5%.
![Page 25: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/25.jpg)
24
20%
80.0% YaTidak
Tabel 4 Gambaran perilaku penduduk
Tabel Distribusi Perilaku penduduk RW01 RT04 warga Di Desa Bangah
Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo yang dapat menyebabkan
timbulnya DBD
Sumber : Hasil survey
Perilaku penduduk disini seperti :
1. Tidak menguras TPA seminggu/x
2. Mengganti Vas atau Tempat minum burung bila ada seminggu/x
3. Menggantung baju dalam rumah
Dikatakan ya bila responden menjawab ≥ 2.
Perilaku penduduk Jumlah Prosentase(%)
Ya 32 80
Tidak 8 20
Jumlah 40 100
Diagram 4 Diagram Distribusi Perilaku penduduk RW01 RT04 warga Di Desa Bangah Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo, yang dapat menimbulkan DBD Sumber : Hasil survey
![Page 26: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/26.jpg)
25
65%
35%PositifNegatif
Berdasarkan diagram diatas Perilaku penduduk yang kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya resiko kasus DBD sebanyak 80% Tabel 5 Gambaran Jumlah angka bebas jentik Tabel Distribusi Angka Bebas Jentik rumah penduduk di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey
Jentik Jumlah Persentase (%)
Positif 14 35
Negatif 26 65
JUMLAH 40 100
Diagram 5 Diagram Distribusi Angka Bebas Jentik rumah penduduk di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo
Berdasar diagram diatas didapatkan angka bebas jentik belum memenuhi target 95%, karena ditemukan rumah responden yang positif jentik sebesar 35% dan yang negative 65% jadi ABJ yang dicapai baru mencapai
Jumlah rumah yang tidak dtemukan jentik x 100% = 26 x 100 = 65%
Jumlah rumah yang diperiksa 40
![Page 27: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/27.jpg)
26
5%
27.5%67.5%
Dibuang di TempatSampahDikubur/Ditimbun
Dijual
Tabel 6.1 Gambaran pencegahan terhadap DBD oleh penduduk Tabel Distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat menampung air oleh responden di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey
Membuang
barang bekas yang dapat
menampung air
Jumlah
Porsentase (%)
Dibuang tempat sampah
27 67,5
Dikubur/ditimbun 2 5
Dijual 11 27,5
JUMLAH 40 100
Diagram 6.1 Diagram Distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat menampung air oleh responden di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo
Berdasarkan diagram diatas pencegahan yang dilakukan responden terhadap DBD untuk pembuangan sisa barang yang dapat menampung air prosentase terbanyak yaitu dibuang di tempat sampah sebesar 67.5% karena di desa Bangah ada pasukan kuning yang mengambil sampah setiap hari.
![Page 28: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/28.jpg)
27
92.5%
7.5%
PositifNegatif
Tabel 6.2 Gambaran pencegahan tehadap DBD berhubungan dengan Manfaat dan Pemberian Bubuk Abate. Tabel Distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan Bubuk Abate di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey
Bubuk Abate Jumlah Prosentase (%)
Tahu 3 7,5
Tidak tahu 37 92,5
Jumlah 40 100
Diagram 6.2 Diagram distribusi pencegahan terhadap DBD berhubungan dengan Bubuk Abate di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey
Berdasarkan diagram diatas responden yang mengetahui manfaat dan pemberian bubuk abate secara tepat hanya sebesar 7,5%.
Tabel 6.3 Gambaran pencegahan terhadap DBD yang berhubungan Dengan Fogging.
Tabel Distribusi pencegahan terhadap DBD yang berhubungan dengan fogging di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey
Fogging Jumlah Prosentase (%)
![Page 29: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/29.jpg)
28
100%PernahTidak Pernah
0%
82.5%
7.5%
Pernah 1xPernah 2xTidak Pernah
Pernah 40 100
Tidak pernah 0 0
Jumlah 40 100
Diagram 6.3 Diagram distribusi pencegahan terhadap DBD di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil survey
Berdasarkan diagram diatas responden yang menjawab di daerah penelitian pernah dilakukan fogging setelah ditemukan positif kasus DBD yaitu sebesar 100% Tabel 7 Gambaran frekuensi penyuluhan DBD Tabel Distribusi Frekuensi penyuluhan DBD di Desa Bangah RT04 RW01 Kecamaran Gedangan, Kabupaten Sidoarjo Sumber : Hasil Survey
Pernah / Tidak
Mendapat Penyuluhan Jumlah Prosentase (%)
Pernah 1x 7 7,5 Pernah 2x 0 0 Tidak Pernah 33 82,5
JUMLAH 40 100 Sumber : Hasil survey
Diagram 7 Diagram . Frekuensi penyuluhan DBD
![Page 30: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/30.jpg)
29
Berdasarkan diagram diatas sebagian besar responden mengatakan pernah dilakukan penyuluhan tentang DBD oleh petugas kesehatan dengan prosentase 7,5 % dan yang tidak pernah 82,5 %.
![Page 31: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/31.jpg)
30
BAB V PEMBAHASAN
A. Gambaran Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga.
Dari hasil survey Tingkat pendidikan responden dapat diketahui sebagian
besar adalah Tamatan SLTA (40%), Perguruan Tinggi (30%), SLTP (20%), SD
(7,5%), dan tidak sekolah (2,5%). Dari data diatas (tabel 1) dengan tingkat
pendidikan yang lumayan tinggi diharapkan bisa menerapkan pengetahuan yang
dimiliki yang diterima dari petugas kesehatan maupun informasi tentang DBD
dengan pelaksanakannya. Tetapi pendidikan yang tinggi tidak dapat menjamin
masyarakat melaksanakannya dengan benar. Terbukti dengan ditemukannya
penderita DBD di Desa Bangah Rw 04 Rt 01.
Tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan dapat melakukan tindakan
terhadap masalah yang muncul seperti kasus DBD agar tidak bertambah banyak,
dengan melakukan pencegahan untuk memberantas Nyamuk DBD. Padahal
banyak informasi atau penyuluhan tentang DBD oleh pemerintah baik melalui
media massa maupun elektronik. Tetapi hal tersebut masih diabaikan oleh
masyarakat karena dianggap tidak penting. Bila sudah ditemukan masyarakat yang
terkena DBD barulah masyarakat bergerak untuk melakukan tindakan.
Pada masyarakat yang pendidikannya tinggi seharusnya memberi contoh
lebih dahulu pada masyarakat yang pendidikannya kurang secara tidak langsung
cepat atau lambat pasti akan diikuti dan dilaksanakan.
B. Gambaran Tingkat Penghasilan Penduduk
Dari hasil survey dapat diketahui tingkat penghasilan terbanyak adalah 50
% memiliki penghasilan Rp.1.000.000,-1.500.000,00 hal ini berpengaruh pada
penanganan dan pengobatan yang memadai, sehingga penyakit DBD dapat
terdeteksi sejak dini hingga tidak sampai menimbulkan kematian.
Kemungkinan pengetahuan tentang DBD yang masih rendah dan
penyuluhan yang kurang di daerah tersebut.
![Page 32: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/32.jpg)
31
C. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang DBD
Dari hasil survey diperoleh bahwa sebagian masyarakat yang tidak
mengetahui tentang DBD termasuk tanda-tanda, bahaya, tempat yang disukai
nyamuk, dan program 3M yaitu sebesar 57,5% dan yang sudah mengetahui
sebesar 42,5% dapat dilihat prosentase yang tidak tahu lebih besar walaupun
pendidikan sebagian masyarakatnya cukup tinggi.
Hal ini disebabkan karena :
a. Kemungkinan partisipasi masyarakat yang kurang tanggap terhadap
bahayanya penyakit DBD.
b. Kemungkinan kurangnya partisipasi perangkat desa untuk terjun langsung
memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD pada masyarakat.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui pentingnya penyakit
DBD. Biasanya setelah ada yang terkena penyakit DBD barulah
masyarakat tahu betapa pentingnya pengetahuan tentang DBD.
D. Gambaran tentang Perilaku Penduduk
Dari hasil survey diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat sebanyak
80% mempunyai kesadaran yang kurang terhadap kebersihan lingkungan dalam
kesehariannya yang dapat menyebabkan timbulnya penyebab penyakit DBD.
Perilaku penduduk disini seperti :
1. Tidak menguras TPA seminggu/x tapi bila sudah kotor saja, sehingga
dapat menyebabkan timbulnya jentik nyamuk.
2. Mengganti Vas atau Tempat minum burung bila ada seminggu/x, agar
tidak dapat dijadikan tempat berkembangbiak.
3. Menggantung baju dalam rumah, dimana nyamuk beristirahat / hinggap.
4. Membuang botol/kaleng bekas di tempat sampah, karena barang-barang
bekas yang dapat menampung air dapat menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk yang dapat meningkatkan penularan
nyamuk DBD.
E. Gambaran Angka Bebas Jentik
Dari hasil survey diperoleh bahwa Angka Bebas Jentik belum sesuai
harapan yaitu 65% dimana seharusnya angka yang dicapai sebesar 95%.
![Page 33: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/33.jpg)
32
Kegiatan Pemantauan Jentik Berkala rutin dilakukan oleh tenaga medis
oleh kader Desa Bangah dibawah bimbingan Bidan Desa Bangah setiap 2
minggu/x setelah ditemukan kasus DBD di daerah tersebut.
F. Gambaran Tingkat Pencegahan Terhadap DBD.
F.1 Berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat menampung
air oleh responden.
Dari hasil survey didapatkan sebagian besar sisa kaleng dan botol bekas
dibuang di tempat sampah sebanyak 67,5% dan di Desa Bangah ada
pasukan kuning yang setiap hari mengambil sampah, yang dikubur 5%, dan
yang dijual 27,5%.
F.2 Berhubungan dengan Bubuk Abate.
Dari hasil survey didapatkan sebagian besar masyarakat yang tahu manfaat
dan penggunaan bubuk abate sebesar 7,5% dan yang tidak tahu sebesar
92,5%. Hampir semua responden tidak tahu pemakaian bubuk abate secara
tepat. Sehingga usaha pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk
menjadi tidak efektif dan penularan DBD menjadi tinggi.
F.3 Berhubungan dengan Fogging.
Dari hasil survey didapatkan bahwa di desa Bangah sudah pernah dilakukan
fogging baik dari subsidi pemerintah maupun swadaya masyarakat sendiri
sebanyak 100% setelah ditemukan kasus penyakit DBD. Adanya fogging
tidak menurunkan DBD kemungkinan karena masih rendahnya perilaku
yang kurang tanggap terhadap kesehatan lingkungan.
G. Gambaran Frekuensi Penyuluhan Terhadap DBD
Dari hasil survey didapatkan bahwa sebanyak 82,5% responden
mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD. Hal ini dapat
berpengaruh pada rendahnya pengetahuan tentang penyakit DBD sehingga kurang
mendukung usaha pencegahan dan pengobatan penyakit DBD.
![Page 34: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/34.jpg)
33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bangah Kecamatan Gedangan
didapatkan gambaran faktor yang berkaitan dengan Penderita Demam
Berdarah yaitu :
1. Didapatkan prosentase Tamatan SLTA (40%), Perguruan Tinggi (30%),
SLTP (20%), SD (7,5%), dan tidak sekolah (2,5%). pendidikan yang
tinggi tidak dapat menjamin masyarakat melaksanakannya dengan
benar. Terbukti dengan ditemukannya penderita DBD di Desa Bangah
Rw 04 Rt 01.
2. Dari hasil survey dapat diketahui tingkat penghasilan terbanyak adalah
50 % memiliki penghasilan Rp.1.000.000,-1.500.000,00. Karena
kesibukan pekerjaan banyak masyarakat yang kurang peduli terhadap
lingkungan tempat tinggal dan kesehatannya.Ternyata dengan
penghasilan yang tinggi belum dapat mencegah penyebaran DBD.
3. Sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang DBD yaitu sebesar
57,5% dan yang sudah mengetahui sebesar 42,5%
Hal ini disebabkan karena :
a. Kemungkinan partisipasi masyarakat yang kurang tanggap
terhadap bahayanya penyakit DBD.
b. Kemungkinan kurangnya partisipasi perangkat desa untuk terjun
langsung memberikan penyuluhan tentang penyakit DBD pada
masyarakat.
c. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui pentingnya
penyakit DBD
4. Sebagian besar masyarakat sebanyak 80% mempunyai perilaku yang
buruk dalam kesehariannya yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit DBD.
5. Dari hasil survey diperoleh bahwa Angka Bebas Jentik belum sesuai
harapan yaitu 65% dimana seharusnya angka yang dicapai sebesar 95%.
6. Gambaran pencegahan DBD
![Page 35: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/35.jpg)
34
a. Berhubungan dengan pembuangan sisa-sisa bahan yang dapat
menampung air oleh responden.dari hasil survey didapatkan
sebagian besar sisa kaleng dan botol bekas dibuang di tempat
sampah sebanyak 67,5%.
b. Berhubungan dengan Bubuk Abate dari hasil survey didapatkan
sebagian besar masyarakat yang tahu manfaat dan penggunaan
bubuk abate sebesar 7,5% dan yang tidak tahu sebesar 92,5%.
Hampir semua responden tidak tahu pemakaian bubuk abate secara
tepat
c. Berhubungan dengan Fogging dari hasil survey didapatkan bahwa
di desa Bangah sudah pernah dilakukan fogging sebanyak 100%
setelah ditemukan kasus penyakit DBD.
7. Dari hasil survey didapatkan bahwa sebanyak 82,5% responden
mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang DBD.
B. Saran
1. Mengenalkan kepada masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan gejala-
gejala DBD sehingga mencegah timbulnya penyakit dan penyebaran DBD.
2. Memberikan penyuluhan secara intensif kepada masyarakat melalui media
massa, sekolah, tempat ibadah, di tempat – tempat dilaksanakannya
pertemuan masyarakat desa.
3. Melakukan pembinaan dan pendekatan terhadap masyarakat untuk
melakukan Kerja bakti dalam pelaksanakan program 3M (menguras,
mengubur, menutup) di lingkungannya.
4. Dilakukannya pemberantasan jentik secara swadaya dan tepat guna.
5. Dilakukan pengasapan / Fogging secara rutin dengan tidak bergantung
pada subsidi pemerintah.
6. Diharapkan masyarakat ikut langsung dalam memberantas nyamuk Aedes
Aegypti.
![Page 36: Proposal Penelitian Dbd](https://reader031.vdocuments.net/reader031/viewer/2022012314/5571fb7e4979599169950738/html5/thumbnails/36.jpg)
35