proposal penelitian tindakan kelas
DESCRIPTION
Proposal Penelitian Tindakan KelasTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan anak didik
untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Pendidikan merupakan pondasi utama suatu bangsa untuk maju
sehingga kita perlu mempersiapkannya dengan baik. Pada saat ini, kita perlu
melihat kembali praktik-praktik pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah.
Banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran di sekolah yaitu guru
mengajar dan menyodorkan informasi dan pengetahuan kepada siswa. Lebih
parah lagi, siswa di tuntut untuk memperoleh nilai-nilai yang tinggi.
Paradigma lama beranggapan bahwa pembelajaran adalah guru memberikan
pengetahuan kepada siswa yang pasif. Banyak guru menganggap
paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar
dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa Duduk, Diam, Catat, dan
Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain (Lie, 2007:3).
IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya.
Melalui pembelajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan
tantangan-tantangannya. Untuk menilai keberhasilan pembelajaran
1
2
diketahui dari nilai di atas KKM. Kriterian ketuntasan minimal setiap
sekolah berbeda-beda sesuai dengan kemampuan siswa serta sarana dan
prasarana pembelajaran yang mendukung. Di SD XXX KKM yang
ditetapkan adalah 64. Jadi, siswa dinyatakan tuntas dalam mempelajari IPS
jika sudah menguasai kompetensi 64. Namun, di SD XXX tingkat
penguasaan materi IPS masih kurang yaitu 56% kurang menguasai materi
tersebut. Hal ini, dapat dilihat dari rata-rata nilai yang masih di bawah KKM
yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal tersebut dikarenakan suasana
pembelajaran dan metode yang disampaikan kurang menarik. Penulis akan
mencoba menerapkan pembelajaran dan metode yang menarik sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Untuk
meningkatkan prestasi belajar IPS. Penulis akan menerapkan model
Cooperative Learning teknik Jigsaw. Penulis mengambil judul
”Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Cooperative Learning
Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS Kelas V SD XXX Tahun
Pelajaran terserah”. Penulis mengharapkan dengan model Cooperative
Learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran IPS.
3
B. Rumusan Masalah
Apakah dengan penerapan model Cooperative Lerning teknik Jigsaw
dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu pengetahuan Sosial kelas V di SD
XXX tahun pelajaran terserah?
C. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw.
Diharapkan dengan penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw
dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi pencapaian hasil
belajar IPS yang optimal
D. Definisi
Supaya tidak terdapat kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran Cooperative Learning teknik jigsaw adalah teknik
yang menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan
berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata
ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Lie, 2007:69).
4
b. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai seseorang yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor setelah mengikuti pembelajaran.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial IPS dengan penerapan model
cooperative learning teknik Jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran
terserah.
F. Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD XXX tahun pelajaran
tahun terserah.
G. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga dalam usaha
meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model Cooperative
Learning Teknik jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model
Cooperative Learning Teknik Jigsaw di kelas V SD XXX tahun
pelajaran terserah.
H. Batasan Masalah
5
Dalam penelitian penulis membatasi pada (1) penelitian hanya
dikenakan pada siswa kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah, (2)
Materi yang disampaikan adalah mata pelajaran IPS tentang Menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Prestasi Belajar
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu/tiap
orang yang menjadi tanggung jawabnya. Belajar dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan akan pengalaman yang didapat dari kehidupan
sehari-hari. Kegiatan belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6) bahwa ”belajar
adalah suatu proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta proses
ini terjadi dalam diri anak sejak ia lahir”.
2. Prestasi Belajar
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan).
Menurut Winkel (1991:162) “prestasi” adalah bukti keberhasilan usaha
yang dicapai”. Jadi Prestasi Belajar adalah hasil yang telah dicapai
setelah seseorang melakukan kegiatan tertentu.
6
7
B. Pengertian Cooperative Learning
Lie (2007:28) mengatakan bahwa falsafah yang mendasari model
pembelajaran gotong royong adalah falsafah homo hominis socius. Falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama
merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup.
Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.
Model pembelajaran Cooperative Learning atau gotong royong adalah
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam
pembelajaran Cooperative Learning siswa bisa juga mengajar dengan
sesama siswa yang lainnya. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator. Suasana belajar Cooperative Learning dapat menghasilkan
prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian
psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan
dan memisah-misahkan siswa ( Johnson & johnson, 1989 )
Roger dan David Johnson dalam Lie (2007:31) mengatakan bahwa
”tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning”. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, perlu diterapakan lima unsur pembelajaran
Cooperative Learning (Lie, 2007:31). yaitu :
8
a. Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran Cooperative Learning pengajar perlu
menciptakan suasana yang mendorong anak-anak merasa saling
membutuhkan satu sama lain. Pengajar dapat menciptakan kelompok kerja
yang efektif yaitu dengan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap
anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa yang kurang
mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena
mereka juga memberi sumbangan. Justru mereka akan merasa terpacu untuk
meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka.
Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena
rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan
mereka.
b. Tanggung Jawab Perorangan
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran Cooperative Learning. Kunci keberhasilan metode kerja
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas.
9
Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative
Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tuagas selanjutnya dalam kelompok dapat
dilaksanakan. Dalam teknik yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan
bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat
dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak jelas
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-
rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas
agar tidak menghambat yang lain.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk saling bertatap
muka, sehingga mereka dapat saling berdiskusi. Interaksi semacam ini
memungkinkan anak-anak dapat saling menjadi sumber belajar. Anak anak
sering merasa lebih mudah belajar dengan teman sesamanya daripada
belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber
belajar yang bervariasi, sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian hasil
belajar.
10
d. Komunikasi Antaranggota
Siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan
pendapat mereka. Proses komunikasi antar kelompok merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional anak
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali kerja kelompok,
tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
Pengelolaan kelas Cooperative Learning menggunakan
pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman). Kelompok heterogenitas
dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar
belakang agama, sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.
Dalam hal kemampuan akademis, kelompok terdiri dari orang
berkemampuan akademis tinggi, sedang, dan kurang. Kelompok heterogen
11
sangat baik diterapkan dalam pembelajaran karena memberi kesempatan
pada siswa untuk saling mengajar (peer teaching).
Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar
menjadi homogen, sehingga tujuan belajar Cooperative Learning tidak
tercapai. Anggota setiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara
acak. Ada tiga macam teknik pengacakan menurut Triantoro dalam MUTU
(1998:33) yang dapat digunakan. Ketiga teknik tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Sosiometri
Melalui metode ini guru dapat menentukan anak dari yang tergolong
paling disukai teman hingga paling tidak disukai oleh teman. Berdasarkan
metode ini guru dapat menyusun kelompok belajar yang didalam tiap
kelompok ada anak yang tergolong banyak teman, anak biasa dan anak
yang tidak memiliki teman.
2. Berdasarkan Kesamaan Nomor
Jika jumlah anak dalam kelas 20 dan ingin menciptakan 5 kelompok
belajar yang masing-masing beranggotakan 4 anak misalnya, guru dapat
menghiting anak dari 1 sampai 4. Anak-anak yang bernomor sama
kemudian dikelompokan sehingga tercipta 5 kelompok yang diharapkan
memiliki sifat-sifat yang heterogen.
12
3. Menggunakan Teknik Acak Berstrata
Anak-anak dalam kelas terlebih dahulu dikelompokan secara
homogen. Setelah itu, secara acak anak diambil dari kelompok yang
homogen tersebut dan dimasukkan kedalam kelompok belajar Cooperative
Learning. Melalui teknik ini diharapkan dapat tercipata kelompok yang
anggotanya heterogen.
Dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, penataan ruang
kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata
sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis dengan
jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam
jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama
lain, tetapi tidak menggangu kelompok yang lain dan guru bisa
menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan
lain (Lie, 2007:52).
C. Model Cooperative Learning teknik Jigsaw
Teknik Jigsaw merupakan salah satu teknik dalam Cooperative
learning yang bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Cooperative Learning Teknik Jigsaw juga
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Dalam teknik ini, guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan
13
membantu siswa mengaktifkan latar belakang ini agar bahan pelajaran lebih
bermakna. Siswa dapat bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
D. Hakikat IPS
1. Pengertian IPS
IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk “membekali”
para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani
kekompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang
secara tidak terduga. IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia
sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS adalah tentang hubungan
antar manusia. IPS bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan manusia saja, melainkan juga
tentang tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan (Dunfee
and Sagl, 1966).
Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan
tantangan-tantangannya. Selanjutnya siswa kelak diharapkan mampu
bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial
yang dihadapinya. IPS memusatkan perhatiannya pada hubungan
14
antarmanusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat
membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan kehidupan
penuh tantangan. Dapat dikatakan bahwa IPS mendorong kepekaan siswa
terhadap hidup dan kehidupan sosial (Depdikbud, 1991:5).
Jadi tujuan siswa mempelajari IPS adalah
1. Supaya para siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi,
dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna
2. Supaya para siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap
berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3. Supaya para siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan
persaudaraan di lingkungan sendiri dan antarmanusia
Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya.
Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidupnya
manusia harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin
timbul dari sekelilingnya maupun dari akibat hidup bersama. IPS melihat
manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia
hidup bersama dengan sesamanya di lingkungannya sendiri, denga
tetangganya, yang dekat sampai jauh. Jadi bahan belajar dalam IPS adalah
keseluruhan tentang manusia (Suradisastra, 1991:6).
15
2. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik
(Debdikbud, dalam Trianto, 2007:129). Salah satu cara yang dilakukan
dalam pembelajaran terpadu adalah memadukan Kompetensi Dasar.
Pembelajaran terpadu memberikan pengalaman langsung pada siswa
sehingga siswa dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,
dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajari. Model
pembelajaran terpadu melatih siswa untuk dapat menemukan sendiri
berbagai konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu disusun dari berbagai cabang ilmu dalam
rumpun ilmu sosial. Pada pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu
topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas,
diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Tema
dapat diambil dari isu, peristiwa, dan permasalahan yang berkembang.
Bisa membentuk permasalahan yang dapat dilihat dan dipecahkan dari
berbagai disiplin atau sudut pandang.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Model penelitian Kemmis dan Mc
Taggart dalam ari Kunto (2002:83) yakni perencanaan (planing), tindakan
(acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting)
Model penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Siklus I Siklus II
Gambar 1. Bagan langkah-langkah penelitian
A. Setting
1. Subjek penelitian
Siswa kelas V SD XXX
PerencanaanTindakan
Pengamatan
Refleksi
perencanaan
tindakan
pengamatan
refleksi
Revisi perencanaan
16
17
2. Objek penelitian
Kelas V SD XXX
3. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD XXX, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
4. Waktu Penelitian
Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni
Mengumpulkan proposal V
Mengumpulkan data V
Menghitung data V
Melakukan tindakan V
Mengolah data V
B. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
a. Membuat instrument pembelajaran
1) Menyusun RPP
2) Membuat LKS
3) Membuat lembar pengamatan
b. Membuat instrument penilaian
1) Membuat lembar pengamatan
c. Menyiapkan media pembelajaran
18
2. Rencana Tindakan Setiap siklus
a. Siklus 1
1) Kegiatan awal
a) Memberikan apersepai mengenai materi yang akan
dipelajari dengan Tanya jawab tentang menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
b) Guru memberikan pengarahan tentang Cooperative
Learning teknik jigsaw
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a) Guru membagi kelas menjadi kelompok heterogen, satu
kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 8 siswa
(setiap anggota kelompok mendapat nomor 1-8)
Kel 1 Kel 2 Kel 3
b) Siswa mendapatkan materi dari guru tentang teks bacaan
dan soal.
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
6 7 8
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
19
c) Siswa dengan materi yang sama bergabung menjadi 1
kelompok ahli
(siswa dengan nomor yang sama bergabung membentuk
kelompok ahli)
Kelompok ahli :
Kel Ahli 1 Kel Ahli 2 Kel Ahli 3 Kel Ahli 4
Kel Ahli 5 Kel Ahli 6 Kel Ahli 7 Kel Ahli 8
Keterangan:
Kelompok ahli 1 : sekutu tiba di Indonesia
Kelompok ahli 2 : insiden Bendera di Surabaya
Kelompok ahli 3 : Pertempuran 5 hari di Semarang
Kelompok ahli 4 : Palagan Ambarawa
Kelompok ahli 5 : Pertempuran Medan Area
Kelompok ahli 6 : Pertempuran Surabaya
Kelompok ahli 7 : Bandung Lautan Api
Kelompok ahli 8 : Puputan Margarana
Siswa
1 1 1
Siswa
2 2 2
Siswa
3 3 3
Siswa
4 4 4
Siswa
5 5 5
Siswa
6 6 6
Siswa
7 7 7
Siswa
8 8 8
20
d) Setiap siswa kembali ke kelompoknya masing-masing.
e) Siswa melakukan diskusi di dalam kelompok asal.
f) Dengan diskusi dalam satu kelompok asal, siswa
mendapatkan jawaban soal yang telah dibagikan.
g) Siswa mempresentasikan hasil dari kelompok.
h) Siswa diberi penguatan dengan diberikan jawaban yang
benar.
i) Siswa mendapatkan penghargaan yang dapat
menyelesaikan tepat waktu.
3) Penutup
Guru membuat rangkuman materi dan memberikan tes hasil
belajar siklus I
4) Observasi
Peneliti dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai
pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan
siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar
pengamatan.
5) Refleksi
Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian
khusus selama proses pembelajaran.
21
b. Siklus II
1) Kegiatan awal
a) Memberikan apersepai mengenai materi yang akan
dipelajari dengan tanya jawab tentang menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan.
b) Guru memberikan pengarahan tentang Cooperative
Learning teknik jigsaw
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a) Guru membagi kelas menjadi kelompok heterogen, satu
kelas dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4 siswa.
(Setiap siswa mendapatkan no yaitu nomor 1, 2, 3, 4)
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
b) Siswa mendapatkan materi dari guru tentang teks
bacaan dan soal.
Siswa
1 2 3 4
Siswa
1 2 3 4
Siswa
1 2 3 4
Siswa
1 2 3 4
Siswa
1 2 3 4
22
c) Siswa dengan materi yang sama bergabung menjadi 1
kelompok ahli (Siswa yang mendapat nomor sama
berkumpul membentuk kelompok ahli dengan materi
yang sama)
Kelompok ahli:
Kel Ahli 1 Kel Ahli 2 Kel Ahli 3 Kel
Ahli 4
Kelompok Ahli 1 : Ir. Soekarno
Kelompok ahli 2 : Drs. Moh. Hatta
Kelompok ahli 3: S.S. Hamengku Buwono IX
Kelompok ahli 4 : Jendral Sudirman
d) Setiap siswa kembali ke kelompoknya masing-masing.
e) Siswa melakukan diskusi di dalam kelompok asal.
f) Dengan diskusi dalam satu kelompok asal, siswa
mendapatkan jawaban soal yang telah dibagikan.
g) Siswa mempresentasikan hasil dari kelompok.
h) Siswa diberi penguatan dengan diberikan jawaban yang
benar.
Siswa
1 1 1 1 1
Siswa
2 2 2 2 2
Siswa
3 3 3 3 3
Siswa
4 4 4 4 4
23
i) Siswa mendapatkan penghargaan yang dapat
menyelesaikan tepat waktu.
3) Penutup
Guru membuat rangkuman materi dan memberikan tes hasil
belajar siklus II
4) Observasi
Peneliti dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai
pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan
siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar
pengamatan.
5) Refleksi
Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian
khusus selama proses pembelajaran.
C. Pengumpulan Data
1. Peubah
Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
2. Indikator
Menyebutkan usaha mempertahankan kemerdekaan
Menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan
24
Menjelaskan aksi Agresi Militer Belanda I & 2
Menjelaskan jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
Menyebutkan tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
3. Data
Skor hasil ulangan siklus 1 & 2
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan proses pembelajaran pada siklus I dan
siklus II
5. Instrumen
Soal ulangan
D. Indikator Keberhasilan
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) mata pelajaran IPS yang harus
dikuasai siswa kelas IV SD XXX adalah 64. Indikator keberhasilan yang
digunakan pada Siklus I penelitian tindakan kelas ini adalah 65% dan
diharapkan pada siklus II akan naik menjadi 75 % dengan asumsi dari 19
siswa, 15 siswa mendapatkan nilai di atas 65. Sedangkan nilai ulangan siswa
diperoleh dengan menghitung skor yang diperoleh dari hasil tes. Rumus
penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:
25
Rumus : (n:skor perolehan, N:skor maksimal
yang didapat)