proposal praktikum kelompok 1.doc

50
PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KESEJAHTERAAN BURUH PEMETIK APEL MELALUI TINGKAT PRODUKTIVITAS (Studi Kasus Buruh Pemetik Apel di Kota Batu, Jawa Timur) Oleh : Maya Abida (23812) Sari Handayani (23386) Ken Retno B (23364) I Putu Arya P.A. (23796) Aldio Merancia (23502) Arfian Wibowo (23384) JURUSAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Upload: bayu-wibowo

Post on 27-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

tentang praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KESEJAHTERAAN

BURUH PEMETIK APEL MELALUI TINGKAT PRODUKTIVITAS

(Studi Kasus Buruh Pemetik Apel di Kota Batu, Jawa Timur)

Oleh :

Maya Abida (23812)

Sari Handayani (23386)

Ken Retno B (23364)

I Putu Arya P.A. (23796)

Aldio Merancia (23502)

Arfian Wibowo (23384)

JURUSAN PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

BAB l

PENDAHULUAN

A. JUDUL

Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Terhadap Kesejahteraan Buruh Pemetik Apel Melalui

Tingkat Produktivitas. Studi kasus tentang buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur.

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

1. Aktualitas

Pada era tahun 1980an produksi apel Malang melimpah, sehingga pada akhirnya

Malang mendapat julukan sebagai kota Apel. Namun hal ini tidak berlangsung lama,

sekarang apel manalagi yang konon menjadi jawara di Malang ini sangat sulit ditemui di

pasaran. Keberadaannya tergeser oleh apel-apel impor yang harganya relatif lebih murah.

Seiring dengan hal tersebut kami melihat bahwa penurunan produksi apel tidak terlepas

dari tingkat kesejahteraan para buruh di sana. Dapat dilihat dari kompensasi atau upah

yang diterima buruh. Upah tersebut merupakan balas jasa yang dibayarkan kepada

pekerja harian dengan berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya

(Hasibuan, 1990: 133). Ini menarik bagi kami untuk meneliti tingkat kesejahteraan buruh

pemetik apel disana melalui tingkat produktivitas.

2. Orisinalitas

Dalam proposal penelitian ini, kami ingin meneliti pengaruh kompensasi dan

motivasi buruh terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel yang dilihat melalui

produktivitas buruh. Sebelumnya, telah ada penelitian terkait motivasi buruh, juga

terkait kesejahteraan para buruh. Diantaranya ialah penelitian dalam rangka

penyelesaian skripsi milik David Michael Cook, seorang mahasiswa Program Australian

Consortium For In-Country Indonesian Studies (ACICIS) Angkatan ke XXIII Semester

Genap, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang pada

Mei 2006. Judul skripsi tersebut ialah “Kematian Industri Apel”. Adapun penelitian

lainnya ialah hasil karya Imam Nasrodin, dkk, mahasiswa Universitas Negeri Malang, yang

mana penelitian ini dilakukan dalam rangka mengikuti Program Kreatifitas Mahasiswa.

Judul penelitian mereka ialah MANAJEMEN JITU DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI

PETANI APEL DI BATU. Meskipun telah ada penelitian yang dilakukan sebelumnya, kami

Page 3: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

tidak memplagiasi penelitian mereka. Pada penelitian David Cook, fokus utama

penelitiannya adalah penyebab menurunnya produktivitas industri apel, yang mana di

dalamnya terkait perbedaan ekonomi industri apel dan bunga potong, kondisi kerja,

kesejahteraan, dan pendidikan di industri apel dibanding industri bunga potong, serta

tingkat kebanggaan para petani apel. Sedangkan pada penelitian milik Imam Nasrodin,

dkk, fokus utama penelitian ada pada bagaimana petani apel dapat mempertahankan

eksistensinya sebagai petani apel dengan mengikuti metode jitu Pak Haryono, yang mana

merupakan salah satu dari sedikit petani apel sukses yang mampu mempertahankan

eksistensinya sebagai petani apel. Fokus penelitian kami berbeda. Kami berfokus pada

pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel melalui

tingkat produktivitas. Ide penelitian kami ini berasal dari pemikiran kami sendiri. Kami

tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompensasi dan motivasi buruh

terhadap kesejahteraan para buruh pemetik apel melalui tingkat produktivitas. Dalam

menyusun proposal ini, data-data pendukung kami peroleh dari berbagai buku literatur

terkait, internet, media online serta pengetahuan peneliti.

3. Relevansi dengan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan

Beragam permasalahan hidup yang ada menuntut mereka yang tidak mampu

bekerja di sektor formal berusaha membuka peruntungan mereka di sektor informal.

Dimana mereka memiliki daulat penuh dalam menjalankan pekerjaannya tersebut.

Dengan semangat ‘darurat’ mereka masih berharap keinginannya untuk bekerja di sektor

formal dapat tercapai. Buruh merupakan salah satu korban dari kemajuan ekonomi yang

menjadikan dirinya menghamba pada majikan, termasuk pula buruh pemetik apel.

Mereka menjadikan faktor ekonomi sebagai alasan kuat yang membuat mereka

menjalani profesi semacam ini.

Dalam keilmuan kita, kesejahteraan beriringan dengan proses pemberdayaan.

Dimana pemberdayaan dikatakan berhasil ketika mereka yang tidak berdaya itu mampu

mengakses fasilitas publik demi memenuhi kebutuhannya. Mereka akan semakin

sejahtera ketika mereka mandiri dalam mengalokasikan sumber daya yang ada secara

tepat dan adil. Sehingga dari kompensasi yang baik dapat mendorong terciptanya

keadaan yang produktif dimana hal itu mampu meningkatkan kesejahteraan bagi buruh-

buruh yang lain. Dan hal ini menjadi senjata yang cukup ampuh dalam proses

pembangunan masyarakat, khususnya buruh pemetik apel di Batu. Atas dasar itulah kami

Page 4: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

menganggap proposal penelitian ini relevan dengan keilmuan Pembangunan Sosial dan

Kesejahteraan dan layak untuk diteliti.

4. Analisis KUWAT

Landasan dari alasan subyektivitas penelitian ini adalah analisis KUWAT, yaitu

kesempatan, uang, waktu, alat dan tenaga yang diprediksikan masih dalam jangkauan

kami selaku penyusun proposal penelitian ini.

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan Penelitian:

1. Tujuan Operasional

a. Penelitian ini kami lakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum I Jurusan

Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM.

b. Sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian yang selanjutnya yang mungkin akan

dilakukan.

c. Mampu memberikan kontribusi bagi jurusan dalam upaya pengembangan

pelayanan sosial pada masyarakat.

d. Sebagai sumbangan untuk masyarakat terutama pemerintah Kota Batu dalam upaya

menyelesaikan permasalahan kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa

Timur.

2. Tujuan Substansial

a. Mengetahui gambaran kompensasi dan motivasi terhadap kesejahteraan buruh

pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur melalui tingkat produktivitas.

b. Mengetahui pengaruh kompensasi dan motivasi terhadap kesejahteraan buruh

pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur melalui tingkat produktivitas.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis : Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Kota Batu

sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan buruh pemetik apel sekaligus produksi

buah tersebut.

2. Sebagai bahan masukan bagi kawasan Kota Batu dan wilayah-wilayah di

sekitarnya yang juga sebagai daerah produksi apel sehingga dapat digunakan untuk

menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Sebagai bahan informasi untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan,

khususnya sektor informal sebagai suatu disiplin ilmu.

Page 5: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

4. Manfaat Teoritis : Sebagai pengetahuan serta pemahaman konseptual dan

teori mengenai pengembangan masyarakat (khususnya pada sektor informal) dan

masalah-masalah sosial yang bertujuan untuk mengembangkan keilmuan jurusan

Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan.

D. LATAR BELAKANG

Perkebunan di Indonesia, seperti halnya perkebunan di negara berkembang lainnya,

dikenal melalui kolonialisme barat, yang mana di Indonesia dikenal melalui kolonial Belanda

(Sartono Kartodidjo & Djoko Suryo, 1991:9, dalam Mubyarto, dkk 1992:15). Indonesia, negara

yang kaya akan hasil bumi, dan juga dengan hutan-hutan hijau yang tersebar hampir di seluruh

negeri sehingga Indonesia disebut dengan zamrud khatulistiwa. Keadaan alam yang seperti ini

membuat lahan-lahan di Indonesia layak untuk ditanami berbagai macam jenis tanaman

perkebunan. Pada masa kolonialisme Belanda, perkebunan di Indonesia dikerahkan untuk

perkebunan rempah-rempah, kopi, dan tebu. Ketika Indonesia telah menjadi negara yang

merdeka pada tahun 1945, lahan perkebunan yang sebelumnya milik pemerintah kolonial

diambil alih dan dikelola oleh pemerintah Republik Indonesia atau dinasionalisasikan. Kegiatan

nasionalisasi perkebunan ini mulai dilaksanakan pada tahun 1951 dan sejak saat itu perkebunan

yang ada di Indonesia, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa mulai beroperasi kembali

(Mubyarto dkk, 1992:25). Untuk melindungi dan mengawasi perkebunan Indonesia, dibentuk

sebuah organisasi yang bernama Pusat Perkebunan Negara dan Jawatan Perkebunan (Pelzer,

1991:206, dalam Mubyarto dkk, 1992:26).

Jawa Timur merupakan wilayah yang mampu memproduksi apel dalam jumlah besar,

terutama pada era 1980an. Apel mengalami masa kejayaannya pada tahun 1984-1988 (lihat

tabel 1.1). Namun beberapa tahun setelah itu apel tidak lagi mendominasi hasil perkebunan.

Hasil perkebunan didominasi oleh kelapa; 234.429 ton kemudian tebu; 1.207.373 ton pada

tahun 2007, jambu mete; 14.267 ton, kopi; 45.032 ton, cengkeh; 10.977 ton, kapuk randu;

20.461 ton, teh; 3.652 ton, tembakau; 111.041 ton1.

Kota Batu bersanding dengan sederet wilayah yang memproduksi apel seperti Kabupaten

Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan,

Kota Blitar, Kota Malang2. Tanaman apel tumbuh dengan baik pada ketinggian 700-1200 m

diatas permukaan laut, suhu maksimum 270 celcius dan suhu minimum 160 celcius dengan

1 Diolah dari Dinas Pertanian Jawa Timur2 Provinsi Jawa Timur Dalam Angka.2008

Page 6: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

kelembapan 75-85%3 . Kota Batu berada pada ketinggian 871 m diatas permukaan laut, dengan

luas 93 km2 dan bersuhu 160 menjadi lokasi yang pas untuk pembudidayaan tanaman apel. Rata-

rata tiap tahunnya kota Batu dapat menghasilkan lebih kurang 12.000 ton apel. Hal ini di

dukung dengan jenis tanah yang pas bagi buah apel, yaitu jenis regosol kelabu, asosiasi andosol

coklat kekuningan dan regosol coklat serta asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu4.

Tabel 1.1 :

Perkembangan Produksi Apel (ton) Jawa Timur

Tahun 1984-1988

Tahun Produksi (ton)

1984 146.696

1985 202.279

1986 173.280

1987 261.967

1988 275.085

Sumber : di olah dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan provinsi Jawa Timur

Tabel 1.2 :

Perkembangan Produksi Apel (ton) di Jawa Timur

Tahun 2000-2007

Kab/kotaTahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Batu - - 50.379 38.218 45.366 43.215 38.678 34.397

Malang 57.957 76.333 15.742 27.293 67.431 162.832 209.751 61.000

Pasuruan 12.699 91.292 121.040 160.196 140.201 225.854 298.728 172.390

Sumber : Ibu Farida

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur

3 Buletin Pertanian dan Peternakan vol 4 no 8 thn 2003:116-1224 Buletin Pertanian dan Peternakan vol 4 no 8 thn 2003:116-122

Page 7: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Selain dijual langsung, apel juga diolah menjadi berbagai produk makanan lain seperti

dodol apel, jenang apel, keripik apel, cuka apel, dll. Hal ini dilakukan oleh sebagian besar

masyarakat Batu. Pada era tahun 1980an produksi apel menembus angka 275.085 ton (lihat

tabel 1.1). Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Pemerintah Kota Batu mencatat total luas lahan

tanaman apel di Kota Batu pada 1980 sebesar 2.015 hektare, dengan jumlah produksi per tahun

sebesar 72 ribu ton dari 5,64 juta pohon. Tanaman apel mengalami masa kejayaan pada 1980-

an hingga 1996. Karena itulah, apel pun dijadikan maskot Kota Batu. Namun luas lahan apel dari

tahun ke tahun terus menyusut. Data Dinas pada 2009 menyebutkan bahwa luas lahan apel

tinggal 600 hektare, dengan jumlah pohon apel sebanyak 2.506.546. Dari jumlah itu, produksi

apel hanya 24.625 ton per tahun. Angka yang tidak seimbang. Hal ini yang kemudian

mendorong petani apel beralih pada budidaya tanaman lain yang lebih menguntungkan.

Biasanya seorang petani apel mampu memproduksi hingga 15-20 ton apel namun sekarang

untuk mendapatkan 1-2 ton apel sangat sulit. Menurut Penelitian D.M. Cook, 20065 “kematian”

indusutri apel di kota Batu disebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Industri apel di Batu menghadapi banyak masalah. Masalah-masalah ini sebagian besar

ekonomis. Apel Batu tidak berhubungan dengan persaingan dibandingkan buah impor.

Industri apel hidup terus lama tujuh puluh tahun. Keadaan terjadi karena tidak ada

persaingan dari luar negeri. Pada tahun 1994, pemerintah Indonesia memutuskan menjadi

anggota WTO. Akibatnya, pasar Indonesia dibuka kepada produk lain dari negara lain. Pasar

buah Indonesia dibanjir apel yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Australia, Cina dan

Selandia Baru. Yang jelas adalah bahwa buah impor adalah buah lebih baik dan harganya

lebih murah daripada apel Batu.

2. Industri apel di Batu menghadapi kesulitan untuk memperoleh keuangan.

3. Kondisi kerja di industri apel cukup baik. Dibandingkan kondisi kerja industri bunga potong

hampir sama, kecuali kebunan apel terletak di luar, di lerengan gunung-gunung di

kecamatan Batu dan Bumiaji. Sebaliknya, petani bunga potong biasanya bekerja di dalam

greenhouses, atau kalau di luar, di kebunan yang terletak di satu tingkat. Petani apel harus

membawa keranjang buah apel naik lerengan curam. Keranjang itu biasanya lebih berat

daripada ember bunga potong.

4. Mayoritas petani dan buruh apel tidak berpendidikan tinggi. Dibandingkan petani dan buruh

bunga potong, petani apel berpendidikan sangat rendah.

5 http://id.shvoong.com/travel/destination/2062893-apel-batu-hidup-segan-mati/ diunduh pada 7 April 2011 16:04

Page 8: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

5. Petani dan buruh-buruh apel merasa sangat bangga untuk bekerja di bidang pertanian apel.

Petani tersebut memikul penderitaan ekonomis tetapi tetap puas dengan industri tersebut

karena merasa kebanggaan. Perasaan kebanggaan digunakan untuk mempromosikan buah

apel sebagai buah terbaik, antara lain memajukan produk apel kerajin tangan seperti dodol

dan jenang. Produk khas Batu dijual sebagai produk harga lebih mahal karena produk

tersebut mewakili lambang kebanggaan di industri apel

6. Industri apel berada di Batu, tetapi adanya bukan secara kuat. Industri apel tidak membuat

banyak keuntungan. Bahkan, untuk buruh-buruh apel, hidup tidak enak. Buruh-buruh tinggal

di desa dan mendapat gaji rendah.

7. Secara fisik, industri apel masih menderita masalah rencana dari 20-30 tahun yang lalu. Pada

tahunan 70-an, Dinas Pertanian bersama pemerintah Indonesia mengusulkan kepada petani

bahwa industri memerlukan lebih banyak pohon. Akibatnya, kecamatan Bumiaji dan Batu

mulai menanam banyak pohon. Pada saat itu, petani apel menanam empat jenis utama,

yaitu Rome Beauty, Manalagi, Anna dan Wanglin. Kebanyakan pohon itu masih ada. Pohon-

pohon tua itu tidak tepat guna. Pohon itu memerlukan sebanyak pupuk, air dan kimia

dengan pohon muda. Namun pohon tua tidak menghasilkan buah secara efisien. Banyak

petani tidak mampu membayar untuk menghilangkan pohon tua dari kebun. Pada waktu

sama, petani juga tidak mampu membeli pohon baru, atau bibit.

Buruh mempunyai peran yang cukup vital dalam perkebunan apel. Tidak hanya sebatas

menghasilkan buah. Tapi disana ada suatu siklus produksi hingga konsumsi. Di dalamnya tidak

hanya produsen dan konsumen saja, tapi ada faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap

produksi apel tersebut, yaitu buruh. Buruh pemetik apel menjadi salah satu faktor yang cukup

penting dalam proses produksi apel, ketangkasan dan kepiawaian buruh dalam memetik apel

sangat diandalkan. Baik buruknya apel yang didapat tergantung bagaimana mereka memetik

apel, memilih apel mana yang cukup matang sehingga siap dipetik, berapa banyak buah apel

berkualitas bagus yang mampu dia petik dalam satu menit, dll. Dalam diri buruh (secara

individual) pun terdapat faktor internal yang secara langsung mempengaruhi produktivitasnya.

Page 9: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Tabel 1.3 :

Perkembangan Produktivitas Apel (ton)

Tahun 2000-2007

No Kab/kotaTahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

1 Batu - - 16,21 14,85 15,71 14,09 22,37 14,32

2 Malang 14,61 16,41 12,38 17,73 24,91 30,33 51,27 15,10

3 Pasuruan 10,05 5,42 43,54 91,65 24,78 20,68 31,66 29,32

Sumber : Ibu Farida

Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur

Ketika terjadi penurunan produktivitas apel secara tidak langsung kesejahteraan

buruh pemetik apel ada kaitan dengan penurunan itu. Semakin banyak produksinya maka

semakin besar pula balas jasanya (Hasibuan, 1990: 164). Hasil produksi yang makin menurun

menggambarkan tidak ada keselarasan pada balas jasa (upah) yang di terima buruh. Hal ini pula

yang mempengaruhi kesejahteraan buruh disana. Secara internal, penurunan produktivitas

terkait dengan kompensasi dan motivasi yang ada pada buruh tersebut. Apabila buruh memiliki

kompensasi yang bagus, dalam arti kehidupan ekonominya menunjang pekerjaannya tersebut

maka kesejahteraannya pun akan meningkat. Tercermin pada produktivitas buruh yang ikut

meningkat. Sebesar apapun produksi apel di Batu terkait erat dengan kesejahteraan buruh

pemetik apel, sehingga faktor utama yang harus diperhatikan dalam mempertahankan produksi

apel di Batu adalah dengan memperhatikan kesejahteraan dan reward untuk pemetik apel.

E. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah terutama realitas yang terjadi pada buruh pemetik

apel di Kota Batu, Malang, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. “Apakah ada pengaruh kompensasi dan motivasi buruh terhadap kesejahteraan

buruh pemetik apel di Kota Batu melalui tingkat produktivitas?”

2. Jika ada, sejauh mana?

F. KERANGKA TEORI

Page 10: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Penelitian Kuantitatif berpedoman pada prinsip paradigma positivistik. Dalam peneliatian

kali ini akan digunakan salah satu dari paradigma perilaku sosial. Secara singkat persoalan

sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam

hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan

dalam faktor lingkungan menimbulkan yang berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku, jadi

terdapat hubungan fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi dalam

lingkungan aktor.

Teori pertukaran, yang dikembangkan oleh George Homans dalam buku Teori Sosiologi

Modern merupakan bagian dari paradigma perilaku sosial dalam ranah teori sosiologi. Teori

pertukaran ini berakar dari behaviorisme, dimana dalam behaviorisme yang menjadi perhatian

utamanya adalah imbalan, atau dorongan, dan ongkos, atau hukuman. Imbalan disini

didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperkuat (atau mendorong) perilaku, sementara

itu ongkos mengurangi kecenderungan dilakukannya suatu perilaku atau tindakan. Dari situ

Homans mulai mengembangkan teori pertukaran. Homans mengakui bahwa teori

pertukarannya berasal dari psikologi perilaku dan ekonomi dasar. Dalam karyanya, Homans

membatasi dirinya pada interaksi sosial sehari-hari. Homans lalu mengembangkan beberapa

proposisi, yaitu:

1. Proposisi sukses

Jika makin sering tindakan apapun yang dilakukan orang memperoleh imbalan,

makin besar pula kecenderungan orang itu untuk mengulangi tindakan tersebut. Atau

dalam kata lain semakin sering seseorang mendapatkan imbalan, atau manfaat atas

tindakan yang dilakukannya, maka orang tersebut akan cenderung untuk mengulangi

tindakannya itu. Tindakannya itu dilakukan dengan harapan akan mendapat hasil yang

sama seperti yang sudah-sudah.

Secara umum, perilaku yang selaras dengan proposisi sukses meliputi tiga

tahap, pertama, tindakan seseorang, kedua, hasil yang diberikan; dan yang ketiga,

pengulangan tindakan asli atau minimal tindakan yang dalam beberapa hal

menyerupai tindakan asli.

2. Proposisi stimulus

Jika di masa lalu terjadinya stimulus tertentu, atau serangkaian stimulus, adalah

situasi di mana tindakan seseorang diberikan imbalan, maka semakin mirip stimulus

saat ini dengan stimulus di masa lalu itu, semakin besar kecenderungan orang

tersebut mengulangi tindakan yang sama, atau yang serupa. Seseorang mengulangi

tindakan yang sama dengan harapan akan memperoleh hasil yang telah diperolehnya

Page 11: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

di masa lampau. Imbalan yang diberikan tidak persis sama dengan yang diterima di

masa lalu, tapi bentuknya menyerupai, atau mendekati imbalan yang diperoleh di

masa lau.

3. Proposisi nilai

Semakin bernilai hasil tindakan bagi seseorang, semakin cenderung ia

melakukan tindakan yang serupa. Peningkatan nilai sebuah hasil atas tindakan yang

dilakukan mendorong seseorang untuk mengulangi tindakannya di masa yang akan

datang. Dalam hal ini Homans mengenalkan konsep imbalan dan hukuman. Imbalan

adalah tindakan yang bernilai positif, sebaliknya dengan hukuman. Hukuman dianggap

sebagai tindakan yang bernilai negatif. Homans juga menjelaskan bahwa imbalan yang

diperoleh tidak hanya berupa materi (uang, harta benda), tapi juga altruis (membantu

orang lain).

4. Proposisi kelebihan/kekurangan

Jika menjelang saat tertentu, orang makin sering menerima imbalan tertentu,

maka makin kurang bernilai imbalan yang selanjutnya diberikan kepadanya. Semakin

sering tindakan seseorang dilakukan, semakin sering imbalan, atau manfaat yang

diperoleh. Maka, orang tersebut akan merasa jenuh atau bosan untuk mengulangi

tindakannya itu dan memperoleh hasil atau imbalan yang sama. Disini Homans

mengembangkan dua konsep krisis lain, yaitu ongkos dan keuntungan. Ongkos

didefinisikan sebagai suatu hal yang harus dikorbankan dalam melakukan suatu

tindakan untuk memperoleh suatu imbalan, seperti waktu dan tenaga. Keuntungan

didefinisikan sebagai hasil yang diperoleh setelah melakukan tindakan tersebut.

5. Proposisi agresi-pujian

a. Ketika tindakan seseorang tidak mendapatkan imbalan yang diharapkan, atau

menerima hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah. Ia cenderung

berperilaku agresif, dan akibat perilaku tersebut menjadi lebih bernilai

untuknya. Apa yang diharapkan seseorang ketika melakukan suatu tindakan

tidak menjadi kenyataan, maka tindakannya cenderung berubah. Perubahan

perilaku dan tindakannya itu akan memberi kepuasan tersendiri bagi si

pelaku. Proposisi A ini merujuk pada emosi negatif, seperti marah dan

kecewa.

b.Ketika tindakan seseorang menerima imbalan yang diharapakannya,

khususnya imbalan yang lebih besar dari yang diharapkannya, atau tidak

mendapatkan hukuman yang diharapkannya, ia akan senang, ia lebih

Page 12: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

cenderung berperilaku menyenangkan, dan hasil dari tindakan ini lebih

bernilai baginya. Seseorang mendapatkan imbalan yang lebih daripada yang

diharapkannya atas tindakan yang telah dilakukannya, hal ini akan

berpengaruh pada perilaku orang tersebut. Perilakunya akan berubah menjadi

menyenangkan dan hal itu memberi kepuasan bagi pelaku. Proposisi B ini

berbicara mengenai emosi positif pelaku tindakan.

6. Proposisi rasionalitas

Ketika memilih tindakan alternatif, seseorang akan memilih tindakan,

sebagaimana dipersepsikannya kala itu, yang jika nilai hasilnya (V) dikalikan

probabilitas keberhasilan (p) adalah lebih besar. Seseorang dalam melakukan suatu

tindakan akan memilih alternatif tindakan yang bisa memberikan hasil yang paling

besar atau paling bermanfaat bagi dirinya.

Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan antara kompensasi terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu,

Jawa Timur melalui tingkat produktivitas

Kesejahteraan dapat dimaknai sebagai suatu keadaan dimana seseorang merasa puas

dan nyaman dengan keadaan dan kondisinya sekarang. Seseorang dalam melakukan suatu

pekerjaan dan memperoleh pendapatan salah satunya adalah karena ingin sejahtera. Semakin

meningkat kinerja seseorang, maka semakin tinggi pula kompensasi yang diterima serta makin

tinggi pula tingkat kesejahteraan yang dapat dicapai atau diwujudkan.

Dalam hal ini, kinerja dapat diartikan sebagai produktivitas. Adanya peningkatkan

produktivitas buruh pemetik apel berarti ada kemungkinan adanya peningkatan kompensasi

yang mana dapat dimanfaatkan guna mewujudkan kesejahteraan yang mereka inginkan.

Mereka menginginkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Maka cara untuk mewujudkan hal

tersebut salah satunya ialah dengan meningkatkan produktivitas atau kinerja mereka sebagai

buruh pemetik buah apel sehingga kompensasi yang mereka terima dapat meningkat. Karena

dalam teori produktivitas menurut Sukarna6 (yang mana merupakan teori turunan dari teori

pertukaran, yang menjadi faktor produktivitas salah satunya ialah upah kerja atau kompensasi.

Tingginya kompensasi atau pendapatan hanya akan dicapai jika produktivitas meningkat

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa kesejahteraan dapat diwujudkan salah

satunya dengan peningkatan kompensasi yang disertai dengan peningkatan produktivitas. 6 http://harisahmad.blogspot.com/2010/05/teori-produktivitas.html, diunduh tanggal 26 April 2011 pkl 18.34

Page 13: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Peningkatan produktivitas terjadi karena adanya harapan akan peningkatan kompensasi yang

dimanfaatkan untuk mewujudkan kesejahteraan atau kondisi kehidupan yang lebih baik.

Kompensasi yang diperoleh melalui produktivitas menjadi salah satu faktor dalam usaha

mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik sesuai dengan harapan para buruh pemetik apel.

2. Hubungan antara motivasi terhadap kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa

Timur melalui tingkat produktivitas

Dari penjabaran teori pertukaran Hommans, motivasi dapat diartikan sebagai faktor

pendorong bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Seperti yang telah dijelaskan oleh

Homman dalam proposisi-proposisinya, imbalan menjadi motivasi terbesar seseorang dalam

melakukan suatu pekerjaan. Semakin besar dan bernilai imbalan yang didapat, semakin

bersemangat pula seseorang melakukan pekerjaan yang sama.

Adanya motivasi memungkinkan terjadinya perulangan tindakan atau pekerjaan yang

telah dilakukan di masa lampau agar kembali mendapat imbalan yang sama atau lebih baik dari

imbalan yang telah diterima. Motivasi juga memungkinkan seseorang agar melakukan suatu

pekerjaan dengan lebih baik lagi agar imbalan yang diterima lebih baik dan lebih bernilai.

Begitu pula dalam hubungan antara tingkat motivasi dengan kesejahteran buruh

melalui tingkat produktivitas. Semakin besar dan bernilai imbalan yang diterima, maka semakin

termotivasi pula orang tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan. Semakin tinggi motivasinya,

maka akan berakibat pada semakin tinggi produktivitasnya, dan semakin tinggi pula

kesejahteraannya. Hal ini berarti pewujudan kesejahteraan yang diinginkan tergantung pada

individu itu sendiri. Dalam arti apa dan bagaimana kesejahteraan itu diwujudkan tidak

tergantung pad pengaruh dari luar, melainkan tergantung dari keinginan dan besarnya motivasi

individu tersebut.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas ialah, motivasi menjadi salah

satu faktor yang berpengaruh pada kesejahteraan buruh pemetik apel. Semakin tinggi motivasi

seorang pekerja, maka dapat diharapkan kesejahteraan orang tersebut akan ikut meningkat.

Motivasi dapat mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan yang diinginkan hanya jika ada

produktivitas. Tanpa adanya produktivitas, kesejahteraan tidak akan dapat terwujud, tidak

peduli seberapa besar motivasi seseorang dalam usaha mewujudkan kesejahteraannya.

G. ASUMSI

Page 14: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Buruh selayaknya manusia pada umumnya ingin memenuhi kebutuhan dan

meningkatkan taraf hidupnya. Tidak lebih dan tidak kurang buruh yang berada di Kota Batu,

Malang, Jawa Timur, terutama buruh pemetik apel. Oleh karena itu jika mereka dapat

memenuhi kebutuhannya tersebut maka kompensasi dan motivasi akan berpengaruh pada

kesejahteraan mereka.

H. HIPOTESIS

1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan antara kompensasi dan motivasi buruh terhadap kesejahteraan buruh

pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur melalui tingkat produktivitas buruh.

2. Hipotesis Minor

Semakin tinggi tingkat kompensasi buruh maka semakin tinggi pula

kesejahteraan buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur dimana diantara

hubungan keduanya terdapat produktivitas buruh.

Semakin tinggi tingkat motivasi buruh maka semakin tinggi pula kesejahteraan

buruh pemetik apel di Kota Batu, Jawa Timur, dimana diantara hubungan

keduanya terdapat produktivitas buruh.

3. Hipotesis Geometrikal

X1 : tingkat kompensasi

X2 : tingkat motivasi

Z : tingkat produktivitas

Y : tingkat kesejahteraan

BAB II

X1

X2

Z Y

Page 15: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah Metode

Penelitian Survei. Yang dimaksud dengan metode penelitian survei adalah metode penelitian

yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok dengan jenis explanatory research7, yaitu dengan mengkaji

populasi (atau Universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel

yang dipilih dari populasi itu, untuk menemukan insidensi, distribusi, interelasi relatif dari

variabel-variabel sosiologis dan psikologis.

A. DEFINISI KONSEPTUAL

A.1 Produktivitas

Definisi produktivitas secara sederhana adalah hubungan antara kualitas yang

dihasilkan dengan jumlah kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil itu. Sedangkan

secara umum produktivitas merupakan ratio antara kepuasan atas kebutuhan dan

pengorbanan yang dilakukan, (Rusli Syarif 1991: 1 ).

Sedangkan konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (J.

Ravianto,1986: 18):

a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin

banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan menggunakan

sedikit sumber daya.

b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif

merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif

dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap

menjaga kualitas.

c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen,

informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap

bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.

d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan

kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam

jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai kesamaan

dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.

7 Singarimbun, Masri dan Sofyan effendi, 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Page 16: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan tetapi

juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat untuk

terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.

A.2 Motivasi

Motivasi adalah keadaan didalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu

untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan (Soekamto Reksahadipraja, T.

Hani Handoko, 1997: 252)8. Motivasi atau dorongan kerja merupakan suatu hal yang penting

bagi tinggi rendahnya produktivitas perusahaan. “Motivasi penting karena dengan motivasi

ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai

produktivitas kerja yang tinggi”(Malayu, 2003 : 92)9.

Faktor-faktor motivasi terbagi ke dalam dua kelompok yaitu, faktor eksternal

(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi). Faktor eksternal

(karakteristik organisasi) yaitu : lingkungan kerja yang menyenangkan, tingkat kompensasi,

supervisi yang baik, adanya penghargaan atas prestasi, status dan tanggung jawab. Faktor

internal (karakteristik pribadi) yaitu : tingkat kematangan pribadi, tingkat pendidikan,

keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelelahan dan kebosanan, Gouzaly (2000 : 257)

dalam bukunya, “Manajemen Sumber Daya Manusia”10.

Ada 2 (dua) jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif

(incentive positive), adalah suatu dorongan yang bersifat positif, yaitu jika pegawai dapat

menghasilkan prestasi diatas prestasi standar, maka pegawai diberikan insentif berupa

hadiah. Sebaliknya, motivasi negatif (incentive negative), adalah mendorong pegawai dengan

ancaman hukuman, artinya jika prestasinya kurang dari prestasi standar akan dikenakan

hukuman11.

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa

seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini tidak dapat melakukannya, sekalipun

hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi

seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

8 http://etd.eprints.ums.ac.id/2819/1/B100010567.pdf diunduh 1 april pukul 08.31 WIB)9 http://etd.eprints.ums.ac.id/3706/2/A210050004.pdf diunduh 27 April 2011 pukul 20.5210 http://digilib.unsri.ac.id/download/JurnalMMVol%203%20No%206%20Artikel%204%20Anwar%20Prabu.pdf 6 april 01.18)11 http://digilib.unsri.ac.id/download/JurnalMMVol%203%20No%206%20Artikel%204%20Anwar%20Prabu.pdf 6 april 01.18)

Page 17: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam

melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome

tertentu)

Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau

negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi

harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang

diharapkan12.

A.3 Kesejahteraan

Selama buruh bekerja maka perlu dilakukan motivasi kepada mereka

agar maksimal dalam melaksanakan pekerjannya. Kesejahteraan yang diberikan

sangat berarti dan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental

karyawan beserta keluaraganya. Pemberian kesejahteraan ini akan menciptakan

ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal karyawan

terhadap perusahaan13.

Merujuk pada Spicker (1995), Midgley, Tracy dan Livermore (2000), Thompson

(2005), Suharto, (2005a), dan Suharto (2006), pengertian kesejahteraan sedikitnya

mengandung empat makna.

1. Sebagai kondisi sejahtera (well-being). Pengertian ini biasanya menunjuk pada

istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi terpenuhinya

kebutuhan material dan non-material. Midgley, et al (2000: xi) mendefinisikan

kesejahteraan sosial sebagai “…a condition or state of human well-being.” Kondisi

sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan

dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat

dipenuhi; serta manakala manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko

utama yang mengancam kehidupannya.

2. Sebagai pelayanan sosial. Di Inggris, Australia dan Selandia Baru, pelayanan

sosial umumnya mencakup lima bentuk, yakni jaminan sosial (social security),

pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan pelayanan sosial personal

(personal social services).

3. Sebagai tunjangan sosial yang, khususnya di Amerika Serikat (AS), diberikan kepada

orang miskin. Karena sebagian besar penerima welfare adalah orangorang miskin,

12 supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../TEORI+TEORI+MOTIVASI.doc diunduh pada 27 april 2011 pukul 20.5813 Hasibuan, Malayu S. P.1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung

Page 18: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

cacat, penganggur, keadaan ini kemudian menimbulkan konotasi negatif pada istilah

kesejahteraan, seperti kemiskinan, kemalasan, ketergantungan, yang sebenarnya

lebih tepat disebut “social illfare” ketimbang “social welfare”.

4. Sebagai proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan, lembaga-

lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas kehidupan (pengertian pertama) melalui pemberian pelayanan sosial

(pengertian ke dua) dan tunjangan sosial (pengertian ketiga).

A3. Kompensasi

Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang

langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebgai imbalan atas jasa yang

diberikan kepada perusahaan. Kompensasi memiliki dua bentuk, yaitu berbentuk uang

dan barang. Kompensasi dibedakan menjadi dua: kompensasi langsung (direct

compensation) berupa gaji, upah, upah insentif dan kompensasi tidak langsung (indirect

compensation atau employee welfare atau kesejahteraan rakyat). Gaji adalah balas jasa

yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang

pasti. Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian dengan

berpedoman atas perjanjian yang disepakati membayarnya. Upah insentif adalah

tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas

prestasi standar. Kompensasi (balas jasa) langsung ini merupakan hak bagi karyawan

dan menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya. Tujuan pemberian

kompensasi antara lain untuk menjalin ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan

efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, pengaruh serikat buruh dan pengaruh

pemerintah14.

Upah ialah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dan pemberian kerja

kepada penerimaan kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan

dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi

kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan

menurut suatu persetujuan, Undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar

14 Hasibuan, Malayu S. P.1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : CV Haji Masagung

Page 19: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja (Heidjrahman dan

Husnan, 1997: 61)15.

Shultz dan Coleman memandang bahwa penetapan upah sangat berkait dengan

faktor-faktor ekonomi, sehingga dengan melihat faktor-faktor ekonomi dapat diberikan

alasan atau pembenaran penetapan upah tersebut. Faktor-faktor yang menentukan

antara lain:

1. Peningkatan Kebutuhan Hidup.

2. Peningkatan Produktifitas Kerja.

3. Kemajuan (atau ketidakmampuan) majikan untuk membayar.

4. Pembayaran upah pada industri yang satu dengan industri yang lain pada suatu

wilayah.

5. Dampak yang timbul dari tinggi atau rendahnya upah dalam nilai tawar buruh (power

employment16).

B. DEFINISI OPERASIONAL

1. kompensasi

- upah

- insentif

2. motivasi

- usaha

- harapan

3. produktivitas

- keahlian

4. kesejahteraan

- pendidikan

- kesehatan dan gizi

- taraf dan pola konsumsi

- perumahan dan lingkungan

15 http://etd.eprints.ums.ac.id/4865/1/B100050315.PDF diunduh pada 28 April 2011 pukul 19.05 16http://leidenuniv.academia.edu/herlambang/Books/167604/ Kebijakan_Penangguhan_Upah_Buruh_di_Indonesia_-_Skripsi_S1-Hukum 28 aprl 2011 pukul 19.22

Page 20: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

A. PENENTUAN STATUS VARIABEL

Agar kita lebih dalam menerangkan sebuah fenomena sosial tertentu dan lebih mudah

untuk dianalisa dan diamati lebih lanjut maka perlu ditetapkan hubungan antar variabel. Karena

fenomena sosial lebih mudah diteliti ketika hubungan antar variabelnya diketahui. Dalam

penelitian sosial mungkin saja terdapat beberapa variabel yang saling berhubungan secara

langsung ataupun melalui variabel-variabel tertentu, tetapi bisa pula variabel yang satu tidak

mempengaruhi variabel yang lainnya. Variabel-variabel tersebut digolongkan menurut kaitan

antara satu dengan lainnya dalam waktu tertentu yang kemudian menentukan status variabel

yang bersangkutan.

Hubungan antar variabel yang paling mendasar adalah hubungan antara variabel

bebas/pengaruh (independent variabel) dengan variabel terikat/terpengaruh (dependent

variabel). Apabila hubungan di antara dua jenis variabel pokok tersebut bukanlah suatu

hubungan yang langsung tetapi melalui variabel yang lain, berarti terdapat variabel antara

(intervening variabel). Dengan masuknya variabel ini hubungan statistik yang semula nampak

antara dua variabel menjadi lemah atau bahkan lenyap. (Singarimbun dan Effendi, 1989 ; 64)

Dalam penelitian ini digunakan 2 variabel, di mana masing-masing variabel mempunyai

status tertentu, yaitu:

1. Variabel Pengaruh (Independent Variable)

X1 : tingkat kompensasi

X2 : tingkat motivasi

2. Variabel Antara (Intervening Variable)

Z : tingkat produktivitas

3. Variabel Terpengaruh (Dependent Variable)

Y : tingkat kesejahteraan

B. PENENTUAN POPULASI DAN SAMPEL

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya dapat diduga, atau

peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah buruh pemetik apel Kota Batu, Malang,

provinsi Jawa Timur.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak

sederhana (simple random sampling) dengan demikian setiap anggota populasi mempunyai

peluang yang sama untuk menjadi sampel (Husaini dan Purnomo, 2008).

Page 21: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan

informasi yang mendukung dalam menjelaskan fenomena serta melengkapi informasi

tentang masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik ini digunakan dalam

keseluruhan proses penelitian sejak perencanaan sampai dengan pelaporan

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan hal pokok dalam pengumpulan data. Dalam kuesioner terdapat

daftar pertanyaan yang diberikan pada responden. Hasil kuesioner tersebut akan

dimasukkan ke dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik, dan uraian serta

kesimpulan dalam penelitian. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk

memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi

dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Dengan membuat daftar pertanyaan

secara tertulis dengan tujuan pokok untuk memperoleh data informasi yang relevan.

Ada empat jenis pertanyaan kuesioner:

Pertanyaan tertutup

Kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak

diberi kesempatan memberikan jawaban lain.

Pertanyaan terbuka

Kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas

memberikan jawaban.

Kombinasi tertutup dan terbuka

Jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka.

Pertanyaan semi terbuka

Pada pertanyaan semi terbuka jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada

kemungkinan tambahan jawaban.

c. Interview guide

Page 22: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung antar peneliti dengan responden

dan menjadi salah satu bagian terpenting untuk mendapatkan informasi mengenai objek

yang diteliti. Kegiatan wawancara dilakukan dengan tatap muka dan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disusun.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bentuk pengumpulan dan pencatatan data yang diperoleh

dengan menggunakan media sebagai bentuk laporan baik secara tertulis maupun berupa

foto.

D. TEKNIK PENGUMPULAN SKOR

Pada tahap penentuan skor, ada dua hal yang harus diperhatikan oleh peneliti. Pertama

adalah peneliti harus membuat keputusan tentang jenjang (range skor) untuk indeks yang telah

disusunnya. Hal kedua yang diperhatikan adalah menetukan skor yang akan diberikan pada

setiap jawaban dari masing – masing pertanyaan. Dalam penelitian survei ini, jawaban yang

diberikan oleh responden memiliki skor tertentu yang bergerak antara 1 sampai 3. Apabila

diketahui suatu pertanyaan adalah favorable, maka jawaban yang tidak mendukung diberi skor

1, jawaban yang kurang mendukung mendapat skor 2, dan jawaban paling mendukung diberi

skor 3.

Untuk menentukan tinggi rendahnya atau baik buruknya suatu variabel tertentu, maka

terlebih dahulu ditentukan interval kategori, yakni selisih antara skor tertinggi dengan skor

terendah dibagi dengan banyaknya alternative jawaban dalam skala.

Skor tertinggi – skor terendah

Indeks =

Banyaknya alternatif jawaban

E. TEKNIK ANALISA DATA

1. Analisis Chi Square

Berfungsi untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel data yang

diperoleh melalui observasi.

Rumus:

Fh

fhfoX 2

2

Page 23: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Keterangan:

X = nilai Chi Square

F = frekuensi observasi

Fh = frekuensi harapan

(Hadi, 2004: 259)

Setelah mendapatkan hasil yang signifikan dari X² maka untuk mengetahui

seberapa besar hubungan antara pertanyaan dari variabel satu dengan variabel lain

diketahui dengan rumus:

2

2

XN

XCC

Keterangan:

CC = Koefisien kontingensi (0,5)

N = Jumlah total

Sedang untuk mengetahui tingkat asosiasi digunakan rumus sebagai berikut:

mCc /11max

Keterangan:

m = jumlah terkecil dari baris atau kolom

Dari derajat hubungan tersebut, maka dapat dikategorikan menjadi tiga:

a. CC > 0,5 CCmax, maka derajat hubungan tinggi

b. CC = 0,5 CCmax, maka derajat hubungan sedang

c. CC < 0,5 CCmax, maka derajat hubungan rendah

2. Korelasi Produk Moment

Analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan antara dua variabel

(variabel bebas dan variabel terikat).

Rumus:

(Hadi, 2004: 240)

Page 24: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah sampel

X = variabel bebas

Y = variabel terikat

3. Analisis Regresi Linier Berganda

a. Korelasi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengukur derajat hubungan antara satu variable

terikat dengan kombinasi keseluruhan variabel bebas secara bersama-sama. Rumus

yang digunakan sebagai berikut :

2

332211

Y

YXaYXaYXaR

Untuk mengetahui taraf signifikan korelasi berganda tersebut digunakan tes

signifikasi dengan rumus :

Freg = R2 (N-k-1)

(1-R)2k

Keterangan :

R = koefisien korelasi berganda

N = jumlah sample

K = jumlah variabel bebas ( Hadi, 1983: 33 dalam Laporan Praktikum 1, 2008)

b. Analisis Korelasi Koefisien Determinasi

Analisa ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh seluruh

variabel predikter secara bersama-sama terhadap variabel kriterium. Besarnya koefisien

predikter ini dapat diketahui dengan mengkuadratkan korelasi berganda (R2).

c. Analisis Sumbangan Relatif dan Sumbangan efektif

Untuk mengetahui sumbangan relatif dan sumbangan efektif prediktor lebih

dahulu dicari jumlah kuadrat regresi dengan rumus :

JKreg = (a1 ∑X1Y+a2∑X2Y+a3∑X3Y)

Page 25: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Analisis sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan

efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Rumus :

SR%Xn = an∑XnY x 100%

JKreg

Analisis sumbangan efektif digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan

afektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Rumus :

SE%Xn = SR% XnR2

(Hadi, 1992: 43 dalam Laporan Praktikum 1, 2008)

d. Analisis Ketepatan Prediksi

Untuk mengetahui kecermatan dari prediksi dalam persamaan garis regresi.

Suatu persamaan dikatakan cermat apabila :

Standar Deviasi Y > Standar Error of Estimate

e. Uji Residual

Untuk mengetahui kemungkinan adanya variabel lain yang mempengaruhi

variabel terikat yang tidak terungkap dalam penelitian.

Rumus :

E = 1 – R2

Keterangan:

E = residu

R = Koefisien determinasi

4. Analisis Korelasi Parsial

a) Korelasi Parsial (jenjang1)

Rumus:

2.112.1

2.12.1.21.

22 ryr

rryryry

Page 26: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

b) Korelasi Parsial (jenjang2)

Rumus:

2.3

223.1

2

2.323.121.3.21

11

Y

YYY

rr

rrrr

Korelasi parsial digunakan:

Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel dengan mengontrol variabel lainnya

Untuk mengetahui hubungan murni atau tidak

Interpertasi korelasi parsial

X1Y : signifikan

X1Y-X2 : tidak signifikan, maka X2 sebagai VARIABEL INTERVENING

X1Y : signifikan

X1Y-X2 : signifikan, maka HUBUNGAN MURNI

X1Y : positif

X1Y-X2 : negatif, maka X2 sebagai VARIABEL KONTROL

X1Y : negatif

X1Y-X2 : positif, maka X2 sebagai VARIABEL KONTROL

X1Y : tidak signifikan

X1Y-X2 : signifikan, maka X2 sebagai VARIABEL KONTROL/

PENGGANGGU

X1Y : tidak signifikan

X1Y-X2 : tidak signifikan maka TIDAK BERKORELASI

Page 27: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

BPS. Jawa Timur dalam Angka 1988.

BPS. Jawa Timur dalam Angka 2008.

Buletin Pertanian dan Peternakan vol 4 no 8 thn 2003:116-122

Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik. Yogyakarta : Andi Offset

Hasibuan, Malayu S. P. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Haji Masagung

Mubyarto, dkk. 1992. Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan. Yogyakarta : Aditya Media

Ritzer, George. 2009. Teori Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers

Ritzer, George, Douglas J. Goodman. 2009. Teori Sosiologi, Bantul: Kreasi Wacana

Ritzer, George, Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Singarimbun, Masri dan Sofyan effendi, 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES

Usman, Husaini, Purnomo Setiady. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Bumi Aksara.

Yustika, Ahmad Erani. 2000. Industrialisasi Pinggiran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

___________. Laporan Penelitian Praktikum 1 Jurusan Ilmu Sosiatri 2007: Partisipasi

Masyarakat Terhadap Program CSR PT. Pertamina UP IV Cilacap, Jawa Tengah (Studi Tentang

Tingkat Persepsi dan Tingkat Harapan Nilai Manfaat Melalui Tingkat Responsibilitas

Masyarakat)

Sumber internet:

http://id.shvoong.com/travel/destination/2062893-apel-batu-hidup-segan-mati/ diunduh

pada 7 April 2011 16:04

http://etd.eprints.ums.ac.id/2819/1/B100010567.pdf diunduh 1 april pukul 08.31 WIB

http://etd.eprints.ums.ac.id/3706/2/A210050004.pdf diunduh 27 April 2011 pukul 20.52

http://digilib.unsri.ac.id/download/JurnalMMVol%203%20No%206%20Artikel

%204%20Anwar%20Prabu.pdf diunduh pada 6 april 2011 pk 01.18

supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../ TEORI + TEORI +MOTIVASI.doc diunduh pada 27 april 2011

pukul 20.58

Page 28: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI TERHADAP KESEJAHTERAAN

BURUH PEMETIK APEL MELALUI TINGKAT PRODUKTIVITAS

(Studi Kasus Buruh Pemetik Apel di Kota Batu, Jawa Timur)

DIISI OLEH PENELITI

1. Nama pewawancara : Kelompok :

2. Tanggal Wawancara : Waktu : .........sd..........WIB

DATA DIRI RESPONDEN

- Nama:

- Umur:

- Alamat :

- Pekerjaan :

-Pendidikan terakhir :

- Jenis kelamin: perempuan/laki-laki*

- Status: nikah/belum nikah*

(*coret yang tidak perlu)

TINGKAT KOMPENSASI BURUH

Upah

1. Apakah pekerjaan utama Bapak/Ibu, Sdra/i adalah buruh pemetik apel?

a. Ya (3)

b. tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

2. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki pekerjaan lain selain memetik apel?

a. Ya (3)

b. tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

3. Bagaimana status pekerjaan Bapak/Ibu, Sdra/i dalam memetik apel?

a. Buruh tetap (3)

b. Buruh lepas (2)

Page 29: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

c. Tidak tahu (1)

4. Saya akan mendapat bonus jika memetik lebih banyak apel.

a. Ya (3)

b. Tidak (2)

c. Ragu-ragu (1)

No Pernyataan Sangat

Setuju

(5)

Setuju

(4)

Ragu-

Ragu

(3)

Tidak

Setuju

(2)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

5. Upah yang diterima sesuai dengan hasil

kerja saya

Insentif

6. Selama 3 bulan terakhir apakah mendapat insentif?

a. Ya (3)

b. Tidak (2)

c. Ragu-Ragu (1)

TINGKAT MOTIVASI BURUH

Usaha

7. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i puas dengan pekerjaan sebagai buruh pemetik apel?

a. Ya (3)

b. tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

8. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memetik banyak apel agar upah naik?

a. Ya (3)

b. tidak (2)

c. Ragu-ragu (1)

Page 30: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

No. Pernyataan Sangat

Setuju

(5)

Setuju

(4)

Ragu-

Ragu

(3)

Tidak

Setuju

(2)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

9. Saya serius dengan pekerjaan saya

sebagai buruh pemetik apel

10. Saya bekerja memetik apel tanpa paksaan

11. Saya merasa bertanggung jawab dalam

bekerja

12. Dalam memetik apel saya selalu

memenuhi target yang ingin dicapai

13. Saya selalu berusaha untuk memperbaiki

cara memetik apel

14. Saya selalu bekerja walaupun tidak ada

kebutuhan mendesak

15. Saya senang dengan pekerjaan saya

sebagai buruh pemetik apel

16. Saya merasa dihargai lingkungan sekitar

jika saya bekerja

17. Saya senang bekerja sama dengan buruh

pekerja lain

18. Saya selalu puas setiap kali

menyelesaikan memetik apel

19. Saya bisa menyesuaikan diri dalam

lingkungan perkebunan apel

Page 31: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

Harapan

No. Pernyataan Sangat

Setuju

(5)

Setuju

(4)

Ragu-

Ragu

(3)

Tidak

Setuju

(2)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

20. Saya akan mendapatkan bonus jika saya

bekerja dengan baik

21. Saya memetik apel untuk memperbaiki

keadaan ekonomi keluarga

TINGKAT PRODUKTIVITAS BURUH

Keahlian

22. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i menemukan kesulitan dalam memetik apel?

a. Ya (1)

b. Tidak (3)

c. Ragu-Ragu (2)

23. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memetik apel berdasarkan warna?

a. Ya (3)

b.Tidak (1)

c. Ragu-Ragu (2)

24. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memetik apel berdasarkan ukuran buah?

a. Ya (3)

b.Tidak (1)

c. Ragu-Ragu (2)

25. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i mengetahui cara memetik apel dari keluarga?

a. Ya (3)

b.Tidak (2)

Page 32: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

c. Ragu-Ragu (1)

No. Pernyataan Sangat

Setuju

(5)

Setuju

(4)

Ragu-

Ragu

(3)

Tidak

Setuju

(2)

Sangat

Tidak

Setuju

(1)

26. Saya tidak pernah gagal dalam

melakukan pekerjaan memetik apel

27. Saya memetik apel dengan hati-hati

28. Saya dapat membedakan buah yang akan

dipetik

29. Saya yakin pada kemampuan saya dalam

memetik apel

30. Saya tidak pernah salah memetik buah

apel

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH

Pendidikan

31. Apakah putra/i Bapak/Ibu, Sdra/i bersekolah?

a. Ya (3)

b. Tidak (2)

c. Tidak tahu (1)

Taraf dan Pola Konsumsi

32. Berapa kali Bapak/Ibu, Sdra/i makan dalam sehari?

a. 1 (1)

b. 2 (2)

c. 3 (3)

Page 33: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

33. Apakah semua gaji dari Bapak/Ibu, Sdra/i digunakan untuk konsumsi?

a. Ya (1)

b. Tidak (3)

c. Ragu (2)

34. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i merasa kebutuhan harian sudah terpenuhi?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu (2)

35. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki anggaran untuk barang-barang selain

kebutuhan pokok

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu (2)

36. Apakah keluarga Bapak/Ibu, Sdra/i setiap hari mengkonsumsi nasi?

a. Ya (3)

b.Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

37. Apakah keluarga Bapak/Ibu, Sdra/i mengkonsumsi lauk setiap hari?

a. Ya (3)

b.Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

38. Apakah barang kebutuhan pokok Bapak/Ibu, Sdra/i sudah terpenuhi?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Tidak tahu (2)

Page 34: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

39. Berapa kali dalam seminggu Bapak/Ibu, Sdra/i mengkonsumsi daging (sapi,

ayam, ikan)

a. Tidak (1)

b. 1-3 kali (2)

c. >3 kali (3)

40. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki anggaran hiburan?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu (2)

41. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i memiliki anggaran kesehatan?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu (2)

42. Apakah dalam 1 bulan terakhir Anda membeli peralatan elektronik?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu (2)

Kesehatan dan Gizi

43. Apakah dalam tiga bulan terakhir, dalam keluarga Bapak/Ibu, Sdra/i ada yang pergi

memeriksakan diri ke dokter / puskesmas / mantri?

a. Ya (3)

b.Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

Perumahan dan Lingkungan

44. Apakah tersedia air bersih yang cukup di rumah tempat tinggal Bapak/Ibu, Sdra/i ?

a. Ya (3)

b.Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

Page 35: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

45. Apakah Bapak/Ibu, Sdra/i merasa nyaman bertempat tinggal di tempat tinggal yang

dihuni saat ini?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

46. Apakah status rumah Bapak/Ibu, Sdra/i?

a. Milik sendiri (3)

b. Kontrak (2)

c. Menumpang (1)

47. Berapa banyak tanggungan keluarga yang tinggal di rumah Bapak/Ibu, Sdra/i?

a. < 3 orang (3)

b. 3-5 orang (2)

c. > 5 orang (1)

48. Apakah dalam rumah Bapak/Ibu, Sdra/i, ada anggota keluarga di luar anggota

keluarga inti?

a. Ya (1)

b. Tidak (3)

c. Ragu-ragu (2)

49. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i sudah terbuat dari tembok?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

50. Apakah dalam rumah Bapak/Ibu, Sdra/i terdapat kamar mandi?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

Page 36: PROPOSAL PRAKTIKUM KELOMPOK 1.doc

51. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i dilengkapi dengan fasilitas listrik ?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

52. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i cukup memberikan kenyamanan bagi anda ?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

53. Apakah rumah Bapak/Ibu, Sdra/i cukup memberikan keamanan bagi anda ?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

54. Apakah tempat tinggal Bapak/Ibu, Sdra/i sesuai dengan harapan?

a. Ya (3)

b. Tidak (1)

c. Ragu-ragu (2)

55. Kepemilikan barang

No Jenis Barang Jumlah Barang Harga

Persatuan

Indeks Nilai

1 Motor

2 TV

3 Gerobak

4 Handphone

5 Sepeda

6 Radio / Tape