proposal - profitabilitas dalam perbankan syariah
TRANSCRIPT
PROFITABILITAS DALAM PERBANKAN SYARIAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syari’ah pada saat ini tumbuh dengan cepat dan
menjadi bagian dari kehidupan keuangan di dunia Islam. Lembaga
keuangan syari’ah bukan hanya terdapat di Negara-Negara Islam, tetapi juga
terdapat di Negara-Negara yang ada masyarakat muslimnya. Kerangka dasar
dari lembaga keuangan syari’ah adalah serangkain aturan main dan hukum
berdasarkan syari’ah yang mengatur bidang ekonomi, sosial politik dan
aspek budaya pada masyarakat Islam. Syari’ah sendiri adalah hukum Islam
yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Perusahaan yang bergerak
dalam dunia bisnis terdiri dari beragam perusahaan dan bergerak dalam
berbagai bidang usaha perdagangan, industri, pertanian, manufaktur,
keuangan, dan usaha-usaha lainnya. Masalah pokok yang sering
dihadapi oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun
tidak terlepas dari kebutuhan dana (modal) untuk membiayai usahanya
kebutuhan akan dana ini diperlukan baik untuk modal investasi atau
modal kerja. Dana memang dibutuhkan baik untuk perusahaan yang
baru berdiri maupun yang sudah berjalan.
Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
dimana pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia
(BI). Undang-undang tersebut menetapkan bahwa bank dalam memberikan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara -cara yang tidak
merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya
kepada bank serta, bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen,
likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lainnya yang berhubungan
1
dengan bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian. Usaha keuangan adalah usaha-usaha yang dilaksanakan
oleh perusahaan yang bergerak dibidang keuangan atau sering disebut
dengan lembaga keuangan, kegiatan utama lembaga keuangan adalah
membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti
menghimpun uang yang sementara waktu belum digunakan untuk
pemiliknya.1
Tingkat kesehatan perbankan syariah diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia No. 9/1/PBI/2007. Dalam peraturan tersebut dijelaskan secara
spesifik sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip
syariah seperti yang tertuang dalam pasal 1 angka 6, 8, dan 9 PBI No.
9/1/PBI/2007 dimana, tingkat kesehatan bank didefinisikan sebagai hasil
penilaian kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi atau kinerja suatu bank atau Unit Usaha Syariah (UUS) melalui:
a.) penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko
pasar; dan b.) penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen.2
Profitabilitas harus dilihat sebagi faktor pendorong dalam
memantau seluruh faktor baik kuantitatif maupun kualitaif. Seluruh faktor
baik permodalan, kualitas aset, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko pasar
serta faktor manajemen diformulasikan dan dikelola agar lebih efektif
untuk menghasilkan profitabilitas yang maksimal. Apabila bank mampu
menghasilkan keuntungan yang semakin meningkat dan berkesinambungan
maka kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa perbankan akan
meningkat serta modal akan mudah didapat dari para investor karena
deviden yang akan diterima investor meningkat seiring meningkatnya
keuntungan bank.
1 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2007, hlm. 2
2 Totok Busantoso dan Siget Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2006, hlm. 52
2
Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk
mengukur kinerja suatu bank. Faktor kuantitatif yang berpengaruh
terhadap profitabilitas bank syariah perlu diperhitungkan dengan matang
agar lebih efektif menghasilkan laba yang maksimal. Untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor permodalan,
kualitas aset dan likuiditas terhadap faktor profitabilitas bank syariah
yang diwakili oleh rasio utama, maka penulis melakukan penelitian
tentang: “Profitabilitas Dalam Perbankan Syariah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah struktur modal terhadap profitabilitas?
2. Bagaimanakah efisiensi operasional terhadap profitabilitas?
3. Bagaimana manajemen pengelolaan dana untuk menjaga kestabilan
likuiditas dan solvabilitas dalam meningkatkan profitabilitas?
C. Tujuan Penelitian
Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan:
1. Struktur modal terhadap profitabilitas?
2. Efisiensi operasional terhadap profitabilitas?
3. Manajemen pengelolaan dana untuk menjaga kestabilan likuiditas
dan solvabilitas dalam meningkatkan profitabilitas?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Dengan adanya pembahasan masalah akan menambah
khasanah ilmu pengetahuan tentang manajemen dana likuiditas,
profitabilitas dan solvabilitas.
3
2. Bagi BMT
Sebagai informasi dan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan serta penetapan kebijakan demi perkembangan perbankan
syariah.
3. Bagi Peneliti Dan Pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, atau
kemungkinan untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut
berkenaan dengan penilaian manajemen dana
E. Keaslian Penulis
Dalam rangka pencapaian penulisan skripsi yang maksimal,
sebagai bahan perbandingan penelitian yang sudah dilakukan oleh
beberapa mahasiswa antara lain:
Nur Fadilah, 2009, tentang “Analisis Pengaruh Likuiditas, Struktur
Modal Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Pada Bank
Syari’ah Mandiri.” Variable likuiditas tidak terbukti berpengaruh
terhadap perubahan profitabilitas bank syari’ah mandiri selama periode
bulan Januari 2006 sampai dengan Maret 2009 likuiditas (LDR) tidak
berpengaruh disebabkan bank syari’ah mandiri selama periode
penelitian sangat menjaga LDR agar dapat memberikan pengembangan
kepada DPK pada saat ditagih, selain itu pendapatan bank syari’ah
tidak langsung dari besarnya jumlah pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah tetapi perolehannya berdasarkan nisbah yang belum diketahui
secara pasti.
Latifatur Rahmah, “Manajemen Pengelolaan Dana Sebagai
Upaya Peningkatan Kesehatan Pada BMT MMU Sidogiri Pasuruan”.
Penelitian Rahmah menunjukkan bahwa manajemen pengelolaan dana
pada BMT MMU Sidogiri menggunakan pendekatan Pool Of Fund
Approach. BMT MMU Sidogiri tidak mengalami kendala dalam
penghimpunan dana namun kendalanya ada pada pengalokasian dana
dimana pada tahun 2009 BMT pernah mengalami idle money. Ditinjau
4
dari aspek jasadiyah dengan menganalisis faktor CAMEL BMT MMU
termasuk kategori “sehat” prosentase CAR selalu berada diatas nilai
minimal, peningkatan aktiva produktif juga diikuti oleh kenaikan profit
yang diperoleh. BMT MMU masih mampu menanggug beban
operasionalnya dari pendapatan operasional serta memiliki rasio lancer
yang cukup bagus karena telah memenuhi standar rasio lancar yang
ditetapkan BI yaitu minimal 3 % sedangkan ditinjau dari aspek ruhiyah,
BMT MMU juga dapat dikatakan sehat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah
Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam dan tata-cara operasinya mengacu kepada ketentuan
Al-Qur’an dan Hadis. Bank yang beroperasi sesuai prinsip syariah
Islam yaitu mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam khususnya,
yang menyangkut tata-cara bermuamalat secara Islam dengan menjauhi
praktek-praktek yang dikhwatirkan mengandung unsur-unsur riba.3
Berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 pasal 6 (m) dan pasal
13 ayat (c ) yang menyatakan bahwa salah satu usaha bank umum dan
bank Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah menyediakan pembiayaan
bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil. Undang-undang No. 7
Tahun 1992 pasal 1 ayat (13) menjelaskan maksud dari prinsip syariah,
yaituaturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan
pihak lain untuk menyimpan dana dan pembiayaan kegiatan usaha atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah antara lain: pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah ), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pemilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain.4
Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum
dalam pembukaan Standar Akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI
3 Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1992, hlm. 1
4 Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 66
6
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution)
adalah sebagai berikut:5
1. Manajer investasi bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2. Investor bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Penyedia jasa lalulintas keuangan dan lalulintas pembayaran bank
syariah dapat melakukan kegiatan layanan jasa perbankan
sebagaimana lazimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Kegiatan Usaha Bank Syari’ah, diatur dalam Peraturan Bank
Indonesia nomor 6/24/PBI/2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syari’ah.
Adapun kegiatan usaha tersebut meliputi :6
1. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan investasi;
2. Melakukan penyaluran dana;
3. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan;
4. Membeli, menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
berdasarkan prinsip syari’ah;
5. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syari’ah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan atau Bank Indonesia;
6. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip Syari’ah;
5 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi, Ekonisia, Yogyakarta, 2004, hlm. 39
6 S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2004, hlm. 5-6
7
7. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah
berdasarkan prinsip syari’ah;
8. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga atas surat berharga
yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak
ketiga berdasarkan prinsip syari’ah;
9. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip wadiah yad amanah;
10. Melakukan kegiatan penitipan termasuk administrasinya untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip
wakalah;
11. Memberikan fasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip
syari’ah;
12. Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syari’ah;
13. Melakukan kegiatan usaha kartu debet;
14. Melakukan kegiatan wali amanatberdasarkan akad wakalah;
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank sepanjang
disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapatkan fatwa Dewan
Syari’ah Nasional
B. Manajemen Dana di BMT dan Bank Konvensional sebagai Komparasi
Dana bagi sebuah lembaga keuangan yang berperan sebagai
intermediary merupakan suatu yang sangat vital karena tanpa dana
BMT tidak dapat berbuat sesuatu. BMT mempunyai kegiatan utama yaitu
mengumpulkan dan menyalurkan dana yang harus dilakukan dengan baik
dan benar. Begitupun dengan manajemen juga penting dalam
pengumpulan dan penyaluran dana baik dalam bentuk pembiayaan
maupun dalam bentuk lainnya.
Sebelum membahas tentang pengertian manajemen dana, maka
akan dibahas pengertian dana dan pengertian manajemen secara terpisah.
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasi oleh BMT dalam bentuk
tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang
8
tunai yang dimiliki BMT itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau
penyertaan dana anggota atau pihak lain yang sewaktu -waktu akan
ditarik kembali.Sedangkan manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha -usaha anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan yang diharapkan.7
Menurut G.R.Terry yang dikutip oleh Malayu Hasibuan
mendefinisikan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Malayu Hasibuan mendefinisikan bahwa manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu.8
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen dana
adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syari’ah dalam
mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas
funding untuk disalurkan kepada aktifitas financing, dengan harapan bank
yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas,
rentabilitas dan solvabilitasnya. Sebagaimana halnya dengan bank
konvensional, bank syari’ah juga mempunyai peran sebagai lembaga
perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau
unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dan kekurangan dana.
Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara Bank
Syari’ah dengan nasabahnya bukan hubungan antara debitur dan
kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahib
al maal) dengan pengelola dana (mudharib) oleh karena itu tingkat laba 7 Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1994, hlm. 8
8 Malayu Hasibuan, Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 2
9
bank syari’ah bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk
para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang
dapat diberikan kepada nasabah menyimpan dana. Dengan demikian
kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai penyimpan
harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik (professional
investment manager) akan sangat menentukan kualitas usahanya sebagai
lembaga intermediary dan kemampuannya menghasilkan laba.
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya
dan bank syari’ah pada khususnya adalah:9
1. Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya
yang relative lebih murah
2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk
apa untuk memperoleh pendapatan yang optimal
3. Berapa besarnya deviden yang dibayarkan yang dapat memuaskan
pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan
bank syari’ah.
Perbedaan manajemen dana BMT dan Bank Konvensional
terletak pada pembiayaan dan pemberian balas jasa baik yang diterima
oleh bank maupun investor pada bank konvensional pembiayaan
disebut dengan loan, sedangkan balas jasa yang diterima atau diberikan
pada bank umum berupa bunga dalam prosentase pasti, sedangkan
pada BMT sistem syari’ah hanya memberi dan menerima balas jasa
berdasarkan perjanjian (akad) bagi hasil.
Bank syari’ah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan
sebagai lembaga keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk
itu bank syari’ah harus mengelola dana yang dapat digolongkan sebagai
berikut:10
1. Kekayaan Bank Syari’ah dalam bentuk:9 Ibid., hlm. 27
10 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (UPP) AMPYKPN, Yogyakarta, 1997, hlm. 228
10
a. Kekayaan yang menghasilkan (aktiva produktif) yaitu
pembiayaan untuk debiturserta penempatan dana di bank atau
investasi lain yang menghasilkan pendapatan
b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris
(harta tetap)
2. Modal Bank Syari’ah berasal dari:
a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan
dan hibah, infaq/shadaqah
b. Simpanan/hutang dari pihak lain
3. Pendapatan usahakeuangan bank syari’ah berupa bagi hasil untuk
mark up dari pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi
serta jasa tabungan bank syariah di bank
4. Biaya yang harus ditanggung oleh bank syariah yaitu biaya operasi,
biaya gaji, manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah
penabung.
Untuk mempermudah dalam memahami karakteristik sumber dan
penggunaan dana berikut gambaran tentang pola penghimpunan dan
pengalokasian dana melalui pendekatan pusat pengumpulan dana (pool
offunds approach) yaitu dengan melihat sumber-sumber dana dan
penempatannya dimana sumber dana dikumpulkan dahulu kedalam satu
kantong sumber dana dan setelah dianggap cukup baru ditempatkan
sesuai posisi yang telah ditetapkan.
Dengan teknik pendekatan assets allocation approach setiap
sumber diperlakukan beda menurut sifat sumber dana dengan pendekatan ini
setiap dana yang dialokasikan berbeda antara satu dengan yang lainnya.
menurut sifat dana, jangka waktu jatuh tempo (perputaran dana) maupun
ketentuan cadangan wajib untuk lebih jelasnya model pendekatan Asset
Allocation Approach.
C. Rasio Keuangan
11
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu lembaga keuangan
mikro syari’ah secara periodik. Laporan keuangan sekaligus
menggambarkan kinerja perusahaan selama periode tersebut. Agar
laporan ini dapat dibaca sehingga menjadi berarti, maka perlu
dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis yang digunakan adalah
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang
berlaku. Analisis rasio keuangan merupakan cara penilaian pelaksanaan
kegiatan perusahaan, keuntungannya, struktur modalnya, dan lainlain
dengan menggunakan tolak ukur yang merupakan perbandingan antara
angka angka dalam neraca dan daftar rugi laba.
Sebelum membahas jenis-jenis keuangan, ada baiknya jika
memberikan kategori bahwa Bank dapat dikatakan likuid apabila
memenuhi kategori sebagai berikut:11
1. Memegang alat likuid, cash assets, yang terdiri dari utang kas,
rekening pada bank sentral dan rekening pada bank-bank lainnya
sama dengan jumlah likuiditas yang diperkirakan.
2. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid akan tetapi bank
tersebut memiliki surat berharga berkualitas tinggi yang dapat
segera ditukar atau dialihkan menjadi uang tanpa mengalami
kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun setelah jatuh tempo
3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui
penciptaan hutang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, atau
dengan call money.
Jenis-jenis rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek
2. Rasio aktifitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk menggunakan asetnya dengan efisien
11 Taswan, Manajemen Perbankan; Konsep, Teknin, dan Aplikasi Banking Risk Assesmen, UPP STIM YKPM, Yogyakarta, 2006, hlm. 96
12
3. Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan untuk
memenuhi total kewajibannya
4. Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan profitabilitas
5. Rasio pasar adalah rasio yang mengukur prestasi pasar relative
terhadap nilai buku, pendapatan atau deviden.
Dengan adanya pembatasan pada rasio keuangan yang berhubungan
dengan manajemen dana, maka peneliti menyajikan kajian tentang 3 rasio
keuangan yang meliputi rasio likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas.
D. Efisiensi Operasional dan Profitabilitas
Efisiensi Operasional diukur dengan menggunakan BOPO yaitu, rasio
perbandingan antara Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber
dayayang ada di perusahaan. Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh
perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52%, hal ini sejalan dengan
ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dari rasio ini dapat
diketahui tingkat efisiensi kinerja manajemen suatu bank, jika angka rasio
menunjukkan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa
kinerja bank tersebut menunjukkan tingkat efisiensi yang sangat rendah.
Tetapijika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank
yang bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi.
Rasio Profitabilitas merupakan perbandingan laba (setelah pajak)
dengan Modal (Modal Inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total assets
yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio
mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau
assets dihitung secara rata-rata selama periode tersebut.
Sedangkan menurut Dendawijaya, analisis profitabilitas/rentabilitas
bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha
13
dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Adapun alat
analisis yang di gunakan dalam menilai kinerja suatu bank antara lain :
1. Return on Assets (ROA), adalah perbandingan laba bersih bank
dengan total aktiva.
2. Return on Equity (ROE), adalah perbandingan laba bersih bank
dengan modal sendiri.
3. Rasio biaya operasional, adalahperbandingan biaya (beban)
operasional dengan pendapatan operasional.
4. Net Profit Margin Ratio, adalah rasio yang menggambarkan tingkat
laba yang di peroleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima dari kegiatan operasional.
Analisis rasio profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan
perhitungan Return on Assets (ROA), karena lebih akurat. Sedangkan ROE
lebih cocok digunakan untuk mengukur profitabilitas pada perusahaan dan
NPMR lebih cocok digunakan untuk mengukur profitabilitas pada
perusahaan manufaktur. Rasio-rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebutdan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan asset.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
14
Untuk memperoleh data yang akurat mengenai permasalahan di
atas maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
yang relevan dengan judul yang di atas. Penelitian ini menggunakan
model penelitian lapangan (field research) dengan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang
bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan penelitian kualitatif adalah bertujuan untuk menghasilkan
data deskriptif, berupa kata-kata lisan atau dari orang-orang dari perilaku
mereka yang dapat diamati.
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada objek
sebagai sumber informasi yang di cari. Adapun sumber data
primernya adalah hasil wawancara dan observasi yang bertujuan
untukmengetahui dan memahami segala aktifitas BMT dan yang
menentukan kebijakan-kebijakan dalam penanganan masalah
mengenai pengelolaan dana BMT.
2. Data Sekunder yaitu: data yang diperoleh melalui pihak lain,
tidak langsung diperoleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data
ini diperoleh dari dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian lapangan ini, penulis menggunakan beberapa metode
1. Interview
15
Metode interview yaitu suatu upaya untuk mendapatkan
informasi atau data berupa jawaban pertanyaan (wawancara) dari para
sumber.
Interview perlu dilakukan sebagai upaya penggalian data
dari nara sumber untuk mendapatkan informasi atau data secara
langsung dan lebih akurat dari orang-orang yang berkompeten
(berkaitan atau berkepentingan) di BMT untuk mengetahui data
tentang strategi pengelolaan dana dan kendala yang dihadapi
BMT.
2. Observasi
Metode observasi yaitu usaha-usaha mengumpulkan data
dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang di selidiki.
Dalam hal ini, penulis mengadakan pengamatan terhadap
kondisi wilayah penelitian secara langsung serta mencatat
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek penelitian.
Observasi dilakukan di BMT untuk mencari data yang berkaitan
dengan cara pengelolaan dana likuiditas dan solvabilitas pada BMT.
3. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan metode dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal tentang sejarah berdirinya BMT, struktur
organisasi, visi dan misi, serta laporan keuangan yang berupa laporan
neraca, laba/rugi, dan arus kas BMT pada periode tertentu.
D. Metode Analisis
Untuk keperluan analisis data, penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu data berupa kata-kata lisan atau dari
orang-orang dan perilaku mereka yang dapat diamati. Penelitian ini pada
umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan
akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu, mengenai sifat-
sifat, karakteristik atau faktor-faktor tertentu. Proses analisis data
16
deskriptif kualitatif melalui analisis terhadap data riil yang diperoleh dari
lapangan dan belum diolah, yaitu dengan membuat batasan data yang
diolah (berdasarkan data yang diperoleh).
DAFTAR PUSTAKA
Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1994,
17
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskriptif dan Ilustrasi, Ekonisia, Yogyakarta, 2004,
Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1992
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2007,
Malayu Hasibuan, Manajemen; Dasar, Pengertian, dan Masalah, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009,
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (UPP) AMPYKPN, Yogyakarta, 1997,
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2004,
Taswan, Manajemen Perbankan; Konsep, Teknin, dan Aplikasi Banking Risk Assesmen, UPP STIM YKPM, Yogyakarta, 2006,
Totok Busantoso dan Siget Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, 2006,
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005,
18