proposal s2
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Halaman :
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. 1
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………...2
B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Penegrtian Belajar ………………………………………….. 6
B. Model Multiple Intelligence………………………………….8
C. Dampak Model Multiple IntelligenceBagi Siswa dan Guru. 14
D. Pembelajaran Konvesional ………………………………… 15
E. Aktifitas Belajar ……………………………………………. 16
F. Hasil Belajar ………………………………………………... 18
G. Hipotesis Penelitian ………………………………………... 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian ……………………. 22
B. Populasi dan Sampel ……………………………………… 22
C. Desain Penelitian ………………………………………….. 23
D. Variabel Penelitian ………………………………………… 24
E. Instrumen Penelitian ………………………………………. 25
F. Validitas Item Soal ……………………………………….. .. 25
G. Reliabilitas Tes Secara Keseluruhan ……………………. 26
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model Multiple Intelligences merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
di terapkan pada proses pembelajaran langsung. Model Multiple Intelligences juga
merupakan seperangkat pemikiran mengenai kegitan mengajar yang mengembangkan multi
intelligence/kecerdasan majemuk yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan suatu produk yang baru dan bernilai
dalam mencapai suatu solusi untuk permasalahan yang di hadapi. Salah satu kemampuan
yang dimaksud adalah motivasi dan kreativitas dalam berpendapat.
Model Multiple Intelligences mencakup 8 kecerdasan itu pada dasarnya merupakan
pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan
spritiual (SQ).Multiple Intelligences yang didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan
intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada
kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap siswa memiliki cara yang unik
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
Menerapkan model multiple intelligences dalam pembelajaran suatu materi tidak
perlu melibatkan ketujuh komponen kecerdasan secara bersamaan. Akan tetapi, perlu adanya
pemilihan kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri. Selain itu, di
dalam menerapkan model multiple intelligences ini, guru harus mengetahui perkembangan
siswa dan mengamati keunikan setiap siswa, sehingga pembelajaran bisa sesuai dengan
kebutuhan dan kekhususan tiap pribadi siswa.
2
Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan di SD Negeri 7 Kendari diperoleh
bahwa hasil belajar IPA Terpadu dari tahun ke tahun masih sangat rendah.Hal ini ditandai
dengan hasil wawancara pada tanggal 25 Mei 2012 dengan salah satu guru bidang studi
Fisika. Di mana diungkapkan ada beberapa penyebab sehingga hasil belajar siswa terhadap
mata pelajaran Fisika masih sangat rendah. Hal ini terbukti dari rendahnya rata-rata hasil
belajar Fisika yang diperoleh siswa kelas VI yakni dari jumlah keseluruhan siswa kelas VI di
SD Negeri 7 Kendari hanya 40% yang memperoleh nilai KKM diatas 70. Ini ditandai
dengan nilai ulangan harian yang diperoleh masing-masing siswa disetiap kelasnya.
Disamping itu, ada beberapa permasalahan siswa terkait dengan materi dinamika partikel
sub.pokok bahasan hukum-hukum newton yang dipelajari siswa diantaranya, kurangnya
eksperimen (percobaan) sesuai materi, guru yang mengajar cenderung hanya menjelaskan
teori-teori saja, siswa yang tidak memiliki kecerdasan matematika cenderung merasa tidak
diperhatikan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan yang ada di SD Negeri 7 Kendari,
maka perlu diterapkan sebuahmodel mengajar yang kreatif dan aplikatif berdasarkan tingkat
kecerdasan siswa yang berbeda-beda (Multiple Intelligences). Diharapkan dengan model
Multiple Intelligences ini, dapat meningkatkan motivasi dan kreatifitas siswa, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Fisika, serta siswa yang tidak
memiliki kecerdasan bahasa dan matematis dapat belajar Fisika dengan intelligensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul :”Pengaruh Model Multiple Intelligences untuk Meningkatkan Hasil Belajar
3
PKN Siswa Kelas VI SD Negeri 7 Kendari pada Materi Pokok Peraturan Perundang-
undangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan
dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa kelas VI pada materi pokok peraturan
perundang-undangan yang diajar dengan menggunakan model Multiple Intelligences?
2. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas
eksperimen dengan nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas kontrol pada materi pokok
peraturan perundang-undangan?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas
eksperimen dengan nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas kontrol pada materi
peraturan perundang-undangan?
4. Apakah nilai rata-rata gain siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada
nilai rata-rata gain siswa kelas kontrol pada materi pokok PKN dengan sub.pokok
peraturan perundang-undangan ?
C. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang dicapai pada
skripsi ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa kelas VIpada materi pokok PKN subpokok
bahasan peraturan perundang-undangan yang diajar dengan menggunakan model Multiple
Intelligences.
4
2. Untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil pretest
siswa kelas eksperimen dengan nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas kontrol pada
materi pokok PKN subpokok bahasan peraturan perundang-undangan.
3. Untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil post-
test siswa kelas eksperimen dengan nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas kontrol pada
materi pokok PKN subpokok bahasan peraturan perundang-undangan..
4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata gain
siswa ekperimen dengan nilai rata-rata gain kelas kontrol pada materi pokok PKN
subpokok bahasan peraturan perundang-undangan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa dapat membantu sekaligus mempermudah siswa dalam belajar PKN.
2. Bagi guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
3. Bagi sekolah dapat memberikan masukan yang baik pada sekolah dalam rangka
perbaikan atau peningkatan pembelajaran PKN.
4. Sebagai bahan masukan dan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang melakukan
penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Secara teknis para ahli psikologi dan pendidikan, memberikan batasan belajar atau
defenisi belajar yang beraneka ragam, namun semuanya merujuk pada terjadinya proses
tingkah laku individu. Tetapi pada prinsipnya keanekaragaman itu tidak terlalu jauh
menyimpang dari pengertian belajar yang sesungguhnya.Menurut Nasution dkk (1992:77)
bahwa “belajar sebagai suatu perubahan yang terus menerus terjadi dalam perilaku individu
sebagai hasil dari pengalaman, dan perilaku itu terjadi dalam perilaku yang memungkinkan”.
Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia , bahwa belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.
Slameto (1987) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Senada dengan itu, usman dan setiawati (2001) mengemukakan bahwa belajar dapat
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
6
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon.
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-
perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun hal-hal tersebut
sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan.
B. Model Multiple Intelligences
1. Dasar-Dasar Teori Multiple Intelligences
Kecerdasan kata Gardner, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru
serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan
bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan
tergantung pada nilai IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.
Gardner mengungkapkan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap,
dan bukanlah unit kepemilikan tunggal.Kecerdasan merupakan serangkaian kemampuan dan
keterampilan yang dapat dikembangkan.Kecerdasan ada pada setiap manusia tetapi dengan
tingkat yang berbeda-beda.
Gardner menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu
pada umumnya, yaitu :
1. Kecerdasan Linguistik
2. Kecerdasan Mathematis logis
3. Kecerdasan Spasial
7
4. Kecerdasan Kinestetik
5. Kecerdasan Musikal
6. Kecerdasan Interpersonal
7. Kecerdasan Itrapersonal
8. Kecerdasan Naturalis
Teori multiple intelligences adalah validasi tertinggi gagasan bahwa perbedaan
individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat bergantung pada
pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa
(pelajaran) belajar, disamping pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap
minat dan bakat masing-masing pembelajar. Teori multiple intelligencesbukan hanya
mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan
penilaian, tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar,
bahkan menarik dan sangat berharga.
2. Model Multiple Intelligences
Model Multiple Intelligences merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat
di terapkan pada proses pembelajaran langsung. Model Multiple Intelligences juga
merupakan seperangkat pemikiran mengenai kegitan mengajar yang mengembangkan multi
intelligence/kecerdasan majemuk yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan suatu produk yang baru dan bernilai
dalam mencapai suatu solusi untuk permasalahan yang di hadapi.Salah satu kemampuan
yang dimaksud adalah motivasi dan kreativitas dalam berpendapat.
Menerapkan model multiple intelligences dalam pembelajaran suatu materi tidak
perlu melibatkan kedelapan komponen kecerdasan secara bersamaan. Akan tetapi, perlu
8
adanya pemilihan kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri. Selain
itu, di dalam menerapkan model multiple intelligences ini, guru harus mengetahui
perkembangan siswa dan mengamati keunikan setiap siswa, sehingga pembelajaran bisa
sesuai dengan kebutuhan dan kekhususan tiap pribadi siswa.
Namun hanya ada beberapa kecerdasan (Multiple Intelligences) yang sesuai
identifiksai berdasarkan materi, yaitu :
a. Linguistik
Kemampuan berkaitan dengan bahasa dengan menggunakan kata secara efektif, baik
lisan dan tertulis.Keterkaitan Linguistik dengan materi hukum-hukum newton, siswa diberi
kesempatan untuk menuliskan pengertian mereka tentang hukum newton secara bebas atau
mengungkapkan gagasannya secara lisan didepan kelas.Dalam memberikan soal bisa dalam
bentuk esay atau isian yang berupa soal tentang pengertian atau penjelasan.
b. Matematis Logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya ahli matematika, fisikawan,
akuntan pajak, dan ahli statistik).Melakukan penalaran (misalnya, programmer, ilmuwan dan
ahli logika).Keterkaitan kecerdasan Matematis Logis dengan materi hukum-hukum newton,
siswa bisa di beri kesempatan mengerjakan soal-soal dalam bentuk perhitungan atau
penurunan rumus matematis.
c.Spasial
Kemampuan mempersepsikan dunia spasial secara akurat, misalnya mengadakan
eksperimen di laboratorium atau di luar laboratorium (lingkungan sekitar).Keterkaitan
kecerdasan spasial dengan materi adalah dimana siswa di berikan soal-soal berupa gambar
atau guru bisa melukan sebuah eksperimen terkait dengan materi hukum-hukum newton.
d. Interpersonals
9
Kemampuan mempersepsikan Interpersonal dalam bentuk diskusi kelompok atau
praktikum bersama.Keterkaitan kecerdasan Interpersonal dengan materi adalah dimana
siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal dengan diskusi kelompok atau melakukan
praktikum bersama dengan materi hukum-hukum newton.
c. Naturalis
Dapat diungkapkan dengan mengajak siswa untuk melihat keterkaitan materi hukum-
hukum newton dengan lingkungan kehidupan mereka sehari-hari, misalnya siswa dapat
menuliskan contoh-contoh penerapan hukum newton yang sering mereka alami atau
dapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Model multiple intelligences ini, mampu menjembatani proses pembelajaran yang
membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa tidak hanya
dijejali materi dan teori-teori semata. Akan tetapi, dengan model multiple intelligences siswa
dihadapkan pada kenyataan bahwa materi dan teori-teori yang mereka terima memang dapat
mereka temui di dunia nyata dalam kehidupan mereka, serta materi dan teori-teori tersebut
dapat mereka alami sendiri sehingga memberikan kesan yang mendalam dalam kehidupan
mereka.
Adapun keunggulan dan manfaat penerapan model multiple intelligences dalam
proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah yaitu sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan kerangka multiple intelligences dalam melaksanakan proses
pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan
lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukkan dapat menjadi ‘pintu masuk’
yang vital terhadap proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada
10
saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika
aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2. Dengan menggunakan model multiple intelligences, gurumenyediakan kesempatan bagi
siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.
3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung
proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses
belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya.
Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan
siswa sebagai seorang ‘spesialis’.
5. Pada saat guru ‘mengajar untuk memahami’, siswa akan mendapatkan pengalaman
belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam
memecahkan persoalan yang dihadapinya. (Susanto, http: //www.bpkpenabur.or.id).
3. Tahap-Tahap Model Multiple Intelligences
Berdasarkan penjelasan Richards dan Rodgers , mengenai tahapan model multiple
intelligences, dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan menggunakan model ini terdiri
dari empat tahapan, yaitu sebagai berikut:
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran Multiple Intelligences dapat dilihat
pada tabel dibawah ini ;
Tabel 1.1. Tahap-tahap dalam model pembelajaran Multiple Intelligences.
1. Tahap membangkitkan intelligence
Tahap ini merupakan suatu proses pengalaman belajar melalui pengalaman multiindrawi yaitu dengan menyentuh, mencium, mencicipi, melihat, dan juga siswa dapat peka untuk memahami banyak segi sifat benda dan kegiatan di dunia yang
11
mengelilingi mereka. 2. Tahap memperkuat
intelligenceTahap dimana siswa memperkuat dan meningkatkan kecerdasan secara sukarela mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang mereka pilih sendiri dan mendefinisikan dengan orang lain, sifat dan konteks pengalaman benda-benda dan peristiwa-peristiwa.
3. Tahap mengajar dengan/untuk intelligence
Tahap ini terhubung tingkatan kecerdasan itu untuk fokus terhadap kelas. Ini dilakukan melalui lembar kerja dan proyek-proyek kelompok kecil dan diskusi dalam aktivitas belajar siswa.
4. Tahap transfer dari intelligence siswa
Tahap ini bercermin pada pengalaman belajar tiga tahap sebelumnya dan berkaitan dengan isu-isu ini dan tantangan di luar kelas atau dunia nyata.
Di samping tahap-tahap di atas, sebagai upaya untuk memadukan model Multiple
Intelligence dalam pembelajaran, perlu juga memperhatikan hal-hal berikut:
1. Persepsi tentang siswa harus diubah
Sebaiknya para pendidik memberikan perhatian kepada berbagai macam cara yang
dilakukan siswa untuk memecahkan masalah-masalah mereka dan mengaplikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kita harus menerima bahwa siswa memiliki profil-profil
kognitif dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Guru harus menyediakan
kesempatan-kesempatan belajar yang kaya, mempertajam kemampuan-kemampuan
observasi siswa, mengumpulkan informasi tentang bakat dan kegemaran siswa, serta
mempelajari kecerdasan-kecerdasan yang tidak biasa.
2. Guru membutuhkan dukungan dan waktu untuk memperluas daftar pengajaran mereka.
12
Jika proses pembelajaran ingin mencapai tujuan bahwa siswa harus memiliki
pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan yang seimbang, maka jam belajar yang
selama ini hanya cukup untuk menguasai pengetahuan saja harus diubah dengan
memperluas jam belajar. Hal ini perlu dilakukan untuk:
a. Memberi dukungan dan melakukan praktek.
b. Meminta guru tertentu yang memiliki kemampuan tinggi dalam sebuah kecerdasan
untuk memberikan pelatihan.
c. Mengintegrasikan para spesialis yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu.
d. Mengunjungi lokasi-lokasi lain sebagai bahan perbandingan proses pembelajaran.
3. Diperlukan model baru terhadap proses penilaian
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas penilaian, yaitu:
a. Bagaimana menilai kecerdasan siswa;
b. Bagaimana meningkatkan penilaian secara umum dalam hal kognitif, afektif, dan
psikomotorik;
c. Bagaimana melibatkan siswa dalam proses penilaian.
d. Praktik profesional menuju ke arah perkembangan
Tingkat profesionalisme para pendidik perlu dimiliki setiap guru, sehingga tantangan
yang dihadapi terutama dalam menentukan model program yang akan dilakukan di kelas,
tepat dan sesuai dengan kompetensi siswa.
C. Dampak Model Multiple Intelligences Bagi Siswa dan Guru
1. Dampak Model Multiple Intelligences bagi Siswa yang Belajar
13
Menurut Gardner, siswa lebih mudah memahami suatu pelajaran jika bahan
pelajaran disajikan sesuai dengan kecenderungan inteligensi yang dimilikinya. Untuk itu,
siswa akan sangat terbantu jika mereka memahami kecenderungan inteligensinya .
Selanjutnya mereka dibantu untuk menggunakan cara belajar yang cocok. Beberapa metode
untuk mengerti inteligensi siswa, antara lain dengan cara : 1) tes intelidensi ganda; 2)
mengamati reaksi siswa waktu guru mengajar dengan berbagai inteligensi ganda, 3)
mengamati gerak dan aktivitas siswa di luar kelas; 4) nilai rapor dan portofolio kegiatan
siswa. Dengan berbagai perbedaan inteligensi siswa, maka sangat penting bagi guru untuk
memberikan kebebasan siswanya belajar fisika dengan berbagai cara.
2. Dampak bagi Guru yang Mengajar
Dalam risetnya, Gardner menemukan bahwa guru kebanyakan lebih suka mengajar
dengan metode yang sesuai dengan kecenderungan inteligensinya. Guru yang inteligensi
matematis-logisnya bagus akan mengajar secara sistematis, rasional, dan logis. Berbeda
dengan guru yang kecenderungan inteligensi interpersonalnya menonjol, akan menyukai
pendekatan personal. Jika menggunakan metode yang tidak cocok, kemungkinan bahan yang
diajarkan sulit dicerna siswa, bahkan dianggap sebagai guru yang tidak disukai. Untuk itu
guru perlu mengembangkan berbagai macam inteligensinya agar dapat mengajar dengan
berbagai metode sesuai dengan inteligensi siswa-siswanya ( Afrisanti, 2011 : 105 ).
D. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran secara klasikal tanpa membagi siswa
dalam kelompok-kelompok kecil dimana siswa belajar tanpa ada ketergantungan dalam
strategi tugas dan tujuan. Adapun model pembelajaran konvensional berarti menurut apa
yang sudah menjadi kebiasaan hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Kusomo dalamMura
14
(2010: 19), bahwa pembelajaran konvensional diartikan melakukan tugas dengan mendasari
ciri tradisi atau apa yang telah dilaksanakan oleh guru atau pendidik dahulu tanpa ada usaha
untuk memperbaiki dengan gaya kreasi yang ada padanya. Titik berat dan teori konvensional
adalah pada bakat IQ (IntelegenceQuonient) siswa dalam hubungan dengan tingkat
keberhasilan mereka dalam menguasai bidang tertentu.
Mengenai pengajaran konvensional, beberapa ahli mencoba memberikan pendapat
yang pada dasarnya merupakan kondisi nyata disekolah. (Mursell dan Nasution dalam Mura,
2010: 19) berpendapat bahwa pada cara mengajar yang konvensional atau tradisional yang
pada suatu saat ketika menjadi universal dalam garis besarnya dilakukan menurut pola buku
tugas resistansi, dimana bahan pengajaran dibagi dalam bahan untuk satu tahun atau
triwulan yang dibagi pula dalam unit atau pelajaran.
E. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan
siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan
pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep
fisika sesuai dengan kegiatan yang dilakukannya sendiri atau pengalaman yang didapatkan
sendiri oleh siswa.Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran
berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.
Aktivitas merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar, sebab
kegiatan belajar mengajar tidak akan terjadi apabila tidak ada aktivitas. Kegiatan tidak hanya
diperlukan untuk memepelajari hal-hal tertentu melainkan semua pelajaran.Aktivitas belajar
siswa adalah inti dari kegiatan belajar siswa disekolah.
15
Menurut Paul B. Dierich (Hamalik, 2003) membagi aktivitas atau kegiatan belajar
kelompok menjadi 8, yaitu :
1. Kegiatan visual, seperti membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demontrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan lisan, seperti mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara
dan diskusi.
3. Kegiatan mendengarkan, seperti mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan
percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan
radio.
4. Kegiatan menulis, seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-
bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan menggambar, seperti menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta dan
pola.
6. Kegiatan metrik, seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, membuat model,
menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan mental, seperti merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
melihat hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan emosional, seperti minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajar, karena siswa mencari
pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, berbuat sendiri, memupuk kerjasama
yang harmonis dikalangan siswa, siswa bekerja sesuai dengan minat dan kemampuan siswa,
16
memupuk disiplin keras, mempererat hubungan sekolah dan masyarakat dan hubungan
orang tua dengan guru (Hamalik, 2003).
F. Hasil Belajar.
Kegiatan belajar mengajar yang merupakan kegiatan timbal balik guru dan siswa
tentu mempunyai tujuan dan hasil yang diharapkan. Hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai merencanakan kegiatan belajar mengajar yang tepat. Secara umum dapat
didenifisikan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang diperoleh siswa setelah mengikuti
pelajaran.
Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan
kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing
golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Hasil belajar siswadipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran.Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh
guru.Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap
(afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa
kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan
demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha
atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri
individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang
17
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan
tingkah laku secara kuantitatif.
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas
eksperimen dengan nilai rata-rata hasil pretest siswa kelas kontrol pada pokok bahasan
hukum-hukum newton. Secara statistik dirumuskan :
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
Ho = Tidak ada perbedaan yang berarti antara rata-rata nilai hasil pretest siswa pada
kelas eksperimen dengan rata-rata nilai hasil pretest siswa kelas kontrol pada
pokok bahasan hukum-hukum Newton.
H1 = Ada perbedaaan yang berarti antara rata-rata nilai hasil pretest siswa pada kelas
eksperimen dengan rata-rata nilai hasil pretest kelas kontrol pada pokok bahasan
hukum-hukum Newton.
µ1 = Rata-rata nilai hasil pretest pada siswa kelas eksperimen
µ2 = Rata-rata nilai hasil pretest pada siswa kelas kontrol
18
2. Nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan
daripada nilai rata-rata hasil post-test siswa kelas kontrol pada pokok bahasan hukum-
hukum newton. Secara statistik dirusmuskan:
Ho = µ1 ≤ µ2
H1 = µ1> µ2
Keterangan :
Ho = Rata-rata hasil post-test siswa pada kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan
rata-rata hasil post-test siswa pada kelas kontrol.
H1 = Rata-rata hasil post-test siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata
hasil post-test siswa pada kelas kontrol.
µ1 = Rata-rata nilai hasil post-test siswa pada kelas eksperimen
µ2 = Rata-rata hasil post-test siswa pada kelas kontrol.
3. Nilai rata-rata gain hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik secara signifikan dari
pada nilai rata-rata gain siswa kelas kontrol pada pokok bahasan hukum-hukum Newton.
Secara statistik dirumuskan:
Ho = µ1 ≤ µ2
H1 = µ1 > µ2
Keterangan :
19
Ho = Rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata
gain siswa pada kelas kontrol
H1 = Rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada rata-rata gain
siswa pada kelas kontrol.
µ1 = Rata-rata gain siswa pada kelas eksperimen
µ2 = Rata-rata gain siswa pada kelas kontrol.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis, Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Penelitian ini telahdilaksanakan
pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, pada siswa kelas VI SD Negeri 7 Kendari.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VISD Negeri 7 Kendari
yang terdaftar pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.
Distribusi populasi menurut kelas dapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut.
Tabel 2.1. Distribusi Populasi Penelitian
Kelas Jenis Kelamin JumlahL P
VI. 25 12 37Sumber: Data Observasi pada SD Negeri 7 Kendari.
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan melalui random sampling, setelah dilakukan
uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlett terhadap nilai ulangan semester genap dari
ke sepuluh kelas yang menjadi populasi penelitian. Dari hasil analisis uji Bartlett diperoleh
bahwa ke sepuluh kelas yang menjadi populasi penelitian memiliki varians yang homogen
(lampiran 8). Selanjutnya diambil dua kelas secara acak, yaitu kelas X3 sebagai kelas
eksperimen dan kelas X4 sebagai kelas kontrol. Adapun distribusi sampel dalam penelitian ini
selengkapnya disajikan pada Tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2. Distribusi Sampel Penelitian Menurut Kelas dan Jenis Kelamin
21
No Kelas
Jenis Kelamin
JumlahLaki-Laki
Perempuan
1 Eksperimen 10 7 17
2 Kontrol 12 8 39
Jumlah 22 15 37
C. Desain Penelitian
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Post test,
selengkapnya disajikan sebagai berikut.s
E : O1 x O2
K : O3 - O4
dengan:
E =Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
O1= Tes awal (pretes) yang diberikan pada kelas eksperimen
O2= Tes akhir (post-test) yang diberikan pada kelas eksperimen
O3= tes awal (pretest) yang diberikan pada kelas kontrol
O4= tes akhir (post-test) yang diberikan pada kelas kontrol
x= perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen , yaitu pengaruh model
Multiple Intelligences pada kelas eksperimen.
- = perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu pembelajaran konvensional
22
(Arikunto, 2006:86)
- .
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pengaruh modelMultiple
Intelligences dan model pembelajaran konvensional, sedangkan yang menjadi variabel
terikatnya adalah hasil belajar siswa.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen pengumpulan data yaitu: lembar
observasi dan tes hasil belajar.
a. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengukur aktivitas yang terjadi dalam proses
pembelajaran dengan modelMultiple Intelligences, dalam hal ini aktivitas yang diukur
adalah aktivitas siswa dan guru. Lembar observasi terhadap aktivitas guru difokuskan pada
keterlaksanaan model Multiple Intelligences dalam proses pembelajaran dengan memuat
saran-saran terhadap aktivitas guru selama pembelajaran terhadap keterlaksanaan model
Multiple Intelligences siswa.
b. Tes hasil belajar
Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif model pilihan ganda dengan jumlah
pilihan (option) sebanyak empat yang berjumlah 30 butir soal untuk tes uji coba serta 25
butir soal untuk soal pretest dan post-test yang disusun atas tingkat kognitif yaitu C1,C2 dan
C3 dengan pilihan skor, jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor
0. Setiap soal dibuat untuk menguji tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh siswa serta untuk
menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam pokok bahasan
23
hukum-hukum Newton, tes ini bersifat konseptual. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pada
saat pretest sebelum pokok bahasan hukum-hukum Newton diajarkan dan pada saat post-test
setelah pembelajaran pokok bahasan hukum-hukum Newton selesai dilaksanakan. Pretest
dilakukan dengan tujuan untuk membagi kelompok kecerdasan siswa serta kemampuan awal
siswa terhadap konsep-konsep hukum-hukum Newton, sedangkan post-test dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebagai hasil penggunaan model
Multiple Intelligences siswa.
Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang akan digunakan, maka sebelum
digunakan instrumen tes hasil belajar tersebut dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda tes tersebut.
F. Validitas item soal
Validitas tes adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu intsrumen. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang
hendak diukur. Validitas item soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki
oleh sebuah item dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.
Validitas item soal (butir soal) dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product
momen sebagai berikut.
r xy=N ∑ XY −(∑ X ) (∑Y )
√ {N ∑ X2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2} (Arikunto, 2002: 72)
Keterangan :
X= skor setiap murid untuk setiap item
Y = skor total perolehan setiap murid
24
N = jumlah sample
rxy = koefisien korealsi antara variable X dan Y yang dicari
Kriteria pengujian, jika rxy> rtab maka alat ukur (butir soal) tersebut valid dan jika rxy
≤ rtab maka alat ukur (butir soal) tersebut tidak valid. Pengujian dilakukan pada α = 0,05.
G. Reliabilitas tes secara keseluruhan
Reliabilitas dari suatu tes ditentukan dengan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20),
yaitu.
r11=( nn−1 )( S2−∑ pq
S2 ) (Arikunto, 2005:100)
Keterangan:
R11 = reliabilitas tes
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
N = banyaknya item
S = standar deviasi skor keseluruhan peserta tes
Setelah diperoleh nilai r11 selanjutnya dibandingkan dengan rtab dengan kriteria
pengujian jika r11 > rtab maka alat ukur tersebut reliabel dan jika r11 rtab maka alat tersebut
tidak reliabel. Pengujian dilakukan pada α = 0,05.
25
TUGAS
PENGARUH MODEL MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS VI SD NEGERI 7
KENDARI PADA MATERI POKOK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
WA NDIMA
G2G1 13 072
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2013
26
27