proposal skipsi desty fix
DESCRIPTION
skiripsi ekonomiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Auditor independen ialah akuntan publik bersertifikat atau kantor akuntan
publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial dan non komersial
(Arens dkk,2008 dalam buku auditing edisi sembilan). Profesi auditor merupakan
suatu pekerjaan yang berlandaskan pada pengetahuan yang kompleks dan hanya
dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar pendidikan tetentu. Salah
satu tugas auditor dalam menjalankan profesinya adalah menyediakan informasi yang
berguna bagi publik untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Auditor adalah pihak yang sangat berperan dalam system pengendalian
perusahaan dimana auditor menjadi kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen secara eksplisit dalam
melayani kepentingan publik. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset
utama yang harus di miliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah tenaga
kerja profesional agar dapat bertanggung jawab kepada publik, para auditor harus
berupaya meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam menjalankan profesinya.
Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun
terakhir, mulai dari kasus Enron di Amerika sampai dengan kasus Telkom di
Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus Telkom
1
2
tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC dimana SEC tentu memiliki
alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan Kantor Akuntan Publik
(KAP) Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan
independensi yang dimiliki oleh auditor masih diragukan oleh SEC, dimana
kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus
dimiliki oleh auditor. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan
independensi (Christiawan, 2002).
Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan
diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor,
kualitas kerja dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa
banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang
diselesaikan (Tan Alison, 1999 ).
Kemampuan auditor dalam mendeteksi kesalahan pada laporan keuangan dan
melaporkannya pada pengguna laporan keuangan adalah definisi kualitas audit oleh
De Angelo (1981). Peluang mendeteksi kesalahan tergantung pada kompetensi
auditor, sedangkan keberanian auditor melaporkan adanya kesalahan pada laporan
keuangan tergantung pada independensi auditor. Kompetensi diukur dari kemampuan
auditor, misalnya tingkat pengalaman, spesialisasi auditor, jam audit, dan lain-lain;
sedangkan independensi diukur dari sejauh mana auditor dapat bersikap independen
dalam melakukan proses audit dan memberikan opini (Fitriany, 2010).
Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi
yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan
3
yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya
dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Akuntan publik dalam
melaksanakan pemeriksaan audit, memperoleh kepercayaan dari klien dan para
pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
disusun dan disajikan oleh klien.
Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar
jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan
pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna
menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga
efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan.
Menurut Mardiasmo (2005), terdapat tiga aspek utama yang mendukung
terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian(control) adalah
mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan
kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan oranisasi dapat
tercapai. Sedangkan pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak
yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa
apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai denagn standar yang ditetapkan.
Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
4
(SPIP) terdiri dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan
lainnya. Pengawasan bersifat membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi
dapat tercapai, dan secara dini menghindari terjadinya penyimpangan pelaksanaan,
penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran. Audit yang merupakan
salah satu bagian dari pengawasan, pada praktisnya terdiri dari tindakan mencari
keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa,
membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak
hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan.
Pemeriksaan yang dilakukan APIP terkadang menemui kendala dalam
pelaksanaannya dimana adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan
manusiawi yang terlalu menonjol. Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan
kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap/perilaku, kemampuan aparat
pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang
dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien. Pengguna laporan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP menginginkan adanya aparat pengawasan
yang bersih, berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sesuai ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi
auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP.
Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan
tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit
yang dilaksanakan APIP.
5
Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat
menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika
yang telah ditetapkan. Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008,
salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar
terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit
sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam
pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain
integritas, obyektifitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat
bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit; obyektifitas diperlukan agar
auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak
tertentu yang berkepentingan atas hasil audit; serta kompetensi auditor didukung oleh
pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.
Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi denganserius
dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif,
legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good
governance dan clean government. Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk
mewujudkan good governance pada sektor publik antara lain meliputi penetapan
standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan
proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung
jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian
6
organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem
akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
Berkaitan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, dalam pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 disebutkan
bahwa: “Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, BPK (Badan Pengelola Keuangan) dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah.” Seperti telah disebutkan di atas,
peran dan fungsi audit internal termasuk unsur yang penting dalam sistem
pengendalian organisasi yang memadai. Untuk dapat mendukung efektivitas
pelaksanaan audit oleh auditor eksternal sesuai amanat pasal 9 ayat (1) tersebut di
atas maka peran dan fungsi audit internal perlu diperjelas dan dipertegas. Kondisi saat
ini, masih ada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya yang belum siap
dengan sistem pemerintahan yang baru untuk menyelenggarakan pemerintahan
daerah sesuai dengan tatakelola pemerintahan yang baik. Banyak terjadi kasus di
sejumlah daerah yang berkaitan dengan masalah korupsi, ketidakberesan,
penyalahgunaan wewenang dan jabatan, pelanggaran, dan masih banyak lagi kasus
pidana lainnya(Ruslan Ashari 2011).
Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas,
obyektifitas, kompetensi dan komitmen organisasi. Integritas diperlukan agar auditor
dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit. Obyektifitas diperlukan
agar auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan
pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil audit serta kompetensi auditor didukung
7
oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
(Sukriyah,dkk 2009 dalam Harvita Yulian dkk,2012).
Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilemma etika yang
melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema yang sering
terjadi dalam setting auditing,misalnya dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak
sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam keadaan
ini,klien bias mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien
dapat menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar
pemeriksaan. Sehingga dapat dianggap bahwa auditor yang termotivasi oleh etika
profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada pada situasi konflik.
Memnuhi tuntutan klien, berarti melanggar standar. Namun tidak memenuhi tuntutan
klien,bias menghasilkan sangsi oleh klien berupa kemungkinan penghentian peugasan
(Indriantoro dan Supomo,2002).
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk memberikan penilaian atas
kewajaran dari laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat pada umumnya,
dan para pelaku bisnis pada khususnya, memperoleh informasi keuangan yang andal
sebagai dasar memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Seorang akuntan juga
bertanggung jawab apabila terjadi maipulasi-manipulasi keuangan. Seperti yang
terjadi pada kasus Enron, salah satu KAP big four Arthur Andersen, menjadi pihak
yang bertanggung jawab atas runtuhnya Enron menjadi suatu persoalan besar bagi
profesi akuntan publik dan menjadi tantangan berat untuk memperbaiki citra profesi
audit.
8
Dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan penerapan prinsip-prinsip
audit dan prosedur audit serta berperilaku bermoral dalam profesi audit merupakan
hal yang sangat penting untuk mempertahankan kualitas audit. Akuntan publik yang
diperkerjakan oleh kantor akuntan publik dapat juga mengalami konflik-konflik
organisasional-profesional baik yang berpengaruh dalam lingkungan maupun diluar
lingkungan.
Penelian mengenai kualitas audit penting agar mereka dapat mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat meningkatkan kualitas
audit yang dihasilkannya. Tidak mudah menjaga independensi, integritas, serta
obyektifitas auditor. Kompetensi, komitmen organisasi dan pengalaman kerja yang
melekat pada auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaannya. Oleh karena menarik peneliti mengadakan penelitian tentang
pengaruh pengalaman kerja, independensi, integritas, obyektifitas, kompetensi dan
komitmen organisasi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini penting untuk
mengetahui atau menilai sejauh mana auditor pemerintah dapat konsisten menjaga
kualitas jasa audit yang diberikannya.
Variabel kualitas hasil audit yang diteliti oleh Mansur (2007) dalam Singgih
dan Bawono (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit
ditinjau dari persepsi auditor atas pelatihan dan keahlian,independensi dan
penggunaan kemahiran professional memberikan pengaruh positif terhadap kualitas
hasil audit. Sedangkan menurut Aji (2009) dalam Singgih Bawono (2010) meneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit ditinjau dari persepsi
9
auditor atas independensi,pengalaman dan akuntabilitas ,dan pada penelitian tersebut
member hasil bahwa idependensi, pengalaman, akuntabilitas berpengaruh simultan
terhadap kualitas hasil audit. Dan variabel independensi dan akuntabilitas
berpengaruh secara parsial terhadap kualitas hasil audit dan variabel pengalaman
tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Rahman (2009) dalam Singgih
Bawono (2010) meneliti tentang pengaruh kompetensi ,independensi ,dan due
professional care terhadap kualitas audit ,hasilnya adalah ketiga variabel independen
tersebut berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit.
Variabel pengalaman kerja dalam penelitian Budi dkk (2004) dan
Ayuningtyas, (2012) menjelaskan bahwa variabel pengalaman kerja tidak
berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Asih (2006) , Singgih Bawono, (2010) , Mabruri Winarna, (2010) , dan
Carolita, (2012) menyatakan bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh signfikan
terhadap kualitas hasil audit.
Variabel independensi dalam penelitian Cristiawan (2002) , Alim dkk, (2007)
dan Ayuningtyas (2012) menjelaskan adanya pengaruh signifikan terhadap kualitas
hasil adit. Hal yang sama dilakukan oleh Mendisar dkk, (2007) dan Singgih Bawono,
(2010) menjelaskan variabel independensi secara simultan berpengaruh terhadap
kualitas audit. Menurut Mabruri Winarna, (2010) variabel independensi berpengaruh
positif terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Carolita,
(2012) menjelaskan bahwa variabel independensi tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil audit.
10
Variabel objektifitas dalam penelitian Sukriah dkk, (2009) dan Mabruri
Winarna, (2010) menjelaskan adanya pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
Juga di ungkapkan oleh Ayuningtyas, (2012) dan Carolita, (2012) menjelaskan
adanya pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Variabel integritas dalam penelitian yang dilakukan Sukriah dkk,(2009)
menjelaskan tidak adanya pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Sedangkn
penelitian Mabruri Winarna,(2010) , Ayuningtyas dkk,(2012) dan Carolita,
(2012)menjelaskan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Variabel kompetensi pada penelitian Suraida (2005) dalam Kurniawan dkk,
(2009) menjelaskan adanya pengaruh signifikan tehadap kualitas audit. Begitu juga
yang dilakukan oleh Cristiwan (2002) dan Alim dkk,(2007) dalam Kurniawan (2006),
bahwa kompetensi berpengaruh terhadap skeptikisme professional dan ketepatan
pemberian opini akuntan publik . Sedangkan menurut Carolita (2012) bahwa variabel
kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.
Variabel komitmen organisasi pada penelitian yang dilakukan oleh Asih,
(2009) dan Carolita dkk, (2012) variabel komitmen organisasi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil audit . Komitmen organisasi merupakan keadaan
yang seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-
tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaanya dalam organisasi
tersebut..Sedangkan penelitian menurut menurut Kalbers dan Forgarty(1995) dalam
Trianingsih (2007) menyatakan bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas hasil audit.
11
Setelah melihat penjelasan diatas,bahwa terkait dengan banyaknya topik yang
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi dari
penelitian , Carolita dkk, (2012). Penelitian kali ini ada beberapa kesamaan,
diantaranya bahwa penelitian saat ini menggunakan variabel yang sama pada peneliti
sebelumnya variabel pengalaman kerja, independensi, integritas,obyektifitas,
kompetensi, komitmen organisasi dan kualitas hasil pemeriksaan. Namun dalam
penelitian ini terdapat pada survei penelitiannya. Penelitian sebelumnya berada di
Kantor Akuntan Publik(KAP) di wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan
penelitian saat ini berada di Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah. Alasan
peneliti memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah karena Jawa Tengah
adalah merupakan Ibu Kota Profinsi, yang mana memiliki wilayah yang lebih luas,
sedangkan Semarang hanyalah wilayah Kota. Dan di Jawa Tengah terdapat beberapa
Kantor Akuntan Publik (KAP)yang dapat mendukung peneliti untuk melakukan
penelitian. Penelitian ini akan meneliti para akuntan professional yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah. Dengan demikian penelitian ini
berjudul “ Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas,
Kompetensi dan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Hasil Audit”(Studi Empiris
pada KAP se_Jawa Tengah).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa penelitian ini mengulas sisi yang
berbeda dari peneliti sebelumnya mengenai kualitas kerja auditor internal dan
12
eksternal. Hal ini dilakukan karena auditor sangat berperan dalam sistem
pengendalian perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dari
perusahaan. Permasalahan yang hendak dijawab pada penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah .
2. Apakah terdapat pengaruh independensi terhadap kulitas hasil audit pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
3. Apakah terdapat pengaruh objektifitas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
4. Apakah terdapat pengaruh integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
5. Apakah terdapat pengaruh kompetensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
6. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap kulitas hasil audit
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
1.3. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian
ini adalah memperoleh bukti empiris untuk menganalisis tentang :
1. Pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) se Jawa Tengah .
2. Pengaruh independensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) se Jawa Tengah.
13
3. Pengaruh objektifitas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) se Jawa Tengah.
4. Pengaruh integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) se Jawa Tengah.
5. Pengaruh kompetensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) se Jawa Tengah.
6. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan referensi tambahan di bidang akuntansi dalam pengembangan
penelitian mengenai kualitas audit di Indonesia dan memberikan gambaran
tentang :
Pengaruh variabel pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah .
Pengaruh variabel independensi terhadap kualitas hasil audit pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
Pengaruh variabel integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
Pengaruh variabel integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
14
Pengaruh variabel kompetensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
Pengaruh variabel komitmen organisasi terhadap kulitas hasil audit
pada Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis dan
bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk dapat menyediakan
jasa audit yang berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan
sebagai pemilik Laporan keuangan maupun kepada masyarakat sebagai
pengguna Laporan Keuangan.
3. Untuk menambah dan memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis
tentang apa yang telah penulis lakukan dan sebagai refensi untuk penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori
2,1.1. Teori Atribusi
Teori atribusi menjelaskan bagaimana kita menentukan penyebab dan motif
tentang perilaku seseorang (Gibson dkk,1994 dalam Metha Kartika dkk,2012). Teori
ini dikembangkan untuk menjelaskan cara-cara dalam menilai orang secara berlainan,
tergantung ,makna apa yang dihubungkan kesuatu perilaku tertentu (Robbins dan
judge,2008 dalam Metha Kartika dkk,2012 ).
Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang
terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas
kejadian yang dialami. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang
berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa
hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang
tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi
tertentu.
Dalam hidupnya, seseorang akan membentuk ide tentang orang lain dan
situasi disekitarnya yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yang
disebut dengan dispositional atributions dan situational attributions (Luthans, 2005).
Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku
15
16
individual yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian, persepsi diri,
kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal
yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti
kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Dengan kata lain, setiap
tindakan atau ide yang akan dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal individu tersebut.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori atribusi dikarenakan peneliti
akan melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
auditor terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal auditor itu
sendiri. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu
penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu
faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
2.1.2. Teori Perilaku Etis
Pada dasarnya mengetahui sikap pada diri seseorang dapat diketahui
berdasarkan respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap masalah
atau keadaan yang dihadapi. Pembentukan atau perubahan sikap tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor pokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan.
Menurut Maryani dan Ludigdo ,2000 dalam Metha Kartika dkk,2012 Perilaku
etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma sosial yang diterima secara umum
oleh masyarakat dan berhubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan
tidak dapat membahayakan. Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut meliputi sifat,
17
kemampuan, nilai, keterampilan, silkap, dan intelegensi yang muncul dalam pola
perilaku seseorang. Dan dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan wujud dari
karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Teori perilaku etis ini dapat menjelaskan tentang suatu kinerja auditor yang
dapat diukur dengan karakteristik personal auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya. Jika seseorang auditor memiliki sikap sesuai dengan etika profesi yang
berlaku, maka kualitas auditor yang dihasilkan semakin baik. Sedangkan apabila
seorang auditor melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika profesi, yang
tidak dilandasi dengan kejujuran, dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya,
maka dikhawatirkan perilaku tersebut akan merusak nama baik profesi akuntan
publik dan kepercayaan masyarakat.
2.1.3. Persepsi
Pengertian Persepsi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 215)
yaitu sebuah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses
seseorang mengetahui mengenai beberapa hal melalui panca indranya. Persepsi
merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau dengan
perkataan lain,
Persepsi adalah memberikan makna pada stimulasi indrawi (sensory stimuli).
Persepsi merupakan bagaimana masyarakat melihat atau mengintepretasikan
kejadian-kejadian, tujuan-tujuan dan masyarakat itu sendiri. Pengalaman masyarakat
di dunia ini disebabkan persepsi yang tergantung pada stimulasi fisik (physical
18
stimuli) dan keadaan mudah terpengaruhnya individual (individual predispositions).
Stimulasi fisik adalah masukan-masukan sensorik penglihatan, suara dan sentuhan.
Sedangkan individual presdispositions termasuk alasan-alasan kebutuhan-kebutuhan,
sikap, pembelajaran yang lalu dan masing-masing individu pasti memiliki persepsi
yang berada walaupun objek yang dinilai sama. Masing-masing individu akan melihat
dari sudut pandang yang berbeda. Persepsi masing-masing individu dipengaruhi
faktor-faktor individual dan lingkungan sekitar individu tersebut. Persepsi sangatlah
penting dan sangatlah wajar jika dalam suatu kondisi yang melibatkan orang banyak
maka kemungkinan besar akan terjadi perbedaan persepsi terhadap suatu hal yang
mungkin dapat memicu timbulnya konflik.
Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk
petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan
diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan
bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan
Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita
menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan
Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan
cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka
persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi
diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif
dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul
19
karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat
komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi
makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan
Hilgard, 1991 : 209).
Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah
diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap,
sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan
keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).
2.1.4. Auditing
Menurut Committee of Auditing Concepts (2005) Pengertian Auditing adalah
suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti –bukti secara
objektif mengenai suatu pernyataan tentang kegiatan atau kejadian ekonomis untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang
berkepentingan.
Menurut Arrens and Loebbecke (2005) pengertian auditing adalah suatu
kegiatan pengumpulan dan penilaian bukti – bukti yangmenjadi pendukung informasi
kuantitatif suatu entitas untuk menentukan dan melaporkan sejauhmana kesesuaian
antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit
harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan independen.
20
Menurut Leo Hebert (2005) pengertian auditing adalah suatu proses kegiatan
selain bertujuan untuk mendeteksi kecurangan atau penyelewengan dan memberikan
simpulan atas kewajaran penyajian akuntabilitas, juga menjamin ketaatan terhadap
hukum, kebijaksanaan dan peraturan melalui pengujian apakah aktivitas organisasi
dan program dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif.
2.1.5. Kualitas Audit
Hasil penelitian Deis dan Giroux (1992) dalam Badriyah (2009) menunjukan
bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan
kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Penelitian ini
dilakukan atas empat hal yang dianggap mempunyai hubungan kualitas audit yaitu (1)
lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan,
semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka
kualitas yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak
jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah
klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien,
semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut
untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak
ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil
pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.
Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut – atribut kualitas
auditor oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan
klien. Terdapat 12 (dua belas) atribut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :(1)
21
pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas
kebutuhan klien, (4) taat pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7)
komitmen terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melakukan
pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika
yang tinggi, dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian Widagdo (2002)
menunjukan bahwa ada 7 atribut kualitas auditor yang berpengaruh terhadap
kepuasan klien, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri klien,
responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas
audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi,
sikap hati – hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang
tinggi dan tidak mudah percaya tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien.
Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat
mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam
sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana
dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan
kode etik akuntan publik yang relevan. Sehingga berdasarkan definisi di atas dapat
terlihat bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen
yang harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due
22
professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami
konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan.
Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 maret 2008 adalah auditor yang
melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja
pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak
lanjut audit, serta konsistensi laporan audit.
Kualitas audit seperti dikatakan oleh De Angelo (1981) dalam Alim dkk.
(2007), yaitu sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Sedangkan Christiawan (2005) mengungkapkan, kualitas audit ditentukan oleh dua
hal yaitu independensi dan kompetensi. Dari definisi di atas, maka kesimpulannya
adalah auditor yang kompeten adalah auditor yang “mampu” menemukan adanya
pelanggaran sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang "mau"
mengungkapkan pelanggaran tersebut. Jelas terlihat bahwa independensi dan
kompetensi seperti dikatakan Christiawan (2005) dan merupakan faktor penentu
kualitas audit dilihat dari sisi auditor.
2.1.6. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban
seorang auditor terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit.
Pengetahuan seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal yang diperluas
melalui pengalaman yang selanjutnya dilakukan dalam bentuk praktik.
23
Knoers dan Haditono (1999), Asih (2006), dalam Elisa dan Icuk (2010)
mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses dan pembelajaran dan
penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal atau bias juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa
seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman
akan diukur dengan menggunakan indicator lamanya bekerja ,frekuensi pekerjaan
pemeriksaan yang telah dilakukan , dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti.
Menurut Cristiawan (2002) pengalaman akuntan public akan terus meningkat
seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi
keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas
pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing.
Brdasarkan penelitian indah (2010) menjelaskan bahwa auditor yang
berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum dibandingkan
dengan auditor yang kurang berpengalaman. Dan itu merupakan nilai lebih bagi
auditor yang memiliki pengalaman terlebih dahulu.
2.1.7. Independensi
Kantor Akuntan Publik atau auditor yang independen ialah auditor yang tidak
memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak
manapun. Dalam melakanakan suatu tugas yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh
seorang akuntan public yang telah diberikan kepercayaan oleh klien dan para pemakai
laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran dari sebuah laporan yang telah
disusun dan disajikan oleh para klien.
24
Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP : 2001) menyebutkan bahwa independen
bagi seorang akuntan public artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak
kepada siapapun , sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian tehnis yang
dimilikinya ,ia akan kehilagan sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Beberapa penelitian sebelum nya mengenai independensi juga menunjukkan
bahwa ada banyak faktor yang berpengaruh pada independensi, tetapi dalam
penelitian ini faktor yang ingin dipelajari adalah faktor yag terkait dengan auditor.
2.1.8. Objektifitas
Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut denagan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi,2002).
Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan bahwa
setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan
tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan
tanpa pretense. Dengan mempertahankan objektifitas, ia akan bertindak adil, tanpa
dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya.
Objektifitas merupakan keharusan yang dilakukan oleh seorang auditor. Para
auditor harus bjektif dalam melakukan aktifitas pelaporan. Dalam Lisda (2007)
25
mengungkapkan bahwa auditor harus memiliki sikap mental yang objektif ,tidak
memihak dan menghindari timbulnya pertentanga. Dalam prinsip tersebut dinyatakan
bahwa objektifitas adalah suatu kualitas yang membeikan nilai atas jasa yang
diberikan.
2.1.9. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Integritas mengharuskan seorang
auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab
dalam melaksanakan audit. Dengan integritas yang tinggi ,makan auditor dapat
meningkatkan ualitas auditnya.
2.1.10. Kompetensi
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Dalam melakukan audit, seorang
auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta
keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional
yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional
maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005 dalam
Sukriyah, 2009).
Seorang auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan
public yang terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit,
26
mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material, guna mendukung mendukung peran yang cukup mulia itu.
2.1.11. Komitmen Organisasi
Komitmen merupakan salah satu konsistensi dari wujud keterkaitan seseorang
terhadap suatu hal. Komitmen merupakan salah satu pendukung suatu kinerja yang
profesional. Memiliki komitmen akan menjadikan suatu dorongan bagi sesorang
untuk berkerja lebih baik atau sebaliknya dapat menyebabkan seseorang justru
meninggalkan pekerjaannya, akibat terdapat suatu komitmen lain.
Komitmen adalah sebuah sikap dan perilaku yang mendorong antara satu
dengan yang lainnya. Komitmen organisasional pada dasranya sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Pada dasarnya
individu yang lebih puas dengan supervisior-nya, dengan penghargaan kinerja yang
adil, dan individu yang merasa organisasi mereka peduli tentang kesejahteraannya,
secara otomatis mereka mempunyai komitmen yang organisasional yang tinggi. Dan
komitmen juga berhubungan dengan usaha dan kinerja.
Berdasarkan uraian iatas, maka komitmen organisasional adalah hubungan
antara karyawan dengan organisasi denga ditunjukkan adanya keinginan kuat untuk
mempertahankan keanggotaannya, menerima nilai, dan tujuan organisasi serta
bersedia untuk berusaha keras demi tercapainya tujuan dan kelangsungan
organisasinya.
27
2.2. Hubungan Logis Antar Variabel
2.2.1 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit
pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya.
Pengalaman ini seringkali digunakan oleh peneliti-peneliti sebagai alternatif dalam
pengukuran keahlian seseorang (Bouwman dan Bradley,1997.,dalam Malikha, 2010).
Karena pengalaman diasumsikan dengan mengerjakan sesuatu tugas berulangkali,
maka akan memberikan kesempatan mengerjakannya dengan lebih baik. Moeckel
(1990) meneliti bahwa peningkatan pengalaman yang dimulai dari level staff,
menghasilkan memory structure yang kaya akan lebih berkembang. Pengalaman bagi
seorang auditor merupakan elemen penting dalam menjalan kan profesinya selain dari
pendidikan.
Mengingat fungsinya sebagai pemeriksa yang harus mampu memberikan
masukan ataupun pendapat. Sebagaimana menunjukkan bahwa ketika akuntan
pemeriksa menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap
kekeliruan yang tidak lazim serta lebih menonjol dalam menganalisa yang berkaitan
dengan kekeliruan tersebut. Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor
penting dalam memprediksi kinerja auditor (Sularso dan Na’im, 1999; Bonner, 1990;
Davis, 1997; Jeffrey, 1992). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan
bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja,
pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan
penggunaan standar auditing.
28
Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang
seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada
seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang
berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik
dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan
pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara
psikis.
H1 : Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.2.2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas hasil Audit
Seorang akuntan diharuskan mempunyai karakter yang salah satu yaitu
independensi,karakter ini sangatlah penting untuk profesi akuntan public didalam
melaksanakan pemeriksaan atau melakukan audit terhadap kliennya. Kepercayaan
yang diberikan oleh klien kepada akuntan public dalam melaksanakan pemeriksaan
an para pengguna laporan keuangan agar dapat membuktikan kewajaran laporan
keuangan yang telah disusun dan disajikan oleh klien. Independensi merupakan salah
satu aspek yang sangat penting bagi sebuah profesionalime seorang akuntan dalam
membentuk integritas pribadi yang tinggi.
Fearnly dan page (1994) dalam Hussey dan lan (2001) mengatakan bahwa
sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika auditor bersikap independensi dan
dipercaya untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran perjanjian antara prisipal
dan agen. Sedangkan menurut Cristiawan (2002), seorang akuntan public yang
independen adalah akuntan public yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak
29
siapapun, dan berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, tetapi juga pihak lain memakai laporan keuanganyang mempercayai hasil
pekerjaannya.
Dari ke dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jika seorang auditor
bersikap independen, maka ia akan member penilaian yang senyatanya terhadap
laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak
manapun. Dengan demikian maka jaminan atas keandalan laporan yang memberikan
oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang kepentingan. Jadi
kesimpulan nya adalah semakin tinggi independensi seorang auditor maka kualitas
audit yang diberikannya semakin baik.
H2: Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.2.3. Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Hubungan laporan keuangan dengan klien sangatlah dapat mempengaruhi
objektivitas dan dapat menimbulkan pihak ketiga yang dapat berkesimpulan bahwa
objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Sehubungan dengan kepentingan
keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil audit yang
diterbitkan. Obyektifitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan
subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dengan adanya kepentingan
keuangan , seorang auditor jelas berkepentingan dengan hasil pemeriksaan yang
diterbitkan (Sukriah, dkk 2009 dalam Harvita, 2012). Dalam pasal 1 ayat (2) Kode
Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan: bahwa setiap anggota harus
mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
30
mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi.
Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya seseorang dari
pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat
mengemukaan pendapat menurut apa adanya.
Unsur perilaku yang dapat menunjang obyektifitas antara lain (1) dapat
diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan
lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang
diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang
lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi,
serta (5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran
yang logis. Dengan mempertahankan objektifitas, ia akan bertindak adil, tanpa
dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya,
sehingga semakin tinggi tingkat obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil
audit.
H3: Obyektifitas auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.2.4. Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas
mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan
untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan
yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Audit Kemungkinan Auditor merupakan
31
ujung tombak dari pelaksanaan tugas audit yang seharusnya dapat meningkatkan
pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam
praktiknya. Pada penelitian Akram dan Inapty (2009) dinyatakan bahwa integritas
pada dasarnya dapat menerima kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja dilakukan dan
juga dapat menerima perbedaan-perbedaan pendapat, akan tetapi integritas tidak
dapat menerima kecurangan prinsip.
Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,
berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Sunarto (2003)
dalam Sukriah (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang
tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan
kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005 dalam Harvita, 2012 ).
H4: Integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.2.5. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Dalam melakukan audit, seorang
auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta
keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional
yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional
maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005 dalam
Sukriyah, 2009).
32
Auditor menemukan serta melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi
pada perusahaan sangatlah besar seperti yang telah ditetapkan pada standar akuntansi
dan standar audit yang berlaku. Kompetensi auditor merupakan kemampuan seorang
auditor untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki nya
dalam melakukan audit sehingga auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat,
dan obyektif. Menurut Christiawan (2002) dan Alim dkk (2007) jika seorang auditor
mempunyai kompetensi yang tinggi maka akan semakin abaik kualitas hasil auditnya.
Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus
memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus
dibidangnya. Menurut Tubbs (1992) dalam Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan
bahwa dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan
pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi.
H5: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.2.6. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Komitmen merupakan salah satu konsistensi dari wujud keterkaitan seseorang
terhadap suatu hal. Komitmen merupakan salah satu pendukung suatu kinerja yang
profesional. Memiliki komitmen akan menjadikan suatu dorongan bagi sesorang
untuk berkerja lebih baik atau sebaliknya dapat menyebabkan seseorang justru
meninggalkan pekerjaannya, akibat terdapat suatu komitmen lain.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwasanya komitmen organisasi seorang
auditor berpengaruh dalam keprofesionalan seorang auditor dalam mengaudit. Jika
33
auditor memiliki suatu komitmen yang baik dalam melaksanakan tugasnya makan
akan semakin baik kualitas hasil audit nya.
H6: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjelaskan berbagai penelitian yang relevan dari penelitian
sebelumnya. Sebagai acuan penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian
yang sebelumnya.
Metha Kartika Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012) ,penelitiannya berjudul
pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi, dan
komitmen otganisasi terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini membuktikan
bahawa pengalaman kerja , independensi, objektifitas, integritas, kompetensi, dan
komitmen organisasi secara bersama- sama berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.
M. Nizarul Alim, Trisni hapsari dan Liliek Purwanti. (2007), penelitiannya
berjudul pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas auditor sebagai
etika editor sebagai variabel moderasi. Penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Sementara itu interaksi kompetensi
dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Penelitian ini
juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas auditor.
Havidz Mabruri,Jaka Winarna (2010), penellitiannya berjudul analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di ligkungan pemerintah daerah.
Penelitian ini membuktikan bahwa Independensi, Obyektivitas, Pengalaman Kerja,
34
Pengetahuan, Integritas Auditor secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap kualitas hasil audit.
Harvita Yulian Ayuningtyas, Sugeng Pamudji (2012) ,penelitiannya berjudul
pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, dan kompetensi
terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini membuktikan Pengalaman kerja,
independensi,Objektifitas,integritas,kompetensi bersama2 berpengaruh positif
terhadap hasil kualitas audit.
Elisha Mualiani Singgih dan Icuk Rangga Bawono. Jurnal SNA XIII
Purwokerto 2010 , penalitiannya berjudul pengaruh independensi, pengalaman, due
professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit . Penelitian ini
membuktikan Independensi, pengalaman, due professional care & akuntabilitas
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu
Independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial signifikan
terhadap kualitas audit, pengalaman ≠ terhadap kualitas audit.Independensi
merupakan faktor dominan yang berpengaruh pd kualitas audit.
Akhmad Samsul Ulum (2005) , penelitiannya dengan judul pengaruh orientasi
etika terhadap independensi dan kualitas audit auditor BPK-RI. Peneitian ini
membuktikan Relativisme berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit.
Sementara Idealisme tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit.
Skripsi , Metha Kartika Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012) ,penelitiannya
berjudul pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas,
kompetensi, dan komitmen otganisasi terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini
35
membuktikan bahawa pengalaman kerja , independensi, objektifitas, integritas,
kompetensi, dan komitmen organisasi secara bersama- sama berpengaruh terhadap
kualitas hasil audit.
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Tahun
Sampel & Periode
penelitian
Variabel dan metode analisis
Hasil Keterangan
1. Havidz
Mabruri
,
Jaka
Winarna
(2010)
PNS yang bekerja di inspektorat/Bawasda Di Surakarta,Karanganyar,Sukoharjo,Wonogiri
X1 : IndependensiX2 : ObyektivitasX3 : Pengalaman KerjaX4 : PengetahuanX5 : Integritas AuditorY :Kualitas Hasil Audit
Independensi, Obyektivitas,Pengalaman Kerja,Pengetahuan,Integritas Auditor secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit
X1:signifikanX2:signifikan X3:signifikanX4:signifikanX5:signifikanF: X1,X2,X3,X4,X5 secara statistic berpengaruh signifikan
2. Harvita Yulian Ayuningtyas,Sugeng Pamudji (2012)
Staf atau pejabat pemeriksa dan auditor Yang sudah mengikuti diklat sbg auditor,Di jawa tengah
X1 :Pengalaman kerjaX2 : IndependensiX3 : ObjektifitasX4 :Integritas X5 : KompetensiY :Kualitas hasil audit
-Pengalaman kerja, independensi,tidak berpengaruh signifikan,sedangakn Objektifitas,integritas,kompetensi bersama2 berpengaruh positif terhadap hasil kualitas audit
X1: tidak signifikanX2:tidak signifikanX3:signifikanX4:signifikanX5:signifikanF:signifikan
36
3. Elisha Mualiani Singgih dan Icuk Rangga Bawono. Jurnal SNA XIII Purwokerto 2010
KAP “Big Four” di IndonesiaBerjumlah 2000 orang
=
independensi
= pengalaman
= due
professional care
=
akuntabilitasY = kualitas audit
- Independensi, pengalaman, due professional care & akuntabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
- Independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial signifikan terhadap kualitas audit, pengalaman ≠ terhadap kualitas audit.Independensi merupakan faktor dominan yang berpengaruh pd kualitas audit.
X1:signifikanX2:signifikanX3:signifikanF:signifikant : secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditBeta: berpengaruh terhadap kualitas audit
4. M. Nizarul Alim, Trisni hapsari
53 KAP di Jawa Timur
= kompetensi
=
independensiVariabel
Kompetensi, independensi, etika auditor berpengaruh signifikan
X1:signifikanX2:signifikant : berpengaruh terhadap kualitas auditor
37
dan Liliek Purwanti. Jurnal SNA X Unhas Makasar. 2007
moderasi = etika auditor Y = kualitas auditor
terhadap kualitas audit.
5. Akhmad Samsul Ulum (2005)
Auditor BPK diseluruh wilayah Indonesia berjumlah 1837
X1 : IdealismeX2 : RelativismeX3 : IndependensiY : Kualitas audit
-independensi berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit.-Idealisme dan relativisme tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit
X1:tidak berpengaruhX2:tidak berpengaruhX3: signifikanF: signifikan
6. Metha Kartika Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012)
Auditor Yg bekerja di KAP semarang
X1 : Pengalaman kerjaX2 :IndependensiX3 : ObjektifitasX4 : IntegritasX5 : KompentensiX6 :KomitmenY : Kualitas hasil audit
-Independensi , Kompentensi, Pengalaman kerja ,Objektifitas , Integritas, Komitmen bersama2 berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit
X1:tidak signifikanX2:tidak signifikanX3:signifikanX4:signifikanX5:tidak signifikanX6:signifikanF: signifikant :signfikan
7. Skripsi , Metha Kartika
Auditor Yg bekerja di KAP
X1 : Pengalaman kerjaX2 :Independens
Independensi , Kompentensi, Pengalaman kerja
X1:tidak signifikanX2:tidak signifikanX3:signifikan
38
Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012)
semarang iX3 : ObjektifitasX4 : IntegritasX5 : KompentensiX6 :KomitmenY : Kualitas hasil audit
,Objektifitas , Integritas, Komitmen bersama2 berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit
X4:signifikanX5:tidak signifikanX6:signifikanF: signifikant :signfikan
8. Skripsi, Heri Kurniawan Syah,(2012)
KAP di Semarang
X1:independensiX2:pengalaman auditorX3:due professional careX4:akuntabilitasX5:objektivitasX6:kompetensiY: kualitas audit
Independensi,pengalaman auditor,due professional care,akuntabilitas,kompetensi bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.
X1:signifikanX2:signifikanX3:signifikanX3:signifikanX4:signifikanX5:signifikanX6:signifikanF: bersama-sama berpengaruh signifikan
2.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu model pemecahan masalah , mulai dari
penetapan permasalahan penelitian , metode pemecahan masalah sampai dengan
pemecahan masalah. Pemaparan kerangka pemikiran menjelaskan mengenai
permasalahan penelitian yang akan dipecahkan, dan metode penyelesaian masalah
yang akan dilakukan dalam penelitian. Disamping disajikan dalam bentuk
pemaparan , kerangka pemikiran juga disajikan dalam suatu kerangka / model
kerangka pemikiran.
39
Dalam penelitian ini saya menggunakan model kerangka pemikiran
langsung , dimana kualitas hasil audit yang diberikan oleh auditor dapat dipengaruhi
secara langsung oelh faktor-faktor pengalaman kerja, independensi, objektifitas,
integritas, kompetensi serta komitmen organisasi.
GAMBAR 2.4
Kerangka Pemikiran
H1
H2
H3
H4
H5
H6
INDEPENDENSI (X2)
OBJEKTIFITAS (X3)
INTEGRITAS (X4)
KOMPETENSI (X5)
KOMITMEN ORGANISASI (X6)
KUALITAS HASIL AUDIT (Y)
PENGALAMAN KERJA (X1)
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS
3.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini menggunakan dua jenis variabel :
a. Variabel Independen ( independent variabel )
Variabel independen merupakan varibel stimulus atau variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Atau dengan kata lain variabel independen
adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya
variabel dependen dimana faktornya diukur , dimanipulasi atau dipilih
oleh peneliti untuk menentukan hubunganya dengan suatu gejala yang di
observasi. Dan Variabel independen pada penelitian ini adalah
pengalaman kerja, independensi , objektivitas, integritas, kompetensi, dan
komitmen organisasi audit.
b. Variabel dependen (dependent variabel )
Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon
jika dihubungkan dengan variabel independen. Atau dengan kata lain
variabel dependen yaitu variabel yang nilainya di pengaruhi oleh variabel
dependen. Dan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas
hasil audit.
40
41
3.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi oprasional variabel merupakan suatu cara untuk menemukan dan
mengukur variabel – variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat
dan jelas , serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pernyataan dan kuisioner untuk
masing-masing indicator variabel dalam penelitian ini diukur dngan skala likert yaitu
skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan perepsi seseorang atau
kelompok tentang fenomena social. Kuisioner berasal dari penelitian terdahulu
sehingga sudah di uji validitas dan realibilitasnya.
Variabel dependen (Y) yang akan digunakan adalah kualitas audit sedangkan
variabel independennya (X) terdiri dari pengalaman kerja (X1), independensi (X2),
Objektifitas (X3), Integritas (X4), Kompetensi (X5), dan Komitmen organisasi (X6).
3.2.1. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan suatu ukuran tentang lama waktu atau masa
suatu kerja seorang auditor dalam melakukan audit dan jumlah tugas pemeriksaan
yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, untuk mengukur variabel pengalaman
kerja menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009). Dalam
instrument tersbut terdapat 2 indikator yaitu tentang lamanya bekrja sebagai auditor
dan banyaknya tugas pemeriksaan, dengan jumlah 8 item pertanyaan. Persepsi
responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1
menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat
setuju.
42
3.2.2. Independensi
Independensi dimaksudkan bahwa seorang auditor mempunyai kebebasan
posisi dalam mengambil sikap maupun penampilannya dalam hubungan dengan pihak
luar yang terkait dengan tugas yang dilaksanakannya. Dalam instrumen tersebut
terdapat 3 indikator yaitu independensi penyusunan program, independensi pelak
sanaan pekerjaan, dan independensi pelaporan dengan jumlah 9 item pertanyaan.
Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert,
dara skala 1 menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban
sangat setuju.
3.2.3. Objektifitas
Menurut kode etik IAI objektifitas mempunyai prinsip-prinsip bahwa seorang
auditor harus bersikap adil, tidak memihak, jujur, serta bebas atau tidak berada
dibawah pengaruh pihak luar. Dalam instrument pada variabel objektifitas terdaat 2
indikator yaitu bebas dari benturan kepentingan dan pengungkapan kondisi sesuai
fakta, dengan jumlah 8 item pertanyaan . Persepsi responden terhadap indicator
tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat
tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat setuju.
3.2.4. Integritas
Integritas mengharuskan seorang auditor agar bersikap jujur dan transparan,
berani, bijaksana, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Dalam
penelitian ini untuk mengukur variabel pengalaman kerja menggunakan instrument
yang dikembangkan instrument yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009) dalam
43
metha (2012). Dalam instrument tersebut terdapat 4 idikator dengan jumblah 13 item
pertanyaan. Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point
skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan
skala 5 jawaban sangat setuju.
3.2.5. Kompetensi
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan
pengalaman yang berhubungan dengan akuntan public sebagai auditor. Dalam
penelitian ini untuk mengukur variabel pengalaman kerja menggunakan instrument
yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009) dalam metha (2012). Dalam instrument
tersebut terdapat 2 indikator yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian
kusus, dengan jumlah 10 item pertanyaan. Persepsi responden terhadap indicator
tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat
tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat setuju.
3.2.6. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi sering diidentifikasikan dengan mensyaratkan beberapa
tingkat persetujuan dengan tujuan dan nilai organisasi atau profesi, termasuk moral
dan nilai etika. Instrument ini terdiri dari 12 item pertanyaan. Persepsi responden
terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1
menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat
setuju.
44
3.2.7. Kualitas Hasil Audit
Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 maret 2008 adalah auditor yang
melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja
pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak
lanjut audit, serta konsistensi laporan audit. Dalam penelitian ini untuk mengukur
variabel pengalaman kerja menggunakan instrument yang dikembangkan oleh
Sukriah,dkk (2009). Dalam instrument tersebut terdapat 2 indikator yaitu kesesuaian
pemeriksaan dengan standar audit dan kualitas hasil laporan pemeriksaan ,dengan
jumlah 10 item pertanyaan. Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur
dengan 5 point skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat tidak setuju
sampai dengan skala 5 jawaban sangat setuju.
3.3. Objek Penelitian dan Unit Sampel
3.3.1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik se Jawa Tengah,
mengingat tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas,
kompetensi, dan komitmen akuntansi terhadap kualitas hasil audit dengan studi
empiris pada Kantor Akuntan Publik se Jawa Tengah .Kantor Akuntan Publik yang
dijadikan objek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut .
45
Tabel 3.3.1
Daftar KAP (Kantor Akuntan Publik)
No Nama KAP Alamat
1. KAP DRS. SUGENG PAMUDJI Jl. Bukit Agung Blok AA No. 1-2, Semarang.
2. KAP HANANTA BUDIANTO DAN REKAN
Jl. Sisinga Mangaraja no 21/ 22 , Semarang
3. KAP RUCHENDY, MARDJITO & RUSHADI
Jl. Beruang Raya No.48, Semarang
50197
4. KAP WARTONO Jl. KH. Samanhudi 121 Solo 57147
5. KAP DRA. HARTATI & REKAN (Cabang)
Jl. Citarum Tengah No. 22 Bugangan,
Semarang 50126
6. KAP DRS. TAHRIR HIDAYAT Jl. Pusponjolo Tengah I/2A, Semarang
50145
7. KAP Pho Seng Ka cabang dari Achmad Rasyid Hasbullah dan Jarry
Jl. Tambak Mas 19 no 40
8. KAP DARSONO DAN BUDI CAHYO SANTOSO
Jl. Mugas Dalam No. 65, Semarang 50241
9. KAP NGURAH ARYA & REKAN Jl. Pamularsih Raya No. 16, Semarang 50148 (024) 7601329
10. KAP DRS. BENNY GUNAWAN Jl. Puri Anjasmoro Blok DD I No. 3, Semarang 50144 (024) 7606011
46
11. KAP YULIANTI, SE, BAP Jl. MT Haryono No. 648, Semarang 50124 (024) 3547668
12. KAP DRS. IDJANG SOETIKNO Jl. Durian Raya Mediterania Villa No.20 Banyumanik, Semarang 50263 (024) 7463125
13. KAP DRS.BAYUDI WATU & REKAN
Jl. Dr.Wahidin No. 85, Semarang 50253 (024) 8444183
14. KAP BUSRONI DAN PAYAMTA Jl. Ir. Sutami No. 25, Surakarta 57126 (0271) 669458
15 KAP DRS. HANUNG – TRIATMOKO, AKT
Jl. Ki Mangun Sarkoro No. 55, Surakarta 57135 (0271) 723110
3.3.2. Unit Sampel
Unit sampel adalah suatu elemen / sekelompok elemen yang menjadi dasar
untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo ,1999) .Unit sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP se Jawa
Tengah.
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data subjek yang
mana merupakan data yang langsung diperoleh dari responden atau sumber aslinya
yaitu dengan menggunakan kuisioner. Dikarenakan berhubungan langsung dengan
47
penerimaan seorang auditor terhadap suatu perilaku oleh karena itu harus dilakukan
suatu pengumpulan pendapat dari para auditor dengan data yang valid.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut
(Indriantoro dan Supomo, 1999) data primer adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan langsung dari sumbernya ,diamati dan dicatat untuk pertama kalinya .
Data tersebut merupakan jawaban atas kuisioner yang dibagikan kepada responden ,
dalam hal ini auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah
dan dapat mewakili kinerja auditor eksternal di Jawa Tengah . Dengan replikasi
kuesioner yang dikembangkan oleh Metha Kartika Carolita dan Shiddiq Nur Raharjo,
2012 dalam penelitian yang dilakukan tentang “Pengaruh pengalaman kerja,
independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi terhadap
kualitas hasil audit (studi pada KAP Semarang)”.
3.5. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang
mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002),dalam Metha
(2012). Popilasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di 15 KAP terpilih
di Jawa Tengah sesuai pada tabel daftar KAP.
Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sempel diambil dengan
menggunakan metode purposive sampling, metode ini dilakukan agar data yang telah
diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yang relative dapat dibandingkan dengan
hasil penelitian sebelumnya (Carolita, 2012). Pada metode ini terdapat kriteria
48
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada responden yang
telah memiliki pengalaman kerja sebagai auditor lebih dari 1 tahun yang bekerja pada
KAP se Jawa Tengah.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuisioner. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh
melalui kuisioner yang langsung desebarkan kepada auditor se Jawa Tengah.
Kuesioner akan dititpkan kepada salah satu auditor yang bekerja pada KAP tersebut
dan akan diambil kembali setelah 1 minggu kemudian . Kuesioner yang telah diisi
akan secara langsung diambil oleh peneliti pada KAP yang bersangkutan. Jawaban
dari responden akan diberi skor dengan menggunakan 5 (lima) point skala likert,
mulai dari pertanyaan sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. pemilihan
lima skala likert ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan bahwa
responden bimbang dengan banyaknya pilihan jawaban yang akan berdampak pada
validitas data yang dihasilkan , karena asumsinya , apabila pilihan jawaban semakin
sedikit maka batasan antara keduanya semakin jelas sehingga secara otomatis
kesimpulan yang diambil akan semakin valid.
Jawaban sangat setuju dengan jawaban sangat tidak setuju dengan memberi
tanda silang pada jawaban yang akan dipilih oleh responden pada lembar kuesioner.
49
Tabel 3.6
Penilaian kuesioner
Pernyataan STS TS N S SS
Nilai 1 2 3 4 5
Keterangan :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
3.7. Metode Analisis
Menganalisis data merupakan salah satu proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan metode
kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang ukuran tentang respon
yang diberikan, maka akan terbentuk angka yang dapat diolah dengan menggunakan
metode statistik. Pada penelitian ini analisis ini digunakan untuk menjawab
bagaimana pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas,
kompetensi dan komitmen organisasi terhadap kualitas hasil audit pada Kantor
Akuntan Publik se Jawa Tengah.
50
3.7.1. Statistik Deskriptif
Pada metode statistik deskriptif ini dimana proses untuk menganalisis data
dengan cara menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Statistik
deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi
karakteristik variabel penelitian yang utama dan data responden. Analisis deskriptif
dalam penelitian ini diolah dengan Statistical Package for Sosial Sciences 16 (SPSS
16), yang merupakan sebuah software yang berfungsi untuk menganalisis data dan
melakukan perhitungan statistik, baik untuk statistik parametrik dan non-parametrik.
3.7.2. Uji Kualitas Data
Dalam melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner
membutuhkan kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan
faktor situasional merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas
kuesioner yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Keabsahan (validity) suatu hasil
penelitian sangatlah tergantung pada alat pengukur variabel yang akan diteliti. Alat
ukur atau instrumen berupa kuesioner dikatakn memberikan hasil yang akurat dan
stabil jika alat ukur itu dapat diandalkan. Jika alat yang digunakan dalam proses
pengumpulan data tidak andal atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang
diperoleh tidak akan valid. Oleh karena itu dalam penelitian ini diperlukan uji
validitas dan uji reliabilitas.
51
3.7.3. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika suatu pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,2011). Pada
penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-
masing pertanyaan dengan total skor pertanyaan.
Perhitungan yang akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program
SPSS (Statiscal Package for Social Science). Dimana validitas data diukur dengan
membandingkan r hitung dan r tabel, jika :
Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan
kuesioner tersebut valid.
Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat dikatakan
kuesioner tersebut tidak valid.
Menurut Santoso (2000) dan ulfa (2007) dalam Carolita(2012), terdapat dua
syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu keharusan sebuah angket
untuk valid. Suatu angket dikatakan valid jika pertanya suatu angket mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket tersebut.
3.7.4. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel, dan kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali, 2011). Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner
52
dalam mengukur suatu variabel yang sama (Sekaran, 2003). Hasil yang didapat
sangat tergantung pada kesungguhan responden dalam menjawab semua item
pertanyaan.
3.7.5. Uji Asumsi Klasik
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
berganda, maka akan dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang diperlukan
dalam analisis regresi berganda . Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
3.7.6. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam model penelitian
ini, terdapat variabel pengganggu atau residu yang memiliki distribusi normal. Jika
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
3.7.7. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2011), uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah
variabel dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
otogonal. Variabel otogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi sesama variabel
bebas sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi yaitu
mempunyai nilai VIF dibawah 10 dan mempunyai nilai tolerance diatas 0,10. Jika
53
variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut maka variabel bebas tersebut tidak
mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya.
3.7.8. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Pada umumnya data crossection mengandung situasi heteroskesdatisitas karena
data ini dapat menghimpun data yang dapat mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,
dan besar) (Ghozalli, 2011).
3.7.9. Analisis Regresi Berganda
Model pengujian menggunakan metode analisis regresi berganda. Hal ini
akan menujukkan hubungan (korelasi) antara kejadian satu dengan kejadian yang
lainnya. Karena terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linier dapat
dinyatakan dalam persamaan regresi linier berganda. Pada penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi,
dan komitmen organisasi) terhadap kualitas hasil audit, dengan persamaan regresi
yang digunakan untuk model yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda
adalah sebagai berikut :
…………………………….(1)
Keterangan :
Y = Kualitas hasil audit
54
a = Nilai intersep (konstanta)
b1,b2,b3,b4,b5,b6 = Koefisien arah regresi
X1 = Pengalaman kerja
X2 = Independensi auditor
X3 = Obyektifitas auditor
X4 = Integritas auditor
X5 = Kompetensi
X6 = Komitmen organisasi
E = Error
3.8. Uji Koefisiensi Determinasi (R2)
Koefisiensi determinasi (R²) pada intinya adalah untuk mengukur seberapa
jumlah kemampuan model dalam menvariasi variabel dependen. Nilai koefisiensi
determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan antar
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel-variabel independen memberikan hampir
semua infomasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen. Secara umum,
koefisiensi determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya
variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun
waktu (time series) biasnya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
( Kusuma, 2011).
3.9. Uji F
55
Uji F merupakan uji yang menguji secara serempak (simultan) antara variabel
independen dan variabel dependen.
Pengujian nilai kritis (F tabel)
Untuk menguji hipoesis menggunakan uji – F dengan tingkat signifikansi (α) 5%
dengan sampel (n) dan jumlah variabel (k).
hipotesis
Ho : β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan anatara variabel independen secara
bersama-sama dengan variabel dependen.
Ha : β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen bersama -
samadengan variabel dependen.
Kriteria pengujian :
Jika nilai F hitung > F tabel, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Jika nilai F hitung < F tabel, Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
3.10. Uji t
Uji t merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui secara partial
pengaruh variabel independen dengan variabel dependen.
Penentuan Nilai Kritis (t tabel)
56
Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji – t dengan tingkat
signifikasi (α) 5% dengan sampel (n).
Kriteria Hipotesis
Ho : β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan anatara variabel independen
dengan variabel dependen.
Ha : β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Kriteria pengujian :
Jika nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha dierima. Hal ini berarti bahwa
terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Jika nilai t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa
tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang ada di Jawa
Tengah. Dari data yang disebar sebanyak 90 kuesioner (15 KAP x 6 kuesioner.
Kuesioner yang kembali adalah sebanyak 76 kuesioner dan yang diolah adalah 72
kuesioner, karena empat kuesioner dianggap tidak sah, karena tidak ada identitas
responden. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.1Penyebaran Kuesioner
Keterangan Jumlah
- Kuesioner yang disebarkan
- Kuesioner tidak kembali
- Kuesioner kembali tetapi tidak dapat digunakan
- Kuesioner yang digunakan
- Respon rate
90 kuesioner
14 kuesioner
4 kuesioner
72 kuesioner
80,00 %
Penyebaran kuesioner dilakukan pada 15 KAP di Jawa Tengah, dengan total
kuesioner yang disebar sebanyak 90 kuesioner, dan kuesioner yang di olah sebanyak
72 kuesioner atau 80 persen. Distribusi penyebaran kuesioner adalah sebagai
berikut :
57
58
Tabel 4.2Penyebaran Kuesioner Yang Kembali
No.
Nama KAP
Kuesioner Yang
diterima KAP
Kuesioner yang
Kembali dan di olah
1. KAP Drs. Sugeng Pamudji 6 52. KAP Hananta Budianto dan Rekan 6 43. KAP Ruchendy, Mardjito & Rushadi 6 44. KAP Wartono 6 55. KAP Dra. Hartati & Rekan (Cabang) 6 46. KAP Dra. Tahrir Hidayat 6 37. KAP Pho Seng Ka Cbg ARH&J 6 58. KAP Darsono dan Budi Cahyo Santoso 6 49. KAP Ngurah Arya & Rekan 6 410. KAP Drs. Benny Gunawan 6 411. KAP Yulianti, SE, BAP 6 312. KAP Drs. Idjang Soetikno 6 313. KAP Drs. Bayudi Watu & Rekan 6 414. KAP Busrono dan Payamta 6 415. KAP Hanung-Triatmoko, Akt 6 4
Total 90 72
Sumber : data primer yang diolah
4.1.1 Gambaran Umum Responden
Identitas dari 72 responden dapat dikelompokkan menurut : jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan dan masa kerja sebagai berikut :
Tabel 4.3Gambaran Umum Responden
Keterangan Jumlah ProsentaseLaki-laki 28 38,89Perempuan 44 61,11Jumlah 72 100
59
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah reponden sebanyak 28
orang atau 38,89 persen adalah laki-laki dan 44 responden atau 61,11 persen adalah
perempuan.
Tabel 4.4Umur Responden
No. Umur Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
20-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
>40 tahun
34
26
9
3
48,57
36,11
12,50
4,17
Jumlah 72 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 34
responden atau 48,57 persen berusia 20-30 tahun, 26 responden atau 36,11 persen
berusia 31-35 tahun, 9 responden atau 12,50 persen berusia 36-40 tahun dan 3
responden atau 4,17 persen berusia >40 tahun.
Tabel 4.5Pendidikan
No. Lama Bekerja Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
S1
S2
S3
PPA
56
4
1
11
77,78
5,56
1,39
15,27
Jumlah 72 100
60
Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah S-1 sebanyak 56
responden atau 77,78 persen, pendidikan S3 sebanyak 4 responden atau 5,556 persen,
S2 sebanyak 1 responden atau 1,39 persen, dan PPA sebanyak 11 responden atau
15,27 persen.
Tabel 4.6Lama Bekerja di KAP
No. Lama Bekerja Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
1-3 tahun
4 -6 tahun
7-9 tahun
51
16
5
70,83
22,22
6,94
Jumlah 72 100
Responden dengan masa kerja 1 sampai dengan 3 tahun menempati
prosentase tertinggi yaitu sebanyak 51 orang atau 70,82 persen, responden dengan
masa kerja 4-6 tahun sebanyak 16 orang atau 22,22 persen, dan responden dengan
masa kerja 7-9 tahun sebanyak 5 orang atau 6,94 persen.
Tabel 4.7Posisi di KAP
No. Posisi di KAP Frekuensi Prosentase
1.2.3.4.5.6.
ManajerSupervisorPatnerAuditor SeniorAuditor JuniorLain-Lain
11012580
1,391,39
016,6780,56
0Jumlah 72 100
61
Responden dengan posisi di KAP sebagai auditor junior adalah yang paling
banyak, yaitu sebanyak 58 orang atau 80,56 persen, auditor senior sebanyak 12 orang
atau 16,67, dan manajer dan supervisor, masing-masing 1 orangatau 1,39 persen.
4.2. Analisis Deskriptif
Penelitian menggunakan variable bebas pengalaman kerja, independensi,
obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen organisasi dan variabel terikat, yaitu
kualitas audit. Statistik deskriptif dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.8Analisis Deskriptif
Variabel Minimum Maksimum Mean StandarDeviasi
Kisaran teoritis
Kisaran aktual
Pengalaman kerja 14 40 30,10 5,984 8-40 14,-40Independensi 15 45 32,96 8,626 9-45 15-45
Obyektivitas 13 40 28,40 6,962 8-40 13,40
Integritas 22 65 44,82 10,919 13-65 22-65
Kompetensi 23 50 32,58 7,220 10-50 23-50
Komitmen organisasi
24 60 40,26 9,249 12-60 24-60
Kualitas audit 30 50 41,83 4,982 10-50 30-50
Sumber : data primer yang diolah
Variabel pengalaman kerja mempunyai bobot jawaban antara 14 sampai
dengan 40, rata-rata (mean) sebesar 30,10 dan standar deviasi 5,984, menunjukan
tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai
rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk pengalaman kerja
(30,10) di atas nilai median kisaran teoritis (3x8 = 24), sehingga dapat disimpulkan
62
bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki pengalaman kerja
yang tinggi.
Variabel independensi mempunyai bobot jawaban antara 15 sampai dengan
45, rata-rata (mean) sebesar 32,96 dan standar deviasi 8,626, menunjukan tidak ada
kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata
jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk independensi (32,96) di atas
nilai median kisaran teoritis (3x9 = 27), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
umum karakteristik personal responden memiliki independensi yang tinggi.
Variabel obyektivitas mempunyai bobot jawaban antara 13 sampai dengan
40, rata-rata (mean) sebesar 28,40 dan standar deviasi 6,962, menunjukan tidak ada
kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata
jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk obyektivitas (28,40) di atas
nilai median kisaran teoritis (3x8 = 24), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
umum karakteristik personal responden memiliki obyektivitas yang tinggi.
Variabel integritas mempunyai bobot jawaban antara 22 sampai dengan 65,
rata-rata (mean) sebesar 44,82 dan standar deviasi 10,919, menunjukan tidak ada
kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata
jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk integritas (44,82) di atas nilai
median kisaran teoritis (3x13 = 39), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum
karakteristik personal responden memiliki integritas yang tinggi.
Variabel kompetensi mempunyai bobot jawaban antara 23 sampai dengan
50, rata-rata (mean) sebesar 32,58 dan standar deviasi 7,220, menunjukan tidak ada
63
kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata
jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kompetensi (32,58) di atas
nilai median kisaran teoritis (3x10 = 30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
umum karakteristik personal responden memiliki kompetensi yang tinggi.
Variabel komitmen organisasi mempunyai bobot jawaban antara 24 sampai
dengan 60, rata-rata (mean) sebesar 40,26 dan standar deviasi 9,249, menunjukan
tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai
rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kompetensi (40,26)
di atas nilai median kisaran teoritis (3x12 = 36), sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara umum karakteristik personal responden memiliki komitmen organisasi yang
tinggi.
Variabel kualitas audit mempunyai bobot jawaban antara 30 sampai dengan
50, rata-rata (mean) sebesar 41,83 dan standar deviasi 4,982, menunjukan tidak ada
kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata
jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kualitas audit (41,83) di atas
nilai median kisaran teoritis (3x10 = 30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
umum karakteristik personal responden memiliki kualitas audit yang tinggi.
64
4.3 Pengujian Kualitas Data
4.3.1 Uji Validitas
Uji Validitas adalah pengujian keterkaitan atau hubungan antar item
pertanyaan dalam satu variabel. Hasil pengolahan dengan menggunakan bantuan
SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9Uji Validitas
Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan
Pengalaman kerja
1.2.3.4.5.6.7.8.
0,8070,7930,8940,8850,8730,8300,8330,966
0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValid
Independensi 1.2.3.4.5.6.7.8.9.
0,8060,8750,9140,8990,9080,8800,8420,8110,853
0,235 ValidValidValidValidValidValidValid ValidValid
Obyektivitas 1.2.3.4.5.6.7.8.
0,7580,8960,8660,7980,7610,8570,8030,845
0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValid
65
Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan
Integritas 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.
0,8980,8710,8280,8720,8250,8890,9010,8830,8260,7650,8270,8120,785
0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValidValid ValidValidValidValid
Kompetensi 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.
0,8380,8400,7970,7950,8270,8330,8080,7720,7870,743
0,235 ValidValidValidValidValidValidValid ValidValidValid
Komitmen organisasi
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.
0,6650,7550,7670,7710,8070,7950,8510,8390,8280,8030,7870,798
0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValidValid ValidValidValid
66
Kualitas Haisl pemeriksaan
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.
0,6300,7040,6990,6000,7460,7340,7180,6950,6370,566
0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid
Sumber : data primer yang diolah
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment, yaitu
dengan membandingkan nilai r hitung, dibandingkan dengan r tabel (0,235).
Berdasarkan kategori di atas, maka semua item dalam indikator variabel
pengalaman kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen
organisasi dan kualitas audit adalah valid. Sehingga bisa dilanjutkan pada proses
selanjutnya.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian terhadap hasil jawaban responden
apakah konsisten atau reliabel dari waktu kewaktu. Adapun hasil uji reliabilitas antara
pengalaman kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen
organisasi dan kualitas audit dapat dilihat pada tabel berikut ini.
67
Tabel 4.10Uji Reliabilitas
No. Indikator
Nilai r
Alpha Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pengalaman kerja
Independensi
Obyektivitas
Integritas
Kompetensi
Komitmen organisasi
Kualitas audit
0,944
0,958
0,932
0,966
0,938
0,945
0,862
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel
antara pengalaman, kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi,
komitmen organisasi dan kualitas audit, ternyata diperoleh > 0,6 maka item
pertanyaan tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian, maka hasil uji reabilitas
terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.
4.3.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.3.1. Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk melihat normal tidaknya penyebaran data
variabel dependen dengan cara melihat nilai komogorov-smirnov. Data distribusi
normal, jika nilai signifikasi kolmogorov-smirnov > 0,05. Hasil normalitas adalah
sebagai berikut :
68
Tabel 11Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
72
,0000000
1,93170595
,066
,066
-,053
,562
,911
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber : data primer yang diolah
Hasil nilai signifikasi komogorov-smirnov adalah sebesar 0,911 > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
4.3.3.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah
model yang bebas dari multikolinearitas. Uji multikolinearitas data dapat dilihat dari
besarnya nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance.
Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah yang mempunyai VIF
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Mengacu pada kedua pendapat di
atas maka berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh nilai :
69
Tabel 4.12Multikolinearitas
Coefficientsa
,493 2,029
,495 2,018
,454 2,203
,510 1,962
,446 2,243
,388 2,578
pengalaman kerja
independensi
obyektivitas
Integritas
Kompetensi
Komitmen organisasi
Model1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kualitas audita.
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan hasil tersebut maka variabel bebas dalam penelitian ini
(pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, dan komitmen
organisasi ) tidak terjadi multikolinier karena VIF < 10 dan Tolerance > 0,1.
4.3.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari satu residual pengamatan kepengamatan lain.
Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas. dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil
heteroskedastisitas dapat di gambarkan sebagai berikut :
70
3210-1-2-3
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
Re
gre
ss
ion
Sta
nd
ard
ize
d P
re
dic
ted
Va
lue
Dependent Variable: Kualitas audit
Scatterplot
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan grafik hasil penelitian, deteksi yang ada adalah penyebaran, dan
tidak membentuk pola tertentu, sehingga model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari satu residual pengamatan kepengamatan lain.
4.4. Goodness Of Fit
4.4.1 Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengalaman, independensi,
obyektivitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kualitas audit yang diambil auditor. Hasil pengujian ini dapat
dilihat pada tabel 4.13
Gambar 4.2 : Heteroskedastisitas
71
Tabel 4.13Hasil Uji F
ANOVAb
1497,064 6 249,511 61,216 ,000a
264,936 65 4,076
1762,000 71
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Komitmen organisasi, obyektivitas, pengalaman kerja,Integritas, independensi, Kompetensi
a.
Dependent Variable: Kualitas auditb.
Sumber : Data primer yang diolah
Nilai signifikasi F sebesar 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan semua
variabel pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, dan
komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit yang
diambil auditor.
4.4.2 Koefisien Determinasi (R2 )
Persentase variabel dependen (kualitas audit) dapat dijelaskan oleh variabel
independen (pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, dan
komitmen organisasi) dalam model penelitian ditunjukkan oleh besarnya Koefisien
Determinasi. Koefisien Determinasi ini menunjukan seberapa besar pengaruh
variabel bebas terhadap variabel dependent atau bebas yang dinyatakan dalam persen
(%).
72
Tabel 4.14Koefisien Determinasi
Model Summaryb
,922a ,850 ,836 2,019Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Komitmen organisasi,obyektivitas, pengalaman kerja, Integritas,independensi, Kompetensi
a.
Dependent Variable: Kualitas auditb.
Nilai koefisien determinasi untuk variabel pengalaman, independensi,
obyektivitas, integritas, kompetensi, dan komitmen organisasi dapat menjelaskan
kualitas audit yang diambil auditor KAP di Jawa Tengah sebesar 83,60 % sedangkan
sisanya diterangkan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini, seperti
pengetahuan, kompleksitas tugas dan lain-lain.
4.5 Analisis Regresi Linier Berganda
4.5.1 Model Persamaan Regresi
Perhitungan regresi linier berganda antara pengalaman, independensi,
obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen organisasi terhadap kualitas audit
dengan dibantu program SPSS dalam proses penghitungannya dapat diperoleh hasil
sebagai berikut :
73
Tabel 4.15Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
15,896 1,466 10,842 ,000
,177 ,057 ,212 3,095 ,003
,076 ,039 ,132 1,936 ,057
,195 ,051 ,272 3,813 ,000
,134 ,031 ,293 4,356 ,000
,074 ,050 ,108 1,499 ,139
,103 ,042 ,191 2,476 ,016
(Constant)
pengalaman kerja
independensi
obyektivitas
Integritas
Kompetensi
Komitmen organisasi
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kualitas audita.
Sumber : data primer yang diolah
Y = 0,212X1 + 0,132 X2 + 0,272 X3 + 0,293 X4 + 0,108X5 + 0,191X6 + e
Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut di atas memberikan
pengertian bahwa :
a. b1 (nilai koefisien regresi pengalaman kerja) bernilai positif, mempunyai arti
apabila pengalaman kerja semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil
auditor semakin meningkat.
b. b2 (nilai koefisien regresi independensi) bernilai positif, mempunyai arti apabila
independensi semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor
semakin meningkat.
74
c. b3 (nilai koefisien regresi obyektivitas) bernilai positif, mempunyai arti apabila
obyektivitas semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor
semakin meningkat.
d. b4 (nilai koefisien regresi integritas) bernilai positif, mempunyai arti apabila
integritas meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor semakin
meningkat.
e. b5 (nilai koefisien regresi kompetensi) bernilai positif, mempunyai arti apabila
kompetensi meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor semakin
meningkat.
f. b6 (nilai koefisien regresi komitmen organisasi) bernilai positif, mempunyai arti
apabila komitmen organisasi meningkat, maka kualitas audit yang diambil
auditor semakin meningkat.
4.5.2 Pengujian Hipotesis
a. H1 : Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas audit
Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk pengalaman
kerja adalah = 0,003 < 0,05 menandakan bahwa pengalaman kerja mempunyai
pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian H1 yang menyatakan
pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil audit diterima.
b. H2 : Pengaruh Independensi terhadap Kualitas audit
Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk
independensi adalah = 0,057 > 0,05 menandakan bahwa independensi tidak
75
mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian H2 yang
menyatakan independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di tolak.
c. H3 : Pengaruh Obyektivitas terhadap Kualitas audit
Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk
obyektivitas adalah = 0,000 < 0,05 menandakan bahwa obyektivitas
mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H3 yang
menyatakan objektifitas berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di terima.
d. H4: Pengaruh Integritas terhadap Kualitas audit
Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk integritas
adalah = 0,000 < 0,05 menandakan bahwa integritas mempunyai pengaruh
positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H4 yang menyatakan integritas
berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di terima.
e. H5 : Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas audit
Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk kompetensi
adalah = 0,139 > 0,05 menandakan bahwa kompetensi tidak mempunyai
pengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H5 yang menyatakan
kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di tolak.
f. H6 : Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kualitas audit
Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk komitmen
organisasi adalah = 0,016 < 0,05 menandakan bahwa komitmen organisasi
mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H6 yang
76
menyatakan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di
terima.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Pengalaman Terhadap Kualitas audit
Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini
terjadi karena pengalaman sebagai seorang auditor pun memiliki peran penting
terhadap audit judgment. Semakin banyak jam terbang yang dimiliki oleh auditor
dalam mengaudit suatu laporan keuangan perusahaan akan semakin besar pengaruh
yang diberikan terhadap audit judgment. Karena berbagai kejadian yang terjadi saat
mengaudit klien satu dengan klien yang lainnya berbeda, dimana masing-masing
klien memiliki struktur organisasi yang berbeda, bidang usaha yang ditempuh pun
berbeda, dan perilaku para klien yang berbeda beda pula. Hasil ini mendukung
penelitian Tubagus Mansur (2007), yang menyatakan pengalaman audit mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
4.6.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas audit
Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. Kondisi ini
terjadi karena auditor dalam penelitian ini adalah auditor KAP, dimana independensi
sudah pasti dimiliki oleh anggota auditor, Kondisi ini terjadi karena auditor dalam
penelitian ini adalah auditor junior, dimana independensi tidak sepenuhnya
77
didapatkan, semua berhubungan dengan ketua tim auditor, sehingga keputusan
pemberian opini tidak sepenuhnya atas idenya.
Hasil ini tidak sesuai dengan Chow dan Rice dalam Singgih dan Bawono
(2010), menjelaskan bahwa manajemen perusahaan berusaha menghindari opini
wajar dengan pengecualian, karena bisa mempengaruhi harga pasar saham
perusahaan dan kompensasi yang dimiliki oleh manajer. Namun laporan keuangan
adalah hasil proses negosiasi antara auditor dengan klien. Disinilah auditor berada
pada situasi yang dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam
memberikan opini mengenai kewajiban laporan keuangan yang berkaitan dengan
kepentingan banyak pihak, namun disisi lain dia juga harus bisa memenuhi tuntutan
yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas
dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang.
posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi dilematis,
sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Hasil ini mendukung penelitian
Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan independensi tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas audit, namun hasil penelitian ini mendukung
penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007), Siggih dan Bawono (2010), yang
menyatakan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit.
4.6.3 Pengaruh Obyektivitas Terhadap Kualitas audit
obyektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit,
hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini terjadi
78
karena hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektivitas dan dapat
mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektivitas auditor dapat
dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas
berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Hasil ini
mendukung penelitian Taufik Ahmad Rahman, (2009), Singgih dan Bawono (2010),
yang menyatakan obyektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas audit.
4.6.4 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas audit
Integritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, hal
ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini terjadi karena
auditor sebabagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa
meningkatkan pengetahuan yang dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat
maksimal dalam praktiknya. Auditor yang memiliki integritas yang tinggi dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur , tetapi
tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka
auditor dapat meningkatkan kualitas auditnya Hasil ini mendukung penelitian
Mediasari dan Nellysari (2008), yang menyatakan integritas mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kualitas audit, namun penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian Singgih dan Bawono (2010), yang menyatakan integritas mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas audit.
79
4.6.5 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas audit
Kompetensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. Kondisi ini
terjadi karena auditor dalam penelitian ini sebagian besar adalah auditor junior,
dimana kompetensi yang diperoleh berkaitan dengan keahlian profesional yang
dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, sedangkan untuk ujian
profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium masih
rendah.
Hasil ini mendukung penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007)
menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, namun
penelitian ini tidak mendukkung penelitian Taufik ahmad Rahman (2009), yang
menyatakan kompetensi tidak berpengaruh signiifkan terhadap kualitas audit.
4.6.6 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas audit
Komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini
terjadi karena komitmen merupakan salah satu konsistensi dari wujud keterkaitan
seseorang terhadap suatu organisasi, auditor dalam penelitian ini adalah auditor yang
masih muda dan masih baru bekerja, sehingga akan berusaha untuk berkomitmen
kepada organisasinya untuk mendapatkan pengalaman yang banyak. Dengan masa
kerja yang relatif kecil ini, auditor tidak memiliki banyak pilihan untuk bekerja di
tempat lain, sehingga berkomitmen terhadap organisasinya. Hasil ini mendukung
80
penelitian Carolita dan Rahardjo (2012)) menyatakan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh terhadap kualitas audit.
81
B A B V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
hasil audit.
2. Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas hasil audit.
3. Obyektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
hasil audit.
4. Integritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil
audit.
5. Kompetensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas hasil audit.
6. Komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas hasil audit.
7. Nilai koefisien determinasi(R2) untuk variabel pengalaman, independensi,
obyektivitas, integritas, kompetensi, dan komitmen organisasi dapat menjelaskan
82
83
kualitas audit yang diambil auditor KAP di Jawa Tengah sebesar 83,60 %, dari
presentase 100%.
8. Nilai signifikasi F sebesar 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan
semua variabel pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi,
dan komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas
audit yang diambil auditor.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1. Tidak mudahnya mendapatkan kembali kuesioner yang telah disebar sesuai
dengan yang diharapkan karena pengumpulan penelitian dilakukan pada waktu
saat auditor disibukkan dengan banyaknya pekerjaan di KAP .
2. Penelitian yang digunakan menggunakan metode kuesioner sehingga kurangnya
komunikasi antara auditor dengan peneliti dalam melakukan penelitian.
5.3 Saran
Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada Inspektorat dan masyarakat,
sebagai berikut :
1. Bagi KAP, hasil penelitian ini memperhatikan bahwa pengalaman kerja,
independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi
terhadap kualitas hasil audit,audit sebaiknya sebaiknya dilakukan oleh auditor
yang sudah berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam
mengaudit.
84
2. Bagi Auditor diharapkan dapat melakukan tugasnya dalam mengaudit dengan
profesional , jujur dan independen.
5.4 Aganeda Penelitian Yang Akan Datang
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak pada saat masa sibuk auditor dan KAP
yang akan kita jadikan penelitian.
2. Sebaiknya penggunaan selain metode survey seperti metode interview dapat
digunakan untuk mendapatkan komunikasi dua arah dengan subyek dan
mendapatkan kejujuran jawaban subyek.
3. Karena dalam penelitian ini terdapat kuesioner yang tidak lengkap pengisiannya,
untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memeriksa terlebih dahulu
kelengkapan jawaban pada kuesioner.
85
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi
dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
Variabel Moderasi.. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar .
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19
Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Edisi Kedua. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Balai Pustaka.
Maryani, T. & Ludigdo, U. 2000. “Survei atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Sikap dan Perilaku Etis Akuntan”. Jurnal Tema. Vol. II No.1 Maret; 49-62.
Sukriah, Ika. Akram dan Biana Adha. (2009). Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektifitas,Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil
Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang.
Trisnaningsih, Sri. 2007.Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai
Media Pemgaruh Pemahaman Good Governance , Pemahaman SIA dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional
Akuntansi X. Makasar.
86
Indriantoro, Nur. Dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
Catatan Kedua, Yogyakarta: Penerbit BFFE UGM.
DeAngelo, L. E. 1981a. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and
Economics 3 (1): 167-175.
Mabruri dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional
Akuntansi 13. Purwokerto.
Carolita, Metha. Kartika. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Objektifitas, Integritas,Kompetensi dan Komitmen Akuntansai Terhadap
Kualitas Hasil Audit. Jurnal Tema. Vol. 1, No. 2.
Ayuningtyas,Harvita. Yulian. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja,Independensi,
Objektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit.
Jurnal Tema, Vol.1 No. 2.
Singgih dan Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional
Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. SNA XIII .Purwokerto.
Carolita, Metha. Kartika. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Objektifitas, Integritas,Kompetensi dan Komitmen Akuntansai Terhadap
Kualitas Hasil Audit.Skripsi.Fakultas Ekonomi.Universitas Diponegoro.
Semarang.
Ayuningtyas,Harvita. Yulian. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja,Independensi,
Objektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit.
Skripsi.Fakultas Ekonomi.Universitas Diponegoro. Semarang.
87
Syah, Heri. Kurniawan. 2012. Pengaruh Independensi, Pengalaman Auditor, Due
Profesional Care, Akuntabilitas, Objektifitas, dan Kompetensi Terhadap
Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Semarang. Semarang.