proposal skripsi mitigasi bencana

45
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada orang yang mengharapkan suatu bencana. Namun, suka tidak suka musibah tetap datang, baik yang bersifat lokal, regional, maupun internasional. Tidak hanya dalam hitungan tahun, bahkan juga hitungan jam. Bencana angin kencang yang mengakibatkan robohnya rumah, tanaman, pepohonan, gardu listrik, dan sebagainya. Bencana banjir yang menenggelamkan banyak infrastruktur, banyak menimbulkan kerusakan dan kerugian. Bencana itu tidak hanya menghancurkan harta benda, namun juga nyawa manusia, meninggal secara langsung maupun tidak langsung karena terkena penyakit akibat dari sebuah bencana. Bencana terjadi sebagian besar karena faktor manusia, sebagimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, surat Ar Ruum, ayat 41 Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Upload: sudirmanchunian

Post on 25-Oct-2015

1.113 views

Category:

Documents


75 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tidak ada orang yang mengharapkan suatu bencana. Namun, suka tidak suka

musibah tetap datang, baik yang bersifat lokal, regional, maupun internasional.

Tidak hanya dalam hitungan tahun, bahkan juga hitungan jam. Bencana angin

kencang yang mengakibatkan robohnya rumah, tanaman, pepohonan, gardu

listrik, dan sebagainya. Bencana banjir yang menenggelamkan banyak

infrastruktur, banyak menimbulkan kerusakan dan kerugian. Bencana itu tidak

hanya menghancurkan harta benda, namun juga nyawa manusia, meninggal secara

langsung maupun tidak langsung karena terkena penyakit akibat dari sebuah

bencana. Bencana terjadi sebagian besar karena faktor manusia, sebagimana

dijelaskan dalam Al-Qur’an, surat Ar Ruum, ayat 41

Artinya : Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar).

Page 2: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

2

Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

dan penghidupan masyarakat masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang

meluas pada kehidupan manusia, baik dari sisi ekonomi, tatanan masyarakat

maupun lingkungan. Bencana merupakan peristiwa yang telah lama ada, bahkan

telah ada seiring pembentukan bumi itu sendiri. Namun peristiwa itu tidak banyak

menimbulkan masalah selama terjadi pada tempat yang tidak dihuni oleh manusia.

Bencana alam diraskan menjadi sumber malapetaka disaat menimpa tempat yang

banyak penduduknya. Bencana banyak menimbulkan berbagai penderitaan dan

kerugian, karena itulah muncul pengelolaan penanggulangan bencana atau yang

lebih dikenal dengan mitigasi bencana.

Menurut UU No. 24 Tahun 2007 mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan

peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi merupakan

kewajiban berbagai pihak baik itu para ahli, pemerintah, maupun masyarakat

secara luas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia banjir adalah peristiwa terbenamnya

daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat

terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras,

peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.

Banjir merupakan permasalahan umum di berbagai wilayah Indonesia

terutama di daerah padat penduduk misalnya dikawasan perkotaan oleh karena itu

kerugian yang ditimbulkan besar baik segi materi maupun kerugian jiwa, maka

sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan perhatian yang serius

Page 3: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

3

dan merupakan permsalahan kita semua. Dengan anggapan bahwa, permasalah

banjir merupakan permasalahan umum sudah semestinya dari berbagai pihak

perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini

mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.

Kerugian akibat banjir pada umumnya relatif dan sulit didefinisikan secara

jelas, dimana terdiri dari kerugian akibat banjir langsung dan tak langsung.

Kerugian akibat banjir langsung, merupakan kerugian fisik akibat banjir yang

terjadi, berupa robohnya bangunan tempat tinggal, sekolah, industri, rusaknya

prasarana trasportasi, dan hilangnya harta benda. Sedangkan kerugian akibat

banjir tidak langsung berupa kerugian kesulitan yang timbul secara tidak langsung

diakibatkan oleh banjir, seperti komunikasi, pendidikan, kesehatan, kegiatan

bisnis terganggu, dan sebagainya

Kabupaten Tolitoli adalah salah satu Kabupaten yang barada di Provinsi

Sulawesi Tengah, yang terdiri dari 10 kecamatan. Kecamatan Baolan merupakn

salah satu dari kecamatan yang ada di Kabupaten Tolitoli, yang digunakan sebagai

sebagai pusat pemerintahan, selain itu Kecamatan Baolan juga merupakan

kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak dan terpadat dari seluruh

kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Tolitoli.

Berdasarkan observasi pada dua kelurahan yang ada di kecamatan Baolan

yaitu Kelurahan Baru dan Kelurahan Tuweley. Diketahui bahwa dalam kurun

waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir ini, bencana banjir sering terjadi di kelurahan

ini yang hampir terjadi setiap tahunnya. Tingginya curah hujan yang terjadi antara

1500mm-3600mm pertahun dan bertepatan dengan terjadinya pasang air laut

Page 4: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

4

merupakan faktor utama terjadinya banjir. Penimbunan kantung-kantung air (rawa

tadah hujan) untuk digunakan sebagai area permukiman, dan juga pendangkalan

sungai yang diakibatkan oleh proses sedimentasi merupakan faktor pendukung

dari terjadinya bencana banjir.

Sungai Tuweley/Ogomalane dan Anak Sungai Lembe, merupakan dua aliran

air yang sering menyebabkan banjir. Wilayah yang sering terendam oleh Anak

Sungai Lembe yaitu kelurahan Baru. Sedangkan Sungai Tuweley/Ogomalane

merendami Kelurahan Tuweley, Kelurahan Panasakan, dan Kelurahan Baru.

Pada kesempatan ini peneliti tertarik melakukan penelitian pada Kelurahan

Baru dan Kelurahan Tuweley yang dilintasi oleh aliran sungai

Tuweley/Ogomalane. Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian di 2 (dua)

wilayah kelurahan ini dikarenakan kedua kelurahan ini memiliki jumlah penduduk

yang besar yaitu Kelurahan Baru mencapai 20.976 jiwa dan jumlah rumah tangga

yaitu 4.713 kk, sedangkan untuk Kelurahan Tuweley jumlah penduduk mencapai

10.236 jiwa dengan jumlah rumah tangga 2.334 kk. Selain itu, pada saat sungai

Tuweley/Ogomalane mengalami banjir, kedua kelurahan ini merupakan kelurahan

yang paling parah terkena dapak dari luapan banjir tersebut. Terutama pada RT I,

RW II dan RT II, RW II lingkungan 1 pada kelurahan baru, serta RT II, RW I

lingkungan 1, RT I, RW II Lingkungan 2, RT III, RW II Lingkungan 3, dan RT I,

RW I lingkungan 4 pada Kelurahan Tuweley.

Berdasarkan pemaparan di atas untuk menilai tingkat mitigasi dalam

menghadapi bencana banjir perlu dikaji lebih jauh tentang bagaimana

Page 5: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

5

pengetahuan mitigasi bencana banjir luapan sungai Tuweley/Ogomalane di

Kelurahan Baru dan Kelurahan Tuweley, Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli.

1.2 Rumusan Masalah

Bencana banjir yang terjadi tidak bisa dihindarkan, namun dampaknya dan

kerugiannya bisa diminimalisir. Mendorong peran serta masyarakat dalam

penanggulangan bencana menjadi prioritas utama. Kesiapan dalam

penanggulangan bencana merupakan hal yang utama, kesiapsiagaan bukan saja

harus disiapkan oleh pemerintah sebagai penanggung jawab penanggulangan

bencana, tetapi juga masyarakat harus ditingkatkan kapasitas kesiapsiagaannya

atau antisipasinya terutama masyarakat yang tinggal dilokasi rawan dan rentan

bencana.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka diperoleh rumusan

masalah yaitu “bagaimana kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir

sebelum, saat, dan setelah terjadinya bencana banjir, guna meningkatkan

keselamatan, mengurangi atau mencegah hilangnya harta benda dan serta

mengurangi kerusakan fisik akibat bencana banjir di Kelurahan Baru dan

Kelurahan Tuweley Kecamatan Baolan Kabupaten Tolitoli”

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan penduduk

terkait prosedur dan metode mitigasi bencana banjir, guna untuk meningkatkan

keselamatan, mengurangi atau mencegah hilangnya harta benda dan serta

mengurangi kerusakan fisik akibat bencana banjir di Kelurahan Baru dan

Kelurahan Tuweley Kecamatan Baolan kabupaten Tolitoli.

Page 6: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

6

Sasaran penelitian yaitu kawasan dan masyarakat yang berada di daerah

rawan bencana di wilayah Kelurahan Baru dan Kelurahan Tuwely Kecamatan

Baolan Kabupaten Tolitoli. meliputi 2 RT, 1 RW di Kelurahan Baru dan 4 RT, 4

RW di Kelurahan Tuweley.

1.4 Kegunaan Penelitian atau Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Keilmuan

Memberikan sumbangsih pengetahuan pendidikan mitigasi bencana banjir

pada tingakat SMA mata pelajaran Geografi materi hidrosfer dan pengaruhnya

terhadap kehidupan, dan pada tingkat Perguruan Tinggi khususnya Pendidikan

Geografi UNTAD pada mata kuliah Geografi Bencana. Serta menambah

pengetahuan pendidikan mitigasi bencana banjir pada masyarakat tempat

dilaksanakannya penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai

mitigasi bencana banjir.

2) Bagi pemerintah, terutama instansi yang terkait, dapat menjadi bahan

referensi untuk membantu menentukan kebijakan, meningkatkan pengetahuan,

dan kewaspadaan bencana banjir.

1.5 Batasan Istilah

1) Bencana adalah “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik

oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

Page 7: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

7

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis.” (Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007 );

2) “Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.” (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 );

3) Banjir merupakan suatu keluaran (output) dari hujan (input) yang mengalami

proses dalam sistem lahan yang berupa luapan air yang berlebih (Raharjo,

P.D. 2009, dalam Arifin, Yayu Indriati & Muh. Kasim. 2012);

4) Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana (Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2007). Dalam penelitian ini yang dimaksut dengan mitigasi bencana

adalah tindakan yang dilakukan oleh masyarakat sebelum, saat, dan setelah

terjadi bencana banjir;

5) Masyarakat adalah “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat

oleh suatu kebudayaan yang meraka anggap sama” (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Dalam penelitian ini yang dimaksut masyarakat adalah masyarakat

Kelurahan Baru dan Kelurahan Tuweley;

6) Pengetahuan adalah “sebagai fakta atau kondisi dari mengetahui sesuatu

dengan derajat pemahaman tertentu melalui pengalaman, asosiasi, atau

hubungan” (Mohanty, et. al, 2006 ; dalam Asih Dwi Hayu Pangesti, 2012 :

Page 8: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

8

29). Dalam penelitian ini yang dimaksut dengan pengetahuan adalah

pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir;

7) Kesiapsiagaan adalah “Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna.” (Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana). Dalam penelitian ini yang

dimaksut dengan kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk

mengatasi bencana banjir.

Page 9: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tresa Juranzy, 2011. “Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam

Kaitannya dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi Bencana di Daerah Rawan

Bencana (Studi Kasus: Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota

Bogor). Skripsi, bogor ; Institut Pertanian Bogor.

Beberapa tahun terakhir di Indonesia sering terjadi bencana dan

meninggalkan dampak bagi orang-orang yang mengalaminya. Bencana yang

sering melanda Indonesia adalah banjir, gempa, tsunami, tanah longsor dan

gunung meletus. Dampak yang diakibatkan dapat berupa dampak fisik maupun

non fisik. Oleh karena itu perlu diadakan kegiatan penanggulangan bencana yang

berfungsi untuk mengurangi dampak yang diakibatkan oleh bencana. Kegiatan

penanggulangan bencana terdiri atas kesiapsiagaan, mitigasi, peringatan dini,

tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Akan tetapi, untuk dapat

mengurangi risiko terjadinya bencana, maka perlu dilakukan peningkatan

kesiapsiagaan dan mitigasi. Setiap masyarakat memiliki karakteristik sosial

budaya tertentu yang berhubungan dengan kesiapsiagaan dan mitigasi terhadap

bencana. Karakteristik sosial budaya ini berbeda antara suatu masyarakat dengan

masyarakat lainnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik sosial budaya

masyarakat, kesiapsiagaan dan mitigasi, serta hubungan keduanya berkaitan

dengan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana di Kelurahan

Katulampa. Kelurahan Katulampa merupakan daerah yang dialiri sungai besar,

Page 10: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

10

yaitu Ciliwung. Daerah ini sangat rentan untuk mengalami banjir dan sudah

pernah mengalami banjir dalam satu tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan

data kuantitatif yang didapatkan melalui survei dan data kualitatif yang

didapatkan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan panduan

pertanyaan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data

primer didapatkan dari hasil kuesioner dan wawancara mendalam, sedangkan data

sekunder didapatkan dari buku, jurnal, hasil penelitian, monografi kelurahan dan

Ciliwung.

Karakteristik sosial budaya yang dikaji dalam penelitian ini adalah stratifikasi

sosial, kelembagaan, kohesi sosial, kearifan lokal dan pengetahuan dan sikap yang

berkembang di dalam masyarakat. Upaya pencegahan bencana yang dapat

dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya bencana adalah dengan

kesiapsiagaan dan mitigasi. Kesiapsiagaan dan mitigasi ini diduga berhubungan

dengan karakteristik sosial budaya masyarakat, sehingga dapat dilihat sejauh

mana kesiapan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Katulampa memiliki

karakteristik sosial yang terdiri atas kelembagaan, stratifikasi sosial, kohesi sosial,

kearifan lokal dan pengetahuan dan sikap. Akan tetapi karakteristik sosial budaya

ini tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kesiapsiagaan dan mitigasi,

sehingga masyarakat masih belum memiliki kesiapan yang matang dalam

menghadapi kemungkinan terjadinya banjir.

Page 11: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

11

2.1.2 Imam Bashori, 2013. “Peran Guru Terhadap Kesiapsiagaan Sekolah dalam

Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota

Surakarta”. Skripsi, Surakarta; Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru dalam

mengkaji potensi bencana dan kesiapan sekolah dalam menghadapi bencana.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung data kualitatif

dengan menggunakan guru yang mengajar di daerah rawan bencana sebagai

populasi. Penggalian data dilakukan dengan observasi, kuesioner dan wawancara.

Teknik analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif, yang sebelumnya

dilakukan uji prasyarat analisis yang menggunakan metode Kolmogorov Smirnov

untuk uji normalitas dan metode Levene Test untuk uji homogenitas. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) Secara umum kemampuan guru dalam

menghadapi bencana yang diukur melalui pengetahuan dan tindakan guru

terhadap bencana sudah cukup baik hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai

tentang pengetahuan dasar kebencanaan sebesar 7,5, kemampuan mengkaji

potensi bencana sebesar 7,2 dan sikap dalam menghadapi bencana sebesar 7,1, 2)

Kesiapsiagaan sekolah ditinjau dari indikator kebijakan, rencana kesiapsiagaan

sekolah dan mobilitas sumberdaya maka didapatkan, Kebijakan sekolah tentang

kebencanaan belum diterapkan secara utuh, rencana kesiapsiagaan yang disusun

hanya sebatas pengalaman bencana masa lalu tanpa dilakukan identifikasi ulang

kemungkinan bencana yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga

penanggulangan bencana hanya bersifat reaksional dan spontanitas, Mobilitas

sumberdaya yang telah dilakukan oleh sekolah baru berkaitan kerjasama

Page 12: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

12

penanggulangan bencana dengan pihak luar sekolah sedangkan untuk mobilitas

sumberdaya dalam internal sekolah masih belum terlaksanakan.

Tabel 1. Persamaan dan perbedaa penelitian terdahulu

Komponen Tresa Juranzy Imam Bashori Sudirman

Judul

Skripsi/Makalah/

Tesis

Karakteristik

Sosial Budaya

Masyarakat

Dalam Kaitannya

dengan

Kesiapsiagaan

dan Mitigasi

Bencana di

Daerah Rawan

Bencana (Studi

Kasus: Kelurahan

Katulampa,

Kecamatan Bogor

Timur, Kota

Bogor) 2011

Peran guru

tarhadap

kesiapsiagaan

dalam

menghadapi

bencana banjir di

kelurahan Sewu

kecamatan Jebres

kota Surakarta

tahun 2013.

Pengetahuan

mitigasi bencana

banjir lauapan

sungai

Tuweley/Ogomalane

di kelurahan Baru

dan kelurahan

Tuweley,

kecamatan Baolan,

kabupaten Tolitoli

Populasi (N)

43 566

Sampel (n) 30 43 171

Teknik

Pengambilan

Sampel

convenience

sampling

-

Simple Random

Sampling

Metode

Pengumpulan

Data

Wawancara dan

kuisioner

Studi

Kepustakaan,

Observasi,

Kuisioner dan

wawancara

Observasi,

Wawancara,

Kuisioner dan

Dokumentasi

Hasil

Penelitian

karakteristik sosial

budaya

masyarakat di

Kelurahan

Katulampa,

khususnya yang

berkaitan dengan

Mengetahui

kemampuan guru

dalam

menghadapi

bencana yang

terdapat

pada lingkungan

mengetahui

pengetahuan

masyarakat terhadap

mitigasi bencana

sebelum, saat, dan

setelah bencana

Page 13: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

13

masalah bencana

dan lingkungan

hidup.

hubungan

karakteristik sosial

budaya

masyarakat

Kelurahan

Katulampa dengan

upaya

kesiapsiagaan dan

mitigasi bencana.

kesiapan

masyarakat

Kelurahan

Katulampa dalam

menghadapi

bencana.

sekolah. Dan

mengetahui

kesiapsiagaan

sekolah dalam

menghadapi

bencana.

banjir, guna untuk

meningkatkan

keselamata,

mengurangi atau

mencegah

hilangnnya harta

bendan dan serta

mengurangi

kerusakan fisik

akibat bencana

banjir

2.2 Lanadasan Teori

2.2.1 Pengertian Bencana

Definisi bencana dalam buku Disaster Management – A Disaster Manager’s

Handbook (Carter, 1991, dalam Kodoatie, Robert J. & Roestam Sjarief, 2010:53)

adalah suatu kejadian, alam atau buatan manusia, tiba-tiba atau progresive, yang

menimbulkan dampak yang dahsyat (hebat) sehingga komunitas (masyarakat)

yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-tindakan luar

biasa. Pengetian ini lebih diperjelas lagi dalam Undang-Undang No. 24 tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Page 14: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

14

maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2.2.2 Penyebab Bencana

Kodoatie, Robert J. & Roestam Sjarief (2010:68) membagi penyebab

bencana menjadi dua, yaitu alam dan manusia. Secara alami bencana akan selalu

terjadi di permukaan bumi, misalnya tsunami, gempa bumi, gunung meletus,

kekeringan, banjir, longsor dan lain sebagainya. Sedangkan bencana yang

diakibatkan oleh aktivitas manusia adalah segala aktifitas manusia yang merusak

atau menggangu keseimbangan alam sehingga alam mencari keseimbanganya

dangan wujud berupa perubahan yang sangat cepat atau kontras sehingga

menimbulkan ancaman kepada manusia.

Bencana dapat disebabkan menjadi tiga yaitu faktor alam, non alam dan

manusia sehingga diperlukan penanganan yang berbeda dari setiap bencana

tersebut. Penanganan bencana yang tepat dapat mengurangi kerugian atau korban

yang ditimbulkan, sehingga diperlukannya pendidikan kebencanaan diajarkan

sejak dini kepada siswa dengan tujuan suatu saat jika terjadi bencana masyarakat

dapat memberi respon yang cepat dan tepat.

Di Indonesia, banyak daerah yang rentan atau memiliki ancaman bencana

yang cukup besar. Ancaman bencana merupakan kemungkinan suatu kejadian

dapat menimbulkan bencana. Ancaman bencana ini menimbulkan kerawanan di

daerah-daerah yang ancaman bencananya besar. Rawan bencana merupakan suatu

keadaan geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya,

politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu

Page 15: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

15

yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan

mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk dari bahaya tertentu

(UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana).

2.2.3 Bencana Banjir

Krishna S. Pribadi dalam Bashori, Imam (2013:15) mendefinisikan Banjir

adalah suatu kejadian saat air menggenangi daerah yang biasanya tidak digenangi

air dalam selang waktu tertentu. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air

melebihi volume air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, drainase

maupun saluran air lainnya pada selang waktu tertentu. Masyarakat yang tinggal

disekitar sungai atau daerah pantai yang landai merupakan masyarakat yang

paling berisiko terhadap ancaman banjir. Semakin dekat tempat tinggal kita

dengan sumber banjir, semakin besar risiko kita terkena banjir.

Banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum

Kodoatie, Robert J. & Sugiyanto (2002:78-79) membagi penyebab terjadinya

banjir dalam 2 kategori yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan

banjir yang disebabkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk sebab-sebab alami

diantaranya adalah:

1) Curah hujan

Indonesia mempunya iklim tropis sehingga sepanjang tahun mempunyai dua

musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada musim penghujan, curah

hujan yang tinggi akan mengakibatkan banjir di sungai dan bilama melebihi

tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan.

Page 16: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

16

2) Pengaruh fisiografis

Fisiografis atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan

daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai geometrik hidrolik (bentuk

penampang seperti lembah, kedalaman, potongan memanjang, material dasar

sungai), lokasi sungai dan lain-lain.

3) Erosi dan Sedimentasi

Erosi di DAS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas daya tampung

sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya

sedimentasi akan mempengaruhi kapasitas saluran sehingga timbul genangan

dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-

sungai besar di Indonesia.

4) Kapasitas sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh

pengendapan berasal dari erosi DAS dan erosi tebing sungai yang berlebihan

dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya

penggunaan lahan yang tidak tepat.

5) Kapasitas drainasi yang tidak memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi kawasan genangan

yang tidak memadai sehingga daerah kota-kota tersebut menjadi langganan

banjir di musim hujan.

Page 17: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

17

6) Pengaruh air pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir

bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir

menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

Sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah :

1) Pengaruh kondisi DAS

Perubahan DAS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang

tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lainnya dapat memperburuk

masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan

yang ada, perubahan tataguna lahan memberikan kontribusi yang besar

terhadap naikya kulitas dan kuantitas banjir.

2) Kawasan kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat disepanjang bantaran sungai, dapat

merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai

faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

3) Sampah

Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan

tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-

kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembungan sampah di alur sungai

dapat meningkatkan muka air banjir karena memperlambat aliran.

Page 18: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

18

4) Drainasi lahan

Drainasi perkotaan dan pengembangn pertanian pada daerah bantuan banjir

akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang

tinggi.

5) Bendung dan bangunan air

Bendung adan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan

elevasi muka air karena efek aliran balik (backwater)

6) Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengandali banjirsehingga

menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan

kuantitas air

7) Perencanaan sistem pengendali banjir tidak tepat

Beberapa sistem pengendali banjir memang dapat mengurangi kerusakan

akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan

selama banjir-banjir besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang

tinggi, lapisan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir

rencana dapat menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui

bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

2.2.4 Pengelolaan bencana dan mitigasi bencana

Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

menyatakan mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko

bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Page 19: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

19

Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tetang Penanggulangan Bencana

menyatakan bahwa peyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian

upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembanguan yang berisiko timbulanya

bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Pengelolaan bencana didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan

(aplikatif) yang mencari dengan observasi sistematis dan analisis bencana, untuk

meningkatkan tindakan-tindakan (measures) terkait dengan preventif

(pencegahan), mitigasi (pengurangan), persiapan, respon darurat dan pemulihan.

(Carter, 1991, dalam Kodoatie, Robert J. & Roestam Sjarief, 2010:61).

Tahap utama dan fungsi pengelolaan atau manajemen secara umum

termasuk dalam pengelolaan bencana, meliputi (Grigg, 1992, dalam Kodoatie,

Robert J. & Roestam Sjarief, 2010:61).

1) Perencanaan

Roses perencanaan umumnya meliputi langkah-langkah :

a) Identifikasi masalah bencana atau bisa juga identifikasi sasaran/tujuan

pengelolaan bencana yang ditargetkan. Hal ini terkait dengan visi misi

peneglolaan bencana baik nasional, provinsi, maupun kabupaten kota.

b) Pengumpulan data primer dan sekunder

c) Penentuan metode yang akan dipakai

d) Investigasi, analisis, dan kajian.

e) Penentuan solusi dengan berbagai alternatif.

Page 20: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

20

2) Pengorganisasian (organisasi)

Organisasi yang diperlukan dalam pengelolaan bencana karena beberapa

faktor penting (Carter, 1992, dalam Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief,

2010:61).

a) Berbeda dengan organisasi lainnya, organisasi yang harus dapat secara

dinamis bertindak dalam semua situasi dan kondisi. Saat jauh sebelum

bencana, organisasi ini harus mampu melakukan perencanaan.

Sedangkanaan saat pra bencana dapat menyiapkan tindakan-tindakan

preventif, mitigasi dan persiapan. Saat bencana sampai pasca bencana

mampu berinteraksi secara cepat dan efetif mengatsi dampak bencana,

melakukan respon dan pemulihan.

b) Ancaman bencana sebagai pertimbangan dasar menentukan bentuk

organisasi

c) Kebijakan, visi dan misi, kerangka kerja legislatif dan finansial yang

dikaitkan dengan ancaman serta risiko bencana merupakan dasar

pembentukan organisasi secara nasional (menyeluruh) sampai ketingkat

lokal.

d) Kebutuhan oprasional, misalnya untuk bencana longsor maka pemahaman

tentang alat-alat penggalian dan pengerukan bagi staf tertentu yang sudah

dilatih.

e) Kemampuan sumber yang cukup : fasilitas, peralatan, suplai dan personil.

f) Definisi dari tugas dan fungsi dari organisasi.

g) Kerjasama sinergi dengan istansi/dians dan stakeholders yang telah ada.

Page 21: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

21

h) Kebutuhan arah yang jelas target dan sasarannya, petunjuk dan sistem

pengelolaan yang bisa dipahami dalam persepsi yang sama oleh semua

pihak.

i) Komponen-komponen organisasi yang tersistem dan terstruktur.

j) Sifat kegiatan dan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan kompromi.

3) Kepemimpinan (directing)

Kepemimpinan khususnya dalam pengelolaan bencana mempunyai peran yang

vital karena akan mempengaruhi semua sapek dalam suatu tindakan. Faktor

lain yang membedakan dengan pengelolaan yang lain adalah bahwa

pengelolaan bencana sesuai dengan siklusnya mempunyai kondisi tahapan-

tahapan berbeda yaitu pada kondisi-kondisi normal menuju kondisi kritis dan

darurat. Penyesuaian karakter kepemimpinan yang cepat, efektif dan efisien

dan dianmis mutlak diperlukan menghadapi kondisi-kondisi yang berbeda

tersebut.

4) Pengkoordinasian (coordinating)

Situasi dan kondisi yang baik dan kondusif dapat menciptakan kerjasama yang

baik dan terpadu antar bagian. Namun, untuk menghadapi bencana, koordiansi

harus dapat terjaga terutama pada kondisi dan situasi kedaruratan saat dan

pasca bencana. Semua SDM perlu memahami dan mengerti tugas, pokok dan

fungsi dari keseluruhan dari siklus pengelolaan.

5) Pengendalian (controling)

Pengendalian ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengetahui bagaimana

kegiatan atau bagian dari kegiatan itu bekerja. Penyimpangan atau kesalahan

Page 22: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

22

dapat segera diketahui dan diperbaiki. Pengendalian ini juga berfungsi untuk

menekan kerugian sekecil mungkin dan juga harus menyesuaikan dengan

perubahan situasi dan kondisi normal ke kondisi kritis dan atau darurat.

Pengendalian harus dilakukan secara tepat artinya pengendalian terutama

dalam situasi darurat jangan sampai menjadi penghambat karena proses yang

berbelit-belit namun tidak pula menggampangkan atau terlalu

menyederhanakan (hampir) semua hal sehingga bisa mengakibatkan

timbulnya penyimpangan-penyimpang.

6) Pengawasan (supervising)

Pengawasan dilakukan untuk memastikan SDM bekerja dengan benar sesuai

dengan fungsi dan kewenangan. Pengawasan juga berfungsi untuk

memastikan suatu proses sudah berjalan dengan semestinya dan keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan tujuan, target dan sasaran. Di samping itu

pengawasan juga berfungsi untuk mengetahui suatu atau kegiatan sudah

dilakukan dengan benar.

7) Penganggaran (budgenting)

Dalam kegiatan pembangunan, penganggaran menjadi suatu bagian terpenting

untuk suksesnya maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut. Demikian halnya

dengan pengelolaan bencana, penganggaran juga menjadi salah satu faktor

utama suksesnya suatu proses pembanguan baik dalam situasi normal maupun

darurat mulai dari, studi, perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan

infrastruktur kebencanaan maupun peningkatan sistem infrastruktur yang ada.

Penentuan anggaran yang terencana dan tersistem sekaligus merupakan salah

Page 23: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

23

satu alat pengelolaan. Karena dalam penganggaran unsur biaya yang

dikeluarkan dan unsur pendapatan harus menjadi suatu kesatuan kajian yang

utuh sehingga perencanaan penganggaran sekaligus merupakan bagian yang

penting bahkan yang utama dalam pengelolaan.

8) Finansial

Awal dari proses finansial adalah proses penganggaran. Ketika tugas, pokok

dan fungsi dari tiap-tiap kegaiatan institusi sudah teridentifikasi, langkah-

langkah selanjudnya adalah perancanaan program kerja, pehitungan biaya dan

manfaat , analisis risiko dan kesuksesan program (Grigg, 1988, dalam

Kodoatie, Robert J. & Roestam Sjarief, 2010:65).

Menurut UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi;

prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana. Walaupun setiap bencana

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda namun pada hakikatnya pola

pengelolaan secara subtansi hampir sama oleh karena itu, dari konsep manajemen

bencana maka dapat dibuat suatu siklus pengelolaan bencana yang terpadu.

Siklus ini secara umum menggambarkan proses-proses pengelolaan bencana pada

intinya merupakan tindakan-tindakan nyata dari jauh sebelum bencana akan

terjadi, pra-bencana, saat menjelang bencana, saat bencana dan pasca bencana.

Adapun diagram siklus pengelolaan bencana adalah sebagai berikut:

Page 24: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

24

Gambar 1. Diagram siklus pengelolaan bencana

(Carter, 1991, dalam Kodoatie, Robert J. & Roestam Sjarief, 2010:68)

2.2.5 Prosedur dan Metode Mitigasi Bencana

Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum

banjir (prevention), penanganan saat banjir (response/intervention), dan pemulihan

setelah banjir (recovery). 3 Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan

penanggulangan banjir yang berkesinambungan,

Kegiatan penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang

dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan

(prevention) sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara

menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah

A. Jauh sebelum bencana

B. Pra bencana

C. Saat menjelang bencana

D. Saat bencana

E. pasca bencana

Persiapan& kesiagaan

Mitigasi (pengurangan)

Pencegahan (priventif)

Dampak bencana

Respon/tindakan darurat dan pertolongan

Pemulihan/recovery

Penelitian/studi

Perencanaan pengembangan Action plan

Page 25: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

25

sungai (in-stream) sampai wilayah dataran banjir (off-stream), dan kegiatan non-fisik

seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.

Tabel 2. Kegiatan dalam Siklus Penanggulangan Banjir

Siklus Kegiatan

Pencegahan

( Prevention) Upaya - upaya Struktural

- Upaya di dalam badan Sungai ( In-Stream)

- Upaya di luar badan Sungai ( Off- Stream)

Upaya - upaya Non-Struktural

- Upaya Pencegahan Banjir Jangka Panjang

- Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir

dalam

- Jangka Pendek

Penanganan

( Intervention/

Response)

Upaya Pengelolaan Keadaan Darurat Banjir dalam

Jangka Pendek

Reaksi Cepat dan Bantuan Penanganan Darurat

Banjir

Perlawanan terhadap Banjir

Pemulihan

( Recovery) Bantuan Segera Kebutuhan Hidup Sehari-hari

dan Perbaikan Sarana dan Prasarana

- Pembersihan dan Rekonstruksi Pasca Banjir

- Rehabilitasi dan Pemulihan Kondisi Fisik dan

Non-Fisik

Penilaian Kerusakan/Kerugian dan Asuransi

Bencana Banjir

Kajian Penyebab Terjadinya Bencana Banjir

Setelah pencegahan dilaksanakan, dirancang pula tindakan penanganan

(response/intervention) pada saat bencana banjir terjadi. Tindakan penanganan

bencana banjir, antara lain pemberitahuan dan penyebaran informasi tentang

Page 26: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

26

prakiraan banjir (flood forecasting information and dissemination), tanggap

darurat, bantuan peralatan perlengkapan logistik penanganan banjir (flood

emergency response and assistance), dan perlawanan terhadap banjir (flood

fighting).

Pemulihan setelah banjir dilakukan sesegera mungkin, untuk mempercepat

perbaikan agar kondisi umum berjalan normal. Tindakan pemulihan, dilaksanakan

mulai dari bantuan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, perbaikan sarana-

prasarana (aftermath assistance and relief), rehabilitasi dan adaptasi kondisi fisik

dan non-fisik (flood adaptation and rehabilitation), penilaian kerugian materi dan

non-materi, asuransi bencana banjir (flood damage assessment and insurance),

dan pengkajian cepat penyebab banjir untuk masukan dalam tindakan pencegahan

(flood quick reconnaissance study).

2.2.6 Pengertian pengetahuan

(Mohanty, et. al, 2006, dalam Pangesti, Asih Dwi Hayu, 2012 : 29)

mendefinisikan pengetahuan sebagai fakta atau kondisi dari mengetahui sesuatu

dengan derajat pemahaman tertentu melalui pengalaman, asosiasi, atau hubungan.

Pengetahuan terdiri dari tiga bentuk, yaitu explicit, tacit, dan implicit. Ketiga

bentuk pengetahuan tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Explicit adalah pengetahuan yang dinyatakan secara detail dalam bentuk kode

atau formal,

2) Tacit adalah pengetahuan yang dipahami, diterapkan, dan ada tanpa harus

dinyatakan secara formal. Pengetahuan ini ada dalam otak manusia, tetapi

tidak diungkapkan secara formal,

Page 27: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

27

3) Implicit adalah pengetahuan yang dinyatakan secara implisit, tetapi tidak

dinyatakan secara formal.

Pengetahuan pengelolaan risiko bencana banjir adalah suatu bentuk

pemahaman tindakan atau langkah-langkah yang diambil pada saat sebelum

terjadinya bencana banjir (pra-bencana), saat bencana banjir, dan setelah

terjadinya bencana Banjir (pasca-bencana), guna untuk menghilangi dan atau

meminimalisir kerugian harta benda maupun korban jiwa akibat dari bencana

banjir.

2.2.7 Pengetahuan masyarakat terhadap kerentanan bencana

Pengetahuan masyarakat terhadap kerentanan bencana adalah keadaan atau

sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan kemampuan atau

ketidak mampuan menghadapi bahaya atau ancaman. Kerentanan ini dapat

berupa:

1) Kerentanan Fisik

Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat berupa daya tahan

menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan bangunan rumah bagi

masyarakat yang berada di daerah rawan gempa, adanya tanggul pengaman

banjir bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.

2) Kerentanan Ekonomi

Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat sangat menentukan

tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Pada umumnya masyarakat atau

daerah yang miskin atau kurang mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena

Page 28: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

28

tidak mempunyai kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan

upaya pencegahan atau mitigasi bencana.

3) Kerentanan Sosial

Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap

ancaman bahaya. Dari segi pendidikan, kekurangan pengetahuan tentang

risiko bahaya dan bencana akan mempertinggi tingkat kerentanan, demikian

pula tingkat kesehatan masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan

menghadapi bahaya.

4) Kerentanan Lingkungan

Lingkungan hidup suatu masyarakat sangat mempengaruhi kerentanan.

Masyarakat yang tinggal di daerah yang kering dan sulit air akan selalu

terancam bahaya kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau

pegunungan rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penelitian pengetahuan mitigasi bencana banjir lauapan sungai

Tuweley/Ogomalane di Kelurahan Baru dan Kelurahan Tuweley, Kecamatan

Baolan, Kabupaten Tolitoli, diawali dengan observasi dan wawancara dengan

Lurah kelurahan Tuweley dan Lurah Kelurahan Baru, beberapa kepala dinas dan

kepala bagian, dan ketua taruna siaga bencana (TAGANA), serta ketua RT yang

ada di Kelurahan Baru dan Tuweley, sehingga penyusun menemukan masalah

mengenai kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir akibat dari

luapan sungai Tuweley/ogomalane. Oleh karena itu, dengan melihat permasalahan

yang ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan

Page 29: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

29

mitigasi bencana banjir luapan sungai Tuweley/ogomalane di Kelurahan Baru dan

Kelurahan Tuweley, Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli

Berdasarkan hasil observasi awal dengan mengumpulkan data-data tentang

penduduk dari lokasi dampak terbesar bencana banjir, dapat diketahui jumlah

populasi dan disusun daftar kerangka sampel penelitian (penentuan jumlah sampel

penelitian). Selanjutnya, mencari literatur di perpustakaan dan internet untuk

dijadikan sebagai landasan teori oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Kemudian menentukan metode penelitian meliputi: sumber data yang terdiri dari

dua yakni data primer dan data sekunder. Setelah itu, menyiapkan instrumen atau

alat untuk pengumpalan data. Setelah mendapatkan semua data yang diteliti

kemudian dilakukan pengolahan data yakni editing, coding,dan tabulating, setelah

pengolahan data kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif. Terakhir

membahas hasil analisis untuk memperoleh kesimpulan. Keseluruhan tahapan dan

proses penelitian sebagaimana secara skematik tercantum dalam bagan alir

penelitian.

Page 30: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

30

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian

KELURAHAN BARU

DAN KELURAHAN

TUWELEY

RUMUSAN MASALAH Mengukur kesiapan masyarakat dalam menghadapi

bencana banjir untuk meningkatkan keselamata,

mengurangi atau mencegah hilangnnya harta bendan dan

serta mengurangi kerusakan fisik akibat bencana banjir

OBSERVASI Sungai Ogomalane/Tuweley dan anak sungai Lembe

merupa sungai yang sering menyebabkan banjir di

Kelurahan Tuweley dan Kelurah Baru.

KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

Survei

SUMBER DATA

DATA SEKUNDER

Data Demografi

Data jumlah kejadian banjir

Peta tematik

DATA PRIMER

Survei sampel

INSTRUMEN PENELITIAN

Kuesioner

PENGUMPULAN DATA

Observasi

Wawancara

Kuesioner

Dokumentasi

PEMBAHASAN

PENGOLAHAN DATA

Pengeditan

Pemberian Kode

Tabulasi

Penganalisaan

ANALISIS DATA

Analisis Tabel Tunggal dan

Analisis Deskriptif,

PELAPORAN

Page 31: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Menurut Masyhuri &

Zainuddin, (2008) ; dalam Indah, Tira Nur (2012) menyatakan bahwa: “Metode

survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik

tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik, dari suatu kelompok atau suatu

daerah”. Sedangkan menurut Tika, Moh. Pabundu (2005: 6) menyatakan bahwa

penelitian “survei adalah suatu metode peneliltian yang bertujuan untuk

mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau undividu dalam

waktu yang bersamaan”.

Keuntungan penelitian survei adalah sebagai berikut :

1. Dilibatkan lebih banyak orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan

yang dapat dipertanggung jawabkan;

2. Dapat menggunakan berbagai teknik pengumpulan data;

3. Sering tampil masalah-masalah yang sebelumnya tidak diketahui;

4. Dapat dibenarkan atau diwakili teori tertentu;

5. Biaya lebih rendah karena waktu lebih singkat;

Sedangkan kelemahan penelitian survei adalah sebagai berikut :

1. Penelitian tidak mendalam;

2. Pendapat populasi yang disurvai antara lain dapat mengandung unsur-unsur

emosional dan politik;

Page 32: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

32

3. Tidak ada jaminan bahwa angket bisa dijawab responden yang dijadikan

sampel;

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah administrasi dua kelurahan yaitu Kelurahan

Baru dan Kelurahan Tuweley, Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli. Luas

wilayah Kelurahan Baru adalah 7 km2

(700 ha) sedangkan Kelurahan Tuweley

adalah 28 km2

(2.800 ha). Secara astronomis kelurahan Baru dan Kelurahan

Tuweley terletak pada :

Tabel 3. Letak astronomis lokasi penelitian

Letak Astronomis Kelurahan Baru Letak Astronomis Kelurahan

Tuweley

1o

02’ 44” – 1o

01’ 42” LU dan

120o 48’ 33” – 120

o 50’ 04”BT

1o

04’ 27” – 1o

01’ 30” LU dan

120o 49’ 26” – 121

o 03’ 14”BT

Secara administratif kelurahan Baru dan Kelurahan Tuweley terletak pada :

Tabel 4. Letak administratis lokasi penelitian

Arah Kelurahan Baru Kelurahan Tuweley

Utara

Timur

Selatan

Barat

Kelurahan Panasakan

Kelurahan Tuweley

Kelurahan Nalu dan Desa

Dadakitan

Laut Sulawesi

Kelurahan Panasakan Dan

Kecamatan Galang

Kabupaten Buol

Kelurahan Baru Dan Desa

Dadakitan

Kelurahan Baru

Page 33: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

33

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Page 34: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

34

3.2.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian direncanakan berlangsung dari bulan Agustus 2013 sampai

dengan Desember 2013 (bersesuaian dengan Semester Ganjil Tahun Akademik

2013/2014). Penelitian yang dilakukan terdiri dari 10 tahapan berdasarkan jenis

aktivitasnya. Adapun tahapan penelitian sebagai berikut:

1) Pengumpulan bahan, observasi, dan penyusunan proposal;

2) Konsultasi dan perbaikan proposal;

3) Ujian proposal;

4) Perbaikan proposal;

5) Pengurusan surat izin penelitian dan SK pembimbing;

6) Penelitian lapangan (pengumpulan data primer dan sekunder);

7) Pengolahan data;

8) Analisis data;

9) Seminar hasil;

10) Penyusunan Laporan (skripsi);

11) Ujian skripsi;

12) Perbaikan skripsi;

Alokasi waktu berdasarkan jenis aktivitas penelitian sebagaimana tersebut

dalam jadwal rencana penelitian (Lampiran 3).

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diambil dari sumber pertama (responden).

Page 35: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

35

Data primer berupa hasil pengisian kuesioner. Data sekunder adalah data yang

dikumpulkan dari instansi yang terkait. Data sekunder dalam penelitian ini berupa

dokumentasi data penduduk 2012 dan dokumentasi data kejadian bencana banjir

dari tahun 2010-2012. Adapun jenis data yang dimaksud seperti data jumlah

penduduk dirinci per RT yang akan diteliti, data curah hujan Kabupaten Tolitoli

tahun 2008-2012, peta risiko bencana banjir Kabupaten Tolitoli, Kecamatan

Baolan dalam angka 2012 dan data Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Tolitoli tahun 2012-2032.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah penduduk (responden) Kelurahan

Baru dan Kelurahan Tuweley, Kantor Kelurahan, Kantor Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Tolitoli, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Sulawesi Tengah, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Kabupaten Tolitoli, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kabupaten Tolitoli. Jenis dan sumber data dalam penelitian sebagaimana

tercantum dalam tabel.

Tabel 5. Jabaran Variabel, Jenis dan Sumber Data Penelitian

No Variabel Instrumen Jenis Data Sumber Data

1 Pengetahuan mitigasi

bencana banjir luapan

sungai

tuweley/ogomalane

Kuesioner Data Primer Penduduk

(Responden)

2 Data demografi

Data kejadian banjir

Data curah hujan

Peta risiko bencana

banjir

RTRW kabupaten

Dokumentasi Data

Sekunder

Kantor kelurahan,

BPBD, BPS,

BMKG, dan

BAPPEDA

Page 36: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

36

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Moh. Pabundu Tika (2005:24) menyatakan bahwa “Populasi adalah

himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tudak terbatas”.

Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) yang

bertempat tinggal (berdomisili) di RT I RW II dan RT II RW II lingkungan 1

pada kelurahan baru, serta RT II RW I lingkungan 1, RT I RW II Lingkungan 2,

RT III RW II Lingkungan 3, dan RT I RW I lingkungan 4 pada kelurahan

Tuweley yang berjumlah 566 KK sebagaimana tersebut dalam Tabel

Tabel 6. Jumlah Populasi yang Akan Diteliti

No Nama RT Jumlah

Kepala Keluarga

1 RT I RW II Ling. 1 Kel. Baru 36

2 RT II RW II Ling. 1 Kel. Baru 92

3 RT II RW I Ling. 1 Kel. Tuweley 81

4 RT I RW II Ling. 2 Kel. Tuweley 200

5 RT III RW II Ling. 3 Kel. Tuweley 68

6 RT I RW I Ling. 4 Kel. Tuweley 89

Jumlah 566 KK

Sumber data : observasi lapangan (2013).

3.4.2 Sampel

Moh. Pabundu Tika (2005:24) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian

dari objek atau invidu-individu yang mewakili dari suatu populasi”. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sampel purposif

(judgement sampling), dan yang menjadi sampel dalam penelitian adalah Kepala

Keluarga (KK) yang keseluruhan berjumlah 171 KK atau 30,21% dari 566 KK.

Penarikan sampel secara judgement sampling yaitu sampel yang dipilih secara

Page 37: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

37

cermat dengan mengambil orang atau objek penelitian yang selektif dan

mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Sampel yang diambil mempunyai ciri yang

khusus dari populasi sehingga dapat dianggap cukup representatif. Dalam

penelitian ini, peneliti mengambil sampel yaitu kepala rumah tangga yang pada

saat terjadi bencana banjir rumah yang mereka tempati terendam oleh banjir.

3.5 Teknik Pengambilan Sampel

Jumlah sampel penelitian ditentukan dengan Dixon dan B. Leach (Moh.

Pabundu tika 2005:24)

(

)

di mana:

n = Jumlah sampel

Z = Tingakat kepercayaan (confidence level) dinyatakan dalam persen

V = Variabilitas (dalam persen) dihitung dengan rumus :

√ ( )

p = persentase karakteristik sampel yang dianggap benar.

C = Batas kepercayaan (confidence limit) dalam persen

Untuk menghitung jumlah sampel yang sebenarnya, langkah berikut adalah

membuat koreksi dengan rumus

di mana:

n’ = Jumlah sampel yang telah dikoreksi (dibetulkan)

Page 38: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

38

n = jumlah sampel yang dihitung berdasarkan rumus (1)

V = Jumlah Populasi

Berdasarkan pendapat di atas, maka jumlah sampel yang diambil yaitu :

√ ( )

√ ( )

√ ( )

(

)

(

)

(

)

( )

Page 39: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

39

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah Kepala Keluarga (KK)

yang ada di pada RT I RW II dan RT II RW II lingkungan 1 pada kelurahan baru,

serta RT II RW I lingkungan 1, RT I RW II Lingkungan 2, RT III RW II

Lingkungan 3, dan RT I RW I lingkungan 4 pada kelurahan tuweley. Untuk

mempermudah dalam pengambilan sampel maka dihitung dari dari jumlah KK

(populasi) penduduk sebanyak 566 KK. Sehingga dari hasil perhitungan dengan

menggunakan formulasi di atas diperoleh sampel sebanyak 171 KK atau 30,21%.

Untuk lebih jelasnya, jumlah responden yang ditetapkan dalam penelitian dapat

dilihat pada Tabel

Tabel 7. Jumlah Populasi dan Sampel

No Nama RT Populasi Sampel

1 RT I RW II Ling. 1 Kel. Baru 36 11

2 RT II RW II Ling. 1 Kel. Baru 92 28

3 RT II RW I Ling. 1 Kel. Tuweley 81 24

4 RT I RW II Ling. 2 Kel. Tuweley 200 60

5 RT III RW II Ling. 3 Kel. Tuweley 68 21

6 RT I RW I Ling. 4 Kel. Tuweley 89 27

Jumlah 566 KK 171 KK

Sumber data : observasi lapangan (2013)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.6.1 Obervasi

Menurut Moh. Pabundu tika (2005:45) Observasi adalah cara dan teknik

pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara

Page 40: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

40

sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.

Observasi dapat dibagi dua, yaitu observasi langsung dan observasi tidak

langsung.

Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan terhadap objek di

tempat kejadian atau tempat langsungnya peristiwa sehingga observer berada

bersama objek yang diteliti. Artinya, dalam observasi langsung, peneliti

mengadakan observasi turut ambil bagian bersama objek yang di observasi.

Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki atau objek yang diteliti.

Pengamatan seperti ini dapat dilakukan melalui film, slide, foto, pencatatan suatu

alat perekam atau recorder.

Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk mengamati

perilaku penduduk seperti misalnya: perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu

dan keadaan tertentu. Namun demikian metode ini ada pula kelemahannya yaitu

tidak dapat mengungkapkan hal-hal yang sangat pribadi, dan juga perbuata-

perbuatan di masa lampau.

3.6.2 Wawancara

Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M.A. dalam Moh. Pabundu Tika (2005:45)

Wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal. Jadi, semacam

percakapan yang bertujuan mencari informasi. Wawancara merupakan metode

pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis

dan berdasarkan pada tuajuan penelitian.

Page 41: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

41

3.6.3 Kuesioner

Menurut Dr. Hadari Nawawi dalam Moh. Pabundu Tika (2005:54).

Kuesioner adalah suatu usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan

sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.

Pengisian angket atau kuesioner dapat menyangkut diri responden sendiri, orang

lain, atau objek lain yang dialaminya.

3.6.4 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pencatatan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan aspek penelitian.

Maksud dari dokumentasi ini adalah memberikan penguatan pada data primer

sehingga data yang ada benar-benar akurat

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat pengumpulan data atau

informasi, tujuan dari adanya intsrumen ini yaitu untuk memberi kemudahan

kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah daftar pertanyaan atau kuesioner.

3.8 Analisis Data

Teknik analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang

pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Baru

dan Kelurahan Tuweley akibat luapan sungai Tuweley/Ogomalane di Kecamatan

Baolan, Kabupaten Tolitoli.

Page 42: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

42

Adapun tahapan pengolahan data yang dilakukan pada analisis deskriptif ini

sebagai berikut:

a) Pengeditan (Editing) adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan

dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik

atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut;

b) Pemberian Kode (Coding) adalah usaha pengklasifikasin jawaban dari para

responden menurut macamnya;

c) Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel.

Dengan memasukkan data dalam tabel, akan memudahkan kita untuk

melakukan analisis;

d) Penganalisaan (Analyzing) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

untuk mengetahui peristiwa yang sebenarnya.

Page 43: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

43

DAFTAR PUSTAKA

AL Qur’an dan Terjemahannya, 1990. Departemen Agama Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonimus, 1993. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 63/Prt/1993

Tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah

Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

_______, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

, 2003. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131 Tahun 2003

Tentang Pedoman Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi di

Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

, 2007. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

, 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Penanggulangan Bencana. Jakarta: Sekretariat Negara RI.

Arifin, Yayu Indriati dan Muh. Kasim. 2012. Pemetaan Zonasi Banjir Kota

Gorontalo untuk Mitigasi Bencana. Laporan penelitian pengembangan

program studi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan IPA Universitas

Negeri Gorontalo.

Bashori Imam. 2013. Peran Guru Terhadap Kesiapsiagaan Sekolah dalam

Menghadapi Bencana Banjir di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota

Surakarta. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. Diakses 19

september 2013 pukul 07.00 WITA.

https://www.google.com/search?q=PP+tentang+penanggulangan+bencana+banjir

&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a.

Diakses 10 Oktober 2013 pukul 08.00 WITA.

Indah, Tira Nur 2012. Makalah Metode Penelitian Survai.

http://tiranurindah.blogspot.com/2012/03/makalah-metode-penelitian-

survai.html. (17 september 2013). Pukul 23.00 WITA.

Page 44: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

44

Jurenzy, Theresa. 2011. Karakteristik Sosial Budaya Masyarakat dalam

Kaitannya Dengan Kesiapsiagaan dan Mitigasi bencan Di Daerah Rawan

Bencana. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Kodoatie, Robert J. dan Roestam Sjarief, 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta : C.V

Andi Offset (penerbit ANDI).

Kodoatie, Robert J. dan Sugiyanto, 2002. Banjir Beberapa penyebab dan Metode

Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Pangesti, Asih Dwi Hayu. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi

Kesiapan Bencana Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia Tahun 2012. Skripsi, Fakultas ilmu keperawatan

program studi sarjana Universitas Indonesia.

Prastowo Andi, 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Yogjakarta : Ar – Ruzz Media.

Ramadhan, Achmad, et. al, 2013. Panduan Tugas Akhir (skripsi) & Artikel

Penelitian. Palu.

Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Wardiatmoko, K. 2006. Geografi Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Page 45: Proposal Skripsi Mitigasi Bencana

45