proposal skripsi untuk midtem tentang studi tokoh
DESCRIPTION
ini adalah sebuah contoh proposal skripsi dengan pendekatan studi tokoh. dengan judul konsep pendidikan islam menurut syeikh az zarnuji dalam kitab ta;lim mutaallimTRANSCRIPT
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhuk Tuhan yang memiliki akal, pikiran, memiliki
tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi ini. Tanggung jawab tersebut
meliputi perihal kemampuan manusia untuk mengatur dan memelihara dengan
baik kelestarian alam beserta isinya, termasuk di dalamnya tanggung jawab untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam rangka penciptaan atau pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas, peran seorang pendidik sangat diperlukan, karena dari jasa seorang
pendidiklah terbentuk para generasi terdidik yang mampu melaksanakan tugasnya
sebagai khalifah di muka Bumi ini.
Ta’lim al-Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji adalam sebuah kitab yang
membahas tentang konsep-konsep belajar-mengajar. Kitab ini benar-benar telah
populer di kalangan masyarakat pesantren terutama pesantren tradisional, sebab
kitab ini berisikan tentang petunjuk bagi para penuntut ilmu, sejak lahirnya
sampai dalam masa belajar berlangsung, seperti sebagaimana ia bersikap terhadap
ilmu, harus bersikap dengan guru, dan cara menggunakan ilmu.1
Dikemukakan dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim, latar belakang Az-
Zarnuji menyusun kitab tersebut, yaitu pada masa itu banyak sekali penuntut ilmu
yang tekun, tetapi tidak dapat memetik manfaat dan buah ilmu, yaitu
mengamalkan dan menyiarkannya, sebab mereka salah jalan dan meninggalkan
persyaratan- persyaratannya, padahal setiap yang salah jalan itu akan tersesat dan
gagal tujuannya baik besar maupun kecil.
1 M Samsul Hadi, Mengamalkan Ta’lim Muta’allim Untuk Kemajuan Pendidikan, dalam http :// retakankata . com . Diakses pada tanggal 07 Mei 2015.
1
Konsep pendidikan Az-Zarnuji dalam karya monumentalnya kitab Ta’lim
Muta’allim banyak dikaji dan dijadikan tuntunan dan panduan belajar bagi peserta
didik sekaligus panduan bagi pendidik yang sangat populer di hampir seluruh
pesantren yang ada di Indonesia. Begitu populernya hingga kitab Ta’lim al-
Muta’allim telah dicetak di berbagai negara baik di Barat maupun di Timur,
misalnya di Jerman, Libzig, Tunisia, Mesir dan lainnya.2
Kitab tersebut oleh kebanyakan ahli dinilai sebagai kitab yang cukup
memadai untuk dijadikan tuntunan peserta didik agar dapat mencapai sukses
dalam belajar serta menjadi insan yang utuh dan berkepribadian. Menyadari akan
pentingnya makna pendidikan bagi terbentuknya generasi yang memilliki
kepribadian, di tengah hiruk pikuk kehidupan yang serba materialistik dan
rasionalistik, maka konsep pendidikan yang dituangkan Az- Zarnuji dalam kitab
Ta’lim al-Muta’allim yang diasumsikan sebagai karya kependidikan klasik yang
didasarkan pada nilai-nilai islami sangat sesuai untuk diterapkan pada peserta
didik dan masyarakat dalam rangka memperoleh wawasan kependidikan yang
utuh dan menyelaraskan pengembangan potensi akal, etik, zikir, dan pikir.
Akan tetapi, fenomena yang terjadi saat ini sangat bertolak belakang
dengan konsep yang terkandung dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim itu sendiri. Di
antaranya mereka tidak mempunyai kitab Ta’lim al-Muta’allim untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pendidikan.
Selain itu banyak di kalangan peserta didik tidak mengenal siapa yang
merumuskan salah satu konsep pendidikan Islam yaitu Syeikh Az- Zarnuji itu
2 Jhoni Samual, Konsep Pendidikan Islam Menurut Az Zarnuji, dalam http//jhonisamual.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 April 2015.
2
sendiri. Kemudian dengan berbagai masalah di atas, yang sangat disayangkan
sekali mereka tidak memahami isi kandungan yang terdapat dalam kitab karangan
Syeikh Az-Zarnuji yaitu kitab Ta’lim al- Muta’allim.
Melihat berbagai masalah yang sedemikian rupa, penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian dengan judul “ Konsep Pendidikan Islam Menurut
Syeikh Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim”
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, adapun yang menjadi pertanyaan
penelitan adalah:
Bagaimanakah konsep pendidikan Islam menurut Syeikh Az-Zarnuji
dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim ?
C. Tujuan Penelitian
Merelevansikan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah untuk menjelaskan Konsep Pendidikan Islam menurut
Syeikh Az- Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi
2, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Adapun yang menjadi manfaat teoritis adalah :
3
a. Untuk menambah pengetahuan tentang Konsep Pendidikan Islam
menurut Syeikh Az- Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim.
b. Untuk menjadikan Konsep Pendidikan Islam menurut Syeikh Az-
Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim sebagai pedoman dalam
proses pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Adapun yang menjadi manfaat praktis setelah melakukan penelitian
manfaatnya adalah :
a. Sebagai syarat untuk menyelesaikan strata 1 di STAIN
Malikussaleh Lhokseumawe.
b. Dapat menerapkan isi kandungan kitab Ta’lim al-Muta’allim dalam
proses pendidikan.
c. Dapat diterapkan oleh peserta didik dalam pelaksanaan proses
pendidikan mengenai isi kandugan kitab Ta’lim Muta’allim.
E. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kebingungan dalam memahami judul penelitian ini,
berikut peneliti menjelaskan definisi opersional sesuai dengan variabel penelitian.
Pendidikan Islam adalah upaya yang dilakukan untuk membentuk
individu yang mempunyai akhlak mulia. Adapun yang dimaksud dengan
pengertian pendidikan Islam dalam penelitian ini adalah pendidikan yang
diutarakan oleh Syeikh Az- Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim.
4
F. Kajian Terdahulu
Setelah dilakukan pencarian di beberapa perpustakaan baik manual
maupun digital berikut beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya.
1. Nama : Hambali
Judul : Konsep - Konsep Pendidikan Akhlak dalam
Meningkatkan Kecerdasan Spritual Menurut
Kajian Kitab Taisir Al- Khallaq.
Hasilnya :
Skripsi ini berjudul, “Konsep - Konsep Pendidikan Akhlak
dalam Meningkatkan Kecerdasan Spritual Menurut Kajian Kitab
Taisir Al-Khallaq.” Adapun yang menjadi latar belakang masalah
dalam penelitian ini adalah banyak konsep - konsep pendidikan
akhlak dapat meningkatkan kecerdasan spritual yang telah
ditawarkan oleh ulama- ulama terdahulu dalam kajian klasiknya, di
antaranya yang terdapat dalam kitab Taisir Al - Khallaq yang
dikarang oleh Syekh Hafidz Hasan Mas’ud. Namun hal ini telah
luput dari perhatian semua orang khususnya para muda-mudi Islam
sekarang. Maka, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini
adalah. “Apa saja konsep - konsep pendidikan akhlak yang dapat
meningkatkan kecerdasan spritual menurut kajian kitab Taisir Al-
Khallaq?”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apa saja konsep - konsep pendidikan akhlak yang dapat
5
meningkatkan kecerdasan spiritual serta sejauh mana penting
mempelajari konsep - konsep menurut kajian kitab Taisir Al-
Khallaq.
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian yang merupakan
sebuah penelitian pendidikan dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan teknik Library Research yaitu dengan
melakukan studi kajian kepustakaan dan mengikuti langkah -
langkah prosedur penelitan sebagai berikut:
a. Melakukan metode penggumpulan data
b. Melakukan subjek penelitian
c. Melaksanakan teknik pengolahan dan analisis data.
Sehingga akhir penelitan ini dapat diketahui kesimpulannya
bahwa, konsep-konsep pendidikan akhlak yang dapat meningkatkan
kecerdasan. spritual menurut kajian Kitab Taisir Al-Khallaq di
antaranya adalah siddiq, amanah, iffah, muruuah, hilmun, sakha’ ,
tawadhu’, dan an - nafsu.3
2. Nama : Mahfuddah
Judul : Konsep Pendidikan Islam Terhadap Pendidikan
Wanita Menurut Muhammad ‘Athiyah Al-
Abrasyi
3 Hambali, “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual Dalam Kajian Kitab Taisir Al Khallaq” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe, 2010, H. Iv
6
Hasilnya :
Pemikiran Muhammad ‘Athiyah Al- Abrasyi yang
menyeluruh akan tetapi masih kurang populer di kalangan pelajar
dan masyarakat,Muhammad ‘Athiyah Al - Abrasyi mengenai
pendidikan Islam, yang diharapkan juga berguna bagi perkembangan
dunia pendidikan Islam di Indonesia umumnya, dan Aceh
khususnya. Pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana karakteristik
pemikiran Muhammad ‘Athiyah Al - Abrasyi tentang konsep
pendidikan Islam terhadap wanita dan apa saja yang
melatarbelakangi pemikiran Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi
tentang konsep pendidikan Islam terhadap pendidikan wanita.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode kepustakaan, yaitu mengkaji buku-buku dan
bahan-bahan tentang Muhammad ‘Athiyah Al- Abrasyi dan yang
berhubungan dengan penelitian ini. Dari hasil penelitian bahwa
Muhammad ‘Athiyah Al - Abrasyi dengan tegas berpendapat bahwa
kecerdasan bukan monopoli pria atau khusus bagi wanita, melainkan
merupakan milik bersama. Karenanya, perilaku pendidikan yang
bijaksana adalah memanfaatkan potensinya di bidang tertentu pula.
Perbedaan yang berkaitan dengan jenis kelamin tampaknya terletak
pada tiga bidang yaitu fisik, emosi dan kemampuan pikiran.
Berkaitan dengan pikiran, tidak seorang pun yang mengatakan
bahwa pria lebih cerdas dari pada wanita. Sudah terbukti bahwa pria
7
dan wanita masing- masing mempunyai bakat- bakat khusus yang
dimiliki jenis kelamin itu saja.
Bahkan terkadang ada wanita yang otaknya lebih besar
dari pada pria. Walaupun kelebihan itu tidak otomatis menunjukkan
ketelitian pemahaman dan kecerdasan, ’Athiyah dengan tegas
berpendapat bahwa kecerdasan bukan monopoli pria atau khusus
bagi wanita, melainkan milik bersama. Karena perilaku pendidikan
yang bijaksana adalah memanfaatkan potensinya di bidang tertentu
pula. ‘Athiyah juga menambahkan sebuah contoh ada seorang budak
yang belajar pada tuanya tentang kesenian. 4
3. Nama : Juliana Yusuf
Judul : Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Qayyim Al-
Jarziyah serta Merelevansikannya dengan
Pendidikan Modern
Hasilnya :
Pendidikan Islam merupakan usaha dan asuhan terhadap
anak didik agar kelak esok pribadinya bisa ditekankan pada peserta
didik yang berlaku tidak etis dan mengabaikan etika moral yang
selama ini kita hargai dan junjung tinggi. Yang menjadi
permasalahannya adalah bagaimana pendidikan Islam merespon dan
menyikapi hal seperti ini. Dalam penelitian ini, konsep pendidikan
4 Mahfuddah, “Konsep Pendidikan Islam Terhadap Pendidikan Wanita Menurut ‘Athiah Al Abrasyi.” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe 2009, h. vii
8
Islam menurut Ibnu Qayyim adalah mencakup tarbiyah badan secara
sekaligus. Jadi, bagaimanakah konsep pendidikan Islam menurut
Ibnu Qayyim Al-Jauziah serta merelevansikanya dengan pendidikan
modern. Tujuan penulisan penelitian ini untuk mengetahui konsep
pendidikan Islam menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah serta
merelevansikan pendidikan modern. Jenis penelitian yang penulis
gunakan adalah penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Kemudian data-data yang dikumpulkan
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode dokumenter,
dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
catatan agenda, dan sebagainya. Adapun konsep pendidikan Islam
menurut Ibnu Qayyim Al- Jauziah adalah tujuan pendidikan yang
diarahkan pada empat aspek tujuan, yaitu tujuan fisik, akal, akhlak
dan skill. Selain itu Ibnu Qayyim menawarkan lembaga pendidikan
yang dilakukan di rumah, keluarga, masjid, majelis, dan madrasah
sebagai tempat yang kondusif (cocok) untuk amalan tarbiyah.
Konsep pendidikan Islam menurut Ibnu Qayyim sangat
relevan sekali diaplikasikan dalam pendidikan Islam yang ada di
Indonesia ini, masih sesuai dengan tuntunan zaman saat ini. Hal ini
sebagaimana upaya untuk meningkatkan pendidikan Islam yang saat
ini mengalami penurunan. Adapun yang membedakan penelitian
sebelumnya dengan penelitian ini adalah:
9
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hambali dengan
judul “Konsep Pendidikan Akhlak dalam Meningkatkan Kecerdasan
Spritual Menurut Kajian Kitab Taisir Al-Khallaq” dengan penelitian
yang dilakukan oleh Juliana Yusuf dengan judul “Konsep
Pendidikan Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzuri serta
Merelevansikannya dengan Pendidikan Modern”. Terletak
perbedaan pada metode pembelajaran yaitu Metode Library
Research dan metode pembelajaran deskriptif.5
G. Landasan Teori
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni
kepribadian muslim. Kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam
memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi
makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah SWT.
Adapun pengertian lain dari pendidikan Islam adalah upaya untuk
mengaktualkan sifat - sifat kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh
Allah SWT kepada manusia, upaya tersebut tanpa pamrih kecuali
semata karena Allah. Para ahli juga menyebutkan bahwa pendidikan Islam
adalah sebagai proses penyampaian informasi dalam rangka memperbaiki
5 Juliana Yusuf, “Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Qayyim Al Jarziyah Dan Merelevansikannya Dengan Pendidikan Modern”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Malikussaleh Lhokseumawe 2011, h. vi
10
insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukannya,
tugas dengan Allah, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar, serta
tanggung jawab kepada Allah Yang Maha Esa termasuk dirinya sendiri dan
lingkungan hidupnya.6
Al - Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
proses mengubah tingkah laku peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas dan profesi di antara
sekian yang ada di dalam masyarakat. 7
Pendidikan Islam secara alamiah adalah manusia yang tumbuh dan
berkembang semenjak dalam kandungan sampai meninggal,mengalami
proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini
diciptakan Allah melalui setingkat demi setingkat, pola perkembangan
manusia dan kejadian alam yang berproses demikian adalah berlangsung di
atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah SWT “Sunnatullah”.
2. Dasar Pendidikan Islam
Setiap usaha, kegiatan, dan tindakan yang disengaja untuk mencapai
tujuan haruslah mempunyai dasar atau landasan sebagai tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu
usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan bagi semua kegiatan
6 Fitriana Hadi, Pendidikan Jasmani Dan Rohani Sebagai Tujuan Pendidikan Islam, dalam http://fitrianahadi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 07 Mei 2015.
7 Sanjaya Yasin, Pendidikan Agama Islam : Pengertian, Tujuan, Dan Ruang Lingkup,
dalam http://www.sarjanaku.com. Diakses pada tanggal 07 Mei 2015
11
di dalamya. Dasar Pendidikan Agama Islam secara umum ada tiga yaitu Al-
Qur’an, As-Sunnah, dan Ijtihad.
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang terang dan jelas guna
menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia
dan akhirat. Dalam Al Quran terdapat banyak ayat yang berkenaan
dengan pendidikan. Sebagai contoh dalam Surat Luqman ayat 12-15
tentang kisah Luqman ketika mendidik anak-anaknya untuk tidak
menyekutukan Allah. Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar
materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial,
dan ilmu pengetahuan.
Dalam kaitan Al-Qur’an sebagai salah satu landasan pendidikan
Islam, Ahmad Ibrahim Muhanna sebagaimana dikutip oleh Hery Noer
Aly dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam mengatakan sebagai
berikut.:
Al-Qur’an membahas berbagai berbagai aspek kehidupan manusia, dan pendidikan merupakan tema terpenting yang dibahasnya. Setiap ayatnya merupakan bahan baku bangunan pendidikan yang dibutuhkan semua manusia. Hal itu tidak aneh mengingat Al-Qur’an merupakan kitab hidayah, dan seseorang memperoleh hidayah tidak lain karena pendidikan yang benar serta ketaatannya. 8
Dengan demikian, Al Quran merupakan sumber pendidikan
yang utama, yang eksistensinya tidak mengalami perubahan walaupun
8 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,), H. 38.
12
mengalami perubahan zaman, keadaan, dan tempat. Al Quran dapat
menjadi sumber pendidikan Islam karena di dalamnya dimuat berbagai
pedoman normatif dan teoritis dalam pelaksanaan pendidikan Islam.
b. As-Sunnah
As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan
Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah
kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui oleh Rasulullah SAW
dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan.
Dalam ruang lingkup pendidikan, sebagaimana dikemukakan
oleh Abdurrahman An-Nahlawi dalam bukunya “Prinsip-Prinsip dan
Metode Pendidikan Islam”, Sunnah mempunyai dua faedah, yaitu:
1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di
dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal yang rinci yang tidak
terdapat di dalamnya.
2) Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat
dipraktikkan.9
Adapun alasan Sunnah dapat dijadikan landasan dasar dalam
pendidikan Islam adalah Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar
mentaati kepada Rasulullah dan wajib berpegang teguh atau menerima
segala yang datang dari rasul Allah. Kemudian pribadi Rasulullah
adalah teladan bagi umat Islam. Oleh karena itu, banyak tindakan
9 Zakiah Daradjat, M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 19.
13
mendidik yang telah dicontohkan Rasulullah dalam pergaulan bersama
para sahabatnya. Pribadi Rasulullah SAW sendiri merupakan contoh
hidup serta bukti kongkrit sistem dan hasil pendidikan Islam.
c. Ijtihad
Di samping kedua landasan di atas tersebut, ijtihad (ra’yu) juga
dijadikan landasan dalam pendidikan Islam. Soerjono Soekanto
menegaskan bahwa masyarakat selalu mengalami perubahan, baik
mengenai nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola tingkah
laku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, kekuasaan
dan wewenang, maupun interaksi sosial dan lain sebagainya.10
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Islam
untuk menetapkan / menentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan
Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
kehidupan, termasuk pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-
Qur’an dan Sunnah.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an
dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan
Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan
10 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 1988), h. 87
14
situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru dari hasil ijtihad harus
dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.11
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan agama Islam, karena
tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat
dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola
kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan.
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah suatu harapan yang
diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri.
Zakiah Daradjad dalam bukunya “Metodik Khusus Pengajaran
Agama Islam” mendefinisikan tujuan pendidikan Islam sebagai berikut :
Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif.12
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing manusia.
Dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia atau
mengembalikan manusia kepada fitrahnya.
11 Doni Asykna, Ijtihad Sebagai Sumber Dan Metode Study Islam,. dalam http://al-jadiyd.blogspot.com Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.
12 Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 172
15
Selain itu penulis juga mendapatkan di sebuah situs internet, bahwa
ada beberapa hal yang menjadi tujuan pendidikan Islam, yaitu mencetak
peserta didik yang :
a. Berjiwa Tauhid
Tujuan pendidikan Islam yang pertama ini harus ditanamkan
pada peserta didik,sesuai dengan firman Allah:
"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberikan pelajaran kepadanya,Hai Anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kezhaliman yang besar. (QS.Luqman :13)
Manusia yang mengenyam pendidikan seperti ini sangat yakin
bahwa ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah, dengan
demikian ia tetap rendah hati dan semakin yakin akan bebesaran Allah.
b. Taqwa kepada Allah SWT
Mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah merupakan
tujuan pendidikan Islam, sebab walaupun ia genius dan gelar
akademiknya sangat banyak, tapi kalau tidak bertaqwa kepada Allah
maka ia dianggap belum atau tidak berhasil. Hanya dengan ketaqwaan
kepada Allah saja akan terpenuhi keseimbangan dan kesempurnaan
dalam hidup ini. Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang paling Taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS.Al-Hujurat : 13)
16
c. Rajin Beribadah dan Beramal Saleh
Tujuan pendidikan Islam lainnya adalah agar peserta didik lebih
rajin dalam beribadah dan beramal saleh, apapun aktivitas dalam hidup
ini haruslah didasarkan untuk beribadah kepada Allah, karena itulah
tujuan Allah menciptakan manusia di muka bumi ini. Firman Allah :
"Dan aku tidak menciptakan Jin dan manusia melainkan supaya
beribadah kepada-Ku” (QS.Adz-Dzariyaat : 56)
Termasuk dalam pengertian beribadah tersebut adalah beramal
shalih (berbuat baik) kepada sesama manusia dan semua mahkluk yang
ada di alam ini, karena dengan demikian akan terwujud keharmonisan
dan kesempurnaan hidup.
d. Ulil Albab
Tujuan pendidikan Islam berikutnya adalah mewujudkan Ulil
Albab yaitu orang-orang yang dapat memikirkan dan meneliti
keagungan Allah melalui ayat-ayat qauliyah yang terdapat di dalam
kitab suci Al-Qur'an dan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan
Allah) yang terdapat di alam semesta, mereka ilmuan dan intelektual,
tetapi mereka juga rajin berzikir dan beribadah kepada Allah SWT.
Firman Allah:
17
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS.Ali Imran :190-191)
e. Berakhlakul Karimah
Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk mencetak
manusia yang memiliki kecerdasan saja, tapi juga berusaha mencetak
manusia yang berahklak mulia. Ia tidak akan menepuk dada atau
bersifat arrogant (congkak) dengan ilmu yang dimilikinya, sebab ia
sangat menyadari bahwa ia tidak pantas bagi dirinya untuk sombong
bila dibandingkan ilmu yang dimiliki Allah, malah ilmu yang ia miliki
pun serta yang membuat ia sampai pandai adalah berasal dari Allah.
Apabila Allah berkehendak, bisa mengambil ilmu dan kecerdasan yang
dimiliki makhluknya (termasuk manusia) dalam waktu seketika. Allah
mengajarkan manusia untuk bersifat rendah hati dan berakhlak mulia.
Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS.Luqman :18) 13
13 Muhammad Furqan Abdullah, Tujuan Pendidikan Islam, dalam http://pai-umy.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015
18
4. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memudahkan tugas- tugas pendidikan Islam tersebut agar berjalan dengan
baik. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan yang bersifat
struktural dan instusional, arti dan tujuan sruktual organisasi yang mengatur
jalannya proses pendidikan, baik dilihat dari segi vertikal dan horizontal.
Faktor-faktor pendidikan Islam berfungsi secara interaksional (saling
mempengaruhi) yang bermuara pada pendidikan yang diinginkan.
Sebaliknya, arti tujuan intitusional mengandung implikasi bahwa proses
pendidikan yang terjadi dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk
menjamin proses pendidikan yang konsisten dan berkesinambungan yang
mengikuti perkembangan dan kebutuhan manusia dan cenderung ke arah
tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai
jenis dan jalur pendidikan formal, informal dan non formal dalam
masyarakat. 14
Menurut Ibnu Khursyid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
a. Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan
tingkat kebudayaan dan nilai-nilai tradisi dan sosial, srta ide- ide
masyarakat dan bangsa.
b. Alat untuk mengadakan perubahan inovasi dan perkembangan
yang secara garis besar melalui pengetahuan dan skill yang baru
14 Abdul Mujib Yusuf, Mudzzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2006) h. 69
19
di temukan, dan melatih tenaga- tenaga manusia untuk produktif
dalam menentukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi.15
5. Manfaat Pendidikan Islam
Adapun manfaat pendidikan Islam adalah agar terbentuknya
perkembangan jasmani, rohani, dan akal manusia, sehingga terbentuknya
pribadi muslim yang baik. Dengan pendidikan berupa pengisian jiwa,
pembinaan akhlak, ketauhidan, serta kepatuhan dalam mejalankan ibadah.
Oleh karena itu manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan
hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT. 16
6. Pendidik dan Peserta Didik
Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kemajuan suatu bangsa. Dalam pendidikan tidak dapat dipungkiri adanya
faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan, salah satunya
adalah adanya pendidik dan peserta didik.
a. Pendidik
15 Anas Muhammad, Fungsi Pendidikan Islam, dalam http://anasbgl2.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.16 Bagus Sukma, Manfaat Pendidikan Islam Untuk Masa Depan, dalam http://bagussukmapribadi .blogspot.com. Diakses Pada tanggal 26 April 2015.
20
Dalam Islam, pendidik memiliki beberapa istilah seperti
muallim, muaddib, murabbi dan ustadz.
Muallim : Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik
sebagai pengajar dan penyampai pengetahuan dan ilmu.
Muaddib : istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai
pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan
keteladanan.
Murabbi : istilah ini lebih menekankan pengembangan dan
pemeliharaan baik dalam aspek jasmaniah maupun ruhaniah.
Ustadz : istilah ini merupakan istilah umum yang sering
dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas yang sering
disebut sebagai guru.17
Jadi guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak
ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadi-
kan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Pendidik juga
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat. Dengan demikian pendidik adalah orang yang memikul
tanggungjawab untuk mendidik.
b. Peserta Didik
17 Munggis Ahmad, Pendidik Dalam Pendidikan Islam, dalam http://munggis pendidikanislamblogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.
21
Ada banyak istilah untuk menyebut peserta didik, di antaranya
murid, siswa, santri, anak didik, mahasiswa dan lain-lain. Peserta didik
secara formal adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan
tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasihat, pembelajaran
dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.
Sedangkan dalam pendidikan Islam peserta didik adalah
individu yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik,
psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan
akhirat berlandaskan tuntunan Allah dan tuntunan Rasulullah SAW.
Definisi tersebut memberi arti bahwa peserta didik merupakan individu
yang belum dewasa yang karenanya memerlukan orang lain untuk
menjadikan dirinya dewasa. Anak kandung adalah peserta didik dalam
keluarga, murid adalah peserta didik di sekolah, anak-anak penduduk
adalah peserta didik masyarakat sekitarnya dan umat beragama menjadi
peserta didik ruhaniawan dalam suatu agama.18
7. Sarana Dan Prasarana Dalam Pendidikan Islam
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Menurut E. Mulyasa, sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
18 Wahyu Tri Wibowo, Hakikat Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, dalam http://tockici.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.
22
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.19
Dalam sebuah situs internet penulis mendapatkan bahwa “Sarana
pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-
mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efisien”.20
Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata)
prasarana berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam
pendidikan misalnya: lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga,
uang dan sebagainya. Sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai
tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan
sebagainya.21
Penulis menemukan sebuah pendapat menurut Ibrahim Bafadal
dalam sebuah situs bahwa “prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan
proses pendidikan di sekolah.”22
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan
adalah semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun
19 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Cet. VII (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 49
20 M. Nasrudin Rosid, Konsep Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Konteks Pendidikan Islam, dalam http://edukasindone.blogspot.com. Diakses pada tanggal 08 Maret 2015.
21 Ibid.22 Sugiharti, Manajemen Sarana Prasarana, dalam http://sugihartihasan.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 08 Mei 2015.
23
yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan
dengan lancar, teratur, efektif dan efesien. Sedangkan yang dimaksud
dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan
secaralangsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk
pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga,
komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
8. Metode Pendidikan Islam
Metode adalah cara yang digunakan untuk memperoleh tujuan yang
diinginkan. Jika metode dapat dikuasai dengan baik, maka akan memudah-
kan jalan dalam mencapai tujuan dalam pendidikan Islam. Ada beberapa
metode pendidikan Islam yang penulis dapatkan di sebuah situs internet,
yaitu sebagai berikut :
a. Metode Teladan
Dalam al-Qur’an kata teladan disamakan pada kata Uswah yang
kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang
berarti baik. Sehingga dapat terungkapkan menjadi Uswatun Hasanah
yang berarti teladan yang baik. Kata uswah dalam al-Qur’an diulang
sebanyak enam kali dengan mengambil contoh Rasullullah SAW. Firman
Allah SWT :
24
..... Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al – Ahzab : 21)
Metode ini dinggap sangat penting karena aspek agama yang
terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang
terwujud dalam tingkah laku (behavioral).
b. Metode Kisah-Kisah (Qashash)
Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari akan
adanya sifat alamiah manusia yang menyukai cerita dan menyadari
pengaruh besar terhadap perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi
cerita itu untuk dijadikan salah satu metode pendidikan. Islam
menggunakan berbagai jenis cerita sejarah faktual yang menampilkan
suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan
manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan contoh tersebut (jika kisah
itu baik). Cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya, tetapi
bisa diterapkan kapan dan di saat apapun.
c. Metode Nasihat
Al-Qur’an juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh
hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah
yang kemudian dikenal nasihat. Tetapi pada setiap nasihat yang
disampaikannya ini selalu disertai dengan teladan dari si pemberi atau
25
penyampai nasihat itu. Ini menunjukkan bahwa antara satu metode yakni
nasihat dengan metode lain seperti keteladanan bersifat melengkapi.
d. Metode Ceramah
Metode ini merupakan metode yang sering digunakan dalam
menyampaikan atau mengajak orang mengikuti ajaran yang telah
ditentukan. Metode ceramah sering disandingkan dengan kata khutbah.
Dalam al-Qur’an sendiri kata tersebut diulang sembilan kali. Bahkan ada
yang berpendapat metode ceramah ini dekat dengan kata tabligh, yaitu
menyampaikan sesuatu ajaran. Pada hakikatnya kedua arti tersebut
memiliki makna yang sama yakni menyampaikan suatu ajaran.
e. Metode Tanya Jawab
Tanya jawab merupakan salah satu metode yang menggunakan
basis anak didik menjadi pusat pembelajaran. Metode ini bisa dimodif
sesuai dengan pelajaran yang akan disampaikan. Bisa anak didik yang
bertanya dan guru yang menjawab atau bisa anak didik yang menjawab
pertanyaan dari gurunya.
Di dalam al-Qur’an hal ini juga digunakan oleh Allah agar
manusia berfikir. Pertanyaan-pertanyaan itu mampu memancing stimulus
yang ada. Adapun contoh yang paling jelas dari metode pendidikan tanya
jawab yaitu terdapat dalam Surat Ar Rahman :
Artinya : “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan?” (QS: Ar Rahman ayat 13).
26
Di sini Allah SWT mengingatkan kepada kita akan nikmat dan
bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari manusia dan kemampuannya dalam
mendidik, hingga sampai kepada matahari, bulan, bintang, pepohonan,
buah-buahan, langit dan bumi. dengan kalimat bertanya itu, manusia
berhadapan dengan indera, naluri, suara hati dan perasaan. Manusia
tidak akan dapat mengingkari apa yang diinderanya dan diterima oleh
akal serta hatinya. Pertanyaan itu diulang sebanyak 31 kali di dalam
surat Ar Rahman ini. Setiap diulang, pertanyaan itu merangsang kesan
yang berlainan sesuai dengan konteksnya dengan ayat sebelumnya.
f. Metode Diskusi
Metode diskusi diperhatikan dalam al-Qur’an dalam mendidik
dan mengajar manusia dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan
sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah. Diskusi juga
merupakan metode yang langsung melibatkan anak didik untuk aktif dan
kreatif dalam pembelajaran. Diskusi bisa berjalan dengan baik jika anak
didik yang mendiskusikan suatu materi itu benar-benar telah menguasai
sebagian dari inti materi tersebut. Akan tetapi jika peserta diskusi tidak
paham akan hal tersebut maka bisa dipastikan diskusi tersebut tidak
sesuai yang diharapkan dalam pembelajaran.
g. Metode Lemah Lembut / Kasih Sayang
Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena
materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk
kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan
27
pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik
dalam upaya pembentukan kepribadian.
h. Metode Perumpamaan
Perumpamaan dilakukan oleh Rasulullah sebagai salah satu
metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat,
sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Metode ini
dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit atau
menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu
yang sangat jelas.
i. Metode Pengulangan.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah
pengulangan, latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan
mental di mana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan
tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata
merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. 23
9. Evaluasi Pendidikan Islam
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation yang
berarti tindakan atau proses untuk menemukan nilai sesuatu atau dapat
23 Jailanai Putra, Metode-Metode Pendidikan Islam Dalam Al Qur'an Dan Hadits, dalam http://jailani-putra.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Mei 2015.
28
diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala
sesuatu yang ada hubungannya dengan. 24
Jika kata evaluasi dihubungkan dengan kata pendidikan, maka dapat
diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria
tertentu terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan.
Untuk itu evaluasi pendidikan sebenarnya tidak hanya menilai tentang hasil
belajar siswa tersebut, seperti evaluasi terhadap guru, kurikulum, metode,
sarana prasarana, lingkungan dan sebagainya. 25
Senada dengan demikian, ada beberapa hal perlunya evaluasi dalam
pendidikan Islam, yaitu :
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap
berbagai macam problem kehidupan yang dialaminya.
b. Untuk mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang
telah ditetapkan Rasulullah SAW terhadap umatnya.
c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat keislaman
atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling
mulia di sisi Allah SWT.26
Evaluasi pendidikan yang merupakan proses belajar mengajar untuk
menilai dari segala sesuatu yang terdapat pada diri seseorang baik berupa
ucapan perbuatan dan hati sanubari, dalam hal ini memberikan umpan balik
terhadap program secara keseluruhan. Tolak ukur keberhasilan pengevalua-
24 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 13125 Ibid., H. 13126 Susi Handayani, Evaluasi Pendidikan Islam, dalam http://susihandayaniiii.blog
spot.com . Diakses pada tanggal 10 Mei 2015.
29
sian tidak hanya tergantung pada tingkat keberhasilan tujuan dan pendidikan
yang dapat dicapai, melainkan berkenaan dengan penilaian terhadap
berbagai aspek yang dapat mempengaruhi proses belajar tersebut.
Akhirnya, evaluasi Tuhan di dalam al-Qur’an bersifat makro dan
universal dengan teknik psikotes, sedang sunnah Nabi bersifat mikro untuk
mengetahui kemajuan manusia termasuk Nabi sendiri.27
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun yang menjadi jenis penelitian dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang
ditujukan unutk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap kepercayaan, dan persepsi pemikiran orang, baik
individual ataupun kelompok.28
Senada dengan yang di atas, penulis juga mendapatkan pengertian
lain dari pengertian metode penelitian kualitatif yaitu :
“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlan-daskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti”29
27 Stit At-Taqwa, Evaluasi Pendidikan, dalam http://stitattaqwa.blogspot.com . Diakses pada tanggal 10 Mei 2015
28 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 60
29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dalam R Dan D, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 9
30
2. Pendekatan Penelitian
Adapun yang menjadi pendekatan dalam penelitian ini adalah
pendekatan studi tokoh. Pendekatan studi tokoh adalah usaha untuk
menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi
tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau
menghasilkan informasi dan pengetahuan.30
3. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini dibagi 2
yaitu sumber primer dan sumber sekunder :
a. Sumber Primer
Adapun sumber primer dalam penelitian ini adalah :
- Kitab Ta’lim al Muta’allim
b. Sumber Sekunder
Adapun sumber sekunder dalam penelitian ini adalah :
- Kitab Ihya Ulumuddin
- Kitab Taisirul Khallaq
- Akhlak Lilbanin
4. Teknik Pengumpulan Data
30 Muhtar Syafa’at, Penelitian Tokoh, dalam http://pengembara9ilmu. blogspot. com / 2012/09/penelitian-tokoh.html . Diakses pada tanggal 15 Mei 2015.
31
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah dengan memiliki terlebih dahulu Kitab Ta’lim Al
Mutaallim, membaca, menterjemahkan perteks atau kumpulan teks-teksnya,
menganalisis, menguraikan, menyimpulkan pemaha-man, yang telah dicari
oleh peneliti dari isi kitab tersebut, sehingga mendapatkan hasil yang lebih
rinci dan jelas serta dapat dipahami secara mudah oleh setiap pembaca.
5. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis data terdapat 3 langkah analisis data,
yaitu :
a. Reduksi
Reduksi adalah suatu bentuk analisis yang mengarahkan,
menggolongkan dan mengorganisasikan data yang perlu, misalnya
mengarahkan kajian mengenai tentang pendidikan Islam, menggolongkan
dan mengorganisasikan konsep-konsep dalam Kitab Ta’lim Al
Muta’allim, sehingga objek yang dikaji jelas dalam penelitian ini.
b. Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu pernyataan yang diambil dari hasil
pertanyaan peneliti. Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam
pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar dapat
dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
c. Penarikan Kesimpulan
32
Penarikan kesimpulan adalah suatu hasil yang disampaikan
dengan teliti oleh si peneliti dari pembahasan seingga peneliti dapat
mengambil kesimpulan dari gambaran umum penelitian dan pembahasan
hingga menjadi suatu kesimpulan. Dalam sebuah situs internet juga
disebutkan bahwa penarikan kesimpulan adalah proses pengambilan inti
dari keseluruhan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti setalah
membahas secara detail atau prose pemikiran yang valid dilakukan
menurut cara tertentu (penalaran).31
6. Teknik Penulisan
Adapun yang menjadi teknik penulisan proposal skripsi ini,
peneliti menggunakan buku pedoman penulisan skripsi STAIN
MALIKUSSALEH Lhokseumawe 2012-2013.
31 Penalaran Deduktif Dan Induktif, dalam http//www.irareibei.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 18 Juni 2015.
33