proposal ta imam.doc

64
PROPOSAL TUGAS AKHIR RE-DESAIN TONGKAT PEMASANG LAMPU DENGAN ASPEK ANTHROPOMETRI MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) Disusun Oleh : Hindarto 2009450095 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

Upload: imam-maulana

Post on 25-Nov-2015

68 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RE-DESAIN TONGKAT PEMASANG LAMPU DENGAN ASPEK ANTHROPOMETRI MENGGUNAKAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

Disusun Oleh :

Hindarto2009450095JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013USUL PENELITIAN

a. Judul Penelitian: re desain tongkat pemasang lampu dengan aspek anthropometri menggunakan metode quality function deployment (QFD)b. Macam Penelitian : 1. kuisioner

2. pengukuran 3. pengembanganc .Kategori Penelitian: pengembangan produk1. Kepala Proyek Penelitian

a. Nama

: Hindartob. No Pokok

: 2009450095c. Jenis Kelamin

: Laki-laki

d. Jurusan/Fakultas: Teknik Industri / Fakultas Teknik

e. Universitas

: Universitas Muhammadiyah Jakarta2. Jumlah Tim Peneliti

: 1 orang

3. Lokasi Penelitian

: masyarakat konsumen air mineral4. Jangka Waktu Penelitian : 6 Bulan (Tabel 2)

Jakarta, 20 Oktober 2013 Mengetahui,

Koordinator Penelitian peneliti( ) ( Hindarto )UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

FAKULTAS TEKNIK-JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Jakarta, 30 Oktober 2013Hal: Proposal Tugas Akhir

a.n. Hindarto

Kepada

Yth. Koordinator Tugas Akhir

Jurusan Teknik Industri FT-UMJ

Di tempat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Berdasarkan proposal Tugas Akhir yang telah kami terima, atas nama:

Nama

: Hindarto

No. Pokok: 2009450095Dengan ini kami menyatakan bahwa proposal tersebut layak/ tidak layak untuk dijadikan Tugas Akhir S-1 Jurusan Teknik Industri FT-UMJ.

Adapun saran kami:

1.

2.

3.

4.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Dosen Pembimbing,

()BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Sangat banyak sekali energi di dunia ini salah satunya adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik salah satunya adalah lampu. Lampu merupakan sebuah alat yang digunakan untuk penerangan yang cara kerjanya dengan merubah energi listrik menjadi energi cahaya dan panas (kalor).

Lampu di suatu rumah atau gedung biasanya terpasang di plapon yang berada di ketinggian tertentu sehingga sering terjadi kesulitan dalam pemasangannya.

Dari wawancara dilapangan menunjukkan bahwa penggunaan sistem manual atau tanpa alat (tangan kosong) masih dipakai oleh sebagian besar orang dalam pemasangan lampu, sehingga banyak yang mengalamai banyak permasalahan mulai dari terjatuh dari tangga sampai kematian akibat tersengat listrik. Selain menggunakan cara manual, ada sebagian orang yang telah menggunakan alat pemasang lampu yang telah beredar di pasaran. Tetapi alat tersebut terdapat banyak kekurangan, oleh karena dalam tugas akhir ini penulis ingin mengatasi permasalahan diatas melalui Re-desain Tongkat Pemasang dengan Aspek anthropometri menggunakan metode quality function deployment (QFD) 1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana merancang ulang suatu alat sesuai dengan aspek ergonomi yang dapat mengurangi keluhan saat pemasangan lampu dengan menggunakan alat yang telah beredar di pasaran. 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diantaranya:

1. Merancang ulang alat berupa tongkat pemasang lampu dengan aspek ergonomi dan anthropometri

2. Mengurangi keluhan dalam pemasangan lampu yang dilakukan dengan menggunakan alat pemasang lampu yang beredar di pasaran1.4 Asumsi dan Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian tidak terlalu luas dan memperjelas objek penelitian yang akan dilakukan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan antara September 2013 sampai Januari 2014

2. Perancangan menggunakan pendekatan anthropometri hanya pada penentuan tinggi mata berdiri, lebar telapak tangan, diameter jari telunjuk, dan diameter genggaman tangan 3. Tongkat hanya bisa digunakan untuk lampu yang menempel di plapon dengan menghadap bawah.BAB II

STUDI PUSTAKA2.1. QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)2.1.1. Definisi quality function deployment (QFD)Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses perancangan dan pengembangan produk atau layanan yang mampu mengintegrasikan suara-suara konsumen ke dalam proses perancangannya. QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi perusahaan untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi Quality Function Deployment menurut para pakar :1. QFD merupakan metodologi untuk menterjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumenke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu (Akao, 1990; Urban, 1993).2. QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan danpengembangan produk suntuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen, 1995).3. QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan konsumen (Djati, 2003).2.1.2. Manfaat quality function deployment (QFD)Penggunaan metodologi QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Sebab perusahaan akan mempunyai keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan konsumen.Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan QFD dalam proses perancanganproduk adalah (Dale, 1994):1. Meningkatkan keandalan produk2. Meningkatkan kualitas produk3. Meningkatkan kepuasan konsumen4. Memperpendek time to market5. Mereduksi biaya perancangan6. Meningkatkan komunikasi7. Meningkatkan produktivitas8. Meningkatkan keuntungan perusahaan2.1.3. Keunggulan quality function deployment (QFD)Keunggulan keunggulan yang dimiliki QFD adalah:1. Menyediakan format standar untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen menjadi persyaratan teknis, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen.2. Menolong tim perancang untuk memfokuskan proses perancangan yang dilakukan pada fakta-fakta yang ada, bukan intuisi.3. Selama proses perancangan, pembuatan keputusan direkam dalam matriks-matriks sehingga dapat diperiksa ulang serta dimodifikasi di masa yang akan datang

2.1.4. Hierarkhi matrik QFDDengan menggunakan metodologi QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk, maka akan dikenal empat jenis tahapan, yaitu masing-masing adalah:

1. Tahap Perencanaan Produk (House of Quality)2. Tahap Perencanaan Komponen (Part Deployment)3. Tahap Perencanaan Proses (Proses Deployment)4. Tahap Perencanaan Produksi (Manufacturing/ Production Planning)

2.1.5. House of QualityRumah kualitas atau biasa disebut juga House of Quality (HOQ) merupakan tahap pertama dalam penerapan metodologi QFD. Secara garis besar matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi voice of costumer secara langsung terhadap persyaratan teknis atau spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai persyaratan teknis yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisiposisi relatif produk yang ada di pasaran yang merupakan kompetitor. Berikut ini adalah struktur matrik pada HOQ:

Gambar 2.1 house of quality

(Sumber : darmawan harsokoesoemo, 2004)

1. Bagian Aberisikan data atau informasi yang diperoleh dari penelitian pasar atas kebutuhan dan keinginan konsumen. Suara konsumen ini merupakan input dalam HOQ. Metode identifikasi kebutuhan konsumen yang biasa digunakan dalam suatu penelitian adalah wawancara, baik secara grup atau perorangan. Melalui wawancara, perancang dapat dengan bebas mengetahui lebih jauh kebutuhan konsumen. Wawancara secara perorangan dapat dianggap mencukupi, dalam arti cukup menggambarkan kebutuhan konsumen sampai sekitar 90% adalah sebanyak 30 wawancara. Ini berdasarkan pada penelitian untuk suatu produk picnic coolers oleh Griffin dan Houser (Ulrich & Eppinger, 1995).2. Bagian Bberisikan tiga jenis data yaitu:

a. Tingkat kepentingan dari tiap kebutuhan konsumen.b. Data tingkat kepuasan konsumen terhadap produk-produk yang dibandingkan.c. Tujuan strategis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.D Matrik Relationship (antara kebutuhan konsumen dan Persyaratan teknis). A Kebutuhan Konsumen.B Matriks Perencanaan (Penelitian Pasar dan Perencanaan Strategis).F.Matriks Target Persyaratan Teknis (Tingkat kepentingan, daya saing, dan target Persyaratan teknis).C Persyaratan Teknis3. Bagian Cberisikan persyaratan-persyaratan teknis terhadap produk atau jasa baru yang akan kembangkan. Data persyaratan teknis ini diturunkan berdasarkan suara konsumen yang telah diperoleh pada bagian A. Untuk setiap persyaratan teknis ditentukan satuan pengukuran, Direction of Goodness dan target yang harus dicapai. Direction of Goodness terdiri dari 3, yaitu:

a. The More the Better atau semakin besar semakin baik, target maksimal tidak terbatas.

b. The Less the Better atau semakin kecil semakin baik, target maksimal adalah nol.c. Target is Best atau target maksimalnya adalah sedekat mungkin dengan suatu nilai nominal dimana tidak terdapat variasi disekitar nilai tersebut.

4. Bagian Dberisikan kekuatan hubungan antara persyaratan teknis dari produk atau jasa yang dikembangkan (bagian C) dengan suara konsumen (bagian A) yang mempengaruhinya. Kekuatan hubungan ditunjukkan dengan symbol tertentu atau angka tertentu. Berikut ini hubungan antara kepuasan pelanggan dengan persyaratan teknis, ada empat kemungkinan korelasi:

a. Not linked (Blank) diberi nilai nol. Perubahan pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, tidak akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.2.b. Possibly linked, diberi nilai 1. Perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya akan memberi sedikit perubahan pada kepuasan pelanggan.c. Moderate linked, diberi nilai 3. Perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.d. Strongly linked, diberi nilai 9. Perubahan yang relative kecil pada persyaratan teknis, menurut direction of goodness-nya, akan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.5. Bagian Eberisikan keterkaitan antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan teknis yang lain yang terdapat pada bagian C. Korelasi antar persyaratan teknis tergantung pada direction of goodness dari setiap persyaratan teknis, ada lima kemungkinan:a. Strong Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.b. Moderate Possitive Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh positif yang sedang terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.c. No Impact : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodnessnya, tidak akan menimbulkan pengaruh terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.d. Moderate Negative Impact ( x ) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif yang sedang terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.e. Strong Negative Impact ( xx ) : perubahan pada persyaratan teknis 1 ke arah direction of goodness-nya, akan menimbulkan pengaruh negatif kuat terhadap direction of goodness persyaratan teknis 2.6. Bagian Fberiskan tiga macam jenis data, yaitu:a. Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis.b. Technical benchmarking dari produk yang dibandingkan.c. Target kinerja persyaratan teknis dari produk yang dikembangkan.

2.1.6. Part DeploymentPart Deployment merupakan iterasi kedua dalam metode QFD. Berikut ini adalah struktur matrik pada Part Deployment:

Gambar 2.2 part deployment

(Sumber : darmawan harsokoesoemo, 2004)

1. Bagian ABagian ini berisi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFD iterasi 1.2. Bagian BBagian ini berisi hasil normalisasi kontribusi persyaratan teknis yang diperoleh dari QFDiterasi 1.3. Bagian CBagian ini berisi:a. Persyaratan part yang berhubungan dan bersesuaian dengan persyaratan teknis yang diperoleh pada QFD iterasi 1.b. Direction of goodness dari masing-masing persyaratan part.4. Bagian DBagian ini menggambarkan hubungan diantara persyaratan part dan persyaratan teknis. Sehingga hubungan ini didasarkan pada dampak persyaratan part terhadap persyaratan teknis.5. Bagian EBagian ini berisi;a. Part spesificationMerupakan satuan dari persyaratan part.b. Column weightMerupakan kontribusi dari persyaratan part.c. TargetSpesifikasi yang ingin dicapai oleh masing-masing persyaratan part dalam rangka pengembangan.

2.2. ERGONOMIErgonomi berasal dari kata Yunani ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Jadi ergonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Ergonomi dapat juga didefinisikan sebagai suatu ilmu yang memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem kerja. Dengan ergonomi, diharapkan manusia yang berperan sentral dalam suatu sistem kerja dapat bekerja lebih efektif dan optimal. Dengan demikian jelas bahwa pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan efektifitas fungsional dan kenyamanan pemakaian dari peralatan, fasilitas maupun lingkungan kerja yang dirancang (Hari Purnomo, 2)Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-mesin (teknologi) yang optimal. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut. Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain sistem manusia-mesin yang terpadu sehingga efektifitas dan efisien kerja bisa tercapai secara optimal (Hari Purnomo, 3). Disiplin human engineering atau ergonomi banyak diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk (man-made objects) ataupun operasi kerja sehari-harinya. Sebagai contoh desain dari dials atau instrumental displays (manmachine interface) akan banyak mempertimbangkan aspek-aspek ergonomi ini. Demikian juga dalam sebuah stasiun kerja, semua fasilitas kerja seperti peralatan, material dll haruslah diletakkan didepan dan berdekatan (jarak jangkauan normal) dengan posisi operator bekerja. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan. Dengan mengaplikasikan aspek-aspek ergonomi atau human engineering, maka dapat dirancang sebuah stasiun kerja yang bisa dioperasikan oleh rata-rata manusia. Disiplin ergonomi, khususnya yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (anthropometri) telah menganalisa, mengevaluasi dan membakukan jarak jangkauan yang memungkinkan rata manusia untuk melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan gerakan-gerakan yang sederhana. Contoh lain dari aplikasi disiplin ergonomi juga bisa dilihat dalam proses perancangan peralatan kerja (tools) untuk penggunaan yang lebih efektif. Perkakas kerja seperti obeng atau gunting misalnya dengan pegangan (handles) yang berbentuk kurva pada dasarnya merupakan hasil dari human engineering studies. Desain handle yang berbentuk kurva dan disesuaikan dengan bentuk genggaman tangan akan memudahkan cara pengoperasian peralatan tersebut. Dengan demikian manusia tidak lagi harus menyesuaikan dirinya dengan mesin yang dioperasikan (the man fits to the design), melainkan sebaliknya yaitu mesin dirancang dengan terlebih dahulu memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikannya.Fokus perhatian dari ergonomi ialah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia di dalam perencanaan man-made objects dan lingkungan kerja. Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral. Secara sistematis pendekatan ergonomic kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia. Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktifitas kerja, serta dapat menciptakan sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.

Maksud dan tujuan utama dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan pula mampu memperbaiki pendayagunaan Sumber Daya Manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia.

2.3. ANTHROPOMETRI DALAM ERGONOMI

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia (Hari Purnomo, 2). Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan lain-lain.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik

5. Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90% - 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Pada dasarnya peratan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran tubuih dari populasi yang akan memakainya. Jadi, sebelum menentukan data anthropometri mana yang akan dipakai tentunya diketahui dulu sasaran konsumen yang akan memakai produk tersebut.

2.2.1 Data Antropometri dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia (Hari Purnomo, 9), sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah :

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan untuk berkurang setelah mencapai usia 60 tahun.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada dan pinggul.3. Suku Bangsa (Etnis)

Dimensi tubuh suku bangsa negara Barat lebih besar dari pada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Sosio Ekonomi

Tingkat Sosio Ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Dimana pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang.

5. Posisi tubuh

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey pengukuran.

Selain faktor-faktor tersebut terdapat juga faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan karena mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti:

1. Cacat tubuh

Diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat.

2. Tebal tipis pakaian

Hal ini dipertimbangkan berkaitan dengan faktor iklim dimana perbedaan iklim akan memberikan perbedaan bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.

3. Kehamilan

Hal ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh perempuan yang hamil.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia Antropometri dibagi atas dua bagian (Hari Purnomo, 16), yaitu :1. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)

Pengukuran manusia pada posisi tubuh diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi / panjang lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dsb. Ukuran dalam hal ini diambil dengan persentil tertentu seperti persentil 5, persentil 50 dan persentil 95.2. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)

Yang dimaksud antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciriciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran anthropometri dinamis adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja. Terdapat tiga kelas pengukuran antropometri dinamis yaitu :1. Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas

2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja.

3. Pengukuran variabilitas kerja.

2.2.2 Dimensi Antropometri

Data antropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini.

Gambar 2.3 Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas

Sumber : Wignjosoebroto, 1995

Keterangan gambar 2.1, yaitu:

1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).

7. Tinggi mata dalam posisi duduk.

8. Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10. Tebal atau lebar paha.

11. Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan ujung lutut.

12. Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.

13. Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan paha.

15. Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16. Lebar pinggul ataupun pantat.

17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam gambar).

18. Lebar perut.

19. Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20. Lebar kepala.

21. Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22. Lebar telapak tangan.

23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.

2.2.3 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Antropometri

Penerapan data antropometri, distribusi yang umum digunakan adalah distribusi normal (Hari Purnomo, 28). Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi () dari data yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia secara perorangan, maka besar nilai rata-rata menjadi tidak begitu penting bagi perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada. Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga datadata yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik, sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di ujungujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan data antropometri disajikan dalam bentuk persentil.

Persentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut. The Antropometric Source Book yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Nasional Aeronotika dan penerbangan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) merumuskan pengertian presentil yaitu definisi presentil sebenarnya sederhananya saja. Untuk suatu kelompok data apapun. Misalnya data berat badan pilot, presentil pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih besar daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya, dan dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar. Dapat juga dikatakan bahwa presentil kedua merupakan data yang bernilai lebih besar daripada 2% pilot yang paling ringan, dan lebih kecil dari 98% pilot-pilot terberat. Jadi, berapapun besaran nilai k dari 1 hingga 99 maka presentil ke-k tersebut merupakan nilai yang lebih besar dari k% berat badan terkecil dan kurang dari yang terbesar (100k)%. Presentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut (Hari Puronomo,34).

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50 mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering digunakan sebagai pedoman perancangan (Nurmianto, 1996). Kesalahpahaman yang terjadi dengan asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok. Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut manusia rata-rata.

Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan presentil. Pertama, suatu persentil antropometri dari tiap individu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Hal ini dapat merupakan data tinggi badan atau data tinggi duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini hanya merupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena seseorang dengan persentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki persentil ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau persentil ke-60 untuk data panjang lengannya seperti ilustrasi pada gambar 2.2

Gambar 2.4 Ilustrasi persentil

Sumber: Hari Purnomo 2012Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dijelaskan pada gambar 2.3 dan dalam tabel 2.1 di bawah ini (Hari Purnomo,28).

Gambar 2.5 Distribusi normal dengan data antropometri

Sumber : Hari Purnomo 2012Tabel 2.1 Jenis persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal

PERSENTILPERHITUNGAN

1-St

2.5-th

5-th

10-th

50-thx - 2.325 sx

x - 1.96 sx

x - 1.645 sx

x - 1.28 sx

x

90-th

95-th

97.5-th

99-thx + 1.28 sx

x + 1.645 sx

x + 1.96 sx

x + 2.325 sx

(Sumber : Hari Purnomo, 2012)2.2.4 Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk

Penggunaan data antropometri dalam penentuan ukuran produk harus mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini agar produk yang dirancang bisa sesuai dengan ukuran tubuh pengguna (Hari Purnomo,38) yaitu :

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim

Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk yaitu a. sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari populasi yang ada)

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran diaplikasikan, yaitu

a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai persentil terbesar misalnya 90, 95, atau persentil 99.b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan persentil terkecil misalnya persentil 1, persentil 5, atau persentil 10.

2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang ukuran tertentu (adjustable).

Produk dirancang dengan ukuran yang dapat diubah-ubah sehingga cukup fleksible untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai persentil 5 sampai dengan persentil 95.3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Produk dirancang berdasarkan pada ukuran rata-rata tubuh manusia atau dalam rentang persentil 50.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data structural body dimension ataukah functional body dimension,

3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut,

4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata,

5. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai persentil yang lain yang dikehendaki,

Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain. bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain. 2.2.5 Pengolahan Data AntropometriData mentah yang sudah didapatkan diuji terlebih dahulu dengan menggunakan metode statistik sederhana yaitu uji keseragaman, uji kecukupan, dan uji kenormalan (Hari Purnomo, 40). Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh bersifat representatif, artinya data tersebut dapat mewakili populasi yang diharapkan.

a. Uji Keseragaman Data

Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui :

1. Homogenitas data

2. Apakah berasal dari suatu populasi yang sama

3. Data extrim atau yang berada di luar batas harus dihilangkan dan tidak perlu disertakan dalam perhitungan

Rumus yang digunakan dalam uji ini, yaitu:

.................................................................................... (2.1)

..................................................................... (2.2)Rumus uji keseragaman data:

UWL = .................................................................... (2.3)LWL = ........................................................................... (2.4)

keterangan; = rata-rata

= standar deviasi atau simpangan baku

N = jumlah data

UWL = batas peringatan atasLWL = batas peringatan bawah

Jika data berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dihilangkan, keseragaman data dapat diketahui dengan menggunakan peta kendali .

b. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan dapat dianggap mencukupi. Penetapan berapa jumlah data yang seharusnya dibutuhkan, terlebih dulu ditentukan derajat ketelitian (s) yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian, dan tingkat kepercayaan (k) yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data antropometri. Sedangkan rumus uji kecukupan data, yaitu:.................................................................. (2.5)

Keterangan;N =jumlah data pengamatan sebenarnya

N=jumlah data secara teoritis

S =derajat ketelitian (degree of accuracy)

K =tingkat kepercayaan (level of confidence)

Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N < N, dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah data pengamatan sebenarnya (Hari Purnomo,70,1995).c. Uji Kenormalan

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian normalitas sampel, salah satunya ialah dengan rumus chi-kuadrat. Langkah-langkah uji kenormalan diuraikan, sebagai berikut:

1. Menentukan jumlah kelas

Penentuan jumlah kelas menggunakan formula H.A. Sturges, karena formulanya mendasarkan pada jumlah pengamatan, yang mana banyaknya pengamatan senantiasa berbeda antara penelitian yang satu dengan yang lain, sehingga formula ini dianggap yang paling ideal menurut ukuran jumlah pengamatannya. Rumus Kriterium Sturges, yaitu: k = 1 + 3,322 log n .................................................................... (2.6)

keterangan;k = banyaknya kelas

n = jumlah pengamatan

2. Menentukan wilayah data,

Wilayah data adalah selisih data maksimum dan minimumnya.

3. Menentukan lebar selang,

Lebar selang dihitung dengan membagi wilayah data dengan banyaknya kelas.4. Menentukan limit kelas dan batas kelas,

Penentuan limit kelas dan batas kelas dilakukan dengan menentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas bawah kelasnya. Menambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelasnya. Mendaftar semua limit kelas dan batas kelas dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit dan batas selang sebelumnya.

5. Menentukan frekuensi pengamatan (oi) bagi tiap-tiap kelas interval,

6. Menghitung nilai z padanan batas-batas kelas,

Nilai z padanan setiap batas-batas kelas dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu:

....(2.7)

...(2.8)

keterangan;z1 = nilai z padanan batas bawah kelas

z2 = nilai z padanan batas atas kelas

x = rata-rata contoh

s = standar deviasi contoh

7. Menghitung luas daerah di bawah kurva normal untuk menghitung frekuensi harapan (ei) setiap selang kelas,

Perhitungan frekuensi harapan menggunakan rumus, yaitu:

ei = (P(z1