proposal terapi bermain anak body puzzel rsst klaten by ewa

9
PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK BODY PUZZEL Di Ruang Menur, RSUP dr. Soeradjie Tirtonegoro Klaten Disusun ole! SITI RI"#I$ATININ%SI& ' ()*+ - +/0 1 D2I 2A&$U PAN%ESTU ' ()*+ - +0/ 1 PRO%RAM PRO3ESI NERS 4III 3AKULTAS ILMU KESE&ATAN UNI5ERSITAS MU&AMMADI$A& SURAKARTA )+ - 0

Upload: dwi-wahyu-pangestu

Post on 07-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas profesi ners universitas muhammadiyah surakarta

TRANSCRIPT

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAKBODY PUZZELDi Ruang Menur, RSUP dr. Soeradjie Tirtonegoro Klaten

Disusun oleh:SITI RIZQIYATININGSIH( J230145078 )DWI WAHYU PANGESTU ( J230145087 )PROGRAM PROFESI NERS XIIIFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

BODY PUZZEL A. LATAR BELAKANGHospitalisasi pada anak merupakan salah satu masalah yang efeknya dapat mengganggu tugas perkembangan anak. Hospitalisasi dan pengaruh kondisi tubuh yang dalam keaadan sakit juga dapat mempengaruhi kurangnya aktifitas, kecemasan dan trauma pada anak. Selain masalah diatas ada satu masalah yang mendasar yang bisa menyebabkan anak trauma ketika dirawat dirumah sakit yaitu kurangnya komunikasi anak terhadap petugas kesehatan dalam menyampaikan perasaan yang dialaminya saat itu.Terapi bermain merupakan bagian dari perawatan pada anak yang salah satu intervensinya efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan komunikasi yang efektif baik secara verbal ataupun non verbal dalam mengungkapkan perasaan yang dirasakan oleh anak kepada petugas kesehatan. Terapi bermain yang dipakai adalah Body Puzzel atau menyusun angota tubuh, yaitu terapi bermain yang bertujuan untuk meningkakan pengetahuan mengenai fungsi bagian tubuh dengan cara menyusun bagian bagian tubuh pada gambar dan memberi nama serta mendiskripsikan fungsi dari bagian tubuh yang disusun. Terapi ini dipilih karena sesuai dengan usia anak antara 4 7 tahun.Setelah dilakukan obervasi di Ruang Menur RSST Klaten di temukan data pasien rawat inap anak yang berusia antara 4-7 tahun mengalami kecemasan terhadap hospialisasi. Anak cenderung takut apabila perawat atau dokter melakukan tindakan yang berhubungan dengan tindakan medis. Anak yang berusia diatas 8 tahun tingkat kecemasan lebih kecil dibandingak anak yang masih berusia pra sekolah antara 4-7 tahun. Sehingga kami memilih terapi bermain Body Puzzel yang sesuai dengan criteria umur anak serta kebutuhan terhadap penurunan tingkat kecemasan anak terhadap hospitalisasi. Diharapkan anak bisa merasa tenang selama perawatan di rumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat, anak bisa merasa nyaman selama dirawat di rumah sakitB. KARAKTERISTIK PESERTAKriteria inklusi: Usia peserta terapi bermain 4 Tahun sampai 7 tahun, Peserta terapi bermain dalam kondisi yang stabil atau dengan perawatan minimal, terasang infus. Peserta terpantau normal dilihat dari vital sign serta anak tidak sedang demam Tidak mempunyai alergi baik makanan atau minuman, Anak yang komunikasinya kurang dengan petugas kesehatan.Kriteria eksklusiPeserta terapi bermain yang terpasang NGT, terpasang kateter, terpasang syringpump, terpasang oksigenasi, menolak mengikuti terapi bermain, Bedrest Total, tidak berada di tempat atau ruangan dikarenakan program terapi lain seperti operasi, pemeriksaan radiologi, dll.

C. TUJUAN1. Untuk membantu anak menambah pengetahuan terhadap fungsi-fungsi anggota tubuh.

2. Untuk menstimulus kemampuan psikomotorik anak

3. Untuk menstimulus kemampuan psikososial anakTujuan instruksional umum:Setelah mendapatkan terapi bermain selama 30 menit, anak diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan di rumah sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat di rumah sakit oleh petugas kesehatan ataupun keluarga.

Tujuan instruksional khusus:Setelah mendapatkan terapi bermain satu kali selama 30 menit, diharapkan anak mampu :

a. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan dokter dan perawat.

b. Anak dapat mengembangkan kreatifitasnya melalui pengalaman bermain yang tepatc. Anak dapat menyusun bagian bagian tubuh pada gambar sesuai dengan tempatnya.

d. Anak dapat menamai dan menelaskan fungsi bagian-bagian tubuh tersebut.

e. Anak dapat berlatih komunikasi antara perawat, dan keluarga dengan baik.D. MEDIA1. Body Puzzle2. Hadiah untuk anak3. Alat pengukur waktu (jam)

E. METODE PERMAINANa. Rasio staff dengan klien minimal 5 : 1 b. PelaksanaanMetode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang dilakukan oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.Langkah Pelaksanaan :1. Untuk membuat body puzzle, gambarlah bentuk tubuh manusia di kertas karton yang tebal. Kemudian potong bagian luarnya sehingga membentuk tubuh manusia.2. Potong bagian tubuh seperti kaki, tangan dan kepala.3. Menjelaskan cara permainan terlebih dahulu kepada anak-anak4. Berikan anak potongan puzzle tadi untuk disusun menjadi tubuh yang utuh.

5. Instruksikan anak untuk menyebutkan bagian tubuh yang disusun beserta fungsi bagian tubuh tersebut.6. Penutup :a. Memberikan reinforcement positif pada anak

b. Evaluasi tindakan terapi bermainF. RENCANA KEGIATAN TERAPI BERMAINNo.Kegiatan TerapisWaktuKegiatan Pasien

1.Pembukaan

Mengucapkan salam

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dan terapi bermain

Menjelaskan alat dan bahan serta prosedur permainan5 Menit Menjawab salam Mendengarkan penjelasan leader memperhatikan

2.

Pelaksanaan permainan Menjelaskan cara permainan terlebih dahulu kepada anak-anak Berikan anak potongan puzzle tadi untuk disusun menjadi tubuh yang utuh. Instruksikan anak untuk menyebutkan bagian tubuh yang disusun beserta fungsi bagian tubuh tersebut.20 Menit Memperhatikan dan melaksanakan sesuai yang dicontohkan oleh terapis

3.Penutup

Mengadakan evaluasi

Memberikan pujian pada anak

Mengucapkan terimakasih kepada pasien dan keluarga

Mengucapkan salam penutup5 Menit Memperhatikan Menjawab salam

G. SUSUNAN PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

Leader

: Dwi Wahyu PangestuCo Leader: Dwi Wahyu PangestuObserver: Siti RizqiyatiningsihFasilitator: Siti Rizqiyatiningsih

Tahap Persiapan Pre Planing

1. Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua.

2. Mengumpulkan anak pada ruangan terapi bermain.

3. Menyiapkan alat yang diperlukan.

4. Kegiatan dipimpin oleh leader, dibantu dengan fasilitator.5. Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung.H. TUGAS TERAPIS1. LeaderTugas:

a. Membuka acara

b. Membaca peraturan bermain

c. Memimpin jalannya permainan

d. Memberi semangat kepada peserta

e. Menciptakan suasana menjadi meriah

f. Mengambil keputusan2. Co Leader

Tugas :

a. Mengingatkan leader ketika terjadi blocking

b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang3. Fasilitator Tugas :

a. Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung

b. Mendampingi anak selama bermainan

c. Memberikan semangat dan motivasi4. Observer

Tugas :

Mengamati dan mengevaluasi permainan

Mengamati tingkah laku anak

Memberikan kritik dan saran

I. Kriteria Evaluasi

1. Evalusi Struktur

a. Anak hadir di ruangan minimal 5 orang.

b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang Menur RSST Klaten.c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya.

2. Evaluasi Proses

a. Anak antusias dalam kegiatan menyusun puzzle.

b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir.

c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk menyusun puzzle.

3. Kriteria Hasil

a. Anak terlihat senang dan gembira

b. Kecemasan anak berkurang

c. Menyusun puzzle dengan benar

d. Anak mampu menyebutkan fungsi potongan puzzle yang dirangkai

DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini. 2004. Grafindo: JakartaDonna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGCHart, Robyn. 2000. Therapeutic Play Activities for Hospitalized Children.Imam, Saeful. 2008. Jelaskan Prosedur Medis Agar Anak Tidak Lagi Menangis, Diambil pada tanggal 22 Februari 2008, Available: http://www.tabloid-nakita.comNelson, Ilmu Kesehatan Anak. 1999. EGC: JakartaKeterangan:

: Leader

: Fasilitator

: Pasien

: Tempat puzzle

3