proposal tugas akhir perencanaan kegiatan perawatan …

31
PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan Tower Crane Milik PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH Menggunakan RCM II (Reliability Centered Maintenance) Oleh: Mirza Imesya Nialda 6506 040 004 Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Perencanaan Kegiatan Perawatan Tower Crane Milik

PT. TATAMULIA NUSANTARA INDAH Menggunakan

RCM II (Reliability Centered Maintenance)

Oleh:

Mirza Imesya Nialda 6506 040 004

Program Studi D4 Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2010

Page 2: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Tatamulia Nusantara Indah merupakan perusahaan yang

bergerak di bidang konstruksi bangunan, perusahaan ini biasanya

membangun gedung–gedung bertingkat seperti apartemen, hotel, gedung

perkantoran, dan lain–lain. Saat ini PT. Tatamulia Nusantara Indah sedang

mengerjakan proyek gedung perkantoran dan perdagangan milik Sampoerna

Office Development. Bangunan ini nantinya memiliki lantai berjumlah 17

yang rencananya akan selesai pada bulan Mei 2010. Pihak main contractor

memberi target untuk menyelesaikan pembangunan gedung setiap lantainya

selama satu bulan. Dalam mewujudkan terlaksananya rencana tersebut maka

perlu ditunjang dengan beberapa hal, salah satunya peralatan konstruksi

yang memadai dan layak pakai.

Dalam dunia industri terutama yang bergerak di bidang konstruksi

bangunan, setiap proyek bangunan kerap kali menggunakan crane dalam

proses angkat angkut suatu material atau bahan. Crane merupakan suatu

mesin / alat yang mempunyai mekanisme pengangkat (hoist) yang

digunakan untuk mengangkat dan menurukan beban secara vertikal dan

menggerakan atau memindahkannya secara horizontal. Pada proyek gedung

perkantoran dan perdagangan ini menggunakan 1 tower crane yang menjadi

satu – satunya alat untuk memindahkan beban yang berat ke arah yang

diinginkan. Jika peralatan ini mengalami kerusakan maka dapat

menghambat pekerjaan lain. Seperti pada tahun 2005, terdapat kecelakaan

pada proyek Mall Galaxy yang dikerjakan oleh PT. Tatamulia Nusantara

Indah yaitu patahnya main jib yang mengakibatkan tower crane berhenti

beroperasi selama 2 hari dan mengalami kerugian sekitar Rp. 40.000.000,00

untuk mengganti main jib. Selain di Indonesia, ada pula kecelakaan tower

crane lain yang terjadi di Negara Amerika, tepatnya di New York City, pada

tahun 2008 pada saat proyek perbaikan apartemen. Kecelakaan ini

menewaskan 4 orang dan 10 orang lainnya mengalami luka-luka. Tidak

Page 3: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

hanya itu saja, proyek ini juga mengalami kerugian berupa hancurnya sisi

terluar dari apartemen tersebut dan bangunan lain di sebelahnya.

Berdasarkan kecelakaan di atas dan beberapa kerusakan tower

crane yang pernah terjadi di proyek ini, untuk itu diperlukan upaya

pencegahan pada tower crane agar proses pembangunan dapat terus berjalan

dan mencegah terjadinya kerugian perusahaan akibat terjadiya kecelakaan.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan fungsi suatu

komponen yaitu dengan melakukan kegiatan perawatan. Sampai dengan saat

ini, PT. Tatamulia Nusantara Indah belum memiliki kegiatan perawatan

yang teratur dan terjadwal dengan interval waktu yang tepat untuk tower

crane. Perawatan dilakukan jika ada kerusakan komponen saja.

Untuk itulah diperlukan upaya untuk membuat dan menyusun

kegiatan perawatan yang memperhatikan task dan interval perawatan dengan

mengacu pada keselamatan, lingkungan, dan operasional. Salah satu metode

yang sesuai untuk digunakan dalam menentukan apa yang harus dilakukan

dalam menetukan kebijakan perawatan adalah Reliability Centered

Maintenance (RCM). Reliability Centered Maintenance (RCM) adalah

sebuah proses sistematis yang harus dilakukan untuk menjamin seluruh

fasilitas fisik dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan desain dan

fungsinya. Seiring dengan dampak – dampak yang ditimbulkan maka pada

tahun 1990 mulai diluncurkan RCM II yang merupakan hasil proses

pengembangan RCM sebelumnya yakni dengan menambahkan safety dan

environtment consequence pada decision diagramnya (Moubray, 1997).

RCM dapat digunakan untuk menganalisa fungsi komponen, jenis kerusakan

yang terjadi, efek yang ditimbulkan akibat kerusakan, dan tindakan yang

harus dilakukan untuk mengatasi kerusakan tersebut.

Page 4: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada penjelasan sub bab sebelumnya, maka

permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana cara melakukan penilaian resiko pada komponen tower

crane.

2. Bagaimana menentukan kegiatan perawatan dalam mengantisipasi

adanya kegagalan atau kerusakan yang terjadi pada tower crane.

3. Bagaimana menganalisa perbandingan antara manfaat (benefit) yang

diterima oleh perusahaan dengan biaya (cost) yang akan dikeluarkan

untuk melakukan kegiatan perawatan yang akan dilakukan pada tower

crane.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan penilaian resiko pada komponen tower crane.

2. Menentukan kegiatan perawatan dalam mengantisipasi adanya

kegagalan dan kerusakan yang terjadi pada tower crane.

3. Menganalisa perbandingan antara manfaat (benefit) yang diterima oleh

perusahaan dengan biaya (cost) yang akan dikeluarkan untuk melakukan

kegiatan perawatan yang akan dilakukakn pada tower crane.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dengan dilakukannya penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui tingkat resiko dari masing-masing komponen tower

crane.

2. Dapat memberikan masukan kepada PT. Tatamulia Nusantara Indah

tentang perencanaan kegiatan perawatan yang sesuai beserta interval

perawatannya demi proses pembangunan yang berjalan lancar.

3. Dapat memberikan informasi terhadap perusahaan mengenai keefektifan

biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan perawatan pada tower crane.

Page 5: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

1.5 Batasan Masalah

Batasan yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini dilakukan pada tower crane dengan tipe Raimondi

berkapasitas pengangkatan 12 ton yang digunakan pada tahun 2008

hingga proyek pembangunan gedung perkantoran dan perdagangan.

2. Penentuan distribusi dengan menggunakan software Weibull 7++.

3. Identifikasi kerusakan hanya dilakukan pada komponen utama tower

crane yaitu sistem hoist, sistem trolley, sistem slewing, dan sistem

jacking.

4. Kerusakan komponen yang terjadi yaitu yang tercatat pada data historis

perawatan, bukan yang disebabkan oleh human error.

Page 6: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan

Kegiatan perawatan ditujukan untuk meyakinkan bahwa aset fisik

yang dimiliki dapat terus berlanjut memenuhi apa yang diinginkan oleh

pengguna (user) terhadap fungsi yang dijalankan oleh aset tersebut

(Moubray, 1997). Perawatan merupakan salah satu cara efektif untuk

meningkatkan keandalan suatu sistem (Aggarwal, 1993). Kegiatan tersebut

dapat bersifat terencana (planned) dan tidak terencana (unplanned). Hanya

ada satu bentuk kegiatan perawatan yang tidak terencana yakni breakdown

maintenance, dimana perawatan yang dilakukan setelah terjadinya

kerusakan. Sistem perawatan ini tidak melakukan kegiatan perawatan

apapun sebelum kerusakan terjadi. Sedangkan planned perawatan terbagi

atas dua bagian utama yakni preventive (scheduled) dan corrective

(unscheduled).

2.2 Reliability Centered Maintenance (RCM)

Reliability centered maintenance didefinisikan sebagai sebuah

proses yang digunakan dalam menentukan tindakan yang tepat diberikan

untuk meyakinkan bahwa aset fisik yang dimiliki perusahaan dapat terus

menjalankan fungsinya sesuai dengan yang diinginkan (Moubray, 1997).

Proses yang dijalankan dalam RCM adalah dengan mengajukan

tujuh pertanyaan terhadap tiap aset/sistem yang dijalankan perusahaan

(dalam konteks operasional). Ketujuh pertanyaan tersebut adalah sbb:

1. Apakah fungsi serta standar performansi yang dimiliki oleh aset dalam

menjalankan operasinya (Function) ?

2. Dalam kondisi seperti apakah aset gagal untuk memenuhi fungsinya

(Functional Failure) ?

3. Apa penyebab dari tiap kegagalan yang terjadi (Failure Modes) ?

Page 7: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

4. Apa yang akan terjadi pada saat kegagalan tersebut berlangsung (Failure

effect) ?

5. Bagaimana masalah yang ditimbulkan akibat kegagalan yang terjadi

(Failure Consequence) ?

6. Apa yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah terjadinya

kegagalan (Pro-active task) ?

7. Apa selanjutnya yang harus dilakukan jika proactive task yang sesuai

tidak dapat diberikan (Default action) ?

Masing masing dari pertanyaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Fungsi dan standar performansi

Sebelum kita dapat menentukan kegiatan yang sesuai diberikan

dalam mempertahankan aset fisik sehingga dapat berjalan seperti yang

diinginkan oleh user dalam konteks operasionalnya, ada dua hal yang

harus kita penuhi yakni :

a. Tentukan apa yang dikehendaki pemakai terhadap aset tersebut

b. Pastikan bahwa aset tersebut mampu menjalankan apa yang

dikehendaki oleh pemakai. Hal ini menjadi alasan mengapa langkah

pertama yang diterapkan dalam proses RCM adalah menentukan apa

fungsi dari tiap aset yang dimiliki dalam konteks operasi yang

dijalankan, bersamaan dengan standar performansi yang diinginkan.

Apa yang user inginkan terhadap aset dapat dikategorikan menjadi

dua:

- Primary functions

Merupakan fungsi utama dari peralatan tersebut. Sedangkan yang

masuk pada kategori fungsi ini adalah kecepatan, output, kapasitas

angkut atau penyimpanan, kualitas produk dan layanan terhadap

konsumen.

- Secondary functions

Merupakan fungsi tambahan dari fungsi utama, yang biasanya

disesuaikan dengan keinginan pemakai. Juga adanya keinginan dari

user terhadap safety, control, kenyamanan, ekonomi, perlindungan,

Page 8: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

efisiensi operasi, pemenuhan terhadap peraturan/standar

lingkungan serta semua yang tampak dan dimiliki oleh aset.

b. Kegagalan Fungsi

Sasaran yang ingin dicapai dalam menjalankan kegiatan perawatan

adalah sama seperti apa yang telah didefinisikan dalam fungsi dan

standar performansinya. Namun bagaimana mencapai sasaran tersebut

itulah yang dipertanyakan. Satu satunya kejadian yang dapat

menghentikan aset untuk dapat menjalankan apa yang menjadi tugasnya

adalah terjadinya failure. Untuk itu diperlukan sebuah manajemen

failure, dengan memperhatikan bagaimana terjadinya kegagalan tersebut.

Proses RCM untuk mengetahui kegagalan adalah melalui 2 level :

- Pertama, adalah dengan mengidentifikasi penyebab yang mengarah

pada kondisi kegagalan (failed state).

- Selanjutnya, dengan mempertanyakan kejadian yang dapat

menyebabkan aset gagal (failed state) menjalankan fungsinya. Dalam

RCM, failed state dikenal sebagai functional failure karena hal

tersebut terjadi ketika sebuah aset tidak dapat memenuhi fungsinya

sesuai performansi standar yang dapat diterima / diinginkan oleh user.

c. Bentuk Kegagalan

Setelah mengetahui functional failure, selanjutnya yang harus

dilakukan adalah mengidentifikasi semua peristiwa/kejadian yang

memungkinkan dapat menjadi penyebab terjadinya tiap-tiap kondisi

kegagalan (failed state). Hal ini dikenal dengan sebutan failure

modes/bentuk-bentuk kegagalan. Seringnya setiap daftar bentuk

kegagalan disebabkan karena penurunan kemampuan akibat pemakaian.

Meskipun demikian, setiap daftar kerusakan juga dapat mencantumkan

kegagalan yang disebabkan karena human error (baik karena operator

maupun mainteners) maupun karena kesalahan desain.

Page 9: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

d. Efek Kegagalan

Langkah keempat dalam proses RCM adalah membuat daftar

efek dari kegagalan, yang menjelaskan apa saja yang terjadi ketika

failure mode berlangsung. Pendeskripsian tersebut harus mencantumkan

semua informasi yang dibutuhkan untuk mendukung evaluasi terhadap

konsekuensi yang ditimbulkan oleh failure, yang meliputi :

1. Bukti (jika ada) bahwa failure telah terjadi ?

2. Dengan cara bagaimana (jika ada) failure tersebut mengancam

keselamatan dan lingkungan?

3. Dengan cara bagaimana (jika ada) failure tersebut berakibat pada

produksi dan operasional ?

4. Kerusakan fisik seperti apa (jika ada) yang disebabkan oleh failure?

5. Apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki failure tersebut?

e. Dampak/ Konsekuensi Kegagalan

RCM mengklasifikasikan konsekuensi kedalam empat bagian yakni :

- Hidden failure consequence

Adalah kegagalan fungsi yang tidak dapat menjadi bukti bagi

operator bahwa telah terjadi kegagalan pada kondisi normal. Biasanya

disebabkan oleh peralatan pengaman (protective devices) yang gagal

bekerja. Hidden failure tidak memiliki dampak langsung, namun

nantinya dapat mengarah pada multiple failure yang lebih serius,

yakni konsekuensi catasthropic.

- Safety and environmental consequence

Kegagalan dapat dikatakan mempunyai konsekuensi terhadap

keselamatan jika dapat melukai/ mencederai atau bahkan membunuh

seseorang. Dan dikatakan memiliki konsekuensi terhadap lingkungan,

jika melanggar standar regional lingkungan, nasional atau bahkan

internasional.

- Operational consequence

Kegagalan dikatakan memiliki konsekuensi operasional jika

berakibat atau berpengaruh pada kegiatan produksi (hasil keluaran,

Page 10: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

kualitas produk, pelayanan konsumen atau biaya operasi sebagai

tambahan dari biaya langsung yang dikeluarkan untuk perbaikan).

- Non-operational consequence

Kegagalan tidak mengarah pada konsekuensi safety maupun

produksi, Kegagalan hanya berpengaruh pada biaya langsung yang

ditimbulkan karena perbaikan.

f. Proactive Task

Tindakan ini diambil sebelum failure terjadi, dengan harapan dapat

mencegah item/ peralatan mengarah pada kondisi gagal (failed state). Hal

ini dikenal dengan istilah predictive dan preventive maintenance.

Sedangkan dalam RCM sendiri digunakan pendekatan scheduled

restoration, scheduled discard serta on-condition task. Proactive task

dapat menjadi sangat bermanfaat (worth doing) apabila dapat

mengurangi konsekuensi kegagalan yang ada. Selain itu juga perlu

ditambahkan pula bahwa sebelum ditentukan bahwa task tersebut telah

sesuai (worth doing), kita juga harus menentukan bahwa hal tersebut

tecnically feasible. Technically feasible dimaksudkan bahwa kegiatan

yang diberikan memungkinkan atau sesuai diambil untuk dapat

menurunkan konsekuensi dari failure mode yang ada dan masih dapat

diterima/ dijalankan oleh pemilik atau pengguna dari aset tersebut.

- Scheduled restoration task

Merupakan tindakan pemulihan kemampuan item/komponen

(remanufacturing component) pada saat atau sebelum batas umurnya,

tanpa memperhatikan kondisinya pada saat itu. Kegiatan yang

dilakukan seperti ovehauls atau mengubah performansi seperti pada

kondisi mesin sebelumnya dengan tujuan untuk mencegah terjadinya

failure mode yang disebabkan karena umur peralatan. Dalam

penentuan scheduled restoration task ini, terdapat beberapa kriteria

yang harus dipenuhi/ dapat dikatakan technically feasible apabila :

a. Telah dilakukan pengidentifikasian umur dimana item menunjukkan

peningkatan laju terjadinya kegagalan

Page 11: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

b. Kebanyakan dari item-item tersebut dapat bertahan pada umur

tersebut (jika kegagalan yang ditimbulkan memiliki

dampak/konsekuensi terhadap safety atau environment)

c. Dapat dilakukan pemulihan daya tahan item terhadap kegagalan

yang terjadi

- Scheduled discard task

Merupakan tindakan mengganti item/ komponen ketika atau sebelum

batas umur, tanpa memperhatikan kondisinya pada saat itu. Scheduled

discard task dikatakan technicaly feasible apabila :

a. Telah dilakukan pengidentifikasian umur dimana item menunjukkan

peningkatan laju terjadinya kegagalan

b. Kebanyakan dari item-item tersebut dapat bertahan pada umur

tersebut (jika kegagalan yang ditimbulkan memiliki

dampak/konsekuensi terhadap safety atau environment)

- Scheduled on-condition task

Merupakan scheduled task yang diberikan untuk

mendeteksi/memeriksa terjadinya kegagalan potensial (potential

failures), sehingga dapat ditentukan tindakan untuk mencegah

terjadinya functional failures atau menghindari konsekuensi dari

functional failures. Scheduled on-condition task dapat dikatakan

technically feasible apabila :

a. Memungkinkan untuk dilakukan penentuan kondisi kegagalan

potensial secara jelas

b. P-F interval relatif konsisten

c. Dapat dilakukan monitoring terhadap item pada interval kurang

dari P-F interval.

d. P-F interval cukup panjang untuk bisa dilakukan beberapa hal

(dengan kata lain, cukup panjang untuk dapat dilakukan tindakan

untuk mengurangi atau mengeliminasi konsekuensi dari functional

failures).

Page 12: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

Gambar 2.1 interval P-F

(Sumber : John Moubray, 1997)

Berikut ini akan digambarkan apa yang terjadi pada fase failure

terakhir yang disebut dengan kurva P-F, karena kurva ini menjelaskan

awal terjadinya kegagalan (failure). Titik terdeteksinya penurunan

kondisi (titik P), jika kondisi ini tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki

maka akan berlanjut pada kerusakan sampai suatu titik functional

failure (titik F).

Gambar 2.2 Kurva P-F

(Sumber : John Moubray, 1997)

g. Default Action

Tindakan ini diambil setelah tindakan proaktif tidak dapat

diberikan dalam menghadapi failure mode yang terjadi. Default action

yang diambil ditentukan berdasarkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh

failure, sebagai berikut :

1. Jika proaktif task tidak dapat diberikan untuk menurunkan resiko

terhadap multiple failure yang berkaitan dengan hidden function,

maka kegiatan periodik failure finding dapat diberikan.

Page 13: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

2. Jika tindakan proaktif tidak dapat diberikan untuk menurunkan resiko

kegagalan yang dapat berpengaruh pada safety atau environment,

maka item tersebut harus diredesain atau proses yang dijalankan harus

diubah.

3. Jika tindakan proaktif tidak dapat diberikan dimana biaya yang

diberikan selama periode waktu tertentu kurang dari kegagalan yang

disebabkan karena operational consequences, default action yang

dapat diberikan adalah no scheduled maintenance. Jika hal tersebut

terjadi, namun konsekuensi operasionalnya masih tetap tidak dapat

diterima, default action yang dapat diberikan adalah redesign.

4. Jika tindakan proaktif tidak dapat diberikan dimana biaya yang

diberikan selama tenggang waktu/periode tertentu kurang dari

kegagalan yang ditimbulkan akibat non-operational consequence,

default action yang dapat diberikan adalah no scheduled maintenance.

dan jika biaya perbaikan terlalu tinggi, default action kedua dapat

diberikan yakni melakukan redesign.

2.2.1 Keuntungan metode RCM II

RCM II membantu dalam memenuhi ekspektasi terhadap

kegiatan perawatan, yakni (Moubray, 1997):

a. Meningkatkan integritas keselamatan dan juga lingkungan.

b. Meningkatkan performansi operasi (output, kualitas produk, serta

pelayanan terhadap konsumen).

c. Meningkatkan efektivitas biaya perawatan RCM II memfokuskan

perhatian pada aktivitas perawatan yang memiliki efek langsung

terhadap performansi

d. Meningkatkan masa pakai/umur suatu peralatan. Difokuskan pada

kegiatan teknik dalam scheduled on-condition task.

e. Menyediakan/sebagai database yang lengkap (comprehensive)

Selain itu juga, informasi yang tersimpan dalam RCM II

Worksheets dapat membantu staf/pekerja baru yang kurang

Page 14: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

memiliki pengalaman atau kemampuan (keahlian) untuk

menjalankan kegiatan maintenance.

2.2.2 Functional Block Diagram (FBD)

Langkah pendeskripsian sebuah sistem diperlukan untuk

mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam sistem dan

bagaimana komponen tersebut bekerja sesuai fungsinya. Data fungsi

peralatan dan cara beroperasinya, dipakai untuk membuat definisi dan

dasar untuk menentukan kegiatan perawatan sebagai upaya

pencegahan (John Mourbray, 1997). Keuntungan dari FBD adalah

sebagai berikut :

1. Sebagai dasar informasi dari sistem mengenai desain dan operasi,

yang dipakai sebagai acuan untuk melakukan tindakan perawatan

sebagai upaya pencegahan dikemudian hari.

2. Memperoleh pengetahuan sistem secara menyeluruh.

3. Mengetahui proses identifikasi parameter-parameter operasi yang

menyebabkan kegagalan sistem.

2.2.3 RCM II Decision Worksheet

RCM II Decision Worksheet merupakan dokumen lembar

kerja kedua dalam pengerjaan RCM. Worksheet ini digunakan untuk

merecord jawaban dari pertanyaan yang muncul dari decision

diagram, sehingga kita dapat mengetahui :

- Apa saja kegiatan rutin maintenance (jika ada) yang harus

dilakukan, berapa sering dilakukan dan siapa yang melakukan

- Kegagalan mana sajakah yang cukup sering sehingga perlu

dilakukan redesign

- Keadaan/ kondisi dimana keputusan yang sudah diambil diberikan

untuk menghadapi kegagalan yang terjadi.

Page 15: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

Kolom-kolom dalam RCM II Decision Worksheet dapat

dibagi sebagai berikut :

- Information Reference

Mengacu pada informasi yang diperoleh dari FMEA/ RCM II

Information Worksheet, yakni dengan memasukkan kode yang

dimilki Function Failure, serta Failure Mode dari masing-masing

equipment

- Consequence Evaluation

Merupakan konsekuensi yang ditimbulkan karena terjadinya

kegagalan fungsi. Dalam RCM II Failure Consequence dibedakana

menjadi atas 4 jenis yakni Hidden failure, Safety Effect,

Enviromental Effect dan Operational Effect. Pengisian yang

dilakukan dalam consequense evaluation adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1. Penentuan Kriteria Dampak/ Konsekuensi dalam RCM II

Failure

Consequence Memiliki Konsekuensi Tidak Memiliki Konsekuensi

Kolom H

(Hidden

Function)

Failure modes tidak dapat

diketahui secara langsung oleh

operator dalam kondisi normal

Failure modes dapat diketahui secara

langsung oleh operator dalam kondisi

normal

Kolom S

(Safety)

Failure Mode berdampak pada

Keselamatan Kerja Operator

Failure Mode tidak berdampak pada

Keselamatan Kerja Operator

Kolom E

(Environment)

Failure Mode berdampak pada

Lingkunagan sekitar

Failure mode tidak berdampak pada

Lingkunagan sekitar

Kolom O

(Operational)

Failure Mode berdampak pada

output produksi yang dihasilkan

Failure Mode tidak berdampak pada output

produksi yang dihasilkan

(Sumber : John Mourbray, 1997)

- Proactive task & Default Action

Proactive task merupakan tindakan/kondisi yang diambil dalam

mencegah terjadinya failure modes. Dalam penetuan tindakan

tersebut akan dibantu dengan Decision Diagram dengan

memenuhi technically feasible dan worth doing yang telah

ditetapkan dalam RCM II, yakni sebagai berikut :

Page 16: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

Tabel 2.2 Penentuan Persyaratan Kondisi Proactive Task Dalam RCM II

Proactive Task Persyaratan Kondisi proactive task

Kolom H1/S1/O1/N1 Sheduled on condition task

- memungkinkan untuk dilakukan pendeteksian terhadap gejala awal terjadinya kerusakan - dapat dilakukan monitoring terhadap item pada interval kurang dari P-F interval - apakah dalam interval waktu tersebut cukup untuk dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi/ mengeliminasi functional failures

Kolom H2/S2/O2/N2 Sheduled restoration task

- dapat diidentisikasi umur dimana item menunjukkan kemungkinan penambahan kecepatan terjadinya klegagalan - mayoritas item dapat bertahan pada umur tersebut (untuk kegagalan yang meiliki dampak/ konsejuensi terhadap safety/environment) - dapat memulihkan daya tahan item terhadap kegagalan yang terjadi

Kolom H3/S3/O3/N3 Sheduled Discard Task

- dapat diidentisikasi umur dimana item menunjukkan kemungkinan penambahan kecepatan terjadinya klegagalan - mayoritas item dapat bertahan pada umur tersebut (untuk kegagalan yang meiliki dampak/ konsekuensi terhadap safety/environment)

Kolom H4/S4/O4/N4 Sheduled failure finding task

- pendeteksian untuk menemukan hidden failure memungkinkan untuk dapat dilakukan - task yang diberikan mampu menurunkan terjadinya multiple failure - task yang diberikan dilakukan sesuai dengan interval yang dikehendaki

Kolom H5 Redesign

- hidden failure dapat dicegah hanya dengan jalan melaksanakan perubahan desain pada mesin

Kolom S4 Combination task

- safety effect dapat dicegah apabila kombinasi aktifitas antar proactive taskbisa dilakukan

(Sumber : John Moubray, RCM II)

Apabila jawaban atas pertanyaan yang diajukan decision diagram

RCM II adalah dengan memenuhi persyaratan atau Yes, maka

dicatat dengan Y sedangkan apabila tidak memenuhi atau No

dicatat dengan N pada kolom RCM II Decision Worksheet.

- Proposed Task

Dari hasil keputusan yang didapatkan dituangkan kedalam tindakan

perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

kegagalam fungsi yang mungkin terjadi. Dalam proposed task

dijelaskan tindakan perencanaan yang digunakan sebagai

tindakan nyata untuk menerjemahkan hasil dari proactive task

maupun default action yang diberikan.

Page 17: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

- Initial interval

Dipakai untuk mencatat interval perawatan optimal dari

masing-masing task yang diberikan untuk scheduled

restoration/discard task.

- Can be done by

Dipakai untuk mencatat data siapa yang diberikan wewenang

dalam melaksanakan aktifitas perawatan tersebut. Meliputi pihak-

pihak yang berkaitan lansung dengan proses operasi dari peralatan

tersebut.

Tabel 2.3 RCM II Decission Worksheet

RCM II

Decision

Worksheet

Sistem: Date: Sheet:

No: Sub sistem:

Fungsi Sub Sistem: Of:

Information Reference Consequence

Evaluation

H1 H2 H3 Default

Action

Proposed

Task

Initial

interval

Can

Be

Done

By

S1 S2 S3

No Equipment F FF FM H S E O O1 O2 O3 H4 H5 S4

N1 N2 N3

(Sumber: John Mourbay, RCM II)

2.3 Distribusi Peluang dalam Evaluasi Keandalan Sistem

- Distribusi Weibull

Selain distribusi eksponensial yang sering dipakai didalam

mengevaluasi keandalan sistem, distribusi weibul juga banyak dipakai

karena distribusi ini memiliki shape parameter sehingga distribusi

mampu untuk memodelkan berbagai data. Jika Time to Failure dari

suatu komponen adalah T mengikuti distribusi weibull dengan tiga

parameter β, η, dan γ maka fungsi padat distribusi dapat diekspresikan

sebagai berikut :

Page 18: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

Jika nilai γ = 0 maka akan diperoleh distribusi weibull dengan dua

parameter,seberapa karakteristik dari distribusi weibull adalah :

• Untuk 0 < β < 1, laju kegagalan (failure rate) akan berkurang seiring

bertambahnya waktu.

• Untuk β = 1, maka failure rate-nya adalah konstan

• Untuk β > 1, laju kegagalan (failure rate) akan bertambah seiring

bertambahnya waktu.

Sedangkan fungsi reliabilitynya adalah :

Sehingga untuk mean time to failure diperoleh :

Dimana Γ adalah fungsi gamma yang didefinisikan sebagai:

Keterangan: γ = gamma = location parameter

η = eta = scale parameter

β = beta = shape parameter

MTTF = waktu rata – rata antar kerusakan (jam)

Γ (γ) = Fungsi gamma

Page 19: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

- Distribusi Lognormal

Distribusi digunakan untuk menggambarkan distribusi kerusakan untuk

kondisi yang bervariasi. Disini time to failure (t) dari suatu komponen

diasumsikan memiliki distribusi Lognormal bila y = ln(t), mengikuti

distribusi normal dengan rata – rata µ dan variansinya adalah s.

Fungsi keandalan distribusi lognormal :

Laju kegagalannya :

MTTF distribusi Lognormal :

- Distribusi Normal

Distribusi normalsering disebut juga dengan distribusi gaussian adalah

salah satu jenis distribusi yang paling sering digunakan dalam

menjelaskan sebaran data. Fungsi padat peluang distribusi normal

adalah:

Dimana: µ = rata-rata/mean

σ = standar deviasi/varian

Fungsi keandalan dari sebuah komponen yang memiliki distribusi

normal dapat ditulis sebagai berikut:

mean time to failure pada distribusi normal ini adalah:

Page 20: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

2.4 Resiko

2.4.1 Pengertian Resiko

Australia / New Zealand Standard (2004) memaparkan

bahwa resiko adalah perubahan terhadap sesuatu yang telah terjadi

yang akan memberikan pengaruh secara obyektif, terukur dalam

fungsi consequence dan likelihood. Consequence adalah akibat yang

ditimbulkan dari terjadinya suatu event (peristiwa). Diekspresikan

dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif, serta dapat berupa kerugian,

kecelakaan, ketidakberuntungan atau ketidakberhasilan. Consequence

juga dapat diartikan sebagai range (luasan) dari kemungkinan hasil

sebagai akibat terjadinya event. Sedangkan likelihood adalah

penjelasan kualitatif mengenai probabilitas (kemungkinan terjadinya

suatu keadaan tertentu) dan frekuensi (jumlah terjadinya suatu

keadaan dalam jangka waktu tertentu). Resiko menurut beberapa

keputusan manajemen memiliki akibat baik atau buruk. Hal ini terjadi

karena kebanyakan proyek dan keputusan manajemen mengandung

resiko. Kebanyakan resiko tidak hanya membahayakan tetapi juga

dapat mengakibatkan kerusakan. Resiko juga merupakan suatu

peristiwa yang dapat terjadi di masa mendatang sebagai akibat dari

tindakan-tindakan yang telah ditempuh pada masa sekarang. Itulah

sebabnya mengapa para manajer harus mempertimbangkan pilihan-

pilihan yang berbeda terhadap beberapa masalah dan

memperhitungkan konsekuensi-konsekuensinya dengan cara

memfokuskan diri pada resiko-resiko yang lebih nyata missal

kecelakaan di tempat kerja.

2.4.2 Perhitungan Nilai Resiko

Resiko merupakan kombinasi dari likelihood dan

consequence. Likelihood ialah kemungkinan dalam suatu periode

waktu dari suatu resiko akan muncul. Perhitungan kemungkinan yang

sering digunakan adalah frekuensi. Consequence ialah akibat dari

Page 21: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

suatu kejadian yang biasanya dinyatakan sebagai kerugian dari suatu

resiko. Maka perhitungan resikonya :

Risk = Likelihood x Consequence

Dimana : Consequence = konsekuensi untuk suatu resiko

Likelihood = frekuensi kegagalan untuk suatu resiko

Sehingga nilai dari suatu resiko berupa kerugian biaya yang dialami

per tahun. Untuk memudahkan penentuan level resiko dibuat tabel

risk-matrix.

Tabel 2.4 Qualitative Measures of Likelihood or Impact

Level Descriptor Description

A Almost Certain The event will occur on an annual basis B Likely The event has occurred several times or more

in your career C Possible The event might occur once in your career D Unlikely The event does occur somewhere from time to

time E Rare Heard of something like the occurring

elsewhere (Sumber: Australia/New Zealand Standard 4360:2004)

Tabel 2.5 Qualitative Measures of Consequence

Level Descriptor Description

1 Negligible Negligible impact upon objevtives

2 Minor Minor effects that are easily remedied

3 Moderate Some objectives affected

4 Major Some important objectives cannot be achieved

5 Severe Most objectives cannot be achieved

(Sumber: Australia/New Zealand Standard 4360:2004)

Page 22: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

Tabel 2.6 Qualitative Risk Analysis Matrix-Level of Risk

Likelihood

Consequence

Negligible

1

Minor

2

Moderate

3

Major

4

Severe

5

1(Almost certain) M H H VH VH

2 (Likely) M M H H VH

3 (Possible) L M H H H

4 (Unlikely) L L M M H

5 (Rare) L L M M H

(Sumber: Australia/New Zealand Standard 4360:2004)

Keterangan :

VH and H : Very High Risk dan High Risk, perlu perhatian dari

senior managemen, perencanaan tindakan penanggulangan

segera, dan menetapkan tanggungjawab suatu managemen

yang lebih terperinci

M : Moderate Risk, Diatasi dengan monitoring secara spesifik atau

tindakan penanggulangan dengan menetapkan tanggungjawab

dari suatu managemen yang lebih terperinci

L : Low Risk, Diatasi dengan menggunakan prosedur rutin.

2. 5 Model Matematis Perawatan

Kerusakan peralatan pada umumnya bersifat mendadak dan bila

kerusakan terjadi maka peralatan tersebut harus diganti. Untuk mengurangi

banyak peralatan yang rusak, penggantian preventive dapat dijadwalkan

pada interval waktu yang diinginkan. Penggantian preventive ini akan

mengurangi kemungkinan kerusakan peralatan di masa mendatang sehingga

dapat menurunkan kemungkinan biaya kerusakan. Namun penggantian

preventive yang terlalu sering juga akan meningkatkan biaya. Oleh karena

itu, diperlukan pengembangan metode penentuan interval penggantian

secara optimal dalam pemeliharaan preventive. Dengan mengasumsikan

bahwa scheduled preventive maintenance akan memulihkan sistem seperti

Page 23: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

kondisi baru. Untuk menentukan waktu penggantian yang optimal

digunakan metode (lewis, 1996) sebagai berikut :

(Lewis, 1996)

Untuk menentukan interval penggantian yang dapat meminimalkan total

biaya operasi tersebut dapat digunakan metode kalkulus standard.(Haryono,

2004).

Untuk distribusi weibull 3 parameter diperoleh :

(Haryono, 2004)

Untuk distribusi weibull 2 parameter (γ = 0) diperoleh :

(Haryono, 2004)

Dimana: CM = Biaya tenaga kerja + biaya material

CR = CF + ((CW + CO) x MTTR)

CF = Biaya penggantian/perbaikan komponen yang rusak

CO = Biaya yang ditanggung proyek akibat terjadi downtime

CW = Biaya pekerja yang melakukan perbaikan

MTTR = Waktu rata-rata untuk dilakukan perbaikan

2.6 Benefit-Cost Analysis

Benefit-Cost Analysis adalah analisis yang sangat umum digunakan

untuk mengevaluasi proyek-proyek pemerintah. Analisis ini adalah cara

praktis untuk menaksir kemanfaatan proyek, dimana untuk hal ini

diperlukan tinjauan yang panjang dan luas. Dengan kata lain diperlukan

analisis dan evaluasi dari berbagai sudut pandang yang relevan terhadap

ongkos-ongkos maupun manfaat yang disumbangkannya.

Suatu proyek dikatakan layak atau bisa dilaksanakan apabila rasio

antara manfaat dari suatu proyek terhadap biaya yang dibutuhkannya lebih

Page 24: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

besar dari satu (B/C > 1). Oleh karena itu, dalam melakukan analisa

manfaat-biaya kita harus berusaha mengkuantifikasikan manfaat dari suatu

usulan proyek dalam bentuk satuan mata uang karena yang terpenting

adalah manfaat dan biaya yang akan dianalisa harus dilihat dari sudut

pandang yang sama. Cara yang sering dan mudah dipakai untuk menentukan

sudut pandang ini adalah dengan mengidentifikasi terlebih dahulu siapa

menerima manfaat dan siapa yang membayar biayanya. Dengan demikian

maka benefit-cost analysis dapat dinyatakan dengan:

B / C = Manfaat Ekuivalen

Ongkos Ekuivalen

Keterangan:

Manfaat ekuivalen = semua manfaat setelah dikurangi dengan dampak

negatif, dinyatakan dengan nilai uang.

Ongkos ekuivalen = semua ongkos-ongkos setelah dikurangi dengan

besarnya penghematan yang bisa didapatkan oleh

oleh sponsor proyek.

Dimana:

B / C ≥ 1 Dikatakan alternatif tersebut layak secara ekonomi

B / C < 1 Dikatakan alternatif tersebut tidal layak secara ekonomi

2.7 Tower crane

Tower crane yang akan dipergunakan harus sesuai dengan

kebutuhan pada pekerjaan. Bila jenis crane tidak atau kurang sesuai dengan

kebutuhan pekerjaan maka akan mengakibatkan kecelakaan karena keadaan

atau tempat yang kurang sesuai (unsafe condition). Penggunaan setiap jenis

tower crane memerlukan perencanaan yang lebih cermat karena menyangkut

konstruksi, fondasi, dan penempatan di lokasi yang tetap untuk jangka

waktu yang lama. Adapun pertimbangan dalam penggunaan tower crane

adalah:

- Ketika crane diperlukan ditempat untuk waktu yang lama.

- Ketika lokasi sempit dan ramai.

- Tinggi pengangkatan yang eksterm dan jauh.

Page 25: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

- Little mobility, high lift frequency

Gambar 2.3 Tower crane

(Sumber: Operation Instructions of Raimondi ER 180)

2.7.1 Aliran Proses Pengangkatan

Aliran proses pengangkatan material yang dilakukan oleh

tower crane dilakukan secara berurutan. Dimulai dari operator yang

menyalakan aliran listrik dari panel yang terletak di lantai dasar. Jika

panel telah dihidupkan, operator naik ke atas cabin dan menekan

tombol “ON”. Setelah program PLC dijalankan, maka operator dapat

langsung menggerakkan handle speed hoist ke arah depan. Dari

program PLC tersebut generator hoist yang merupakan suplai energi

bekerja menggerakkan motor hoist sesuai dengan perintah yang

terdapat pada program PLC. Berikutnya, motor hoist menggerakkan

gearbox hoist untuk menjalankan drum hoist yang merupakan tempat

menggulung tali kawat baja pada saat up atau down. Tali kawat baja

bagian atas dihubungkan ke drum hoist sedangakan bagian bawahnya

dihubungkan ke hook. Hook yang berbentuk pancingan tersebut

dikaitkan pada tali kawat baja yang lain dimana antara tali kawat baja

dengan material yang akan diangkat diletakkan shackle sebagai

Page 26: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

pengunci agar material tidak jatuh. Berikut adalah aliran sistem kerja

tower crane saat mengangkat material:

Gambar 2.4 Diagram Alir Kerja Pengangkatan Tower crane.

PLN

Operator

Tombol On/Start

Unit PLC memprogram

Handle Speed Hoist digerakkan

Drum Hoist

Motor Hoist

Gear Box Hoist

Wire Rope yang dihubungkan dari hoist

Hook

Wire Rope & Shackle

Material diangkat

Page 27: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

2.7.2 Komponen Tower crane

Setiap unit tower crane yang dibuat dari negara-negara yang

berbeda memiliki jenis komponen yang sama dengan fungsi yang

sama pula. Alat ini juga didesain berdasarkan standard safety yang

diakui seluruh dunia. Adapun nama komponen beserta fungsinya,

yaitu:

Tabel 2.7 Komponen Tower crane

No. Komponen Fungsi

1. Motor Hoist Sebagai penggerak gear box dalam menaikkan

dan menurunkan material.

2. Gear Box Hoist Sebagai penggerak drum sling.

3. Brake hoist Untuk mengerem hoist

4. Drum sling Sebagai tempat gulungan sling

5. Hook Sebagai alat pengait beban yang diangkat, alat ini

berbentuk pancingan.

6. Motor Trolley Sebagai penggerak gear box untuk arah maju dan

mundurnya trolley

7. Brake Trolley Untuk mengerem trolley

8. Gear Box Trolley Sebagai penggerak trolley maju mundur

9. Drum Trolley Sebagai tempat gulungan sling saat trolley maju

mundur

10. Sling Tali yang digunakan untuk mengangkat dan

menurunkan hook .

11 Pulley Hook Untuk menggerakkan alur sling

12 Handle Stick yang digunakkan untuk mengoperasikan

tower crane pada arah yang dituju.

13 Motor Gear Slewing Untuk menggerakkan gear box agar gear meja

slewing berputar

Page 28: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

Lanjutan Tabel 2.7 Komponen Tower crane

No. Komponen Fungsi

14. Meja Slewing Untuk menggerakkan/memutar jib hingga tower

head pada saat gerakan slewing dilakukan.

15. Gear Box Slewing Untuk memutar tower crane kea rah yang dituju.

16. Brake Slewing Untuk mengerem gerakan berputarnya tower

crane.

17. Gear Slewing Alat ini digerakkan oleh motor kemudian

menggerakkan meja slewing hingga jib dan tower

head dapat berputar.

18. Reset Control Panel

(RCP)

Untuk mengontrol naik turunnya tegangan.

Tower crane tidak akan berjalan jika tegangannya

tidak stabil.

19. Panel Elektrik Untuk menggerakkan motor, brake, dan lain-lain.

20. Motor Jack Untuk menggerakkan pompa oli

21. Selang Jack Untuk menggerakkan oli dalam silinder jack

sehingga jack dapat bergerak naik.

22. Section Sebagai penyangga/kaki tower crane.

23. Jib Sebagai tempat berjalannya trolley maju dan

mundur

24. Counter Weight Pemberat yang dipasang pada setiap crane yang

digunakan sebagai penyeimbang beban yang

diangkat.

25. Cabin Operator Sebagai tempat operator dalam menjalankan

tower crane

26. Hydrolic Climbing Untuk menaikkan section secara manual.

27. Pompa Hydraulic Memompa teleskopic beam pada saat

menyesuaikan panjang material sebelum

diangkat.

(Sumber: Hasil Wawancara)

Page 29: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Suatu kerangka penelitian atau metode penelitian sangat diperlukan

dalam menyusun penelitian ilmiah ini. Kerangka penelitian harus disusun secara

sistematis dan terarah untuk mendapatkan hasil penelitian yang tepat sasaran

sesuai dengan rumusan masalah tujuan penelitian. Adapun langkah – langkah

dalam proses penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1, adalah:

3.1 Studi literatur

Studi literatur akan digunakan untuk mendapatkan kajian secara

teoritis, mengetahui metode yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini. Teori - teori yang

digunakan meliputi teori tentang Reliability Centered Maintenance II

(RCM II), teori keandalan (reliability), dan teknik identifikasi

bahaya (hazard identification technique). Selain itu juga dilakukan

studi terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya yang

dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan acuan bagi penelitian

yang akan dilakukan.

3.2 Studi lapangan

Studi lapangan dilaksanakan untuk mengamati objek yang akan

diteliti. Dari hasil pengamatan dilapangan akan diketahui aliran

proses produksi, serta kondisi sebenarnya dari tower crane. Dari

studi lapangan diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang

pendekatan yang sesuai untuk pelaksanaan penelitian.

3.3 Tahap Identifikasi dan Perumusan Masalah

Tahap ini bertujuan untuk memaparkan latar belakang masalah yang

diangkat dalam penelitian, merumuskan masalah sebagai bahan yang

akan dibahas dalam penelitian, menetapkan tujuan yang akan

Page 30: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

dicapai, serta menentukan asumsi dan batasan yang akan membantu

dalam penyelesaian masalah dalam penelitian.

3.4 Pengumpulan data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang diambil di PT.

Tatamulia Nusantara Indah mulai periode 2005 – 2009 yang

dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini. Data tersebut antara lain:

1. Detail dari komponen yakni fungsi, keterkaitan dengan komponen

lain, kegagalan fungsi yang mungkin terjadi, bentuk kegagalan,

efek yang ditimbulkan akibat kegagalan.

2. Data waktu antar kerusakan dan data waktu antar perbaikan

3. Data biaya operasional, biaya tenaga kerja, biaya spare part, dan

biaya perawatan.

3.5 Pengolahan data

Data – data yang telah terkumpul tersebut, kemudian diolah baik

secara kualitatif maupun kuantitatif. Yakni membuat Function Block

Diagram (FBD). Kemudian data kerusakan tersebut dimasukkan ke

dalam form FMEA. Dan selanjutnya dimasukkan ke dalam kolom

Reliability Centered Maintenance (RCM), kemudian dilakukan uji

distribusi dengan software Weibull ++7. Sehingga dihasilkan

penentuan interval perawatan.

3.6 Analisa

Tahap ini bertujuan untuk menganalisa hasil pengolahan data yang

telah dilakukan.

3.7 Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini memberikan gambaran mengenai kesimpulan dari

pembahasan serta saran – saran untuk menunjang lebih lanjut

penelitian selanjutnya.

Page 31: PROPOSAL TUGAS AKHIR Perencanaan Kegiatan Perawatan …

3.8 Flowchart

Gambar 3.1 Flowchart RCM II

Perhitungan Benefit-Cost Analysis (Analisa Perbandingan biaya & manfaat)

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mulai

Tahap Pengumpulan Data: 1. Data Kuantitatif: Data Waktu Antar Kerusakan mesin (time failure), data

waktu perbaikan (time to repair), biaya akibat kerusakan/kegagalan. 2. Data Kualitatif: Data fungsi tower crane, data penyebab kegagalan

komponen tower crane, data efek yang ditimbulkan dari kegagalan yang terjadi.

Functional Block Diagram (FBD)

Penentuan matriks penilaian resiko (Penentuan resiko pada masing-

masing komponen)

Penentuan distribusi waktu antar kerusakan dan waktu antar perbaikan

Penentuan interval perawatan (Penentuan interval Perawatan)

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Penentuan Biaya Perbaikan

RCM II Decision Worksheet

RCM II Information Worksheet (Identifikasi kegagalan/kerusakan)

Studi Lapangan Studi Pustaka