proposal walkthrough survei k3 cuci mobil tri siko arliawan tantri
DESCRIPTION
kedokteran okupasiTRANSCRIPT
BAGIAN IKM DAN IKK MEI 2016FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
ASPEK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PEKERJA CUCI MOBIL “SHINE”
JL PETTARANI MAKASSAR
Disusun oleh :
Arliawan Arsadi Ali C 111 11 022
Setiawan Winarso C 111 11 159
Tri Kurniawan C 111 11 323
Tantri Lestari C 111 11 380
Pembimbing :
dr. Sultan Buraena MS. Sp.OK
DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KERJA DAN
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
i
I. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian terhadap
masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat di lihat sejak
dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.1
Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3 masih
belum terlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul berdasarkan
data dari PT Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang menunjukkan
terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan sedikitnya 35 orang per 100.000
pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat kerja.1
Dari data profil masalah kesehatan kerja tahun 2006, Direktorat Bina
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI menyatakan 3 Penyakit Akibat
Kerja (PAK) terbesar menurut sektor formal dan informal, diantaranya
penyakit muskuloskeletal yang menempati persentase terbesar yaitu 13,8
(formal) dan 18,9 (informal), penyakit kardiovaskuler dengan persentase
sebesar 7,6 (formal) dan 8,2 (informal) dan gangguan syaraf dengan
persentase sebesar 6,2 (formal) dan 6,3 (informal).2 Dari data tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada sektor formal persentase PAK lebih rendah
dibandingkan dengan sektor informal.1
Industri informal di bidang jasa yang akhir- akhir ini banyak diminati
oleh pengelola usaha salah satu diantaranya adalah usaha cuci mobil. Usaha
ini dipilih karena di Makassar semakin banyak jumlah pengguna kendaraan
bermotor, selain itu untuk membuat usaha cuci mobil tidak memerlukan
peralatan yang rumit dan pekerja dengan keahlian khusus. Namun,
meskipun demikian hazard dan risiko pasti akan ada pada usaha cuci mobil,
ditambah lagi dengan kondisi dan perilaku tidak aman dari lingkungan kerja
dan pekerja itu sendiri. Sehingga tidak dipungkiri masalah K3 akan muncul
pada usaha cuci mobil tersebut.1
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum:
ii
Untuk mengetahui tentang aspek K3 pada pencuci mobil di Makassar
b. Tujuan Khusus:
1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard pada pencuci mobil di
Makassar
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat
mengganggu kesehatan pencuci mobil
3. Untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pencuci
mobil
4. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus)
5. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada
penyuluhan/pelatihan. Pengukuran / pemantauan lingkungan tentang
hazard yang pernah dilakukan.
6. Untuk mengetahui tentang faktor konstruksi bangunan yang
berhubungan dengan K3 pencuci mobil
7. Untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran yang ditetapkan pada lingkungan pekerja pencuci mobil
III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan
mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda,
serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007 mendefinisikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang
mempengaruhi atau akan mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang
lain di tempat kerja. Dari definisi keselamatan dan kesehatan kerja di
atas serta definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus
iii
Besar Bahasa Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang
menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja. 2
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh
dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang
yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan
datang (Prasetyo,2009). 2
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi
kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja
iv
Sedangkan menurut Suma’mur (2006) tujuan dari keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu :
a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja
b. baik secara fisik, sosial dan psikologis.
c. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya
d. dan seefektif mungkin.
e. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
f. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan gizi pekerja.
g. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
h. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
i. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
3.2 Identifikasi Hazard Umum
Dalam konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
ada satu kata yang selalu harus diingat yaitu ”Pencegahan merupakan
cara yang paling efektif” artinya mencegah terjadinya kecelakaan
berarti sudah tercapai tujuan menhindari kecelakaan itu sendiri. 3
Ada beberapa faktor hazard yang mungkin ditemukan di tempat
pencucian mobil.4
a. Hazard lingkungan kerja lantai licin, terdapat pada seluruh
proses pekerjaan dan dapat berpotensi pekerja terpeleset.
b. Hazard lingkungan kerja selang air yang berantakan dapat
menimbulkan kecelakaan ketika pekerja melewati selang air,
kemungkinan untuk terjadinya pekerja tersandung dan terjatuh.
c. Hazard lingkungan kerja turun tangga terdapat pada aktivitas
pembilasan di kolong mobil. Apabila pekerja turun dengan terburu-
buru berpotensi pekerja untuk terpeleset.
v
d. Hazard lingkungan kerja jari-jari mesin kompresor terdapat
pada aktivitas pembilasan ketika pekerja menyalakan kompresor.
Intensitas pekerja untuk dekat dengan jari-jari mesin kompresor
yang berputar cukup sering sehingga dimungkinkan kejadian
kecelakaan dapat terjadi.
e. Hazard lingkungan kerja penggunaan bangku terdapat pada
aktivitas pembilasan terutama ketika pekerja ingin menjangkau
bagian atas mobil. Bangku yang digunakan terbuat dari plastik
yang dapat berpotensi pekerja terjatuh.
f. Hazard lingkungan kerja uap panas akan memajan ketika
pekerja berada di bawah kolong dan mesin mobil pada proses
pembilasan.
g. Hazard lingkungan kerja pajanan sinar UV akan memajan
pekerja secara terus menerus karena pekerjaan yang dilakukan
berada di luar ruangan dengan intensitas yang cukup sering di siang
hari.
h. Hazard lingkungan kerja butiran pasir dan debu dapat
memajan pekerja ketika sedang mengambil karpet di dalam mobil,
menyemprot bagian kolong dan mesin mobil serta ketika sedang
melakukan pengecekan vacuum cleaner.
i. Hazard lingkungan kerja kontak dengan sabun krim dan
shampoo terdapat pada proses pencucian karpet dan pembilasan.
Dampak dari pajanan sabun krim dan shampoo sering dialami oleh
pekerja, seperti gatal-gatal dan merah pada kulit.
j. Hazard lingkungan kerja bakteri, jamur, cacing dan jentik
nyamuk dapat pekerja selama melakukan aktivitasnya terutama
dikolong mobil.
k. Hazard elektrik menyambung steker vacuum cleaner terdapat
pada proses finishing, pekerja biasanya menyambungkan steker
dalam kondisi tangan yang basah sehingga kesempatan untuk
terjadi kecelakaan.
vi
l. Hazard kesehatan percikan air memajan pekerja secara terus
menerus selama aktivitas pencucian dilakukan
m. Hazard ergonomik dapat memajan pekerja melakukan pencucian
secara manual dan terus menerus dalam posisi yang membungkuk,
tidak nyaman, statis dan berulang.
n. Hazard perilaku merokok muncul pekerja sering merokok baik
pada saat bekerja maupun tidak bekerja.
o. Hazard perilaku pola makan tidak teratur dan asupan
makanan yang banyak mengandung lemak jenuh didapatkan
karena sistem kerja 24 jam adanya pengaturan waktu kerja
mengakibatkan jadwal makan pekerja teratur.
p. Hazard pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja
didapatkan karena fatigue sering sekali dialami oleh pekerja.
3.3 Alat Pelindung Diri5
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan
perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991).
Atau bisa juga disebut alat kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah
pengganti dari usaha tersebut, namun sebagai usaha akhir.
Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari
bahaya-bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh karena
itu, APD dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa
ketentuan yang diperlukan.
Alat pelindung diri yang dapat digunakan di tempat kerja pekerja
pencuci mobil, sesuai dengan faktor hazard yang ada berupa sepatu
vii
boot, pelindung kepala dengan bahan anti air, celemek, masker,
google dan sarung tangan karet.
3.4 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja6
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) adalah merupakan
pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang
mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan
tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan.
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja
adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat
kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang beradadi tempat kerja,
yang mengalami sakit atau cidera di tempatkerja.
Pengawasan pelaksaan P3K di tempat kerja perlu memperhatikan
faktor fasilitas dan faktor personil. Dari aspek fasilitas, terdapat kotak
P3K, isi Kotak P3K, buku Pedoman, ruang P3K, dan perlengkapan
P3K (alat perlindungan, alat darurat, alat angkut dan transportasi)
. Dari factor personil, dapat diperhatikan penanggung jawabnya:
dokter pimpinan PKK, Ahli K3, dan petugasnya yang memiliki
sertifikat pelatihan P3K di tempat kerja.
Pembinaan Pengawasan pelaksaan P3K di tempat kerja harus
didukung oleh faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor
internal perusahaan terdiri dari Pengurus Perusahaan, Dokter
Perusahaan, ahli K3/Ahli K3 Kimia, Auditor Internal dan eksternal
perusahaan yaitu pegawai Pengawas Ketenagakerjaan dan auditor
Eksternal.
IV. LOKASI DAN WAKTU SURVEI
4.1. Lokasi
viii
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan
adalah mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan
keselamatan kerja pekerja cuci mobil “SHINE” di jln. Pettarani Makassar.
4.2. Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada
tanggal 24 Mei 2016.
V. BAHAN DAN CARA
5.1 Peralatan yang Diperlukan
Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey
antara lain:
- Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai media untuk pencatatan
selama survey jalan sepintas.
- Kamera digital: Berfungsi sebagai alat untuk memotret kegiatan
dan lingkungan pencuci mobil
- Check List: Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer
mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.
5.2.Cara
Dengan metode walk through survey dengan menggunakan check list.
Walk through survey mengandalkan kemampuan indra penglihatan dan
intra pendengaran sekali-sekali dilakukan wawancara dengan pekerja. 5
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah
kerahasiaan perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja.
Sebelum melakukan pemotretan perlu dimintakan ijin terlebih dahulu
kepada pimpinan perusahaan. Laporan walk through survey tidak cukup
hanya dengan mengisi check list, melainkan juga harus menyusun essay.
Check list hanyalah merupakan panduan saja agar tidak ada yang terlupa
pada saat survei.
5.3.Alur Kerja
ix
Gambar 1. Alur Kerja pada Lingkungan Pencuci Mobil
VI. JADWAL SURVEI
Survei akan dilaksanakan selama 1 minggu ( 23 – 27 Agustus 2014)
23 Mei 2016 : Membuat proposal Walktrhough survey K3 pada tempat
pencucian mobil
24 Mei 2016 : Melakukan survey di lokasi penelitian
25 Mei 2016 : Membuat laporan hasil penelitian dan status okupasi
26 Mei 2016 : Penyusunan artikel status okupasi
27 Mei 2016 : Presentasi laporan walkthrough survey dan presentasi
status okupasi
VII. HASIL SURVEI
1. Pengarah mobil
I. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk
x
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Zat kimia ini berasal dari
kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang menjadi hazard pada
pekerja ini.
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
tanpa alat, dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial
xi
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift malam (pukul 14.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk
shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. ALAT YANG DIGUNAKAN
Tidak ada alat yang digunakan oleh pekerja ini.
III. ALAT PELINDUNG DIRI
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
IV. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak
dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak
dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak
dilakukan
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
xii
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai
dengan struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
2. Pencuci Mobil Luar
I. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
xiii
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat
kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa detergent yang terpapar pada
pekerja
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat),
dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift malam (pukul 14.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk
shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah penyemprot,
selang, spons.
xiv
III. ALAT PELINDUNG DIRI
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
IV. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA
4. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak
dilakukan
5. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak
dilakukan
6. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak
dilakukan
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai
dengan struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
xv
VII. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
3. Pencuci Mobil Dalam
I. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat
kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
xvi
Terdapat bahan kimia berupa detergent yang terpapar pada
pekerja
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat),
dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift malam (pukul 14.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk
shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah vakum, kain lap,
spons.
III. ALAT PELINDUNG DIRI
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
IV. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak
dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak
dilakukan
xvii
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak
dilakukan
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai
dengan struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
4. Pengering
I. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
xviii
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat
kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa detergent yang terpapar pada
pekerja
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
xix
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat),
dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift malam (pukul 14.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk
shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
II. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah kain lap, spons.
III. ALAT PELINDUNG DIRI
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
IV. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA
4. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak
dilakukan
5. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak
dilakukan
6. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak
dilakukan
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
xx
VI. KONSTRUKSI BANGUNAN
6. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
7. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
8. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
9. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai
dengan struktur bangunan semi terbuka
10. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
VII. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
5. Pencuci Mesin
I. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
xxi
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat
kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Terdapat bahan kimia berupa detergent yang terpapar pada
pekerja
3) Bahan gas
Terdapat gas hasil emisi kendaraan pada pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi berdiri, dilakukan
dengan menggunakan alat (spon basah, selang air, dan sikat),
dan gerakan yang berulang.
Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift malam (pukul 14.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk
shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
xxii
II. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah kain lap.
III. ALAT PELINDUNG DIRI
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa dan sepatu boot.
IV. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak
dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak
dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak
dilakukan
V. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
VI. KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
2. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
3. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
4. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai
dengan struktur bangunan semi terbuka
5. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini
xxiii
VII. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
6. Kasir
VIII. HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1) Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari beberapa
lampu, dan cukup terang dan warna cahaya lampu sesuai dengan
lingkungan kerja. Warna dinding yang cukup terang untuk
menunjang pekerjaan.
2) Sumber bising
Sumber bising ditempat kerja berasal dari suara vakum, suara
semprotan air, suara mesin kendaraan dan suara-suara yang
melintas di depan lokasi tempat kerja yang berada di tepi jalan
raya.
3) Sumber getaran
Tidak terdapat hazard berupa getaran pada pekerja ini.
4) Sumber radiasi
Tidak terdapat hazard berupa radiasi pada pekerja ini.
5) Sumber tekanan tinggi
Tidak terdapat hazard berupa tekanan tinggi pada pekerja ini.
Faktor Kimia
1) Bahan kimia padat
Terdapat bahan kimia berupa debu, pasir, lumpur yang
menjadi paparan terhadap pekerja. Selain itu juga terdapat Zat
kimia ini berasal dari kendaraan yang dicuci oleh pekerja.
2) Bahan kimia cair
Tidak terdapat bahan kimia cair yang terpapar pada pekerja
3) Bahan gas
xxiv
Tidak terdapat gas hasil emisi kendaraan yang terpapar pada
pekerja ini
4) Bahan fume
Tidak terdapat fume yang terpapar pada pekerja ini
Faktor Biologi
Tidak terdapat faktor biologi yang berarti pada pekerja ini
Faktor Ergonomis
Pekerja melaksanakan tugasnya dengan posisi duduk, dilakukan
dengan menggunakan alat tulis dan kertas, dan gerakan yang
berulang.
Faktor psikososial
Shift kerja dibagi menjadi 2: shift pagi (pukul 07.00 – 14.00),
shift malam (pukul 14.00 – 22.00), dengan waktu istirahat untuk
shift pagi dan shift malam berlangsung selama 30 menit pada
pukul 12.00 dan 18.00. Dalam pekerjaan ini, terdapat interaksi
yang cukup baik antara satu pekerja dengan pekerja lainnya.
IX. ALAT YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan pada oleh pekerja ini adalah alat tulis dan
kertas
X. ALAT PELINDUNG DIRI
Pekerja hanya menggunakan pakaian biasa.
XI. PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja : tidak
dilakukan
2. Pemeriksaan kesehatan berkala : tidak
dilakukan
3. Pemeriksaan kesehatan berkala khusus : tidak
dilakukan
xxv
XII. UPAYA LAIN PERUSAHAAN TENTANG K3
1. Pelatihan : tidak dilakukan
pelatihan K3 sebelum perekrutan
2. Standar Operasional Prosedur (SOP): tidak ada SOP
khusus untuk K3
3. Peraturan perundangan-undangan : tidak ada
XIII. KONSTRUKSI BANGUNAN
11. Lantai pada lingkungan pekerja ini terbuat dari bahan tegel
yang licin karena tergenang air dan sabun
12. Dinding pada lingkungan pekerja ini terbuat dari batu bata
dan semen yang cukup kuat.
13. Atap pada lingkungan pekerja ini terbuat dari rangkaian
seng yang disangga oleh rangka baja yang cukup aman
14. Ventilasi pada lingkungan kerja ini cukup memadai
dengan struktur bangunan semi terbuka
15. Tidak ada tangga pada lingkungan pekerja ini.
XIV. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Lingkungan kerja tidak memiliki APAR, alarm, detector,
hydran, rambu-rambu evakuasi, dan tempat berkumpul.
2. Pekerja tidak pernah diberikan simulasi kebakaran.
VIII. PEMBAHASAN SURVEI
8.1 Survey tentang hazard umum pada pencuci mobil
Dari survey yang dijalankan, pencuci mobil banyak terpapar
pada hazard umum dari lingkungan kerja tersebut seperti lantai
licin, butiran pasir dan debu serta terpapar percikan air terus
menerus. Hazard ini membahayakan karena seharusnya lingkungan
kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan pekerjanya.
xxvi
Pencuci mobil juga terpapar dengan faktor kimia seperti
penggunaan sabun yan terus menerus. Pencuci mobil juga terpapar
pada faktor ergonomik yang membutuhkan pencuci mobil berdiri
lama dan membungkuk untuk membersihkan bagian dalam mobil
saat bekerja.
Pencuci mobil juga mengalami hazard fisik yaitu elektrik
menyambung steker, bising yang bersumber dari alat vacuum
cleaner, kompresor, tabung sabun dan slang air karena
menggunakan tekanan angin. Pencuci mobil juga terpapar dengan
faktor biologi seperti kubangan air yang berasal dari cucian mobil
menyebabkan bakteri, jamur, cacing, dan jentik nyamuk.. Faktor
psikososial juga menjadi hazard umum bagi pencuci mobil dengan
adanya perilaku merokok. Ini membahayakan kesehatan karena
merokok mempunyai efek yang buruk terhadap pencuci mobil.
8.2 Survey untuk mengetahui tentang alat yang digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar
menggunakan alat pencuci mobil yaitu selang, penyemprot, sabun,
kain lap. Alat-alat ini tidak berbahaya bagi pekerja.
8.3 Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang
digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan pencuci mobil sebagian besar
menggunakan alat pelindung diri yaitu sepatu boot. Alat pelindung
diri yang dipakai pencuci mobil harus dipakai secara lengkap untuk
mengelakkan jamur, bakteri, dan cacing yang dapat
membahayakan pencuci mobil karena mereka terpajan air dan
sabun terlalu lama.
8.4 Survey tentang pemeriksaan kesehatan kerja
xxvii
Dari hasil survey didapatkan, para pekerja tidak mendapatkan
pemeriksaan kesehatan sebelum perekrutan pekerja. Selain itu,
pekerja juga tidak mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin dan
pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Hal ini menyebabkan
kurang terdeteksinya penyakit-penyakit akibat kerja maupun akibat
hubungan kerja pada lingkungan kerja ini.
8.5 Survey tentang upaya lain tentang K3
Dari hasil survey didapatkan bahwa pencuci mobil dibenarkan
istirahat saat lelah dan disediakan makan saat istirahat. Namun
pencuci mobil jarang bertemu dengan utusan jika mereka
mempunyai keluhan.
Selain itu, tidak terdapat pelatihan khusus mengenai K3, dan
tidak terdapat standar operasi mengenai k3. Hal ini membuat
lingkungan kerja tidak dapat mengantisipasi dengan baik apabila
terjadi kecelakaan kerja.
8.6 Survei tentang konstruksi bangunan
Dari hasil survey didapatkan konstruksi bangunan yang cukup
baik dan aman bagi pekerja, kecuali didapatkan lantai yang licin
akibat genangan air dan sabun yang berpotensi menyebabkan
kecelakaan kerja.
8.7 Survei pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Dari hasil survey, tidak didapatkan adanya upaya pencegahan
dan penanggulangan kebakaran, yang dibuktikan dengan tidak
disediakannya APAR, alarm, detector, hidran, rambu-rambu
evakuasi, titik berkumpul dan simulasi bila terjadi kebakaran.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
xxviii
1. Pencuci mobil secara keseluruhannya terpapar pada hazard
umum di tempat kerja seperti faktor fisik berupa bising,
kimiawi berupa sabun, ergonomis berupa pekerjaan dengan
berdiri dan gerakan berulang.
2. Secara umum alat yang digunakan pekerja pencuci mobil
adalah selang, mesin penyemprot air, vakum, kain lap, dan
spons
3. Alat-alat perlindungan diri (APD) yang digunakan pekerja
adalah sepatu boot dan masker untuk pegawai kasir.
4. Pemeriksaan kesehatan prakarya tidak dilakukan, pemeriksaan
kesehatan berkala dan berkala khusus juga tidak dilakukan.
5. Pada lokasi pencucian mobil tidak didapatkan adanya upaya-
upaya K3 lainnya dari pihak manajemen seperti standar
prosedur keselamatan, atau pelatihan-pelatihan untuk
keselamatan.
6. Konstruksi bangunan secara umum aman, kecuali lantai yang
tergenang air dan sabun yang berpotensi menyebabkan jatuh
pada pekerja.
7. Tidak ditemukan adanya upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran pada lokasi kerja ini.
3.2 Saran
Masih ada beberapa poin yang perlu diperbaiki pada aspek K3
pencuci mobil. Masih perlunya follow-up tentang pemakaian alat
pelindung diri untuk kesehatan dan keselamatan kerja. Disarankan agar
seluruh pekerja memakai alat pelindung diri saat bekerja. Selain itu
perlunya dilakukan follow-up atau survey ulangan untuk mengetahui
hazard terbaru yang ada di lingkungan pekerja minimal 6 bulan sekali.
Jika ada keluhan pada petugas pencucian mobil, sebaiknya
memeriksakan diri dokter kedokteran kerja atau dokter umum untuk
mendapatkan penanganan secara tepat. Pihak atasan juga harus
xxix
melakukan pemeriksaan kesehatan prakarya sebelum rekrutmen
karyawan dan pemeriksaan berkala dan berkala khsus. Selain itu,
perlunya upaya-upaya lain menyangkut K3 seperti pelatihan bencana,
pelatihan kecelakaan kerja, standar operasional prosedur atau
perundang-undangan yang sifatnya melindungi kesehatan para pekerja.
Terakhir, tidak matangnya lokasi pekerjaan terhadap pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dibuktikan dengan tidak adanya smoke
detector, alarm kebakaran, APAR, tempat evakuasi, dan simulasi
bencana.
xxx
DAFTAR PUSTAKA
1. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:
UIPress
2. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat
3. Fatdriati JL. Meily K. Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Pada Proses Pencucian Mobil Di Fjm Jakarta Tahun 2012. Sarjana
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
4. Aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Available from ;
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-NonDegree-22832-BAB
%20II_fero.pdf
5. Fine, William T. 1971. “Matematical Evaluation For Controlling
Hazard”. Journal Safety Research (Central Quensland University) 3
December 1971: 157-166
6. Leaflet dari Asosiasi Hiperkes & Keselamatan Kerja Indonesia, dalam
PROGRAM PELATIHAN & SERTIFIKASI HIGIENIS INDUSTRI
MUDA (HIMU). Jakarta. 2010.
xxxi
xxxii