proposal whole brain teaching

Upload: edoardoraymondnatadihardjahadiningrat

Post on 05-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    1/40

    1

    A.

    Judul

    PENERAPAN METODE MNEMONIC DAN WHOLE BRAIN TEACHING

    PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON UNTUK MENINGKATKAN

    HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA KELAS VIII SMPN 1

    SIDOARJO

    B.

    Latar Belakang

    Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan dengan tujuan pebelajar

    dapat mencapai tujuan tertentu. Agar pebelajar dapat mencapai tujuan pendidikan

    yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai

    kendaraan. Dengan demikian pembelajaran yang sesuai adalah kegiatan

    pendidikan yang menggunakan metode atau cara yang tepat sebagai kendaraan

    untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan berpikir logis,

    sistematis, kritis, dan kreatif diharapkan dapat dilatih dan dikembangkan lewat

    pembelajaran yang tepat dan sesuai. Pada saat ini sudah banyak usaha-usaha

    dalam meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat pada penyempurnaan

    kurikulum dan pengembangan model pembelajaran serta perbaikan mutu pengajar

    dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sangat leluasa memberikankesempatan kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya

    dalam kegiatan pembelajaran (Suyatno, 2009). Salah satu metode pembelajaran

    yang dapat digunakan adalah pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif adalah

    wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa

    untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Melalui kegiatan

    pembelajaran yang inovatif siswa lebih banyak diajak untuk berdiskusi,

    berinteraksi dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan

    kaidah-kaidah keilmuan sendiri dan siswa akan lebih tertarik serta termotivasi

    untuk mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa

    (Suyatno, 2009).

    Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk membantu

    guru dalam menyampaikan proses pembelajaran serta membantu siswa untuk

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    2/40

    2

    memahami konsep dengan menggunakan fungsi holistik otak dan meningkatkan

    daya ingat adalahMnemonic dan Whole Brain Teaching.Mnemonic adalah teknik

    untuk memudahkan mengingat sesuatu. Secara lebih khusus, Mnemonic berarti

    rumusan atau ungkapan untuk mengingat-ingat sesuatu. Dan menurut Stine,

    Mnemonic adalah kemampuan otak untuk menghubungkan kata-kata, ide, dan

    khayalan. Sedangkan Whole Brain Teaching adalah metode pembelajaran yang

    dikenalkan di Amerika Utara sejak 1999. Konsep tersebut mengajarkan metode

    pembelajaran dengan cara mengenali prinsip belajar anak didik yang dibagi

    menjadi tiga bagian yaitu visual, verbal, dan body/kinestetic. Strategi inti dari

    Whole Brain Teachingadalah bagaimana cara menarik perhatian audience dalam

    hal ini adalah anak didik sehingga mereka lebih terfokus pada materi yang

    diberikan guru. Harus ada interaksi, karena metode pembelajaran yang ada selama

    ini, berdasarkan pengamatan peneliti, cenderung menimbulkan kebosanan pada

    murid, sehingga berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal.

    Materi hukum Newton merupakan salah satu materi yang sesuai dengan

    pembelajaran menggunakan Mnemonic dan Whole Brain Teaching. Materi

    tersebut mengkaji tentang konsep gaya, hukum-hukum newton, serta aplikasinya

    dalam kehidupan. Selama ini konsep tersebut bukan suatu hal yang asing lagi bagi

    siswa karena banyak kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan konsep

    tersebut. Namun, berdasarkan observasi peneliti, setelah mempelajari konsep

    tersebut, banyak siswa yang kemudian lupa apa yang telah dipejalari tentang

    hukum Newton. Hal ini dikarenakan konsep yang diterima hanya berupa

    perumusan dan tidak bertahan lama karena siswa menggunakan otak kiri yang

    berfungsi untuk menyimpan ingatan jangka pendek. Karena materi ini merupakan

    dasar untuk bisa memahami fisika, terutama bidang mekanika, maka selain

    pemahaman konsep, siswa perlu untuk mengingat materi tersebut.

    Melihat kenyataan dan kondisi yang seperti ini perlu diterapkan suatu

    model pembelajaran yang akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola

    kegiatan pembelajaran di kelas, serta membantu siswa untuk terlihat aktif dalam

    pembelajaran serta dapat berfikir menggunakan kedua fungsi otak. Berkaitan

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    3/40

    3

    dengan uraian di atas, saya termotivasi untuk menerapkan pola pembelajaran yang

    berorientasi menggunakan fungsi holistik otak serta kemampuan daya ingat

    melalui pertanyaan dengan judul Penerapan MetodeMnemonic Dan Whole Brain

    Teaching Pada Materi Pokok Hukum Newton Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

    dan Motivasi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo.

    C. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan

    sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo setelah

    menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi

    pokok hukum Newton?

    2.

    Bagaimanakah motivasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo setelah

    menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi

    pokok hukum Newton?

    D. Tujuan

    Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan dari penelitian ini adaah:

    1.

    Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo seletah

    menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi

    pokok hukum Newton.

    2.

    Mendeskripsikan motivasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo seletah

    menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi

    pokok hukum Newton.

    E.

    Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

    1.

    Bagi guru

    Penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai alternatif pola

    pembelajaran dalam memperbaiki proses belajar mengajar, serta dapat

    memberi motivasi bagi guru untuk mempersiapkan pengajaran di masa

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    4/40

    4

    yang akan datang serta lebih bisa untuk mendapatkan atensi dari siswa

    karena proses pembelajaran yang aktif di kelas.

    2.

    Bagi siswa

    Penelitian ini bermanfaat bagi siswa sebagai bentuk motivasi untuk

    dalam proses pembelajaran, serta membuat siswa dapat lebih memahami

    materi dengan tidak hanya mengingat perumusan namun konsep yang

    lebih dalam menggunakan fungsi holistik, serta meningkatkan daya ingat.

    F. Batasan Penelitian

    1.

    Pada penelitian ini, metode Mnemonicyang digunakan hanya strategi

    akronim, akrostik, serta asosiasi.

    2.

    Pada penelitian ini, metode Whole Brain Teaching yang digunakan

    hanya strategi Class-Yesdan Teach-Okay.

    G. Kajian Pustaka

    1.

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    Dalam dunia pendidikan, sudah bukan rahasia umum lagi apabila setiap

    pergantian Menteri selalu terjadi perubahan kebijakan. Tetapi munculnya

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bukan suatu kebenaran terhadap

    pendapat tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan

    Nasional periode 2004-2009 Prof. Dr. Bambang Sudibyo dalam harian kompas

    (Kompas online, Desember 2009) yang menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada

    perubahan kebijakan (perubahan kurikulum), yang ada hanya standarisasi agar

    sekolah-sekolah memiliki acuan yang lebih jelas.

    Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

    pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen

    pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib

    belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan

    kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan

    olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    5/40

    5

    Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang

    sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.

    Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan

    manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara

    terencana, terarah, dan berkesinambungan (Suyatno, 2009).

    Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan

    Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

    Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan

    dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) standar isi, (2)

    standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga

    kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, standar

    pembiayaan, dan (7) standar penilaian pendidikan (Peraturan Pemerintah, Th

    2005).

    Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

    mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

    pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

    pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk

    mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan

    pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di

    setiap satuan pendidikan. Secara substansial, pemberlakuan KTSP lebih kepada

    mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. (Peraturan

    Pemerintah, Th 2005).

    Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih

    bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya

    sebuah hasil), yaitu: a). menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik

    secara individual maupun klasikal; b). berorientasi pada hasil belajar dan

    keberagaman; c). penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan

    dan metode yang bervariasi; d). sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    6/40

    6

    sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; e). penilaian menekankan

    pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu

    kompetensi (Mulyasa, 2007).

    2.

    Teori Psikologi Kognitif

    Kognitif adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari suatu proses

    berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan

    mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan

    dengan tingkat kecerdasan atau intelegensia, yang biasanya mencirikan seseorang

    dengan berbagai minat, terutama berupa ide-ide dalam proses pembelajaran.

    Sujiono (2004: 96) memberikan batasan tentang kognitif (intelejensia)

    menurut beberapa ahli psikologi, antara lain menurut Terman dalam Sujiono

    (2004), bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak,

    sementara menurut Colvin dalam Sujiono (2004), kognitif adhalah kemampuan

    untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan terakhir menurut Hunt dalam

    Sujiono (2004) bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang

    disediakan untuk indra.

    Mengacu pada batasan kognitif dan intelegensia, pada dasarnya kognitif

    berhubungan erat dengan tingkat intelegensia seseorang. Dalam hal ini kognitif

    bersifat pasif atau statis yang berupa daya atau potensi untuk memahami sesuatu,

    sedangkan intelegensia lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi dan

    perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang dihasilkan berupa aktifitas atau

    perilaku. Dengan demikian, apabila tingkat kognitif seseorang tinggi, maka

    tingkat intelegensianya tinggi pula.

    Lebih lanjut Gardner dalam Sindiro (2002) mengatakan bahwa kecerdasan

    merupakan kemampuan dalam menyelesaikan suatu masalah atau menciptakanproduk yang berharga atau bernilai dalam satu atau lebih latar belakang budaya.

    Menurut Gardner setiap individu memiliki kecerdasan majemuk (multiple

    intelegence). Oleh karena itu menurutnya tidak ada orang yang bodoh atau pintar,

    yang ada adalah orang yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    7/40

    7

    kecerdasan, oleh sebab itu lebih baik sedari dini anak diberikan stimulasi berbagai

    jenis kecerdasan dalam proses perkembangan pembelajarannya.

    Menurut Gardner dalam Sindoro (2002), ada delapan kecerdasan yang

    dimiliki oleh seseorang, yaitu meliputi Linguistic Smart(kecerdasan berbahasa),

    Logic Smart (kecerdasan logika matematika), Body Smart (kecerdasan fisik),

    Picture Smart(kecerdasan visual spasial), Self Smart(kecerdasan intrapersonal),

    People Smart(kecerdasan interpersonal),Music Smart(kecerdasan musical), dan

    Nature Smart(kecerdasan natural). Setiap individu memiliki beberapa kecerdasan

    tersebut, hanya saja berbeda tarafnya. Selain itu, kecerdasan tersebut selain berdiri

    sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan yang lain.

    3. Konsep MengenaiMnemonic

    Menurut Solso (2007: 236),Mnemonicadalah sebuah teknik atau alat, seperti

    misalnya sajak yang berima atau sebuah gambar, yang pengasosiasiannya sudah

    dikenal sebelumnya, untuk meningkatkan penyimpanan serta memanggil kembali

    informasi dalam ingatan.

    Asal mula kata Mnemonicberasal dari Mitologi Yunani seorang dewi yang

    bernama Mnemosyne dan menjadi dewi untuk memori (Svantesson dalam

    Prajoko, 1998: 111). Dewi Mnemosyne terlibat percintaan dengan Zeus, dewa

    tertinggi dalam mitologi Yunani. Dewi memori dipersatukan (menikah) dengan

    dewa tertinggi Zeus, yaitu keteraturan dan energy. Sebagai akibatnya, mereka

    mendapatkan Sembilan Muse (anak), yang mewakili kreativitas dan imajinasi

    (Svantesson, 1998: 112)

    Melalui kronologi mitos kataMnemonic, Sventesson (1998, 112) memberikan

    simpulan sebagai berikut:

    Dengan demikian, jika ingin mendapatkan memori yang lebih baik, anda

    harus mengkombinasikan struktur dengan imajinasi.

    Keteraturan/struktur + imajinasi/kreativitas = memori.

    Ini merupakan formula bagi kebanyakan teknik mengingat, termasuk teknik

    mengingat yang dikembangkan dalam zaman modern.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    8/40

    8

    Penerapan teknik mengingat Mnemonic, menurut Svantesson (1998: 115)

    didasarkan pada tiga elemen yang sama, yaitu logika, imajinasi, serta asosiasi.

    Asosiasi berasal dari bahasa latin, ad, yang artinya mengarah ke dan socius

    yang artinya sesuatu atau seseorang yang bergabung teman. Kata asosiasi

    berarti sesuatu yang berhubungan satu sama lain (Svantesson, 1998: 116)

    Lebih lanjut Svantesson (1998: 115-116) menjelaskan pengunaan teknik

    Mnemonicmelalui dua objek. Objek pertama adalah sistem aturan yang terbangun

    secara logis, sering berdasarkan gambar-gambar. Objek kedua adalah kata-kata

    yang perlu diingat. Melalui sistem aturan dalam hati, kata atau hal yang ingin

    diingat (objek kedua) dihubungkan dengan objek pertama (gambar-gambar)

    melalui bantuan asosiasi melewati imajinasi.

    Lebih lanjut, setiap kegiatan Mnemonic melibatkan proses struktur ingatan

    (memory), dana dalam ilmu Psikologi dikenal dengan istilah short term memory

    (STM) serta long term memory (LTM). Menurut Santrock (2005) ada tiga cara

    pengkodean (pengenalan) informasi untuk dimasukkan ke dalam memori, yaitu

    secara visual (gambar), akustik (suara), dan makna (semantic). Prinsip sistem

    pengkodean ingatan jangka pendek biasanya terjadi pada pengkodean informasi

    secara akustik (suara), dan dalam ingatan jangka panjang biasanya pengkodeaninformasi terjadi berdasarkan makna (semantic) maupun visual. Solso (2007: 505)

    mengatakan bahwa karakteristik dari ingatan jangka pendek berdasarkan lama

    durasi dan jumlah objek yang dapat diingat secara akurat, adalah 7 2 dengan

    estimasi durasi selama 12 detik. Dengan kata lain sepanjang 12 detik manusia

    dapat mengingat 2 objek selama 7 detik. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut

    ini:

    Tabel 1. Perbandingan STM dan LTM

    Perbandingan STM LTM

    Kapasitas Terbatas (7 2 potongan

    objek)

    Kemungkinan tak terbatas

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    9/40

    9

    Durasi Singkat (hitungan detik) Kemungkinan seumur hidup

    Pengkodean Akustik (suara) Makna (semantic)

    Episodik (kejadian)

    Prosedur (berdasarkan cara)

    Deklarasi (berdasarkan

    pernyataan)

    Efek Perintah Baru saja terjadi

    Informasi terakhir yang

    dipanggil dari ingatan

    Primer

    Informasi yang pertama kali

    dipanggil dari ingatan

    TeknikMnemonicdimaksudkan supaya seseorang mempunyai imaji terhadap

    suatu persepsi. Semakin tidak masuk akal pengasosiasian seseorang, akan semakin

    bagus untuk melatih pengalian informasi. Kita biasanya melupakan sesuatu yang

    masuk dalam hidup kita sehari-hari secara begitu mudah daripada hal-hal yang

    aneh dan baru. Kita dapat menambahkan satu elemen penting ke dalam seni taktik

    Mnemonic, yaitu apabila kita secara sadar menciptakan gambaran-gambaran

    mental yang unik dan berbeda dalam pengasosiasian, maka kita akan

    mendapatkan memori yang sempurna (Svantesson dalam Prajoko, 1998: 113).

    Menurut Svantesson dalam Prajoko, (1998: 129) asosiasi dapat berupa:

    1.

    Melebih-lebihkan dalam hal bentuk, warna, jumlah, dan ukuran

    2. Absurd, luar biasa

    3. Fantastik, kombinasi baru

    4.

    Tak terduga-duga

    5. Bergerak

    6.

    Lucu, membuat orang tertawa

    7. Penuh warna, kontras dengan lingkungannya

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    10/40

    10

    8.

    Seksual, kasar

    Teknik Mnemonic telah berkembang sehingga membuahkan teknik dan

    konsep mengingat lainnya, antara lain metode loci (tempat), kata kunci, organisasi

    skema, akronim dan akrostik, recall of names, serta recall of words.

    4.

    Whole Brain Teaching(Power Teaching)

    Whole Brain Teaching adalah metode pembelajaran yang dikenalkan di

    Amerika Utara sejak 1999. Konsep tersebut mengajarkan metode pembelajaran

    dengan cara mengenali prinsip belajar anak didik yang dibagi menjadi tiga bagian

    yaitu visual, verbal, dan body/kinestetic. Strategi inti dari Whole Brain Teaching

    adalah bagaimana cara menarik perhatian audience dalam hal ini adalah anak

    didik sehingga mereka lebih terfokus pada materi yang diberikan guru. Harus ada

    interaksi, karena metode pembelajaran yang ada selama ini cenderung

    menimbulkan kebosanan pada murid.

    Power Teaching diperkenalkan oleh Chris Biffle, seorang dosen di AS,

    setelah berbulan-bulan berkolaborasi dengan seorang teman dari TK dan seorang

    lagi dari sekolah menengah di awal tahun 2000-an. Karena metoda ini

    menggebrak pendekatan konvensional, dalam waktu singkat ribuan guru dan

    puluhan ribu siswa menikmati pembelajaran dengan metoda unik ini. Unik karena

    pendekatannya sama sekali berbeda dari yang kita kenal selama ini, bahkan

    terkesan aneh namun sangat fun. Sebagai metoda, seperti lazimnya metoda yang

    lain, power teaching kedahsyatannya terletak pada pembelajaran yang

    menekankan penguasaan, atau ketuntasan pemahaman atau kemampuan siswa

    kemampuan untuk mengungkapkan kembali konsep, penjelasan, rumus yang

    disampaikan guru. Dan, yang menarik dari metoda ini, langkah-langkahnya begitu

    sederhana sehingga praktis bisa kita kuasai dalam hitungan menit. Chris Biffle

    (2000, 168) menawarkan 6 hal untuk mengelola pembelajaran dengan power

    teaching ini. Kegiatan interaktif yang mewarnai proses pembelajaran ini

    dikendalikan dengan perintah-perintah dan respon-respon sederhana dengan satu

    kata bahasa Inggris yang relatif sudah dikenal siswa, maka pembelajaran dengan

    metoda ini praktis bisa diterapkan untuk hampir semua mata pelajaran. Ungkapan

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    11/40

    11

    yang harus diperkenalkan ke siswa dan digunakan dalam interaksi kelas adalah:

    (1) Class - Yes, (2) Micro-lecture, (3) Teach - Okay, (4) Scoreboard, (5) Hands

    and Eyes, (6) Comprehension Check.

    (1) Class Yes

    Untuk meminta perhatian atau menghentikan kegiatan siswa, guru berseru,

    "Claaaass!" dengan nada suara dan intonasi yang diubah dari waktu ke waktu.

    Semua siswa akan serempak merespon dengan, "Yeeeesss!" dengan nada dan

    intonasi meniru cara guru berucap. Kalau guru menggunakan suara robot, siswa

    pun merespon dengan suara robot. Suara anak kecil, respon juga suara anak kecil.

    Kalau "Yes" diembat-embat dengan 3 tekanan, siswa pun melakukan hal yangsama.

    (2) Micro-lecture

    Guru hanya boleh menyampaikan konsep baru, penjelasan, langkah atau

    rumus tidak lebih dari 30 detik atau setengah menit. Kalau siswa harus bisa

    mengulang atau mengungkapkan kembali suatu rumus atau kalimat yang baru saja

    disampaikan guru, maka beberapa detik pun jadilah micro-lecture. Namanya juga

    "micro-", amat sangat kecil. Kenapa? Karena setiap informasi, penjelasan, konsep,

    rumus, dsb. Yang disampaikan guru harus dapat diungkapkan kembali oleh siswa.

    (3) Teach - Okay

    Setelah "mengajar" kurang dari atau selama 30 detik, guru meminta siswa

    mengungkapkan kembali pengetahuan yang baru saja diperoleh. Perintah ini

    disampaikan dengan berkata, "Teach!" dengan nada tinggi menghentak diikuti

    gerakan menarik seperti, tepuk tangan 2-2 diteruskan dengan menjulurkan lengan

    kanan dijulurkan menghentak menyerong kanan ke atas, sementara yang kiri

    ditarik ke bawah, misalnya. Pada kesempatan lain, sebagai variasi, ucapan

    "Teach" disuarakan lembut disusul dengan tepuk tangan 2-2 dilanjutkan dengan

    juluran lengan perlahan ke depan. Siswa lalu merespon dengan berkata, "Okay!"

    dengan nada suara yang sama, disertai gerakan sama seperti yang dilakukan guru.

    Setelah itu, anak sebangku berpaling untuk saling berhadapan dan mengutarakan

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    12/40

    12

    kembali apa saja yang disampaikan guru. Saat menuturkan kembali apa yang

    dipelajari dari guru, siswa harus menggunakan 'gesture' dan bersemangat dan

    memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh telinganya sendiri.

    (4) Scoreboard

    Scoreboard atau "papan nilai" dimaksudkan untuk memberitahu siswa

    apakah respon siswa memuaskan guru, karena dilakukan serempak dan

    bersemangat atau sebaliknya. Yang perlu kita lakukan adalah menggambar 2

    wajah berbentuk lingkaran, yang satu, "Smiley," menampilkan senyuman, satunya

    lagi, "Frowny," tampak cemberut. Dua gambar wajah itu dipisahkan oleh garis

    lurus ke bawah. Apabila respons siswa bagus, guru menuliskan skor satu di bawah"Smiley" kemudian guru mengibaskan tangan ke kelas yang disambut anak

    dengan ungkapan kegemberian dengan berseru "O yaaaa!" dan sekali tepuk

    tangan. Jika respon siswa tidak bagus, guru memberi skor satu di bawah "Frowny"

    dan setelah tangan guru dikibaskan ke arah kelas, siswa meresponnya sedih

    dengan bertutur, "Ooh," sambil menghapus matanya yang seolah menangis karena

    kecewa.

    (5) Hands and eyes

    Perintah bermakna "tangan dan mata" ini ketika diucapkan guru akan

    direspon siswa dengan ucapan yang sama, "Hands and eyes!" dilanjutkan dengan

    menyatukan jari-jari kedua tangan lalu meletakkannya di atas daun bangku

    dengan mata lurus tertuju pada guru. Aba-aba ini dimaksudkan untuk meminta

    perhatian berkualitas tinggi karena bahan yang akan disampaikan cukup sulit

    sehingga memerlukan perhatian ekstra. 'Hands and eyes' hanya digunakan ketika

    guru benar-benar menginginkan 'quality attention'. Jadi, tidak selalu menjadi

    bagian dari proses pembelajaran dahsyat ini. Di tahap awal perkenalan power

    teaching, "Hands and eyes" sebaiknya dilewatkan saja.

    (6) Comprehension Check -- Cek Pemahaman

    Saat siswa mengungkapkan kembali bahan ajar yang baru saja dipelajari,

    guru perlu mengecek pemahaman siswa dengan cara berjalan keliling kelas

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    13/40

    13

    mendengarkan apa yang diungkapkan siswa. Ini penting, selain untuk mengetahui

    seberapa efektif siswa belajar, tapi juga untuk memastikan bahwa siswa tidak

    sekedar tampak seolah mengungkapkan pemahamannya seperti yang seharusnya,

    padahal senyatanya sekedar tampak buka mulut untuk mengelabuhi guru. Power

    Teaching dapat digunakan untuk pembelajaran dari TK sampai perguruan tinggi.

    Pada penelitian ini, metode Mnemonic yang diterapkan hanya sebatas

    akronim, akrostik, serta asosiasi dan metode Whole Brain Teaching yang

    diterapkan hanya sebatas Class-Yes dan Teach-Okay. Karakteristik dari metode

    tersebut adalah, pada Mnemonic berhubungan erat dengan ingatan dan

    dihubungkan dengan fenomena yang ada di sekitar kita, dapat dimunculkan ketika

    suatu materi sulit untuk diingat karena banyaknya rumus dan angka, serta pada

    Whole Brain Teaching, Class-Yes membantu guru untuk meraih atensi siswa dan

    dapat diterapkan ketika suasana pembelajaran sudah tidak kondusif, sehingga

    siswa dapat kembali memberikan perhatian penuh ke guru, sedangkan Teach-

    Okay melatih siswa untuk dapat mengajarkan apa yang telah diberikan oleh guru,

    dimunculkan ketika guru selesai memberikan materi. Metode ini cocok diterapkan

    menggunakan model pembelajaran langsung, karena menuntut siswa untuk

    mereplikasi apa yang dilakukan oleh guru.

    5. Kajian Materi

    a. Hukum Newton Tentang Gerak

    Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar

    mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja

    pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan

    dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad, dan dapat

    dirangkum sebagai berikut:

    1.Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan

    kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.

    Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam,

    atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan).

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    14/40

    14

    2.

    Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan

    sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya,

    dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap

    M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu

    benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap

    waktu.

    3.

    Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang

    sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang

    memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya

    sebesar F kepada benda A. F dan F memiliki besar yang sama namun

    arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan

    F disebut sebagai aksi dan F adalah reaksinya.

    Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam

    karyanya Philosophi Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan

    pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk menjelaskan dan meniliti

    gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun sistem. Contohnya dalam jilid

    tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan bahwa dengan menggabungkan

    antara hukum gerak dengan hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukumpergerakan planet milik Kepler.

    Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel,

    dalam evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena

    obyek yang dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh.

    Perubahan bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak

    diperhitungkan dalam analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai

    suatu titik atau partikel untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah

    bintang.

    Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk

    menghitung gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat).

    Leonard Euler pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak

    Newton untuk benda padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    15/40

    15

    perkembangannya juga dapat digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap

    benda dapat direpresentasikan sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda,

    dan tiap-tiap partikel mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler

    dapat diturunkan dari hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap

    sebagai aksioma dalam menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi.

    Ketika kecepatan mendekati kecepatan cahaya, efek dari relativitas khusus

    harus diperhitungkan.

    b. Hukum pertama Newton

    Gambar 1. Ilustrasi Hukum Pertama Newton

    (Sumber: http://smartinyourhand.blogspot.com)

    Lex I: Corpus omne perseverare in statu suo quiescendi vel movendi

    uniformiter in directum, nisi quatenus a viribus impressis cogitur statum illum

    mutare.

    Hukum I: Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau

    bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya.

    Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah vektor dari

    semua gaya yang bekerja pada benda) bernilai nol, maka kecepatan benda tersebut

    konstan. Dirumuskan secara matematis menjadi:

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    16/40

    16

    (1)

    Artinya :

    Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali

    ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.

    Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah

    kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.

    Hukum pertama newton adalah penjelasan kembali dari hukum inersia

    yang sudah pernah dideskripsikan oleh Galileo. Dalam bukunya Newton

    memberikan penghargaan pada Galileo untuk hukum ini. Aristoteles berpendapat

    bahwa setiap benda memilik tempat asal di alam semesta: benda berat seperti batu

    akan berada di atas tanah dan benda ringan seperti asap berada di langit. Bintang-

    bintang akan tetap berada di surga. Ia mengira bahwa sebuah benda sedang berada

    pada kondisi alamiahnya jika tidak bergerak, dan untuk satu benda bergerak pada

    garis lurus dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda tersebut

    yang terus mendorongnya, kalau tidak benda tersebut akan berhenti bergerak.

    Tetapi Galileo menyadari bahwa gaya diperlukan untuk mengubah kecepatan

    benda tersebut (percepatan), tapi untuk mempertahankan kecepatan tidak

    diperlukan gaya. Sama dengan hukum pertama Newton: Tanpa gaya berarti tidak

    ada percepatan, maka benda berada pada kecepatan konstan.

    c. Hukum kedua Newton

    Gambar 2. Ilustrasi Hukum Kedua Newton

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    17/40

    17

    (Sumber: http://smartinyourhand.blogspot.com)

    Hukum kedua Newton dalam bahasa aslinya (latin) berbunyi:

    Lex II: Mutationem motus proportionalem esse vi motrici impressae, et

    fieri secundum lineam rectam qua vis illa imprimitur.

    Diterjmahkan dengan cukup tepat oleh Motte pada tahun 1729 menjadi:

    Law II: The alteration of motion is ever proportional to the motive force

    impress'd; and is made in the direction of the right line in which that force is

    impress'd.

    Yang dalam Bahasa Indonesia berarti:

    Hukum Kedua: Perubahan dari gerak selalu berbanding lurus terhadap

    gaya yang dihasilkan / bekerja, dan memiliki arah yang sama dengan garis

    normal dari titik singgung gaya dan benda.

    Hukum kedua menyatakan bahwa total gaya pada sebuah partikel sama

    dengan banyaknya perubahan momentum linier pterhadap waktu :

    (2)

    Karena hukumnya hanya berlaku untuk sistem dengan massa konstan,

    variabel massa (sebuah konstan) dapat dikeluarkan dari operator diferensial

    dengan menggunakan aturan diferensiasi. Maka,

    (3)

    Dengan F adalah total gaya yang bekerja, m adalah massa benda, dan a

    adalah percepatan benda. Maka total gaya yang bekerja pada suatu benda

    menghasilkan percepatan yang berbanding lurus.

    Massa yang bertambah atau berkurang dari suatu sistem akan

    mengakibatkan perubahan dalam momentum. Perubahan momentum ini bukanlah

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    18/40

    18

    akibat dari gaya. Untuk menghitung sistem dengan massa yang bisa berubah-

    ubah, diperlukan persamaan yang berbeda.

    Sesuai dengan hukum pertama, turunan momentum terhadap waktu tidak

    nol ketika terjadi perubahan arah, walaupun tidak terjadi perubahan besaran.

    Contohnya adalah gerak melingkar beraturan. Hubungan ini juga secara tidak

    langsung menyatakan kekekalan momentum: Ketika resultan gaya yang bekerja

    pada benda nol, momentum benda tersebut konstan. Setiap perubahan gaya

    berbanding lurus dengan perubahan momentum tiap satuan waktu.

    Hukum kedua ini perlu perubahan jika relativitas khusus diperhitungkan,

    karena dalam kecepatan sangat tinggi hasil kali massa dengan kecepatan tidakmendekati momentum sebenarnya.

    d. Hukum ketiga Newton

    Gambar 3. Ilustrasi Hukum Ketiga Newton(Sumber: http://smartinyourhand.blogspot.com)

    Hukum Ketiga Newton. Para pemain sepatu luncur es memberikan gaya

    pada satu sama-lain dengan besar yang sama tapi berlawanan arah.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    19/40

    19

    Penjelasan hukum ketiga Newton.

    Lex III: Actioni contrariam semper et qualem esse reactionem:

    sive corporum duorum actiones in se mutuo semper esse quales et in

    partes contrarias dirigi.

    Hukum ketiga : Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama

    besar dan berlawanan arah: atau gaya dari dua benda pada satu sama

    lain selalu sama besar dan berlawanan arah.

    Benda apapun yang menekan atau menarik benda lain mengalami tekanan

    atau tarikan yang sama dari benda yang ditekan atau ditarik. Kalau anda menekan

    sebuah batu dengan jari anda, jari anda juga ditekan oleh batu. Jika seekor kuda

    menarik sebuah batu dengan menggunakan tali, maka kuda tersebut juga "tertarik"

    ke arah batu: untuk tali yang digunakan, juga akan menarik sang kuda ke arah

    batu sebesar ia menarik sang batu ke arah kuda.

    Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya adalah interaksiantara

    benda-benda yang berbeda, maka tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu

    benda. Jika bendaAmengerjakan gaya pada benda B, bendaBsecara bersamaan

    akan mengerjakan gaya dengan besar yang sama pada benda Adan kedua gaya

    segaris. Seperti yang ditunjukan di diagram, para peluncur es (Ice skater)

    memberikan gaya satu sama lain dengan besar yang sama, tapi arah yang

    berlawanan. Walaupun gaya yang diberikan sama, percepatan yang terjadi tidak

    sama. Peluncur yang massanya lebih kecil akan mendapat percepatan yang lebih

    besar karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja pada hukum ketiga ini

    adalah gaya yang bertipe sama. Misalnya antara roda dengan jalan sama-sama

    memberikan gaya gesek.

    Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada sepasang benda,

    dan tidak pernah hanya pada sebuah benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki

    dua ujung. Setiap ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang berlawanan. Atau

    sebuah ujung gaya adalah cerminan dari ujung lainnya.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    20/40

    20

    Secara matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan vektor satu

    dimensi, yang bisa dituliskan sebagai berikut. Asumsikan benda A dan benda B

    memberikan gaya terhadap satu sama lain.

    (4)

    Dengan

    Fa,badalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan

    Fb,aadalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A.

    Newton menggunakan hukum ketiga untuk menurunkan hukum kekekalan

    momentum, namun dengan pengamatan yang lebih dalam, kekekalan momentum

    adalah ide yang lebih mendasar (diturunkan melalui teorema Noether dari

    relativitas Galileo dibandingkan hukum ketiga, dan tetap berlaku pada kasus yang

    membuat hukum ketiga newton seakan-akan tidak berlaku. Misalnya ketika

    medan gaya memiliki momentum, dan dalam mekanika kuantum.

    e. Hukum Newton dan jangkauan validitasnya

    Hukum-hukum Newton sudah di verifikasi dengan eksperimen dan

    pengamatan selama lebih dari 200 tahun, dan hukum-hukum ini adalahpendekatan yang sangat baik untuk perhitungan dalam skala dan kecepatan yang

    dialami oleh manusia sehari-hari. Hukum gerak Newton dan hukum gravitasi

    umum dan kalkulus, (untuk pertama kalinya) dapat memfasilitasi penjelasan

    kuantitatif tentang berbagai fenomena-fenomena fisis.

    Ketiga hukum ini juga merupakan pendekatan yang baik untuk benda-

    benda makroskopis dalam kondisi sehari-hari. Namun hukum newton

    (digabungkan dengan hukum gravitasi umum dan elektrodinamika klasik) tidak

    tepat untuk digunakan dalam kondisi tertentu, terutama dalam skala yang amat

    kecil, kecepatan yang sangat tinggi (dalam relativitas khususs, faktor Lorentz,

    massa diam, dan kecepatan harus diperhitungkan dalam perumusan momentum)

    atau medan gravitasi yang sangat kuat. Maka hukum-hukum ini tidak dapat

    digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena seperti konduksi listrik pada

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    21/40

    21

    sebuah semikonduktor, sifat-sifat optik dari sebuah bahan, kesalahan pada GPS

    sistem yang tidak diperbaiki secara relativistik, dan superkonduktivitas.

    Penjelasan dari fenomena-fenomena ini membutuhkan teori fisika yang lebih

    kompleks, termasuk relativitas umum dan teori medan kuantum.

    Dalam mekanika kuantum konsep seperti gaya, momentum, dan posisi

    didefinsikan oleh operator-operator linier yang beroperasi dalam kondisi kuantum,

    pada kecepatan yang jauh lebih rendah dari kecepatan cahaya, hukum-hukum

    Newton sama tepatnya dengan operator-operator ini bekerja pada benda-benda

    klasik. Pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, hukum kedua tetap

    berlaku seperti bentuk aslinya F= dpdt, yang menjelaskan bahwa gaya adalah

    turunan dari momentum suatu benda terhadap waktu, namun beberapa versi

    terbaru dari hukum kedua tidak berlaku pada kecepatan relativistik.

    f. Hubungan dengan hukum kekekalan

    Di fisika modern, hukum kekekalan dari momentum, energi, dan

    momentum sudut berlaku lebih umum daripada hukum-hukum Newton, karena

    mereka berlaku pada cahaya maupun materi, dan juga pada fisika klasik maupun

    fisika non-klasik.

    Secara sederhana, "Momen, energi, dan momentum angular tidak dapat

    diciptakan atau dihilangkan."

    Karena gaya adalah turunan dari momen, dalam teori-teori dasar (seperti

    mekanika kuantum, elektrodinamika kuantum, relativitas umum, dsb.), konsep

    gaya tidak penting dan berada dibawah kekekalan momentum.

    Model standar dapat menjelaskan secara terperinci bagaimana tiga gaya-

    gaya fundamental yang dikenal sebagai gaya-gaya gauge, berasal dari pertukaran

    partikel virtual. Gaya-gaya lain seperti gravitasi dan tekanan degenerasi fermionic

    juga muncul dari kekekalan momentum. Kekekalan dari 4-momentum dalam

    gerak inersia melalui ruang-waktu terkurva menghasilkan yang kita sebut sebagai

    gaya gravitasi dalam teori relativitas umum.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    22/40

    22

    Kekekalan energi baru ditemukan setelah hampir dua abad setelah

    kehidupan Newton, adanya jeda yang cukup panjang ini disebabkan oleh adanya

    kesulitan dalam memahami peran dari energi mikroskopik dan tak terlihat seperti

    panas dan cahaya infra-merah.

    6.

    Penelitian yang Relevan

    a) Selvia Agustin, (2010). Penerapan Model Pembelajaran Whole Brain

    Teaching (WBT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

    Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Lancang Kuning Kota Dumai.

    b)

    Diana Mulyasari, (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran

    Bilingual Matematika Berdasarkan Whole Brain Teaching Pada Sub

    Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Untuk Siswa SMP Kelas

    VII Semester Genap.

    c)

    Akhmad Fauzul Albab, (2011) Penerapan Pendekatan Accelerated

    Learning Dengan Metode Whole Brain TeachingDalam Pembelajaran

    Fisika di SMP.

    d)

    Dyah Pravita Wardani, (2012). Upaya Meningkatkan Partisipasi Dan

    Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Pendekatan Quantum

    Learning Tipe Mind Mapping Dan Mnemonic Serta Media Bahan Ajar

    Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran

    2011/2012.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    23/40

    23

    7.

    Kerangka Berpikir

    Kenyataan

    1. Pelajaran IPA-Fisika kurang diminati

    siswa.2. Pembelajaran fisika masih menggunakan

    metode ceramah dan hanya berorientasi

    pada penyelesaian soal-soal.3. Siswa kurang aktif dalam mengikuti

    proses pembelajaran.

    4. Hasil belajar siswa masih rendah.

    Harapan

    1. Siswa menyukai pelajaran IPA-

    Fisika.

    2. Siswa dapat mengingat konsep yangdiberikan oleh guru pada proses

    pembelajaran.3. Siswa menjadi aktif dalam

    mengikuti proses pembelajaran.4. Siswa mencapai nilai ketuntasannya

    dalam pelajaran IPA-Fisika.

    Teori

    1. Mnemonic adalah sebuah teknik

    atau alat, seperti misalnya sajak

    yang berima atau sebuah gambar,yang pengasosiasiannya sudah

    dikenal sebelumnya, untuk

    meningkatkan penyimpanan sertamemanggil kembali informasi

    dalam ingatan. (Solso, 2007: 236)2.

    Whole Brain Teaching adalah

    metode pembelajaran yangdikenalkan di Amerika Utara sejak

    1999. Konsep tersebut mengajarkanmetode pembelajaran dengan cara

    mengenali prinsip belajar anakdidik yang dibagi menjadi tiga

    bagian yaitu visual, verbal, dan

    body/kinestetic. (Biffle, 2000: 9)

    Penelitian yang Relevan

    1. Selvia Agustin, (2010). Penerapan Model

    Pembelajaran Whole Brain Teaching (WBT)Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA

    Lancang Kuning Kota Dumai.2. Diana Mulyasari, (2011). Pengembangan

    Perangkat Pembelajaran BilingualMatematika Berdasarkan Whole Brain

    TeachingPada Sub Pokok Bahasan Persegi

    Panjang Dan Persegi Untuk Siswa SMP KelasVII Semester Genap.

    3. Akhmad Fauzul Albab, (2011) PenerapanPendekatan Accelerated Learning Dengan

    Metode Whole Brain TeachingDalam

    Pembelajaran Fisika di SMP.

    4. Dyah Pravita Wardani, (2012). UpayaMeningkatkan Partisipasi Dan Prestasi BelajarAkuntansi Melalui Penerapan Pendekatan

    Quantum Learning Tipe Mind Mapping DanMnemonic Serta Media Bahan Ajar Pada

    Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Islam 1 Surakarta

    Masalah

    Bagaimana metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasisiswa pada materi hukum newton?

    Solusi

    Dilakukan penerapan metodeMnemonic dan Whole Brain Teachingpada

    materi pokok hukum newton untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar dan

    motivasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    24/40

    24

    H.

    Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen kuantitatif

    dengan desain Experimental. Adapun bentuk dari Experimental design yang

    dipilih adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Tujuan dari penelitian ini

    adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran menggunakan perpaduan antara

    Mnemonic danWhole Brain Teaching terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di

    SMP Negeri 1 Sidoarjo.

    2. Tempat Dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sidoarjo

    2. Waktu Penelitian

    Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah semester II (genap)

    tahun ajaran 2012-2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret

    2013.

    3. Sasaran Penelitian

    a. Populasi Penelitian

    Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik dari hasil

    menghitung ataupun pengukuran kuantitatif dan kualitatif dari suatu karakteristik

    tertentu dari suatu objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya

    (Sudjana, 2005:5), sedangkan menurut Suharsimi (2006) populasi adalah

    keseluruhan dari subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

    kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Sidoarjo yang terdiri dari 8 kelas.

    b. Sampel Penelitian

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 1996)

    sebagai wakil dari populasi maka sampel harus benar-benar dapat diwakili.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    25/40

    25

    Sampel dalam penelitian ini hanya diambil dari 1 kelas saja dengan mengunakan

    teknik One Stage Cluster Random Sampling. One Stage Cluster Random

    Sampling adalah pengambilan sampel secara random atau acak sesuai dengan

    kelas yang ada (Arikunto: 1996). Cara yang digunakan untuk menentukan sampel

    adalah dengan cara undian.

    Teknik One Stage Cluster Random Sampling digunakan dalam

    menentukan sampel penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

    Siswa diajarkan oleh guru yang memiliki kemampuan profesional relatif

    sama .

    Siswa yang menjadi obyek penelitian duduk dalam kelompok yang sama. Siswa mendapatkan meteri Fisika berdasarkan kurikulum yang sama.

    Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah dua kelas, sebagai

    kelas eksperimen dan kelas kontrol.

    4. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

    eksperimental denganPretest-Posttest Design Control Group.

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mengingat dan

    daya imajinasi siswa dalam menguasai konsep dengan menggunakan pola

    pembelajaran menggunakanMnemonicdan Whole Brain Teaching. Penelitian ini

    menggunakan dua kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dikenai pola

    pembelajaran menggunakan Mnemonic dan Whole Brain Teaching untuk

    mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar serta motivasi siswa dalam

    melaksanakan pembelajaran pada materi pokok hukum newton. Sebelum

    diberikan perlakuan, peneliti memberikan pre-test yaitu tes pemahaman awal

    sebelum materi diajarkan yaitu materi hukum Newton pada semua kelas yang ada

    pada sekolah yang akan dilakukan penelitian, untuk mengetahui homogenitas

    populasi. Dari semua kelas yang telah homogen, peneliti menentukan kelas yang

    akan dikenai perlakuan. Selanjutnya dimulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan

    rancangan yang telah ditetapkan. Setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    26/40

    26

    selesai, siswa diberi tes pemahaman konsep materi hukum Newton (post-test),

    untuk mengetahui hasil penerapan perlakuannya.

    Tabel 2. Desain Penelitian

    Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

    Eksperimen O1 X O2

    Kontrol O1 - O2

    Keterangan:

    O1: Tes awal pembelajaran (pre-test)

    O2: Tes akhir pembelajaran (post-test)

    X : Pembelajaran dengan menggunakanMnemonicdan Whole Brain Teaching

    5.

    Variabel Penelitian

    1.

    Variabel Bebas (independent variable)

    Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu

    pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. Variabel bebas dalam penelitian ini

    adalah penerapan pola pembelajaran Mnemonicdan Whole Brain Teachingpada

    proses belajar mengajar di dalam kelas.

    Definisi Operasional variabel bebas: Pembelajaran dengan menggunakan pola

    pembelajaran menggunakan Mnemonic dan Whole Brain Teaching adalah yang

    dilaksanakan pada proses belajar mengajar di dalam kelas, metode Mnemonic

    yang diterapkan hanya sebatas metode loci (tempat), kata kunci, organisasi skema,

    akronim dan akrostik, recall of names, serta recall of words, dan metode Whole

    Brain Teachingyang diterapkan hanya sebatas Class-Yes dan Teach-Okay.

    2.

    Variabel Terikat (dependent variable)

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    27/40

    27

    Variabel terikat/respons adalah suatu variabel yang ditimbulkan atau efek dari

    variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

    berupa nilaipost-test dan kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan

    pada materi hukum Newton tentang gerak dalam.

    Definisi operasional variabel respons: Hasil belajar yang diperoleh dari skor

    tes siswa pada post-test, dan nilai kemampuan siswa berupa nilai rata-rata hasil

    pengamatan dari dua orang pengamat terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 1

    Sidoarjo.

    6. Prosedur Penelitian

    1. Tahap awal

    Dalam tahap awal ini sebagai persiapan untuk mengumpulkan data yang

    dilakukan dalam penelitian ini adalah:

    1.

    Melakukan wawancara dengan guru Fisika kelas VIII di SMP Negeri 1

    Sidoarjo (pra penelitian)

    2.

    Menyusun perangkat pembelajaran

    3. Menyusun instrumen penelitian

    4.

    Menentukan kelas eksperimen yang ditentukan oleh pihak sekolah sesuai

    dengan purposif penelitian

    2. Tahap pelaksanaan penelitian

    1.

    Sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar peneliti memberikan pre-

    test terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal

    siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

    2.

    Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan dengan

    menerapkan pola pembelajaran menggunakanMnemonicdan Whole Brain

    Teaching. Selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung kelas

    diamati oleh observer untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran dan

    aktivitas guru dan siswa selama PBM berlangsung.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    28/40

    28

    3. Tahap akhir

    1. Setelah kegiatan PBM selesai, diberikan post-test yang soalnya sama

    dengan tes awal (pre-test) untuk mengetahui keberhasilan belajar yang

    dicapai. Post-test dilakukan sebagai tes formatif yang jadwalnya sudah

    ditentukan bersama dengan siswa.

    2.

    Menganalisis hasilpost-test

    7. Metode Pengambilan Data

    1. Metode Observasi

    Observasi penelitian dilakukan pada saat proses pembelajaran

    berlangsung.

    3. Metode Tes

    Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa (Arifin, Zaenal,

    2010: 118). Pada penelitian ini tes diberikan pada awal (pre-test) dan akhir (post-

    test) kegiatan pembelajaran. Tes penguasaan konsep dibuat berdasarkan ranah

    kognitif Bloom, tetapi terlebih dahulu ditentukan validitas, reabilitas, taraf

    kesukaran, dan daya beda. Setelah tes telah dinyatakan valid akan digunakan

    untuk soalpre-test danpost-test.

    8. Instrumen Penelitian

    Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a)Lembar observasi aktivitas siswa

    Digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa pada

    proses pembelajaran. Adapun aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian

    ini berupa aktivitas afektif dan psikomotor.

    b)

    Angket respon siswa

    Lembar angket respon siswa digunakn untuk memperoleh informasi tentang

    seberapa jauh respon siswa terhadap proses pembelajaran yang menggunakan

    metodeMnemonicdan Whole Brain Teaching.

    c)Tes Pemahaman Konsep

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    29/40

    29

    Tes ini dugunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai

    konsep yang diajarkan. Setiap akhir sub materi akan diberikan tes

    pemahaman konsep ini. Tes formatif akan diberikan pada akhir materi hukum

    Newton.

    I.

    Teknik Analisis Data

    a. Analisis Tes

    1) Analisis Soal

    Analisis soal dilakukan guna mengidentifikasi soal-soal yang baik,

    kurang baik, dan soal yang jelek.

    a.

    Validasi Butir Tes

    Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan

    atau kesahihan suatu instrumen. Teknik yang digunakan adalah teknik

    korelasiproduct momentdengan rumus sebagai berikut:

    2222xy

    YYNXXN

    YXXYNr

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 72)

    Keterangan:

    rxy = Validitas butir tes

    N = Banyaknya peserta tes

    X = Skor tes pada butir soal yang dicari validitasnya

    Y = Skor total yang dicapai peserta tes

    Untuk menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria

    sebagai berikut:

    rxy = 0,800 1,00 = validitas item sangat tinggi

    rxy = 0,600 0,800 = validitas item tinggi

    rxy= 0,400 0,600 = validitas item cukup

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    30/40

    30

    rxy= 0,200 0,400 = validitas item rendah

    rxy= 0,00 0,200 = validitas item sangat rendah

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 75)

    Adapun soal akan dikatakan valid jika rxy hitunglebih besar dari rxy tabel,

    dengan taraf signifikan = 0,05.

    b.

    Reliabilitas

    Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat

    dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena

    instrumen itu sudah baik. Dalam penelitian ini untuk mencari

    reliabilitas soal tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai

    berikut:

    21

    21

    21

    21

    11

    1

    2rr

    rr

    r

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 93)

    dengan

    22222

    12

    1

    YYNXXN

    YXXYNrr

    Keterangan:

    11r = reliabilitas seluruh butir soal

    21

    21

    rr = rxyyang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

    belahan instrumen.

    Kriteria: Jika rhitung> rtabelitem dikatakan reliabel

    Dari perhitungan diperoleh r11 = 0,77. Ini berarti bahwa nilai

    r11(hitung) lebig besar dari rtabel untuk n = 40 yaitu 0,312. Perhitungan

    reliabilitas secara lengkap dapat dilihatpada Lampiran 3c.

    c.

    Daya Pembeda

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    31/40

    31

    Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

    membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa

    yang kurang pandai (berkemampuan rendah).

    Dalam menentukan daya beda setiap item soal untuk kelompok

    kecil yaitu kelompok yang kurang dari 100 orang, maka seluruh

    kelompok tes dibagi menjadi 2 kelompok yang jumlahnya sama besar

    yaitu 50% kelompok atas (JA) dan 50% kelompok bawah (JB). Rumus

    yang digunakan untuk menghitung pembeda dalam instrumen yang

    digunakan adalah:

    A BA B

    A B

    B BD P PJ J

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 213)

    Keterangan:

    BA : banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar

    BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar

    JA : banyak peserta kelompok atas

    JB : banyak peserta kelompok bawah

    PA : proporsi kelompok atas yang menjawab benar

    PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

    Klasifikasi daya beda

    D = 0,00 - 0,20 : jelek (poor)

    D = 0,20 0,40 : cukup (Satisfactory)

    D = 0,40 0,70 : baik (good)

    D = 0,70 1,00 : baik sekali (excellent)

    D = negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang

    mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    32/40

    32

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 218)

    d. Tingkat Kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

    terlalu sukar. Taraf kesukaran suatu item tes ditentukan berdasarkan

    jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar dibagi dengan jumlah

    seluruh siswa peserta tes. Rumus yang digunakan untuk mengukur

    taraf kesukaran adalah sebagai berikut:

    sJ

    BP

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 208)

    Keterangan:

    P = Indeks kesukaran butir tes (yang dicari)

    B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

    Js = Jumlah semua siswa peserta tes

    Kategori tingkat kesukaran ditunjukkan oleh kriteria sebagai berikut:

    P = 0,00 0,30 soal termasuk sukar.

    P = 0,30 0,70 soal termasuk sedang.

    P = 0,70 1,00 soal termasuk mudah

    (Suharsimi Arikunto, 2009: 210)

    b. Pelaksanakan Pembelajaran

    Data tentang tata cara pelaksanaan yang dilakukan oleh guru

    selama pembelajaran akan di laporkan oleh dua orang pengamat.

    Dengan menghitung rata-rata skor tiap aspek selama 2 kali pertemuan,

    maka hasilnya dapat diinterpretasikan sesuai dengan jangkauan

    dibawah ini:

    0,00 0,69 = Kurang

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    33/40

    33

    1,70 2,59 = Cukup

    2,60 3,49 = Baik

    3,50 4,00 = Sangat memuaskan (Depdiknas,2006 : 2)

    c.

    Ketuntasan hasil belajar

    Untuk menghitung ketercapaian hasi belajar siswa yang berupa

    nilaipost testmenggunakan persamaan

    =

    100

    (Riduwan,2009:15)

    =

    100%

    (Moh. User Usman, 2006: 64)

    d. Kinerja Siswa

    Kinerja siswa akan diamati oleh pengamat ketika proses

    pembelajaran sedang berlangsung dengan menerapkan strategi belajar

    Mnemonic dan Whole Brain Teaching. Penilaian kinerja ini ada dua

    yakni penilaian afektif dan penilaian psikomotor.e. Penilaian Afektif

    Penilaian afektif ini akan dilakukan oleh dua orang pengamat

    yang nantinya mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran

    sedang berlangsung, semua aspek yang dinilai tersedia dalam rubrik

    penilaian afektif. Sehingga penilaian afektif dapat dikonversikan

    dalam bentuk nilai sebagai berikut :

    =

    100%

    Nilai afektif yang didapatkan ini, dapat dikonversikan kedalam

    kriteria sebagai berikut :

    A = 80 100 = sangat baik

    B = 65 79 = baik

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    34/40

    34

    C = 50 64 = cukup

    D = 35 49 = kurang

    E = 01 34 = sangat kurangb.

    Analisis Hasil Penelitian

    Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif

    yang dalam penyajiannya membutuhkan analisis secara statistik.

    Analisis HasilPretest

    Pretest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum

    pembelajaran serta mengetahui apakah sampel terdistribusi normal dan

    bersifat homogen. Hasilpretestdianalisis sebagai berikut:

    a.

    Uji Normalitas

    Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel

    dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

    diperoleh dari skor hasil pretest. Untuk melakukan uji ini langkah-

    langkah yang dilakukan adalah:

    1)

    Menentukan rentang (R)

    R = data terbesar data terkecil

    2)

    Menentukan banyak kelas interval (K)

    K = 1 + 3,3 log N

    3) Menentukan panjang kelas interval (P)

    P =Re tann g

    Banyak kelas (Sudjana, 2005: 47)

    Memilih ujung bawah kelas interval pertama.

    4)

    Menghitung ratarata dan varians.

    i

    ii

    f

    xfx

    (Sudjana, 2005: 67)

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    35/40

    35

    )1(

    ).().(. 22

    2

    NN

    xfxfNs iiii (Sudjana, 2005: 95)

    Keterangan:

    x = rata-rata

    s2= varians

    fi= frekuensi

    xi= tanda kelas

    N = jumlah fi

    5)

    Menghitung angka baku (Z) untuk tiap batas kelas.

    s

    xxZ ii

    dengan i = 1, 2, 3, ...........,n (Sudjana, 2005: 99)

    Keterangan

    s = simpangan baku

    6) Menghitung frekuensi yang diharapkan muncul (Ei).

    Ei= L n (Sudjana, 2005: 293)

    Keterangan:

    L = luas tiap kelas interval.

    7)

    Menghitung nilai Chi kuadrat

    k

    i i

    ii

    E

    EO

    1

    2

    2 (Sudjana, 2005: 273)

    Keterangan:

    2 = distribusi Chi kuadrat

    Oi = frekuensi pengamatan

    Ei = frekuensi teoritik.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    36/40

    36

    k = banyaknya kelas interval.

    Kriteria dalam pengujian: terima Hojika = 1122

    k

    8) Menarik kesimpulan

    Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal:

    jika X2

    hitung< X2

    (1-)(k-1)dengan taraf signifikan = 0,05.

    b. Uji Homogenitas

    Untuk menyelidiki apakah sampel yang digunakan homogen,

    maka digunakan uji homogenitas dengan menggunakan uji Chi

    kuadrat. Tahapan rumus statistik yang digunakan adalah sebagai

    berikut:

    1) Uji statistik dengan rumus:

    X2= (log 10) {B - (ni 1)log si2} (Sudjana, 2005: 263)

    B = (log s

    2

    ) (ni1)

    2)

    Menetapkan taraf signifikan (= 0,05)

    3) Menarik kesimpulan

    Sampel adalah homogen jika X2

    hitung < X2

    (1-a)(k-1) dimana X2

    (1-a)(k-1)

    didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-a) dan

    dk = (k-1).

    Analisis HasilPost-test

    a.

    Uji-t dua pihak

    Langkah-langkah yang digunakan dalam uji-t dua pihak, adalah:

    1) Menentukan hipotesis.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    37/40

    37

    Ho: 1= 2

    Rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen yang

    menggunakan pembelajaran dengan metode pembelajaran

    Mnemonic dan Whole Brain Teaching dan kelas kontrol dengan

    metode yang biasanya digunakan di sekolah tersebut adalah sama.

    H1 : 1 2

    Rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen yang

    menggunakan pembelajaran dengan dengan metode pembelajaran

    Mnemonic dan Whole Brain Teaching dan kelas kontrol dengan

    pembelajaran yang biasanya digunakan di sekolah tersebut adalah

    berbeda.

    Keterangan:

    1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan

    pembelajaran dengan dengan metode pembelajaran

    Mnemonicdan Whole Brain Teaching.

    2 = rata-rata hasil belajar kelas kontrol dengan menggunakan

    pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tersebut.

    2)

    Menentukan taraf signifikan dengan = 0,05.

    3) Menghitung t dengan rumus:

    1 2

    1 2

    1 1

    xt

    sn n

    (Sudjana, 2005: 239)

    Keterangan:

    t = koefisien t.

    1x = ratarata dari kelompok Eksperimen.

    2x = rata rata dari kelompok kontrol.

    s = simpangan baku.

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    38/40

    38

    n1 = jumlah data kelompok eksperimen.

    n2 = jumlah data kelompok kontrol.

    Simpangan baku dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

    2

    )1()1(

    21

    2

    22

    2

    112

    nn

    snsns (Sudjana, 2005: 208)

    4) Menentukan kriteria hipotesis

    Terima Hojika -t(1-1/2)< t < t(1-1/2). Dimana t(1-1/2) di dapat

    dari daftar distribusi t dengan dk adalah (n1 + n2 -2) dengan

    peluang (1-1/2). Untuk harga-harga t lainnya Hoditolak

    5) Menarik kesimpulan

    (Sudjana, 2005: 239)

    b.

    Uji-t satu pihak

    Langkahlangkah uji t satu pihak adalah sebagai berikut:

    1)

    Menentukan hipotesis

    H0: 1= 2

    Kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan

    metode pembelajaran Mnemonic dan Whole Brain Teaching

    mempunyai hasil belajar sama dengan kelas kontrol.

    H1: 1> 2

    Kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran

    dengan metode pembelajaran Mnemonic dan Whole Brain

    Teaching mempunyai hasil belajar lebih baik dari pada kelas

    kontrol.

    Keterangan:

    1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang metode

    pembelajaranMnemonicdan Whole Brain Teaching

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    39/40

  • 7/21/2019 Proposal Whole brain teaching

    40/40

    J.

    Daftar Pustaka

    Arikunto, Suharsimi. 2009. DasarDasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).

    Jakarta: Bumi Aksara.

    Biffle, Chris. 2000. Whole Brain Teaching. California: Crafton Hills College

    Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomer 23 Tahun 2006 tentang Standar

    Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas.

    Giancoli, Douglas. 2001.Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

    Mulyasa, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya

    Serway. 2010.Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.

    Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

    Sudjiono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajagrafindoPersada.

    Sujiono, Bambang. 2004. Metode pengembangan fisik. Jakarta: UniversitasTerbuka.

    Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia. Buana

    Pustaka

    Svantesson, I. 2004. Learning Maps and Memory Skills. Jakarta: PT. Gramedia

    Pustaka Utama.