proposal whole brain teaching
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
1/40
1
A.
Judul
PENERAPAN METODE MNEMONIC DAN WHOLE BRAIN TEACHING
PADA MATERI POKOK HUKUM NEWTON UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA KELAS VIII SMPN 1
SIDOARJO
B.
Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan dengan tujuan pebelajar
dapat mencapai tujuan tertentu. Agar pebelajar dapat mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai
kendaraan. Dengan demikian pembelajaran yang sesuai adalah kegiatan
pendidikan yang menggunakan metode atau cara yang tepat sebagai kendaraan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan berpikir logis,
sistematis, kritis, dan kreatif diharapkan dapat dilatih dan dikembangkan lewat
pembelajaran yang tepat dan sesuai. Pada saat ini sudah banyak usaha-usaha
dalam meningkatkan mutu pendidikan, hal ini dapat dilihat pada penyempurnaan
kurikulum dan pengembangan model pembelajaran serta perbaikan mutu pengajar
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sangat leluasa memberikankesempatan kepada guru untuk menerapkan berbagai gaya dan kreativitasnya
dalam kegiatan pembelajaran (Suyatno, 2009). Salah satu metode pembelajaran
yang dapat digunakan adalah pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif adalah
wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa
untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Melalui kegiatan
pembelajaran yang inovatif siswa lebih banyak diajak untuk berdiskusi,
berinteraksi dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonstruksi konsep dan
kaidah-kaidah keilmuan sendiri dan siswa akan lebih tertarik serta termotivasi
untuk mengikuti pelajaran sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa
(Suyatno, 2009).
Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk membantu
guru dalam menyampaikan proses pembelajaran serta membantu siswa untuk
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
2/40
2
memahami konsep dengan menggunakan fungsi holistik otak dan meningkatkan
daya ingat adalahMnemonic dan Whole Brain Teaching.Mnemonic adalah teknik
untuk memudahkan mengingat sesuatu. Secara lebih khusus, Mnemonic berarti
rumusan atau ungkapan untuk mengingat-ingat sesuatu. Dan menurut Stine,
Mnemonic adalah kemampuan otak untuk menghubungkan kata-kata, ide, dan
khayalan. Sedangkan Whole Brain Teaching adalah metode pembelajaran yang
dikenalkan di Amerika Utara sejak 1999. Konsep tersebut mengajarkan metode
pembelajaran dengan cara mengenali prinsip belajar anak didik yang dibagi
menjadi tiga bagian yaitu visual, verbal, dan body/kinestetic. Strategi inti dari
Whole Brain Teachingadalah bagaimana cara menarik perhatian audience dalam
hal ini adalah anak didik sehingga mereka lebih terfokus pada materi yang
diberikan guru. Harus ada interaksi, karena metode pembelajaran yang ada selama
ini, berdasarkan pengamatan peneliti, cenderung menimbulkan kebosanan pada
murid, sehingga berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal.
Materi hukum Newton merupakan salah satu materi yang sesuai dengan
pembelajaran menggunakan Mnemonic dan Whole Brain Teaching. Materi
tersebut mengkaji tentang konsep gaya, hukum-hukum newton, serta aplikasinya
dalam kehidupan. Selama ini konsep tersebut bukan suatu hal yang asing lagi bagi
siswa karena banyak kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan konsep
tersebut. Namun, berdasarkan observasi peneliti, setelah mempelajari konsep
tersebut, banyak siswa yang kemudian lupa apa yang telah dipejalari tentang
hukum Newton. Hal ini dikarenakan konsep yang diterima hanya berupa
perumusan dan tidak bertahan lama karena siswa menggunakan otak kiri yang
berfungsi untuk menyimpan ingatan jangka pendek. Karena materi ini merupakan
dasar untuk bisa memahami fisika, terutama bidang mekanika, maka selain
pemahaman konsep, siswa perlu untuk mengingat materi tersebut.
Melihat kenyataan dan kondisi yang seperti ini perlu diterapkan suatu
model pembelajaran yang akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan pembelajaran di kelas, serta membantu siswa untuk terlihat aktif dalam
pembelajaran serta dapat berfikir menggunakan kedua fungsi otak. Berkaitan
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
3/40
3
dengan uraian di atas, saya termotivasi untuk menerapkan pola pembelajaran yang
berorientasi menggunakan fungsi holistik otak serta kemampuan daya ingat
melalui pertanyaan dengan judul Penerapan MetodeMnemonic Dan Whole Brain
Teaching Pada Materi Pokok Hukum Newton Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Motivasi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo setelah
menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi
pokok hukum Newton?
2.
Bagaimanakah motivasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo setelah
menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi
pokok hukum Newton?
D. Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah disebutkan, tujuan dari penelitian ini adaah:
1.
Mendeskripsikan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo seletah
menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi
pokok hukum Newton.
2.
Mendeskripsikan motivasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo seletah
menerapkan metode Mnemonic dan Whole Brain Teaching pada materi
pokok hukum Newton.
E.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi guru
Penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru sebagai alternatif pola
pembelajaran dalam memperbaiki proses belajar mengajar, serta dapat
memberi motivasi bagi guru untuk mempersiapkan pengajaran di masa
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
4/40
4
yang akan datang serta lebih bisa untuk mendapatkan atensi dari siswa
karena proses pembelajaran yang aktif di kelas.
2.
Bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa sebagai bentuk motivasi untuk
dalam proses pembelajaran, serta membuat siswa dapat lebih memahami
materi dengan tidak hanya mengingat perumusan namun konsep yang
lebih dalam menggunakan fungsi holistik, serta meningkatkan daya ingat.
F. Batasan Penelitian
1.
Pada penelitian ini, metode Mnemonicyang digunakan hanya strategi
akronim, akrostik, serta asosiasi.
2.
Pada penelitian ini, metode Whole Brain Teaching yang digunakan
hanya strategi Class-Yesdan Teach-Okay.
G. Kajian Pustaka
1.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, sudah bukan rahasia umum lagi apabila setiap
pergantian Menteri selalu terjadi perubahan kebijakan. Tetapi munculnya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bukan suatu kebenaran terhadap
pendapat tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional periode 2004-2009 Prof. Dr. Bambang Sudibyo dalam harian kompas
(Kompas online, Desember 2009) yang menyatakan dengan tegas bahwa tidak ada
perubahan kebijakan (perubahan kurikulum), yang ada hanya standarisasi agar
sekolah-sekolah memiliki acuan yang lebih jelas.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen
pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib
belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan
olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
5/40
5
Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan (Suyatno, 2009).
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) standar isi, (2)
standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan (7) standar penilaian pendidikan (Peraturan Pemerintah, Th
2005).
Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu, maka dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2005, pemerintah telah menggiring pelaku pendidikan untuk
mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk kurikulum tingkat satuan
pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
setiap satuan pendidikan. Secara substansial, pemberlakuan KTSP lebih kepada
mengimplementasikan regulasi yang ada, yaitu PP No. 19/2005. (Peraturan
Pemerintah, Th 2005).
Akan tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih
bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi (dan bukan pada tuntas tidaknya
sebuah hasil), yaitu: a). menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik
secara individual maupun klasikal; b). berorientasi pada hasil belajar dan
keberagaman; c). penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan
dan metode yang bervariasi; d). sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
6/40
6
sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; e). penilaian menekankan
pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi (Mulyasa, 2007).
2.
Teori Psikologi Kognitif
Kognitif adalah cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari suatu proses
berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan
mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan
dengan tingkat kecerdasan atau intelegensia, yang biasanya mencirikan seseorang
dengan berbagai minat, terutama berupa ide-ide dalam proses pembelajaran.
Sujiono (2004: 96) memberikan batasan tentang kognitif (intelejensia)
menurut beberapa ahli psikologi, antara lain menurut Terman dalam Sujiono
(2004), bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
sementara menurut Colvin dalam Sujiono (2004), kognitif adhalah kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan terakhir menurut Hunt dalam
Sujiono (2004) bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang
disediakan untuk indra.
Mengacu pada batasan kognitif dan intelegensia, pada dasarnya kognitif
berhubungan erat dengan tingkat intelegensia seseorang. Dalam hal ini kognitif
bersifat pasif atau statis yang berupa daya atau potensi untuk memahami sesuatu,
sedangkan intelegensia lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi dan
perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang dihasilkan berupa aktifitas atau
perilaku. Dengan demikian, apabila tingkat kognitif seseorang tinggi, maka
tingkat intelegensianya tinggi pula.
Lebih lanjut Gardner dalam Sindiro (2002) mengatakan bahwa kecerdasan
merupakan kemampuan dalam menyelesaikan suatu masalah atau menciptakanproduk yang berharga atau bernilai dalam satu atau lebih latar belakang budaya.
Menurut Gardner setiap individu memiliki kecerdasan majemuk (multiple
intelegence). Oleh karena itu menurutnya tidak ada orang yang bodoh atau pintar,
yang ada adalah orang yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
7/40
7
kecerdasan, oleh sebab itu lebih baik sedari dini anak diberikan stimulasi berbagai
jenis kecerdasan dalam proses perkembangan pembelajarannya.
Menurut Gardner dalam Sindoro (2002), ada delapan kecerdasan yang
dimiliki oleh seseorang, yaitu meliputi Linguistic Smart(kecerdasan berbahasa),
Logic Smart (kecerdasan logika matematika), Body Smart (kecerdasan fisik),
Picture Smart(kecerdasan visual spasial), Self Smart(kecerdasan intrapersonal),
People Smart(kecerdasan interpersonal),Music Smart(kecerdasan musical), dan
Nature Smart(kecerdasan natural). Setiap individu memiliki beberapa kecerdasan
tersebut, hanya saja berbeda tarafnya. Selain itu, kecerdasan tersebut selain berdiri
sendiri, terkadang bercampur dengan kecerdasan yang lain.
3. Konsep MengenaiMnemonic
Menurut Solso (2007: 236),Mnemonicadalah sebuah teknik atau alat, seperti
misalnya sajak yang berima atau sebuah gambar, yang pengasosiasiannya sudah
dikenal sebelumnya, untuk meningkatkan penyimpanan serta memanggil kembali
informasi dalam ingatan.
Asal mula kata Mnemonicberasal dari Mitologi Yunani seorang dewi yang
bernama Mnemosyne dan menjadi dewi untuk memori (Svantesson dalam
Prajoko, 1998: 111). Dewi Mnemosyne terlibat percintaan dengan Zeus, dewa
tertinggi dalam mitologi Yunani. Dewi memori dipersatukan (menikah) dengan
dewa tertinggi Zeus, yaitu keteraturan dan energy. Sebagai akibatnya, mereka
mendapatkan Sembilan Muse (anak), yang mewakili kreativitas dan imajinasi
(Svantesson, 1998: 112)
Melalui kronologi mitos kataMnemonic, Sventesson (1998, 112) memberikan
simpulan sebagai berikut:
Dengan demikian, jika ingin mendapatkan memori yang lebih baik, anda
harus mengkombinasikan struktur dengan imajinasi.
Keteraturan/struktur + imajinasi/kreativitas = memori.
Ini merupakan formula bagi kebanyakan teknik mengingat, termasuk teknik
mengingat yang dikembangkan dalam zaman modern.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
8/40
8
Penerapan teknik mengingat Mnemonic, menurut Svantesson (1998: 115)
didasarkan pada tiga elemen yang sama, yaitu logika, imajinasi, serta asosiasi.
Asosiasi berasal dari bahasa latin, ad, yang artinya mengarah ke dan socius
yang artinya sesuatu atau seseorang yang bergabung teman. Kata asosiasi
berarti sesuatu yang berhubungan satu sama lain (Svantesson, 1998: 116)
Lebih lanjut Svantesson (1998: 115-116) menjelaskan pengunaan teknik
Mnemonicmelalui dua objek. Objek pertama adalah sistem aturan yang terbangun
secara logis, sering berdasarkan gambar-gambar. Objek kedua adalah kata-kata
yang perlu diingat. Melalui sistem aturan dalam hati, kata atau hal yang ingin
diingat (objek kedua) dihubungkan dengan objek pertama (gambar-gambar)
melalui bantuan asosiasi melewati imajinasi.
Lebih lanjut, setiap kegiatan Mnemonic melibatkan proses struktur ingatan
(memory), dana dalam ilmu Psikologi dikenal dengan istilah short term memory
(STM) serta long term memory (LTM). Menurut Santrock (2005) ada tiga cara
pengkodean (pengenalan) informasi untuk dimasukkan ke dalam memori, yaitu
secara visual (gambar), akustik (suara), dan makna (semantic). Prinsip sistem
pengkodean ingatan jangka pendek biasanya terjadi pada pengkodean informasi
secara akustik (suara), dan dalam ingatan jangka panjang biasanya pengkodeaninformasi terjadi berdasarkan makna (semantic) maupun visual. Solso (2007: 505)
mengatakan bahwa karakteristik dari ingatan jangka pendek berdasarkan lama
durasi dan jumlah objek yang dapat diingat secara akurat, adalah 7 2 dengan
estimasi durasi selama 12 detik. Dengan kata lain sepanjang 12 detik manusia
dapat mengingat 2 objek selama 7 detik. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut
ini:
Tabel 1. Perbandingan STM dan LTM
Perbandingan STM LTM
Kapasitas Terbatas (7 2 potongan
objek)
Kemungkinan tak terbatas
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
9/40
9
Durasi Singkat (hitungan detik) Kemungkinan seumur hidup
Pengkodean Akustik (suara) Makna (semantic)
Episodik (kejadian)
Prosedur (berdasarkan cara)
Deklarasi (berdasarkan
pernyataan)
Efek Perintah Baru saja terjadi
Informasi terakhir yang
dipanggil dari ingatan
Primer
Informasi yang pertama kali
dipanggil dari ingatan
TeknikMnemonicdimaksudkan supaya seseorang mempunyai imaji terhadap
suatu persepsi. Semakin tidak masuk akal pengasosiasian seseorang, akan semakin
bagus untuk melatih pengalian informasi. Kita biasanya melupakan sesuatu yang
masuk dalam hidup kita sehari-hari secara begitu mudah daripada hal-hal yang
aneh dan baru. Kita dapat menambahkan satu elemen penting ke dalam seni taktik
Mnemonic, yaitu apabila kita secara sadar menciptakan gambaran-gambaran
mental yang unik dan berbeda dalam pengasosiasian, maka kita akan
mendapatkan memori yang sempurna (Svantesson dalam Prajoko, 1998: 113).
Menurut Svantesson dalam Prajoko, (1998: 129) asosiasi dapat berupa:
1.
Melebih-lebihkan dalam hal bentuk, warna, jumlah, dan ukuran
2. Absurd, luar biasa
3. Fantastik, kombinasi baru
4.
Tak terduga-duga
5. Bergerak
6.
Lucu, membuat orang tertawa
7. Penuh warna, kontras dengan lingkungannya
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
10/40
10
8.
Seksual, kasar
Teknik Mnemonic telah berkembang sehingga membuahkan teknik dan
konsep mengingat lainnya, antara lain metode loci (tempat), kata kunci, organisasi
skema, akronim dan akrostik, recall of names, serta recall of words.
4.
Whole Brain Teaching(Power Teaching)
Whole Brain Teaching adalah metode pembelajaran yang dikenalkan di
Amerika Utara sejak 1999. Konsep tersebut mengajarkan metode pembelajaran
dengan cara mengenali prinsip belajar anak didik yang dibagi menjadi tiga bagian
yaitu visual, verbal, dan body/kinestetic. Strategi inti dari Whole Brain Teaching
adalah bagaimana cara menarik perhatian audience dalam hal ini adalah anak
didik sehingga mereka lebih terfokus pada materi yang diberikan guru. Harus ada
interaksi, karena metode pembelajaran yang ada selama ini cenderung
menimbulkan kebosanan pada murid.
Power Teaching diperkenalkan oleh Chris Biffle, seorang dosen di AS,
setelah berbulan-bulan berkolaborasi dengan seorang teman dari TK dan seorang
lagi dari sekolah menengah di awal tahun 2000-an. Karena metoda ini
menggebrak pendekatan konvensional, dalam waktu singkat ribuan guru dan
puluhan ribu siswa menikmati pembelajaran dengan metoda unik ini. Unik karena
pendekatannya sama sekali berbeda dari yang kita kenal selama ini, bahkan
terkesan aneh namun sangat fun. Sebagai metoda, seperti lazimnya metoda yang
lain, power teaching kedahsyatannya terletak pada pembelajaran yang
menekankan penguasaan, atau ketuntasan pemahaman atau kemampuan siswa
kemampuan untuk mengungkapkan kembali konsep, penjelasan, rumus yang
disampaikan guru. Dan, yang menarik dari metoda ini, langkah-langkahnya begitu
sederhana sehingga praktis bisa kita kuasai dalam hitungan menit. Chris Biffle
(2000, 168) menawarkan 6 hal untuk mengelola pembelajaran dengan power
teaching ini. Kegiatan interaktif yang mewarnai proses pembelajaran ini
dikendalikan dengan perintah-perintah dan respon-respon sederhana dengan satu
kata bahasa Inggris yang relatif sudah dikenal siswa, maka pembelajaran dengan
metoda ini praktis bisa diterapkan untuk hampir semua mata pelajaran. Ungkapan
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
11/40
11
yang harus diperkenalkan ke siswa dan digunakan dalam interaksi kelas adalah:
(1) Class - Yes, (2) Micro-lecture, (3) Teach - Okay, (4) Scoreboard, (5) Hands
and Eyes, (6) Comprehension Check.
(1) Class Yes
Untuk meminta perhatian atau menghentikan kegiatan siswa, guru berseru,
"Claaaass!" dengan nada suara dan intonasi yang diubah dari waktu ke waktu.
Semua siswa akan serempak merespon dengan, "Yeeeesss!" dengan nada dan
intonasi meniru cara guru berucap. Kalau guru menggunakan suara robot, siswa
pun merespon dengan suara robot. Suara anak kecil, respon juga suara anak kecil.
Kalau "Yes" diembat-embat dengan 3 tekanan, siswa pun melakukan hal yangsama.
(2) Micro-lecture
Guru hanya boleh menyampaikan konsep baru, penjelasan, langkah atau
rumus tidak lebih dari 30 detik atau setengah menit. Kalau siswa harus bisa
mengulang atau mengungkapkan kembali suatu rumus atau kalimat yang baru saja
disampaikan guru, maka beberapa detik pun jadilah micro-lecture. Namanya juga
"micro-", amat sangat kecil. Kenapa? Karena setiap informasi, penjelasan, konsep,
rumus, dsb. Yang disampaikan guru harus dapat diungkapkan kembali oleh siswa.
(3) Teach - Okay
Setelah "mengajar" kurang dari atau selama 30 detik, guru meminta siswa
mengungkapkan kembali pengetahuan yang baru saja diperoleh. Perintah ini
disampaikan dengan berkata, "Teach!" dengan nada tinggi menghentak diikuti
gerakan menarik seperti, tepuk tangan 2-2 diteruskan dengan menjulurkan lengan
kanan dijulurkan menghentak menyerong kanan ke atas, sementara yang kiri
ditarik ke bawah, misalnya. Pada kesempatan lain, sebagai variasi, ucapan
"Teach" disuarakan lembut disusul dengan tepuk tangan 2-2 dilanjutkan dengan
juluran lengan perlahan ke depan. Siswa lalu merespon dengan berkata, "Okay!"
dengan nada suara yang sama, disertai gerakan sama seperti yang dilakukan guru.
Setelah itu, anak sebangku berpaling untuk saling berhadapan dan mengutarakan
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
12/40
12
kembali apa saja yang disampaikan guru. Saat menuturkan kembali apa yang
dipelajari dari guru, siswa harus menggunakan 'gesture' dan bersemangat dan
memastikan bahwa suaranya dapat didengar oleh telinganya sendiri.
(4) Scoreboard
Scoreboard atau "papan nilai" dimaksudkan untuk memberitahu siswa
apakah respon siswa memuaskan guru, karena dilakukan serempak dan
bersemangat atau sebaliknya. Yang perlu kita lakukan adalah menggambar 2
wajah berbentuk lingkaran, yang satu, "Smiley," menampilkan senyuman, satunya
lagi, "Frowny," tampak cemberut. Dua gambar wajah itu dipisahkan oleh garis
lurus ke bawah. Apabila respons siswa bagus, guru menuliskan skor satu di bawah"Smiley" kemudian guru mengibaskan tangan ke kelas yang disambut anak
dengan ungkapan kegemberian dengan berseru "O yaaaa!" dan sekali tepuk
tangan. Jika respon siswa tidak bagus, guru memberi skor satu di bawah "Frowny"
dan setelah tangan guru dikibaskan ke arah kelas, siswa meresponnya sedih
dengan bertutur, "Ooh," sambil menghapus matanya yang seolah menangis karena
kecewa.
(5) Hands and eyes
Perintah bermakna "tangan dan mata" ini ketika diucapkan guru akan
direspon siswa dengan ucapan yang sama, "Hands and eyes!" dilanjutkan dengan
menyatukan jari-jari kedua tangan lalu meletakkannya di atas daun bangku
dengan mata lurus tertuju pada guru. Aba-aba ini dimaksudkan untuk meminta
perhatian berkualitas tinggi karena bahan yang akan disampaikan cukup sulit
sehingga memerlukan perhatian ekstra. 'Hands and eyes' hanya digunakan ketika
guru benar-benar menginginkan 'quality attention'. Jadi, tidak selalu menjadi
bagian dari proses pembelajaran dahsyat ini. Di tahap awal perkenalan power
teaching, "Hands and eyes" sebaiknya dilewatkan saja.
(6) Comprehension Check -- Cek Pemahaman
Saat siswa mengungkapkan kembali bahan ajar yang baru saja dipelajari,
guru perlu mengecek pemahaman siswa dengan cara berjalan keliling kelas
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
13/40
13
mendengarkan apa yang diungkapkan siswa. Ini penting, selain untuk mengetahui
seberapa efektif siswa belajar, tapi juga untuk memastikan bahwa siswa tidak
sekedar tampak seolah mengungkapkan pemahamannya seperti yang seharusnya,
padahal senyatanya sekedar tampak buka mulut untuk mengelabuhi guru. Power
Teaching dapat digunakan untuk pembelajaran dari TK sampai perguruan tinggi.
Pada penelitian ini, metode Mnemonic yang diterapkan hanya sebatas
akronim, akrostik, serta asosiasi dan metode Whole Brain Teaching yang
diterapkan hanya sebatas Class-Yes dan Teach-Okay. Karakteristik dari metode
tersebut adalah, pada Mnemonic berhubungan erat dengan ingatan dan
dihubungkan dengan fenomena yang ada di sekitar kita, dapat dimunculkan ketika
suatu materi sulit untuk diingat karena banyaknya rumus dan angka, serta pada
Whole Brain Teaching, Class-Yes membantu guru untuk meraih atensi siswa dan
dapat diterapkan ketika suasana pembelajaran sudah tidak kondusif, sehingga
siswa dapat kembali memberikan perhatian penuh ke guru, sedangkan Teach-
Okay melatih siswa untuk dapat mengajarkan apa yang telah diberikan oleh guru,
dimunculkan ketika guru selesai memberikan materi. Metode ini cocok diterapkan
menggunakan model pembelajaran langsung, karena menuntut siswa untuk
mereplikasi apa yang dilakukan oleh guru.
5. Kajian Materi
a. Hukum Newton Tentang Gerak
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja
pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah dituliskan
dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad, dan dapat
dirangkum sebagai berikut:
1.Hukum Pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan
kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.
Berarti jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam,
atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan).
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
14/40
14
2.
Hukum Kedua: sebuah benda dengan massa M mengalami gaya resultan
sebesar F akan mengalami percepatan a yang arahnya sama dengan arah gaya,
dan besarnya berbanding lurus terhadap F dan berbanding terbalik terhadap
M. atau F=Ma. Bisa juga diartikan resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda sama dengan turunan dari momentum linear benda tersebut terhadap
waktu.
3.
Hukum Ketiga: gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang
sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Artinya jika ada benda A yang
memberi gaya sebesar F pada benda B, maka benda B akan memberi gaya
sebesar F kepada benda A. F dan F memiliki besar yang sama namun
arahnya berbeda. Hukum ini juga terkenal sebagai hukum aksi-reaksi, dengan
F disebut sebagai aksi dan F adalah reaksinya.
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam
karyanya Philosophi Naturalis Principia Mathematica, pertama kali diterbitkan
pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk menjelaskan dan meniliti
gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun sistem. Contohnya dalam jilid
tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan bahwa dengan menggabungkan
antara hukum gerak dengan hukum gravitasi umum, ia dapat menjelaskan hukumpergerakan planet milik Kepler.
Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel,
dalam evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena
obyek yang dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh.
Perubahan bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak
diperhitungkan dalam analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai
suatu titik atau partikel untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah
bintang.
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk
menghitung gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat).
Leonard Euler pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak
Newton untuk benda padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
15/40
15
perkembangannya juga dapat digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap
benda dapat direpresentasikan sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda,
dan tiap-tiap partikel mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler
dapat diturunkan dari hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap
sebagai aksioma dalam menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi.
Ketika kecepatan mendekati kecepatan cahaya, efek dari relativitas khusus
harus diperhitungkan.
b. Hukum pertama Newton
Gambar 1. Ilustrasi Hukum Pertama Newton
(Sumber: http://smartinyourhand.blogspot.com)
Lex I: Corpus omne perseverare in statu suo quiescendi vel movendi
uniformiter in directum, nisi quatenus a viribus impressis cogitur statum illum
mutare.
Hukum I: Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau
bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya.
Hukum ini menyatakan bahwa jika resultan gaya (jumlah vektor dari
semua gaya yang bekerja pada benda) bernilai nol, maka kecepatan benda tersebut
konstan. Dirumuskan secara matematis menjadi:
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
16/40
16
(1)
Artinya :
Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali
ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah
kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Hukum pertama newton adalah penjelasan kembali dari hukum inersia
yang sudah pernah dideskripsikan oleh Galileo. Dalam bukunya Newton
memberikan penghargaan pada Galileo untuk hukum ini. Aristoteles berpendapat
bahwa setiap benda memilik tempat asal di alam semesta: benda berat seperti batu
akan berada di atas tanah dan benda ringan seperti asap berada di langit. Bintang-
bintang akan tetap berada di surga. Ia mengira bahwa sebuah benda sedang berada
pada kondisi alamiahnya jika tidak bergerak, dan untuk satu benda bergerak pada
garis lurus dengan kecepatan konstan diperlukan sesuatu dari luar benda tersebut
yang terus mendorongnya, kalau tidak benda tersebut akan berhenti bergerak.
Tetapi Galileo menyadari bahwa gaya diperlukan untuk mengubah kecepatan
benda tersebut (percepatan), tapi untuk mempertahankan kecepatan tidak
diperlukan gaya. Sama dengan hukum pertama Newton: Tanpa gaya berarti tidak
ada percepatan, maka benda berada pada kecepatan konstan.
c. Hukum kedua Newton
Gambar 2. Ilustrasi Hukum Kedua Newton
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
17/40
17
(Sumber: http://smartinyourhand.blogspot.com)
Hukum kedua Newton dalam bahasa aslinya (latin) berbunyi:
Lex II: Mutationem motus proportionalem esse vi motrici impressae, et
fieri secundum lineam rectam qua vis illa imprimitur.
Diterjmahkan dengan cukup tepat oleh Motte pada tahun 1729 menjadi:
Law II: The alteration of motion is ever proportional to the motive force
impress'd; and is made in the direction of the right line in which that force is
impress'd.
Yang dalam Bahasa Indonesia berarti:
Hukum Kedua: Perubahan dari gerak selalu berbanding lurus terhadap
gaya yang dihasilkan / bekerja, dan memiliki arah yang sama dengan garis
normal dari titik singgung gaya dan benda.
Hukum kedua menyatakan bahwa total gaya pada sebuah partikel sama
dengan banyaknya perubahan momentum linier pterhadap waktu :
(2)
Karena hukumnya hanya berlaku untuk sistem dengan massa konstan,
variabel massa (sebuah konstan) dapat dikeluarkan dari operator diferensial
dengan menggunakan aturan diferensiasi. Maka,
(3)
Dengan F adalah total gaya yang bekerja, m adalah massa benda, dan a
adalah percepatan benda. Maka total gaya yang bekerja pada suatu benda
menghasilkan percepatan yang berbanding lurus.
Massa yang bertambah atau berkurang dari suatu sistem akan
mengakibatkan perubahan dalam momentum. Perubahan momentum ini bukanlah
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
18/40
18
akibat dari gaya. Untuk menghitung sistem dengan massa yang bisa berubah-
ubah, diperlukan persamaan yang berbeda.
Sesuai dengan hukum pertama, turunan momentum terhadap waktu tidak
nol ketika terjadi perubahan arah, walaupun tidak terjadi perubahan besaran.
Contohnya adalah gerak melingkar beraturan. Hubungan ini juga secara tidak
langsung menyatakan kekekalan momentum: Ketika resultan gaya yang bekerja
pada benda nol, momentum benda tersebut konstan. Setiap perubahan gaya
berbanding lurus dengan perubahan momentum tiap satuan waktu.
Hukum kedua ini perlu perubahan jika relativitas khusus diperhitungkan,
karena dalam kecepatan sangat tinggi hasil kali massa dengan kecepatan tidakmendekati momentum sebenarnya.
d. Hukum ketiga Newton
Gambar 3. Ilustrasi Hukum Ketiga Newton(Sumber: http://smartinyourhand.blogspot.com)
Hukum Ketiga Newton. Para pemain sepatu luncur es memberikan gaya
pada satu sama-lain dengan besar yang sama tapi berlawanan arah.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
19/40
19
Penjelasan hukum ketiga Newton.
Lex III: Actioni contrariam semper et qualem esse reactionem:
sive corporum duorum actiones in se mutuo semper esse quales et in
partes contrarias dirigi.
Hukum ketiga : Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama
besar dan berlawanan arah: atau gaya dari dua benda pada satu sama
lain selalu sama besar dan berlawanan arah.
Benda apapun yang menekan atau menarik benda lain mengalami tekanan
atau tarikan yang sama dari benda yang ditekan atau ditarik. Kalau anda menekan
sebuah batu dengan jari anda, jari anda juga ditekan oleh batu. Jika seekor kuda
menarik sebuah batu dengan menggunakan tali, maka kuda tersebut juga "tertarik"
ke arah batu: untuk tali yang digunakan, juga akan menarik sang kuda ke arah
batu sebesar ia menarik sang batu ke arah kuda.
Hukum ketiga ini menjelaskan bahwa semua gaya adalah interaksiantara
benda-benda yang berbeda, maka tidak ada gaya yang bekerja hanya pada satu
benda. Jika bendaAmengerjakan gaya pada benda B, bendaBsecara bersamaan
akan mengerjakan gaya dengan besar yang sama pada benda Adan kedua gaya
segaris. Seperti yang ditunjukan di diagram, para peluncur es (Ice skater)
memberikan gaya satu sama lain dengan besar yang sama, tapi arah yang
berlawanan. Walaupun gaya yang diberikan sama, percepatan yang terjadi tidak
sama. Peluncur yang massanya lebih kecil akan mendapat percepatan yang lebih
besar karena hukum kedua Newton. Dua gaya yang bekerja pada hukum ketiga ini
adalah gaya yang bertipe sama. Misalnya antara roda dengan jalan sama-sama
memberikan gaya gesek.
Secara sederhananya, sebuah gaya selalu bekerja pada sepasang benda,
dan tidak pernah hanya pada sebuah benda. Jadi untuk setiap gaya selalu memiliki
dua ujung. Setiap ujung gaya ini sama kecuali arahnya yang berlawanan. Atau
sebuah ujung gaya adalah cerminan dari ujung lainnya.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
20/40
20
Secara matematis, hukum ketiga ini berupa persamaan vektor satu
dimensi, yang bisa dituliskan sebagai berikut. Asumsikan benda A dan benda B
memberikan gaya terhadap satu sama lain.
(4)
Dengan
Fa,badalah gaya-gaya yang bekerja pada A oleh B, dan
Fb,aadalah gaya-gaya yang bekerja pada B oleh A.
Newton menggunakan hukum ketiga untuk menurunkan hukum kekekalan
momentum, namun dengan pengamatan yang lebih dalam, kekekalan momentum
adalah ide yang lebih mendasar (diturunkan melalui teorema Noether dari
relativitas Galileo dibandingkan hukum ketiga, dan tetap berlaku pada kasus yang
membuat hukum ketiga newton seakan-akan tidak berlaku. Misalnya ketika
medan gaya memiliki momentum, dan dalam mekanika kuantum.
e. Hukum Newton dan jangkauan validitasnya
Hukum-hukum Newton sudah di verifikasi dengan eksperimen dan
pengamatan selama lebih dari 200 tahun, dan hukum-hukum ini adalahpendekatan yang sangat baik untuk perhitungan dalam skala dan kecepatan yang
dialami oleh manusia sehari-hari. Hukum gerak Newton dan hukum gravitasi
umum dan kalkulus, (untuk pertama kalinya) dapat memfasilitasi penjelasan
kuantitatif tentang berbagai fenomena-fenomena fisis.
Ketiga hukum ini juga merupakan pendekatan yang baik untuk benda-
benda makroskopis dalam kondisi sehari-hari. Namun hukum newton
(digabungkan dengan hukum gravitasi umum dan elektrodinamika klasik) tidak
tepat untuk digunakan dalam kondisi tertentu, terutama dalam skala yang amat
kecil, kecepatan yang sangat tinggi (dalam relativitas khususs, faktor Lorentz,
massa diam, dan kecepatan harus diperhitungkan dalam perumusan momentum)
atau medan gravitasi yang sangat kuat. Maka hukum-hukum ini tidak dapat
digunakan untuk menjelaskan fenomena-fenomena seperti konduksi listrik pada
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
21/40
21
sebuah semikonduktor, sifat-sifat optik dari sebuah bahan, kesalahan pada GPS
sistem yang tidak diperbaiki secara relativistik, dan superkonduktivitas.
Penjelasan dari fenomena-fenomena ini membutuhkan teori fisika yang lebih
kompleks, termasuk relativitas umum dan teori medan kuantum.
Dalam mekanika kuantum konsep seperti gaya, momentum, dan posisi
didefinsikan oleh operator-operator linier yang beroperasi dalam kondisi kuantum,
pada kecepatan yang jauh lebih rendah dari kecepatan cahaya, hukum-hukum
Newton sama tepatnya dengan operator-operator ini bekerja pada benda-benda
klasik. Pada kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, hukum kedua tetap
berlaku seperti bentuk aslinya F= dpdt, yang menjelaskan bahwa gaya adalah
turunan dari momentum suatu benda terhadap waktu, namun beberapa versi
terbaru dari hukum kedua tidak berlaku pada kecepatan relativistik.
f. Hubungan dengan hukum kekekalan
Di fisika modern, hukum kekekalan dari momentum, energi, dan
momentum sudut berlaku lebih umum daripada hukum-hukum Newton, karena
mereka berlaku pada cahaya maupun materi, dan juga pada fisika klasik maupun
fisika non-klasik.
Secara sederhana, "Momen, energi, dan momentum angular tidak dapat
diciptakan atau dihilangkan."
Karena gaya adalah turunan dari momen, dalam teori-teori dasar (seperti
mekanika kuantum, elektrodinamika kuantum, relativitas umum, dsb.), konsep
gaya tidak penting dan berada dibawah kekekalan momentum.
Model standar dapat menjelaskan secara terperinci bagaimana tiga gaya-
gaya fundamental yang dikenal sebagai gaya-gaya gauge, berasal dari pertukaran
partikel virtual. Gaya-gaya lain seperti gravitasi dan tekanan degenerasi fermionic
juga muncul dari kekekalan momentum. Kekekalan dari 4-momentum dalam
gerak inersia melalui ruang-waktu terkurva menghasilkan yang kita sebut sebagai
gaya gravitasi dalam teori relativitas umum.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
22/40
22
Kekekalan energi baru ditemukan setelah hampir dua abad setelah
kehidupan Newton, adanya jeda yang cukup panjang ini disebabkan oleh adanya
kesulitan dalam memahami peran dari energi mikroskopik dan tak terlihat seperti
panas dan cahaya infra-merah.
6.
Penelitian yang Relevan
a) Selvia Agustin, (2010). Penerapan Model Pembelajaran Whole Brain
Teaching (WBT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Lancang Kuning Kota Dumai.
b)
Diana Mulyasari, (2011). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Bilingual Matematika Berdasarkan Whole Brain Teaching Pada Sub
Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Untuk Siswa SMP Kelas
VII Semester Genap.
c)
Akhmad Fauzul Albab, (2011) Penerapan Pendekatan Accelerated
Learning Dengan Metode Whole Brain TeachingDalam Pembelajaran
Fisika di SMP.
d)
Dyah Pravita Wardani, (2012). Upaya Meningkatkan Partisipasi Dan
Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Pendekatan Quantum
Learning Tipe Mind Mapping Dan Mnemonic Serta Media Bahan Ajar
Pada Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
23/40
23
7.
Kerangka Berpikir
Kenyataan
1. Pelajaran IPA-Fisika kurang diminati
siswa.2. Pembelajaran fisika masih menggunakan
metode ceramah dan hanya berorientasi
pada penyelesaian soal-soal.3. Siswa kurang aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa masih rendah.
Harapan
1. Siswa menyukai pelajaran IPA-
Fisika.
2. Siswa dapat mengingat konsep yangdiberikan oleh guru pada proses
pembelajaran.3. Siswa menjadi aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran.4. Siswa mencapai nilai ketuntasannya
dalam pelajaran IPA-Fisika.
Teori
1. Mnemonic adalah sebuah teknik
atau alat, seperti misalnya sajak
yang berima atau sebuah gambar,yang pengasosiasiannya sudah
dikenal sebelumnya, untuk
meningkatkan penyimpanan sertamemanggil kembali informasi
dalam ingatan. (Solso, 2007: 236)2.
Whole Brain Teaching adalah
metode pembelajaran yangdikenalkan di Amerika Utara sejak
1999. Konsep tersebut mengajarkanmetode pembelajaran dengan cara
mengenali prinsip belajar anakdidik yang dibagi menjadi tiga
bagian yaitu visual, verbal, dan
body/kinestetic. (Biffle, 2000: 9)
Penelitian yang Relevan
1. Selvia Agustin, (2010). Penerapan Model
Pembelajaran Whole Brain Teaching (WBT)Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA
Lancang Kuning Kota Dumai.2. Diana Mulyasari, (2011). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran BilingualMatematika Berdasarkan Whole Brain
TeachingPada Sub Pokok Bahasan Persegi
Panjang Dan Persegi Untuk Siswa SMP KelasVII Semester Genap.
3. Akhmad Fauzul Albab, (2011) PenerapanPendekatan Accelerated Learning Dengan
Metode Whole Brain TeachingDalam
Pembelajaran Fisika di SMP.
4. Dyah Pravita Wardani, (2012). UpayaMeningkatkan Partisipasi Dan Prestasi BelajarAkuntansi Melalui Penerapan Pendekatan
Quantum Learning Tipe Mind Mapping DanMnemonic Serta Media Bahan Ajar Pada
Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Islam 1 Surakarta
Masalah
Bagaimana metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasisiswa pada materi hukum newton?
Solusi
Dilakukan penerapan metodeMnemonic dan Whole Brain Teachingpada
materi pokok hukum newton untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar dan
motivasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sidoarjo.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
24/40
24
H.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian eksperimen kuantitatif
dengan desain Experimental. Adapun bentuk dari Experimental design yang
dipilih adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Tujuan dari penelitian ini
adalah mendeskripsikan penerapan pembelajaran menggunakan perpaduan antara
Mnemonic danWhole Brain Teaching terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di
SMP Negeri 1 Sidoarjo.
2. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sidoarjo
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah semester II (genap)
tahun ajaran 2012-2013. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret
2013.
3. Sasaran Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik dari hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif dan kualitatif dari suatu karakteristik
tertentu dari suatu objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya
(Sudjana, 2005:5), sedangkan menurut Suharsimi (2006) populasi adalah
keseluruhan dari subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Sidoarjo yang terdiri dari 8 kelas.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 1996)
sebagai wakil dari populasi maka sampel harus benar-benar dapat diwakili.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
25/40
25
Sampel dalam penelitian ini hanya diambil dari 1 kelas saja dengan mengunakan
teknik One Stage Cluster Random Sampling. One Stage Cluster Random
Sampling adalah pengambilan sampel secara random atau acak sesuai dengan
kelas yang ada (Arikunto: 1996). Cara yang digunakan untuk menentukan sampel
adalah dengan cara undian.
Teknik One Stage Cluster Random Sampling digunakan dalam
menentukan sampel penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
Siswa diajarkan oleh guru yang memiliki kemampuan profesional relatif
sama .
Siswa yang menjadi obyek penelitian duduk dalam kelompok yang sama. Siswa mendapatkan meteri Fisika berdasarkan kurikulum yang sama.
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah dua kelas, sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental denganPretest-Posttest Design Control Group.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan mengingat dan
daya imajinasi siswa dalam menguasai konsep dengan menggunakan pola
pembelajaran menggunakanMnemonicdan Whole Brain Teaching. Penelitian ini
menggunakan dua kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dikenai pola
pembelajaran menggunakan Mnemonic dan Whole Brain Teaching untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar serta motivasi siswa dalam
melaksanakan pembelajaran pada materi pokok hukum newton. Sebelum
diberikan perlakuan, peneliti memberikan pre-test yaitu tes pemahaman awal
sebelum materi diajarkan yaitu materi hukum Newton pada semua kelas yang ada
pada sekolah yang akan dilakukan penelitian, untuk mengetahui homogenitas
populasi. Dari semua kelas yang telah homogen, peneliti menentukan kelas yang
akan dikenai perlakuan. Selanjutnya dimulai kegiatan pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang telah ditetapkan. Setelah keseluruhan kegiatan pembelajaran
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
26/40
26
selesai, siswa diberi tes pemahaman konsep materi hukum Newton (post-test),
untuk mengetahui hasil penerapan perlakuannya.
Tabel 2. Desain Penelitian
Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Keterangan:
O1: Tes awal pembelajaran (pre-test)
O2: Tes akhir pembelajaran (post-test)
X : Pembelajaran dengan menggunakanMnemonicdan Whole Brain Teaching
5.
Variabel Penelitian
1.
Variabel Bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel penyebab atau yang diduga memberikan suatu
pengaruh atau efek terhadap peristiwa lain. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah penerapan pola pembelajaran Mnemonicdan Whole Brain Teachingpada
proses belajar mengajar di dalam kelas.
Definisi Operasional variabel bebas: Pembelajaran dengan menggunakan pola
pembelajaran menggunakan Mnemonic dan Whole Brain Teaching adalah yang
dilaksanakan pada proses belajar mengajar di dalam kelas, metode Mnemonic
yang diterapkan hanya sebatas metode loci (tempat), kata kunci, organisasi skema,
akronim dan akrostik, recall of names, serta recall of words, dan metode Whole
Brain Teachingyang diterapkan hanya sebatas Class-Yes dan Teach-Okay.
2.
Variabel Terikat (dependent variable)
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
27/40
27
Variabel terikat/respons adalah suatu variabel yang ditimbulkan atau efek dari
variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa
berupa nilaipost-test dan kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan
pada materi hukum Newton tentang gerak dalam.
Definisi operasional variabel respons: Hasil belajar yang diperoleh dari skor
tes siswa pada post-test, dan nilai kemampuan siswa berupa nilai rata-rata hasil
pengamatan dari dua orang pengamat terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Sidoarjo.
6. Prosedur Penelitian
1. Tahap awal
Dalam tahap awal ini sebagai persiapan untuk mengumpulkan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Melakukan wawancara dengan guru Fisika kelas VIII di SMP Negeri 1
Sidoarjo (pra penelitian)
2.
Menyusun perangkat pembelajaran
3. Menyusun instrumen penelitian
4.
Menentukan kelas eksperimen yang ditentukan oleh pihak sekolah sesuai
dengan purposif penelitian
2. Tahap pelaksanaan penelitian
1.
Sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar peneliti memberikan pre-
test terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan awal
siswa terhadap materi yang akan diajarkan.
2.
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan dengan
menerapkan pola pembelajaran menggunakanMnemonicdan Whole Brain
Teaching. Selama proses belajar mengajar (PBM) berlangsung kelas
diamati oleh observer untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran dan
aktivitas guru dan siswa selama PBM berlangsung.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
28/40
28
3. Tahap akhir
1. Setelah kegiatan PBM selesai, diberikan post-test yang soalnya sama
dengan tes awal (pre-test) untuk mengetahui keberhasilan belajar yang
dicapai. Post-test dilakukan sebagai tes formatif yang jadwalnya sudah
ditentukan bersama dengan siswa.
2.
Menganalisis hasilpost-test
7. Metode Pengambilan Data
1. Metode Observasi
Observasi penelitian dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
3. Metode Tes
Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa (Arifin, Zaenal,
2010: 118). Pada penelitian ini tes diberikan pada awal (pre-test) dan akhir (post-
test) kegiatan pembelajaran. Tes penguasaan konsep dibuat berdasarkan ranah
kognitif Bloom, tetapi terlebih dahulu ditentukan validitas, reabilitas, taraf
kesukaran, dan daya beda. Setelah tes telah dinyatakan valid akan digunakan
untuk soalpre-test danpost-test.
8. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a)Lembar observasi aktivitas siswa
Digunakan untuk memperoleh data mengenai kemampuan siswa pada
proses pembelajaran. Adapun aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian
ini berupa aktivitas afektif dan psikomotor.
b)
Angket respon siswa
Lembar angket respon siswa digunakn untuk memperoleh informasi tentang
seberapa jauh respon siswa terhadap proses pembelajaran yang menggunakan
metodeMnemonicdan Whole Brain Teaching.
c)Tes Pemahaman Konsep
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
29/40
29
Tes ini dugunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai
konsep yang diajarkan. Setiap akhir sub materi akan diberikan tes
pemahaman konsep ini. Tes formatif akan diberikan pada akhir materi hukum
Newton.
I.
Teknik Analisis Data
a. Analisis Tes
1) Analisis Soal
Analisis soal dilakukan guna mengidentifikasi soal-soal yang baik,
kurang baik, dan soal yang jelek.
a.
Validasi Butir Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Teknik yang digunakan adalah teknik
korelasiproduct momentdengan rumus sebagai berikut:
2222xy
YYNXXN
YXXYNr
(Suharsimi Arikunto, 2009: 72)
Keterangan:
rxy = Validitas butir tes
N = Banyaknya peserta tes
X = Skor tes pada butir soal yang dicari validitasnya
Y = Skor total yang dicapai peserta tes
Untuk menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria
sebagai berikut:
rxy = 0,800 1,00 = validitas item sangat tinggi
rxy = 0,600 0,800 = validitas item tinggi
rxy= 0,400 0,600 = validitas item cukup
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
30/40
30
rxy= 0,200 0,400 = validitas item rendah
rxy= 0,00 0,200 = validitas item sangat rendah
(Suharsimi Arikunto, 2009: 75)
Adapun soal akan dikatakan valid jika rxy hitunglebih besar dari rxy tabel,
dengan taraf signifikan = 0,05.
b.
Reliabilitas
Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen itu sudah baik. Dalam penelitian ini untuk mencari
reliabilitas soal tes digunakan rumus Spearman-Brown sebagai
berikut:
21
21
21
21
11
1
2rr
rr
r
(Suharsimi Arikunto, 2009: 93)
dengan
22222
12
1
YYNXXN
YXXYNrr
Keterangan:
11r = reliabilitas seluruh butir soal
21
21
rr = rxyyang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua
belahan instrumen.
Kriteria: Jika rhitung> rtabelitem dikatakan reliabel
Dari perhitungan diperoleh r11 = 0,77. Ini berarti bahwa nilai
r11(hitung) lebig besar dari rtabel untuk n = 40 yaitu 0,312. Perhitungan
reliabilitas secara lengkap dapat dilihatpada Lampiran 3c.
c.
Daya Pembeda
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
31/40
31
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang kurang pandai (berkemampuan rendah).
Dalam menentukan daya beda setiap item soal untuk kelompok
kecil yaitu kelompok yang kurang dari 100 orang, maka seluruh
kelompok tes dibagi menjadi 2 kelompok yang jumlahnya sama besar
yaitu 50% kelompok atas (JA) dan 50% kelompok bawah (JB). Rumus
yang digunakan untuk menghitung pembeda dalam instrumen yang
digunakan adalah:
A BA B
A B
B BD P PJ J
(Suharsimi Arikunto, 2009: 213)
Keterangan:
BA : banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA : banyak peserta kelompok atas
JB : banyak peserta kelompok bawah
PA : proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya beda
D = 0,00 - 0,20 : jelek (poor)
D = 0,20 0,40 : cukup (Satisfactory)
D = 0,40 0,70 : baik (good)
D = 0,70 1,00 : baik sekali (excellent)
D = negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang
mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
32/40
32
(Suharsimi Arikunto, 2009: 218)
d. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Taraf kesukaran suatu item tes ditentukan berdasarkan
jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar dibagi dengan jumlah
seluruh siswa peserta tes. Rumus yang digunakan untuk mengukur
taraf kesukaran adalah sebagai berikut:
sJ
BP
(Suharsimi Arikunto, 2009: 208)
Keterangan:
P = Indeks kesukaran butir tes (yang dicari)
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js = Jumlah semua siswa peserta tes
Kategori tingkat kesukaran ditunjukkan oleh kriteria sebagai berikut:
P = 0,00 0,30 soal termasuk sukar.
P = 0,30 0,70 soal termasuk sedang.
P = 0,70 1,00 soal termasuk mudah
(Suharsimi Arikunto, 2009: 210)
b. Pelaksanakan Pembelajaran
Data tentang tata cara pelaksanaan yang dilakukan oleh guru
selama pembelajaran akan di laporkan oleh dua orang pengamat.
Dengan menghitung rata-rata skor tiap aspek selama 2 kali pertemuan,
maka hasilnya dapat diinterpretasikan sesuai dengan jangkauan
dibawah ini:
0,00 0,69 = Kurang
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
33/40
33
1,70 2,59 = Cukup
2,60 3,49 = Baik
3,50 4,00 = Sangat memuaskan (Depdiknas,2006 : 2)
c.
Ketuntasan hasil belajar
Untuk menghitung ketercapaian hasi belajar siswa yang berupa
nilaipost testmenggunakan persamaan
=
100
(Riduwan,2009:15)
=
100%
(Moh. User Usman, 2006: 64)
d. Kinerja Siswa
Kinerja siswa akan diamati oleh pengamat ketika proses
pembelajaran sedang berlangsung dengan menerapkan strategi belajar
Mnemonic dan Whole Brain Teaching. Penilaian kinerja ini ada dua
yakni penilaian afektif dan penilaian psikomotor.e. Penilaian Afektif
Penilaian afektif ini akan dilakukan oleh dua orang pengamat
yang nantinya mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran
sedang berlangsung, semua aspek yang dinilai tersedia dalam rubrik
penilaian afektif. Sehingga penilaian afektif dapat dikonversikan
dalam bentuk nilai sebagai berikut :
=
100%
Nilai afektif yang didapatkan ini, dapat dikonversikan kedalam
kriteria sebagai berikut :
A = 80 100 = sangat baik
B = 65 79 = baik
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
34/40
34
C = 50 64 = cukup
D = 35 49 = kurang
E = 01 34 = sangat kurangb.
Analisis Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif
yang dalam penyajiannya membutuhkan analisis secara statistik.
Analisis HasilPretest
Pretest digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa sebelum
pembelajaran serta mengetahui apakah sampel terdistribusi normal dan
bersifat homogen. Hasilpretestdianalisis sebagai berikut:
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
diperoleh dari skor hasil pretest. Untuk melakukan uji ini langkah-
langkah yang dilakukan adalah:
1)
Menentukan rentang (R)
R = data terbesar data terkecil
2)
Menentukan banyak kelas interval (K)
K = 1 + 3,3 log N
3) Menentukan panjang kelas interval (P)
P =Re tann g
Banyak kelas (Sudjana, 2005: 47)
Memilih ujung bawah kelas interval pertama.
4)
Menghitung ratarata dan varians.
i
ii
f
xfx
(Sudjana, 2005: 67)
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
35/40
35
)1(
).().(. 22
2
NN
xfxfNs iiii (Sudjana, 2005: 95)
Keterangan:
x = rata-rata
s2= varians
fi= frekuensi
xi= tanda kelas
N = jumlah fi
5)
Menghitung angka baku (Z) untuk tiap batas kelas.
s
xxZ ii
dengan i = 1, 2, 3, ...........,n (Sudjana, 2005: 99)
Keterangan
s = simpangan baku
6) Menghitung frekuensi yang diharapkan muncul (Ei).
Ei= L n (Sudjana, 2005: 293)
Keterangan:
L = luas tiap kelas interval.
7)
Menghitung nilai Chi kuadrat
k
i i
ii
E
EO
1
2
2 (Sudjana, 2005: 273)
Keterangan:
2 = distribusi Chi kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi teoritik.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
36/40
36
k = banyaknya kelas interval.
Kriteria dalam pengujian: terima Hojika = 1122
k
8) Menarik kesimpulan
Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal:
jika X2
hitung< X2
(1-)(k-1)dengan taraf signifikan = 0,05.
b. Uji Homogenitas
Untuk menyelidiki apakah sampel yang digunakan homogen,
maka digunakan uji homogenitas dengan menggunakan uji Chi
kuadrat. Tahapan rumus statistik yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Uji statistik dengan rumus:
X2= (log 10) {B - (ni 1)log si2} (Sudjana, 2005: 263)
B = (log s
2
) (ni1)
2)
Menetapkan taraf signifikan (= 0,05)
3) Menarik kesimpulan
Sampel adalah homogen jika X2
hitung < X2
(1-a)(k-1) dimana X2
(1-a)(k-1)
didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-a) dan
dk = (k-1).
Analisis HasilPost-test
a.
Uji-t dua pihak
Langkah-langkah yang digunakan dalam uji-t dua pihak, adalah:
1) Menentukan hipotesis.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
37/40
37
Ho: 1= 2
Rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen yang
menggunakan pembelajaran dengan metode pembelajaran
Mnemonic dan Whole Brain Teaching dan kelas kontrol dengan
metode yang biasanya digunakan di sekolah tersebut adalah sama.
H1 : 1 2
Rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen yang
menggunakan pembelajaran dengan dengan metode pembelajaran
Mnemonic dan Whole Brain Teaching dan kelas kontrol dengan
pembelajaran yang biasanya digunakan di sekolah tersebut adalah
berbeda.
Keterangan:
1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran dengan dengan metode pembelajaran
Mnemonicdan Whole Brain Teaching.
2 = rata-rata hasil belajar kelas kontrol dengan menggunakan
pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tersebut.
2)
Menentukan taraf signifikan dengan = 0,05.
3) Menghitung t dengan rumus:
1 2
1 2
1 1
xt
sn n
(Sudjana, 2005: 239)
Keterangan:
t = koefisien t.
1x = ratarata dari kelompok Eksperimen.
2x = rata rata dari kelompok kontrol.
s = simpangan baku.
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
38/40
38
n1 = jumlah data kelompok eksperimen.
n2 = jumlah data kelompok kontrol.
Simpangan baku dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
2
)1()1(
21
2
22
2
112
nn
snsns (Sudjana, 2005: 208)
4) Menentukan kriteria hipotesis
Terima Hojika -t(1-1/2)< t < t(1-1/2). Dimana t(1-1/2) di dapat
dari daftar distribusi t dengan dk adalah (n1 + n2 -2) dengan
peluang (1-1/2). Untuk harga-harga t lainnya Hoditolak
5) Menarik kesimpulan
(Sudjana, 2005: 239)
b.
Uji-t satu pihak
Langkahlangkah uji t satu pihak adalah sebagai berikut:
1)
Menentukan hipotesis
H0: 1= 2
Kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran dengan
metode pembelajaran Mnemonic dan Whole Brain Teaching
mempunyai hasil belajar sama dengan kelas kontrol.
H1: 1> 2
Kelas eksperimen yang menggunakan metode pembelajaran
dengan metode pembelajaran Mnemonic dan Whole Brain
Teaching mempunyai hasil belajar lebih baik dari pada kelas
kontrol.
Keterangan:
1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang metode
pembelajaranMnemonicdan Whole Brain Teaching
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
39/40
-
7/21/2019 Proposal Whole brain teaching
40/40
J.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. DasarDasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Biffle, Chris. 2000. Whole Brain Teaching. California: Crafton Hills College
Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomer 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas.
Giancoli, Douglas. 2001.Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mulyasa, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya
Serway. 2010.Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba Teknika.
Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudjiono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: RajagrafindoPersada.
Sujiono, Bambang. 2004. Metode pengembangan fisik. Jakarta: UniversitasTerbuka.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia. Buana
Pustaka
Svantesson, I. 2004. Learning Maps and Memory Skills. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.