prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

60
PROSEDUR PERIJINAN PEMBUATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DI KABUPATEN BANJARNEGARA KERTAS KERJA WAJIB Oleh : Nama Mahasiswa : SANIMAN NIM : 551126/A Jurusan : Teknik Umum Program Studi : Keinspekturan Diploma : I (Satu) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEM PTK. AKAMIGAS STEM Cepu, Mei 2012

Upload: mas-niban

Post on 12-Jun-2015

13.063 views

Category:

Technology


2 download

DESCRIPTION

SEMOGA BERMANFAAT

TRANSCRIPT

Page 1: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

PROSEDUR PERIJINAN PEMBUATAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

MIKRO HIDRO (PLTMH)

DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KERTAS KERJA WAJIB

Oleh :

Nama Mahasiswa : SANIMAN

NIM : 551126/A

Jurusan : Teknik Umum

Program Studi : Keinspekturan

Diploma : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERGURUAN TINGGI KEDINASAN AKADEMI MINYAK DAN GAS BUMI - STEM

PTK. AKAMIGAS – STEM

Cepu, Mei 2012

Page 2: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Page 3: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Page 4: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara
Page 5: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

i

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penyusun panjatkan puji syukur kehadirat

Allah SWT, yang telah berkenan memberikan Rahmat dan HidayahNya, sehingga

kami dapat menyelesaikan penulisan Kertas Kerja Wajib ( KKW ) yang berjudul

“PROSEDUR PERIZINAN PEMBUATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA

MIKROHIDRO (PLTMH) DI KABUPATEN BANJARNEGARA“ sebagai

persyaratan akademik di PTK AKAMIGAS – STEM Cepu.

Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dapat kami selesaikan berkat dorongan, kerja

sama, saran serta pemikiran dari berbagai pihak.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada :

1. Bapak Ir. Toegas S. Soegiarto, M.T. selaku direktur PTK AKAMIGAS –

STEM Cepu.

2. Bapak Doni Sutrisno, S.T., M.M., selaku Kepala Dinas PSDA dan ESDM

Kabupaten Banjarnegara.

3. Bapak Drs. L. Riyatno, M.M., selaku Ketua Program Studi Diploma I

Keinspekturan.

4. Bapak Drs. Kun Dharmawan H., selaku Kepala Bidang ESDM Dinas

PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.

5. Bapak Zunus Rosyadi, S.Sos., selaku Kepala Seksi Ketenagalistrikan dan

enargi Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.

6. Bapak Agus Heriyanto S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing

7. Bapak dan Ibu dosen PTK AKAMIGAS – STEM Cepu, khususnya dari

Program Studi Diploma I Keinspekturan.

8. Keluarga dan teman-teman semua yang telah memberikan semangat dan

dorongan sehingga penulisan ini bisa terselesaikan dengan baik.

Harapan kami apa yang tertulis didalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini

dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Oleh karena itu perkenankanlah pada

kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran, demi kesempurnaan penulisan ini

karena penulisan kami jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas budi baik Bapak / Ibu serta memberi

Rahmat, Taufik dan HidayahNya kepada kita semua. Amiin.

Cepu, Mei 2012

Penulis

( Saniman )

NIM. 551126 / A

Page 6: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

ii

INTISARI

PLTMH sendiri merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro, Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW

sampai 200kW. Adanya aliran air dan ketinggian yang memadai dapat kita

manfaatkan sebagai sumber energi untuk PLTMH. Kabupaten Banjarnegara

sendiri mempunyai sumber energi alternatif yang cukup banyak, diantaranya

adalah panas bumi di Pegunungan Dieng yang sudah dimanfaatkan sebagai

PLTPb, dan beberapa aliran sungai yang dikembangkan dengan PLTA dan juga

PLTMH. Dari banyaknya potensi yang ada, masyarakat dan Pemerintah

Kabupaten Banjarnegara merasa belum bisa menikmati manfaatnya secara

maksimal dikarenakan kurangnya pengembangan dari potensi-potensi tersebut,

sehingga Pemerintah Kabupaten Banjarnegara sendiri merasa perlu menerbitkan

Peraturan-peraturan Daerah yang mengatur tentang usaha ketenagalistrikan,

dimana didalamnya juga termasuk izin pembangunan PLTMH dan juga tata cara

pengajuannya, baik yang on grid maupun yang off grid. Setelah izin diterbitkan

hak dan kewajiban pemegang izin juga harus diatur supaya pemegang izin tidak

berlaku semaunya sendiri dan tidak merugikan masyarakat. Izin usaha penyediaan

tenaga listrik merupakan sebagai salah satu mekanisme pengawasan kelaikan

operasi instalasi tenaga listrik, hak dan kewajiban pemegang izin, sanksi, dan

pemantauan.

Page 7: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

INTISARI ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan ..................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................... 3

1.3. Ruang Lingkup Penulisan ..................................................................... 3

1.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 4

1.5. Sistematika Penulisan ........................................................................... 4

II. ORIENTASI UMUM

2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Banjarnegara ............................................. 6

2.2. Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara .......................................... 7

2.3. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kabupaten Banjarnegara ..... 12

2.3.1 Kondisi Geografis ..................................................................... 12

2.3.2 Bentang Alam ........................................................................... 13

2.3.3 Keadaan Penduduk .................................................................... 14

2.4. Dinas PSDA Dan ESDM Kabupaten Banjarnegara .............................. 15

2.5. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas PSDA dan ESDM ............................... 17

2.6. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ... 18

2.7. Tugas Pokok dan Fungsi Seksi Ketenagalistrikan dan Energi ............... 20

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. PLTMH ................................................................................................ 22

3.2. Potensi PLTMH ..................................................................................... 23

3.3. Izin Usaha .............................................................................................. 25

3.4. Dasar Hukum ......................................................................................... 27

IV. PEMBAHASAN

4.1. Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara .......................................... 28

4.2. Perkembangan Listrik Pedesaan Di Kabupaten Banjarnegara ............... 30

4.3. Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ................................................... 32

4.3.1. On Grid ..................................................................................... 32

4.3.2. Off Grid ..................................................................................... 33

4.4. Tata Cara Permohonan Izin PLTMH ..................................................... 35

4.5. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin ....................................................... 38

4.6. Pencabutan Izin ..................................................................................... 41

4.7. Permasalahan dan Penanganannya ........................................................ 43

Page 8: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

iv

V. PENUTUP

5.1. Simpulan .............................................................................................. 45

5.2. Saran ..................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 9: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bupati Banjarnegara I dan XIV ............................................ 7

Gambar 2.2. Lambang Kabupaten Banjarnegara ........................................ 8

Gambar 2.3. Peta Kabupaten Banjarnegara ................................................ 12

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas PSDA dan ESDM Kabupeten

Banjarnegara ......................................................................... 17

Gambar 3.1. Gambaran Sebuah Sistem PLTMH ........................................ 23

Gambar 3.2. Ketinggian Vertikal dimana Air Jatuh(Head) ........................ 24

Gambar 4.1. PLTP Dieng dan PLTA Sudirman ......................................... 30

Gambar 4.2. Power House PLTMH Gringsing .......................................... 31

Gambar 4.3. Mesin Pengering Hasil Tanaman yang Memanfaatkan

Listrik dari PLTMH ............................................................... 32

Gambar 4.4. Skema Kewenangan Pemberian Izin PLTMH ..................... 35

Page 10: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 01. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005) ........................................ 1

Page 11: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01. Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)

Lampiran 02. Data Pegawai Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.

Page 12: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan

Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat karena pertambahan

penduduk, Pertumbuhan ekonomi dan pola konsumsi energi itu sendiri yang

senantiasa meningkat, sedangkan energi fosil yang selama ini merupakan sumber

energi utama, ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami deplesi

(menipis). Berdasarkan data Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 – 2025

yang dikeluarkan oleh Departemen ESDM pada tahun 2006, menyebutkan bahwa

cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2005 diperkirakan akan habis

dalam kurun waktu 23 tahun dengan ratio cadangan/produksi pada tahun tersebut,

sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun waktu 62 tahun dan batubara

146 tahun, (Tabel 1.1.). Sumber energi terbarukan, antara lain panas bumi,

biomasa, energi surya dan energi angin relatif cukup besar (lampiran 1).

Tabel. 1.1. Cadangan Energi Fosil (Tahun 2005)

Jenis Energi Fosil Cadangan/Produksi

Indonesia Dunia

Minyak 23 Tahun 40 Tahun

Gas 62 Tahun 60 Tahun

Batubara 146 Tahun 200 Tahun

Sumber : DESDM (2006)

Kebijakan Pemerintah berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan energi

nasional dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang

Kebijakan Energi Nasional. Dalam peraturan tersebut, pada tahun 2025

Page 13: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

2

konsumsi minyak bumi diharapkan turun menjadi 20%, gas alam naik menjadi

30%, batubara naik menjadi 33%, sedangkan energi baru dan terbarukan

(termasuk di dalamnya energi mikro hidro) naik menjadi 17%.

Dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen

dan kembali mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah

telah menerbitkan Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil

Tersebar (PSK Tersebar) melalui Kepmen ESDM No. 1122K/30/MEM/2002.

Pedoman Pengusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil Tersebar (PSK

Tersebar) untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit

tenaga listrik sampai dengan kapasitas 1 MW yang diusahakan oleh usaha kecil

dan koperasi. Walaupun teknologi mikro hidro telah dikenal sejak zaman dulu,

perkembangan pembangunan teknologi ini dipandang sangat lambat, terlebih

setelah terjadinya krisis energi akhir-akhir ini. Salah satu faktor penting dalam

pembangunan mikro hidro adalah kebijakan dan peraturan-peraturan (regulasi)

yang berkaitan dengan mikro hidro khususnya serta energi terbarukan pada

umumnya di tingkat kabupaten-kabupaten. Sampai saat ini banyak yang

beranggapan bahwa pemerintah sering mempersulit penerbitan izin-izin

pembangunan dan izin-izin usaha dengan peraturan- peraturannya. Namun itu

semua dikarenakan kekurang pahaman masyarakat dan pengembang akan

peraturan-peraturan yang berlaku.

Dalam rangka diversifikasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan

tersebut, pasokan tenaga listrik pada tahun 2020 menggunakan minimal 5%

berasal dari energi terbarukan. Berdasarkan hal tersebut, dimungkinkan daerah

Page 14: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

3

membangun pembangkit tenaga listrik skala kecil yang bersifat off grid (tidak

tersambung oleh grid nasional). Salah satu pembangkit listrik skala kecil yang

potensial adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Hal ini juga

merupakan salah satu implementasi dari green energy initiative yaitu untuk

mendorong energi terbarukan, energi efisiensi dan energi bersih. PLTMH

dibangun dalam rangka program peningkatan taraf sosial ekonomi masyarakat

terutama untuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik. Namun

dalam pembangunannya juga harus memperhatikan mutu dan melaksanakan

ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan serta fungsi lingkungan.

Maka diperlukan regulasi yang jelas sebagai pedoman pengawasannya.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah :

a. Untuk memperluas pengetahuan, pengalaman serta mengadakan

perbandingan antara ilmu yang diperoleh selama belajar dengan praktek dan

penerapan dilapangan.

b. Untuk mengetahui lebih jauh tentang prosedur perizinan pembuatan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Di Kabupaten

Banjarnegara

1.3 Ruang Lingkup Penulisan

Pembahasan dalam Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini dibatasi pada regulasi

atau prosedur perizinan mengenai pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Page 15: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

4

Hidro (PLTMH) Di Kabupaten Banjarnegara, permasalahan yang timbul, serta

upaya-upaya untuk menanggulanginya.

1.4. Metode Pengumpulan Data

Untuk menunjang penulisan Kertas Kerja Wajib ( KKW ) ini diperlukan

data-data dari obyek yang diteliti dengan cara :

1. Menanyakan langsung masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan ( PKL ) kepada petugas di lapangan,

2. Membaca bahan pustaka/literatur yang diperoleh diperkuliahan, perpustakaan

dan seksi ketenagalistrikan dan energi bidang ESDM Di Dinas PSDA dan

ESDM Kabupaten Banjarnegara.

3. Pengamatan dan pengambilan data langsung di lapangan.

1.5. Sistematika Penulisan

Garis besar sistematika penulisan ini adalah :

BAB I. PENDAHULUAN

Menguraikan mengenai latar belakang penulisan, tujuan penulisan,

ruang lingkup penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika

penulisan.

BAB II. ORIENTASI UMUM

Menerangkan tentang Kabupaten Banjarnegara dan Dinas Pengelolaan

Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan

ESDM) Kabupaten Banjarnegara secara singkat.

Page 16: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

5

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam hal ini membahas tentang PLTMH, Potensi, perizinan

pembangunan PLTMH, dan dasar hukumnya.

BAB IV. PEMBAHASAN

Dalam hal ini membahas potensi energi di Kabupaten Banjarnegara,

kondisi kelistrikan di Kabupaten Banjarnegara,, kewenangan pemberian

izin, tata cara permohonan izin, hak dan kewajiban pemegang izin,

pencabutan izin PLTMH dan permasalahan serta upaya penanganannya

BAB V. PENUTUP

Merupakan kesimpulan atas analisa dan saran – saran untuk pemecahan

masalah yang mungkin dapat digunakan sebagai usaha perbaikan di

Bidang ESDM pada Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara.

Page 17: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

6

II. ORIENTASI UMUM

2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Banjarnegara

Dalam www.banjarnegarakab.go.id dijelaskan bahwa Kabupaten

Banjarnegara merupakan hadiah dari Pemerintah Mataram (Sri Susuhunan

Pakubuwono VII) kepada R. Tumenggung Dipoyudo IV, karena jasanya pada saat

perang Diponegoro. Sesuai dengan Resolutie Governeor General Buitenzorg

tanggal 22 agustus 1831 nomor I (yang pada akhirnya tanggal 22 agustus

diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Banjarnegara), pada waktu itu

berkedudukan di Banjarmangu yang dikenal dengan Banjarwatulembu dan berada

di sebelah utara sungai serayu.

Persoalan meluapnya sungai serayu pada musim hujan menjadi kendala

dalam berkomunikasi dengan Kesultanan Surakarta. Sehingga penguasa pada saat

itu memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke sebelah selatan sungai serayu.

Kondisi daerah baru merupakan persawahan (banjar) yang luas dengan beberapa

lereng yang curam, sehingga nama daerah yang baru ini menjadi Banjarnegara

(banjar: sawah, negara: kota)

Bupati-Bupati yang pernah menjabat antara lain :

1. R. Tumenggung Dipoyudo IV (1831-1846)

2. R. Adipati Diponingrat (1846-1878)

3. R. Tumenggung Jayanegara I (1878-1896)

4. R. Tumenggung Jayanegara II (1896-1927)

5. R. Sumitro Kolopaking (1927-1949)

6. R. Sumitro (1949-1959)

Page 18: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

7

7. R. Mas Soedjirno (1960-1967)

8. R. Soedibjo (1967-1973)

9. Drs. Soewadji (1973-1980)

10. Drs.H. Winarno Surya Adisubrata (1980-1986)

11. H. Endro Soewarjo (1986-1991)

12. Drs.H.Nurachmad (1991-2001)

13. Drs.Ir. Djasri, MM, MT (2001-2011)

14. H. Sutedjo Slamet Utomo, SH, M.Hum (2011-2016)

Gambar 2.1. Bupati Banjarnegara I dan XIV

2.2. Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara

Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara "diukir" oleh panitia khusus

DPRDGR, ditambah gambar dari pemenang kedua dan pemenang harapan

"Sayembara Lambang". terdiri dari: R. soenardi (Ketua merangkap anggota),

Moh. Kosim (Wakil ketua merangkap anggota), Soetarno (anggota), dan

Soedijono Tjokrosapoetra (anggota), dan Marchaban Mangunhardjo (anggota).

Panitia khusus tersebut dibentuk berdasarkan Surat Keputusan DPRDGR

Banjarnegara No. 145/17/DPRDGR-66 tertanggal 9 Desember 1966. Disahkan

Page 19: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

8

pada tanggal 11 agustus 1967 oleh DPRDGR, yang kemudian diperkenalkan

kepada masyarakat oleh Bupati Banjarnegara ke-7, Raden Mas Soedjirno,

Gambar 2.2. Lambang Kabupaten Banjarnegara

Arti Lambang Bentuk, Isi Dan Warna

Ps. (1) Bentuk pokok dari pada Lambang Daerah Kabupaten Banjarnegara

merupakan sebuah perisai yang bergayakan (ngestijleerd) berwarna dasar

hijau dengan pelisir berwarna kuning emas.

Ps. (2) Pada perisai tersebut terlukis 12 macam benda alam / bangunan yang tata

letaknya tersusun secara artistik terdiri dari :

a) Sebuah segi lima yang seperempat bagian kanan dan kiri bawah

berwarna merah, sedang seperempat bagian kiri atas dan kanan bawah

berwarna putih ;

b) Setangkai padi berisi 17 butir berwarna kuning emas disebelah kanan

segi lima ;

c) Serangkai 8 buah kapas yang terbuka penuh berwarna putih disebelah

kiri segi lima ;

d) Sebuah bintang sudut lima berwarna kuning emas ;

Page 20: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

9

e) Sebatang pohon beringin : daunnya berwarna hijau serta berakar

gantung sebanyak 8 buah ; batangnya dengan 5 buah akar berwarna

coklat muda ;

f) Sebuah keris tak berukel, berwarna hitam ;

g) Sederetan pegunungan berwarna biru muda ;

h) Sederetan daerah hutan berwarna hijau ;

i) Syphon ( suling saluran air ) berwarna hitam dengan 6 buah cincin

yang membagi suling saluran air ini atas 7 buah bagian / ruas ;

j) Bidang tanah, diatas mana pohon beringin berdiri : disebelah atas

Syiphon berwarna hijau ; disebelah bawah Syiphon merupakan petak -

petak / tingkat - tingkat berwarna coklat ;

k) Air sungai berwarna biru muda dengan 3 jalur gelombangnya

berwarna putih ;

l) Sehelai selendang dibawah segi lima berwarna kuning emas, diatas

dimana tercantum nama "BANJARNEGARA" dengan tulisan hitam ;

Makna Lambang Bentuk, Isi Dan Warna

1) Perisai dan keris melambangkan jiwa kepahlawanan dan kesatriaan rakyat

Banjarnegara

2) Segi lima yang berdiri tegak, melambangkan watak kepribadian serta jiwa

persatuan dan kesatuan rakyat Banjarnegarayang berlandaskan Pancasila

3) Bintang dan Pohon beringin

a. Bintang melambangkan kepercayaan beragama yang kuat

Page 21: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

10

b. Pohon beringin melambangkan tradisi yang baik dari Pemerintahan

rakyat Banjarnegara

4) Syphon, petak-petak tanah (tanah persawahan yang bertingkat-tingkat)

melambangkan daya cipta yang besar dengan nilai-nilai kebudayaan khas dari

rakyat Banjarnegara

5) Pegunungan dengan hutan-hutannya melambangkan keadaan alam daerah

Banjarnegara dengan bermacam-macam kekayaannya sebagai sumber

kehidupan rakyat

6) Air sungai dengan 3 jalur gelombang melambangkan sungai serayu yang

mengalir di sepanjang daerah Kabupaten Banjarnegara dengan 3 macam

peggunaan airnya, yaitu untuk pertanian, perikanan, dan industri

7) Bidang tanah tempat berdiri pohon beringin yang berwarna hijau

melambangkan kesuburan tanah pada umumnya di daerah Banjarnegara

8) Bidang-bidang berwarna merah dan putih di dalam segi lima menandakan

daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai bagian dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia

9) Warna hijau dari pada perisai yang dibatasi oleh pelisir kuning, dimana

terbentang

a. Selendang dengan tulisan "BANJARNEGARA"

b. Padi dan Kapas : Mengkiaskan hari depan yang gemilang bagi rakyat

Banjarnegara menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh

Tuhan Yang Maha Esa

Page 22: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

11

SESANTI / SURYA SENGKALA

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banjarnegara

Nomor 11 Tahun 1988 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten

Daerah Tingkat II Tentang Lambang Daerah.

Sesanti tersebut berbunyi :

"WANI MEMETRI RAHAYUNING PRAJA"

Yang mempunyai makna : Segenap Warga Daerah Banjarnegara bertekad bulat

melestarikan kemakmuran menuju kebahagiaan lahir bathin bagi rakyat dan

pemerintahannya.

2.3. Letak Geografis dan Keadaan Penduduk Kabupaten Banjarnegara

2.3.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Banjarnegara termasuk Wilayah Provinsi Jawa Tengah bagian

Barat, membujur dari Barat ke Timur. Secara astronomi, terletak diantara 7° 12' -

7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur, dengan batas-

batas :

Sebelah Utara :Wilayah Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang.

Sebelah Timur :Wilayah Kabupaten Wonosobo.

Sebelah Selatan :Wilayah Kabupaten Kebumen.

Sebelah Barat :Wilayah Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas.

Page 23: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

12

Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,99 Ha atau sebesar

3,29 % dari luas seluruh wilayah Propinsi Jawa Tengah, terdiri dari 20 Wilayah

Kecamatan, 12 Kelurahan, 266 Desa. Suhu udara di Kabupaten Banjarnegara

berkisar antara 20°C-26°C dengan temperatur terdingin yaitu 3°C-18°C, dengan

kelembaban udara berkisar 80%-85%.Musim hujan dan musim kemarau silih

berganti sepanjang tahun, bulan - bulan basah (hujan) lebih banyak dari pada

bulan-bulan kering (kemarau). Adapun curah hujan rata-rata 3.000 milimeter per

tahun.

Gambar 2.3. Peta Kabupaten Banjarnegara

Page 24: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

13

2.3.2 Bentang Alam

Ketinggian tempat pada masing-masing wilayah umumnya tidak sama yaitu

antara 40-2.300 meter dpl. Bahkan dibeberapa tempat beda ketinggian atau

kemiringan bisa lebih dari 40%.

Bentang alam berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografis,

wilayah ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

Zona Utara, adalah kawasan pegunungan yang merupakan bagian dari

Dataran Tinggi Dieng, Pegunungan Serayu Utara. Daerah ini memiliki

relief yang curam dan bergelombang. Di perbatasan dengan Kabupaten

Pekalongan dan Kabupaten Batang terdapat beberapa puncak, seperti

Gunung Rogojembangan dan Gunung Prahu. Beberapa kawasan

digunakan sebagai obyek wisata, dan terdapat pula tenaga listrik panas

bumi. Pada sebelah utara meliputi Kecamatan : Kalibening, Pandanarum,

Wanayasa, Pagentan, Pejawaran, Batur, Karangkobar, Madukara

Zona Tengah, merupakan zona Depresi Serayu yang cukup subur. Bagian

wilayah ini meliputi Kecamatan : Banjarnegara, Madukara, Bawang,

Purwanegara, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Wanadadi,

Banjarmangu, Rakit

Zona Selatan, merupakan bagian dari Pegunungan Serayu, merupakan

daerah pegunungan yang berrelif curam. Meliputi Kecamatan :

Pagedongan, Banjarnegara, Sigaluh, Mandiraja, Bawang, Susukan

Page 25: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

14

Dari keadaan geologisnya pada umumnya terlihat struktur batuan yang ada

di Kab. Banjarnegara adalah struktur batuan berbentuk lapisan dengan kondisi

batuan mudah longsor dan banyak sesar/patahan terutama di wilayah bagian utara

sehingga cukup membahayakan bangunan fisik/prasarana.

2.3.3 Keadaan penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 menurut data

yang ada pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banjarnegara

sejumlah 1.073.240 jiwa, terdiri atas 545.817 jiwa laki-laki dan 527.423 jiwa

perempuan.Berdasarkan struktur umur yang ada, penduduk usia produktif ( 15-59

tahun ) sebanyak 775.939 jiwa dan usia non produktif ( 0 s/d 14 tahun dan diatas

60 tahun ) sebanyak 297.301 jiwa. Sehingga Angka Ketergantungan (Dependency

Ratio) sebesar 0,38 yang berarti bahwa setiap 100 jiwa usia produktif harus

menanggung 38 jiwa usia non produktif.

Budaya dan adat istiadat rakyat Banjarnegara, merupakan bagian yang

ada di lingkungan budaya Banyumas, dimana masyarakat di daerah ini umumnya

mempunyai budaya "manutan" sehingga mereka mudah mengikuti apa yang

dikatakan oleh para pemimpin, baik pemimpin formal maupun informal.

Mereka juga memperlihatkan loyalitas tinggi sebagai warga masyarakat dan tebal

nasionalismenya. Di dalam kehidupan ekonomi nampak sekali kecenderungan

mereka untuk bersikap dan samadya (menerima apa adanya, realistis dan tidak

ambisius), sikap ini tercermin pada mata pencaharian mereka yang cenderung

kurang dinamik (pegawai Negeri ataupun petani). Di kalangan mereka tidak

berkembang mentalitas usahawan atau pedagang yang mengutamakan

Page 26: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

15

produktivitas dan efisiensi, tolok ukur keberhasilan orang tidak didasarkan pada

harta/kekayaan sebagai bukti prestasinya, namun dilihat dari toleransi atau

kegotong royongan. Ungkapan mereka tega warase ora tega larane, tega larane ora

tega patine, mencerminkan toleransi/kesetiakawanan yang tinggi, dan ojodumeh

mengisyaratkan keinginan untuk hidup jujur, rukun dan sederhana/tidak sombong

jika sedang berkuasa. Pendek kata mereka hidup dengan falsafah sederma

nglakoni (sekedar menjalani hidup). Di samping itu masih berakar kuat adat

istiadat Jawa yang bernafaskan ke Islaman, mereka masih percaya akan hari

baik/buruk dan umumnya masih melakukan berbagai upacara ritual sebagai

warisan nenek moyang yang sepantasnya dihormati. Sementara itu berkembang

pula aliran kepercayaan yang disana sini nampak luluh/menyatu dengan

kehidupan agama.

2.4. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral

Kabupaten Banjarnegara terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten

Banjarnegara Nomor 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Dinas Daerah Kabupaten Banjarnegara (Lembaran Daerah Kabupaten

Banjarnegara Tahun 2008 Nomor 16 Seri D Nomor 3 Tambahan Lembaran

Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 108).

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara mengemban

tugas dan tanggung jawab dibidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi dan

Page 27: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

16

Sumber Daya Mineral dalam merumuskan kebijakan teknis Perencanaan,

Pengembangan, Pengelolaan, Pengendalian dan Pelaksanaan pembangunan.

Pada tahun 2011 jumlah pegawai di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara sebanyak 96 orang,

dengan rincian 87 Pegawai Negeri Sipil dan 9 Calon Pegawai Negeri Sipil

(lampiran 2).

Adapun Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara adalah :

Kepala Dinas, Yang membawahi :

1. Sekretaris, membawahi:

Kasubag Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Kasubag Keuangan

Kasubag Umum dan Kepegawaian

2. UPTD, membawahi :

Kepala UPTD I

Kepala UPTD II

Kepala UPTD III

Kepala UPTD IV

Kepala UPTD V

3. Kepala Bidang PSDA, membawahi :

Kepala Seksi Pendayagunaan SDA

Kepala Seksi Operasi dan pemeliharaan

Kepala Seksi Irigasi

Page 28: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

17

4. Kepala Bidang ESDM, membawahi :

Kepala Seksi Pertambangan Umum

Kepala Seksi Geologi,Migas dan SDM

Kepala Seksi Kelistrikan dan Energi

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Dinas PSDA dan ESDM

Kabupaten Banjarnegara

2.5. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas PSDA dan ESDM

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara

Nomor : 16 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Permukiman dan

Prasarana Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah

daerah di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Bidang Energi Sumber Daya

Mineral yang menjadi kewenangan daerah.

Adapun untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut diatas, Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten

Banjarnegara mempunyai fungsi sebagaimana tersebut pada Bab II Pasal 2 ayat 2

item a sampai dengan i Peraturan Bupati Nomor 162 Tahun 2009 tentang Tugas

Page 29: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

18

Pokok dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Pada Dinas Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten Banjarnegara, yaitu :

a. Pengkoordinasian dan fasilitasi bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Energi, Sumber Daya Mineral;

b. Pengarahan dan pemberian petunjuk teknis bidang Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral;

c. Penyelenggaraan pelayanan bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan

Energi, Sumber Daya Mineral;

d. Pelaksanaan tugas di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi,

Sumber Daya Mineral;

e. Pengelolaan Tata Usaha Sekretariat Dinas PSDA dan ESDM;

f. Melaksanakan pengelolaan pendapatan bidang PSDA dan ESDM;

g. Pengiventarisasian permasalahan dalam pelaksanaan tugas Dinas PSDA

dan ESDM dan penyusunan alternatif penyelesaian masalah;

h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang PSDA dan

ESDM;

i. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan Bupati sesuai dengan

tugas pokok dan fungsi Dinas PSDA dan ESDM.

Page 30: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

19

2.6. Tugas Pokok Dan Fungsi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral

Bidang energi dan sumber daya mineral mempunyai tugas pokok

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian,

pembinaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di

bidang pertambangan, geologi, migas dan suber daya mineral, ketenagalistrikan

dan energi.

Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Bidang Energi dan Sumber Daya

Mineral mempunyai fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,

pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

pertambangan;

b. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,

pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

geologi, migas dan sumber daya mineral;

c. Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,

pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

ketenagalistrikan dan energi;

d. Pengawasan intern penyelenggaraan tugas bidang energi dan sumber daya

mineral; dan

e. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan secara

berjenjang.

Page 31: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

20

2.7. Tugas Pokok Dan Fungsi Seksi Ketenagalistrikan Dan Energi

Seksi Ketenagalistrikan dan Energi mempunyai tugas pokok melaksanakan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian, pembinaan,

pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang

ketenagalistrikan dan energi, meliputi :

a. Penyiapan bahan penyusunan peratuiran daerah kabupaten di bidang

ketenagalistrikan dan energi;

b. Penyiapan bahan penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah

(RUKD) dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED);

c. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi Izin Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang sarana maupun energi

listriknya dalam kabupaten;

d. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin usaha di bidang energi;

e. Penyiapan bahan pengaturan harga jual tenaga listrik untuk konsumen

pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk

kepentingan umum yang izin usahanya dikeluarkan oleh kabupaten;

f. Penyiapan bahan pengaturan harga jual tenaga listrik untuk pemegang Izin

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang

izinnya dikeluarkan oleh kabupaten;

g. Penyiapan bahan pengaturan harga jual energi baru terbarukan yang izin

usahanya dikeluarkan oleh kabupaten;

h. Fasilitasi penyediaan listrik perdesaan di wilayah kabupaten;

Page 32: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

21

i. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi rekomendasi Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri berupa Izin Operasi

(IO) yang sarana instalasinya dalam kabupaten;

j. Penyiapan bahan pemberian persetujuan penjualan kelebihan tenaga listrik

oleh pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk

kepentingan sendiri berupa Izin Operasi (IO) kepada pemegang Izin Usaha

Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) untuk kepentingan umum yang izinnya

dikeluarkan oleh kabupaten;

k. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin usaha jasa penunjang tenaga

listrik bagi badab usaha dalam negeri/mayoritas sahamnya dimiliki oleh

penanam modal dalam negeri;

l. Penyiapan bahan pemberian rekomendasi izin eksplorasi dan eksploitasi

sumber daya alam untuk usaha pembangkitan energi sesuai kewenangan

kabupaten;

m. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan usaha ketenagalistrikan dan energi

yang izinnya diberikan oleh kabupaten;

n. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengembang dan

pemanfaatan energi baru terbarukan yang dilakukan oleh masyarakat;

o. Pengkajian dan pengembangan penggunaan energi baru terbarukan;

p. Pengusulan pengangkatan dan pembinaan inspektur ketenagalistrikan serta

pembinaan jabatan fungsional kabupaten; dan

q. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan secara

berjenjang.

Page 33: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

22

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 PLTMH

PLTMH merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro,

Mikro menunjukkan ukuran kapasitas pembangkit, yaitu antara 10 kW sampai

200kW. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah, mikro artinya kecil sedangkan hidro

artinya air. Dalam prakteknya, istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku

namun bisa dibayangkan bahwa mikrohidro, pasti menggunakan air skala kecil

sebagai sumber energinya. Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan

bahwa adanya air yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian

yang memadai

Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources 5:11)

dengan terjemahan

bebas bisa dikatakan energi putih. Dikatakan demikian karena instalasi

pembangkit listrik seperti ini menggunakan sumber daya yang telah disediakan

oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun

atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang

maka energi aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah

tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik.

Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber

energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu

disalurkan dari ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di

rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri

dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi

mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian

Page 34: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

23

ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling atau belt. Dari

generator menghasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus

listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban).

Gambar 3.1. Gambaran Sebuah Sistem PLTMH

7:182)

3.2 Potensi PLTMH

Biasanya mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air

yang mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai.

Sebuah skema hidro memerlukan dua hal yaitu debit air dan ketinggian jatuh/head

(Gambar 3.1) untuk menghasilkan tenaga yang bermanfaat.

Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian

tertentu menuju rumah instalasi (power house). Istilah kapasitas mengacu kepada

jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda

ketinggian daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Semakin

besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar

energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

Page 35: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

24

Ini adalah sebuah sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari bentuk

ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya listrik atau

daya gagang mekanik. Tidak ada sistem konversi daya yang dapat mengirim

sebanyak yang diserap dikurangi sebagian daya hilang oleh sistem itu sendiri

dalam bentuk gesekan, panas, suara dan sebagainya.

Gambar 3.2. Ketinggian Vertikal dimana Air Jatuh(Head)

Persamaan konversinya adalah7:181)

:

Pel = Phydr ×ηtotal .......... (3.1)

Dimana Pel = output daya listrik (W)

ηtotal = efisiensi total (%)

Daya kotor (Phydr) adalah Head kotor(Hn) yang dikalikan dengan debit air

(Q) dan juga dikalikan dengan sebuah faktor (g = 9,81), sehingga persamaan

dasar dari pembangkit listrik adalah :

Pel = Q × ρ × g ×Hn ×ηtotal .............(3.2)

Page 36: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

25

Untuk perkiraan paling awal beberapa literatur menyarankan persamaan yang

disederhanakan, dengan

ρ = kekentalan air = ~1000 kg/m3

g = gaya gravitasi = 9.81 m/detik2

Untuk efisiensi keseluruhan ηtotal kita mengasumsikan 70%, dengan anggapan

peralatan terpasang memiliki kualitas yang baik, jika tidak pengurangan mungkin

diperlukan). olehkarena itu persamaan dapat disederhanakan menjadi:

P = 7 ×Q ×H [kW] ............... (3.3)

dengan

𝜇𝑇 × 𝜌𝑊 × 𝑔 =70% ×1000 × 9.81

1000[𝑊 →𝑘𝑊]≅ 7 ............... (3.4)

3.3 Izin Usaha PLTMH

Penyediaan Tenaga Listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik

pembangkitan sampai titik pemakaian.

Jenis Usaha Ketenagalistrikan di daerah terdiri dari :

a. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri (UKS)

adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk

kepentingan sendiri

b. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (UKU)

adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang

memberikan kegunaan bagi kepentingan umum.

c. Usaha Penunjang Tenaga Listrik (UPTL) adalah badan usaha yang secara

spesifikasi bergerak di bidang ketenagalistrikan.

Page 37: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

26

Izin diperlukan sebagai salah satu mekanisme pengawasan6:6)

:

kelaikan operasi instalasi tenaga listrik

hak dan kewajiban pemegang izin

sanksi

pemantauan

Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin yang diberikan oleh Bupati

kepada badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik baik untuk

kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan umum. Izin usaha penyediaan

tenaga listrik disesuaikan dengan jenis usahanya yaitu :

a. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang

selanjutnya disebut IUKS adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada

badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik untuk

kepentingan sendiri.

b. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum yang

selanjutnya disebut IUKU adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada

badan usaha untuk melakukan usaha penyediaan tanaga listrik untuk

kepentingan umum.

c. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik yang selanjutnya disebut IUPTL

adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada badan usaha untuk

melakukan kegiatan usaha di bidang jasa penunjang ketenagalistrikan.

Salah satu usaha penyediaan tenaga listrik adalah Pembangkit Listrik

Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), sehingga izin yang diberlakukan untuk usaha

PLTMH adalah IUKS dan atau IUKU. Namun pada umumnya pembangunan

Page 38: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

27

PLTMH bertujuan untuk kepentingan umum sehingga izin yang digunakan adalah

Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (IUKU).

3.4 Dasar Hukum

Dasar hukum perizinan PLTMH di kabupaten Banjarnegara mengacu

kepada Undang-undang ketenagalistrikan, yaitu3:7)

:

1. Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 1985 tentang

Ketenagalistrikan Pasal 7 ayat (2)

2. Undang-undang Republik Indonesia No. 30 Tahun 2009 tentang

ketenagalistrikan.

3. PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP No. 10 tahun 1989 tentang

Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik.

4. Perda Kabupaten Banjarnegara No.10 Tahun 2008, tentang Usaha

Ketenagalistrikan Daerah.

5. Perda Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang Ketenagalistrikan.

Merupakan revisi dari Perda No. 10 Tahun 2008.

6. Peraturan Bupati Banjarnegara No.197 Tahun 2009, tentang Tata cara dan

persyaratan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik baik IUKU

maupun IUKS

7. Keputusan Kepala Dinas PSDA dan ESDM, Nomor 671/355 Tahun 2009,

tentang Petunjuk pelaksanaan pemberian izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

baik IUKU maupun IUKS.

Page 39: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

28

IV. PEMBAHASAN

4.1 Potensi Energi Di Kabupaten Banjarnegara

Kondisi geografis Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar merupakan

pegunungan dan dataran tinggi, mengakibatkan Kabupaten ini mempunyai sumber

daya alam yang cukup banyak yang dapat dipergunakan sebagai sumber energi

alternatif, diantaranya adalah panas bumi, aliran sungai dan energi matahari.

Untuk saat ini sudah ada beberapa yang dikembangkan sebagai pembangkit

listrik. Namun dalam pengembangannya masih kurang optimal. Potensi energi

yang sudah dikembangkan diantaranyaadalah3:6)

:

PLTA Sudirman

Kapasitas terpasang 3 X 60,2 MW

PLTA Tulis

Kapasitas terpasang 2 X 6,2 MW

PLTPB Dieng

Kapasitas terpasang 1 X 60 MW

PLTM Plumbungan

Kapasitas terpasang 1,6 MW

PLTM Tapen

Kapasitas terpasang 1 MW

PLTM Karangtengah

Kapasitas terpasang 300 KW

PLTMH Siteki

Kapasitas terpasang 1,2 Mw

Page 40: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

29

Selain yang tersebut diatas masih ada sekitar 60 lokasi yang ideal untuk

dibangun PLTMH, baik di aliran sungai maupun di saluran irigasi. Namun dalam

kondisinya sekarang hampir semua pembangkit listrik yang ada sudah tidak dapat

berproduksi secara optimal. Sebagai contoh PLTPB Dieng, Kapasitas yang

terpasang adalah 60 MW, pada 2008 mengalami penurunan secara signifikan

sebesar 20 MW, sehingga hanya bisa menyuplai listrik sebesar 40 MW, bahkan

pada 2010 turun lagi sebesar 20 MW, sehingga saat ini PLTPB Dieng hanya

mampu berproduksi sebesar 20 MW. Sehingga dari semua pemanfaatan sumber

energi tersebut sampai sekarang ini belum mampu mencukupi kebutuhan listrik di

Kabupaten Banjarnegara. Hal ini juga diakibatkan oleh kondisi wilayah

Kabupaten Banjarnegara yang sebagian besar adalah pegunungan, sehingga di

beberapa tempat sangat susah untuk dipasang jaringan listrik.

Dalam kondisi seperti sekarang ini guna memenuhi kebutuhan akan tenaga

listrik, sangat diperlukan optimalisasi pemanfaatan potensi-potensi energi listrik

yang ada dan juga menggali sumber-sumber energi yang baru, terutama sumber

energi terbarukan. Salah satu sumber energi terbarukan yang sekarang digiatkan

pengembangannya adalah PLTMH dimana untuk wilayah Kabupaten

Banjarnegara tersedia cukup banyak aliran sungai dan irigasi yang bisa

dimanfaatkan sebagai PLTMH.

Page 41: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

30

Gambar 4.1. PLTP Dieng dan PLTA Sudirman

4.2 Perkembangan Listrik Pedesaan Kabupaten Banjarnegara

Pada tahun 2011 yang lalu, di Kabupaten Banjarnegara masih ada sekitar

104 Dukuh yang berada di 47 desa belum bisa menikmati listrik PLN. Hal ini

diakibatkan karena kondisi geografis yang sebagian besar adalah pegunungan

sehingga pemukiman penduduk cenderung berkelompok-kelompok kecil dan

antar kelompok terpisah cukup jauh. Kerena kondisi tersebut membuat

pemukiman tersebut sangat sulit terjangkau oleh jaringan listrik PLN.

Melalui program Listrik Perdesaan (lisdes), Pemerintah dan PT. PLN

(Persero) mengembangkan perluasan jaringan dan pengembangan listrik di desa

terpencil dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan yang ada di daerah

tersebut untuk memenuhi kebutuhan energi dan memicu tumbuhnya kegiatan

produktif. Rencana pengembangan listrik perdesaan memprioritaskan

pemanfaatan sumber energi terbarukan dengan pertimbangan lingkungan, biaya,

dan penciptaan kegiatan produktif. Kabupaten Banjarnegara yang memiliki

banyak sungai pada saat ini berusaha lebih meningkatkan pemanfaatan tenaga air

skala kecil (PLTMH). Selain karena potensinya yang cukup banyak juga karena

Page 42: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

31

PLTMH terbukti mampu menjangkau ke daerah-daerah terpencil di wilayah

Kabupaten. Di beberapa wilayah Kabupaten Banjarnegara yang tidak memiliki

potensi aliran sungai yang memadai untuk di bangun PLTMH, pemerintah

memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seperti yangf terpasang di

desa Kali Tengah, Kecamatan Purwonegoro.

Gambar 4.2. Power House PLTMH Gringsing

Salah satu Dusun yang telah bisa merasakan progran Listrik Pedesaan

(lisdes) adalah Dusun Gringsing, Desa Pesangkalan, Kecamatan Pagedongan. Di

Dusun ini telah dibangun sebuah PLTMH yang digunakan oleh sekitar 100

Kepala Keluarga. PLTMH ini dikelola oleh masyarakat sekitar dan dimanfaatkan

oleh warga sebagai penerangan dan juga industri rumah tangga.

Page 43: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

32

Gambar 4.3. Mesin Pengering Hasil Tanaman

Yang Memanfaatkan Listrik Dari PLTMH

Pemerintah berharap program Listrik Pedesaan (lisdes) ini bisa mencakup

ke seluruh wilayah Kabupaten Banjarnegara terutama di daerah-daerah terpencil,

sehingga semua masyarakat bisa merasakan listrik dan mendapatkan informasi

yang lebih banyak serta mampu meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat

Kabupaten Banjarnegara.

4.3 Kewenangan Pemberian Izin PLTMH

4.3.1 On Grid8:5)

Apabila jaringan PLTMH terhubung secara nasianal (JTN) maka sesuai

dengan yang tercantum dalam PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas

PP No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan

Umum merupakan kewenangan Menteri Energi Sumber Daya Mineral.

Page 44: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

33

4.3.2 Off Grid

Untuk jaringan Off Grid dibedakan lagi berdasarkan kepentingan

penggunaan tenaga listrik tersebut

A. Untuk kepentingan umum.

Sesuai dengan PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas PP

No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Pasal 6 ayat (4) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk

Kepentingan Umum jaringan PLTMH tidak terhubung secara nasional

maka :

a. Bupati/Walikota,berwenang untuk memberikan izin usaha

penyediaan tenaga listrik baik sarana maupun energi listriknya

yang berada dalam daerahnya nasing-masing

b. Gubernur, berwenang untuk memberikan izin usaha penyediaan

tenaga listrik lintas kabupaten/kota baik sarana maupun energi

listriknya yang berada dalam wilayahnya.

c. Menteri, berwenang untuk mengeluarkan izin usaha penyediaan

tenaga listrik lintas provinsi baik sarana maupun energi listriknya.

B. Untuk kepentingan sendiri

a. Tidak diperlukan IUKS untuk kapasitas pembangkitan tenaga listrik

lebih kecil atau sama dengan 200 kVA; cukup terdaftar di dinas

terkait;

Page 45: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

34

b. IUKS diberikan sesuai peruntukannya:

i. Penggunaan utama: dioperasikan secara terus-menerus;

ii. Penggunaan cadangan: dioperasikan hanya sewaktu-waktu

untuk menjamin kontinuitas dan keandalan;

iii. Penggunaan darurat: dioperasikan hanya pada saat terjadi

gangguan pasokan dari PKUK atau PIUKU;

Penggunaan sementara: dioperasikan hanya untuk kegiatan

sementara

IUKS untuk penggunaan utama hanya dapat diberikan di suatu

daerah usaha PKUK atau PIUKU terintegrasi dalam hal:

- PKUK atau PIUKU yang memiliki daerah usaha tersebut

nyata-nyata belum dapat menyediakan tenaga listrik dengan

mutu dan keandalan yang baik atau belum dapat

menjangkau seluruh daerah usahanya, atau

- Pemohon IUKS dapat menyediakan listrik secara lebih

ekonomis;

Pemegang IUKS yang mempunyai kelebihan tenaga listrik dapat

menjual kelebihan tenaga listriknya kepada PKUK atau PIUKU

terintegrasi atau Masyarakat setelah mendapat persetujuan Menteri,

Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

Page 46: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

35

Gambar 4.4. Skema Kewenangan Pemberian Izin PLTMH7:16)

4.4 Tata Cara Permohonan Izin PLTMH

Mekanisme permohonan izin PLTMH yang berlaku dikabupaten

Banjarnegara adalah sebagai berikut3:9)

:

Permohonan Izin Prinsip;

Mengajukan permohonan dengan blangko yang telah disediakan

dibubuhi meterai Rp. 6000,-, dengan dilampiri :

1. Copy KTP/Akta Pendirian Badan Usaha

2. Gambar denah lokasi dan Site Plan;

3. Proposal/rencana usaha yang akan dimohon

Peninjauan Lokasi dan Rekomendasi dari Team Terpadu;

Peninjauan lokasi dimaksudkan untuk melakukan studi kelayakan

dan juga sebagai bahan rekomendasi untuk menerbitkan izin.

Page 47: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

36

Penyusunan FS DE PLTMH oleh Pemohon

Pengurusan izin-izin teknis;

Izin-izin teknis yang dibutuhkan adalah:

Izin pemakaian air

Izin lokasi

Izin mendirikan bangunan

Pengurusan Kerjasama antara Pemohon dengan PT PLN;

Proses Pembangunan Fisik PLTMH oleh Pemohon;

Permohonan Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum

(IUKU) atau Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Sendiri

(IUKS)

Uji Laik Operasi dan Lingkungan oleh Lembaga yang berwenang;

Operasional.

Sebagai bahan pertimbangan, pada saat mengajukan izin usaha

ketenagalistrikan pemohon harus melampirkan beberapa persyaratan sesuai

dengan izin yang akan diajukan6:17)

, yaitu :

A. IUKU SEMENTARA

Persyaratan administratif:

- identitas pemohon

- akta pendirian perusahaan

- profil perusahaan

- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Page 48: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

37

Persyaratan teknis:

- studi kelayakan awal

- kapasitas pembangkit

- jadwal pembangunan

- surat penunjukan pemenang lelang atau penunjukan langsung dari

PKUK atau PIUKU terintegrasi selaku calon pembeli tenaga listrik

atau sewa jaringan.

IUKU Sementara dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun

dan dapat dicabut apabila dalam waktu 1 tahun tidak melakukan kegiatan

B. IUKU

Persyaratan administratif:

- identitas pemohon

- akta pendirian perusahaan

- profil perusahaan

- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

- kemampuan pendanaan

Persyaratan teknis:

- studi kelayakan

- lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi)

- diagram satu garis (single line diagram)

- jenis dan kapasitas usaha

- keterangan/gambar daerah usaha dan Rencana Usaha Penyediaan

tenaga Listrik

Page 49: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

38

- jadwal pembangunan dan rencana pengoperasian

- persetujuan harga jual tenaga listrik atau sewa jaringan

- izin dan persyaratan lainnya (AMDAL atau UKL & UPL, IMB,PMA)

Permohonan IUKU atau IUKU Sementara yang ditolak, akan diberitahukan

secara tertulis paling lambat 30 hari setelah permohonan diterima.

C. IUKS

Persyaratan administratif:

- identitas pemohon

- akta pendirian perusahaan

- profil perusahaan

- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Persyaratan teknis:

- lokasi instalasi termasuk tata letak (gambar situasi)

- diagram satu garis (single line diagram)

- uraian rencana penyediaan dan kebutuhan tenaga listrik

- jadwal pembangunan

- rencana pengoperasian

- izin dan persyaratan lainnya

4.5 Hak dan Kewajiban Pemegang Izin

Sesuai dengan peraturan yang berlaku bahwa setiap perorangan ataupun

badan usaha sebagai pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik mempunyai

hak dan kewajiban9:27)

. Hak dan kewajiban pemegang izin ini tertera pada

Page 50: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

39

Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara No. 10 Tahun 2010 tentang

ketenagalistrikan bab XI pasal 40 dan pasal 41.

A. Hak pemegang izin.

Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga

listrik dalam melaksanakan usahanya berhak untuk:

a. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan;

b. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;

c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;

d. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk

sementara waktu;

e. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah tanah;

f. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau di

bawah tanah; dan

g. memotong dan/atau menebang tanaman yang menghalanginya.

Dalam pelaksanaan kegiatan penyediaan ketenagalistrikan

pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik harus melaksanakannya

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

B. Kewajiban pemegang izin.

Selain hak yang diberikan kepada pemegang izin usaha penyediaan

tenaga listrik juga berwajiban untuk :

a. melakukan kegiatan sesuai dengan izin yang diberikan;

b. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan

keandalan secara terus-menerus;

Page 51: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

40

c. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan

memperhatikan hak-hak konsumen;

d. memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan/atau pelayanan jaringan

tenaga listrik untuk konsumen dan masyarakat di daerah usahanya,

bagi pemegang izin yang memiliki wilayah daerah usaha;

e. memenuhi kebutuhan jaringan tenaga listrik untuk konsumen dan

masyarakat di wilayah usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki

daerah usaha;

f. menjamin kelangsungan pasokan tenaga listrik di dalam wilayah

usahanya, bagi pemegang izin yang memiliki daerah usaha;

g. menyusun rencana usaha penyediaan tenaga listrik, bagi pemegang

izin yang memiliki daerah usaha;

h. mengunakan peralatan tenaga listrik yang telah memenuhi

persyaratan;

i. mempekerjakan tenaga teknik yang memiliki kompetensi yang

disyaratkan;

j. memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan yang meliputi

keselamatan instalasi, keselamatan dan kesehatan kerja, keselamatan

umum, dan lindungan lingkungan;

k. mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi setempat dan energi

terbarukan;

l. mengoptimalkan pemanfaatan proses teknologi yang bersih, ramah

lingkungan dan efisien;

Page 52: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

41

m. mengoptimalkan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan

rekayasa dan rancang bangun dalam negeri secara transparan dan

berdaya saing;

n. melakukan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

setempat.

o. menyampaikan laporan secara berkala kepada Pemerintah Daerah;

p. melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap instalasi tenaga

listrik;

q. melaksanakan ketentuan-ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan

serta fungsi lingkungan; dan

r. pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik yang menggunakan

kekayaan daerah wajib memberikan retribusi yang besaran dan

tatacaranya diatur dalam Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah;

mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.

4.6 Pencabutan Izin

Sesuai dengan peraturan yang berlaku pemegang izin usaha mempunyai

kewajiban yang juga tertera dalam izin usahanya. Setiap pemegang izin usaha

baik perorangan maupun badan usaha yang diketahui melanggar ketentuan dan

tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai pemegang izin usaha, akan

dikenai sanksi administratif. Tata cara pengenaan sanksi administratif diatur oleh

Bupati9:32)

yaitu :

a. Teguran tertulis

Teguran tertulis diberikan sebagai peringatan atas pelanggaran yang

Page 53: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

42

dilakukan oleh pemegang izin. Apabila pemegang izin tetap melakukan

pelanggaran yang sama, maka dapat dikenakan sanksi yang lebih berat yaitu

pembekuan kegiatan sementara.

b. Pembekuan kegiatan sementara

Pembekuan kegiatan semantara diberikan apabila pemegang izin tetap

melakukan pelanggaran yang sama setelah diberi sanksi berupa teguran

tertulis atas pelanggaran tersebut. Apabila pemegang izin tetap melakukan

pelanggaran yang sama, maka dapat dikenakan sanksi yang lebih berat,

berupa pencabutan izin usaha.

c. Pencabutan izin usaha

Pencabutan izin usaha diberikan apabila pemegang izin tetap

melakukan pelanggaran yang sama setelah diberi sanksi berupa pembekuan

sementara atas pelanggaran tersebut. Pencabutan izin usaha juga bisa

dilakukan kepada pemegang izin usaha apabila pemegang izin tidak

mengajukan permohonan perpanjangan izin padahal izin yang diberikan

telah habis masa berlakunya. Untuk IUKU sementara batas waktu maksimal

yang diberikan adalah 2 tahun dan dapat dicabut apabila dalam 1 tahun tidak

melakukan kegiatan.

IUKU diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun7:20)

. IUKU yang

habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan

perpanjangan IUKU paling lambat 60 hari sebelum IUKU berakhir.

Page 54: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

43

IUKU berakhir karena :

1. Habis masa berlakunya dan tidak diajukan perpanjangan;

2. Dikembalikan karena PIUKU tidak mampu lagi melanjutkan usahanya; atau

3. Dicabut karena PIUKU tidak memenuhi/melanggar ketentuan yang

ditetapkan dalam IUKU dan peraturan perundang-undangan, serta tidak

mampu memperbaiki kinerjanya sesuai batas waktu yang diberikan setelah

mendapat peringatan tertulis dari Menteri, Gubernur atau Bupati/Walikota

sesuai kewenangannya;

IUKU dapat dialihkan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan tertulis

dari Menteri,Gubernur atau Bupati/Walikota, dengan ketentuan pihak lain tersebut

telah memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan lain sesuai peraturan

perundang-undangan.

4.7 Permasalahan dan Penanganannya

Sebagai Dinas yang masih cukup baru, yang terbentuk pada tahun 2008.

Serta sedikitnya pegawai yang ada terutama untuk seksi ketenagalistrikan dan

energi yang saat ini hanya ada kepala seksi dan 2 orang staf, maka masih banyak

wilayah-wilayah kerja seksi ketenagalistrikan yang belum bisa terjangkau.

Sehingga sosialilsasi tentang regulasi ketenagalistrikan belum bisa optimal yang

menyebabkan banyak masyarakat dan pengembang usaha penyediaan tenaga

listrik kurang memahami regulasi ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten

Banjarnegara.

Page 55: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

44

Namun dengan sedikitnya personil yang ada, Dinas PSDA dan ESDM

Kabupaten Banjarnegara pada umumnya serta seksi ketenagalistrikan dan energi

pada khususnya selalu berusaha bekerja dengan maksimal supaya seluruh elemen

masyarakat selaku konsumen ataupun pengusaha-pengusaha penyediaan tenaga

listrik yang berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara bisa mengetahui dan

memahami regulasi tentang ketenagalistrikan yang berlaku di Kabupaten

Banjarnegara. Selain itu guna mewujudkan pelayanan yang optimal kepada

masyarakat, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara juga sering

mengirimkan pegawai-pegawainya untuk mengikuti diklat-diklat maupun

pendidikan-pendidikan yang bekaitan langsung dengan bidang esdm pada

umumnya dan ketenagalistrikan pada khususnya.

Page 56: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

45

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di Dinas

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi Sumber Daya Mineral (PSDA dan

ESDM) Kabupaten Banjarnegara pada Bidang Energi Sumber Daya Mineral,

seksi Ketenagalistrikan dan energi selama kurang lebih tiga minggu, saya

memperoleh kesimpulan bahwa :

1. Pembangunan PLTMH mampu meningkatkan potensi sumber daya manusia

dan kesejahteraan masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil.

2. Izin pembangunan PLTMH yang berada di wilayah Kabupaten

Banjarnegara adalah kewenangan Bupati Banjarnegara.

3. Dengan izin pembangunan PLTMH, pemerintah kabupaten Banjarnegara

mampu melaksanakan fungsi pengawasan dengan baik.

4. Pemegang Izin Usaha PLTMH harus melaksanakan kewajiban-kewajiban

yang dicantumkan di dalam Izin Usahanya dan apabila tidak dilaksanakan

kewajiban tersebut maka izin usahanya akan dikenai sanksi administratif.

5.2 Saran

1. Meningkatkan terus pembangunan PLTMH, terutama yang mampu

menjangkau wilayah-wilayah terpencil di Kabupaten Banjarnegara,

sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan di Kabupaten Banjarnegara.

Page 57: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

46

2. Terus meningkatkan keikut-sertaan pegawai-pegawai Dinas PSDA dan

ESDM Kabupaten Banjarnegara dalam diklat-diklat dan pendidikan-

pendidikan yang berkaitan dengan ketenagalistrikan guna menciptakan

pelayanan kepada masyarakat yang lebih optimal.

3. Terus-menerus melakukan sosialisasi tentang regulasi ketenagalistrikan

kepada masyarakat umum, supaya tidak ada lagi konsep bahwa kebijakan

pemerintah yang mempersulit masyarakatnya.

4. Meningkatkan pengawasan terhadap pemegang izin usaha supaya tidak

terjadi pelanggaran dan tidak merugikan konsumen.

Page 58: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2005, “Kebijakan

Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi (Energi Hijau)”,

Jakarta.

2. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (DESDM), 2006, “Penelitian,

Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bidang

Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk Mendukung Keamanan

Ketersediaan Energi Tahun 2025”, Jakarta

3. Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara, 2009, “Pengurusan

Perijinan PLTMH Di Daerah”, Banjarnegara.

4. Humas Setda Banjarnegara, 2010, “Profil Kabupaten Banjarnegara”,

Banjarnegara.

5. Joko Priyanto, 2008, “Kertas Kerja Wajib Desa Mandiri Energi Berbasis

PLTMH di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten “, Cepu

6. Sitompul Hotman, 2007, “Persyaratan Izin Penyediaan Tenaga Listrik”,

Jakarta.

7. Sitompul Rislima, 2011, “Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan

Yang Tepat Untuk Aplikasi Di Masyarakat Perdesaan”, Jakarta.

8. ______,2005, “Peraturan Pemerintah Nomor: 3. Tentang Perubahan Atas PP

No. 10 tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik Pasal

6 ayat (4)”

9. ______, 2010, “Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor : 10.

tentang ketenagalistrikan”

Page 59: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

Sumber Energi Primer di Indonesia (Tahun 2005)1

JENIS ENERGI FOSIL SUMBER DAYA CADANGAN PRODUKSI (per

Tahun)

RASIO

CAD/PROD

(tanpa ekplorasi)

Tahun

Minyak 86,9 miliar barel 9,1 milar barel 387 juta barel 23

Gas 384,7 TSCF 185,8 TSCF

(P1+P2) 2,97 TSCF 62

Batubara 58 miliar ton 19,3 miliar ton 132 juta ton 146

ENRGI NON FOSIL SUMBER DAYA SETARA PEMANFAATAN KAPASITAS

TERPASANG

Tenaga Air 845,0 juta BOE 75,67 GW 6.8851,0 GWh 4,2 GW

Panas Bumi 219,0 juta SBM 27,14 GW 2.593,50 GWh 0,852 GW

Mini/Micro hydro 0,46 GW 0,46 GW

0,084 GW

Biomassa

49,81 GW

0,302 GW

Tenaga Surya

4,80 kWh/m2/hari

0,008 GW

Tenaga Angin

9,29 GW

0,0005 GW

Uraniaum 24.112 ton*) 33,0 GW

*) *)

hanya di daerah Kalan Kalimantan Barat

1) DESDM

Lam

piran

01

Page 60: Prosedur perizinan pembuatan pltmh di kabupaten banjarnegara

DATA PNS DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DAN

ENERGI SUMBER DAYA MINERAL

KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011

NO GOL /

RUANG

JENIS KEPEGAWAIAN JUMLAH

JENIS PENDIDIKAN JENIS

KELAMIN KET CPNS PNS SD SLTP SLTA DIII S1 S2 L P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

I I/a - 8 8 8 - - - - - 8 -

I/b - - - - - - - - - - -

I/c 4 9 13 - 13 - - - - 13 -

I/d - 2 2 - 2 - - - - 2 -

Jumlah 4 19 23 8 15 - - - - 23 -

II II/a 3 24 27 4 6 17 - - - 26 1

II/b - 4 4 - 1 3 - - - 4 -

II/c 1 1 2 - 1 - 1 - - 2 -

II/d - 6 6 - 2 4 - - - 6 -

Jumlah 4 35 39 4 10 24 - - - 38 1

III III/a 1 9 10 - - 2 - 8 - 8 2

III/b - 6 6 - - 4 - 2 - 4 2

III/c - 10 10 - - 5 - 3 2 8 2

III/d - 5 5 - - - - 5 - 3 2

Jumlah 1 30 31 - - 11 - 18 2 23 8

IV IV/a - 1 1 - - - - 1 - 1 -

IV/b - 1 1 - - - - 1 - 1 -

IV/c - 1 1 - - - - - 1 1 -

IV/d - - - - - - - - - - -

IV/E - - - - - - - - - - -

Jumlah - 3 3 - - - - 2 1 3 -

JUMLAH TOTAL

9 87 96 12 25 35 1 20 3 87 9

Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten Banjarnegara 2011

Lampiran 02