proses pengolahan selai nanas organik dan...

Download PROSES PENGOLAHAN SELAI NANAS ORGANIK DAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/62302/1/F10raw.pdf · Selai nanas organik merupakan selai yang dibuat tanpa ... (pengukuran minggu

If you can't read please download the document

Upload: vancong

Post on 06-Feb-2018

333 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

  • PROSES PENGOLAHAN SELAI NANAS ORGANIK

    DAN PENDUGAAN UMUR SIMPANNYA

    OLEH :

    RIMA APRILILA WIJAYA

    F34051570

    2010

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • PROSES PENGOLAHAN SELAI NANAS ORGANIK DAN

    PENDUGAAN UMUR SIMPANNYA

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

    SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

    pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

    Fakultas Teknologi Pertanian

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    Rima Aprilila Wijaya

    F34051570

    2010

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

  • Rima Aprilila Wijaya. F34051570. Proses Pengolahan Selai Nanas Organik dan Pendugaan Umur Simpannya. Di bawah bimbingan Indah Yuliasih dan Sugiarto. 2010.

    RINGKASAN

    Nanas Tapos adalah jenis nanas khas dari Bogor-Jawa Barat. Nanas Tapos di tempat aslinya biasa disebut nanas Gati. Keunikan nanas Gati dari Tapos ini adalah ditanam secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida atau biasa disebut dengan nanas organik. Pada saat musim panen, nanas Gati tersedia berlebihan dan dijual dalam bentuk curah segar sehingga harga jualnya rendah atau harga jual nanas organik ini di pasar sama dengan nanas yang tidak organik sehingga akan merugikan para petani. Salah satu alternatif produk olahan nanas yaitu selai nanas. Selai nanas organik merupakan selai yang dibuat tanpa penambahan bahan-bahan kimia, tetapi menggunakan bahan-bahan alami berupa gula, sari jeruk, jeli, cengkeh, kayu manis dan garam.

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi proses pengolahan selai nanas organik, karakteristik produk selai nanas dan pendugaan umur simpannya dalam kemasan gelas jar dan plastik polypropilen (PP). Pendugaan umur simpan selai nanas dengan metode akselerasi Arrhenius. Penyimpanan selai nanas dilakukan pada suhu 25, 35 dan 450C. Parameter yang diamati selama penyimpanan yaitu kadar air, total asam, warna dan pH.

    Proses pengolahan selai nanas terdiri dari persiapan bahan, pemasakan, sterilisasi kemasan, pengemasan, pasteurisasi dan pendinginan. Selanjutnya masing-masing kemasan disimpan didalam inkubator. Selama penyimpanan terjadi perubahan mutu dari selai nanas. Hal ini terlihat dari analisis kadar air, untuk kemasan plastik polypropilen kadar air meningkat dengan segera setelah penyimpanan (pengukuran minggu pertama), selanjutnya cenderung menurun atau relatif tetap pada kisaran 26 - 32 %, begitu juga dengan kemasan gelas jar terjadi kenaikan pada minggu pertama penyimpanan selanjutnya cenderung menurun atau relatif tetap pada kisaran 26 - 35 %. Total asam pada kemasan gelas jar cenderung menunjukan kenaikan pada minggu pertama penyimpanan sedangkan kemasan plastik polypropilen pada minggu pertama penyimpanan cenderung mengalami penurunan dan selanjutnya kedua kemasan tersebut relatif tetap pada kisaran 0,9 - 1,1 g/100g. Kemasan plastik polypropilen dan gelas jar tidak memberikan perbedaan perubahan pH, yaitu pada minggu pertama penyimpanan kedua kemasan memberikan kecenderungan turun serta relatif tetap pada kisaran 3,38 - 3,67. Warna atau nilai kecerahan selai nanas organik cenderung turun pada semua jenis kemasan dan suhu penyimpanan selama waktu penyimpanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka tingkat penurunan nilai kecerahan selai nanas organik juga semakin tinggi.

    Selai merupakan produk olahan buah yang berbentuk semi pasta atau semi basah. Parameter kritis bagi bahan pangan semi basah adalah kadar air. Oleh karena itu, parameter kritis yang digunakan diantara ke empat parameter (kadar air, total asam, pH, dan warna) jika dilihat dari perubahan mutu selama penyimpanan maka kadar air lebih menunjukan perbedaan yang signifikan selama penyimpanan dengan titik kritis 35%. Umur simpan selai nanas organik pada kemasan gelas jar lebih lama

  • dibandingkan dengan kemasan plastik polypropilen. Kemasan plastik polypropilen pada suhu 250C memiliki umur simpan 104 hari, 95 hari pada suhu 350C dan 87 hari pada suhu 450C, sedangkan kemasan gelas jar pada suhu 250C memiliki umur simpan 117 hari, 101 hari pada suhu 350C dan 88 hari pada suhu 450C.

    Kata kunci: Nanas Gati, Selai Nanas, Umur Simpan, Kemasan Plastik Polypropilen, Kemasan Gelas Jar

  • Rima Aprilila Wijaya. F34051570. Processing Technology of Organic Pineapple Jam and Its Shelf-Life Estimation. Supervised by Indah Yuliasih and Sugiarto. 2010.

    SUMMARY

    Tapos pineapple is a specific kind of pineapple from Bogor, West Java. Tapos

    pineapple is called Gati pineapple in its former area. The uniqueness of this pineapple from Tapos is that this pineapple is planted naturally, without any addition of chemical fertilizer and pesticides, and that is why it is also called organic pineapple. During harvest time, Gati pineapple had an excessive availability and it is sold in the fresh fruit form so that its price is so low or its price is the same as non-organic pineapple. This condition will disadvantage the farmers. One of the alternatives to raise pineapples price is converting pineapple into product that has an added value, such as pineapple jam. Organic pineapple jam could be made without chemical addition, but it was used natural materials, such as sugar, orange extract, jelly, clove, cinnamon and salt.

    The aim of this research is to get the processing technology of organic pineapple jam, characteristic product pineapple jam and shelf-life estimation in glass jar and polypropylene plastic packaging. Organic pineapple jam in glass jar and polypropylene packaging then was kept at 250C, 350C and 450C. Shelf-life estimation in polypropylene plastic and glass jar was using Arrhenius acceleration method. Parameters that were checked during storage were water content, total acid, pH and colour.

    The processing of pineapple jam consisted of materials preparation, cooking, packaging sterilization, packaging, pasteurization and cooling. Then each of packed-pineapple jam was kept in incubator. During storage there was quality changing from pineapple jam. It was seen from water content analysis. Pineapple jam in polypropylene plastic packaging had increased-water content right after storage (based on first week analysis), then its water content was decreased or remained stable at 26 - 32%. Pineapple jam in glass jar packaging also had increased-water content right after storage (based on first week analysis), then its water content was decreased or remained stable at 26 - 35%. Total acid of pineapple jam in glass jar packaging was increased during the first week of storage, while total acid of pineapple jam in polypropylene plastic packaging was decreased during the first week of storage and then both of them remained constant at 0.9 - 1.1 g/100 g. Usage of polypropylene plastic and glass jar as pineapple jams packaging materials did not affect changing of pH value during the first week of storage. Both of these materials were slightly decreased or remained stable at 3.38 - 3.67. Color or brightness value of organic pineapple jam were relatively decreasing in all of packaging materials and all of storage temperatures range during storing period. The highest temperature during storage, then the decreasing rate of brightness value of pineapple jam would be higher.

    Jam is a fruit based product that has semi paste or semi wet form. Critical parameter for semi wet food product is water content. It explained that amongst the critical parameters that have been used (water content, total acid, pH and color), water content showed a significant difference during storage with critical point of 35%. Shelf life of organic pineapple jam in glass jar packaging was longer than in

  • polypropylene plastic packaging. Shelf life in polypropylene plastic at 250C, 350C and 450C were 104, 95 and 87 days. Shelf life in glass jar packaging at 250C, 350C and 450C were 117, 101 and 88 days.

    Key word: Gati pineapple, Pineapple jam, Shelf-Life, Polypropylene plastic

    packaging, Glass jar packaging

  • Judul Skripsi : Proses Pengolahan Selai Nanas Organik dan Pendugaan

    Umur Simpannya

    Nama : Rima Aprilila Wijaya

    NRP : F34051570

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Indah Yuliasih, STP., M.Si Ir. Sugiarto, M.Si

    NIP. 19700718 199512 2 001 NIP. 19690518 199403 1 002

    Mengetahui,

    Ketua Departemen,

    Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti NIP. 19621009 198903 2 001

    Tanggal Lulus :

  • SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

    Proses Pengolahan Selai Nanas Oganik dan Pendugaan Umur Simpannya ini

    adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali

    yang dengan jelas ditujukan rujukannya.

    Bogor, Agustus 2010

    Yang Membuat Pernyataan,

    Rima Aprilila Wijaya

    F34051570

  • BIODATA RINGKAS

    Penulis skripsi ini bernama lengkap Rima Aprilila Wijaya dan lahir di

    Bangkinang pada tanggal 06 April 1987. Penulis merupakan putri sulung dari

    pasangan Suwanda Wijaya dan Malila Yulia. Penulis menamatkan pendidikan

    kanak-kanaknya di TK Mutiara Persada, Yogyakarta pada tahun 1993, kemudian

    melanjutkan ke pendidikan dasar di SD Negeri No 060917 Medan dan tamat pada

    tahun 1999. Setelah itu, penulis meneruskan pendidikan lanjutannya ke SLTP Negeri

    20 Pekanbaru, tamat pada tahun 2002 dan SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor, tamat

    pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor

    melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis kemudian diterima di Jurusan

    Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian pada tahun 2006.

    Selain di bidang akademik, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di luar bidang

    akademik dengan mengikuti kegiatan mahasiswa di dalam Himpunan Mahasiswa

    Teknologi Industri (HIMALOGIN). Penulis menjabat sebagai anggota atau jurnalis

    buletin MIND di bawah Departemen Public Relation, HIMALOGIN mulai tahun

    2006-2007.

    Pada pertengahan tahun 2008, penulis melaksanakan praktek lapangnya di PT

    PG Rajawali II Unit PG Subang, Jawa Barat. Laporan hasil praktek lapang tersebut

    kemudian dikeluarkan penulis dengan judul, Mempelajari Aspek Penanganan

    Bahan Baku dan Produk Jadi di PT PG Rajawali II Unit PG Subang, Jawa Barat.

  • i

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT

    atas segala limpahan berkah dan karunia-Nya, atas terselesaikannya penulisan skripsi

    yang berjudul Proses Pengolahan Selai Nanas Organik dan Pendugaan Umur

    Simpannya

    Tak lupa penulis menghaturkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya atas semua bantuan, dorongan serta bimbingan kepada penulis, baik secara

    moril maupun materil, yang memungkinkan terselesaikan skripsi ini, terutama

    kepada:

    1. Ibu Dr. Indah Yuliasih, STP., M.Si sebagai dosen pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan

    selama penyusunan skripsi ini.

    2. Bapak Ir. Sugiarto, M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan

    waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan arahan selama

    penyusunan skripsi ini.

    3. Bapak Ir. Muslich, M.Si sebagai dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan

    pikiran dalam memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

    4. UKM TELAPAK yang telah menyediakan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian

    ini.

    5. Keluarga penulis yang tercinta: Bapak Suwanda Wijaya, Ibu Malila Yulia dan

    adikku tersayang Rida Aprilila Wijaya yang senantiasa memberikan cinta, kasih

    sayang dan dukungan besar untuk penulis.

    6. Sahabat terbaik penulis, Aulia, Deva, Dian dan Manda yang telah memberikan

    semangat, dukungan dan kenangan-kenangan terindah selama kehidupan kuliah

    penulis di TIN

    7. Teman-teman sebimbingan Rhoby dan Ai atas semangat yang diberikan kepada

    penulis

    8. Teman-teman senasib sepenanggungan di Kawasan Laboratorium TIN: Marlina,

    Asih, Dhina, Danu, Umi, Lili, Ipul, Deni, Irfan

    9. Seluruh laboran atas bantuannya selama di laboratorium jurusan TIN

    10. Seluruh teman-teman seangkatan di TIN 42

  • ii

    11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu

    Akhir kata, penulis memohon maaf atas kesalahan yang tidak sengaja dilakukan

    akibat kealpaan penulis di dalam penyelesaian laporan ini. Segala kekurangan yang

    terdapat di dalam tulisan silakan disampaikan langsung kepada penulis. Atas segala

    perhatiannya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

    Bogor, Agustus 2010

    Penulis

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR............................................................................. i

    DAFTAR ISI............................................................................................ iii

    DAFTAR TABEL................................................................................... iv

    DAFTAR GAMBAR............................................................................... v

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vi

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang............................................................................. 1

    B. Tujuan........................................................................................... 2

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Selai ..................................................................................... 3

    1. Gula.......................................................................................... 4

    2. Pengental.................................................................................. 5

    3. Asam (Sari Jeruk Peras)........................................................... 7

    B. Pengemasan.................................................................................. 8

    1. Kemasan Gelas Jar.................................................................... 9

    2. Kemasan Plastik polypropilen.................................................. 10

    C. Pendugaan Umur Simpan............................................................. 11

    III. METODE PENELITIAN

    A. Alat dan Bahan............................................................................ 14

    B. Tata Laksana Penelitian............................................................... 14

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Teknologi Proses Pembuatan Selai Nanas................................... 18

    B. Karakteristik Produk.................................................................... 22

    C. Pendugaan Umur Simpan............................................................ 33

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan................................................................................. 41

    B. Saran............................................................................................ 42

    DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 43

    LAMPIRAN.......................................................................................... 46

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1 Kandungan kimia jeruk manis dalam 100 gram sari jeruk..............................................................................................

    8

    Tabel 2 Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat selai nanas organik dalam 1000 gram bubur nanas.............................. 19

    Tabel 3 Analisis proksimat selai nanas organik........................................ 23

    Tabel 4 Nilai k dan ln k pada kemasan gelas jar....................................... 36

    Tabel 5 Nilai k dan ln k pada kemasan Plastik polypropilen................... 39

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambat 1 Diagram alir pembutan selai nanas................................... 15

    Gambar 2 Diagram alir pengemasan dan pendugaan umur simpan selai nanas......................................................................... 17

    Gambar 3 Buah nanas Gati setengah matang (a) dan matang optimum (b)....................................................................... 18

    Gambar 4 Perubahan kadar air selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar.............................................................. 26

    Gambar 5 Perubahan total asam selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar.............................................................. 28

    Gambar 6 Perubahan total asam selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar.............................................................. 30

    Gambar 7 Perubahan warna (L) selai nanas organik selama penyimpanan : (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar.............................................................. 32

    Gambar 8 Grafik regresi linier kadar air pada kemasan gelas jar...... 35

    Gambar 9 Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan gelas jar....................................................................................... 36

    Gambar 10 Grafik regresi linier kadar air pada kemasan plastik polypropilen...................................................................... 38

    Gambar 11 Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan plastik polypropilen...................................................................... 39

  • vi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1 Prosedur Analisis 46

    Lampiran 2 Kadar air selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan plastik polypropilen dan gelas jar..................................................................................... 50

    Lampiran 3 Total asam selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan plastik polypropilen dan gelas jar..................................................................................... 51

    Lampiran 4 pH selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan plastik polypropilen dan gelas jar .................................................................................... 52

    Lampiran 5 Warna selai nanas selama penyimpanan pada kemasan plastik polypropilen dan gelas jar..................................................................................... 53

    Lampiran 6 Perhitungan laju penurunan kecerahan (L) selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan plastik polypropilen ............................................................... 54

    Lampiran 7 Perhitungan laju penurunan kecerahan (L) selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan gelas jar..................................................................................... 55

    Lampiran 8 Perhitungan laju peningkatan kadar air selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan gelas jar..................................................................................... 56

    Lampiran 9 Perhitungan laju peningkatan kadar air selai nanas selama penyimpanan dalam kemasan plastik polypropilen.................................................................... 57

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Sebagai negara agraris, Indonesia berpeluang menghasilkan berbagai

    produk pertanian diantaranya berupa buah-buahan yang sangat beragam dan

    tergolong ke dalam jenis buah tropis. Peranan iklim Indonesia sangat cocok

    untuk pertumbuhan jenis buah tertentu salah satunya adalah nanas, yang

    umum dapat dengan mudah dijumpai di berbagai pelosok tanah air.

    Di Indonesia jenis buah nanas yang telah banyak diusahakan secara

    komersial antara lain adalah nanas Bogor, nanas Palembang, dan nanas

    Subang (Pracahya, 1985). Nanas Tapos adalah jenis nanas khas dari Bogor-

    Jawa Barat. Nanas Tapos di tempat aslinya biasa disebut nanas Gati. Nanas

    Gati terkenal karena rasanya yang manis dan segar walaupun jika

    dibandingkan dengan nanas jenis lain bentuk fisiknya lebih kecil. Nanas Gati

    lapisan kulit luar lebih tipis dan saat matang berwarna kuning cerah. Rasa

    manis nanas ini sudah mulai terasa pada saat lapisan kulit luar berwarna

    kuning kehijauan atau setengah matang.

    Keunikan nanas Gati dari Tapos ini adalah ditanam secara alami tanpa

    menggunakan pupuk kimia dan pestisida atau biasa disebut dengan nanas

    organik. Sehingga nanas ini sangat sehat untuk dikonsumsi. Pada saat musim

    panen, nanas Gati tersedia berlebihan dan dijual dalam bentuk curah segar

    sehingga harga jual buah nanas rendah atau harga jual nanas organik di pasar

    sama dengan nanas yang tidak organik sehingga akan merugikan para petani.

    Salah satu alternatif produk olahan nanas adalah selai nanas.

    Pengolahan buah nanas menjadi selai pada penelitian ini

    menggunakan bahan tambahan alami seperti gula pasir, sari jeruk, pengental

    (jeli), cengkeh, kayu manis dan garam. Sehingga selai ini memiliki

    keunggulan dari pemakaian bahan-bahan alami atau biasa disebut selai nanas

    organik. Produk ini sangat sehat untuk dikonsumsi baik untuk anak-anak,

    dewasa maupun usia lanjut.

    Produk olahan selai nanas organik ini diharapkan dapat meningkatkan

    harga jual, memperluas jangkauan pemasaran dan memperpanjang umur

  • 2

    simpannya. Pendugaan umur simpan selai nanas organik perlu dilakukan

    mengingat produk ini tidak menggunakan bahan pengawet

    B. Tujuan

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses

    pengolahan selai nanas organik, karakteristik produk selai nanas dan

    pendugaan umur simpannya.

  • 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Selai

    Selai merupakan produk awetan yang dibuat dengan memasak

    hancuran buah yang dicampur gula atau campuran gula dengan dekstrosa

    atau glukosa, dengan atau tanpa penambahan air dan memiliki tekstur yang

    lunak dan plastis (Suryani et al., 2004). Menurut SNI-01-3746-1995, selai

    buah adalah produk pangan semi basah yang merupakan pengolahan bubur

    buah dan gula yang dibuat dari campuran tidak kurang dari 45% berat sari

    buah dan 55% berat gula. Campuran tersebut kemudian dipekatkan sampai

    diperoleh hasil akhir berupa padatan terlarut lebih dari 65% yang diukur

    menggunakan refraktometer.

    Menurut Muchtadi (1989), perbandingan gula terhadap bobot buah

    yang digunakan dalam pembuatan selai untuk buah-buahan asam adalah satu

    bagian bobot buah dan satu bagian bobot gula sedangkan menurut

    Suryani et al. (2004) formula umum yang digunakan adalah 45:55

    (buah:gula), tetapi penambahan gula juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

    seperti keasaman buah, kandungan gula buah dan kematangan buah yang

    digunakan.

    Menurut Desrosier (1988), jika keasaman buah tinggi, kandungan gula

    tinggi dan kematangan buah optimum maka penambahan gula lebih rendah

    dari 55 bagian, karena buahnya sendiri telah mengandung sejumlah gula yang

    perlu diperhitungkan. Buah-buahan yang kandungan pektinnya rendah dapat

    ditambahkan pektin komersial pada saat pembuatan selai.

    Menururt Suryani et al. (2004), selai yang bermutu baik mempunyai

    tanda spesifik yaitu:

    1. konsistensi kokoh,

    2. warna cemerlang,

    3. distribusi buah merata,

    4. tekstur lembut,

    5. flavor buah alami,

    6. tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan

  • 4

    Pembuatan selai meliputi tahap pemilihan bahan, pencucian,

    pengupasan, penghancuran buah, pemasakan, pengemasan dalam wadah

    botol, pasteurisasi dan pendinginan (Mulyohardjo, 1984). Pada persiapan

    bahan, pemilihan tingkat kematangan buah yang digunakan akan

    mempengaruhi hasil akhir selai yang dihasilkan. Bila digunakan buah segar,

    maka harus dipilih buah yang berkualitas baik, kemudian dilakukan

    pengupasan pada buah yang berkulit serta penghilangan biji pada buah-

    buahan yang berbiji (Suryani et al., 2004).

    Pembuatan selai nanas selain menggunakan buah nanas sebagai bahan

    baku juga menggunakan bahan tambahan yaitu :

    1. Gula

    Gula berperan sebagai pengawet bagi berbagai macam makanan

    terutama jam, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup dan lain-lain.

    Konsentrasi gula yang tinggi (70%) sudah dapat menghambat

    pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula dipergunakan

    dengan salah satu teknik pengawetan lainnya, misalnya dikombinasikan

    dengan keasaman tinggi, pasteurisasi, penyimpanan pada suhu rendah,

    pengeringan, pembekuan dan penambahan kimia seperti SO2, asam

    benzoat dan lain-lain. Kadar gula yang tinggi (minimum 40%) bila

    ditambahkan ke dalam bahan pangan, air dalam bahan pangan akan

    terikat sehingga tidak dapat dipergunakan oleh mikroba dan aw menjadi

    rendah (Muchtadi, 1997).

    Penambahan gula pasir sangat penting untuk memperoleh tekstur,

    penampakan, dan flavor yang baik. Kekurangan gula pasir dalam

    pembuatan selai akan menghasilkan gel yang kurang kuat pada semua

    tingkat keasaman dan membutuhkan lebih banyak penambahan asam

    untuk menguatkan strukturnya. Menurut Winarno (1997), gula yang

    ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% agar kristal-kristal yang

    terbentuk di permukaan gel dapat dicegah.

  • 5

    2. Pengental (Nutrijell)

    Menururt Cross (1984), bahan pembentuk gel berfungsi untuk

    memodifikasi tekstur selai sehingga mendapatkan rasa cicip yang disukai.

    Dalam penelitian ini, bahan pengental dan pembentuk gel yang

    digunakan dalam pembuatan selai nanas adalah nutrijell. Nutrijell

    merupakan merek dagang, dimana komposisi utama bahannya antara lain:

    a. Karagenan

    Karagenan adalah polisakarida yang diekstrak dari beberapa

    anggota Rhodophyceae (rumput laut merah) seperti Chondrus,

    Euchema, Gigartina, Gloiopeltis dan Iridea (Belitz dan Grosch, 1999).

    Euchema cottonii dan E. Spinosum merupakan jenis Rhodophyceae

    yang banyak ditemui di perairan Indonesia sedangkan Gigartina

    banyak ditemui di daerah selatan Eropa. E. Cottonii merupakan jenis

    rumput laut penghasil kappa karagenan, E. Spinosum merupakan

    penghasil iota karagenan, dan Gigartina merupakan penghasil lamda

    karagenan (Anonim, 2007). Menurut Imeson (2000), karagenan

    merupakan polisakarida berantai linear dengan berat molekul yang

    tinggi. Rantai polisakarida tersebut terdiri dari ikatan berulang antara

    gugus galaktosa dengan 3,6-anhidrogalaktosa (3,6 AG), keduanya baik

    yang berikatan dengan sulfat maupun tidak, dihubungkan dengan

    ikatan glikosidik -(1,3) dan -(1,4).

    Karagenan akan stabil pada pH 7 atau lebih tinggi, stabilitas

    karagenan menurun khususnya dengan peningkatan suhu. Pada pH

    yang lebih rendah dari 7, polimer karagenan terhidrolisis sehingga

    kemampuan untuk membentuk gel menjadi hilang. Namun demikian

    dalam praktek penerapannya, suatu gel terbentuk pada pH di bawah 7

    dan hidrolisis terjadi tidak lama sehingga gel dapat stabil

    (Glicksman, 1982). Menurut Imeson (2000), larutan karagenan akan

    mengalami penurunan viskositas dan kekuatan gel (gel strength) pada

    pH 3,4. Hal ini disebabkan terputusnya ikatan glikosidik yang

    mengakibatkan terjadinya hidrolisis. Laju hidrolisis akan meningkat

    seiring peningkatan suhu.

  • 6

    Polisakarida seperti karagenan dapat membentuk gel pada

    kondisi tertentu, tetapi jika dicampurkan dengan konjak yang tidak

    memiliki kemampuan membentuk gel maka akan terjadi interaksi yang

    sinergis. Sinergisme tersebut akan menghasilkan gel dengan tekstur

    yang lebih elastis (Takigami, 2000).

    b. Konjak glukomannan

    Konjak glukomannan banyak terdapat pada jenis tanaman

    Amorphophallus. Sama halnya dengan karagenan, konjak

    glukomannan juga merupakan hidrokoloid yang diperoleh dari hasil

    ekstraksi umbi tanaman konjak. Penyebaran tanaman konjak lebih

    banyak di daerah Asia seperti Timur Tengah, Jepang, dan Asia

    Tenggara. Beberapa spesies Amorphophallus yang tumbuh di daerah

    tersebut yaitu Amorphophallus konjak K Kouch, A. Rivierii, A.

    Bulbifier, dan A. Oncophyllus. Jenis Amorphophallus juga banyak

    dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah iles-iles (A. Muelleri

    Blume) dan suweg (A. Paeoniifolis) (Takigami, 2000). Konjak

    glukomannan merupakan senyawa yang banyak terkandung dalam

    tepung konjak yakni mencapai 70 90%. Bahan baku pembuatan

    tepung konjak adalah umbi dari tanaman konjak. Tepung konjak dapat

    digunakan sebagai bahan pengental, bahan pembentuk gel, dan

    pengikat air (Thomas, 1997).

    Konjak glukomannan adalah polimer yang larut air dan dapat

    menyerap 100 kali dari volumenya sendiri dalam air. Larutan yang

    terbentuk merupakan larutan pseudoplastic. Viskositas konjak lebih

    tinggi daripada bahan pengental alami lainnya dan stabil terhadap

    asam, tidak ada pengendapan walaupun pH diturunkan di bawah 3,3.

    Larutan konjak tahan terhadap garam walaupun pada konsetrasi

    tinggi. Sebagai bahan pembentuk gel, konjak memiliki kemampuan

    yang unik untuk membentuk gel yang reversible dan irreversible pada

    kondisi yang berbeda. Gel reversible terbentuk jika konjak

    dikombinasikan dengan hidrokoloid lain seperti karagenan dan

    xantham gum. Gel irreversible didapat dari gel konjak yang terbentuk

  • 7

    pada kondisi basa. Larutan konjak tidak akan membentuk gel karena

    gugus asetilnya mencegah rantai panjang glikomannan untuk bertemu

    satu sama lain (Widjanarko, 2008). Konjak dapat membentuk gel

    kecuali dengan adanya kappa-karagenan dan xantham gum, dimana

    asosiasi antar rantai mendukung gelasi atau pengentalan

    (Thomas, 1997).

    Gel konjak merupakan dietary fibre yang tidak akan diserap

    oleh usus, melainkan dapat memenuhi lambung dan mempercepat rasa

    kenyang sehingga cocok untuk makanan diet bagi penderita diabetes.

    Manfaat lain yang didapat dari konsumsi gel konjak yaitu mengurangi

    kolestrol darah, memperlambat pengosongan perut, dan mencegah

    penyakit tekanan darah tinggi (Johnson, 2002).

    3. Asam (Sari Jeruk Peras)

    Penambahan asam yang terdapat pada sari jeruk bertujuan

    mengatur pH terutama terhadap buah-buahan yang tidak mengandung

    asam yang cukup untuk memperoleh pH yang diinginkan dan

    menghindari pengkristalan gula. pH optimum yang dikehendaki dalam

    pembuatan selai berkisar 3,10 - 3,46. Asam yang biasa digunakan dalam

    pembuatan selai adalah asam sitrat, asam tartrat, dan asam malat. Apabila

    terlalu asam akan terjadi sineresis yakni keluarnya air dari gel sehingga

    kekentalan selai akan berkurang bahkan dapat sama sekali tidak terbentuk

    gel. Asam sitrat dengan nama lain asam jeruk terdapat dalam sari buah

    sitrus dalam konsentrasi yang tinggi dan memungkinkan untuk diisolasi

    dan dimurnikan (Fachruddin, 1997).

    Salah satu buah jeruk yang digunakan dalam pembuatan selai

    adalah jeruk manis atau jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck). Sari buah

    jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck) selain mengandung vitamin C, juga

    mengandung asam sitrat dengan kadar berkisar 1,4%. Secara umum buah

    jeruk kaya vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Seperti

    yang terkandung dalam jeruk manis setiap 100 g dapat dilihat pada

  • 8

    Tabel 1. Selain kaya gizi, zat kimia terkandung seperti bioflanid, minyak

    atsiri limonen, asam sitrat, linalin asetat dan fellandren (Sarwono, 1993).

    Tabel 1. Kandungan kimia jeruk manis dalam 100 gram sari jeruk

    Sumber : Sarwono (1993) B. Pengemasan

    Kemasan mempunyai peranan penting dalam mempertahankan mutu

    bahan. Pada saat ini proses pengemasan dianggap sebagai bagian integrasi

    dari proses produksi di pabrik-pabrik, dan menurut fungsinya kemasan

    berfungsi sebagai : (a) wadah untuk menempatkan produk dan memberi

    bentuk sehingga memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan

    distribusi; (b) memberi perlindungan terhadap mutu produk dari kontaminasi

    luar dan kerusakan; dan (c) untuk menambah daya tarik produk (Syarief dan

    Irawati, 1988).

    Menurut Winarno (1997), pengemasan bertujuan untuk mengawetkan

    bahan pangan, mempertahankan mutu kesegaran, menarik selera pandang

    konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang

    lebih penting lagi dapat menekan peluang kontaminasi dari udara dan tanah,

    baik oleh mikroba pembusuk maupun mikroba yang dapat membahayakan

    kesehatan konsumen.

    Bahan kemasan harus tahan terhadap serangan hama atau binatang

    pengerat dan bagian dalam yang berhubungan langsung dengan makanan

    harus tidak berbau, tidak mempunyai rasa, dan tidak beracun (Winarno dan

    Jenie, 1983).

    Parameter Satuan Sari jeruk Kalori kalori 51 Protein g 0,9 Lemak g 0,2 Karbohidrat g 11,4 Mineral g 0,5 Kalsium mg 33 Fosfor mg 23 Besi mg 0,4 Asam askorbat mg 49

  • 9

    Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan

    sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut Winarno dan Jenie

    (1983) dapat dibagi menjadi dua golongan : golongan pertama, kerusakan

    ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan

    pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik dan mikrobiologi;

    sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan

    hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan pengemasan yang digunakan,

    misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorbsi dan

    interaksi dengan oksigen, serta kehilangan dan penambahan citarasa yang

    tidak diinginkan.

    Kemasan yang umum digunakan sebagai wadah selai adalah sebagai

    berikut :

    1. Kemasan Gelas Jar

    Kemasan gelas banyak digunakan untuk mengemas produk dalam

    bentuk padat dan cair. Kemasan ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

    Menurut Luh dan Woodroof (1982), kemasan gelas memiliki kelebihan

    seperti inert (tidak bereaksi), sehingga tidak bereaksi dengan bahan

    pangan, mudah dibuka dan ditutup, tahan terhadap kerusakan (korosi),

    sangat baik sebagai barier terhadap benda padat, cair dan gas, ekonomis

    karena dapat digunakan kembali dan produk yang terdapat didalamnya

    dapat terlihat jelas (transparan), dapat disterilisasi dan divacum, tahan

    terhadap suhu rendah dan tinggi, dengan catatan suhu tersebut tidak

    berubah secara cepat. Menurut Erliza et al. (1987), disamping keuntungan

    sifat-sifat gelas tersebut, terdapat beberapa kelemahan dari gelas yaitu

    bersifat rapuh dan mudah pecah bila permukaannya tergores dan terkena

    benturan selain itu angkos transportasi lebih tinggi dibanding kaleng.

    Wadah gelas untuk bahan pangan dapat dibedakan ke dalam 2

    bentuk, yaitu gelas bermulut lebar (wide mouth) dan gelas bermulut

    sempit (narrow neck). Wadah gelas bermulut lebar kebanyakan digunakan

    untuk produk makanan bayi, susu bubuk, buah-buahan, mentega, kacang,

    kopi, teh, jam, jelly, acar, manisan, mayonis, sedangkan wadah gelas

  • 10

    berleher sempit kebanyakan digunakan untuk produk-produk cair seperti

    kecap, sari buah, sirup, bumbu cair, saus dan cuka (Muchtadi,1995).

    Faktor yang menentukan dalam pengemasan botol adalah adanya

    ruang udara. Ruang udara (head space) harus disediakan pada setiap

    kemasan gelas yang diisikan dengan suatu bahan. Ruang ini diberikan

    untuk mengantisipasi terjadinya pemuaian bahan akibat peningkatan suhu

    karena proses sterilisasi. Ukuran dari head space ini diusahakan tidak

    terlalu besar atau kecil. Bila terlalu besar maka dapat mengakibatkan

    akumulasi udara pada atas kemasan gelas dan apabila terlalu kecil proses

    penutupan kemasan tidak akan sempurna. Besarnya head space yang

    digunakan tergantung dari bahan yang dikemas. Pada umumnya berkisar

    antara 3% - 5%. Namun, untuk produk-produk yang menghasilkan gas

    seperti peroksida dan hipoklorit digunakan head space sebesar 10%

    (Muchtadi, 1995).

    2. Kemasan Plastik Polypropilen

    Plastik telah menempati bagian yang sangat penting dalan industri

    pengemasan. Kelebihan plastik dari bahan-bahan kemasan yang lain

    adalah harganya relatif lebih murah, dapat dibuat dalam berbagai rupa,

    warna dan bentuk, relatif lebih disukai konsumen, dan ringan sehingga

    dapat mengurangi biaya transportasi. Kelemahan plastik yang utama

    adalah umumnya tidak tahan terhadap suhu tinggi (Erliza et al., 1987).

    Salah satu jenis plastik yang banyak digunakan adalah polypropilen.

    Menurut Syarief et al. (1989), adapun sifat-sifat dari polypropilen

    sehingga dapat dijadikan kemasan bahan pangan antara lain:

    (1) Ringan, mudah dibentuk, tembus pandang dan jernih dalam bentuk

    film

    (2) Rapuh pada suhu rendah, tidak dapat digunakan untuk kemasan beku

    (3) Lebih kaku dari polietilen dan tidak mudah sobek sehingga mudah

    dalam penanganan dan distribusi

    (4) Permeabilitas uap air rendah, permeabilitas gas sedang, tidak baik

    untuk makanan yang peka terhadap oksigen

    (5) Tahan terhadap suhu tinggi sampai 1500C

  • 11

    (6) Titik Lebur tinggi, sulit dibuat kantung dengan sifat kelim panas yang

    baik, mengeluarkan benang-benang plastik pada suhu tinggi

    (7) Tahan terhadap asam kuat, basa dan minyak, tidak terpengaruh pelarut

    pada suhu kamar kecuali oleh HCl

    C. Pendugaan Umur Simpan

    Pengertian masa simpan makanan secara umum menurut Ahrene et al.

    (1996) adalah periode waktu bagi sebuah produk hingga ia tidak dapat lagi

    diterima secara sensorik, nutrisi dan keamanannya. Arpah dan Syarief (2000)

    menyatakan bahwa umur simpan dapat didefinisikan juga sebagai waktu yang

    dibutuhkan oleh suatu produk pangan menjadi tidak layak dikonsumsi jika

    ditinjau dari segi keamanan, nutrisi, sifat fisik, dan organoleptik, setelah

    disimpan dalam kondisi yang direkomendasikan.

    Menurut Syarief et al. (1989), secara umum faktor-faktor yang

    mempengaruhi umur simpan makanan yang dikemas adalah :

    1. Keadaan alamiah atau sifat makanan dan mekanisme berlangsungnya

    perubahan, misalnya kepekaan terhadap air dan oksigen, dan kemungkinan

    terjadinya perubahan-perubahan kimia internal dan fisik,

    2. Ukuran kemasan dalam hubungannya dengan volumenya,

    3. Kondisi atmosfer (terutama suhu dan kelembaban) dimana kemasan dapat

    bertahan selama transit dan sebelum digunakan, dan

    4. Ketahanan keseluruhan dari kemasan terhadap keluar masuknya air, gas

    dan bau, termasuk dari perekatan, penutupan dan bagian-bagian yang

    terlipat.

    Menurut Labuza dan Schmild (1985), faktor-faktor yang

    mempengaruhi umur simpan meliputi: (i) jenis dan karakteristik produk

    pangan. Produk yang mengalami pengolahan akan lebih tahan lama

    dibanding produk segar. Produk yang mengandung lemak berpotensi

    mengalami rancidity, sedangkan produk yang mengandung protein dan gula

    berpotensi mengalami reaksi maillard (warna coklat); (ii) jenis dan

    karakteristik bahan kemasan. Permeabilitas bahan kemas terhadap kondisi

  • 12

    lingkungan. Intensitas sinar (UV) menyebabkan terjadinya ketengikan dan

    degradasi warna. Osigen menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi.

    Proses perkiraan umur simpan sangat tergantung pada tersedianya

    data mengenai: (i) mekanisme penurunan mutu produk yang dikemas; (ii)

    unsur-unsur yang terdapat di dalam produk yang langsung mempengaruhi

    laju penurunan mutu produk; (iii) mutu produk dalam kemasan; (iv) bentuk

    dan ukuran kemasan yang diinginkan; (v) mutu produk pada saat dikemas;

    (vi) mutu minuman dari produk yang masih dapat diterima; (vii) variasi iklim

    selama distribusi dan penyimpanan; (viii) resiko perlakuan mekanis selama

    distribusi dan penyimpanan yang mempengaruhi kebutuhan kemasan; (ix)

    sifat barrier pada bahan kemasan untuk mencegah pengaruh unsur-unsur luar

    yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan mutu produk (Hine, 1987)

    Penentuan umur simpan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

    dengan metode konvensional atau biasa disebut Extended Storage Studies

    (ESS), dimana penentuan umur simpan dilakukan dengan mengamati

    penurunan mutu produk yang disimpan pada kondisis normal sampai

    mencapai tingkat mutu kadaluarsa. Metode ini akurat dan tepat akan tetapi

    memerlukan waktu analisa yang panjang dengan parameter mutu yang relatif

    banyak (Arpah, 2001).

    Menurut Arpah (2001), metode lain yang digunakan dalam

    menentukan umur simpan produk ialah dengan metode dipercepat atau biasa

    disebut Accelerated Storage Studies (ASS) atau sering disebut dengan

    Accelerated Shelf-life testing (ASLT). Metode ini menggunakan suatu kondisi

    lingkungan yang dapat mempercepat reaksi deteriorasi produk pangan,

    sehingga membutuhkan waktu pengujian yang relatif singkat akan tetapi

    memiliki ketepatan dan akurasi yang tinggi. Pada metode ASS, produk

    disimpan pada kondisi lingkungan yang ekstrim, antara lain produk disimpan

    pada suhu atau kelembaban yang ekstrim, atau produk dapat pula disimpan

    dalam ruangan yang dialiri radiasi ataupun kombinasi dari beberapa

    perlakukan tersebut.

    Menurut Arpah (2001), metode ASS pada dasarnya adalah metode

    kinetik yang disesuaikan untuk produk pangan tertentu dengan menggunakan

  • 13

    dua cara pendekatan. Cara yang pertama dengan menggunakan pendekatan

    kadar air kritis dengan bantuan teori difusi, yaitu suatu cara pendekatan yang

    diterapkan untuk produk kering dengan menggunakan kadar air atau aktivitas

    air sehingga kriteria kadaluarsa. Cara yang kedua yaitu dengan menggunakan

    pendekatan semi empiris dengan bantuan persamaan Arrhenius, yaitu:

    k = k0 e-Ea/RT

    dimana :

    k = konstanta laju reaksi pada temperatur T

    k0 = konstanta laju absolut

    Ea = energi aktivasi (kj/mol)

    R = konstanta gas ideal (1,986 kal/mol)

    T = suhu absolut (K)

    e = bilangan e (2,718)

  • 14

    III. METODOLOGI PENELITIAN

    A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah nanas

    Gati dari kampung Tapos, desa Sukaharja, kecamatan Cijeruk, kabupaten

    Bogor dengan tingkat kemasakan yang optimal dan setengah masak, jeruk

    peras (Citrus sinensis Osbeck), pengental (nutrijel), gula pasir, garam dapur,

    cengkeh (Syzygium aromaticum,(Linn.) Merr.), dan kayu manis

    (Cinnamomun burmanni). Jenis kemasan yang digunakan untuk mengemas

    selai nanas adalah kemasan gelas jar 350 g dan plastik polypropilen 0.8.

    Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis yaitu air destilat (aquades),

    larutan NaOH 0,1 N, dan phenolptahlein (pp).

    Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan selai nanas adalah pisau,

    parutan, kuali, kompor, sendok kayu, kukusan, oven sedangkan alat yang

    digunakan untuk penentuan masa simpan dan untuk analisis adalah inkubator

    dengan suhu 250C, 350C dan 450C, oven 1050C, cawan aluminium, labu

    Erlenmeyer, pH meter, neraca analitik, colorimeter, buret, pipet Mohr,

    termometer, gelas piala, kapas, kertas saring dan labu ukur.

    B. Tata Laksana Penelitian

    1. Pembuatan Selai Nanas

    Buah nanas dibersihkan dari kotoran dengan menggunakan air

    mengalir. Setelah diangin-anginkan, buah nanas dikupas. Nanas yang

    telah dikupas lalu diparut menjadi bubur nanas. Semua bahan-bahan

    tambahan (gula, pengental, sari jeruk, cengkeh dan kayu manis)

    dicampurkan ke dalam bubur nanas lalu diaduk sampai semua bahan

    tercampur rata. Bubur nanas kemudian dimasak dengan menggunakan api

    sedang, diaduk (menggunakan sendok kayu) sampai bubur nanas

    mengental. Pada saat bubur nanas mulai mendidih, ditambahkan garam

    dapur, diaduk kembali hingga tercampur sempurna. Pada saat bubur nanas

    sudah mulai mengental maka api harus dikecilkan agar tidak terjadi

    gosong. Diagram alir proses pembuatan selai nanas dapat dilihat pada

    Gambar 1.

  • 15

    Gambar 1. Diagram alir pembuatan selai nanas

    2. Pengemasan Selai Nanas dan Pendugaan Umur Simpan

    a. Pengemasan Selai

    Jar dibersihkan terlebih dahulu dari semua kotoran dengan

    menggunakan air bersih (bila perlu munggunakan sabun). Gelas jar

    yang telah bersih dan kering lalu disterilisasi dalam oven (1200C)

    selama 30 menit sedangkan tutup jarnya direbus selama 30 menit.

    Pencucian

    Pengupasan

    Pemarutan

    Bubur nanas

    Pemasakan selama 1 jam

    dengan pengadukan pada suhu

    1200C

    Nanas Gati

    Hati Nanas

    Pencampuran dengan cara pengadukan pada suhu

    ruang

    Bubur nanas mendidih Garam dapur

    Pengadukan

    Selai nanas

    Kulit, Biji

    Mahkota Nanas

    Gula, Cengkeh

    Sari Jeruk

    Pengental

    Kayu Manis

  • 16

    Pengisian selai ke dalam gelas jar dilakukan dalam keadaan

    panas yaitu sekitar suhu 75 - 850C begitu juga dengan kemasan plastik

    polypropilen. Selai nanas yang telah dikemas dengan gelas jar dan

    plastik polypropilen kemudian dikukus selama 15 menit. Selai nenas

    yang telah dikemas dimasukkan ke dalam inkubator. Inkubator

    dikondisikan pada tiga macam suhu yaitu, 250C, 350C dan 450C.

    Selama penyimpanan parameter yang diamati yaitu kadar air, total

    asam, pH dan warna. Adapun prosedur atau metode analisis yang

    dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pendugaan umur simpan

    dihitung melalui data perubahan kadar air yang diukur dengan periode

    seminggu dua kali selama 3 bulan. Diagram alir pengemasan dan

    pendugaan umur simpan selai nanas dapat dilihat pada Gambar 2.

    b. Pendugaan Umur Simpan

    Untuk menentukan masa simpan dari selai nanas dilakukan

    perhitungan dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Persamaan

    Arrhenius ini digunakan dengan menggunakan salah satu parameter

    yang memiliki persamaan garis meningkat atau positif, yaitu

    Y = kx + b, nilai k yang didapat harus positif. Setelah didapatkan

    persamaan regresi dengan nilai k positif, langkah selanjutnya adalah

    membuat plot antara ln k dari masing-masing suhu dengan 1/T untuk

    mendapatkan persamaan regresi baru.Nilai regresi baru yang didapat

    merupakan nilai dari persamaan Arrhenius, yaitu:

    k = ko e Ea/RT atau

    ln k = ln k0 (Ea/RT)

    k = konstanta laju reaksi pada temperatur T

    k0 = konstanta laju absolut

    Ea = energi aktivasi (kj/mol)

    R = konstanta gas ideal (1,986 kal/mol)

    T = suhu absolut (C + 273)

    e = bilangan e (2,718)

  • 17

    Setelah didapatkan persamaan baru, akan didapatkan laju

    perubahan mutu selai nenas selama penyimpanan pada suhu yang

    diinginkan, yang kemudian akan didapatkan masa simpan selai nenas.

    Rumus penentuan masa simpan yang digunakan adalah :

    ts = (% Kadar air kritis - % Kadar air awal)/k

    Keterangan : ts = Umur simpan produk selai nanas k = Laju penurunan % kadar air

    Gambar 2. Diagram alir pengemasan dan pendugaan umur simpan selai nanas

    Pengemasan dalam Plastik Polypropilen

    Pengemasan dalam Gelas Jar

    Selai Nenas

    Total Asam pH

    Analisis Data

    Pendugaan Umur Simpan

    Pencucian

    Sterilisasi dalam oven (1200C), 30

    menit

    Perebusan tutup selama, 30 menit Pasteurisasi

    (63 -820C), 15 menit

    Penyimpanan pada suhu 25, 35 dan 450C selama 3

    bulan

    Pengamatan

    Kadar Air

    Warna

    Gelas Jar

  • 18

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Teknologi Proses Pembuatan Selai Nenas 1. Persiapan bahan

    Dalam penelitian ini, hal pertama yang dilakukan yaitu

    menyiapkan bahan baku yaitu nanas Gati yang sudah masak optimum,

    segar dan tidak busuk atau lembek dan nanas Gati yang setengah matang.

    Keadaan buah yang digunakan sangat menentukan dalam pembuatan

    selai. Buah yang akan dijadikan selai dipilih yang bermutu baik, belum

    busuk dan sudah cukup tua. Nanas Gati yang masak optimum memiliki

    ciri-ciri yaitu seluruh mahkota buah terbuka, tangkai buah mengkerut,

    mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat, warna bagian

    dasar buah kuning atau keseluruhan warna kulit telah menjadi kuning,

    timbul aroma nanas yang harum dan khas. Nanas Gati yang setengah

    matang memiliki warna kulit yang mulai kuning di sebagian tempat,

    aroma khas nanas belum ada, seluruh mahkota buah terbuka (Gambar 3).

    Menurut Fachruddin (1997), agar diperoleh selai yang aromanya harum

    dan konsistensinya (kekentalan) sebaiknya digunakan campuran buah

    setengah matang dan buah yang matang penuh atau optimal. Buah

    setengah matang akan memberi pektin dan asam yang cukup, sedangkan

    buah yang matang penuh akan memberikan aroma yang baik.

    (a) (b)

    Gambar 3. Buah nanas Gati setengah matang (a) dan matang optimum (b)

  • 19

    Langkah selanjutnya menyiapkan bahan-bahan tambahan seperti

    gula pasir, pengental (nutrijel), sari jeruk, cengkeh, kayu manis dan

    garam. Komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan selai

    nanas organik dapat dilihat pada Tabel 2. Buah nanas terlebih dahulu

    dicuci dengan air mengalir agar kotoran-kotoran seperti tanah dan

    sebagainya yang menempel di kulit buah nanas terbuang dengan tujuan

    meminimalkan terjadinya kontaminasi oleh mikroba, lalu dikeringkan

    atau diangin-anginkan, setelah itu buah nanas dikupas dengan pisau

    stainless steel. Bagian buah yang tidak dapat dimanfaatkan seperti biji,

    kulit, mahkota buah dan bagian tengah buah (hati) dibuang. Nanas yang

    telah dikupas lalu diparut menjadi bubur nanas.

    Tabel 2. Komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat selai nanas organik dalam 1000 gram bubur nanas.

    2. Pemasakan

    Semua bahan-bahan tambahan (gula, pengental, sari jeruk,

    cengkeh dan kayu manis) dicampurkan ke dalam bubur nanas lalu diaduk

    sampai semua bahan tercampur rata. Bubur nanas yang telah tercampur

    rata dimasak dengan menggunakan api sedang, diaduk (menggunakan

    sendok kayu) terus sampai bubur nanas mengental. Menurut Fachruddin,

    (1997) Pengadukan selai jangan terlalu cepat karena akan menimbulkan

    gelembung udara yang akan merusak tekstur dan penampakan akhir.

    Pada saat bubur nanas mulai mendidih, ditambahkan garam lalu

    diaduk kembali hingga tercampur sempurna. Pada saat bubur nanas sudah

    mulai mengental, api dikecilkan agar tidak gosong (browning).

    Pemasakan selai membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dan selama

    penyimpanan masih mempertahankan struktur gel serta tidak berkristal.

    Nama Bahan Satuan Jumlah % Bubur nanas g 1000 0,709 Gula pasir g 350 0,248 Pengental g 5 0,004 Sari jeruk peras g 50 0,035 Cengkeh g 2 0,001 Kayu manis g 2 0,001 Garam g 2 0,001

  • 20

    Pemanasan diperlukan untuk menghomogenkan campuran buah serta

    menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel. Pembuatan

    selai pada penelitian ini dilakukan pada titik didih 1010C - 1020C. Akan

    tetapi, titik didih ini dapat bervariasi menurut buah atau perbandingan

    gula dan lain-lain. Menurut Satuhu (2004), proses pemasakan

    memerlukan kontrol yang baik karena pemasakan berlebihan

    menyebabkan tekstur selai yang keras dan terbentuk kristal gula

    sedangkan pemasakan yang kurang akan menghasilkan selai yang encer

    sehingga kurang bagus.

    Menurut Suryani et al. (2004), pada saat pemasakan selai sering

    terbentuk gelembung atau busa. Hal ini juga terjadi pada saat pembuatan

    selai nanas organik. Busa yang terbentuk ini harus disingkirkan supaya

    selai yang dihasilkan bersih. Menurut Buckle et al. (2007) pembentukan

    gel hanya mungkin terjadi pada pH 3,2 - 3,4. Dengan semakin

    menurunnya pH, ketegaran gel yang terbentuk akan semakin meningkat.

    Hasil selai yang dibuat pada penelitian memiliki pH 3,38 sehingga bisa

    dikatakan telah sesuai dengan teori yaitu terbentuknya ketegaran gel yang

    bagus.

    Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan air dan

    pektin yang ada. Buah yang kandungan pektinnya rendah seperti nanas

    (0,06 - 0,16%), maka penambahan gula sebaiknya lebih rendah dari 55

    bagian, karena buahnya sendiri telah mengandung sejumlah gula yang

    perlu diperhitungkan. Sebaliknya, buah yang kandungan pektinnya tinggi

    seperti cempedak dan apel, maka penambahan gula sebaiknya lebih

    banyak. Kandungan gula yang ideal pada produk selai berkisar 60 - 65%

    (Fachruddin, 1997).

    Ciri selai yang sudah masak adalah cairannya sudah kental dan

    sudah membalut punggung sendok kayu. Untuk menguji tingkat

    kematangannya dapat dilakukan dengan cara, yaitu sendok dicelupkan ke

    dalam bubur nanas yang mulai mengental, lalu jatuhkan selai yang ada di

    sendok, jika jatuhnya terputus-putus atau tidak mengucur maka selai

    dianggap sudah masak.

  • 21

    3. Pengemasan

    Sebelum selai dikemas maka terlebih dahulu kemasan disterilkan

    terutama untuk kemasan gelas jar. Kemasan gelas jar disterilkan dalam

    oven bersuhu 1200C selama 30 menit dan merebus tutup-tutup botolnya

    selama 30 menit. Gelas jar akan dikeluarkan dari oven jika akan

    melakukan pengemasan, sehingga gelas jar tidak tercemar kembali oleh

    udara dari luar serta menghambat atau mencegah pertumbuhan kapang

    dan mikroba. Tutup jar yang telah direbus harus dikeringkan dengan lap

    bersih sebelum menutup jar. Menurut Suryani et al., (2004) proses

    pengisian produk ke dalam kemasan merupakan faktor penting untuk

    menunjang keawetan produk. Pengisian hendaknya dilakukan dalam

    kondisi steril. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya

    kontaminasi produk yang dapat menyebabkan produk jadi mudah

    berjamur. Proses penutupan wadah yang benar juga bertujuan untuk

    menghindari kontaminasi produk

    Setelah proses pembuatan selai selesai, selanjutnya selai

    dimasukkan kedalam wadah. Kemasan yang digunakan untuk mengemas

    selai nanas adalah gelas jar 350 g dan plastik polypropilen 0,8.

    Pertumbuhan kapang dan mikroba dicegah dengan memasukkan segera

    selai yang masih panas dengan suhu 75 - 850C ke dalam jar yang masih

    panas atau disebut sebagai pengisian panas (hot filling), kemudian gelas

    jar ditutup rapat. Sama halnya dengan kemasan gelas jar, selai yang

    masih panas segera dimasukan ke dalam kemasan plastik polypropilen

    kemudian diseal dengan menggunakan sealer. Setelah semua kemasan

    gelas jar dan plastik polypropilen terisi selai maka langkah selanjutnya

    dilakukan pengukusan selama 15 menit dengan suhu antara 63 - 820C.

    Pengukusan atau pasteurisasi dilakukan agar dapat menghambat

    pertumbuhan kapang, khamir dan mikroba. Kemasan yang telah dikukus

    lalu didinginkan di suhu ruang.

  • 22

    B. Karakteristik Produk Selai nanas organik yang dibuat pada penelitian ini menggunakan

    nanas yang ditanam secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia ataupun

    pestisida serta tanpa penambahan bahan-bahan kimia. Adapun analisis

    proksimat selai nanas organik sebelum penyimpanan dapat dilihat pada

    Tabel 3.

    Tabel 3. Analisis proksimat selai nanas organik

    Analisis Hasil analisis (%) Kadar Air 34,40 Kadar Abu 0,73 Kadar Protein 0,88 Kadar Lemak 0,58 Karbohidrat 63,41

    Air yang teranalisis pada penetapan kadar air adalah air bebas yang

    ada dalam bahan. Dalam hal ini termasuk juga air yang terikat secara fisik,

    yaitu air yang terkurung diantara misel-misel hidrokoloid. Berdasarkan SNI

    No.173.78-1995, mensyaratkan kadar air selai maksimum 35% karena

    merupakan makanan semi basah. Kadar air selai ditetapkan maksimum 35%

    kemungkinan berhubungan dengan keteguhan (kemampuan untuk

    mempertahankan bentuk) dari selai dimana pada kadar air lebih dari nilai

    tersebut selai kurang stabil. Hasil proksimat menunjukan selai memiliki

    kadar air 34,40 %, nilai tersebut termasuk dalam range kadar air pada SNI

    sehingga bisa dikatakan selai nanas pada penelitian ini telah sesuai dengan

    standar SNI yang berlaku.

    Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya

    kandungan mineral yang terdapat dalam selai nanas. Menurut Sagara et al.

    (1989), abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.

    Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang

    terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang

    dihasilkan. Kadar abu yang dihasilkan 0,73%, artinya selai nanas memiliki

    sedikit kandungan mineral sehingga menurut Sudarmadji et al. (1989) bisa

    dikatakan selai nanas yang dibuat sedikit mengandung mineral dan proses

    pengolahannya bersih dari biji atau mata nanas. Semakin tinggi kadar abu

  • 23

    maka produk kurang bersih dalam pengolahannya. Rendahnya kadar abu ini

    menunjukan bahwa kandungan mineral dan ion-ion organik yang terkandung

    dalam nanas yang menjadi komponen utama produk tersebut tergolong

    rendah. Kadar abu yang rendah juga disebabkan oleh kandungan mineral

    dari bahan-bahan yang ditambahkan dalam formulasi produk rendah

    Kadar protein yang terkandung dalam produk selai nanas organik

    adalah sebesar 0,88%. Protein merupakan substrat yang dapat digunakan

    langsung oleh mikroorganisme sebagai media pertumbuhannya. Selain itu,

    kadar protein juga menentukan mutu suatu bahan pangan. Hal ini

    dikemukakan oleh Winarno et al. (1980) yang menyatakan bahwa pada

    umumnya kadar protein di dalam bahan pangan menentukan mutu bahan

    pangan itu sendiri.

    Kadar lemak produk selai nanas organik berdasarkan hasil pengujian

    menunjukan nilai 0,58%. Rendahnya kadar lemak ini dikarenakan selai

    nanas organik bukanlah produk berlemak, sehingga lemak yang didapat di

    dalam selai nanas organik ini kecil. Meski dinilai kecil, adanya kandungan

    lemak dapat menyebabkan penurunan mutu selama penyimpanan di

    antaranya terjadinya penyimpangan bau dan rasa.

    Kadar karbohidrat by difference selai nanas organik setelah dihitung

    adalah 63,41%. Menurut Winarno (1997), karbohidrat memiliki peranan

    penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,

    warna, tekstur, dan lainnya. Besarnya kandungan karbohidrat yang terdapat

    pada selai nanas organik dapat menyebabkan penurunan mutu selai nanas

    organik, salah satunya adalah terjadi perubahan warna pada selai yang

    disebabkan oleh reaksi oksidasi. Menurut Stuckey (1981), pada karbohidrat

    reaksi oksidasi biasanya menimbulkan perubahan warna dan cita rasa.

    Perubahan warna terjadi, biasanya menjadi coklat atau coklat kemerahan.

    Proses pembuatan selai nanas organik tidak begitu berbeda dengan

    pembuatan selai pada umumnya, yaitu terbuat dari buah-buahan dengan

    penambahan gula, asam dan pengental. Perbedaan selai nanas organik

    dengan selai nanas pada umumnya, yaitu terletak pada pemakaian bahan-

    bahan bakunya. Selai nanas organik dibuat dengan menggunakan bahan baku

  • 24

    nanas organik (buah nanas yang ditanam tanpa menggunakan pupuk kimia

    atau pestisida) dan bahan-bahan tambahan alami yaitu pengental (nutrijel),

    sari jeruk, gula, kayu manis, cengkeh dan garam, sedangkan selai nanas yang

    ada dipasaran untuk mendapatkan konsistensi yang baik, umumnya dalam

    pembuatan selai ditambahkan bahan-bahan tambahan, seperti carboxy methyl

    cellulose (CMC) yang berfungsi sebagai pengental, natrium benzoate

    sebagai pengawet, color agent ditambahkan untuk mendapatkan warna buah

    yang diinginkan, dan lain-lain. Sayangnya bahan-bahan tersebut merupakan

    bahan kimia yang dapat terakumulasi dalam tubuh.

    Gula yang digunakan dalam pembuatan selai nanas berupa sukrosa

    karena sukrosa yang lebih dikenal dengan gula pasir memiliki keuntungan

    seperti murah dan mudah didapat. Tujuan penambahan gula dalam

    pembuatan selai adalah untuk memperoleh tekstur, penampakan dan rasa

    flavor yang ideal. Menurut Muchtadi (1997), gula dapat berfungsi sebagai

    pengawet. Pada konsistensi tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut),

    larutan gula dapat mencegah pertumbuhan bakteri, ragi, dan kapang atau

    biasa disebut sebagai fungsi humektan. Mekanismenya, gula menyebabkan

    dehidrasi sel mikroba sehingga sel mengalami plasmolisis dan terhambat

    siklus perkembangbiakan disertai tingkat keasaman yang rendah dan

    pasteurisasi atau dengan kata lain sebagian air yang ada terikat oleh gula

    sehingga menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan

    aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Padahal mikroorganisme

    memiliki kebutuhan aw minimum untuk pertumbuhannya.

    Penambahan gula juga berpengaruh pada kekentalan gel yang

    terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan, hal ini disebabkan gula akan

    mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir karagenan terjadi lebih

    lambat, akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Menurut winarno (1997),

    adanya gula akan menyebabkan gel lebih tahan terhadap kerusakan

    mekanik.

    Sari buah jeruk peras (Citrus sinensis Osbeck) digunakan dalam

    pembuatan selai nanas organik sebagai peningkat rasa asam sehingga

    terbentuk gel dengan struktur yang kuat dan memberikan flavor dalam selai.

  • 25

    Penambahan asam (sari buah jeruk) bertujuan untuk menurunkan pH bubur

    buah karena struktur gel hanya terbentuk pada pH rendah dan menghindari

    terjadinya pengkristalan gula. Menurut Arthey dan Ashurst (1996) bila

    tingkat keasaman buah rendah, penambahan asam dapat meningkatkan

    jumlah gula yang mengalami inversi. Jumlah gula yang mengalami inversi

    selama pendidihan sangat penting untuk menghindari terjadinya

    pengkristalan gula. Hal ini disebabkan, jika jumlah gula inversi semakin

    banyak maka molekul glukosa yang kurang melarut kemudian akan

    mengkristal. Jumlah asam yang ditambahkan tergantung dari keasaman buah

    dan pH akhir selai yang dikehendaki. Asam pada konsentrasi yang cukup

    dapat menyebabkan kerusakan protein, yang disebut denaturasi. Oleh karena

    sel mikroba terbentuk dari protein, maka pemberian asam pada bahan

    pangan dapat menghambat pertumbuhannya. Garam dalam pengolahan

    digunakan dalam jumlah sedikit, berfungsi sebagai penambah cita rasa.

    Penambahan kulit kayu manis (Cinnamomun burmanni) pada

    pembuatan selai berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma. Selain itu,

    kayu manis juga berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung

    asam benzoat. Penambahan cengkeh (Syzygium aromaticum,(Linn.) Merr.)

    yang merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman

    cengkeh dalam pembuatan selai ini berfungsi sebagai penambah aroma.

    Pada penelitian ini, pembentuk gel atau pengental yang digunakan

    adalah produk nutrijel. Nutrijel merupakan merek dagang, dimana

    keunggulan dari nutrijell tersebut dilihat dari komposisinya yaitu campuran

    antara karagenan dengan konyaku akan menghasilkan gel yang lebih elastis.

    Selain itu konyaku mengandung serat tinggi, rendah lemak dan kalori.

    Nutrijell digunakan pada pembuatan selai ini karena mudah didapat serta

    harganya relatif lebih murah.

    Selanjutnya selai nanas disimpan dalam inkubator pada suhu 25, 35

    dan 45C, dalam dua jenis kemasan yaitu plastik polypropilen 0,8 dan gelas

    jar. Analisis yang dilakukan selama penyimpanan yaitu kadar air, total asam,

    pH dan warna.

  • 26

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kada

    r Ai

    r (%

    )

    JAR 25 JAR 35 JAR 45

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kad

    ar A

    ir (%

    )

    PP 25 PP 35 PP 45

    1. Kadar air

    Hasil pengamatan kadar air selama penyimpanan untuk kemasan

    polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 2.

    (a)

    (b)

    Gambar 4. Perubahan kadar air selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar

    Pada Gambar 4 (a). menunjukkan bahwa perubahan kadar air selai

    nanas selama penyimpanan dalam kemasan polypropilen meningkat

    dengan segera setelah penyimpanan (pengukuran minggu pertama),

    selanjutnya cenderung turun, naik atau relatif tetap pada kisaran 26 32

    persen. Begitu juga dengan kemasan gelas jar, terlihat dari gambar 4 (b),

    terjadi kenaikan pada minggu pertama penyimpanan, selanjutnya

    cenderung naik, turun atau relatif tetap pada kisaran 26 35 persen.

  • 27

    Perubahan tersebut terjadi secara spontan, hal ini terjadi karena selama

    penyimpanan selai akan menyeimbangkan kandungan airnya dengan

    kelembaban udara di lingkungan, sehingga jika kelembaban udara nisbi

    lebih besar dari kadar airnya, maka terjadi penyerapan uap air dari udara

    yang mengakibatkan kadar air selai meningkat.

    Perubahan kadar air bahan juga dipengaruhi oleh permeabilitas

    kemasan. Permeabilitas tiap-tiap kemasan berbeda dan akan berpengaruh

    pada laju transmisi uap air. Semakin kecil laju transmisi uap air suatu

    kemasan menunjukan semakin sedikit jumlah uap air yang mampu

    menembus bahan. Laju transmisi uap air pada kemasan plastik

    polypropilen lebih besar dibandingkan dengan laju transmisi uap air pada

    kemasan gelas jar sehingga uap air mudah masuk dan keluar. Hal ini

    menyebabkan perubahan kadar air yang dikemas dengan plastik

    polypropilen lebih besar dibandingkan dengan yang dikemas pada gelas

    jar. Akan tetapi, pada penelitian ini perubahan kadar air selai yang

    dikemas plastik polypropilen dengan semakin tingginya suhu

    penyimpanan menyebabkan kandungan kadar air lebih kecil dibandingkan

    dengan selai yang dikemas pada gelas jar. Hal ini disebabkan akibat

    peningkatan suhu yang mempengaruhi pemuaian gas sehingga terjadi

    perbedaan konstanta permeabilitas. Keberadaan air akan menimbulkan

    perenggangan pada pori-pori film sehingga meningkatkan permeabilitas.

    Kemasan gelas yang bersifat kedap seharusnya dapat mempertahankan

    kadar air selai nanas yahg dikemas di dalamnya. Akan tetapi, peningkatan

    kadar air selai nanas yang dikemas pada gelas jar pada penelitian ini justru

    paling tinggi. Hal ini dikarenakan terdapat rongga pada penutup ulir gelas

    jar, sehingga udara luar dapat memasuki kemasan. Hal ini dapat

    diminimalisasi dengan menggunakan cupsealling pada tutup.

    2. Total asam

    Asam yang banyak dikandung oleh nanas adalah asam sitrat dan

    asam malat. Buah-buahan pada umumnya memiliki frekuensi kadar asam

    yang relatif tinggi. Semua buah-buahan mengandung asam organik

  • 28

    0,0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1,0

    1,2

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Tota

    l Asa

    m (g

    r/100

    gr)

    PP25 PP35 PP45

    0,0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1,0

    1,2

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Tota

    l Asa

    m (g

    r/100

    gr)

    JAR25 JAR35 JAR45

    terutama pada buah yang masih muda (belum matang). Asam organik

    tersebut antara lain asam asetat, asam format, asam malat dan asam sitrat.

    Hasil pengamatan total asam selama penyimpanan untuk kemasan pastik

    polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 3.

    (a)

    (b)

    Gambar 5. Perubahan total asam selai nanas organik selama

    penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar

    Total asam produk yang teranalisis berupa asam-asam organik yang

    berasal dari selai. Kecenderungan total asam yang didapat selama

    penyimpanan jika dilihat dari gambar 5 (a) dan (b), maka didapat grafik

    yang cenderung linier. Pada Gambar 5 (b), terlihat bahwa pada minggu

    pertama penyimpanan total asam pada kemasan gelas jar cenderung naik

    lalu kemudian turun atau relatif tetap pada kisaran 0,9 - 1,1 g/100g. Hal

  • 29

    ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kemungkinan adanya reaksi kimia

    pada produk (pembentukan aldehid dari asam amino) dan pertumbuhan

    jumlah kapang yang menghasilkan etil alcohol, asam asetat, diacetyl dan

    asam laktat D-L. Selain itu pada Gambar 5 (a), pada kemasan

    polypropilen pada minggu pertama penyimpanan total asam cenderung

    turun lalu naik atau relatif tetap pada kisaran 0,9 - 1,1 g/100g. Hal ini

    disebabkan oleh adanya penambahan gula pasir ke dalam selai nanas,

    juga dipicu oleh adanya kontak dengan suhu tinggi baik saat pemasakan

    maupun saat penyimpanan berlangsung sehingga terjadi hidrolisis dan

    mengubah gula menjadi gula invert. Suhu tinggi akan semakin

    meningkatkan aktivitas enzim askorbat oksidase yang dapat

    mengoksidasi asam-asam organik dalam buah-buahan.

    3. pH

    Salah satu faktor pada pangan yang mempengaruhi pertumbuhan

    mikroba adalah pH, yaitu suatu nilai yang menunjukan keasaman atau

    kebasaan. Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH netral, dan

    pH 4,6 - 7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri,

    sedangkan kapang dan kamir dapat tumbuh pada pH yang lebih rendah.

    Penurunan pH merupakan salah satu prinsip pengawetan pangan untuk

    mencegah pertumbuhan kebanyakan mikroba. Prinsip ini dapat dilakukan

    dengan cara menambahkan asam ke dalam makanan.

    Hasil pengamatan pH selama penyimpanan untuk kemasan plastik

    polypropilen dan gelas jar dapat dilihat pada Lampiran 4. Jika dilihat dari

    Gambar 6. terlihat bahwa nilai pH sebelum penyimpanan dan setelah

    penyimpanan berkisar antara 3,38 - 3,67. Nilai pH yang didapat telah

    sesuai dengan teori Suryani et al., (2004), yaitu untuk mendapatkan gel

    dan aroma selai yg baik pada batasan pH antara 3,0 - 3,7. Kecenderungan

    nilai pH yang didapat selama penyimpanan jika dilihat dari Gambar 6.

    didapat grafik yang cenderung datar atau linier.

  • 30

    0,00,51,01,52,02,53,03,54,0

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    pHPP25 PP35 PP45

    0,00,51,01,52,02,53,03,54,0

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    pH

    JAR25 JAR35 JAR45

    (a)

    (b)

    Gambar 6. Perubahan total asam selai nanas organik selama penyimpanan: (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar

    Pada Gambar 6 (a) dan (b) terlihat bahwa kenaikan suhu

    penyimpanan untuk kemasan polypropilen tidak terlalu ada perubahan

    yang signifikan pada pH yang dihasilkan begitu juga dengan kemasan

    gelas jar. Walaupun ada sedikit kenaikan pH pada kedua kemasan selama

    penyimpanan, hal ini disebabkan terjadinya proses inversi atau

    pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa karena adanya panas,

    asam dan adanya kenaikan kadar air selama penyimpanan, yang

  • 31

    kemudian dapat meningkatkan kelarutan sukrosa. Kedua jenis kemasan

    dan suhu penyimpanan tidak memberikan perbedaan perubahan pH

    Pengukuran pH penting dilakukan karena pH mempengaruhi

    tekstur selai, serta retensi flavor dan warna produk buah-buahan. Nilai pH

    mempengaruhi laju pertumbuhan mikroba. Selain mengatur atau

    membatasi pertumbuhan mikroba, pengontrolan pH bertujuan pula untuk

    mengatur aktivitas enzimatis.

    Untuk mencegah terjadinya kristalisasi selama penyimpanan, selai

    mempunyai kisaran pH normal 3,4 - 3,7 (Suryani et al., 2004). Teori

    tersebut terbukti pada penelitian ini, dimana selai nanas selama

    penyimpanan memiliki pH berkisar antara 3,38 - 3,67. Bila peningkatan

    nilai pH dihubungkan dengan peningkatan jumlah mikroba, maka diduga

    bahwa peningkatan nilai pH disebabkan oleh mikroba penghidrolisa

    pektin dan pengoksidasi asam-asam organik menjadi karbonat.

    4. Warna

    Analisis terakhir yaitu pengujian warna selama penyimpanan.

    Warna adalah hasil persepsi dari pemantulan cahaya setelah berinteraksi

    dengan suatu objek. Warna dari suatu objek dapat diartikan dalam tiga

    dimensi, yaitu derajat hue, yang merupakan persepsi konsumen terhadap

    warna dari suatu objek, kecerahan, dan saturasi yang merupakan tingkat

    kemurnian dari suatu warna. Tingkat kecerahan menunjukan hubungan

    antara cahaya yang dipantulkan dan yang diserap dari suatu objek.

    Warna merupakan atribut utama pada penampakan produk pangan

    dan merupakan karakteristik yang penting pada kualitasnya. Beberapa

    alasan mengenai keutamaannya adalah warna digunakan sebagai standar

    dari suatu produk, penggunaannya sebagai penentu kualitas, warna

    digunakan juga sebagai indikator kerusakan biologis dan atau fisiko

    kimia, dan penggunaan warna untuk memprediksi karakteristik parameter

    kualitas lainnya (Soekarto, 1981).

    Pengujian terhadap warna produk selai nanas organik ini

    dilakukan untuk melihat pengaruh waktu penyimpanan terhadap warna

  • 32

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kec

    erah

    an

    PP 25 PP 35 PP 45

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kec

    erah

    an

    JAR 25 JAR 35 JAR 45

    produk. Pengujian dengan menggunakan Colorimeter memberikan

    tingkat kecerahan produk yang dibaca sebagai nilai L. Perubahan tingkat

    kecerahan (nilai L) selai nanas organik pada kemasan gelas jar dan plastik

    polypropilen dengan suhu penyimpanan 25, 35 dan 450C dapat dilihat

    pada Gambar 7. Data nilai warna selama penyimpanan dapat dilihat pada

    Lampiran 5.

    (a)

    (b)

    Gambar 7. Perubahan warna (L) selai nanas organik selama penyimpanan : (a) kemasan plastik polypropilen dan (b) kemasan gelas jar

    Berdasarkan grafik pada Gambar 7 (a) dan (b), dapat dilihat

    bahwa nilai kecerahan selai nanas organik cenderung turun pada semua

    jenis kemasan dan suhu penyimpanan selama waktu penyimpanan.

  • 33

    Semakin tinggi suhu penyimpanan, maka tingkat penurunan nilai

    kecerahan selai nanas organik juga semakin tinggi (perhitungan laju

    penurunan kecerahan dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7). Hal ini

    disebabkan, adanya reaksi pencoklatan nonenzimatis yang sering terjadi

    selama penyimpanan bahan pangan yang juga dikenal sebagai reaksi

    Maillard. Reaksi ini merupakan suatu hasil sejumlah reaksi yang cukup

    kompleks yang biasanya terjadi antara pereaksi gula reduksi dan gugus

    amino dari asam amino atau protein. Akibat reaksi tersebut adalah

    perubahan baik sifat-sifat kimiawi dan fisiologi protein. Sehingga

    mempengaruhi nilai gizi bahan pangan pada warna dan tekstur. Baik suhu

    dan kadar air mempunyai pengaruh khusus pada reaksi pencoklatan

    nonenzimatis.

    Reaksi pencoklatan nonenzimatis akan terjadi apabila tersedia

    bahan-bahan pereaksinya yaitu gula-gula pereduksi dan gugus reaktif

    asam amino. Seringkali reaksi ini dapat juga terjadi walau secara

    langsung tidak ditemukan gula pereduksi dalam sistem. Misalnya hanya

    ditemukan sukrosa yang ternyata dalam kenyataannya dapat terhidrolisis

    menjadi gula-gula pereduksi glukosa dan fruktosa, sehingga tingkatan

    hidrolisis ini menjadi batasan reaksi pencoklatan nonenzimatis (Purnomo,

    1995)

    C. Pendugaan Umur Simpan Selai nanas merupakan bahan makanan yang mudah rusak akibat

    pengaruh lingkungan. Menurut Singh (1994), faktor luar yang dapat memicu

    terjadinya reaksi yang akan menurunkan mutu makanan adalah suhu,

    kelembaban, oksigen dan cahaya. Dalam berbagai literatur dikatakan bahwa

    suhu memainkan peranan yang sangat penting terutama dalam hal

    penyimpanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan menyebabkan peningkatan

    laju penurunan mutu yang terdapat pada makanan tersebut.

    Dalam penelitian ini dilakukan pendugaan umur simpan selai nanas

    dengan menggunakan metode akselerasi (penyimpanan yang dipercepat)

  • 34

    dengan cara menaikan suhu penyimpanan yang diharapkan akan

    menurunkan mutu selai nanas sehingga dapat mempercepat penentuan masa

    simpan.

    Penentuan parameter kritis didasarkan pada penurunan mutu produk

    selama masa penyimpanan. Beberapa parameter mutu yang diamati, yaitu

    kadar air, warna produk, total asam dan pH. Pemilihan parameter kritis

    produk ditentukan oleh parameter mutu yang paling berpengaruh dalam

    menyebabkan kerusakan produk sehingga mempengaruhi penerimaan

    konsumen terhadap produk tersebut. Parameter mutu yang dijadikan sebagai

    parameter kritis dalam pendugaan umur simpan selai nanas organik ini adalah

    parameter kadar air. Kadar air merupakan parameter penting yang sangat

    berpengaruh pada mutu produk pangan semi basah. Selai nanas organik

    termasuk dalam produk pangan semi basah. Oleh karena itu, kadar air

    digunakan sebagai parameter kritis dalam pendugaan umur simpan selai

    nanas organik. Kadar air pada produk pangan semi basah akan berpengaruh

    pada parameter mutu yang lain. Kadar air digunakan sebagai parameter

    karena kadar air dapat merusak kriteria penerimaan konsumen terhadap

    produk. Semakin tinggi kadar air yang dikandung selai nanas, maka produk

    ini akan semakin jauh dari kriteria mutu selai yang diinginkan. Selain itu,

    kadar air yang semakin meningkat akan menyebabkan peningkatan laju

    kerusakan akibat adanya pertumbuhan kapang.

    Menurut Winarno et al. (1980), pengaruh kadar air sangat penting

    untuk menentukan masa simpan makanan, karena kadar air mempengaruhi

    sifat-sifat fisik (kekerasan dan kekeringan) dan sifat-sifat fisiko-kimia,

    perubahan kimia (browning nonenzimatis), kerusakan mikrobiologis dan

    perubahan enzimatis terutama pada makanan yang belum diolah.

    Parameter yang digunakan dalam penentuan umur simpan harus

    mempunyai titik kritis, dimana pada titik ini produk tidak dapat diterima lagi

    oleh konsumen. Penentuan titik kritis dapat dilakukan dengan penelitian atau

    berdasarkan sumber pustaka yaitu SNI 01-3746-1995. Pada penelitian ini titik

    kritis menggunakan acuan dari SNI 01-3746-1995. Nilai maksimal kadar air

    untuk selai nanas pada SNI 01-3746-1995 adalah 35%. Pendugaan umur

  • 35

    y = 0,0686x + 27,802

    y = 0,8228x + 28,132

    y = 0,0913x + 27,761

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kad

    ar A

    ir (%

    )

    JAR 25 JAR 35 JAR 45Linear (JAR 25) Linear (JAR 35) Linear (JAR 45)

    simpan selai nanas organik pada masing-masing kemasan adalah sebagai

    berikut:

    1. Kemasan gelas jar

    Selama penyimpanan, kadar air selai nanas mengalami perubahan

    seperti yang terlihat pada Lampiran 8. Langkah selanjutnya dalam

    pendugaan umur simpan adalah membuat analisis regresi linier perubahan

    mutu kadar air dari kemasan gelas jar dan lama penyimpanan seperti yang

    terlihat pada Gambar 8.

    Gambar 8. Grafik regresi linier kadar air pada kemasan gelas jar Setelah semua kadar air diplot seperti yang terlihat pada Gambar 8.

    maka didapat persamaan sebagai berikut:

    - Suhu 250C, y = 0,0686X + 27,8022 , dimana k = 0,0686 dan r = 0,8540

    - Suhu 350C, y = 0,0828X + 28,1322, dimana k = 0,0828 dan r = 0,8427

    - Suhu 450C, y = 0,0913X + 27,7611, dimana k = 0,0913 dan r = 0,8542

    Dari persamaan regresi linear diatas didapatkan nilai k seperti yang

    tertulis dalam Tabel 4.

    Tabel 4. Nilai k dan ln k pada kemasan gelas jar

    Suhu a k lnk 1/T 25 0,0686 0,0686 -2,680 0,0034 35 0,0828 0,0828 -2,492 0,0032 45 0,0913 0,0913 -2,393 0,0031

  • 36

    Chart Title

    y = -1362,8x + 1,9062R2 = 0,9743

    -3,0

    -2,5

    -2,0

    -1,5

    -1,0

    -0,5

    0,00,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034

    1/T

    lnk

    JAR Linear (JAR)

    Setiap nilai ln k diplotkan sebagai absis terhadap suhu dalam satuan

    Kelvin sehingga diperoleh kurva seperti pada Gambar 9.

    Gambar 9. Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan gelas jar

    Berdasarkan kurva pada Gambar 9. dapat diperoleh persamaan

    regresi linier baru yaitu :

    Y = -1362,8X + 1,9062 (R2 = 0,9743)

    Nilai derajat kemiringan dari persamaan garis tersebut merupakan

    nilai Ea/R dari persamaan Arrhenius sehingga dapat diperoleh nilai

    energi aktivasi yaitu sebagai berikut :

    -Ea/R = -1362,8K

    R = 1,986 kal/mol K, maka

    Ea = 2708,5 kal/mol

    Nilai intersep merupakan nilai ln ko dari persamaan Arrhenius, sehingga

    diperoleh nilai ko yang merupakan konstanta yang tidak bergantung

    terhadap suhu sebesar 6,7275. Dengan menggunakan persamaan

    Arrhenius maka diperoleh :

    K = ko e Ea/RT

    K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)

  • 37

    Setelah persamaan di atas diperoleh, maka laju perubahan kadar air

    selai nanas dalam kemasan jar dapat ditentukan sebagai berikut :

    Suhu 250C atau 298 K K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)

    K = 6,7275 x e -1362,8 (1/298)

    K = 0,0695 Suhu 350C atau 308 K K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)

    K = 6,7275 x e -1362,8 (1/308)

    K = 0,0806 Suhu 450C atau 318 K K = 6,7275 x e -1362,8 (1/T)

    K = 6,7275 x e -1362,8 (1/318)

    K = 0,0926

    Setelah mendapatkan laju perubahan kadar air selai nanas,

    selanjutnya pendugaan umur simpan selai nanas pada tiap-tiap suhu dapat

    dihitung berdasarkan persamaan berikut:

    Umur simpan = Kadar air kritis Kadar air awal

    Laju perubahan kadar air

    Suhu 250C atau 298 K = 117,55 hari atau 3,92 bulan

    Suhu 350C atau 318 K = 101,33 hari atau 3,38 bulan

    Suhu 450C atau 308 K = 88,17 hari atau 2,94 bulan

    2. Plastik polypropilen

    Selama penyimpanan, kadar air selai nanas mengalami perubahan

    seperti yang terlihat pada Lampiran 9. Langkah selanjutnya dalam

    pendugaan umur simpan adalah membuat analisis regresi linier perubahan

    mutu kadar air dari kemasan plastik polypropilen dan lama penyimpanan

    seperti yang terlihat pada Gambar 10.

  • 38

    y = 0,0775x + 27,574

    y = 0,0881x + 26,320

    y = 0,0930x + 25,576

    05

    10152025303540

    0 20 40 60 80

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kad

    ar A

    ir (%

    )PP 25 PP 35 PP 45Linear (PP 25) Linear (PP 35) Linear (PP 45)

    Gambar 10. Grafik regresi linier kadar air pada kemasan plastik polypropilen

    Setelah semua kadar air diplot seperti yang terlihat pada Gambar

    10. maka didapat persamaan sebagai berikut:

    - Suhu 250C, y = 0,0775X + 27,5740, dimana k = 0,0775 dan r = 0,7510

    - Suhu 350C, y = 0,0881X + 26,3198, dimana k = 0,0881 dan r = 0,8370

    - Suhu 450C, y = 0,0930X + 25,5760, dimana k = 0,0930 dan r = 0,7800

    Dari persamaan regresi linear diatas didapatkan nilai k seperti yang

    tertulis dalam Tabel 5.

    Tabel 5. Nilai k dan ln k pada kemasan plastik polypropilen

    Suhu a k lnk 1/T 25 0,0775 0,078 -2,557 0,0034 35 0,0881 0,088 -2,430 0,0032 45 0,0930 0,093 -2,375 0,0031

    Setiap nilai ln k diplotkan sebagai absis terhadap suhu dalam

    satuan Kelvin sehingga diperoleh kurva seperti pada Gambar 11.

  • 39

    Chart Title

    y = -866,14x + 0,3603R2 = 0,9576

    -3,0

    -2,5

    -2,0

    -1,5

    -1,0

    -0,5

    0,00,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335 0,0034

    1/Tln

    k

    PP Linear (PP)

    Gambar 11. Kurva hubungan ln k dengan 1/T pada kemasan

    plastik polypropilen

    Berdasarkan kurva pada Gambar 11. dapat diperoleh persamaan

    regresi linier baru yaitu :

    Y = -866,14X + 0,3603 (R2 = 0,9576)

    Nilai derajat kemiringan dari persamaan garis tersebut merupakan

    nilai Ea/R dari persamaan Arrhenius sehingga dapat diperoleh nilai

    energi aktivasi yaitu sebagai berikut :

    -Ea/R = -866,14 K

    R = 1,986 kal/mol K, maka

    Ea = 1720,15 kal/mol

    Nilai intersep merupakan nilai ln ko dari persamaan Arrhenius, sehingga

    diperoleh nilai ko yang merupakan konstanta yang tidak bergantung

    terhadap suhu sebesar 1,4338. Dengan menggunakan persamaan

    Arrhenius maka diperoleh :

    K = ko e Ea/RT

    K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)

    Setelah persamaan di atas diperoleh, maka laju perubahan kadar

    air selai nanas dalam kemasan plastik polypropilen dapat ditentukan

    sebagai berikut :

  • 40

    Suhu 250C atau 298 K K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)

    K = 1,4338 x e -866,14 (1/298)

    K = 0,0783

    Suhu 350C atau 308 K K = 1,4338 x e -866,14 (1/T)

    K = 1,4338 x e -866,14 (1/308)

    K = 0,0861 S