prosiding seminar dan -...

22

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis
Page 2: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Prosiding Seminar dan

Rakernas XIV PABMI

2019

/

Improving the professional existence of oral & maxilofacial surgeons through advanced skills & knowledge

Penyunting : drg. M Ruslin, M.Kes, Ph.D, Sp.BM(K)

drg. Deni Herdiyanto, Sp.BM drg. Weko Adhiyarto, Sp.BM, M.Kes

drg. Verawati Mohan, Sp.BM drg. Syahril Sarnad, Sp.BM

Uwais Inspirasi Indonesia

Page 3: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Prosiding Seminar dan Rakernas XIV

PABMI 2019

Improving the professional existence of oral & maxilofacial surgeons

through advanced skills & knowledge

ISBN: 978-623-227-116-6

15,5 em x 23 em

X + 123 halaman

Cetakan Pertama,

Diterbitkan Oleh:

Uwais Inspirasi Indonesia

Anggota IKAPI Jawa Timur Nomor: 217 /JT1/20 19 tanggal 1 Maret 2019

Redaksi:

Ds. Sidoarjo, Kee. Pulung, Kab. Ponorogo

Email: Penerbituwais@qmail. eom

Website: www. penerbituwais. eom

Telp:0352-571892

WA: 0812-3004-1340/0823-3033-5859

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002. bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal

9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000.00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c. huruf d. huruf f. dan/atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 [tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a. huruf b. huruf e. dan/atau huruf g. untuk penggunaan secra komesial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan. dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..... 1

ISBN PROSIDING……………………………………………………………... ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... iv

ABSTRAK

Tatalaksana Bedah Kasus Epulis Granulomatosa Ekstensif dan Rekuren

Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Histopatologis

Andreas Pratama Nugraha, David Buntoro Kamadjaja

1

Faktor Penyebab Keterlambatan Perawatan dari Segi Usia pada Pasien

Celah Bibir di Indonesia

Maria Montessory, Reza AI Fessi, Coen Pramono D

5

Pada Kasus Reseksi Mandibula Evaluasi Penggunaan Ramus Fixator

Laporan Kasus

PrasetioOkky Dion Sandro Satrya, Zefry Zainal Abidin, Andra Rizqiawan,

7

Traumatik Pasca Perawatan Fraktur -Penatalaksanaan Maloklusi Post

Mandibula

Dini Sylvana, Syahril Samad

11

Penatalaksanaan Fraktur Le Fort II Dengan Suspensi Circumzygomatic

Mohammad Gazali 13

Perawatan Reseksi Sebagai Penatalaksanaan Ameloblastoma: Laporan

Kasus

Dera Armedita, Syahril Samad

15

Page 5: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Abses Orbital dan Serebral akibat Infeksi Odontogenik : Laporan Kasus dan Studi

Literatur

Kalia Labitta Yudhasoka, Eka Marwansyah Oli'i, Endang Sjamsudin

18

Reseksi Segmental dan Rekonstruksi Graft Costae Pada Ameloblastoma di Regio

Mandibula : Laporan Kasus

Dani Ginanjar, Melita Sylvyana

22

Plate Expose post Hemimandibulectomy dengan Rekonstruksi Plate AO : Faktor

penyebab (Plate Exposed After Hemimandibulectomy with an AD Plate Reconstruction:

Contributing factors)

Shinta Kartikasari, Eka Marwansyah Oli'i, Indra Hadikrishna- Kiki Achmad Rizki

23

Tahukah Anda Bahwa Cegukan (Hiccup) Sebagai Salah Satu Komplikasi Pasca

General Anestesi?

Yayun Siti Rochmah , Said Sofyan

25

Penatalaksanaan Traumatik Intrusi Pada Gigi Anterior Permanen Maksila Disertai

Temporomandibular Joint Disorder: Sebuah Laporan Kasus Management of

Traumatic Intrusion in Anterior Permanent Maxillary With

Temporomandibular Joint Disorder: a Case Report

Prisilla M.D. Pattisahusiwa, M. Irfan Rasul, Nurul Ramadhanty

27

Ameloblastoma resemble Dentigerous Cyst: a Case Report

William R. Fatah, Vera Julia, Wenny Yulvie 31

Penatalaksanaan A vulsi Gigi Anterior Permanen Pada Anak (2 laporan Kasus)

Management of Permanent Anterior Tooth Avulsion in Children (2 Case reports)

Trio Refliandi

33

,

Page 6: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Tanah (Piper sarmento sum Roxb.ex Hunter

Terhadap Diameter Luka Dan Jurnlah Makrofag Pada Soket Pasca Pencabutan

Gigi Tikus Wistar

Bhakti, Sinar Yani, Hadi Irawiraman Dzulhiyana Laili Tofarisa, Cicih

Swandari Paramitha

154

Management Of Squamose Cell Carcinoma At Regio Glossus In Oral And Maxillofacial

Surgery In Collaboration With Other Department A Case Report)(

Bidang Bedah MulutPenatalaksanaan Squamos Cell Carcinoma Lidah Di

156

Bekerja Sama Dengan Departemen Lain.(Laporan Kasus)

Tri Nurrahman, Seto Adiantoro, Kiki Ahmad Rizki 160

Rekonstruksi bibir dengan abbe flap dan kornmisuroplasti pada defek fasciitis

nekrotikans pasca debridement

Dwi Ariawan, Eky Nasuri Astri Hapsar,

162

Preservasi Condyle Kasus Reseksi Ameloblastoma Mandibula Tipe

Campuran Dengan Ekspansi Ramus Menggunakan Teknik Inverted L

Osteotomy: Laporan Kasus

Fajar Eka Saputra, Wenny Yulvie, Benny S. Latief

164

Segmental Pada Pasien Ameloblastoma Mandibula Sinistra Reseksi

Multikistik Tipe Campuran : Laporan Kasus

Ahdadiansyah ,WerinyYulvie, Benny S. Latief

164

Solitary Fibrous Tumor Of The Oral Cavity: A Rare Case

Rumartha Putri Swari, Dwi Ariawan, Arfan Badeges 165

.

Page 7: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Rekonstruksi Bibir dengan Abbe Flap dan Kommisuroplasti pada Defek Fasciitis Nekrotikans pasca Debridement

Astri Hapsari*, Dwi Ariawan**, Eky Nasuri***

*Resident of Oral and Maxillofacial Surgery Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

**Consultant of Oral and Maxillofacial Surgery Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,

Jakarta, Indonesia ***Consultant of Oral and Maxillofacial Surgery Rumah Sakit DR Cipto Mangunkusumo,

Jakarta, Indonesia Email: [email protected]

Abstrak

Fasciitis nekrotikans (FN) merupakan infeksi fatal yang berkembang cepat melibatkan

subkutan dan fascia. FN umumnya ditemukan pada pasien imunokompromais seperti diabetes

melitus. 10 % dari kasus FN terjadi pada kepala leher. Perawatan FN berupa debridemen

radikal, pemberian antibiotik, monitoring keseimbangan cairan dan hemodinamik.

Rekonstruksi defek bibir atas melibatkan komisura dapat dilakukan dengan flap Estlander. Flap

Estlander menghasilkan komisura yang tumpul dan oral fissure yang sempit sehingga

diperlukan rekonstruksi lanjutan berupa komisuroplasti. Pasien laki-laki, 63 tahun dibawa ke

IGD RS DR Cipto Mangunkusumo dengan pembengkakkan dan kehitaman pada bibir kiri

meluas ke pipi dan mata kiri. Lima hari sebelumnya pasien mengalami seriawan pada bibir

dalam atas dan ditusuk tusuk gigi. Keesokkannya bibir pasien membengkak dan mulai

menghitam. Pasien menjadi apatis dan delirium. Pasien memiliki DM tipe II tidak terkontrol.

Pemeriksaan klinis menunjukkan area nekrotik dan odema pada vermilion labial, komisura,

dan mukosa bukal sinistra. Pasien didiagnosa FN dan dilakukan debridemen radikal yang

meninggalkan defek regio vermilion, komisura dan bukal. Rekonstruksi pertama menggunakan

flap Estlander dan WY plasti. Operasi berhasil menutup defek namun pasien mengalami

keterbatasan bukaan mulut dan bibir tampak kecil serta tidak simetris. Rekonstruksi kedua

memperpanjang oral fissure dan membentuk komisura menggunakan teknik Gillies dan

Millard serta flap lidah dan mukosa bukal. Pasca operasi pasien dapat membuka mulut adekuat

dan puas dengan estetiknya. Diagnosa dini FN sangat mempengaruhi prognosis pasien.

Debridemen secepatnya merupakan tatalaksana FN yang dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Debridemen akan meninggalkan defek yang perlu direkonstruksi. Rekonstruksi harus ditunda

sampai kondisi pasien stabil. Rekonstruksi bibir mengembalikan estetik dan fungsi.

Kata kunci: Estlander flap, Komisuroplasti, Debridemen, Fasciitis nekrotikans

Page 8: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Rekonstruksi Bibir dengan Abbe Flap dan Kommisuroplasti pada Defek Fasciitis Nekrotikans pasca Debridement

Astri Hapsari*, Dwi Ariawan**, Eky Nasuri***

*Resident of Oral and Maxillofacial Surgery Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

**Consultant of Oral and Maxillofacial Surgery Department, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia,

Jakarta, Indonesia ***Consultant of Oral and Maxillofacial Surgery Rumah Sakit DR Cipto Mangunkusumo,

Jakarta, Indonesia Email: [email protected]

Abstract

Fasciitis nekrotikans (FN) merupakan infeksi fatal yang berkembang cepat melibatkan

subkutan dan fascia. FN umumnya ditemukan pada pasien imunokompromais seperti diabetes

melitus. 10 % dari kasus FN terjadi pada kepala leher. Perawatan FN berupa debridemen

radikal, pemberian antibiotik, monitoring keseimbangan cairan dan hemodinamik.

Rekonstruksi defek bibir atas melibatkan komisura dapat dilakukan dengan flap Estlander. Flap

Estlander menghasilkan komisura yang tumpul dan oral fissure yang sempit sehingga

diperlukan rekonstruksi lanjutan berupa komisuroplasti. Pasien laki-laki, 63 tahun dibawa ke

IGD RS DR Cipto Mangunkusumo dengan pembengkakkan dan kehitaman pada bibir kiri

meluas ke pipi dan mata kiri. Lima hari sebelumnya pasien mengalami seriawan pada bibir

dalam atas dan ditusuk tusuk gigi. Keesokkannya bibir pasien membengkak dan mulai

menghitam. Pasien menjadi apatis dan delirium. Pasien memiliki DM tipe II tidak terkontrol.

Pemeriksaan klinis menunjukkan area nekrotik dan odema pada vermilion labial, komisura,

dan mukosa bukal sinistra. Pasien didiagnosa FN dan dilakukan debridemen radikal yang

meninggalkan defek regio vermilion, komisura dan bukal. Rekonstruksi pertama menggunakan

flap Estlander dan WY plasti. Operasi berhasil menutup defek namun pasien mengalami

keterbatasan bukaan mulut dan bibir tampak kecil serta tidak simetris. Rekonstruksi kedua

memperpanjang oral fissure dan membentuk komisura menggunakan teknik Gillies dan

Millard serta flap lidah dan mukosa bukal. Pasca operasi pasien dapat membuka mulut adekuat

dan puas dengan estetiknya. Diagnosa dini FN sangat mempengaruhi prognosis pasien.

Debridemen secepatnya merupakan tatalaksana FN yang dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Debridemen akan meninggalkan defek yang perlu direkonstruksi. Rekonstruksi harus ditunda

sampai kondisi pasien stabil. Rekonstruksi bibir mengembalikan estetik dan fungsi.

Kata kunci: Estlander flap, Komisuroplasti, Debridemen, Fasciitis nekrotikans

Page 9: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

BAB 1

PENDAHULUAN

Fasciitis nekrotikans (FN) merupakan suatu infeksi hebat jaringan subkutan dan fascia, yang

ditandai dengan penyebaran nekrosis yang cepat dan ekstensif pada kulit dan struktur di

bawahnya. FN dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh. FN sering terjadi pada pasien

immunokompromais seperti DM, penyakit vascular perifer, atau sirosis dan terapi

kortikosteroid.1

Port de entry FN yang disebabkan oleh infeksi polimikrobial adalah trauma yang terkadang

merupakan trauma minor seperti laserasi, abrasi, terbakar, gigitan serangga, adanya benda

asing seperti tusuk gigi, tulang ayam, dan trauma pembedahan.1

FN pada area wajah dan bibir umumnya disebabkan oleh streptokokus grup A saja atau dengan

S. aureus, terkadang infeksi campuran streptokokus grup A dengan enterobacteriaceae atau

spesies Bacteriodes. Pada infeksi campuran, umumnya dijumpai krepitus, nekrosis epidermis

dan fascia superfisial.1

Fasciitis nekrotikans pada area wajah dan bibir jarang terjadi tetapi mengancam nyawa.

Trauma umumnya merupakan penyebab FN pada area wajah dan oral. Diagnosa yang cepat

sangat penting karena progresivitas FN juga cepat. Tingkat mortalitis dari FN mencapai 35%.1

Bibir dan mata merupakan dua struktur yang paling ekspresif dari wajah. Bibir memiliki peran

dalam ekspresi, emosi, makan, mengunyah, dan bicara. Karena perannya itu, defek pada bibir

harus direkonstruksi. Tujuan rekonstruksi bibir adalah mempertahankan oral sfingter, ukuran

stoma yang cukup dan kosmesis yang baik. Tingkat kesulitan rekontruksi bibir berbanding

lurus dengan lokasi dan ukuran defek. 2,11

Pada laporan kasus ini disajikan kasus pasien yang didiagnosa dengan FN dan dilakukan

debridemen radikal. Debridemen radikal meninggalkan defek pada bibir yang kemudian

dilakukan rekonstruksi.

Page 10: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

BAB 2

LAPORAN KASUS

Pasien laki-laki, 63 tahun datang ke IGD RSCM dengan keluhan utama pembengkakkan pada

wajah sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Awalnya muncul sariawan di bibir

atas bagian dalam yang digaruk dan ditusuk dengan tusuk gigi. 4 hari SMRS, pipi dan bibir

pasien membengkak. Pasien berobat ke klinik di Sumatra dan diberi obat asam mefenamat,

antalgin, voltadex, amoxicillin. 3 hari SMRS, bibir dan pipi pasien semakin bengkak, bibir

mulai menghitam dan pembengkakkan melebar ke mata. Pasien dibawa ke RS di Sumatra dan

diinfus tetapi pasien meminta pulang paksa. 1 hari SMRS pasien dibawa ke Jakarta

menggunakan pesawat. Pasien mulai sulit makan, sulit berjalan, mengalami penurunan

kesadaran dan cenderung tidur. Pasien rutin minum jamu pegel linu. Riwayat alergi disangkal.

Riwayat trauma, disengat hewan dan gatal-gatal disangkal. Riwayat penurunan berat badan

drastis dalam 6 bulan terakhir tidak ada. Pasien memiliki diabetes melitus yang terdiagnosa

sejak 10 tahun lalu dan minum obat tidak teratur. Penyakit hipertensi, ginjal, jantung tidak

diketahui.

(a) (b) (c)

(d)

Gambar 1. (a) Foto klinis pasien 2 hari SMRS. (b,c,d) Foto klinis ekstra oral pasien saat

datang ke IGD

Page 11: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Dari pemeriksaan fisik ekstra oral ditemukan edema wajah yang meliputi regio bukal, labium

oris dan periorbital dengan konsistensi keras dan suhu lebih hangat dari sekitar. Pada region

bukal sinistra, tampak area kehitaman. Regio labium oris superior dan komisura tampak krusta

kehitaman lekat, plakat dan sirkumskripta.

(a) (b) (c)

Gambar 2. Foto klinis intra oral pasien saat datang ke IGD

Pada intra oral, ditemukan krusta kehitaman dan slough pada labium oris superior, mukosa

bukal kiri dengan dasar jaringan nekrotik. Pada regio palatum dan lidah ditemukan bekuan

darah yang tidak lekat tanpa disertai adanya perdarahan aktif. Terdapat plak dan kalkulus pada

semua region dan dijumpai gangrene pulpa gigi 27,37 dan 38.

Gambar 3. Radiograf soft tissue colli

Page 12: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Hasil Nilai referensi

Hb 14,1 12.– 16,1

Ht 38,4 36.0 – 47.0

Leu 5870 4.00 – 10.50

Thrombo 59000 150 – 400

PT 11,4(10,6) 9.8 – 11,2

APTT 47,3(36,1) 31 – 47

SGOT 38,7 < 33

SGPT 25,5 < 26

GDS 287 < 140

Tabel 1. Hasil pemeriksaan laboratorium darah

Dari pemeriksaan penunjang radiograf foto soft tissue collii didapatkan gambaran

pembengkakkan regio colli bilateral, retrotrakea dan retrofaring dengan gambaran emfisema

subkutis. Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan trombositopenia, hiperglikemia,

azotemia, hipoalbuminemia, dan peningkatan nilai procalcitonin.

Pasien didiagnosis dengan fasciitis nekrotikan regio labium oris dan bukal sinistra. Terapi

antibiotik emipirik berupa ampisillin sulbaktam 2x1,5 gr dengan dosis penyesuaian karena

azotemia. Pasien dilakukan kultur swab dari jaringan nekrotik kulit dengan hasil koloni bakteri

Escherichia coli. Tes resistensi antibiotik didapatkan resistensi dari ampisillin sulbaktam dan

sensitif terhadap meropenem. Terapi antibiotik diubah menjadi meropenem 3x1gr.

Pasien ditatalaksana dengan debridemen radikal beserta ekstraksi gigi 27,37, dan 38, biopsi

jaringan dan kultur jaringan. Satu hari pasca debridemen, pasien dievaluasi kebutuhan

debridemen lanjutan. Pada pasien ini dilakukan debridemen bertahap. Raw surface pasca

debridemen dirawat dengan madu.

Hasil Nilai referensi

Ur 111,9 < 50

Cr 3,959 0,80 – 1,30

Na 134 132 – 147

K 4,3 3,30 – 5,40

Cl 108 94,0 – 111,0

Alb 2,86 3,4-4,8

Procalcitonin 4,75 <0,05

HbsAg Non Reaktif

Anti HCV Non Reaktif

HIV Non Reaktif

Page 13: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Tabel 2. Kultur swab kulit dan resistensi antibiotik

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) Predebridemen (b) H+1 pasca debridement (c) H+4 pasca debridemen dengan

defek pada superior labium oris, bukal sinistra dan komisura sinista

Hasil kultur jaringan didapatkan isolasi 1 Acinebacter lwoffii dan isolasi 2 Escherichia coli

dengan sensitifitas terhapa Levofloxacin terhadap isolasi 1 dan meropenem terhadap isolasi 2.

Terapi antibiotik ditambah dengan Levofloxacin 1x750mg.

Page 14: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Tabel 3. Kultur jaringan kulit dan resistensi antibiotik

Debridemen radikal meninggalkan defek superior labium oris sebesar 70%, bukal sinistra dan

komisura sinistra. Defek direkonstruksi dengan Abbe-estlander flap dan buccal advancement

flap.

(a) (b) (c)

Gambar 5. (a) Desain Insisi (b) Insisi full-thickness (c) Abbe-Estlander Flap

Page 15: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

(a) (b) (c)

Gambar 6. (a) Insisi W-Y flap (b) Aproksimasi W-Y (c) Penjahitan flap

(a) (b) (c)

Gambar 7. Pasca rekonstruksi (a) H+2 (b) H+21 (c) H+7 bulan

Penyembukan luka pasca rekonstruksi baik. Abbe-estlander flap menghasilkan komisura

bulat, microstomia, dan oral fissure pendek. Pasien mengeluhkan sulit menggunakan sendok

makan karena lebar mulut yang sempit sehingga memerlukan rekonstruksi tahap dua berupa

komisuroplasti.

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 8. (a) Desain flap (b) Eksisi kutis dan subkutan (c) Insisi vermilion labium oris

inferior sebatas mukosa (d) Rotasi flap vermilion (e) Penjahitan flap

Page 16: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

(a) (b) (c) (d)

Gambar 9. Penutupan defek vermilion labium oris inferior dengan lateral tongue flap (a)

Desain flap (b) Insisi flap (c) Penjahitan flap (d) Hasil akhir

(a) (b) (c)

Gambar 10. Pasca rekonstruksi tahap duai (a) H+30 hari (b) H+ 4 bulan (c) Oral fissure lebih

lebar

Pasca operasi, pasien merasa puas dengan bukaan mulutnya. Keluhan sulit makan

menggunakan sendok tidak dirasakan lagi. Estetik bukan menjadi masalah pada pasien ini

karena usia pasien mencapai 63 tahun.

Page 17: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

BAB 3

PEMBAHASAN

Fasciitis nekrotikan (FN) adalah suatu infeksi hebat jaringan subkutan dan fascia yang ditandai

dengan nekrosis yang cepat dan ekstensif dari kulit dan struktur di bawahnya. Tingkat

mortalitas dari FN mencapai 35%. Diagnosis yang cepat sangatlah penting karena progresifitas

penyakit yang cepat. Trauma umumnya merupakan penyebab dari fasciitis nekrotikan pada

wajah. Infeksi dental, oral dan faring juga dapat menyebabkan FN. Port de entry dapat berupa

luka tusuk pada membrane mukosaberupa pembedahan dan luka tusuk. Faktor predisposisi

berupa penyakit vascular perifer, diabetes mellitus, neoplasma, sirosis, terapi kortikosteroid

dan immunokompromais.1,4

Area yang terkena umumnya eritema, membengkak dengan batas tidak jelas, suhu lebih hangat

dari sekitar, mengkilap, dan sangat nyeri terutama bila ditekan. Perjalanan berlangsung cepat

dimana dalam 24-48 jam terjadi perubahan warna kulit dari merah keunguan menjadi area biru

keabuan yang menandai thrombosis ekstensif dari pembuluh darah papilla dermal. Setelah 3-

5 hari, terjadi kerusakan kulit dengan munculanya bulla berisi cairan hemoragik yang berwarna

biru atau ungu dan gangrene kutan yang terlihat jelas. Area yang terlibat tidak lagi nyeri

melainkan kebas akibat destruksi dari nervus superfisial yang terletak pada area jaringan

subkutan yang nekrotik. Anestesia ini mendahului munculnya nekrosis kulit dan memberikan

petunjuk bahwa proses yang terjadi adalah FN dan bukan selulitis. Gas subkutaneus umumnya

ditemukan pada pasien FN polimikrobial terutama pada pasien dengan diabetes mellitus. Pada

tahap lanjut pasien akan mengalami toksisitas sistemik, kegagalan organ, dan kematian. 1,4,5

Leukositosis, hyponatremia dan azotemia menandai kemungkinan terjadinya infeksi nekrotik.

Hipocalcemia ditemukan bila nekrosis lemak subkutan besar. Radiograf jaringan lunak atau

CT menggambarkan adanya gas subkutan.1

Pada pasien ini didapatkan bengkak pada wajah yang menghitam dengan cepat, tampak area

nekrotik kehitaman, sirkumskripta yang mudah terlepas. Pada region palatum dan lidah

didapati banyak bekuan darah yang tidak lekat. Bekuan darah berasal dari bula berisi cairan

hemoragik yang pecah. Pasien memiliki trauma berupa sariawan yang ditusuk dengan tusuk

gigi. Pasien juga merupakan penderita diabetes mellitus. Dari gambaran radiograf didapatkan

Page 18: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

gambaran emfisema subkutis. Hal ini semua mendukung diagnosa fasciitis nekrotikan pada

pasien.

Tatalaksana FN adalah debridemen jaringan nekrosis segera dan agresif serta pemberian

antibiotik spectrum luas secara parenteral. Debridemen bertujuan untuk nekrotomi,

mengurangi tekanan kompartemen dan pengambilan kultur jaringan. Eksisi yang ekstensif

harus dilakukan melalui kulit dan jaringan subkutan sampai ditemukan fascia normal. Lemak

dan fascia nekrosis harus dieksisi dan luka harus dibiarkan terbuka. Prosedur kedua terkadang

diperlukan 24 jam kemudian untuk memastikan keadekuatan dari debridemen awal. Antibiotik

diberikan sampai semua tanda toksisitas sistemik membaik, jaringan nekrotik telah

didebridemen dan jaringan granulasi telah tumbuh. Pada pasien ini dilakukan debridemen

agresif bertahap dan dilakukan evaluasi setiap harinya akan kebutuhan debridemen tambahan.

Luka debridemen dibiarkan terbuka dan dirawat dengan madu. Antibiotik diberikan sesuai

dengan hasil kultur dan resistensi antibiotik. 4,5

Bibir dan mata merupakan dua struktur yang paling ekspresif pada wajah. Bibir memiliki peran

penting dalam pengucapan, ekspresi, emosi, membentuk oral sealed dan mastikasi. Karena

perannya ini, defek bibir penting direkonstruksi. Tujuan rekonstruksi adalah mempertahankan

oral sfingter, ukuran stoma yang cukup dan kosmesis yang baik. 2,3

Pemilihan flap untuk rekonstruksi bibir bergantung pada ukuran dan lokasi defek. Pada pasien

ini dijumpai defek bibir atas dengan lebar 70% lebar bibir dan melibatkan komisura. Pemilihan

teknik rekonstruksi akan mempengaruhi hasil yang terlihat. 2,3

Page 19: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Gambar 11. Pemilihan flap rekonstruksi bibir. (Diambil dari Thorne CH. Grabb and Smith’s

Plastic Surgery. 7th ed. Elsevier. 2014.)

Estlander flap merupakan metode transposisi jaringan dari bibir satu ke bibir yang lain ketika

terjadi defek yang melibatkan komisura dengan lebar defek 50% atau lebih. Lebar flap harus

setengah dari dari lebar defek. Flap ditransposisikan di sekitar komisura dengan pedikel yang

mengandung arteri labialis. Flap ini dilakukan dalam 1 tahap tanpa pemisahan pedikel.

Kerugian dari flap ini adalah terbentuknya komisura yang membulat sehingga diperlukan

komisuroplasti. Deformitas ini terlihat saat bibir tertutup. Flap ini juga memperpendek oral

fissure, sehingga diperlukan prosedur rekonstruksi lanjutan.2,6,7,8

Gambar 12. Flap Abbe-estlander (Diambil dari Chauhan DS dan Guruprasad Y, Residual

noma defect of upper lip reconstruct using Estlander Flap. Med J DY Patil Univ

2015 (8): 91-4.)

Bentukan normal dari komisura adalah segitiga dengan sudut tumpul pada sisi lateral dimana

vermilion atas dan bawah bertemu. Komisura yang menumpul dan bulat ditemukan ketika pada

rekonstruksi defek yang besar atau ketika defek melibatkan komisura. Pengukuran dilakukan

pertenganhan cupids bow ke komisura yang sehat dan ditransfer pada sisi defek. Garis ditarik

dari titik yang didaptkan dari pengukuran ke pertemuan kutan dan vermilion atas dan bawah.

Gambar segitiga yang hasilkan dieksisi half thickness dari kulit mencapai otot dan

meninggalkan mukosa. Flap vermilion berasal dari salah satu bibir dan meninggalkan pedikel

pada bibir yang lain. Flap dirotasi dan dipindahkan ke defek untuk membentuk komisura. 2,6

Page 20: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Gambar 13. Komisuroplasti (Diambil dari Weerda H. Reconstructive Facial Plastic Surgery:

A Problem-Solving Manual. Thieme. 2014)

Pada pasien ini untuk merekonstruksi vermilion bibir donor dilakukan flap lateral lidah.

Rekonstruksi dengan flap lidah dapat menghasilkan vermilion yang baik. Flap dari permukaan

ventral lidah digunakan untuk rekonstruksi bibir bawah dan permukaan dorsal untuk

rekonstruksi bibir atas. Kerugian dari flap lidah adalah flap mudah tertarik karena pergerakan

lidah, tidak nyaman bagi pasien dan memerlukan pembedahan tahap kedua dengan jeda waktu

tiga minggu untuk memotong pedikel. 6

Gambar 14. Lateral tongue flap untuk merekonstruksi defek vermilion (Diambil dari

https://clinicalgate.com/reconstruction-of-the-lips/)

Page 21: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

BAB 4

KESIMPULAN

Fasciitis nekrotikans pada area wajah dan bibir jarang terjadi tetapi mengancam nyawa.

Trauma umumnya merupakan penyebab fasciitis nekrotikans pada area wajah dan oral.

Diagnosa yang cepat dari fasciitis nekrotikans meningkatkan angka kesembuhan. Setelah

diagnosa ditegakkan, debridemen agresif secepatnya sangat penting. Defek pasca debridemen

perlu direkonstruksi untuk mengembalikan fungsi dan estetik. Rekonstruksi harus ditunda

sampai kondisi pasien stabil. Dalam rekontruksi bibir, lokasi dan ukuran defek menentukan

pemilihan flap. Abbe-estlander flap dapat menutup defek dengan lebar 2/3 lebar bibir yang

melibatkan komisura. Karena Abbe-estlander flap menghasilkan oral fissure yang kecil, maka

komisuroplasti perlu dilakukan.

Page 22: Prosiding Seminar dan - staff.ui.ac.idstaff.ui.ac.id/system/files/users/dwi.ariawan02/publication/full_paper... · Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

DAFTAR PUSTAKA

1. Bennett JE, Dolin R, dan Blaser MJ. Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and

Practice of Infectious Diseases. 8th ed. Volume 1. Elsevier. 2015.

2. Fernandes R. Local and Regional Flaps in Head & Neck Reconstruction: A Practical

Approach. Wiley-Blackwell. 2014

3. Thorne CH. Grabb and Smith’s Plastic Surgery. 7th ed. Elsevier. 2014.

4. Kasper D, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Volume 1-2 McGraw-Hill

Education Medical. 2015

5. www.cdc.gov/groupastrep/diseases-hcp/necrotizing-fasciitis.html

6. Shan R. Baker MD. Local Flaps in Facial Reconstruction, 3rd ed. Saunders. 2014.

7. Weerda H. Reconstructive Facial Plastic Surgery- A Problem-Solving Manual.

Thieme. 2014

8. Brown DL, Borschel DH, dan Levi B. Michigan Manual of Plastic Surgery. 2nd Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2014.

9. Chauhan DS dan Guruprasad Y. Residual noma defect of upper lip reconstruct using

Estlander Flap. Med J DY Patil Univ. 2015 (8): 91-4.

10. https://clinicalgate.com/reconstruction-of-the-lips/