prosiding seminar hasil penelitian semester ganjil 2015/2016
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN
SEMESTER GANJIL 2015/2016
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
Pelindung : Rektor Universitas Darma Persada
Penangung Jawab : Wakil Rektor I
Pimpinan Redaksi : Kepala Lembaga Penelitian, Pemberdayaan Masyarakat
dan Kemitraan
Anggota Redaksi : Prof.Dr. Kamaruddin Abdullah, IPU.
Dr. Gatot Dwi Adiatmojo
Dr. Ari Artadi
Dr. Aep Saepul Uyun, M.Eng.
Dra. Irna N. Djajadiningrat, M.Hum.
Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian, Pemberdayaan
Masyarakat dan Kemitraan
Universitas Darma Persada
Jl. Radin Inten II (Terusan Casablanca)
Pondok Kelapa - Jakarta Timur (14350)
Telp. (021) 8649051, 8649053, 8649057
Fax.(021) 8649052
E-Mail : [email protected]
Home page : http://www.unsada.ac.id
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ i ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR iii
ANAYA’S THEOLOGICAL SCEPTICISM AND ITS , IMPACT
Albertine Minderop
1 - 12
THE EFFECT OF SQ3R METHODS TO READING FOR ACADEMIC
PURPOSES SUBJECT IN ENGLISH DEPARMENT IV SEMESTER
STUDENTS
Yoga Setiawan
13 - 21
EFIKASI DIRI (SELF-EFFICASY) MAHASISWA SASTRA INGGRIS
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN BELAJAR
INTERACTIVE GRAMMAR
Kurnia Idawati
22 - 34
PERBEDAAN PENGGUNAAN KATA 之 (ZHI) DALAM BAHASA
CINA KLASIK (古代汉语 ) DAN BAHASA CINA MODERN /
MANDARIN (现代汉语)
Yulie Neila Chandra, Gustini Wijayanti
35 - 44
DAMPAK PENGAJARAN TEORI PENERJEMAHAN PADA
PENERJEMAH MUDA DALAM PENERJEMAHAN BAHASA
INGGRIS - INDONESIA BERDASARKAN KONSEP CORRECTNESS
Tommy Andrian, Fridolini
45 - 63
STRATEGI ADAPTASI ORANG TIONGHOA BEKASI DALAM
UPACARA CENGBENG C. Dewi Hartati, Hin Goan Gunawan
PENGARUH PENGGUNAAN MATERI PUISI TERHADAP KELAS
MEMBACA DAN MENYIMAK BAHASA CINA DAN JEPANG
Febi Nur Biduri, Yessy Harun
64 – 79
80 - 85
FUNGSI DAN PENGGUNAAN KALIMAT HUBUNGAN SYARAT
YANG MENGGUNAKAN PARTIKEL SAMBUNG “TO”
BERDASARKAN MODALITAS
Ari Artadi, Dila Rismayanti, Chonan Kazuhide
86 – 99
~ ii ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
POTENSI INDUSTRI HALAL DALAM MENARIK WISATAWAN
MUSLIM MANCANEGARA DI JEPANG
Yessy Harun
KUALITAS BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA JEPANG MINNA
NO NIHONGO
Hani Wahyuningtias
PENINGKATAN KOMPETENSI SOFT SKILLS MAHASISWA
SASTRA UNSADA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL TERHADAP NOVEL WOMAN WARRIOR KARYA
SASTRA ETNIS AMERIKA, WOMAN WARRIOR
Agustinus Hariyana, Karina Adinda
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
UNTUK KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR
(USIA 7 – 9) BERBASISKAN PADA TEORI TENTANG THEME DAN
RHEME
Juliansyah, Kurnia Idawati, Sari Anggraini, Zshara Nur Ala, Juli
Azhari, Siti Dewi Santika, Ade Setiawati
ANALISIS IMPLEMENTASI PERILAKU KARAKTER BUSHIDO
MAHASISWA SASTRA JEPANG DI UNIVERSITAS DARMA
PERSADA
Nani Dewi Sunengsih, Widiastuti,
PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA
MATAKULIAH DOKKAI SEMESTER 6
Riri Hendriati
ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA
BIDANG PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN
PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) Aji Setiawan
100 - 109
110 - 119
120 - 131
132 – 140
141 – 147
148 - 154
155 - 163
GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA
M. Syukri Nur, Kamaruddin Abdullah, Hendro Saputro
164 – 170
ANALISIS KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE
ENGINE
Shahrin Febrian, Shanty Manullang, Aldyn Clinton Partahi Oloan
171 - 180
KAJIAN PERUBAHAN JANGKAR DARI MODEL LUNCURAN
MENJADI MODEL GANTUNG PADA KAPAL TONGKANG MILIK
PT X Danny Faturachman
181 - 188
~ iii ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISIS DESAIN AWAL RANCANG BANGUN PEMINDAI
BAWAH AIR (UNDERWATER) DENGAN SENSOR YANG MAMPU
MENGIDENTIFIKASI OBYEK
Shanty Manullang, Augustinus P. Kindangen, Agus Setiawan
189 - 195
STUDI KEBUTUHAN KAPAL PERINTIS SEBAGAI PENDUKUNG
KONEKTIVITAS DI INDONESIA
Arif Fadillah, Putra Purnama
196 - 208
~ iv ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ v ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
KATA PENGANTAR
Seminar hasil penelitian para dosen Unsada semester ganjil tahun akademik
2015/2016 dengan tema “MENINGKATKAN MUTU DAN PROFESIONALISME
DOSEN MELALUI PENELITIAN” telah dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2016 di
Universitas Darma Persada. Seminar hasil penelitian para dosen tersebut diadakan
diharapkan untuk menghasilkan inovasi-inovasi teori maupun inovasi-inovasi teknologi
tepat guna dan juga menyampaikan hasil penelitiannya kepada sesama dosen dilingkungan
civitas academika Unsada.
Prosiding ini disusun dengan menghimpun hasi-hasil penelitian para dosen yang
telah diseminarkan dan telah diperbaiki berdasarkan masukan-masukan pada seminar
tersebut. Tujuan disusunnya proseding seminar ini adalah untuk mendokumentasikan dan
mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian para dosen yang telah diseminarkan.
Pada prosiding edisi semester ganjil tahun akademik 2015/2016 berisi 21 makalah,
yang terdiri dari; 14 makalah bidang Humaniora, 1 makalah bidang Teknik, 4 makalah
bidang Teknologi Kelautan, dan 1 makalah dari Pascasarjana.
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada para peneliti, penyaji
dan para penulis makalah, penyunting serta panitia yang telah bekerja sama, sehingga
prosiding ini dapat diterbitkan. Selanjutnya harapan kami semoga prosiding ini dapat
bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 25 Februari 2016
Kepala Lembaga Penelitian,
Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraan
~ vi ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ 1 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
“ANAYA’S THEOLOGICAL SCEPTICISM AND ITS , IMPACT”
Albertine Minderop
Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Inggris
Abstract
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan adanya skepsisime teologis dan
dampaknya yang disampaikan oleh Rudolfo A. Anaya dalam novelnya Bless Me,
Ultima melalui seorang tokoh bernama Antonio (Tony). Skeptisisme teologis ini
muncul karena ketidakselarasan pendidikan agama yang ia terima dari kedua orang
tuanya dan dari khotbah pemuka agama yang ia anggap tidak rasional. Metode
penelitian yang digunakan adalah content analysis (menggali nilai-nilai filosofis di
dalam karya sastra) dengan pendekatan filsafat dengan teori hermeneutika (memahami
simbol yang terkandung di dalam karya sastra). Hasil dari penelitian ini adalah, dampak
dari skeptisisme teologis membuat tokoh Tony melaksanakan kegiatan keagamaan
sekedar demi keharmonisan dan persahabatan dalam hubungan antar manusia.
Kata kunci: theological scepticism, personal experience, worship, friendship.
1. INTRODUCTION
Rudolfo Alfonso Anaya was born on October 30, 1937 in Pastura, New Mexico.
Bless Me, Ultima is largerly autobiographical, as Anaya drew on the religious and
political issue that shaped his experience as a Hispanic American living in the
Southwest during World War (1939-1945). His father was a vaquero (a sheep and cattle
rancher) and his mother was a devout Catholic came from a farming family
(http://www.novelexplorer.com/category/bless-me-ultima/ pp. 1). Bless Me, Ultima,
then, is a work that examines the various forces that shape the life of Antonio, a young
Mexican-American boy who is a main character in the novel
(http://www.cliffsnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/rudolfo pp. 1).
Bless me, Ultima is wonderful story based on the “Chicano” or Northern New
Mexico native people culture, religion, and customs that tells us about a young Mexican
boy, Antonio Marez, growing up in New Mexico during the mid 1940s. It begins when
he is six years old, and Ultima, a curandera or healing women, comes to live with his
family because she is getting too old to live by herself. This novel shows us how Tony
faces a lot of difficulties and has to deal with curses, healings, dead people and mean
~ 2 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
friends. Tony becomes a man of learning throughout his childhood with Ultima’s help.
His father wants Tony to grow up free to roam the land and become a vaquero, as he
once was. His mother wants Tony to be a priest, a man of learning. Tony is torn
between them regarding his future. The novel contains a rich panorama of visual
imagery as it describes the New Mexico landscape of the 1940s, and it also shows
realistic concepts about life and living of people. One important view of the novel is the
power struggles that is a result of acculturation. (Black, 2000: 146).
Throughout the story, Tony also faces confusion over religion and spirituality.
Tony is confused over Catholicism. Though he does believe in God, he wants
understanding from Him, answers to his questions. From a very young age, Tony
witnesses death, deaths of Lupito, and death of a family friend, Narciso. Tony realizes
the power of good over evil and understands that truth is more powerful than that which
is prescribed by custom. Religious teachings which Tony knows so far is not aligned
with the realities of life which he witnesses. This condition makes him become hesitant
about the concept of God. He becomes sceptical in his spiritual beliefs, similarly faced
by his friends. Skepticism in the theological issues covered in the discussion of the
philosophy of religion.
Philosophy of religion requires such an external standpoint from which the
philosopher can critique and judge the beliefs located within specific religious traditions
(Harrison, 2010: 48). Scepticism in religion has been a discussion of philosophers
throughout the ages; this doctrine is often referred to, in this case, is Pyrrhonism.
Philosophical scepticism is opposed to philosophical dogmatism, which maintains that a
certain set of positive statement are authoritative, absolutely certain, and true. Most
ancient sceptics do not seem to have believed that simply because one cannot be
absolutely certain about anything, one should therefore suspend judgment on all things.
Religion ought to be based on certainty. Its aim, its effects, its usages collapse as soon
as this firm conviction of its truth is erased from the human mind (file:///D:/BLESS ME
ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion - pp. 2). Theological scepticism is
based on belief about the nature of supernatural claims and the nature of the human
mind. A sceptic may be an atheist simply because he or she perceives little, if any,
evidence for the belief in a god. Montaigne refers to varied moral authorities, one of the
~ 3 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
being custom and the other reason. Through philosophy, he seeks full accordance with
the diversity of life (file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on
Religion - pp. 4).
Scepticism, according to Dr. Lorens Bagus (1996), is a philosophical method
that is used by those who suspend judgment about something because of doubts or
because they are waiting for better evidence. Sceptic means thoughtful, reflective,
curious, listen, and examine carefully. A sceptist is a person whose attitude is critical,
thus usually provotive; not easily accepts the statement without any convincing
evidence. Pascal’s scepticism stated the only way out from a legitimate sense of
uncertainty is by degrading someone and then turning to the humility of faith (1019).
According to Hume, cited by Lorens Bagus, the belief in the existence of the external
world and the existence of God can only be justified psychologically based on matters
relating to customs, habits, conventions, statutes, and coherence between our
impressions and ideas (1024). Sceptics do not deny the reality of sense perception. One
particular type of metaphysical scepticism is noteworthy: theological scepticism. A
theological sceptic raises doubts regarding the possibility of knowledge about any gods.
A theological sceptic may be an atheist, a theist, or an agnostic. The theological sceptic
maintains that we cannot know for certain whether any god exist. Such a view does not
entail the notion that we should be atheists (http://skepdic.com/skepticism.htm#5 pp. 3).
The feeling of absolute dependence related to episode of the particular religious
emotion-types, such as joy, gratitude, hope, contrition, compassion, and sorrow is the
essentially religious element in these emotions. The particular religious emotions, are
responses, some pleasant and some unpleasant. Gratitude, for example, is a response to
a particular kind of situation in which the subject is the recipient of some benefit;
contrition is a response to a sitution in which a subject has commited some fault; and so
forth (file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion - pp.
4).
2. READING REVIEW
Some studies have been done on this novel, one of them was written by
Kaunang (2012) who discussed the conflict of cultural values and Anaya’s criticism of
~ 4 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Catholicism. In this thesis Kaunang discussed Anaya’s criticism of the church practice
conveyed through Tony. Other researchers discussed the reflection of
Transcendentalism in this novel that believes in miracle, in the perpetual openness of
the human mind to new influx of light and power; in inspiration, and ecstasy, which is
achieved through meditation (http://www.transcendentalists.com/terminology.html).
Criticism of Bless Me, Ultima revealed that Antonio’s character caught the maternal
and paternal cultural conflict as well as Chicano and American cultural conflict. This
conflict is a reflection of Anaya’s life in New Mexico in 1940
(http://www.clifnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/criticism). Other
research is connected to mysticism content (http:www.enotes.com/bless-me-qn/themes-
characters). There is also a research discussing the search for identity and
reconciliation of old and new American cultures that is considered as the central theme
of this novel. This novel has also provoked strong reactions in contemporary Chicano
literature, as it relates to Catholicism; in addition, this novelist was considered unique
with his interesting narrative techniques, and the story is conveyed accurately and
lyrical (file:///D:/rudolfo anaya critics files/translate_p.htm).
3. RESEARCH QUESTION
The problem that I will discuss in this study begins with the research question,
why is Tony skeptical of the concept of God and what is the impact of his skepticism?
4. THE PURPOSE OF RESEARCH
The purpose of this research is to show that Tony has experienced a theological
scepticism and the impact of his scepticism.
5. THE BENEFIT OF RESEARCH
The benefit of this reaserch is to explore the relation betweem literature and
philosophy, mainly the correlation of Anaya’s literary work and the concept of
Scepticism.
6. METHOD
~ 5 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
This research is to explore the content of the novel in order to reveal the
philosophical values of literature (Endraswara, 2008: 163). Procedures related to the
procurement of data, involve reading all the contents of the novel thougroughly in order
to understand the content of the deepest meaning intended by the text. The second, is
determining the unit of analysis – includes sampling and data recording. I focused on a
problem that I want to deal with, that is theological scepticism and its impact. Finally, I
specified a particular character embracing a particular type of of scepticism based on
their thought, ideas, and behaviour. To analyze the philosophical thoughts and views of
Tony, I used the method of hermeneutics, which is called the hermeneutic circle (Hadi,
2014). The general procedures in hermeneutics are: the text must be read with
earnestness using sympathetic imagination. The stages of hermeneutic circle are as
follows. First, I read the novel from beginning to end, and to be clear, I read it many
times to understand covered in the symbolic connotative, metaphorical, and suggestive
forms. Second, I assume; that Tony is experiencing conflict in his belief about the
existence of God. I let my horizon of understanding shaped by the text and then
projected into a new understanding, that doubts about divinity is the reflection of
religious scepticism.
7. RESULT AND DISCUSSION
The Pyrrhonists hold the view that there are no absolute standard or values. Each
person has their own standards to determine the truth. A theological sceptic raises
doubts regarding the possibility of knowledge about any gods. Anaya in Bless Me,
Ultima shows this kind of thinking through his fictional characters. For example, Tony
and his sisters were reluctant to follow the will of Maria: “We must pray,” she beamed
with joy although her eyes were red with crying. We prayed rosary after rosary, until the
monotonous sound of prayers blended into the blur of flickering altar candles (56).... .
We prayed until our faith passed into an exhaustion that numbed us to sleep. The first to
fall asleep was Theresa, and my father quietly got up and took her to bed. Then
Deborah nodded and toppled. And I, who wanted to endure to please my mother, was
next. I felt my father’s strong arms carrying me out, ... I do not know how long they
prayed. I only know that my sould floated with the holiness of prayer into the sky of
dreams (57).
~ 6 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Most sceptics do not seem to have believed that simply because one cannot be
absolutely certain about anything, one should therefore suspend judgment on all things.
This view is shown by Florence which questioned the truth of religion that does not
make sense (185). “You have to choose, Tony, Cico said, “You have to choose between
the god of the church, or the beauty that is here and now –“He pointed and I looked into
the dark, clear water of the creek. Two brown carp swam from under the thicket into the
open (227). Cico has a certain concept of God which he aspired. He wants to deliver a
new view of divinity which is based on peace and happiness:
“There are many gods,” Cico whispered, “gods of beauty and magic, gods
of the garden, gods in our backyards – but we go off to foreign countries to find new
ones, we reach to the stars to find new ones –“. “The golden carp accepts all magic
that is good, but your God, Tony, is a jealous God. He does not accept competition –
Cico laughed cynically (228).
Tony began to be affected and even support the idea of Cico who wanted to
display another god who would give peace: “No,” I nodded, “but what if there were
different gods to rule in his absence?” Florence could not have been more surprised by
what I said than I. I grabbed him by the collar and shouted, “what if the Virgin Mary or
the Golden Carp ruled instead of – !” (189). Antonio considered the possibility that his
mother had been praying to the wrong god; perhaps she should pray to the golden carp.
The initiation into the religion of golden carp cause him to begin to raise doubts about
Tony even had an intention to replace God with other gods and he was sure Florence
would receive his idea with joy: “No,” I nodded, “but what if there were different gods
to rule in his absence?” Florence could not have been more surprised by what I said than
. I grabbed him by the collar and shouted, “what if the Virgin Mary or the Golden Carp
ruled instead of – !” (189).
a. Father’s Sermon Increasing Doubts
Philosophical scepticism is opposed to philosophical dogmatism, which
maintains that a certain set of positive statement are authoritative, absolutely certain,
and true. The perception of God that Tony understood is that He was worshiped because
He is everything. God could give kindness to the good and could punish evil humans
(191). He also listened to the sermon of Father Byrnes; in his view the sermon was very
~ 7 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
unreasonable, and very scary. Father Byrnes went on to discuss the difference between
mortal and venial sins. His explanation was very simple, and in a way frightful. If one
died with a venial sin on one’s soul one could not enter heaven until the sin was
absolved by prayers of rosaries or masses from one’s family on earth. But if one died
with a mortal sin on his soul he could never enter heaven. Never. It was frightening to
go to hell forever (191). Sceptics do not deny the reality of sense perception. The
sermon in the church did not give a sense of peace to the congregation, especially to
children, and made the children confused. They could not accept the contents of the
sermon according to their common sense. Father Byrnes’ stories about hell made the
children very frightened (191). Terrible sermon and did not give a sense of peace might
make the children become uncomfortable to follow the activities in the church (193).
b. Skepticism As A Result of Personal Experience
Spiritual conflict that was experienced by Tony was based on the contrasting
views that he experienced through religious teachings and from his personal experience:
“But God didn’t forgive anyone. The theological sceptic maintains that we cannot know
for certain whether any god exist. The feeling of absolute dependence related to episode
of the particular religious emotion-type, such as joy and hope. Tony thought if God
does exist, he hoped God would grant the request of His people (98). Gratitude, for
example, is a response to a particular kind of situation in which the subject is the
recipient of some benefit; contrition is a response to a sitution in which a subject has
commited some fault; and so forth. Tony felt sorry for doubting the existence of God:
c. Between Doubt and Belief
In an effort to maintain his belief, Tony displayed an attitude of humility and
faith into thinking that maybe God was too busy that He overlooked some events in the
world: “Perhaps, I thought, God had not seen the murder take place, and that is why He
had not punished Tenorio. Perhaps God was too busy in heaven to worry or care about
us” (130). Because of Tony’s humility, though God did not grant his request to meet
with Him, Tony remained faithful to implement the teachings of his religion. Merely to
entertain and relieve his restless feelings and thoughts. Tony even turned to blame
himself, as he thought that he did not seriously implement the religious doctrine, so that
~ 8 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
many times he apologized to God. Tony was accustomed to obtaining religious
education, so he always tried to obey the religious teaching (130). Tony's self-concept is
based on the traditions and customs about God that he got from her mother.Tony was
back to apologize to God for all his mistakes. It reflects that he feared the punishment of
God. This attitude is an effort to dampen the theological crisis in the traditional way as a
result of his education. Moreover, by apologizing to God he felt more comfortable.
Tony became very upset because God according to his mother's teachings and the
teachings of the church did not show His power to overcome all the pain of life: ”Did
God Listen? Would He hear? Had he seen my father on the bridge?” (21). When Tellez
family got disease, neither doctors and pastors could cured them, Tony thought: So
again the power of the priest has failed, I thought. Why can’t the power of God work
against the evils that beset the family of Tellez? Why is it allowed to continue? (215).
Children believe what their parents tell them, but as they get older they start to
question various concepts about reality and experience which used to be unquestionable,
(http:www.directessays.com/essays_on/God/Religion/Christianity/T). Tony, who was
growing up and seeing how qruel the world was, could not control his curiousity, which
made him constantly questioned the existence of God. Tony was still carrying out the
religious tradition. Aside from the traditions and customs that he had, Tony often felt
worried when he did not carry out religious orders, he was afraid of punishment from
God, as taught by his mother. Although his mind was filled with doubts about God.
Tony did his utmost to draw closer to Him. Eventhough God was not also present in his
call, sometimes he felt guilty and less prepared to accept the presence of God; then he
tried to purify himself: “I used to think everyone believed in God.” I said (227). When
Tony’s doubts culminated and he intended to replace God with the golden carp, the
weather suddenly deteriorated and he felt God had admonished (189). Tony’s
conviction grew stronger, when Florence receiving the disaster, he believed that God
was upset to Florence who was always condemning Him:
d. Worship For The Sake of Friendship and Comfort
Theological confusion can be a bit muted with grounding traditions and
psychological problems. This attitude arises when a person consciously or
~ 9 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
unconsciously resolves this problem by returning to the tradition derived from the
family education and for psychological comfort. People around Tony showed
skepticism about the divinity, but they are always present in the church. If they doubt
the Lord why they were in church? According to Hume cited by Lorens Bagus (1996),
the belief in the existence of the external world and the existence of God can only be
justified psychologically based on matters relating to customs, habits, conventions,
statutes, and coherence between our impressions and ideas (1024). Tony was also
influenced by psychological factors for the convenience of himself and his feelings for
the sake of fun. Sociological factors also influenced the attitude of Tony with the
motivation to preserve harmony with his mother. The reflection of psychological and
social factors were also revealed through Ultima, whose motivation was maintain good
relations with Marez family and for the sake of comfortable feeling.
Although Tony was always overwhelmed by theological anxiety, he tried to
return to the religion which he knew so far. Although at first Tony tended to reflect the
probability of Scepticism, he also reflected Pascal's scepticism as he lowered his wits
and displayed an attitude of humility to beg God for forgiveness. Based on his
experience, Tony felt a punishment from God when he was thinking negatively about
divinity. A sudden storm and thunder boomed that made him fear and feel guilty: ... I
crossed my forehead, and cried “Forgive me, my Lord!” Then the second loud ring
sounded (189). Tony's friends gave a reason why they had always been to church, but
doubted the divinity. A conversation between Horse with Florence, known that
Florence was blasphemous, but he always went to church because he wanted to hang
out with his friends. He could not stand loneliness, which is the real hell when one does
not have friends and lives in solitude (187).
Tony seemed reluctant to attend church, but he stayed there: “Let us pray,”
Father Byrnes said and knelt. We followed suit, kneeling on the rough, splintery knee
boards of the pew (191). Nevertheless, his friend, Cico went to church regularly, just to
please his mother's feelings: “Then why do you go to church?” I asked. “My mother
believes” – he answered, “I go to please her –“(227). Tony felt guilty because he and his
friends doubted God, so he tried to be able to accept His existence just to please God.
(163).
~ 10 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Although Ultima was not religious enough as she was mystical, she always
followed the will of Mary to pray (43). Ultima always helped Maria prepare the
equipment for praying (56, 57). It showed that the unity in prayer could make human
relationships become more harmonious.
8. CONCLUSION
The reason of the characters reflected theological skepticism was based on
personal experience. The experience includes a tradition of family life, miserable
experience, and the teachings of the church that were considered scary, illogical, and did
not give peace. While agnosticism in the novel was the implications of skepticism,
when Anaya featuring the characters who wanted to create another god that is expected
to provide peace. Anaya might want to say that agnosticism - between theist and atheist
- as the implications of skepticism. However, Anaya might not agree with skepticism
when he made Tony feel guilty and went back to God. This happened when Tony
surrounded by usual doubts, suddenly lightning boomed and storm blew so made him
feel fear (189). Anaya made Florence dead by drowning in a pool when he was
constantly protesting God (229) proved and perhaps Anaya wanted to say, those who do
not believe in God would be bad for humans.
Anaya covered the theme in this novel that had siginificance in his own life.
Tony’s experiences mirrored Anaya’s own experience. It also typified the experiences
of many Hispanic struggling to reconcile two cultures. Tony had to reconcile two
different religious philosophies. Tony’s mother is devoted to Catholicism and his father
has no interest in religion. It might be a picture of both Anaya’s parents. Skepticism
issues might be considered important by Anaya as the expression of his childhood.
Skepticism might also be important at this time in real life. A lot of people who seemed
to be very religious, but commited violence among humans just to defense God.
Whereas, God Almighty, He does not need to be defended by human beings and killing
each other. Most people believed that the essence of religion is peace.
~ 11 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
REFERENCES
Anaya, Rudolfo, A. (1972). Bless Me, Ultima. California: TQS Publications.
Black, Robert. (1989 - 1990). Moral Scepticism and Inductive Scepticism. Source: Proceedings of the
Aristotelian Society, New Series, Vol. 90, pp. 65-82 Published by: Wiley on behalf of The
Aristotelian SocietyStable URL: http://www.jstor.org/stable/4545109. Accessed: 29/01/2015.
Baker, Anton and Zubair. (1990). Method Research on Philosophy. Jakarta: Pustaka
Filsafat, Kanisius.
Endraswara, Suwardi. 2008. Method Research On Literature. Jakarta: Penerbit
Medpress.
Lorens Bagus. 1996. Dictionary Of Philosophy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kaunang, Tumoutou Passah. 2012. “Criticism on Rudolfo Anaya”, Thesis on
American Studies Program, University of Indonesia.
Walter Sinnott-Armstrong. (2008). Moderate Classy Pyrrhonian Moral Scepticism.
Source: The Philosophical Quarterly, Vol. 58, No. 232 (Jul., 2008), pp. 448-456.
Published by: Oxford University Press on behalf of the Scots Philosophical
Association and theUniversity of St. AndrewsStable URL:
http://www.jstor.org/stable/40208637 .Accessed: 29/01/2015.
http://www.amazon.com/Bless-Me-Ultima-Rudolfo-Anaya/dp/04466.
Accessed: 29/01/2015.
http://www.sparknotes.com/lit/ultima/themes.html. Accessed: 29/01/2015.
file:///D:/BLESS ME ULTIMA/ANAYA/SCEPTICISM/Hume on Religion.
Accessed: 01/02/2015.
http://www.clifnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/criticism.
Accessed: 29/01/2015.
file:///D:/rudolfo anaya critics files/translate_p.htm. Accessed: 11/01/2013.
http:www.enotes.com/bless-me-qn/themes-characters. Accessed: 11/01/2013.
http://www.novelexplorer.com/category/bless-me-ultima/. Accessed: 06/06/2012.
~ 12 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
http://www.cliffsnotes.com/study_guide/literature/bless-me-ultima/rudolfo.
Accessed:
11/01/2013.
http://skepdic.com/skepticism.htm#5. Accessed: 09/02/2015.
~ 13 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
THE EFFECT OF SQ3R METHODS TO READING FOR ACADEMIC
PURPOSES SUBJECT IN ENGLISH DEPARMENT IV SEMESTER STUDENTS
Yoga Pratama ([email protected])
Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Inggris
Abstract
The SQ3R method is a proven, step-by-step strategic approach to learning and studying
from textbooks. Why is it successful? Because it helps students to discover the
important facts and ideas that are contained in the textbook, and master it and retain that
information so that they are well prepared for the examination.SQ3R is an abbreviation
to help us remember the steps and to make references to it simpler. The symbols stand
for the steps followed in using the method: Survey, Question, Read, Recite, and Review.
A description of each of these steps is given below: These five steps, when applied to
textbook assignments, will help the students in making their study time more efficient
and effective. While this method will take time and practice to master, once it is learned
and applied, it will no longer be necessary to re-read textbook chapters. The added
benefit of using the SQ3R Method is that often students will find their own questions on
a test. Because many instructors use the textbook as an outline for their courses, test
questions will be coming from the same source as them.
Keywords: Survey, Question, Read, Recite, SQ3R
1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam perkuliahan baik jurusan pendidikan ataupun sastra selalu tidak lepas
dari yang namanya reading comprehension atau pemahaman membaca. Oleh karena
itu mata kuliah reading di buat hingga semester 4 dengan tujuan agar para
mahasiswa mampu memahami bacaan atau teori dan materi yang diajarkan atau
digunakan saat pembuatan tugas atau makalah dan saat skripsi.
Kegiatan membaca cepat merupakan suatu kebutuhan. Realita menuntut kita
untuk memiliki kemampuan membaca cepat mengingat begitu banyaknya informasi
melalui berbagai medi cetak yang terbit berjuta_juta eksemplar setiap harinya atau
karena kebutuhan penyelesaian tugas atau lainnya.Membaca cepat pada hakikatnya
~ 14 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
merupakan kegiatan membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak
melupakan masalah pemahaman serta mengatur irama sesuai dengan keadaan bahan
yang dibacanya.
Membaca cepat memiliki tujuanantara lain untuk mengenali topic bacaan,
mengetahui pendapat orang lain (opini); untuk mendapatkan bagian penting yang
kita perlukan tanpa membaca seluruhnya; mengetahui organisasi penulisan, urutan
ide pokok; dan untuk menyegarkan kembali apa yang pernah dibaca.
Saat ini teknik membaca yang dipahami adalah scanning dan skimming untuk
memahami suatu bacaan secara cepat dan detail. Padahal ada satu metode lagi yang
sangat bisa membantu memahami secara cepat sekaligus menganalisis suatu bacaan
metode ini disebut dengan SQ3R.
SQ3R digunakan untuk mencari bahan skripsi dan mensurvey materi yang akan
digunakan saat melakukan penelitian secara detail.
Metode SQ3R yang di kembangkan oleh Prof.Francis P.Robinson,seorang guru
besar psikologi dari Ohio State Unifersity sejak tahun 1941.Nurhadi (1989)
memberi istilah syrtabaku (survey,tanya,baca,katakana,ulang). SQ3R merupakan
metode yang sangat baik untuk membaca secara intensif dan rasional. Metode ini
lebih tepat di perlukan untuk keperluan studi. Karena itu metode ini di rancang
menurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar sistematis,dan efisien.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas maka saya merumuskan masalah yang akan
saya analisis adalah: Seberapa besar pengaruh metode SQ3R terhadap mata kuliah
Reading for academic Purposes.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Metode SQ3R yang di kembangkan oleh Prof.Francis P.Robinson, seorang guru
besar psikologi dari Ohio State Unifersity sejak tahun 1941.Nurhadi (1989)
memberi istilah syrtabaku (survey, Tanya, baca, katakan, ulang). SQ3R merupakan
metode yang sangat baik untuk membaca secara intensif dan rasional.Metode
inilebih tepat di perlukan untuk keperluan studi.Karena itu metode ini di
~ 15 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
rancangmenurut jenjang yang memungkinkan siswa untuk belajar sistematis, dan
efisien. Membaca Efektif dengan SQ3R.
Ada banyak metode membaca yang ditawarkan ilmuwan. Pada kesempatan kali ini,
kita akan membahas salah satunya yakni metode SQ3R. Metoda SQ3R memberikan
strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang
dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/subjudul suatu bab dan dilanjutkan
dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan.
Membaca dengan metoda SQ3R terdiri atas lima tahapan proses yaitu:
1. Survey atau meninjau
2. Question atau bertanya
3. Read atau membaca
4. Recite atau menuturkan
5. Review atau mengulang
Karakteristik Metode SQ3R
Untuk menggunakan metode ini, sebelum membaca kita melakukan survei terhadap
bacaan atau buku untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara
melihat bagian permulaan dan akhir. Misalnya, pada saat akan membaca buku, kita
menyurvei terlebih dahulu judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit,
daftar isi, kata pengantar, rangkuman, dan daftar pustaka. Setelah menyurvei buku, kita
merumuskan beberapa pertanyaan untuk diri sendiri tentang bacaan tersebut yang
diharapkan jawabannya ada dalam buku itu.
Untuk mengetahui penguasaan terhadap bacaan, setelah membaca, kita lakukan
kegiatan menceritakan/mengutarakan kembali dengan kata-kata sendiri. Untuk
membantu daya ingat, kita membuat catatan-catatan kecil.
Kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R diakhiri dengan kegiatan
meninjau kembali/mengulang kembali apa yang sudah kita baca. Kita tidak perlu
membaca ulang bacaan itu secara keseluruhan, tetapi hanya memeriksa bagian-bagian
yang dianggap penting yang memberikan gambaran keseluruhan dari bacaan, juga untuk
~ 16 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
menemukan hal-hal penting yang mungkin terlewat pada saat kita membaca
sebelumnya.
Langkah-langkah Metode SQ3R
Langkah 1 : Survey
Jika kita membaca sebuah buku, apa yang pertama-tama kita lakukan? Apakah kita
langsung membaca buku tersebut?
Sebelum membaca, biasanya orang menyediakan waktu beberapa menit untuk
mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara
cepat dan keseluruhan yang langsung tampak. Anatomi buku meliputi (1) bagian
pendahuluan, seperti halaman judul (judul, nama pengarang, penerbit, tempat penerbit,
tahun terbit, dan sebagainya), daftar isi, halaman ucapan terima kasih, daftar tabel, dan
daftar gambar (jika ada), barangkali juga halaman yang berisi persetujuan yang
berwenang menerbitkan buku tersebut, dan abstraksi; (2) bagian isi buku, yang
menggambarkan urutan dan tata penyajian isi buku; (3) bagian akhir buku, yaitu berisi
kesimpulan, saran atau rekomendasi, daftar pustaka, dan indeks.
Semua unsur dilihat secara sekilas, minimal untuk memberikan gambaran isi,
kemenarikan, dan kemanfaatannya. Buku yang baik (bersifat ilmiah) hendaknya
mengandung bagian-bagian buku tersebut. Jadi, dalam membaca buku tidak langsung
masuk ke dalam batang tubuh bacaan tersebut. Apakah kita juga melakukan hal-hal
yang sama sebelum membaca?
Langkah 2: Question
Pada saat kita menghadapi sebuah bacaan, pernahkah kita mengajukan pertanyaan
pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan? Pertanyaan-pertanyaan
itu dapat menuntun kita memahami bacaan dan mengarahkan pikiran pada isi bacaan
yang akan dimasuki sehingga kita bersikap aktif. Kita tidak hanya mengikuti apa saja
yang dikatakan pengarang. Kita boleh mengkritik dan mempertanyakan apa yang
dikatakan pengarang sambil nanti melihat buktinya.
~ 17 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Langkah 3 : Read
Setelah kita menyurvei dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan, kita mulai
melakukan kegiatan membaca. Tidak perlu semua kalimat, kita dapat membaca dengan
dituntun oleh pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan. Perlambat cara membaca
kita pada bagian-bagian yang penting atau yang kita anggap sulit dan percepat kembali
pada bagian-bagian yang tidak penting atau yang telah kita ketahui. Dengan demikian,
kegiatan membaca kita relatif lebih cepat dan efektif, tetapi pemahaman yang
menyeluruh tentang bacaan atau buku tersebut telah kita dapatkan. Pada langkah ini
konsentrasi diri sangatlah penting.
Langkah 4 : Recite
Setiap kita selesai membaca satu bagian berhentilah sejenak. Buatlah catatan-catatan
penting tentang bagian yang dibaca itu dengan kata-kata sendiri, lakukan itu terus
sampai kita selesai membaca. Catatan itu dapat berupa kutipan, simpulan, atau komentar
kita. Jika kita masih mengalami kesulitan, ulangi sekali lagi bagian yang sulit itu.
Catatan-catatan tersebut akan membantu kita untuk mengingat apa yang sudah dibaca
agar tidak sampai terjadi begitu selesai membaca hilang pula apa yang telah kita baca.
Langkah 5 : Review
Setelah kita selesai membaca buku secara keseluruhan, tinjau kembali hal-hal
penting yang telah kita baca. Temukan bagian-bagian penting yang perlu untuk diingat
kembali, terutama hal-hal yang telah diberi tanda atau digarisbawahi. Pengulangan
kembali ini akan membantu daya ingat kita untuk memperjelas pemahaman terhadap
bacaan, juga membantu menemukan hal penting yang mungkin terlewat sebelumnya.
Selain itu, kita juga mendapatkan isi buku secara keseluruhan. Dari uraian di atas, kita
mengetahui bahwa kegiatan membaca dengan menggunakan metode SQ3R akan lebih
efektif dan efisien serta memungkinkan memberi hasil yang maksimal.
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, saya bertujuan menganalisis dan menunjukan
bahwa judul yang tepat untuk penelitian ini adalah Pengaruh Pembimbing Akademik
Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Unsada Program Studi Sastra Inggris. Untuk
~ 18 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
mencapai tujuan ini saya akan melakukan tahapan-tahapan dan sejumlah penelitian
sebagai berikut :
- seberapa penting peran pembimbing akademik Universitas Darma Persada di
Jurusan sastra Inggris dalam mengoptimalkan hasil studi mahasiswa
- peran apa saja sudah dapat yang dilakanakan dengan baik oleh para pembimbing
dan peran apa saja yang belum dapat dilaksanakan dengan baik oleh para
pembimbing akademik
E. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian yang saya lakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat
kepada yang akan melakukan penelitian yang sama seperti yang saya lakukan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Hasil dari penelitian yang saya lakukan diharapkan dapat memberi manfaat
kepada para peneliti yang akan melakukan penelitian seperti yang saya lakukan,
dan diharapkan juga bisa digunakan sebagai masukan atau acuan untuk
penelitian sejenis.
b. Penelitian yang telah saya lakukan ini seandainya bisa diteruskan dan di
kembangkan oleh peneliti lain dapat meningkatkan sistem yang ada di dunia
pendidikan khususnya program jurusan sastra inggris agar menjadi lebih baik
dan bermutu.
c. Semoga hasil penelitian ini bisa dipergunakan sebaik-baiknya oleh semua pihak
yang ingin mengadakan penelitian atau mempunyai masalah yang sesuai dengan
penelitian saya.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian kali ini yang akan menjadi respondennya adalah mahasiswa
UNSADA jurusan sastra Inggris semester IV kelas pagi dan malam yang jika di total
jumlahnya 50 orang 40 dari 10 orang responden setuju bahwa metode ini sangatlah
penting dan bermanfaat bagi mereka. dengan memaksimalkan semua responden untuk
membuktikan penelitian yang saya lakukan ini. Pada penelitian ini saya memfocuskan
~ 19 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
penelitian saya pada jenis penelitian mengitungan angket dengan persentase simple
menggunakan rumus rasio pecahan dan persentase.
Persentase (%) = (bagian/seluruh) x 100
Menggunakan rumus diatas, Anda dapat mengubah rasio atau pecahan apapun
menjadi persentase. Pada dasarnya, mengalikan rasio atau pecahan apapun dengan 100
akan menghasilkan persentase. Rumus yang sama dapat digunakan untuk menghitung
pecahan dari nilai persentase yang diketahui. 80% dari 50 responden adalah:
80/100 x 50 = 40
3. HASIL & PEMBAHASAN
a. Hasil
Hasil saya mulai dari diagram di bawah yang menunjukan bahawa metode SQ3R
sangatlah berpengaruh dalam mata kuliah reading for specific purposes bagi
mahasiswa yang yama metode ini akan mereka gunakan saat memulai penelitian
skripsi mereka nanti.
kelas pagi
kelas malam
tidak paham
20 %
20 %
10 %
Metode SQ3R ini memberi kemungkinan kepada pembacanya untuk menentukan
apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Metode
SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk bersifat fleksibel. Pengaturan
kecepatan membaca untuk setiap bagian bacaan tidaklah sama. Pembaca akan
memperlambat tempo kecepatan membaca untuk hal-hal yang baru baginya, atau
bagian-bagian tertentu yang sangat dibutuhkannya. Sebaliknya, dia akan menaikkan
tempo kecepatan bacanya,jika bagian-bagian bacaan itu kurang relevan dengan
kebutuhannya atau hal-hal yang sudah dikenalinya.
~ 20 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Manfaat lain, pembaca dibekali dengan suatu metode belajar yang sistematis.
Dengan metode ini, pencapaian hasil belajar dengan efektif dan efisien akan terjamin,
apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode.
Dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memahami ide
atau gagasan yang tersurat maupun tersirat di dalam suatu bacaan yang melibatkan
kerjasama beberapa komponen keterampilan berbahasa. Ada beberapa manfaat yang
bisa dipetik dari penggunaan metode SQ3R. Dengan metode ini siswa akan menjadi
pembaca aktif dan terarah langsung pada pokok bacaan. Mintowati (2003: 23)
menjelaskan manfaat metode SQ3R sebagai berikut:
a) Survey terhadap bacaan akan memberi kemungkinan pada pembaca untuk
menentukan apakah bacaan tersebut sesuai dengan keperluannya atau tidak. Jika
memang bacaan itu diperlukan, tentu pembaca akan meneruskan kegiatan
bacanya. Jika tidak, pembaca akan mencari bahan lain yang sesuai dengan
kebutuhan atau keinginannya.
b. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk berlaku
fleksibel. Artinya pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bahan
bacaan tidaklah harus sama. Pembaca akan memperlambat tempo bacaannya jika
menemukan hal-hal yang reletif baru baginya, hal-hal yang memerlukan
pemikiran untuk memahaminya, atau mungkin bagian-bagian bacaan yang berisi
informasi yang diperlukan pembacan. Sebaliknya, pembaca akan menaikkan
tempo kecepatan bacanya, jika bagian-bagian bacaan itu dipandang kurang
relevan dengan kebutuhannya atau mungkin bagian tersebut sudah dikenalinya.
c. Metode SQ3R membekali pembaca untuk belajar secara sistematis.
d. Penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran akan menghasilkan pemahaman
yang komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman yang komprehensif akan
bertahan lebih lama tersimpan di dalam otak, daripada sekedar mengingat fakta.
e. Metode SQ3R dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar dengan efektif dan
efisien apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
~ 21 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1. Sandainya metode ini tidak hanya diterapkan di mata kuliah reading saja tapi
di mata kuliah lain akan sangat membantu mahasiswa jurusan sastra Inggris
dalam mempersiapkan skripsi.
2. Metode SQ3R bisa membuat siswa mengingat materi bacaan yang di bacanya
dalam jangka waktu lama
3. Dengan menggunakan metode pembelajaran SQ3R, diharapkan mahasiswa
mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kritis, dan
berfikir kreatif sehingga hasil belajar siswa dapat juga ditingkatkan
4. Mampu memadukan kemampuan motorik dengan kemampuan kognitif serta
diperlukan waktu yang relatif singkat guna memperoleh informasi yang ada
dalam bacaan
5. Menggunakan metode SQ3R dalam pembelajaran akan terasa lebih menarik
sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk memahami suatu bacaan.
Daftar Pustaka
Brown, H.Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New
York: Addison Wesley Longman.
Jeremy harmer. 1998. How to Teach English. Pearson longman.
Herudjati ,Purwoko. 2000. Penelitian Tindak Kelas Dalam Bahasa Inggris. INDEKS
John, Willy. 2000. Collin cobult students dictionary. Target press.
Prof. Sugiono. 2008. Metode penelitian pendidikan. ALFABETA.
Sri Esti Wuryani Djiwandono. 2006. Psikologi Pendidikan, GRASINDO.
Richards, Jack C and Theodore S. Rodger. 2001. Approaches and Methods in
Language Teaching. UK: Cambridge University Press.
~ 22 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
EFIKASI DIRI (SELF-EFFICASY) MAHASISWA SASTRA INGGRIS DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN BELAJAR INTERACTIVE
GRAMMAR
Kurnia Idawati
Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Inggris
Abstract
Self-efficacy is defined as a person's belief in his ability to organize and execute a
number of actions that are needed to produce the desired accomplishments and
achievements. Social cognitive theory is often associated with academic achievement.
Correspondingly, a study is conducted to evaluate the self-efficacy of first semester
students majoring in English literature associated with the achievement of their learning
in the subject of Interactive Grammar. The data on self-efficacy were obtained through a
Likert scale instrument of self-efficacy, while the data on achievement were taken from
the students' academic performance test in the subject of Interactive Grammar with
descriptive data processing techniques, Pearson correlation, and Anova. The results
showed that self-efficacy are not always aligned with the achievement. This means that
high self-efficacy is not necessarily followed by a high achievement scores anyway, so
in this study there was no significant correlation found between the two. Thus self-
efficacy cannot be a predictor of achievement in students who attend Interactive
Grammar classes. Explanation related to the cause included in this study.
Keywords: self-efficacy, academic achievement, Interactive Grammar
1. PENDAHULUAN
Mata kuliah Interactive Grammar adalah mata kuliah wajib yang harus diikuti
mahasiswa sastra Inggris selama 4 semester. Interactive Grammar adalah mata kuliah
yang sangat penting sebagai keterampilan linguistik yang mendukung keterampilan
berbahasa yang terdiri dari empat unsur yaitu speaking, listening, reading, dan writing.
Tanpa pengetahuan dan kemahiran menggunakan tata aturan bahasa Inggris, maka
keterampilan berbahasa akan sangat sulit dikuasai. Oleh sebab itu mahasiswa sangat
ditekankan untuk tekun berlatih grammatika bahasa Inggris yang diejawantahkan ke
dalam empat keterampilan berbahasa tersebut di atas. Akan tetapi berdasarkan
pengamatan selama mengajar mata kuliah Interactive Grammar bertahun-tahun,
sebagian besar mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini berprestasi tidak
menggembirakan. Hanya sebagian kecil saja yang bisa menunjukkan keberhasilan yang
~ 23 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
memuaskan. Jika diperbandingkan secara kasar, mereka yang berprestasi dan yang
lemah dalam mata kuliah Interactive Grammar ini adalah 1 : 8. Bila dilihat dari sisi
mahasiswa, banyak faktor seperti minat, sikap, bakat, motivasi, daya ingat, disiplin,
konsep diri, dan lainnya yang memengaruhi keberhasilan dan ketidak berhasilan mereka
dalam mata kuliah ini.
Berbagai metode belajar dalam pendekatan konstruktivisme dan media
pembelajaran telah dilakukan oleh pengajar Interactive Grammar dari tahun ke tahun
namun rasio seperti yang telah disebutkan di atas belum terlalu bergeser ke arah yang
lebih positif. Menyadari hal ini, ditengarai persoalannya lebih banyak berpulang pada
diri para mahasiswa itu sendiri. Pengalaman belajar sebelumnya dapat memengaruhi
motivasi dan kesiapan belajar mereka di perguruan tinggi. Sejumlah mahasiswa
terkadang tidak terlalu percaya diri dalam mengatasi masalah belajar. Alih-alih tetap
tekun belajar yang ditandai dengan tingkat kehadiran dan aktivitas di kelas serta
penyelesaian tugas-tugas belajar, mereka malah mangkir dari kelas. Jika pun hadir di
kelas, mereka cenderung bersikap pasif dan diam. Kondisi ini seharusnya tidak boleh
terus berlangsung, siapapun mahasiswanya. Untuk itulah maka perlu dilakukan suatu
langkah perubahan menuju terwujudnya proses belajar Interactive Grammar yang
berhasil-guna sehingga sebagian besar mahasiswa menguasai kompetensi linguistik agar
mereka mahir berbahasa Inggris dengan baik dan benar.
Langkah pertama perubahan dimulai dari peserta belajarnya itu sendiri. Banyak
aspek yang bisa digali dan diteliti terkait pembelajar, mulai dari aspek kognitif, afektif,
maupun sosial psikologisnya. Salah satunya adalah dari sisi sosial kognitif, yaitu self-
efficacy (efikasi diri). Efikasi diri berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap
kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan (belajar). Teori ini berasal dari Albert
Bandura (1997). Dalam teori itu dikatakan bahwa efikasi diri akan memengaruhi
perilaku sedemikian rupa sehingga efikasi diri yang tinggi tingkatnya berdampak pada
perilaku yang mendekat dan yang rendah cenderung menghindar. Individu akan
menghindar jika mereka yakin bahwa suatu aktivitas berada di luar kemampuannya, dan
di sisi lain, mereka akan mendekat jika mereka yakin bahwa mereka mampu melakukan
aktivitas itu. Mahasiswa dengan tingkat efikasi diri yang rendah lebih mudah menyerah
dalam proses akademik mereka dibandingkan dengan mereka yang tinggi tingkat efikasi
~ 24 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dirinya. Tingkat efikasi diri ini dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan di masa
lalu yang kemudian dapat berdampak pada keberhasilan dan kegagalan di masa depan,
misalnya pada indeks prestasi.
2. PERUMUSAN MASALAH
Berangkat dari pendahuluan di atas maka pertanyaan yang ingin dicari jawabannya
adalah berapa tingkat efikasi diri (self-efficacy) mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Interactive Grammar, dan apakah ada hubungan antara self-efficacy dengan
prestasi akademik mereka dalam mata kuliah Interactive Grammar.
3. TINJAUAN TEORI
Efikasi diri (self-efficacy) adalah sebuah teori dalam disiplin ilmu kognitif yang
merupakan hasil riset utama Albert Bandura. Maka tinjauan teori ini menekankan pada
hasil telaah Bandura yang meliputi pengaruh efikasi diri terhadap kinerja akademik
pembelajar dan hubungan antara efikasi diri dengan prestasi secara umum.
Efikasi diri atau kemampuan yang disadari, mengacu pada kepercayaan diri
individu terhadap kemampuan dirinya dalam mencapai keberhasilan menjalankan tugas
yang diberikan (Bandura, 1997). Jika individu merasa memiliki kemampuan melakukan
tugas dengan sukses, maka tugas tersebut akan dijalaninya.Tugas tersebut akan
dihindarinya jika dirasa terlalu sulit. Namun bagi individu yang memiliki tingkat efikasi
diri rendah, dia akan mudah menyerah bila tugas yang harus dikerjakannya ternyata
sulit. Bagi individu dengan tingkat efikasi diri tinggi, seberapapun sulit tugas tersebut,
dia akan tetap bertahan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Saat individu dengan
tingkat efikasi diri rendah gagal dalam mengerjakan tugas, mereka akan menisbahkan
kegagalan itu sebagai kurangnya kemampuan dirinya dan cenderung kehilangan
kepercayaan pada kemampuannya. Ketika mereka berhasil, mereka akan menisbahkan
keberhasilannya pada faktor-faktor eksternal. Jika mahasiswa menguasai dan mampu
menyelesaikan suatu tugas yang menantang dengan hanya sedikit sekali bantuan,
tingkat efikasi dirinya akan meningkat (Bandura, 1986).
Individu yang memiliki efikasi diri dalam derajat yang tinggi cenderung
menginginkan tugas-tugas yang menantang, bertahan lebih lama, dan berusaha secara
~ 25 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
optimal dalam proses pengerjaannya. Jika mereka gagal, mereka menisbahkannya pada
kurangnya usaha mereka atau lingkungan yang tidak mendukung. Jika mereka sukses,
mereka hubungkan kesuksesan mereka pada kemampuan mereka. Ini adalah sebuah
persepsi bahwa kemampuan mereka menyebabkan keberhasilan yang memengaruhi
hasil (outcome) ketimbang karena kemampuan nyata mereka yang sesungguhnya. (ibid)
Ada empat faktor yang menentukan Efikasi diri, yaitu (a) pengalaman individu
(enactive mastery experience) yang mengacu pada pengalaman sukses atau gagal pada
masa lalu yang kemudian diinternalisasi. Keberhasilan yang dicapainya akan
meningkatkan efikasi dirinya, sedangkan kegagalan yang berulang akan
menurunkannya. Berhasil atau gagalnya akan memengaruhi kemampuan dirinya pada
tugas-tugas selanjutnya. (b) Pengalaman keberhasilan orang lain (vicarious experience),
yakni proses modeling atau belajar dari orang lain akan memengaruhi efikasi diri
individu jika model tersebut relevan. (c) Persuasi verbal (verbal persuasion), yaitu
persuasi verbal yang dilakukan oleh orang-orang yang menjadi panutan dan memiliki
kemampuan untuk mewujudkan segala yang dilakukan, dapat meningkatkan efikasi diri
individu. Dalam pendidikan, persuasi verbal yang disampaikan oleh pendidik sering
dalam bentuk umpan balik verbal, evaluasi, dan dorongan. Persuasi harus realistis, tulus,
dan berasal dari sumber yang kredibel; jika tidak maka akan memengaruhi efikasi diri
pembelajar secara negatif. (d) Keadaan fisiologi dan emosional (physiological and
emotional states) di mana individu akan melihat kondisi fisiologis yang ditandai oleh
kecepatan detak jantung, ritme nafas, keringat dan emosional (mood) dalam menilai
kemampuan, Keadaan emosional yang sedang dihadapi individu akan memengaruhi
keyakinan individu dalam menjalankan tugas.
Keyakinan akan kemampuan bervariasi di antara para individu dan bersifat
fluktuatif dalam satu individu untuk tugas-tugas yang berbeda (Bandura, 1997). Dalam
banyak aktivitas, efikasi diri berkontribusi terhadap aktualisasi diri (self-esteem)
(Bandura, 1986). Keyakinan-keyakinan efikasi diri memengaruhi cara orang mendekati
tantangan-tantangan baru dan berkontribusi terhadap tampilan kinerja karena
keyakinan-keyakinan ini memengaruhi proses berfikir, motivasi, dan perilaku (Bandura,
1997). Efikasi diri tidak statis dan dapat berubah bersama waktu yang merupakan hasil
dari penilaian ulang (reassessment) secara periodik terhadap seberapa memadainya
kinerja yang telah dilakukannya (Bandura, 1986).
~ 26 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dapat disimpulkan di sini bahwa efikasi diri mengacu pada keyakinan diri
bahwa dirinya mampu melakukan suatu tugas. Efikasi diri dipengaruhi oleh faktor
pengalaman individu sebelumnya, pengalaman orang lain yang menjadi model, persuasi
verbal, dan kondisi fisiologi dan emosional. Dari semua faktor ini, pengalaman individu
sebelumnya adalah yang paling berpengaruh terhadap efikasi diri.
4. Efikasi Diri dan Prestasi Akademik
Manakala konsepsi efikasi diri diperluas dengan menyertakan faktor-faktor
seperti regulasi diri (self-regulation) dalam aktivitas-aktivitas belajar, kemampuan sosial
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan bertahan pada tekanan teman
sebaya yang mengalihkan pencapaian akademik, status sosio ekonomi, dan dampak
hubungan kekerabatan, maka pengukuran-pengukuran efikasi diri lebih bisa diprediksi
dan secara substansial lebih cenderung pada perbedaan dalam prestasi akademik
(Becker, 2009).
Performa akademik merupakan hasil dari kapasitas intelektual dan motivasi
(Bandura, 1997). Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang berulang (Andrew, 1998;
Chemers, Hu & Garcia, 2001; Silver, Smith, & Green, 2001), efikasi diri merupakan
salah satu dari beberapa pengaruh terhadap prestasi akademik. Efikasi diri memprediksi
kinerja intelektual lebih baik dibandingkan dengan sekedar skill, efikasi diri secara
langsung memengaruhi unjuk kinerja akademik. Efikasi diri juga secara tidak langsung
memengaruhi ketekunan (Bandura, 1997). Greene dan Miller (1996) menemukan
korelasi yang positif antara kemampuan yang disadari, tujuan belajar, dan keterlibatan
kognitif yang bermakna yang kemudian memengaruhi prestasi akademik. Efikasi diri
juga dianggap sebagai prediktor yang baik untuk pencapaian prestasi akademik
(Hughes, 2011).
5. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk mencari jawaban atas pertanyaan berapa tingkat
efikasi diri (self-efficacy) mahasiswa yang belajar mata kuliah Interactive Grammar dan
apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan prestasi akademik mereka pada mata
kuliah Interactive Grammar.
~ 27 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
6. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pengetahuan bagi para
pendidik terkait konsep efikasi diridan tingkat efikasi diri mahasiswa dalam mata kuliah
Interactive Grammar. Tingkat efikasi diri mahasiswa akan berbeda-beda tergantung
pada disiplin ilmunya (jenis mata kuliah) dalam jurusan yang sama. Oleh karena itu
hasil penelitian efikasi diri ini tidak bisa dianggap sebagai “one measure fits all”,
artinya mahasiswa A yang tingkat efikasi diri-nya rendah pada mata kuliah B akan
rendah pula efikasi diri-nya pada mata kuliah C dan seterusnya. Meskipun demikian,
pendidik yang menaruh perhatian pada keberhasilan belajar anak didiknya akan
mempertimbangkan mengukur efikasi diri anak didiknya bersamaan dengan
meningkatkan metode belajar yang menarik untuk mereka.
7. DESAIN DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang menelaah efikasi diri para
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Interactive Grammar dan hubungannya dengan
prestasi belajar mata kuliah tersebut yang ditandai oleh hasil ujian akhir semester.
Desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
efikasi diri Keberhasilan belajar Interactive Grammar
(Variabel bebas) (variabel terikat)
Instrumen pengambilan data self-efficacy diadaptasi dari self-efficacy scales dari
Bandura (2006) dalam bentuk 5 tingkat skala Likert (1= sangat tidak setuju, sampai 5=
sangat setuju) dan merupakan survey self-report. Pernyataan kuesioner dinyatakan
secara positif dan negatif untuk meningkatkan reliabilitas dan mengurangi jawaban-
jawaban apatis.
Data penelitian diolah secara deskriptif dengan menghitung rata-rata dan
simpangan baku serta menggunakan tes statistik Pearson Correlation dan ANOVA.
8. HASIL PENELITIAN
Data terkait efikasi diri diperoleh dari responden mahasiswa semester pertama
yang mengikuti perkuliahan Interactive Grammar I pada semester ganjil tahun akademik
2015-2016. Data tersebut diambil setelah responden kuliah Interactive Grammar sampai
~ 28 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
tujuh kali pertemuan agar mereka memiliki pengalaman belajar mata kuliah tersebut dan
kesan tertentu sehingga data efikasi diri benar-benar merepresentasikan keyakinan
mereka tentang kemampuan mereka menguasai Interactive Grammar. Sedangkan data
prestasi diambil pada akhir semester berupa hasil belajar Interactive Grammar I secara
keseluruhan pada semester berjalan.
8.1. Tingkat Efikasi Diri Mahasiswa
Untuk mendapatkan tingkat efikasi diri mahasiswa, pertama-tama harus
diketahui kategori tingkat atau level efikasi diri. Skor terentang dari 15 sampai 75. Skor
yang lebih dari atau sama dengan 60 diklasifikasikan sebagai tingkat efikasi diri tinggi,
skor dari 31 sampai 59 digolongkan sebagai tingkat efikasi diri menengah atau sedang,
sedangkan skor yang kurang dari 30 dianggap sebagai tingkat efikasi diri rendah.
Berdasarkan data di halaman 7, keseluruhan skor skala Likert responden dijumlah dan
didapat angka 1051 lalu dibagi sejumlah responden; maka didapat skor 52,55. Merujuk
pada ketentuan tingkat efikasi diri di atas, maka skor efikasi diri rata-rata mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah Interactive Grammar I tersebut berada pada level sedang
atau menengah.
8.2. Hubungan antara Efikasi Diri dan Prestasi Akademik
Dari 28 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Interactive Grammar I pada
semester ganjil tahun akademik 2015-2016, hanya 20 mahasiswa yang datanya dapat
diambil karena berkaitan dengan konsistensi kehadiran mereka di kelas. Dengan
demikian maka prestasi akademik mereka diakhir semester yang terkait mata kuliah
Interactive Grammar diambil dari mahasiswa yang telah memberikan data efikasi diri.
Angka-angka prestasi terentang dari yang paling rendah 37,2 sampai yang paling tinggi
91. Jika diamati antara efikasi diri dengan prestasi dari responden yang sama, secara
kasat mata tidak terlihat hubungan di antara keduanya. Responden yang memiliki skor
efikasi diri tinggi terhadap mata kuliah Interactive Grammar belum tentu memperoleh
prestasi belajar yang sama tinggi pada mata kuliah tersebut, seperti yang bisa dilihat
pada nomor 4. Demikian pula responden yang mendapatkan skor prestasi tinggi tidak
harus mencapai skor efikasi diri yang tinggi seperti yang dapat dilihat pada nomor 17.
~ 29 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tabel berikut ini menyajikan perbandingan antara skor efikasi diri dan skor prestasi
mahasiswa pada mata kuliah Interactive Grammar.
No
responden
Efikasi Diri Prestasi
1 54 37.2
2 58 46.9
3 40 55
4 62 45.9
5 54 54
6 64 47
7 47 48.8
8 55 62.1
9 59 52.6
10 51 67.7
11 47 76.9
12 51 70.2
13 51 65.5
14 57 77.7
15 49 81
16 51 75.2
17 48 88.8
18 58 91
19 51 71.2
20 44 59.8
M= 52,55
Std Dev= 6,021
M= 63,725
Std Dev= 15,231
Tabel 1. Skor Efikasi Diri dan Skor Prestasi
~ 30 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat angka korelasi antara variabel efikasi diri dan
prestasi akademik adalah -0,253. Itu artinya hubungan antara kedua variabel tersebut
negatif dan sangat lemah, karena mengacu pada patokan bahwa korelasi 0 – 0,25
menunjukkan korelasi yang sangat lemah dan hampir tidak ada (Sarwono, 2006). Selain
itu signifikansi 0,283 ternyata lebih besar dari 0,05, yang bermakna bahwa hubungan
antara efikasi diri dan prestasi dalam penelitian yang dilakukan terhadap sampel kelas
Interaktive Grammar I tidak signifikan karena syarat hubungan yang signifikan harus
(sig) < 0,05.
F hitung adalah 1,226 lebih kecil dari F tabel 3,55 sehingga dapat dikatakan
bahwa “efikasi diri berpengaruh terhadap prestasi akademik” ditolak. Dengan demikian
maka efikasi diri tidak bisa dijadikan prediktor untuk prestasi dalam penelitian yang
dilakukan terhadap kelas Interactive Grammar pada semester 1 tahun akademik 2015-
2016 ini. Selain itu jika dilihat besaran pengaruh efikasi diri terhadap prestasi seperti
yang dapat dilihat pada tabel 7 (R square 0,064) dikalikan 100 % menjadi 6,4%, maka
nilai tersebut menjadi tidak berarti.
Korelasi Pearson
Efikasi Diri
Prestasi Akademik
-0,253
Sig 0,283
Ketentuan:
0-0,25 tidak ada korelasi
(sig) < 0,05 korelasi signifikan
Prediktor Efikasi Diri
terhadap Prestasi
F hitung 1,226
F tabel 3,55
Ketentuan:
F hitung > F tabel
Pengaruh Efikasi diri
terhadap Prestasi
R square 0,064 x
100% = 6,4%
Hampir tidak ada pengaruh
Tabel 2. Korelasi, prediktor, dan pengaruh efikasi diri terhadap prestasi
8.3 Pembahasan
~ 31 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berdasarkan hasil penelitian, semua responden mahasiswa semester I rata-rata
memiliki tingkat efikasi diri menengah atau cukup/sedang dalam mata kuliah Interactive
Grammar I. Skor keseluruhan efikasi diri mereka terentang dari 40 sampai dengan 64.
Skor 64 adalah skor tertinggi yang dicapai sedangkan yang terendah adalah 40, masih
dalam rentang tingkat sedang. Patokan efikasi diri tingkat sedang terentang dari 31
sampai 59. Rata-rata skor efikasi diri mahasiswa adalah 52,55.
Tingkat efikasi diri yang hampir masuk kategori tinggi ini agak mengherankan
jika dibandingkan dengan pencapaian prestasi akademik mereka dalam mata kuliah
yang sama. Rata-rata pencapaian prestasi mereka adalah 63,73 atau setara C+ akan
tetapi standar deviasi (simpangan baku)nya adalah 15,231 yang bermakna bahwa
perbedaan kemampuan mahasiswa dalam mata kuliah Interactive Grammar relatif besar.
Skor prestasi tertinggi adalah 91 sedangkan yang terendah adalah 37,2. Namun
perbedaan efikasi diri antara keduanya tidak terlalu besar, skor mahasiswa berprestasi
tertinggi efikasi dirinya adalah 58, sedangkan yang terendah adalah 54. Hal ini
merupakan indikasi terjadinya bias responden yaitu “efek menyenangkan peneliti”
karena pengambilan data efikasi diri menyertakan nama masing-masing responden
sehingga semua responden memberikan pilihan jawaban yang bernilai positif. Ditambah
lagi responden penelitian merupakan mahasiswa dalam kelas Interactive Grammar yang
diampu peneliti.
Penelitian ini mengukur efikasi diri pada pertengahan semester. Beberapa
penelitian lain terkait pengukuran efikasi diri terentang dari awal hingga akhir semester.
Penelitian lainnya malah tidak menyebutkan kapan data efikasi diri diambil. Dalam
literatur juga tidak terdapat panduan kapan sebaiknya data tersebut diambil. Mungkin
saja seandainya pengukuran efikasi diri dilakukan dua minggu sebelum ujian akhir
semester akan menghasilkan perbedaan yang signifikan. Bagaimanapun juga, efikasi
diri dapat berubah setiap waktu (Bandura, 1986).
Penghitungan statistik seperti yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa
ternyata tidak terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri mahasiswa peserta
perkuliahan Interactive Grammar I tahun akademik 2015-2016 dengan prestasi
akademik mereka. Artinya efikasi diri sebagai sesuatu yang tidak terkait dengan
prestasi, padahal dalam teori yang merujuk pada beberapa penelitian menunjukkan
bahwa efikasi diri yang menggambarkan keyakinan pada kemampuan belajar
~ 32 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
berkorelasi positif dengan prestasi (Andrew, 1998; Chemers, Hu & Garcia, 2001; Silver,
Smith, & Green, 2001). Ada beberapa kemungkinan sebagai sebab yang bisa
dikemukakan di sini untuk menjelaskan hal tersebut.
Pertama, secara deskriptif, terdapat 2 responden yang memiliki efikasi diri
tergolong tinggi (62 dan 64) namun mendapatkan prestasi belajar rendah (45,9 dan 47).
Di sisi lain ada 3 responden yang berefikasi diri sedang (48, 49, dan 58) namun
memperoleh pencapaian belajar tinggi setara A (88,8; 81; dan 91) dan selebihnya
memiliki efikasi diri sedang dan prestasi sedang meski ada juga yang berprestasi
rendah. Data seperti itu menjelaskan mengapa variabel efikasi diri tidak berkorelasi
dengan variabel prestasi. Hipotesis korelasi mengatakan bahwa semakin tinggi skor
efikasi diri, bertambah tinggi pula skor prestasi yang diperoleh, demikian pula
sebaliknya. Namun hal itu tidak terjadi. Ketidak teraturan skor efikasi diri dengan skor
prestasi berdampak pada ditolaknya hipotesis yang mengatakan bahwa efikasi diri
berkorelasi dengan prestasi belajar. Dengan demikian dalam penelitian ini efikasi diri
tidak berkorelasi dengan prestasi.
Kedua, para mahasiswa semester I tampaknya masih belum terbiasa dengan apa
yang disebut sebagai self-directed learning yang merupakan syarat keberhasilan belajar
di perguruan tinggi. Self-directed learning merupakan dorongan dan kemauan dari
dalam diri individu untuk berinisiatif belajar tanpa perlu disuruh atau diminta orang
lain. Individu mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam proses keberhasilan
belajar dan sama sekali tidak menggantungkan keberhasilan pada faktor eksternal.
Namun yang terjadi dalam kasus ini, optimisme terhadap keyakinan akan kemampuan
diri yang tinggi tidak ditopang dengan kedisiplinan dalam belajar dan self-directed
learning tadi sehingga terjadi gap antara keyakinan (efikasi diri) dan prilaku (tanggung
jawab belajar). Kebiasaan belajar pada tingkat pendidikan sebelumnya berpengaruh
pada pola belajar pendidikan selanjutnya. Padahal di sisi lain, pendidikan tinggi
menuntut mereka untuk mengandalkan inisiatif belajar mandiri. Kegembiraan karena
baru menyandang predikat mahasiswa memunculkan optimisme idealis tanpa mampu
mengukur kemampuan kognitif dan usaha untuk mengaktualisasikan efikasi diri.
Ketiga, adanya ekspektasi atau harapan mahasiswa terhadap “siapa tahu saya
beruntung” entah melalui cara menyontek atau cara-cara lain yang bersifat mengakali
semodel dengan saat mereka di bangku sekolah menengah. Efikasi diri yang mengarah
~ 33 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
pada gambaran positif dan bukan menggambarkan kondisi diri individu dimaknai
sebagai citra diri positif bukan keyakinan tentang kemampuan kognitif menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
9. KESIMPULAN
Meskipun banyak penelitian yang berkenaan dengan efikasi diri menunjukkan
bahwa efikasi diri merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam
keberhasilan belajar, termasuk belajar bahasa, pada kenyataannya dalam penelitian yang
dilakukan terhadap mahasiswa semester pertama jurusan Sastra Inggris, hal tersebut
tidak terjadi. Beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebabnya antara lain adalah
bahwa responden memberikan jawaban yang bias karena peneliti adalah dosen
pengampu mata kuliah yang mereka ambil. Kemungkinan berikutnya adalah optimisme
terhadap keyakinan akan kemampuan diri yang tinggi tidak ditopang dengan
kedisiplinan dalam belajar dan self-directed learning sehingga terjadi gap antara
keyakinan (efikasi diri) dan prilaku (tanggung jawab belajar). Kemungkinan lain adalah
bahwa mahasiswa keliru mempersepsi efikasi diri yang mengarah pada gambaran positif
dan bukan menggambarkan kondisi diri individu sehingga dimaknai sebagai citra diri
positif bukan keyakinan tentang kemampuan kognitif menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang dipelajari.
Pengukuran efikasi diri akan lebih signifikan bila ditujukan kepada mahasiswa
yang berada di semester yang agak tinggi sehingga kesadaran pada keberhasilan belajar
juga tinggi. Di samping itu, mahasiswa yang memiliki pengalaman belajar yang sukses
dengan sering memperoleh nilai baik dalam beberapa mata kuliah, dipastikan memiliki
efikasi diri yang tinggi demikian pula sebaliknya. Cara pandang mahasiswa semester
awal yang meremehkan proses belajar dan menganggap diri memiliki kemampuan
belajar padahal dalam kenyataannya tidak mampu membuktikannya dengan prestasi
belajar yang baik, sesungguhnya menunjukkan konsep diri yang masih lemah.
Ke depannya perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait efikasi diri yang lebih
mendalam yang di dalamnya konsepsi efikasi diri diperluas dengan menyertakan faktor-
faktor seperti regulasi diri (self-regulation) dalam aktivitas-aktivitas belajar,
kemampuan sosial untuk menciptakan lingkungan yang mendukung dan bertahan pada
tekanan teman sebaya yang mengalihkan pencapaian akademik, status sosio ekonomi,
~ 34 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dan dampak hubungan kekerabatan. Dengan demikian, pengukuran-pengukuran efikasi
diri lebih bisa diprediksi dan secara substansial lebih cenderung menggambarkan
pengaruh yang signifikan pada prestasi akademik (Becker, 2009).
Daftar Pustaka
Andrew, S. (1998). Self-efficacy as a predictor of academic performance in science.
Journal of Advanced Nursing, 27(3), 596-603.
Bandura, A. (1986). Social foundations of thought and action: A social cognitive theory.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Bandura, A. (1993). Perceived Self-Efficacy in Cognitive Development and
Functioning. Educational psychologist, 28 (2), 117-148. Lawrence Earlbaum
Associates, Inc.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of
human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted
in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic
Press, 1998).
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W.H. Freeman
and
Company.
Bandura, A. (2006). Self-Efficacy Beliefs of Adolescents, 307-337. Information Age
Publishing
Becker, S.P. (2009). The Relationship of Self-Efficacy with GPA, Attendance, and
College Student Retention. Paper presented at the 40th Annual Conference
of the Northeastern Educational Research Association, Rocky Hill,
Connecticut, October 21-23
Chemers, M. M., Hu, L., & Garcia, B. F. (2001). Academic self-efficacy and first-year
college
student performance and adjustment. Journal of Educational Psychology, 93(1), 55-64.
Crespo, M. & Reid, M. (2009). Control of Thought: Self-Esteem, Self- Efficacy and
Attribution. ITF Coaches Education Programme Coaching High
Performance Players Course. CoachEducationSeries Copyright ©ITF
Gist, M.E., Mitchell, T.R. (1992). Self-Efficacy: A Theoretical Analysis of Its
Determinants and Malleability. Academy of Management Review. Vol. 17,
No.2 , 183-211
Greene, B. A., & Miller, R. B. (1996). Influences on achievement: Goals, perceived
ability,
and cognitive engagement. Contemporary Educational Psychology, 21, 181-192.
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit
Andi, Yogyakarta
Silver, B. B., Smith, E. V., Jr., & Greene, B. A. (2001). A study strategies self-efficacy
instrument for use with community college students. Educational and
Psychological Measurement, 61(5), 849-865.
~ 35 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PERBEDAAN PENGGUNAAN KATA 之 (ZHI)
DALAM BAHASA CINA KLASIK (古代汉语)
DAN BAHASA CINA MODERN / MANDARIN (现代汉语)
Yulie Neila Chandra, Gustini Wijayanti
Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Cina
Abstrak
Penelitian kualitatif deskriptif ini walaupun melibatkan bahasa klasik di Cina pada
zaman dulu, bukanlah merupakan penelitian diakronis karena tidak melibatkan
perkembangan historisnya. Penelitian terhadap bahasa pada penelitian ini tetap bersifat
sinkronis. Penelitian ini memerikan gejala-gejala bahasa terutama mengenai perbedaan
penggunaan kata 之 (zhī) dalam bahasa klasik dan bahasa modern. Kata 之 (zhī)
merupakan salah satu leksikon klasik yang masih digunakan dalam bahasa modern.
Makna 之(zhī) dalam bahasa klasik cukup beragam sehingga dapat menduduki kelas
kata yang juga beragam. Dalam bahasa modern, penggunaannya khusus di dalam ragam
tulis dan bersifat formal. Status 之(zhī) sebagai kata dan juga morfem, membuat 之(zhī)
dapat bergabung dengan morfem atau kata yang lain (terutama nomina) sehingga
membentuk suatu kata yang pada umumnya menunjukkan tempat atau waktu.
Penggabungan itulah yang banyak digunakan di dalam bahasa modern. Bila kata 之
(zhī) digunakan sendiri, fungsinya adalah sebagai pronomina (pronomina persona dan
demonstrativa), serta sebagai partikel yang menghubungkan pewatas dengan induknya
(intinya). Oleh karena itu, kata 之 (zhī) merupakan salah satu partikel pembentuk
nomina (nominalisasi) di dalam bahasa modern yang sifatnya mirip dengan partikel
struktural 的 (de).
Kata Kunci:
Bahasa Cina Klasik, Bahasa Cina Modern (Mandarin), 之 (zhī), Ragam Tulis, Partikel
1. Pendahuluan
Bahasa Cina (Mandarin) merupakan salah satu bahasa yang memiliki sejarah yang
panjang. Maksudnya, bahasa Mandarin (普通话p u t o n g h u a
) telah melalui sejarah dengan masa
yang sangat panjang dari zaman dulu hingga menjadi bahasa persatuan di RRC, bahkan
di negara lain seperti Taiwan dan Singapura walau dalam istilah yang berbeda. Sejarah
panjang tersebut berkaitan dengan sejarah kedinastian di Cina. 1
1 Dalam penelitian ini tidak dibahas mengenai sejarah bahasa Mandarin, termasuk sejarah kedinastian di
Cina, serta sejarah transkripsi ejaan bahasa Mandarin.
~ 36 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Bahasa Cina klasik yang disebut 古gǔ
代dài
汉hàn
语yǔ
/ 古gǔ
汉hàn
语yǔ
atau 文wén
言yán
adalah bahasa
yang dipakai di Cina sebelum terjadinya peristiwa gerakan 4 Mei 1919 (Pustaka Bahasa
Asing Beijing, 1995). Bahasa tersebut lebih merujuk pada ragam tulis. Bahasa Cina
klasik memiliki kosakata yang khas karena bentuknya baku dan makna yang
dikandungnya kuat atau mantap, serta gramatika yang unik. Kosakata bahasa Cina
klasik terdiri atas dua macam, yaitu kosakata sejarah (历史词语lìshǐcíyǔ
) dan kosakata
klasik/susastra (文言词语wényáncíyǔ
). Keduanya dapat disebut 古语词gǔyǔcí
. Kosakata sejarah kata-kata
yang berasal dari sejarah, atau yang merujuk kepada segala sesuatu yang berkaitan
dengan sejarah zaman dulu, seperti benda-benda sejarah, alat-alat, senjata, nama orang,
nama tempat, dan lain-lain yang berkaitan dengan zaman dulu, mitologi, dongeng,
legenda, dan sebagainya. Contoh kosakata sejarah: 寡人guǎrén
‘saya (untuk kaisar/raja)’,
圣旨shèngzhǐ
‘titah kaisar’, 妃子fēizi
‘selir kaisar’, dan lain-lain. Kosakata klasik atau sastra klasik
adalah kata-kata yang berasal dari kitab-kitab klasik Cina, seperti 非fēi
‘tidak’, 倘tǎng
‘jika’,
亦yì
‘juga’, 黎明límíng
‘subuh/fajar’, dan lain-lain. Sementara itu, gramatika (tata bahasa)
bahasa Cina klasik walau dirasakan lebih sulit daripada bahasa Cina modern
(Mandarin), yang biasa disebut 现xiàn
代dài
汉hàn
语yǔ
, tetap lebih sederhana karena dalam bahasa
klasik hanya dengan beberapa kata atau huruf dapat menyatakan isi yang terkandung
dalam sebuah kalimat (Kang Duancong, 2008). Salah satu kata bahasa klasik yang
masih digunakan sekarang ini adalah 之z h ī
.
Harold Shadick (1968) mengungkapkan bahwa 之z h ī
merupakan konjungsi
subordinatif. Maksudnya, penghubung dua bentuk bebas sehingga menjadi sebuah frase
nominal. Selain itu, 之z h ī
menjadi pembentuk nomina yang berasal dari bentuk subjek
predikat (SP). Oleh Karena itu, inti dari telaah kata 之z h ī
menurut Shadick (1968) adalah
sebagai nominalisasi atau pembentuk nomina, contoh:
~ 37 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
(1) 君jūn
之zhī
美měi
‘Kecantikan anda’ (bukan ‘anda cantik’)
W.A.C.H. Dobson (1974) mengemukakan bahwa 之z h ī
merupakan partikel yang
menunjukkan: (1) konjungsi sintagmatis yang muncul di antara pewatas dan nomina; (2)
pemarkah sintagmatis yang muncul di antara agent (subjek/pelaku) dan verba dari
sebuah klausa sehingga menjadi frase nominal; (3) pronomina anaforis yang diletakkan
di belakang verba untuk menggantikan persona (orang) atau benda; (4) demonstrativa
(pronomina penunjuk); dan (5) dapat menggantikan kata 其qí
(pronomina: ‘ia’/’itu’) yang
juga berasal dari bahasa klasik.
Shou Hsin Teng dan Lo Sun Perry (1993) dalam kajian pedagogisnya
memaparkan bentuk kata yang dapat dibentuk oleh 之z h ī
, yakni dengan memberikan pola:
之 (zhi) + Nomina (nomina yang menunjukkan tempat seperti 内n è i
‘dalam’, 外w à i
‘luar’, 中zhōng
‘tengah’, 上shàng
‘atas’, 下x i à
‘bawah’, 前qián
‘depan’, dan 后h ò u
‘belakang’). Hasil bentukan tersebut
merupakan kata-kata yang menunjukkan tempat atau waktu, seperti 之zhī
内nèi
, 之zhī
外wài
, 之zhī
后hòu
,
dan lain-lain.
Li Xingjian (2004) mengungkapkan berbagai kelas kata yang dimiliki oleh 之z h ī
,
yakni (1) verba; (2) demonstrativa (pronomina penunjuk); (3) partikel yang digunakan
di antara pewatas dan kata inti/induk untuk menyatakan hubungan pewatasan serta
membentuk frase subordinatif; (4) nominalisasi (pembentuk nomina); dan (5) sebagai
sufiks.
Bai Yulin dan Chi Duo (2004) dari kacamata bahasa Cina klasik. Menurut
mereka, penggunaan kata 之z h ī
sangat luas, yaitu sebagai: (1) Pronomina (代dài
词cí
); (2)
Adverbia (副fù
词cí
); (3) Preposisi (介jiè
词cí
); (4) Konjungsi (连lián
词cí
); (5) Partikel Struktural (结jié
构gòu
助zhù
词cí
); (6) Modalitas/Fatis (语yǔ
气qì
); dan (7) Bentuk rangkap (兼j iā n
).
~ 38 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kang Duancong (2008) menelaah kata 之z h i
berdasarkan gramatika bahasa klasik.
Ia mengemukakan dua kelas yang dimiliki oleh 之z h i
, yaitu pronomina dan partikel.
Sebagai pronomina, kata 之z h i
dapat menggantikan persona, dan juga benda atau hal.
Sebagai pronomina persona, fungsi yang utama adalah menggantikan orang ketiga baik
tunggal maupun jamak. Oleh karena itu, 之zhi
dapat disulihkan oleh 他ta
atau 他们tamen
. Contoh:
(2) 张zhāng
丑chǒu
为wéi
质zhì
于yú
燕yàn
,燕yān
王wáng
欲yù
杀shā
之zhī
。
‘Zhang Chou menjadi sandera di Negara Yan, Raja Yan hendak membunuhnya.’
Kalimat (4) di atas memiliki makna yang sama dengan kalimat (5) berikut ini
dalam bahasa modern.
(3) 张zhāng
丑chǒu
在zài
燕yàn
国guó
当dāng
人rén
质zhì
, 燕yān
王wáng
想xiǎng
要yào
杀shā
掉diào
他tā
。
‘Zhang Chou menjadi sandera di Negara Yan, Raja Yan hendak membunuhnya.’
Kang Duancong (2008) juga memaparkan penggunaan 之z h ī
sebagai partikel, yang tidak
jauh berbeda dengan paparan para ahli lainnya.
Makalah ini mencermati dan mengupas perbedaan penggunaan kata 之 dalam
bahasa Cina klasik dan bahasa Cina modern (Mandarin) berdasarkan bentuknya
terutama kelas katanya, serta maknanya sehingga dapat lebih dipahami sejauh mana
kata 之 ini digunakan di dalam bahasa Mandarin setakat ini. Telaah yang bersifat
deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis padan dan distribusional.
Melalui metode analisis padan, dapat ditemukan padanan kata yang tepat dari kata 之
sesuai dengan kelas katanya; sedangkan pemerian kata 之 dengan menggunakan metode
distribusional teknik penyulihan dan komparatif.
2. Pembahasan
~ 39 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kata 之z h ī
merupakan satu di antara kosakata klasik yang masih digunakan di
dalam bahasa modern. Status 之z h ī
adalah kata yang sekaligus juga merupakan morfem
karena memiliki makna. 之z h ī
memiliki makna yang beragam, yakni makna leksikal dan
juga makna gramatikal, yang bergantung pada penggunaannya. Karena 之z h ī
berasal dari
bahasa klasik, maka penggunaan 之z h ī
dalam bahasa modern hanya muncul pada ragam
tulis sehingga penggunaan 之z h ī
bersifat formal. Oleh sebab itu, 之z h ī
banyak muncul dalam
surat kabar, majalah, berbagai karya sastra seperti prosa, puisi, novel, dan lain-lain.
Berikut paparan perbedaan penggunaan kata 之 dalam bahasa Cina klasik dan bahasa
Cina modern (bahasa Mandarin) yang disajikan dalam sebuah tabel.
Tabel 1 Perbedaan Penggunaan Kata 之 dalam Bahasa Klasik dan Bahasa Modern
(Mandarin)
NO. BAHASA CINA KLASIK
(古代汉语)
BAHASA CINA MODERN /
MANDARIN (现代汉语)
1 Ragam lisan dan tulis; formal dan
non-formal
Ragam tulis dan formal
2 Kitab-kitab klasik, cerita klasik,
umum
Surat kabar, majalah, karya-karya
sastra
3 Verba Verba, sudah jarang digunakan karena
disulihkan oleh verba 去, 离开, 到, 往.
Contoh: 1. 之zhī
金jīn
陵líng
‘Pergi ke Jinlung’
2. 由京之渝yóujīngzhīyú
。‘Dari Beijing pergi ke
Chongqing.’
4 Pronomina Persona Pronomina Persona, sudah jarang
digunakan karena disulihkan oleh
pronomina persona 我, 你, 他, 它, dll.
Contoh:
1. 燕yān
王wáng
欲yù
杀shā
之zhī
。 ‘Raja Yan
hendak membunuh dia.’
~ 40 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. 称 之 为chēngzhīwéi
” 天 元tiānyuán
”。
‘Dinamakan Tian Yuan.’
5 Pronomina Penunjuk
(demonstrativa)
Pronomina Penunjuk (Demonstrativa)
= 这, 那. Contoh:
1. 之子于归zhīzǐyúguī
。 ‘Anak ini pulang ke
bakal rumahnya.’
2. 之zhī
子z ǐ
于yú
征zhēng
。 ‘Orang-orang muda
ini berekspedisi.’
6 Adverbia untuk menyatakan
tekanan
Tidak digunakan karena sudah ada
adverbia 就
7 Preposisi yang membentuk frase
preposisional
Preposisi, sudah tidak digunakan
karena dapat disulihkan oleh preposisi
对于, 比, 于, dll
8 Konjungsi yang menghubungkan
kata atau frase
Konjungsi, sudah tidak digunakan
karena dapat disulihkan oleh konjungsi
和, 与, dll
9 Partikel Struktural yang
menghubungkan pewatas dengan
induk/intinya
Partikel Struktural yang
menghubungkan pewatas dengan
induk/intinya (hubungan pewatasan)
sehingga membentuk frase subordinatif
nominal, dan dapat disulihkan dengan
partikel 的. Penggunaan 之 sebagai
partikel struktural yang
menghubungkan pewatas dengan
induknya paling banyak dijumpai di
dalam bahasa modern (Mandarin).
Contoh:
1. 钟 鼓 之 声zhōnggǔzhīshēng
‘Suara lonceng
dan gendang’
2. 黄 河 之 水 天 上 来 吗huánghézhīshuǐtiānshàngláima
?
‘Apakah air sungai kuning datang
dari langit?’
3. 一夜造成之塔yíyèzàochéngzhītǎ
‘Menara yang
dibuat dalam semalam.’
~ 41 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
4. 原因之一yuányīnzhīyī
‘salah satu alasan’
10 Partikel struktural yang diletakkan
di antara subjek dan predikat
dalam sebuah frase subjek predikat
Partikel (kata tugas) yang diletakkan di
antara subjek dan predikat dalam frase
subjek predikat sehingga menjadi frase
subordinatif atau menjadi klausa, sudah
jarang digunakan karena disulihkan
oleh partikel 的. Contoh:
1. 影 响 之 深 远 出 乎 预 料yǐngxiǎngzhīshēnyuǎnchūhūyùlià
。
‘Luasnya pengaruh melampaui
yang diharapkan.’
2. 速度之快sùdùzhīkuài
。 ‘Kecepatan cepat.’
11 Partikel struktural yang diletakkan
di antara predikat dan komplemen
(hubungan melengkapi)
Partikel struktural yang diletakkan di
antara predikat dan komplemen
(hubungan melengkapi) sudah tidak
digunakan karena disulihkan oleh
partikel 得.
12 Partikel modalitas/fatis, yang
umumnya terletak di belakang
klausa untuk menunjukkan jeda
antarklausa, dan kadang
menunjukkan penekanan
Partikel modalitas/fatis, sudah tidak
digunakan karena disulihkan oleh
partikel 啊, dll
13 Dapat digunakan rangkap Digunakan di dalam frase bentuk baku,
seperti:
1. 手 之 舞 之shǒuzhīwǔzhī
, 足之蹈之zúzhīdǎozhī
‘Menari dengan riang gembira’
2. 久而久之jiǔérjiǔzhī
‘Seiring waktu’
14 Tidak dapat bergabung dengan
morfem atau kata untuk
membentuk sebuah kata
Dapat bergabung dengan nomina yang
menyatakan tempat sehingga
membentuk nomina baru yang
menyatakan tempat atau waktu, dengan
pola 之 + N, seperti 之中, 之内, 之外,
之前, 之后, 之上, 之下. Bentuk
penggabungan seperti inilah yang juga
paling banyak digunakan di dalam
bahasa Mandarin di samping sebagai
partikel struktural. Contoh:
~ 42 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1. 零 度 之 上língdùzhīshàng
‘Di atas nol derajat’
2. 一y ì
周zhōu
之zhī
后hòu
‘Seminggu kemudian’
3. 两 年 之 内liǎngniánzhīnèi
‘Dalam dua tahun’
3. Kesimpulan
Kata 之 dalam bahasa Mandarin hanya digunakan pada ragam tulis dan bersifat
formal. Oleh karena itu, kata tersebut hanya muncul di dalam surat kabar, majalah,
karya-karya sastra seperti cerita pendek, novel, prosa, puisi, dan lain-lain.
Penggunaan 之 dalam bahasa Cina modern atau bahasa Mandarin memiliki
banyak persamaan dalam bahasa Cina klasik. Dengan kata lain, kata 之 yang berasal
dari kosakata bahasa klasik masih digunakan di dalam bahasa Mandarin walaupun tidak
seluas penggunaan di dalam bahasa klasik. Namun setakat ini, penggunaan yang paling
banyak adalah kata 之 sebagai partikel yang maknanya sama dengan partikel struktural
的; pronomina penunjuk (demonstrativa) yang maknanya sama dengan 这 dan 那;
pronomina persona yang maknanya sama dengan 我, 你, 他, dan lain-lain; serta kata 之
yang dapat bergabung dengan nomina tempat sehingga membentuk nomina yang juga
menunjukkan tempat atau waktu.
Daftar Pustaka
Bai Yulin dan Chi Duo. 2004. 古汉语虚词词典 Guhanyu Xuci Cidian. Beijing:
Zhonghua Shuju.
Chandra, Yulie Neila. 2006. Semantik Bahasa Mandarin (现代汉语语义学
Xiandai Hanyu yuyixue) (Buku Ajar). Universitas Darma Persada.
Chen Qiuping. 2005. 中国皇帝故事 Zhongguo Huangdi Gushi. Hongkong:
Shijie Chubanshe.
~ 43 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Chen Xinxiong, et.al. 1989/2005. 语言学词典 Yuyanxue Cidian. Taipei: Sanmin
Shuju.
Dobson, W.A.C.H. 1974. A Dictionary of the Particles. Canada: University of
Toronto Press.
Fang Yuqing. 1992. 使用汉语语法 Shiyong Hanyu Yufa. Beijing: Beijing
Yuyan Xueyuan Chubanshe
Kang Duancong. 2008. 古代汉语语法 Gudai Hanyu Yufa. Shanghai: Shanghai
Guji Chubanshe.
Li, Charles N. dan Sandra A. Thompson. 1981. Mandarin Chinese: A Functional
Reference Grammar. Berkeley: University of California Press.
Li Xiaoxiang. 2004. 中华文化的故事 Zhonghua Wenhua de Gushi. Singapura:
Asiapac Books Pte Ltd.
Li Xingjian. 2004. 现代汉语规范词典 Xiandai Hanyu Guifan Cidian. Beijing:
Waiyu Jiaoxue yu Yanjiu Chubanshe, Yuwen Chubanshe.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. (edisi keempat). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pustaka Bahasa Asing Beijing. 1995. Kamus Besar China- Indonesia. Beijing:
Waiwen Chubanshe.
Qian Nairong. 1995. 汉语语言学 Hanyu Yuyanxue. Beijing: Beijing Yuyan
Xueyuan Chubanshe.
Shadick, Harold. 1968. A First Course in Literary Chinese (文言文入门
Wenyanwen Rumen). Ithaca, New York: Cornell University Press.
Shi Qiongwen. 2005. 中国历代女名人 Zhongguo Lidai Nü Mingren.
Hongkong: Shijie Chubanshe.
Shou Hsin Teng dan Lo Sun Perry. 1993. Taiwan Today: An Intermediate
Reader (今日台湾: 中级汉语读本 Jinri Taiwan: Zhongji Hanyu Duben).
Taipei: Chinese Language Center, Tunghai University.
Tim Perkamusan Universitas Indonesia. 1997. Kamus Mandarin-Indonesia.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Wei Lai dan Zhang Liwei. 2004. 古汉语实用词典 Guhanyu Shiyong Cidian.
Beijing: Zhonghua Shuju.
~ 44 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Wu Peiqi. 2004. 中华节日的故事 Zhonghua Jieri de Gushi. Singapura: Asiapac
Books Pte Ltd.
~ 45 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
DAMPAK PENGAJARAN TEORI PENERJEMAHAN PADA PENERJEMAH
MUDADALAM PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS-
INDONESIABERDASARKAN KONSEP CORRECTNESS
Tommy Andrian dan Fridolini
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Inggris
[email protected], [email protected]
Abstract
Theory of translation, in particular translation techniques, is a way to overcome
the problem of translation at the level of words, phrases, sentences, and paragraphs.
However, not all translators understand the importance of mastering the theory of
translation; they assume the maturity of a translator merely relies on experience or
flying hours. Translation techniques in principle provide theoretical skills to the young
translators, especially the students of English Department. This is a qualitative
descriptive study and is a case study upon the effectiveness of teaching the techniques
of translation in producing reliable young translators. The data collection uses the
methods of observation, interviews, and documentation, on two groups of students of
the English Department, both of which are the theoretical and non-theoretical students.
The scale of the readability, the acceptability, and the naturalness of the Target Text
(TT) or the result of the translation will be analyzed and assessed through the concept of
correctness and the dynamic equivalence.
Key words: readability, acceptability, and naturalness of translation, technique of
translation, dynamic equivalence, and concept of correctness
1. PENDAHULUAN
Penerjemahan adalah upaya untuk mengungkapkan kembali pesan yang
terkandung dalam teks suatu bahasa atau Teks Sumber (TSu) ke dalam bentuk teks
dalam bahasa lain atau Teks Sasaran (TSa). Dengan demikian, teks adalah bahasa.
Seperti kita ketahui, bahasa merupakan sistem tanda-tanda yang masing-masing terdiri
atas aspek ‘bentuk’ (signifiant) dan aspek ‘makna’ (signifié) (de Saussure, 1916). Dalam
bahasa yang berupa tulisan (teks), aspek bentuk adalah apa yang terbaca dan diserap
oleh pikiran, dan aspek makna adalah apa yang berada di balik yang terbaca itu yang
ditafsirkan oleh pembaca. Dalam teori penerjemahan, aspek makna dilihat secara lebih
luas dan disebut ‘pesan’ (message). Pesan ditentukan oleh apa yang dimaksud oleh
penulis teks. Masalahnya, apakah ‘pesan’ yang dimaksudkan oleh penulis teks dipahami
~ 46 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sama oleh pembaca teks? Teks dalam penerjemahan tidak pernah steril dari penafsiran.
Selalu ada yang disebut de Saussure dengan signifiant dan signifié, atau yang disebut
Bühler (2004:11) dengan form dan function, atau yang disebut awam dengan ‘bentuk’
dan ‘makna’.
TSu Analisis Teks TSa
“Ini punya kamu?”
1. Pertanyaan 1. “Is this yours?”
2. Penegasan 2. “Is this really yours?”
3. Penyanggahan 3. “This can’t be yours!”
TSu di atas merupakan sebuah kalimat ujaran yang tentu saja pemaknaannya
tidak semata bergantung pada unsur gramatika. Ada unsur non-gramatika, yaitu prosodi
(irama, tekanan, dan intonasi), yang terlibat di dalamnya. Dengan mengubah irama,
tekanan, dan intonasi pengujaran sebuah kalimat, kita bisa dengan mudah mengubah
makna atau pesan yang disampaikan melalui kalimat tersebut tanpa perlu mengubah
struktur gramatikanya. Namun perlu kita ingat kembali jika dalam sebuah teks tertulis,
prosodi hanya memiliki fungsi, prosodi tidak pernah memiliki bentuk lahiriah. Oleh
karena itu, dalam hal ini kita harus mengubah struktur gramatika TSa untuk
membedakan makna yang diakibatkan oleh fungsi prosodi tadi. Jika hanya dilihat dari
bentuknya, maka TSu di atas ditafsirkan sebagai sebuah ‘pertanyaan’ yang sepadan
dengan TSa (1). Namun dengan adanya prosodi yang terlibat (meskipun tentunya tidak
terlihat), maka TSu di atas dapat ditafsirkan sebagai sebuah ‘penegasan’ yang sepadan
dengan TSa (2) atau dapat ditafsirkan sebagai sebuah ‘penyanggahan’ yang sepadan
dengan TSa (3).
TSu Analisis Teks TSa
A: “Naik apa kau
kemari?”
B: “Ya, naik kereta lah
Bang”.
1. Budaya Nasional
Indonesia 1.
A: “How did you get here?”
B: “Of course by train”.
2. Budaya Batak 2.
A: “How did you get here?”
B: “Of course by
motorcycle”.
~ 47 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
TSu di atas ditafsirkan penerjemah melibatkan dua budaya, yaitu: budaya
Nasional Indonesia dan budaya Batak. Kecermatan penerjemah dalam menafsirkan
sangat menentukan keberterimaan makna dalam TSa. Dalam konteks budaya Nasional
Indonesia, kereta artinya adalah ‘kereta api’, yang tentunya dalam bahasa Inggris
diterjemahkan dengan train. Namun dalam konteks budaya Batak, kereta artinya adalah
‘sepeda motor’, yang tentunya dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi motorcycle.
Bisa dibayangkan jika dalam hal ini kita sebagai penerjemah gagal menafsirkan kata
yang secara semantis menjadi kata kunci, yaitu kereta.
2. Kesepadanan Dinamis Penerjemahan
Nida dan Taber (1969:2) menggambarkan penerjemahan sebagai suatu proses
komunikasi. Penerjemah berdiri di antara dua bahasa. Ia menjadi penerima TSu dan
kemudian menjadi pengirim dalam TSa. Dalam hal ini, Hoed (2006: 29) menambahkan
bahwa penerjemah juga berada di antara dua kebudayaan. Pada bagian ini saya akan
menerjemahkan teks dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris dan sebaliknya,
dengan memperhatikan faktor-faktor di luar teks seperti yang termaktub dalam bagan
The Dynamics of Translation yang dikemukakan Newmark.
9. Kebenaran
1. Penulis TSu 5. Pembaca TSa
2. Norma TSu 6. Norma TSa
TEKS
3. Budaya TSu 7. Budaya TSa
4. Latar dan Tradisi TSu 8. Latar dan Tradisi TSa
10. Penerjemah
Masing-masing faktor tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk menganalisis Teks
Sumber (TSu) dalam pencarian makna sebenarnya sebelum dituangkan kembali dalam
bentuk Teks Sasaran (TSa). The Dynamics of Translation (Dinamika Penerjemahan)
selalu melahirkan dynamic equivalence (kesepadanan dinamis). Kesepadanan dinamis
~ 48 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
itu penulis artikan sebagai padanan bersyarat, artinya baik dan benar manakala tepat
guna. Oleh karena itu, dalam analisis penulis sengaja memberikan beberapa TSa
(termasuk TSa yang kurang tepat atau bahkan salah) untuk sebuah TSa dengan tujuan
pembaca dapat dengan jelas membedakan langkah-langkah strategi pemaknaan teks dan
hasilnya.
1. Penulis TSu & Pembaca TSa
Penulis atau pemroduksi teks biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu.
Dalam hal ini penulis TSu sangat dipengaruhi oleh idioleknya dalam menyampaikan
pesan. Newmark (1988:5) menegaskan bahwa penerjemah dihadapkan dua pilihan,
mempertahankan atau menghilangkan idiolek penulis TSu dalam TSa.
TSu Analisis Teks TSa
“Talk to the hand!”
1.
Penghilangan idiolek
melalui metode
penerjemahan idiomatik
1. “Tutup mulutmu!”
2.
Pemertahanan idiolek
melalui metode
penerjemahan harafiah
2. “Ngomong ama
tangan!”
3.
Pemertahanan idiolek
melalui metode
penerjemahan idiomatik
3. “Ngomong ama ember!”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), idiolek adalah keseluruhan ciri
perseorangan dl berbahasa. Setiap individu memiliki ciri khas dalam berbahasa atau
menyampaikan pesan. Nida dan Taber (1974:12) mendefinisikan bahwa penerjemahan
merupakan pengungkapan kembali di dalam bahasa penerima padanan yang terdekat
dan wajar dari pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam
hal gaya. Berdasarkan definisi tersebut, terutama berkenaan dengan ‘gaya’, TSa (1)
menjadi kurang berterima karena ada gaya atau idiolek yang dihilangkan, walau
kemaknawiannya tetap sama. Sedangkan berkenaan dengan ‘terdekat’ dan ‘wajar’, TSa
(2) menjadi salah terutama pada pemadanan hand dengan ‘tangan’. Seperti kita ketahui
~ 49 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
talk to the hand merupakan salah satu ungkapan rasa marah atau kesal masyarakat TSu.
Mereka mengatakan itu karena tidak mau mendengarkan lawan bicaranya. Di samping
itu, kita juga tahu benar bahwa dengan kondisi yang sama, yaitu: marah, kesal, dan tidak
mau dengar, masyarakat TSa yang notabene orang Indonesia tidak mengungkapkannya
dengan mengatakan “Ngomong ama tangan”. Mereka cenderung mengungkapkannya
dengan mengatakan seperti TSa (3), “Ngomong ama ember!” atau “Ngomong ama
tembok!”
2. Norma TSu dan TSa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:787), norma adalah 1 aturan
atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dl masyarakat, dipakai sbg panduan,
tatanan, dan pengendali tingkah laku yg sesuai dan berterima; 2 aturan, ukuran atau
kaidah yg dipakai sbg tolok ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu.
Norma TSu adalah kaidah gramatikal, tekstual, dan sosial bahasa yang bersangkutan.
Penggunaan gramatika dan kosa kata dalam hal ini sangat bergantung pada topik dan
situasinya.
TSu Analisis Teks TSa
“Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya. Para
hadirin sekalian
dimohon berdiri”.
1. Situasi informal atau
semi formal 1.
“Indonesian Anthem.
Ladies and Gentlemen,
please stand up”.
2. Situasi formal 2.
“Indonesian Anthem.
Ladies and Gentlemen,
please rise”.
Melalui intuisinya, seorang penerjemah yang baik akan langsung bisa
menangkap konteks TSu di atas, yakni dalam sebuah upacara resmi kenegaraan. Secara
sintaktis, klausa please stand up sepadandengan please rise. Namun, secara semantis
keduanya berbeda. Bahasa yang digunakan dalam upacara resmi kenegaraan
dikategorikan ke dalam laras bahasa beku (frozen). Penggunaan frasa please stand up
dalam konteks ini tidaklah tepat karena bisa bermakna kurang sopan.
3. Budaya TSu dan TSa
~ 50 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Implikasi budaya dalam terjemahan bisa muncul dalam berbagai bentuk berkisar
dari lexical content dan sintaksis sampai ideologi dan pandangan hidup (way of life)
dalam budaya tertentu. Oleh karena itu penerjemah harus menentukan tingkat
kepentingan yang diberikan pada aspek-aspek budaya tertentu dan sampai sejauh mana
aspek-aspek tersebut perlu atau diinginkan untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
sasaran. Dengan kata lain sangat penting bagi penerjemah untuk mempertimbangkan
tidak saja dampak leksikal pada pembaca bahasa sasaran tetapi juga cara bagaimana
aspek budaya tersebut dipahami sehingga akhirnya menerjemahkan merupakan suatu
keputusan yang harus diambil penerjemah. Sejatinya penerjemah tidak sekadar
menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi juga hendaknya memahami dengan
baik budaya yang melekat pada keduanya. Dengan kata lain, penerjemah idealnya
adalah seorang dwibahasawan sekaligus juga seorang dwibudayawan, sebab ia tidak
saja memainkan peran sebagai pengalih bahasa, tetapi juga sebagai pengalih budaya.
TSu Analisis Teks TSa
Di pondok kami yang
mungil itu, saya biasa
tidur dengan adik laki-
laki saya.
1. Kesejajaran bentuk 1.
In our tiny cabin, I
usually sleep with my
little brother.
2. Kesejajaran semantik 2.
In our tiny cabin, I
usually share a bed
(room) with my little
brother.
Keunikan bahasa membuat penerjemah harus mengubah sudut pandang TSu ke
dalam sudut pandang TSa yang berterima. Penerjemah tidak boleh melihat kesejajaran
bentuk antara TSu dan TSa saja tetapi juga harus melihat kesejajaran semantiknya.
Kesalahan menganalisis teks bisa sangat berbahaya karena akan menghasilkan makna
yang berbeda. Frasa ‘tidur dengan’ dan frasa sleep with memiliki yang sejajar
berdasarkan bentuknya, namun tidak semantiknya. Makna frasa verbal ‘tidur dengan’
dalam bahasa Indonesia ditentukan oleh objeknya. Jika objek yang melekatinya
berkonotasi seksual maka artinya dalam bahasa Inggris adalah sleep with (atau to have
~ 51 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sex with), yang jika diterjemahkan balik (back translation) menjadi ‘bercinta dengan’
atau ‘bersetubuh dengan’. Namun, jika berkonotasi aseksual maka artinya to share a
bed (room) with, yang jika diterjemahkan balik menjadi ‘berbagi kamar’ atau ‘berbagi
tempat tidur’. Maka jelas, ‘tidur dengan’ dalam konteks ini tidak sepadan dengan sleep
with tetapi share a bed (room) with.
TSu Analisis Teks TSa
Jari saya terpotong saat
mengiris salada kemarin
1. Kesejajaran bentuk 1.
My finger was cut when
chopping salad
yesterday.
2. Kesejajaran semantik 2.
I cut my finger when
chopping salad
yesterday.
Pengubahan sudut pandang teks dari pasif ke aktif dengan teknik modulasi juga
terjadi pada TSu dan TSa di atas. Dengan terjemahan balik, My finger was cut artinya
adalah ‘Jari saya dipotong’, yang tentunya tidak sepadan dengan TSu.
TSu Analisis Teks TSa
Dia asyik menonton
Kuda Lumping makan
gabah.
1. Metode penerjemahan
harafiah 1.
He enjoyed himself
watching Kuda Lumping
eating rice.
2.
Culture word
Ketidakterjemahan
Teknik penerjemahan
deskriptif
2.
He enjoyed himself
watching Kuda Lumping
eating unhulledrice.
Ada beberapa masalah dalam penerjemahan TSu di atas. Pertama adalah
masalah kata budaya (culture word). Gabah menurut KBBI (2002:324) artinya adalah
butir padi yg sudah lepas dr tangkainya dan masih berkulit. Jika diterjemahkan secara
harafiah maka artinya adalah rice. Padahal rice bermakna polisemis jika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia; rice artinya adalah ‘nasi’, ‘beras’, ‘gabah’, atau ‘padi’. Itu
artinya, ‘gabah’ dalam TSu merupakan kata budaya yang tidak ada padananya dalam
~ 52 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
TSa. Oleh karena itu, penerjemah menyiasatinya dengan melakukan teknik
penerjemahan deskriptif, yakni melakukan uraian yang berisi makna kata yang
bersangkutan; ‘Gabah’ dipadankan dengan unhulled rice (terjemahan baliknya adalah
‘beras yang belum dikupas kulitnya’). Kedua adalah masalah ketidakterjemahan. Kata
‘dia’, yang sebenarnya juga merupakan kata budaya, tidak mendeskripsikan jenis
kelamin seperti he atau she dalam bahasa Inggris. Pemadanan ‘dia’ dengan he pada
konteks di atas merupakan salah satu bentuk ketidakterjemahan dalam penerjemahan
karena terdapat redundansi jenis kelamin. Bentuk ketidakterjemahan menjadi wajar
asalkan usaha-usaha penerjemahan telah dilakukan sampai batas-batas tertentu.
4. Latar TSu dan TSa
Latar TSu dalam hal ini berhubungan dengan tempat dan waktu produksi, dan
format teks yang khas pada TSu. Format teks tentunya berbeda-beda berdasarkan
ragamnya; format ragam teks hukum akan berbeda dengan ragam teks jurnalistik, ragam
fiksi, dan lain-lain.
TSu Analisis Teks TSa
“Stay away from that
bitch!”
1
. Latar temporal 1980-1990 1. “Jauhin tuh perek!”
2
. Latar temporal 1990-1996 2. “Jauhin tuh bispak!”
3
. Latar temporal 1996-2006 3. “Jauhin tuh pecun!”
4
.
Latar temporal 2006-
sekarang 4. “Jauhin tuh jablay!”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:264), diksi adalah pilihan kata
yg tepat dan selaras (dl penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (spt yg diharapkan). Diksi dalam konteks ini sangat dipengaruhi
oleh latar tempat dan latar waktu. Jarak waktu kerap berujung pada jarak budaya antara
TSu dan TSa. Oleh karena itu, jarak waktu perlu mendapat perhatian khusus dari
~ 53 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
penerjemah. Padanan kata bitch dalam “Stay away from that bitch!” sangat beragam
bergantung latarnya, terutama latar waktu atau latar temporal. Untuk latar temporal
1980-1990, bitch sepadan dengan ‘perek’, yang artinyamenurutKamus Besar Bahasa
Indonesia (2002:1332) adalahperempuan eksperimen ‘wanita tuna susila’; untuk latar
temporal 1990-1996, bitch sepadan dengan ‘bispak’ yang merupakan singkatan dari
‘bisa (di)pakai’ atau ‘bisa diajak tidur’; untuk latar temporal 1996-2006, bitch sepadan
dengan ‘pecun’yang merupakan singkatan dari ‘perek cuma-cuma’; dan untuk latar
temporal 2006-sekarang, bitch sepadan dengan ‘jablay’ yang merupakan singkatan dari
‘jarang dibelai’ atau ‘wanita haus seks’.
TSu Analisis Teks TSa
The contract has been
signed, sealed, and
delivered by both
parties.
1. Metode penerjemahan
harafiah 1.
Kontraknya telah
ditandatangani,
distempel, dan
dikirimkan.
2.
Metode penerjemahan
setia untuk teks hukum
(legalese) dengan
penerapan transposisi
2.
Kontraknya telah
ditandatangani oleh
kedua belah pihak.
TSu di atas merupakan ragam teks hukum. Teks hukum memiliki kekhasan
karena banyak dipengaruhi oleh struktur, gramatika, dan kosa kata bahasa Prancis,
Belanda, dan Latin. Kalimat TSu di atas sangatlah sederhana untuk diterjemahkan.
Namun, jika seorang penerjemah gagal menganalisis TSu untuk memperoleh makna
yang sesungguhnya, maka ia bisa saja menerjemahkan seperti TSa (1). Dalam analisis
(1), penerjemah menganggap tidak ada format atau bentuk khusus yang harus dicermati.
Padahal ada frasa signed, sealed, and delivered yang sebenarnya merupakan sebuah
istilah dalam bahasa hukum. Penerjemah yang berhasil dengan analisisnya akan
menerjemahkan seperti TSa (2), di mana signed, sealed, and delivered diterjemahkan
dengan teknik transposisi menjadi ‘ditandatangani’. Kata ‘ditandatangani’, yang sudah
menjadi istilah dalam budaya masyarakat TSa, merupakan dynamic equivalence
~ 54 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
(kesepadanan dinamis) untuk signed, sealed, and delivered. Kesepadanan dinamis
dalam konteks ini melibatkan pergeseran sudut pandang. Budaya masyarakat TSu,
Inggris, masih menganggap ‘stempel’ dan ‘pengiriman’ sangatlah penting untuk
dimunculkan bersama ‘tanda tangan’ sebagai satu paket istilah. Masyarakat TSu melihat
surat yang sudah ditandatangani tetap menjadi tak berarti jika tidak distempel dan
dikirimkan. Sedangkan masyarakat TSa melihat surat yang distempel dan dikirimkan
tetap tak berarti apa-apa tanpa tanda tangan. Dengan demikian masyarakat TSa hanya
memadankan TSu dengan ‘ditandatangani’.
TSu Analisis Teks TSa
Tsunami
meluluhlantakkan Aceh.
1. Ragam teks umum. 1. Tsunami devastated
Aceh.
2. Ragam teks jurnalistik. 2. Tsunami devastates
Aceh.
Format penulisan teks memiliki kekhasan berdasarkan ragamnya. Pada analisis
(1), penerjemah menangkap TSu sebagai teks umum. Dalam penerjemahan teks umum,
gramatika berperan absolut. Kata ‘meluluhlantakkan’ dipadankan dengan kata
devastated karena berdasarkan prinsip umum penandaan waktu, Tsunami tersebut
dipahami sebagai sesuatu yang telah terjadi sehingga kala atau tenses yang digunakan
adalah bentuk lampau atau simple past tense. Sedangkan pada analisis (2), penerjemah
menangkap TSu sebagai teks jurnalistik, yakni sebagai salah satu judul artikel dalam
sebuah surat kabar. Penulisan judul artikel surat kabar memiliki format sendiri;
gramatika tidak berperan absolut. Yang paling unik dari penulisan judul artikel ragam
teks jurnalistik adalah semua bentuk kala atau tenses dibuat dalam bentuk kala kini atau
simple present. Jadi, meskipun Tsunami di Aceh telah terjadi, penerjemah tetap
menggunakan bentuk kala kini atau simple present untuk kata kerjanya, yakni
devastates.
3. Konsep Correctness Teknik Penerjemahan melalui Angket Terbuka
Dalam kesempatan pertama penulis memberikan Angket Terbuka kepada 40
orang mahasiswa responden. Angket tersebut berisi 6 buah teks sumber yang
~ 55 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
melibatkan 6 buah teknik penerjemahan, yaitu: 1) Transposisi (transposition), 2)
Modulasi (modulation), 3) Penjelasan Tambahan (contextual conditioning), 4)
Terjemahan Fonologis (phonological translation), 5) Terjemahan Hukum (legal
translation), 6) Pinjaman (borrowing). Saat mengerjakan angket ini, mahasiswa
diperkenankan menggunakan alat bantu seperti kamus dan akses internet. Hal ini
dilakukan sebagai salah satu bentuk simulasi situasi nyata menerjemahkan. Berikut ini
penjelasan hasil terjemahan mayoritas penerjemah muda.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
1
He has signed, sealed, and delivered
his letter of resignation
Dia telah menandatangani,
menyegel, dan mengirimkan surat
pengunduran dirinya
Teks Sasaran (TSa) di atas merupakan jawaban mayoritas mahasiswa non-
teoretis. Berdasarkan konsep correctness, mahasiswa sukses menghasilkan terjemahan
yang ‘betul’, tetapi gagal menghasilkan terjemahan yang ‘baik’. Mereka terlalu menjaga
kesejajaran bentuk antara frasa signed, sealed, and delivered dengan menandatangani,
menyegel, dan mengirimkan. Padahal berdasarkan sosiokultur aspek kewajaran
terjemahan hukum (legal translation), frase signed, sealed, and delivered bertransposisi
menjadi ditandatangani. Kata ‘ditandatangani’, yang sudah menjadi istilah dalam
budaya masyarakat TSa, merupakan dynamic equivalence (kesepadanan dinamis) untuk
signed, sealed, and delivered. Kesepadanan dinamis dalam konteks ini melibatkan
pergeseran sudut pandang. Budaya masyarakat TSu, Inggris, masih menganggap
‘stempel’ dan ‘pengiriman’ sangatlah penting untuk dimunculkan bersama ‘tanda
tangan’ sebagai satu paket istilah. Masyarakat TSu melihat surat yang sudah
ditandatangani tetap menjadi tak berarti jika tidak distempel dan dikirimkan. Sedangkan
masyarakat TSa melihat surat yang distempel dan dikirimkan tetap tak berarti apa-apa
tanpa tanda tangan. Dengan demikian masyarakat TSa hanya memadankan TSu dengan
‘ditandatangani’.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
2 My mother was still a college student Ibuku masih mahasiswa ketika dia
~ 56 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
when she was pregnant with me hamil denganku
Berdasarkan konsep correctness, mahasiswa menghasilkan terjemahan yang
‘salah’. Pada tahap penilaian ‘betul’ atau ‘salah’, konsep kebahasaan menjadi mutlak.
Ada 2 kesalahan yang dilakukan penerjemah. Pertama, pada TSa di atas penerjemah
gagal memahami rujukan tekstual untuk kata ganti orang ketiga. Pada TSu, kata she
merujuk pada kata my mother. Sedangkan pada TSa, kata dia yang seharusnya merujuk
pada kata ibuku, malah merujuk pada orang ketiga lainnya. Tentunya ketidakesejajaran
bentuk terjemahan ini juga menghasilkan ketidaksejajaran semantis atau
ketidaksejajaran makna. Kedua, penerjemah gagal memahami sudut pandang tekstual
bahasa yang terlibat. Itu terbukti dengan terjemahan harafiah (literal translation) klausa
when she was pregnant with me menjadi ketika dia hamil denganku. Seharusnya klausa
when she was pregnant with me diterjemahkan menjadi ketika dia hamil aku dengan
teknik modulasi yang berorientasi pada pergeseran sudut pandang. Secara utuh,
terjemahan tabel di atas tidak dapat dikatakan ‘baik’ atau ‘buruk’ karena terjemahan
tersebut merupakan terjemahan yang ‘salah’.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
3 “See you again at JFK” “Sampai jumpa lagi di JFK”
Terjemahan harafiah (literal translation) kalimat See you again at JFK menjadi
Sampai jumpa lagi di JFK menghasilkan terjemahan yang ‘betul’ secara kebahasaan
semata. Namun jika dianalisis lebih jauh, ada kata yang maknanya kurang dipahami
oleh masyarakat Teks Sasaran (TSa), yaitu kata JFK. Tidak semua orang Indonesia
paham apa itu JFK. Mereka bisa saja mengira JFK adalah nama restoran, kampus,
pabrik, atau lain sebagainya. Padahal JFK adalah singkatan dari John Fitgerald
Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35 yang namanya diabadikan menjadi nama
bandar udara (bandara) di Kota New York. Dengan teknik penerjemahan Keterangan
Tambahan (contextual conditioning), kalimat See you again at JFK dapat diterjemahkan
menjadi Sampai jumpa lagi di Bandara John F Kennedy. Kata bandara ditambahkan
untuk memperjelas kemaknawian JFK, khususnya bagi masyarakat TSa.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
~ 57 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
4 They spent a few days in Maldive Islands for honeymoon
Mereka menghabiskan beberapa hari di Kepulauan Maldive untuk berbulan madu
Terjemahan di atas merupakan terjemahan yang ‘betul’. Namun demikian,
terjemahan tersebut tidak bisa dikatakan sebagai terjemahan yang ‘baik’ karena tidak
memperhatikan padanan yang berterima dan wajar untuk kata Maldive. Berdasarkan
penerjemahan hukum (legal translation), terjemahan baku untuk Maldive adalah
Maladewa. Maladewa menjadi kata kunci semantis dalam kalimat TSa.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
5 Tornado hit Arkansas again Tornado melanda Arkansas again
Terjemahan di atas merupakan terjemahan yang ‘betul’ secara kebahasaan dan
‘baik’ secara semantis. Hampir 100% mahasiswa non-teoretis menjawab benar bagian
ini. Jika dicermati, nampak sekali mereka lebih suka meminjam kata dari pada
menerjemahkannya. Itu terlihat dari kata Tornado pada TSa yang dipinjam dari kata
Tornado pada TSu. Padahal, kata Tornado bisa saja diterjemahkan dengan Bahasa
Indonesia murni menjadi angin puting beliung. Berdasarkan konsep correctness,
terutama saat melihat terjemahan sebagai selera (translation as a taste), memadankan
kata Tornado dalam bahasa Inggris dengan teknik Pinjaman (borrowing) menjadi kata
Tornado dalam bahasa Indonesia adalah sama baiknya dengan menerjemahkan kata itu
menjadi frasa angin puting beliung.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
6 The management of the company raises salary every two years
Manajemen perusahaan menaikkan gaji tiap dua tahun sekali
Penerjemah non-teoretis pada bagian ini juga hampir semuanya menghasilkan
terjemahan yang ‘betul’ dan ‘baik’. Penerjemah dalam hal ini cenderung memilih teknik
penerjemahan fonologis (phonological translation). Hampir seluruh penerjemah non-
teoretis memilih menerjemahkan management menjadi manajemen daripada
menerjemahkan kata tersebut menjadi pimpinan.
~ 58 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berikut ini adalah tabulasi peta kemampuan menerjemahkan mahasiswa teoretis
dan mahasiswa non-teoretis yang berhubungan dengan penggunaan sejumlah teknik
penerjemahan dalam angket terbuka:
28
3432
26
40 40
5
12
68
3840
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Transposisi Modulasi PenjelasanTambahan
TerjemahanFonologis
TerjemahanHukum
Pinjaman
Jum
lah
Res
po
nd
en
Teknik Penerjemahan
Peta Penguasaan Teknik Terjemahan dalam Angket Terbuka
Mahasiswa Teoretis Mahasiswa Non-Teoretis
4. Konsep Correctness Teknik Penerjemahan melalui Angket Tertutup
Dalam kesempatan kedua penulis memberikan Angket Tertutup kepada 40 orang
mahasiswa responden. Angket tersebut berisi 5 buah teks sumber yang melibatkan 5
buah teknik penerjemahan, yaitu: 1) Modulasi (modulation), 2) Terjemahan Hukum
(legal translation), 3) Transposisi (transposition), 4) Modulasi (modulation), 5)
Padanan Budaya (cultural equivalence). Dalam angket tertutup ini responden hanya
tidak menerjemahkan melainkan hanya memberikan jawaban True (T) atau False (F)
terhadap TSa yang diberikan. Istilah bahasa Inggris True (T) dan False (F) sengaja
digunakan dalam angket tertutup ini agar tidak tumpang tindih penggunaannya dengan
istilah ‘Betul’ dan ‘Salah’ dalam konsep correctness. Berikut ini penjelasan hasil
terjemahan mayoritas penerjemah muda.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
1 Tsunami Aceh was really by the will of God
Tsunami Aceh sungguh di luar kuasa manusia
~ 59 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jawaban untuk terjemahan di atas adalah True (T). Namun, mayoritas responden
menjawab False (F). Secara harafiah, frasa by the will of God memang tidak
berkesejajaran bentuk dengan di luar kuasa manusia. Meskipun demikian kedua frasa
tersebut memiliki kesejajaran makna atau semantik. Artinya, keduanya memiliki muatan
pesan yang sama. Terjemahan tersebut menggunakan teknik modulasi (modulation)
yang melakukan pergeseran sudut pandang terjemahan. Teks Sumber (TSu) yang
menggunakan sudut pandang dari eksistensi ‘Tuhan’ disepadankan dengan Teks
Sasaran (TSa) yang menggunakan sudut pandang dari eksistensi ‘Manusia’. Banyak
penerjemah non-teoretis yang salah memberikan jawaban karena mereka masih
mengandalkan terjemahan harafiah (literal translation) di mana frasa by the will of God
dipadankan dengan atas kehendak Tuhan.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
2 He met his wife for the first time in Borneo
Ia berjumpa dengan istrinya pertama kali di Kalimantan
Jawaban untuk terjemahan di atas adalah True (T). Dalam konteks terjemahan
ini digunakan teknik penerjemahan hukum (legal translation), di mana terjemahan baku
untuk kata Borneo adalah Kalimantan. 60% penerjemah non-teoretis menjawab salah.
Itu artinya cukup banyak yang menjawabnya dengan benar. Hal tersebut dimungkinkan
karena intensitas pemunculan kata Borneo sebagai Kalimantan cukup tinggi. Dengan
kata lain kata tersebut cukup familiar di telinga mahasiswa.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
3 Go and see you father upstairs Tengok ayahmu di atas
Terjemahan di atas menggunakan teknik penerjemahan transposisi di mana 2
(dua) verba dalam Teks Sumber (TSu) go and see dipadankan dengan 1 (satu) verba
tengok dalam Teks Sasaran (TSa). Rata-rata penerjemah non-teoretis menjawab salah
dalam hal ini.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
4 Oh my God! Astaga!
~ 60 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jawaban untuk terjemahan di atas adalah False (F). Terjemahan di atas
merupakan terjemahan yang ‘salah’ berdasarkan konsep correctness. Oh my God
sebaiknya dipadankan dengan Ya Tuhan atau Ya ampun untuk menjaga netralitas
makna. Kata astaga tidak dapat dikatakan netral karena merujuk pada agama tertentu,
yaitu Islam. Menurut KBBI (2002:73), kata astaga yang merupakan ragam cakapan dari
bahasa Arab ”astagfirullah” ini artinya adalah ”1 semoga Allah mengampuni aku; 2
seruan untuk menyatakan rasa heran bercampur sedih; 3 seruan untuk menyatakan rasa
pasrah (penyerahan diri) kpd Allah supaya diberi ampun.” Tanpa konteks yang jelas,
dalam hal ini Siapa Pembacanya (audience design) dan Tujuannya Apa (need analysis),
kita sebagai penerjemah tetap harus menjaga netralitas sudut pandang dalam teknik
modulasi yang dipakai.
No Teks Sumber (TSu) Teks Sasaran (TSa)
5 Talk to the hand! Ngomong ama ember!
Jawaban terjemahan di atas adalah True (T). Terjemahan tersebut menggunakan
teknik padanan budaya (cultural equivalence) dengan mempertimbangkan idiolek.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), idiolek adalah keseluruhan ciri
perseorangan dl berbahasa. Setiap individu memiliki ciri khas dalam berbahasa atau
menyampaikan pesan. Nida dan Taber (1974:12) mendefinisikan bahwa penerjemahan
merupakan pengungkapan kembali di dalam bahasa penerima padanan yang terdekat
dan wajar dari pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam hal makna dan kedua dalam
hal gaya. Jika kita menerjemahkan secara harafiah Talk to the hand! menjadi Ngomong
ama tangan!, maka TSa di atas menjadi salah terutama pada pemadanan kata hand
dengan tangan. Seperti kita ketahui talk to the hand merupakan salah satu ungkapan
rasa marah atau kesal dalam budaya masyarakat TSu. Mereka mengatakan itu karena
tidak mau mendengarkan lawan bicaranya. Di samping itu, kita juga tahu benar bahwa
dengan kondisi yang sama, yaitu: marah, kesal, dan tidak mau dengar, masyarakat TSa
yang notabene orang Indonesia tidak mengungkapkannya dengan mengatakan
“Ngomong ama tangan”. Mereka cenderung mengungkapkannya dengan mengatakan
seperti TSa (3), “Ngomong ama ember!” atau “Ngomong ama tembok!”
~ 61 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berikut ini adalah tabulasi peta kemampuan menerjemahkan mahasiswa teoretis
dan mahasiswa non-teoretis yang berhubungan dengan penggunaan sejumlah teknik
penerjemahan dalam angket tertutup:
5. Rekomendasi Teknis
Penerjemah muda dan/atau mahasiswa sebaiknya membekali diri dengan
penguasaan teori terjemahan, khususnya teknik penerjemahan. Itu tak lain karena teknik
penerjemahan sangat krusial peranannya dalam mengantisipasi kebocoran penyampaian
pesan terjemahan. Di samping itu, mata kuliah Teori Terjemahan sangat dianjurkan
diberikan setelah mahasiswa mengambil mata kuliah Semantik atau setidaknya disajikan
pada semester yang sama. Dengan demikian, urutan penyajian rangkaian mata kuliah
terjemahan juga selayaknya diubah dari semula: 1) Teori Terjemahan, 2) Terjemahan
Inggris-Indonesia Umum, 3) Terjemahan Indonesia-Inggris Umum, 4) Terjemahan
Inggris-Indonesia-Inggris Khusus, menjadi: 1) Terjemahan Inggris-Indonesia
Umum, 2) Terjemahan Indonesia-Inggris Umum, 3) Terjemahan
Inggris-Indonesia-Inggris Khusus, 4) Teori Terjemahan.
6. Kesimpulan Dan Saran
~ 62 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Terjemahan antarbahasa pada dasarnya merupakan perbandingan dinamis yang
melibatkan dua bahasa dan dua budaya sekaligus. Perbandingan ini pada kenyataanya
malah seringkali mempertegas perbedaan yang ada di antara keduanya. Cluver dalam
Osimo (2004) mengatakan bahwa sebuah teks terjemahan sudah barang tentu tidak
ekuivalen dengan teks aslinya. Bisa dipastikan, sebuah teks terjemahan mengandung
sesuatu yang kurang (loss) atau sesuatu yang berlebih (redundant) bila dibandingkan
dengan teks sumber. Dalam kaitan inilah penerjemah yang baik pada akhirnya harus
menentukan bagian mana yang harus ‘dibongkar’ dari sebuah teks sumber.
Secara umum terjemahan penerjemah teoretis jauh lebih baik dari pada
terjemahan penerjemah non-teoretis. Penerjemah non-teoretis mampu menerjemahkan
lebih cepat dari penerjemah teoretis karena mereka kerap mengabaikan atau kurang
memperhitungkan rujukan-rujukan lain di luar teks. Baik penerjemah teoretis maupun
non-teoretis, keduanya gemar menggunakan teknik penerjemahan Pinjaman
(borrowing) dan teknik penerjemahan fonologis (phonological translation).
Penerjemah yang baik adalah penerjemah yang terus memperbaiki kemampuan
dengan banyak membaca buku, menguasai teori terjemahan, dan meningkatkan
pengalaman atau jam terbang menerjemahkan. Dengan demikian peluang mendapatkan
sertifikasi sebagai penerjemah bersumpah dan meningkatkan penghasilan profesional
semakin terbuka lebar.
DAFTAR PUSTAKA
Catford, J.C. 1974. A Linguistic Theory of Translation. London: Oxford University
Press.
Garner, Bryan A. 1999. Black’s Law Dictionary. New Pocket Edition. Texas: West Law
Publishing.
Good, C. Edward. 1989. Mightier Than the Sword. Charlottesville.
Hatim, Basil dan Ian Mason. 1992. Discourse and the Translator. London: Longman.
____. 1997. The Translator as Communicator. London: Routledge.
Hatim, Basil. 2001. Teaching and Researching Translation. London: Longman.
Hervey, Sándor dan Ian Higgins. 1992. Thinking Translation. New York: Routledge.
~ 63 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Hoed, Benny H., Tresnati S. Solichin, dan Rochayah M. 1993. Pengetahuan Dasar
Tentang Penerjemahan. Jakarta: Pusat Penerjemahan FSUI.
Hoed, Benny. Semiotika & Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.
Hornby, Marry Snell. 1995. Translation Studies. An Integrated Approach. Amsterdam:
Jon Benjamin Publishing Co.
Larson, Mildred L. 1989. Meaning Based Translation, A Guide to Cross-language
Equivalence. Terj. Kencanawati Taniran. Jakarta: Penerbit Arcan.
Machali, Rochayah. 2009. Pedoman bagi Penerjemah. Bandung: Mizan Pustaka.
Mann, Richard A. dan Barry S. Roberts. 1999. Business Law and the Regulation of
Business. Boston: West Publisher.
Newmark, Peter. 1981. Approaches to Translation. New York: Pergamon.
____. 1988. A Textbook of Translation. New York: Prentice Hall.
Nida, E.A. dan Charles R. Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation.
Leiden: E.J. Brill.
Sarcevic, Susan. Legal Translation and Translation Theory: A Receiver-Oriented
Approach, www.tradulex.com/Actes2000/sarcevic.pdf. Diakses 11 Januari
2013.
Stephen, Cheryl. 1990. What is Really Wrong with Legal Language?,
http://www.plainlanguagenetwork.org/legal/wills.html. Diakses 11 Januari 2013.
Tiersma, Peter M. 1999. Legal Language. London: The University of Chicago Press.
Venuti, Lawrence. 2004. The Translation Studies Reader. New York: Routledge.
Williams, Henny dan Andrew Chesterman. 2002. The MAP. A beginner’s Guide to
Doing Research in Translation Studies. Manchester: St. Jerome Publishing
~ 64 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
STRATEGI ADAPTASI ORANG TIONGHOA BEKASI
DALAM UPACARA CHENGBENG
C. Dewi Hartai, Hin Goan Gunawan
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Cina
Abstrak
Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial, telah memunculkan terjadinya
berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan
mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu
budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena
sosial yang dihadapi. Adaptasi diartikan sebagai proses yang menghubungkan sistem
budaya dengan lingkungannya. Adaptasi di sini adalah adaptasi yang dilakukan orang
Tionghoa dalam upacara Cengbeng. Malinowski dan banyak antropolog lainnya
memandang religi bersifat adaptif karena dapat mengurangi kecemasan dan
ketidakpastian yang menimpa manusia. Strategi adaptasi di satu sisi berusaha
mempertahankan tradisi sebagai ikatan dengan leluhur, budaya, di sisi lain berbaur
dengan masyarakat setempat.Bagaiamana Orang Tionghoa Bekasi yang sudah
beradaptasi selama beberapa generasi tetap mempertahankan tradisi Cengbeng sebagai
sarana mempertahankan relasi dengan leluhur. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian kualitatif, penelitian kualitatif memuat ciri pendekatan
interpretatif, arti kejadian atau peristiwa, tindakan serta ekspresi menuntut untuk
ditafsirkan dengan mengacu pada interpretasi kontekstual (surrounding text). Data
dikumpulkan melalui wawancara, pengamatan dan pengamatan terlibat untuk
menghasilkan suatu etnografi.
Kata Kunci : Keanekaragaman, Cengbeng, Antroplogi, adaptasi, Malinowski
1. PENDAHULUAN
Festival Qingming atau di Indonesia lebih dikenal dengan Cengbeng ( dialek
Hokkien) adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah ke
kuburan sesuai dengan ajaran Konghucu. Festival tradisional Tiongkok ini jatuh pada
hari ke 104 setelah titik balik matahari pada musim dingin (atau hari ke 15 dari hari
persamaan panjang siang dan malam pada musim semi), pada umumnya jatuh pada
tanggal 4 dan 5 April. Festival Qīngmíng menandakan dimulainya musim semi, waktu
untuk pergi keluar dan menikmati hijaunya musim semi, dan juga menandakan waktu
orang-orang untuk berangkat ke kuburan.
Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang
adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan Qīngmíng. Untuk orang
~ 65 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tionghoa, hari ini merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek
moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan
bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai
asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini sangat penting bagi
kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10 hari
sebelum atau sesudah hari Qīngmíng. Pada waktu Qīngmíng, orang melakukan tamasya
keluarga, hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang dalam
berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina.
Festival Qīngmíng sendiri diciptakan oleh Kaisar Xuanzong pada tahun 732
(dinasti Tang). Dengan alasan orang Cina kuno mengadakan upacara pemujaan nenek
moyang dengan cara terlalu mahal dan rumit. Dalam usaha untuk menurunkan biaya
tersebut, Kaisar Xuanzong mengumumkan penghormatan tersebut cukup dilakukan
dengan mengunjungi kuburan nenek moyang pada hari Qīngmíng. Di beberapa negara
di Asia, dan Indonesia peringatan Cengbeng dianggap sangat penting artinya. Selain
perayaan Tahun Baru Imlek, Cengbeng adalah tradisi penting bagi masyarakat
Tionghoa, karena pada masa inilah seluruh anggota keluarga berkumpul bersama
menghormat dan memperingati leluhur mereka.
Marvin Harris (1966) mengemukakan bahwa dunia materi menunjukkan adanya
pengaruh deterministik terhadap dunia yang nonmateri. Kebudayaan adalah produk
hubungan antara benda-benda. Upacara Ceng Beng merupakan bentuk materialisme
kebudayaan yang mendasarkan bahwa kondisi-kondisi materi masyarakat menentukan
kesadaran manusia, bukan sebaliknya. Budaya juga sebagai bentuk informasi sosial
yang disampaikan dalam kelompok sosial. Pemikiran Budaya sebagai bentuk informasi
sosial yang disampaikan dalam kelompok sosial adalah konsep populasi budaya yang
dikemukakan oleh William H. Durham dalam Cultural Variation in Time and Space:
The Case for a Populational Theory of Culture. Dengan kata lain, konsep populasi
budaya menekankan bahwa budaya adalah sistem evolusi yang berada dan itu
membuka jalan untuk menganalisis perubahan budaya sebagai semacam proses evolusi.
Durham menunjukkan dengan cara berpikir tentang budaya yang semacam ini memberi
alat baru yang berharga untuk berpikir tentang variasi budaya dalam ruang dan waktu.
Hal ini sering disebut "teori coevolusi " atau “model coevolusi budaya dengan
~ 66 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
hipotesanya bahwa budaya adalah sistem perubahan evolusi sejajar dan berinteraksi
dengan gen.
Titik awal untuk teori populational budaya adalah mengakui bahwa sistem
budaya, untuk semua yang lain bahwa mungkin atau tidak mungkin, terdiri dari
informasi yang disampaikan melalui ruang dan waktu dalam kelompok sosial.
Kebudayaan mendefinisikan properti, ciri khas, dari perspektif ini adalah transmisi
sosial. Tidak peduli seberapa kecil dan tidak signifikan informasi, pada salah satu ujung
spektrum, atau berapa besarnya pada ujung lainnya adalah diajarkan dan dipelajari
secara sosial adalah bagaian dari kebudayaan. "Suatu budaya," dalam pandangan ini,
hanyalah koleksi lengkap informasi yang ditransmisikan secara sosial dalam suatu
masyarakat. Definisi ini sengajan terbuka dimaksudkan untuk merangkul berbagai
macam informasi atau fenomena ide, termasuk ide-ide, nilai-nilai, keyakinan, makna,
dan sebagainya.
Awal kemunculan konsep adaptasi berasal dari konsep-konsep biologi dan ilmu
pasti. Konsep-konsep biologi dan ilmu pasti dijadikan dasar untuk menjelaskan
fenomena-fenomena sosial yang ada. Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, ada
dua poin penting yaitu evolusi genetik, berfokus pada umpan balik dari interaksi
lingkungan, dan adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama
masa hidupnya, di mana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan,
tetapi juga proses kognitif terus-menerus.
Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam dua versi dari teori sistem,
baik secara biologikal, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John Bennet
(Bennet,1976:249-250). Adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat
evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara
budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya
yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan.
Adaptasi merupakan suatu proses yang dinamik karena baik organisme maupun
lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat konstan/tetap. Roy Ellen(1982) membagi
tahapan adaptasi dalam empat tipe. Antara lain adalah (1) tahapan phylogenetic yang
bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam, (2) modifikasi fisik dari
phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4) modifikasi kultural. Adaptasi
~ 67 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kultural proses bekerjanya dianggap lebih cepat dibandingkan ke-3 proses di atas karena
ia dianggap bekerja melalui daya tahan hidup populasi di mana masing-masing
komuniti mempunyai daya tahan yang berbeda berdasarkan perasaan akan resiko,
respon kesadaran, dan kesempatan.
Adaptasi dapat disebut sebagai sebuah strategi aktif manusia (Hardestry,
1977:238-240). Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk memelihara kondisi
kehidupan dalam menghadapi perubahan. Adapatasi dipahami sebagai suatu strategi
penanggulangan oleh manusia dalam merespon umpan balik negatif dari lingkungan
hidup suatu makhluk hidup. Umban balik yang dimaksudkan adalah segala perubahan
yang disebabkan oleh lingkungan, baik ekosistem/lingkungan biofisik dan sistem sosial.
Adaptasi terbagi dalam tiga tipe; adaptasi cara fisiologi, adaptasi cara perilaku dan
adaptasi cara kebudayaan
Keanekaragaman suku-bangsa dan golongan sosial, telah memunculkan terjadinya
berbagai strategi adaptasi. Pemahaman terhadap strategi adaptasi yang diterapkan
mencerminkan bentuk kognitif yang dipelajari melalui sosialisasi dari pendukung suatu
budaya, yang kemudian diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomena
sosial yang dihadapi. Adaptasi diartikan sebagai proses yang menghubungkan sistem
budaya dengan lingkungannya. Adaptasi selalu mengacu pada suatu lingkungan
tertentu.
Migrasi cenderung dilakukan orang dengan berbagai alasan, baik faktor ekonomi,
sosial dan budaya. Dalam kasus orang Tionghoa, fenomena migrasi tidak lepas dari
unsur politik. Adanya pembantaian orang Cina oleh Belanda (1740) banyak kelompok
etnis Tionghoa yang tinggal di Batavia pindah ke tempat yang lebih aman, dan memilih
Bekasi, Tangerang, Depok sebagai tempat menetap. Pada awalnya, mereka hanya
mengungsi untuk menghindari kerusuhan-kerusuhan yang terjadi. Namun, lama
kelamaan mereka menetap di wilayah-wilayah ini. Menurut data sensus kependudukan
tahun 1930 yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda untuk mendata penduduk Cina
dan bangsa-bangsa lain di Hindia Belanda tercatat ada 8372 orang Cina di Bekasi. (Data
dari Cencus Of 1930 in The Netherlands Indies, volume VII, Chinese and Other Non-
Indigenous Orientals in The Netherlands Indies). Menurut data sensus dari Badan Pusat
Statisik (BPS) tahun 2000, orang Cina di Bekasi tercatat ada 13.476 orang.
~ 68 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Ada beberapa proses model adaptasi budaya yang terjadi pada setiap suku bangsa
yaitu : yang dilakukan oleh pendatang terhadap penduduk asli, adaptasi yang dilakukan
penduduk asli terhadap pendatang dan adaptasi yang tidak dilakukan oleh pihak
manapun,di mana masing-masing etnik berdiam diri tanpa melakukan adapatasi. Pada
umumnya adaptasi yang paling sering terjadi adalah adaptasi yang dilakukan oleh
penduduk pendatang terhadap penduduk asli. Yang menghambat proses adaptasi adalah
perbedaan ras, dalam masyarakat Cina Bekasi ras tidak menjadi penghalang karena ciri
fisik sama, dan keterpisahan sosial budaya. Sedangkan faktor-faktor yang memperlancar
proses adaptasi adalah lamanya menetap, pendidikan, peraturan pemerintah terutama
produk Orde Baru, yaitu peraturan tentang ganti nama, agama dan kepercayaan serta
adat istiadat orang Tionghoa, yang mendorong orang-orang Tionghoa berintegrasi
dengan masyarakat pribumi, asimilasi budaya antara budaya Tionghoa dengan budaya
masyarakat pribumi, juga terjadinya kawin campur (amalgamasi). Kaum Peranakan
Tionghoa di Bekasi kian bertambah banyak setiap tahunnya. Mereka juga tidak lagi
menggunakan nama Tionghoa. Walaupun demikian, kaum Peranakan Tionghoa ini
masih tetap menjalankan adat istiadat dan kebudayaan Tionghoa.
Adaptasi di sini adalah adaptasi yang dilakukan orang Tionghoa dalam upacara
Ceng Beng. Cengbeng merupakan suatu unit analisis budaya dalam unsur religi yang
lebih luas. Malimowski dan banyak antropolog lainnya yang memandang religi bersifat
adaptif karena dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian yang menimpa
manusia. Strategi adaptasi di satu sisi berusaha mempertahankan tradisi sebagai ikatan
dengan leluhur, budaya, di sisi lain berbaur dengan masyarakat setempat.
2. PEMBAHASAN
Dalam masa pemerintahan Orde Baru, terjadi apa yang disebut oleh sinolog Melly
G. Tan sebagai “genocide” etnis Tionghoa, berupa pengkondisian yang membuat
generasi muda Tionghoa “tercabut” dari akar budayanya karena adanya larangan-
larangan untuk menampilkan identitas Tionghoa dari segi nama, penggunaan bahasa,
pelaksanaan hari raya Tionghoa dan menonjolkan identitas Tionghoa dalam bangunan
rumah tinggal, sehingga terjadi pemandegan perkembangan budaya tradisional
~ 69 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tionghoa. Peraturan-peraturan pemerintah yang membatasi perkembangan budaya
Tionghoa di Indonesia, secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan generasi
muda Tionghoa tidak memahami budaya tradisinya sendiri dan kehilangan identitas
etniknya. Mereka tidak bisa berbahasa Tionghoa, tidak mengenal tradisi Tionghoa dan
tidak menunjukkan identitas Tionghoa pada budaya materinya.
Peraturan-peraturan pemerintah tersebut antara lain adalah Kepres
No.127/U/KEP/12/1996 dan Surat Edaran Presidium Kabinet RI No. SE-
06/PresKab/6/1967 yang mengharuskan etnis Tionghoa melakukan ganti nama (nama
Tionghoa yang terdiri dari tiga suku kata menjadi nama Indonesia), Instruksi Presidium
Kabinet No.37/U/IN/6/1967 tentang pembatasan tempat bagi anak-anak WNA
Tionghoa di sekolah Nasional (hal ini berimbas juga bagi anak-anak WNI keturunan di
sekolah negeri), Instruksi Presiden No.14/1967 yang melarang perayaan, pesta agama
dan adat-istiadat Tionghoa, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.455.2-360/1968 tentang
penataan kelenteng di Indonesia, dan surat edaran Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika
No.2/SE/Ditjen/PP6/K/1988 tentang larangan penerbitan dan pencetakan tulisan/iklan
berbahasa Tionghoa. Hal ini berpengaruh pada setiap segi kehidupan, sosial, adat
istiadat, budaya dan religi orang Tionghoa. Orang Tionghoa dipaksa untuk memeluk
salah satu agama dari lima agama yang diakui pemerintah. Orang Tionghoa yang pada
umumnya beragama Konghucu, Tridarma atau percaya pada tiga ajaran Budha,
Konghucu dan Dao menjadi hanya boleh mengakui Budha saja.
Memasuki zaman reformasi, dimulai pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid,
melalui Keputusan Presiden No.6/Tahun 2000, Gus Dur mencabut Instruksi Presiden No.14 Tahun 1967
yang dikeluarkan oleh Presiden Soeharto tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina. Peraturan
pemerintah
sebelumnya itu membatasi pelaksanaan budaya tradisional Tionghoa dalam
lingkup perorangan atau internal keluarga, termasuk larangan untuk tampil mencolok di
depan umum. Peraturan yang baru betul-betul memberikan kebebasan dan negara
mengakui budaya tradisional Tionghoa sebagai bagian dari budaya Indonesia, tidak lagi
dianggap mengacu pada budaya RRC seperti isi dari INPRES 14/1967, sehingga etnis
Tionghoa dapat melakukan ritual dan menjalankan tradisi budaya tradisionalnya secara
terbuka.
~ 70 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Selanjutnya pada masa pemerintahan Megawati, Tahun Baru Tionghoa (Imlek)
dijadikan sebagai hari libur resmi di Indonesia, mengijinkan pertunjukkan barongsai dan
mengakui dipergunakannya istilah resmi ‟Tionghoa‟ menggantikan ‟Cina‟ yang
mengandung konotasi negatif. Terakhir, pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono, agama Konghucu dikembalikan menjadi agama resmi. Penelitian ini
bermaksud menunjukkan bagaimana orang Tionghoa di Bekasi menjalankan tradisi
budayanya dalam bentuk upacara Cengbeng sebagai bentuk strategi adaptasi pada masa
Orde Baru mulai dari tahun 1967 sampai tahun 2000 di mana larangan pelaksanaan
budaya Tionghoa dicabut.
Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang
adalah terjemahan yang paling umum dalam mengartikan Qīngmíng. Untuk orang
Tionghoa, hari ini merupakan suatu hari untuk mengingat dan menghormati nenek
moyang. Setiap orang berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan
bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai
asesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang. Upacara ini adalah sangat penting
bagi kebanyakan orang Tionghoa, terutama petani, dan biasanya dapat dilaksanakan 10
hari sebelum atau sesudah hari Qīngmíng. Pada waktu Qīngmíng, orang melakukan
tamasya keluarga, hal populer lain yang melakukan adalah memainkan layang-layang
(dalam berbagai bentuk binatang, atau karakter dari Opera Cina).
Qingming (Cengbeng) merupakan suatu unit analisis budaya dalam unsur religi
yang lebih luas. Malinowski dan banyak antropolog lainnya memandang religi bersifat
adaptif karena dapat mengurangi kecemasan dan ketidakpastian yang menimpa
manusia. Strategi adaptasi di satu sisi berusaha mempertahankan tradisi sebagai ikatan
dengan leluhur, budaya, di sisi lain berbaur dengan masyarakat setempat.
Keberadaan kelompok komunitas Cina di Bekasi dikatakan berbaur dengan
penduduk yang bukan Cina. Orang Cina di Bekasi menempati wilayah-wilayah Pecinan
yang disebut Proyek di mana tempat tersebut adalah pusat perdagangan, daerah sekitar
Teluk Buyung, Teluk Angsan. Kelompok komunitas Cina di Bekasi ada yang masih
mempertahankan kemurnian keluarga dalam arti kawin-mawin di kalangan kelompok
komunitasnya serta tradisi dari negeri leluhurnya dan tetap menganut ajaran Konghucu;
kelompok komunitas yang sudah mulai membaur dengan penduduk setempat, dikenal
sebagai warga “Cina-peranakan” menjadi pendukung budaya lokal disamping tradisi
~ 71 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dari negeri leluhurnya; menganut agama seperti Kristen dan Islam dan warga yang
dikenal sebagai “Cina-peranakan” hanya karena ciri-ciri fisiknya tetapi telah membaur
secara total dengan warga penduduk setempat, memeluk agama Kriste maupun Islam,
menggunakan nama yang tidak lagi menunjukkan identitas budaya negeri Adat
kebiasaan tradisional Tionghoa yang bersifat magis-religius antara lain pemujaan
terhadap leluhur yang dilakukan dengan cara sembahyang.
Kegiatan sembahyang pada leluhur ini, mereka lakukan baik di rumah sendiri
maupun di rumah-rumah sembahyang terutama di Klenteng. Kalau dilakukan di rumah
sendiri biasanya keluarga tersebut memiliki meja sembahyang. Peralatan meja
sembahyang yang mereka miliki bervariasi antara keluarga yang satu dengan yang
lainnya. Bagi sebagian besar keluarga, pengaturan meja sembahyang sangat sederhana
dimana hanya terdiri dari gambar leluhur, bokor abu tempat tancapan batang dupa dan
batang dupa. Bagi keluarga Tionghoa yang kaya, meja sembahyang biasanya diatur
sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat indah.
Pada tahun ini jatuh pada tanggal 5 April 2015 Sembahyang Ceng Beng biasanya
dilakukan di rumah-rumah. Pada hari itu, warga Tionghoa berziarah ke makam leluhur
mereka dengan membawa batang dupa, lilin, kertas sembahyang dan sesajen.
Bersamaan dengan itu pula makam leluhur dibersihkan. Tempat Pemakaman orang
Tionghoa di Bekasi terletak di Teluk Buyung Bekasi Utara dan dikelola oleh Yayasan
Pancaran Tri Dharma. Pada tanggal 4 dan 5 April pagi-pagi sekali antara pukul 05.00,
pengunjung sudah mulai mengunjungi makam untuk berziarah.
Orang tua biasanya mengajarkan anak-anaknya untuk tetap menjalankan tradisi
dan budaya khususnya dalam menjalankan upacara Cengbeng karena dengan
menjalankan tradisi ini dapat menjaga hubungan dengan leluhur sekaligus menunjukkan
bakti kepada orang tua.Upacara Cengbeng yang dilaksanakan setiap tanggal 4 dan 5
April setiap tahunnya adalah upacara berdoa kepada leluhur yang dilaksanakan di
rumah-rumah dan di kuburan. Meskipun terdapat aturan yang melarang orang Tionghoa
untuk menjalankan ibadah ataupun upacara, orang Tionghoa Bekasi tetap menjalankan
tradisi Cengbeng karena upacara ini bertujuan untuk menghormati leluhur dan
menunjukkan bakti. Orang tua terus mengajarkan kepada anaknya bagaimana menjaga
dan melaksanakan upacara ini. Pelarangan tidak dapat membatasi orang untuk tetap
~ 72 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
menjalankan tradisi sehingga inilah yang dapat disebut sebagai strategi adaptasi untuk
mempertahankan budaya.
Keluarga melakukan sembahyang CengBeng/ziarah kubur leluhurnya dengan
meletakkan sesajian didepan makam/kubur. Orang Tionghoa biasanya mengadakan
sembahyang kecil (tuang teh) setiap Che It 初一 (tanggal satu) dan Cap Go 十五
(tanggal 15) setiap bulannya dalam penanggalan Imlek di rumah. Selain sembahyang
kecil, ada juga sembahyang besar (sembahyang leluhur) yang merupakan suatu
kewajiban bagi yang masih memegang teguh ajaran leluhur. Sembahyang besar ini
biasanya memakai san sheng 三牲 (menggunakan tiga hewan bernyawa). Karena itu
sembahyang ini juga biasa disebut dengan sembahyang Sam Seng/sembahyang
bernyawa.Sembahyang besar ini biasanya dilakukan setahun tiga kali, yaitu pada saat
sembahyang Cengbeng (berziarah ke kuburan orang tua/saudara), sembahyang qi yue
(bulan tujuh tanggal lima belas), atau yang biasa disebut juga sembahyang rebutan dan
sembahyang sincia (Perayaan tahun baru Imlek). Sembahyang Cengbeng biasanya
dilakukan pada pagi hari di makam/kuburan orang tua/saudara, sembahyang rebutan
biasanya dilakukan pada siang hari di rumah dan sembahyang Sin Cia biasanya
dilakukan pada pagi/siang hari dirumah, sedangkan pada malam harinya seluruh sanak
saudara biasanya akan berkumpul bersama untuk makan malam sebelum tahun baru
Imlek.
Untuk sembahyang besar yang biasa dilakukan orang Tionghoa yang masih
melaksanakannya, hidangan yang disajikan terdiri dari yang berkuah (basah) dan yang
tidak berkuah (kering). Contoh makanan basah misalnya sup aneka jenis, sayuran aneka
jenis dan sebagainya. Contoh makanan kering misalnya sate babi manis (tidak pakai
lidi/tusukan), udang goreng, ayam goreng, mie goreng, sosis babi buatan sendiri, sunpia
dan sebagainya. Untuk samseng 三牲 (tiga hewan bernyawa) seperti daging babi
samcan, ikan dan ayam. Jumlah dan ragam masakannya bisa disesuaikan tergantung
masing-masing, atau mengikuti kesukaan leluhurnya semasa hidup yang penting
seimbang/semua ada.
Buah-buahan harus ada dalam setiap sembahyang. Untuk buah-buahan, biasanya
yang umum-umum saja asal tidak berduri, seperti pisang, jeruk, apel, pear, anggur,
delima, srikaya, nanas (dipotong tangkai daunnya karena tajam) dan sebagainya
~ 73 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sebanyak lima buah. Jenis buah-buahan lokal juga bisa dimasukan sebagai variasi.
Selain itu juga ada teliao (manisan) misalnya tang ke (manisan buah), ang co (kurma
mandarin), dan sebagainya sebanyak tiga jenis manisan. Bisa juga diganti permen/gula-
gula atau manisan yang lain kalau tidak ada.
Kue-kue yang biasa ada pada saat sembahyang besar leluhur di atas antara lain
kue ku’ merah (berbentuk seperti tempurung kura-kura, melambangkan umur panjang)
dan kue lapis (melambangkan rezeki yang berlapis-lapis), kue mangkok, kue pisang,
kue bugis, kue bika ambon dan sebagainya sebanyak tiga jenis kue. Untuk nasi sendiri
biasanya disajikan di mangkuk (untuk leluhur laki-laki) dengan sumpitnya dan di piring
(untuk leluhur perempuan).
Setiap tanggal 5 April, menurut tradisi Tionghoa, adalah hari Cengbeng, di mana
menurut tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat pemakaman orang
tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara penghormatan. Biasanya upacara
penghormatan ini dilakukan dengan berbagai jenis, misalnya saja membersihkan
kuburan, menebarkan kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal
dengan gincua. Tradisi ini tetap bertahan meskipun sudah dimulai sejak zaman dinasti
Tang. Perayaan tetap sama misalnya seperti membakar uang-uangan, menggantung
lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan membersihkan kuburan.Yang hilang
adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai gantinya lembaran kertas itu ditaruh
di atas kuburan. Kebiasaan lainnya adalah bermain layang-layang, makan telur, melukis
telur dan mengukir kulit telur. Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng
karena selain cuaca yang cerah dan langit yang terang,kondisi angin sangat ideal untuk
bermain layang-layang. Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui, karena Jie
Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.
Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan menggantungkan gambar burung
walet yang terbuat tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini disebut
burung walet Zitui. Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian kertas
panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas batu nisan itu dimulai sejak dinasti
Ming. Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti itu atas suruhan Zhu
Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti Ming,untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan
tidak tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh kertas di batu nisan
~ 74 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
leluhurnya. Rakyatpun mematuhi perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya.
Di mana ada batu nisan yang tidak ada kertasnya itulah makam ayahnya.
Membersihkan kuburan karena dengan tumbuhnya semak belukar dikawatirkan
akar-akarnya akan merusak tanah kuburan tersebut. Juga binatang-binatang akan
bersarang di semak tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga. Dikarenakan saat
itu cuaca mulai menghangat, maka hari itu dianggap hari yang cocok untuk
membersihkan kuburan. Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang yang
merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng, orang itu akan mengambil tanah
tempat lahirnya dan menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi di tanah
tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah tersebut ke alas kakinya sebagai
perlambang bahwa ia tetap menginjak tanah leluhurnya.
Menurut seorang informan hari Cengbeng adalah hari untuk bersembahyang ke
kuburan leluhur yang dilakukan oleh keluarga. Orang Tionghoa datang mengunjungi
kuburan hanya hari Cengbeng ini saja karena keluarga sudah membayar iuran pada
pengurus yang mengelola kuburan ini untuk menjaga dan merawat kuburan leluhur.
Sebelum upacara Cengbeng ada persiapannya biasanya beberapa hari sebelum
sembahyang ke kuburan. Yang pertama biasanya menyiapkan peralatan untuk
sembayang yaitu lilin, hio (dupa untuk sembahyang) dan gincoa (uang kertas), barang-
barang tersebut di beli di pasar Bekasi, karena jumlahnya agak banyak terutama uang
kertas. Ibunya membeli banyak makanan berupa sayuran, daging, dan buah-buahan.
Ada yang berupa makanan yang sudah jadi misalnya kue-kue (kue pepe/kue lapis, kue
mangkok dan lain-lain), ada juga yang harus dimasak. Kebetulan kakek saya yang
meninggal ini paling suka makan kaki babi masak kecap. Jadi Mama saya sudah jauh-
jauh hari pesan daging dan kaki babi dan memasaknya kemarin. Demikian juga dengan
sayuran, baru tadi pagi dimasak dan dibawa ke kuburan. Buah-buahan biasanya apel dan
jeruk sudah menjadi tradisi buah-buahan untuk sembahyang. Untuk minuman biasanya
teh saja.
Informan mengatakan, pagi-pagi datang langsung membersihkan kuburan.
Walaupun sudah ada petugas kuburan yang membersihkan tapi tetap saja kita harus
membersihkannya agar terlihat lebih rapid an bersih. Misalnya memotong rumput yang
masih tinggi. Menyapu dan mengelap altar batu nisan kakek dan batu nisan dewa bumi.
Kemudian kita mempersiapkan makanan dan minuman sembahyangyang ditata dengan
~ 75 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
rapi, mempersiapkan peralatan sembahyang, lilin dan hio, serta dua buah koin untuk
siopueh. Bila sudah siap lalu sembahyang. Biasanya ayah yang pertama sembahyang
dan mengsiopuehkan. Ketika sudah siopueh, tandanya kakek sudah datang dan sedang
makan persembahan kami. Kami sekeluarga sembahyang di depan altar. Kemudian kita
juga menyebarkan uang kertas yang bentuknya panjang di atas tanah kuburan kakek,
sebagai tanda kuburan ini sedang disembahyangi. Kemudian uang kertas yang lainnya
digulung dibuat seperti dodol. Hal itu dilakukan karena uang zaman dulu di Tiongkok
seperti itu. Karena menggulung uang-uangan kertas itu memakan waktu yang lama,
maka seadanya saja. Yang lainnya tetap berupa lembaran. Setelah selesai sembahyang,
papa sembahyang lagi untuk mengsiopuehkan lagi, apakah kakek sudah selesai makan?
Bila belum, maka kita tunggu, bila sudah siopueh, maka kita makan, membakar uang-
uang kertas dan beres-beres untuk pulang. Makanan yang ada dimakan disitu, kalau
tidak habis dibawa pulang atau dibagikan pada orang yang mau.
Lebih lanjut informan menambahkan sebenarnya waktu sembahyang Ceng Beng
selama satu bulan, jadi pergi ke kuburan boleh besok-besok dalam bulan ini,tidak pas di
tanggal 4 atau 5 tetapi jatuhnya tanggal Ceng Beng kali ini pada hari ini orang-orang
datang hari ini dan juga yang paling ramai. Biasanya pagi-pagi sudah berangkat ke
kuburan sembahyang untuk menghindari panas teriknya matahari siang.
Cara sembahyang Cengbeng, yang pertama adalah sembahyang kepada langit dan
bumi terlebih dahulu, kemudian kepada Dewa pendamping, yaitu Dewa bumi (Fude
Zhengshen), kemudian kepada kakek. Berdoa kepada mereka bahwa hari ini
sembahyang Ceng Beng. Informan mengatakan masih melakukan upacara Ceng Beng
Karena keluarganya adalah keluarga yang masih tradisional. Meskipun orang tua
informan tercatat beragama budha, namun sebenarnya adalah orang yang beragama
Cina. Itu adalah agama mereka. Hari raya Ceng Beng ini adalah salah satu hari raya
milik mereka yang dilaksanakan dengan suka cita.
Strategi adaptasi dalam perayaan Cengbeng dapat dilihat dari :
1. Religi yang dianut.
Orang Tionghoa sebelum Orde Baru pada umumnya beragama Konghucu namun
karena adanya larangan tradisi Tionghoa mereka beralih agama atau memeluk Budha
karena paling dekat dengan keyakinan sebelumnya. Keharusan untuk mencantumkan
salah satu dari lima agama yang diakui resmi oleh pemerintah Indonesia yaitu Islam,
~ 76 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Protestan, Katolik, Hindu atau Buddha sebagai keyakinan religius seseorang tidak
merupakan masalah bagi orang Cina. Orang Cina ada yang memeluk agama Islam,
Katolik, dan Protestan namun sebagian besar merupakan pemeluk agama Buddha,
diikuti Katolik, Protestan dan terakhir Islam dengan jumlah yang tidak besar. Menurut
data hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh BPS komposisi agama orang Cina di
Indonesia yaitu Buddha sebanyak 1.703.254, Konghucu 117.091. Ada yang menjadi
penganut agama Buddha sejati yang mencoba menghilangkan ciri ke-Cina-annya sama
sekali tetapi banyak pula yang menjadi pemeluk agama Buddha yang pada hakikatnya
masih setia pada keyakinan religius klasik Cina bersama dengan Konghucuisme dan
Taoisme. Adapun istilah agama Cina atau agama klasik Cina merupakan istilah para
ahli sementara orang Tionghoanya sendiri tidak terlalu mengenal istilah tersebut dan
mereka biasanya menggunakan kata ”agama kita”.
Orang Cina yang beragama Katolik pada umumnya masih merayakan tradisi
Cina yaitu hari raya Imlek dan Cengbeng. Imlek dirayakan dengan misa Imlek dan
dengan makan dan berkumpul bersama keluarga. Upacara Ceng beng juga dilakukan
umat Cina Katolik dengan berdoa untuk arwah leluhur bukan berdoa kepada arwah
leluhur.Bagi masyarakat Tionghoa yang menganut agama Katolik tentu saja tahun ini,
puncak perayaan Ceng Beng menjadi unik. Festival Ceng Beng tahun ini juga
bertepatan dengan pekan suci. Pekan suci merupakan tradisi yang sangat penting bagi
umat Katolik untuk memperingati kisah sengsara Yesus yang dimulai dari Minggu
Palma pada tanggal 29 Maret 2015 dan tentu saja pada puncaknya adalah Hari Paskah,
5 April 2015 bersamaan dengan Cengbeng. Serupa dengan orang Cina Katolik, orang
Cina Muslim juga masih merayakan tradisi Imlek dan cengbeng untuk mendoakan
leluhur. Kedua perayaan ini merupakan perayaan utama dalam tradisi Cina dan
biasanya masih dirayakan oleh orang Cina meskipun tidak lagi beragama Cina. Bagi
Orang Cina Protestan sudah tidak merayakan adat tradisi Tionghoa lagi.
2. Praktik dalam panggung depan dan panggung belakang.
Banyak orang Tionghoa masih melakukan tradisi secara turun menurun seperti
Cengbeng yang merupakan salah satu cara menghormati leluhur. Menghormati leluhur
adalah dengan cara menjaga nama baik keluarga bahkan kalau bisa semakin
mengharumkan nama keluarga dan juga mengatur pelimpahan jasa kepada sanak
~ 77 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
keluarga yang sudah meninggal. Walaupun tradisi Cina dilarang seperti tertulis pada
Inpres Nomor 14 tahun 1967 nampaknya hal tersebut hanya sebatas pada public life
(front stage) saja akan tetapi dalam private life ( back stage), orang Cina masih
menjalankan tradisinya.
Konsep front stage dan back stage ini dikemukakan oleh Goffman dalam teori
dramaturgis dalam Presentation of Self in Everyday Life, secara ringkas dramaturgis
merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan pertunjukan drama
dalam sebuah pentas. Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan
Back Stage (panggung belakang). Front Stage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi
mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi dua bagian,
setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya,
dan Front Personal yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasan perasaan
dari sang aktor. Front personal masih terbagi menjadi dua bagian, yaitu penampilan
yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status social aktor dan gaya
yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan aktor dalam situasi
tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang di mana di situlah berjalan
skenario pertunjukan masing-masing aktor.
Orang Cina melalui pengalamannya telah menjalankan tradisi pemujaan leluhur
yang merupakan agama asli Cina. Tradisi pemujaan leluhur yang diturunkan turun
temurun dari generasi ke generasi ini menjadi ciri kelompok etnik ini meskipun telah
hidup dan menetap di luar negerinya. Orang Cina tetap menjalankan tradisi Cengbeng
sebagai bentuk pemujaan leluhur karena pemujaan terhadap leluhur dapat berpadu
dalam keyakinan religi apapun karena inti dari pemujaan leluhur itulah yang menjadi
dasar dalam praktik tindakan keyakinan religius orang Cina. Meskipun orang Cina telah
beralih agama atau konvert dengan religi tertentu namun masih tetap merayakan
Cengbeng karena beranggapan Cengbeng adalah saat untuk mendoakan leluhur.
3. PENUTUP
Orang Tionghoa melalui pengalamannya telah menjalankan tradisi pemujaan
leluhur yang merupakan agama asli Tionghoa. Tradisi pemujaan leluhur yang
diturunkan turun temurun dari generasi ke generasi ini menjadi ciri kelompok etnik ini
~ 78 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
meskipun telah hidup dan menetap di luar negerinya. Orang Tionghoa tetap
menjalankan tradisi Cengbeng sebagai bentuk pemujaan leluhur karena pemujaan
terhadap leluhur dapat berpadu dalam keyakinan religi apapun karena inti dari pemujaan
leluhur itulah yang menjadi dasar dalam praktik tindakan keyakinan religius orang
Tionghoa. Meskipun orang Tionghoa telah beralih agama atau konvert dengan religi
tertentu namun masih tetap merayakan Cengbeng karena beranggapan Cengbeng adalah
saat untuk mendoakan leluhur.
Daftar Pustaka
BENNETT, JOHN W THE ECOLOGICAL TRANSITION: CULTURAL
ANTHROPOLOGY AND HUMAN ADAPTATION, PERGAMON PRESS NY
2014
ELLEN, ROY1982 ENVIRONMENT, SUBSISTENCE AND SYSTEM: THE
ECOLOGY OF SMALL-SCALE SOCIAL FORMATIONS UNIVERSITY OF
KENT AT CENTERBURY
ERNIWATI 2007 ASAP HIO DI RANAH MINANG, KOMUNITAS TIONGHOA
DI SUMATERA BARAT, YAYASAN NABIL
CLAUDINE SALMON, DENYS LOMBARD 2003 KLENTENG-KLENTENG DAN
MASYARAKAT TIONGHOA DI JAKARTA, YAYASAN CIPTA LOKA
CARAKA, JAKARTA Giok, Lan Tan 1963 The Chinese of Sukabumi: A Study in Social and Cultural
AccomodationIthaca, New York : Cornell University
Gondomono1996 Membanting Tulang, Menyembah Arwah,, Kehidupan Kekotaan
Masyarakat Cina, Jakarta: PT. Pustaka
Firdaus 2002 Pelangi Cina Indonesia, Jakarta: PT. Intisari Mediatama
Hardesty, D.L Ecological Anthropology. New York: John Wiley 1977
Kwa, David 2001 “Chiou-thau”: Ritus Pemurnian dan Inisiasi Menuju Kedewasaan
c:\mydocument\david\maret2001\chiou-thauceremony.rtf
Keesing, Roger M. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 1999.
Leonard, Blusse1988 Persekutuan Aneh Pemukim Cina, Wanita Peranakan dan
Belanda di Batavia VOC (Terj) Jakarta : Penerbit Pustazet Perkasa
Lohanda, Mona 2009 Unsur Lokal Dalam Ritual Peranakan, Intisari
Moran, Albert 1982 Cultural Adaptation FremantleMedia, London. Dicke, T.S.
Nancy B. Graves and Theodore D. Graves. Adaptive Strategies in Urban Migration.
Annual Review of Anthropology, Vol. 3 (1974), pp. 117 – 151.
Nio, Joe Lan 1961 Peradaban Tionghoa Selajang Pandang Djakarta :
Keng poPelly, Usman. Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minangkabau
dan Mandailing. Jakarta: LP3ES, 1994.
Purnomo, Widjil 1996 “Cina Benteng” Bekasi Hidup Bersahaja Suara Pembaruan
Ramona Marotz Baden and Peggy Lester Colvin. Coping Strategies: A Rural Urban
Comparison. Family Relation, Vol. 35, No. 2 (Apr 1986), pp. 281 – 288.
Saifuddin, Achmad Fedyani. Catatan Reflektif Antropologi Sosial Budaya. Institut
~ 79 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Antropologi Indonesia, 2011.
STEWARD, JULIAN HAYNES, 1982 THEORY OF CULTURE CHANGE: THE
METHODOLOGY OF MULTILINEAR,EVOLUTION, UNIVERSITY OF
ILLINOIS PRESS CHICAGO
Tan, Thomas TW 1989 Your Chinese Roots : The Overseas Chinese Story, Singapore :
Times Books 1990 Chinese Dialect Groups : Traits and Trades, ORC Pte. Ltd,
Singapore
~ 80 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENGARUH PENGGUNAAN MATERI PUISI TERHADAP KELAS
MEMBACA DAN MENYIMAKBAHASA CINA DAN JEPANG.
Febi Nur Biduri dan Yessy Harun
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Cina dan Sastra Jepamg
ABSTRACT
Rancangan pengajaran bahasa yang efektif berkaitan dengan pelbagai faktor pendukung.
Salah satu factor pendukung yang dapat dipergunakan adalah dengan menggunakan
media puisi sebagai materi ajar dalam kelas bahasa. Permasalahan yang terdapat dalam
pembelajaran membaca dan menyimak dengan menggunakan media puisi adalah
apakah terdapat pengaruh.penggunaan media puisi dalam kelas membaca dan
menyimak terhadap keberhasilan mahasiswa dalam belajar ?, Penelitian inipun
bertujuan memberikan sebuah media pembelajaran yang menarik minat mahasiswa
dalam belajar membaca dan menyimak.
Kata Kunci : terpadu, membaca, menyimak, bahasa, sukses
1. Pendahuluan
Pembelajaran terpadu seringkali dilaksanakan oleh pengajar dengan tujuan agar
pembelajaran yang tersampaikan dapat terlaksana dengan maksimal. Pembelajaran
terpadu dalam pembelajaran bahasa adalah dengan menggabungkan pembelajaran
beberapa kemampuan bahasa secara bersamaan seperti pengajaran menyimak yang
digabungkan dengan pembelajaran membaca atau pembelajaran berbicara digabungkan
dengan pembelajaran menyimak, pembelajaran menulis digabungkan dengan
pembelajaran membaca hal ini dilakukan agar pembelajaran yang terlaksana dapat
menjadi lebih optimal.
Selain beberapa pembelajaran kemahiran yang digabungkan menjadi satu
beberapa media pembelajaranpun dapat digunakan untuk memaksimalkan proses belajar
mengajar dalam kelas misalya dengan menggunakan media puisi dalam pembelajaran
menyimak dan membaca. Teks puisi akan diberikan ke siswa untuk dipelajari dan
sebelumnya siswa akan menyimak pembelajaran puisi melalui audio sehingga pelafalan
siswa dapat lebih menyerupai penutur asli bahasa tersebut.
Puisi yang dipergunakan adalah puisi popular yang disesuaikan dengan
kehidupan mahasiswa saat ini, pembelajaran puisi dalam kelas menyimak dan membaca
~ 81 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dapat membuat mahasiswa lebih tertarik dalam belajar bahasa karena mereka dapat
menemukan kosakata baru yang belum dipelajari. Pembelajaran dengan menggunakan
media puisi biasanya dilaksanakan dalam kelas pengantar kajian sastra atau telaah puisi,
saat ini media puisi ataupun karya sastra lainnya mulai dipergunakan selain dari kedua
kelas diatas tersebut.
Permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran membaca dan menyimak
dengan menggunakan media puisi adalah apakah terdapat pengaruh.penggunaan media
puisi dalam kelas membaca dan menyimak terhadap keberhasilan mahasiswa dalam
belajar ?, Penelitian inipun bertujuan memberikan sebuah media pembelajaran yang
menarik minat mahasiswa dalam belajar membaca dan menyimak.
2. Landasan Teori
Pembelajaran menyimak fokus pada penggunaan beberapa teknik untuk
memfasilitasi pemahaman, strategi pelatihan sendiri tidak cukup, pemahaman kognitif
dan afektif pembelajar, dan kebutuhan sosial yamg mempengaruhi pengembangan
menyimak bahasa kedua.
Pembelajaran membaca efektif melibatkan proses kompleks yang bervariasi
dengan konteks spesifik meliputi tingkat kemahiran, usia, motivasi, dan tujuan
membaca, yaitu penguasaan isi, pengembangan bahasa umum, atau peningkatan
keterampilan khusus membaca.
Menurut Goodman, Burke dan Sherman membaca merupakan proses
merekonstruksi pesan yang terdapat dalam teks yang dibaca. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa proses merekonstruksi pesan itu sifatnya berlapis dan interaktif serta terjadi
proses pembentukan dan pengujian hiporesus. Maksudnya, pesan digali melalui lapisan-
lapisan makna yang terdapat dalam teks, pembaca akan membuat dan menguji hipotesis.
Dari hasil pengujian hipotesis tersebut, pembaca dapat menarik suatu kesimpulan.2
Faktor yang mendasari membaca adalah proses penghayatan dan pemahaman,
maka dapat disimpulkan bahwa hakikat membaca adalah kegiatan untuk memahami isi
ide atau gagasan baik tersurat atau tersirat bahkan tersorot dalam bacaan. Dengan
2 Dr.Kudharu Saddhono,M.Hum.Prof.Dr.St.Y.Slamet, M.Pd. Pembelajaran keterampilan
berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi. ( Graha Ilmu Yogyakarta; 2014).h.133
~ 82 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
demikian, pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur, bukan
perilaku fisik duduk berjam-jam diruang belajar sambil memegang buku, hakikat
membaca adalah pemahaman.
Sebuah karya imajiner, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut
dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkanya kembali melalui sarana fiksi sesuai
dengan pandangannya. Oleh karena itu fiksi menurut Altenbernd dan Lewiangs dapat diartikan
prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran
yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia.
Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri dan interaksinya dengan Tuhan. Fiksi
merupakan hasil dialog, kentemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan.
Walau berupa khayalan tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka,
melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan
kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Oleh karena itu fiksi merupakan sebuah cerita dan karena didalamnya terkandung juga
tujuan estetik maka memberikan penghiburan bagi pembacanya. Membaca karya fiksi berarti
menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Sebuah karya fiksi
haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang
koheren dan tetap mempunyai tujuan estentik.3
3. Analisis Pembahasan
Sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah berasal dari hasil ujian
akhir semester mahasiswa dikelas menyimak 3 Fakultas Sastra jurusan sastra Cina dan
mahasiswa dikelas Aksara Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jepang Universitas Darma
Persada. Data hasil uji kuantitatif mahasiswa adalah sebagai berikut:
3 Burhan Nurgiyantoro. Teori Pengkajian Fiksi. (Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta;2007.) h. 2-3
~ 83 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dari hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata variabel: Kemampuan membaca dan
menyimak 249.47, Kemampuan membaca= 73,40, Penguasaan aksara = 265.36, dan
Kemampuan menyimak=22,31
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 139.554 29.486 4.733 .000
X1 .401 .086 .365 4.684 .000
X2 .201 .123 .162 1.628 .108
X3 1.216 .253 .486 4.804 .000
a. Dependent Variable: Y
Persamaan Regresi: Y = 139.554 + 0,401X1 + 0.201X2 + 1.216X3
Hipotesis 1:
Ho : 1 ≤ 0
H1 : 1 > 0
Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh harga: t1 = 4.684, db = 6,
p-value = 0,000/2 = 0,014 < 0,05, atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan
media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran membaca dan menyimak.
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
Y 249.47 11.495 70
X1 73.40 10.467 70
X2 265.36 9.275 70
X3 22.31 4.595 70
~ 84 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Hipotesis 2:
Ho : 2 ≤ 0
H1 : 2 > 0
Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh harga: t2 = 1,268, db = 6,
p-value = 0,108/2 = 0,021 < 0,05, atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan
media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran membaca dan menyimak.
Hipotesis 3:
Ho : 3 ≤ 0
H1 : 3 > 0
Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh harga: t3 = 4,804, db = 6,
p-value = 0,000/2 = 0,0003 < 0,05, atau Ho ditolak. Dengan demikian: Penggunaan
media puisi mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran kemahiran
menyimak
Dari hasil analisis deskriptif diperoleh rata-rata variabel: penggunaan media puisi
249.47, Kemampuan membaca = 73,40, Penguasaan aksara = 265.36, dan Kemampuan
menyimak=22,31
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5791.749 3 1930.583 38.313 .000b
Residual 3325.694 66 50.389
Total 9117.443 69
~ 85 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 5791.749 3 1930.583 38.313 .000b
Residual 3325.694 66 50.389
Total 9117.443 69
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y
Hipotesis 4:
Ho : 1 - 2- 3= 0
H1 : 1 - 2- 3≠ 0
Dari tabel diperoleh harga Fo =38,313, db = (3, 6), p-value = 0,000 < 0,05, Ho ditolak: Dengan
demikian: Penggunaan media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran
membaca dan menyimak.
~ 86 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dari hasil analisis yang disajikan pada tabel diatas, diperoleh harga: R2 = 0,635, Fo =
38.313, db = (3, 6); p-value = 0,000 < 0,05 atau Ho ditolak. Dengan demikian:
Penggunaan media puisi berpengaruh terhadap kesuksesan pembelajaran
membaca dan menyimak sebesar 0,635 atau 63.5%.
4. Kesimpulan
Setiap media pembelajaran berfungsi untuk memudahkan pengajar dalam
memberikan materi pembelajaran. Kreativitas pengajar dalam memanfaatkan media
yang ada sangatlah dibutuhkan dan diperlukan, dalam kelas membaca dan menyimak
penggunaan puisi ataupun karya sastra lain sebagai materi pembelajaran sangatlah
berguna dan dalam kelas menyimak 3 terdapat kesuksesan pembelajaran sebanyak
63,5%.
Daftar Pustaka
Brown, James Dean. 1995. The Elements of Language Curriculum. Boston: Heinle and
Heinle.
Dr.Kudharu Saddhono,M.Hum.Prof.Dr.St.Y.Slamet, M.Pd. 2014 Pembelajaran
keterampilan berbahasa Indonesia Teori dan Aplikasi. Graha Ilmu Yogyakarta.
Richards, Jack C. 2005. Curriculum Development in Language Teaching. Cambridge:
Cambridge University Press
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .797a .635 .619 7.099 .635 38.313 3 66 .000
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
~ 87 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
FUNGSI DAN PENGGUNAAN KALIMAT HUBUNGAN SYARAT YANG
MENGGUNAKAN PARTIKEL SAMBUNG “TO” BERDASARKAN
MODALITAS
Ari Artadi, Dila Rismayanti, Chonan Kazuhide
Fakultas Sastra/Jurusan Sastra Jepang
Abstrak
Bentuk Kalimat Hubungan Syarat / Kalimat Kondisional ( Conditional Sentences)
Bahasa Jepang diwakili oleh penggunaan partikel sambung, seperti “to”, “tara”, “reba”,
dan “nara”. Dari Kalimat Kondisonal yang dibentuk empat partikel sambung ini,
Kalimat Kondisonal yang dibentuk partikel sambung "to" memiliki perbendaan yang
mendasar dengan yang lain. Ketika sebagian besar Kalimat Kondisional kegunaan
utama adalah membentuk kalimat yang menunjukan hipotetis / asumsi / dugaan (
kateijoukenbun ), Kalimat Kondisional yang dibentuk partikel “to” penggunaan utama
adalah Kalimat yang menunjukan kondisi faktual yang berulang atau pengetahuan
umum (Kalimat Faktual Berulang kojoujoukenbun ), dan kejadian lampau yang
berunutan ( Kalimat Lampau Berunutan jijitsujoukenbun ). Dengan kata lain
Kalimat Kondisional yang dibentuk oleh “to” adalah kejadian yang merupakan hasil
pengamatan objektif dari pembicara. Hal ini dikuatkan melalui sudut pandangan
Modalitas, dimana modalitas klausa utamanya adalah berupa modalitas narasi. Tetapi,
penelitian ini menemukan bahwa Kalimat Hipotetis / Asumsi / Dugaan juga dapat
muncul, dan kemungkinan dapat mengunakan modalitas kehendak/keinginan.
Kata Kunci : Kalimat Hubungan Syarat / Kalimat Kondisional, Kalimat Hipotesis,
Kalimat Faktual Berulang, Kalimat Lampau Berunutan, Modalitas
1. Pendahuluan
Dalam pola kalimat Bahasa Jepang yang menunjukan hubungan syarat antara
induk kalimat dan anak kalimat diwakili oleh 4 pola yang dihubungkan dengan partikel
sambung “reba”, “tara”, “nara”, dan “to”. Dari 4 pola yang disebutkan pola yang
dihubungkan dengan partikel “to” memiliki perbedaan dengan 3 pola yang lain.
Perbedaan paling mendasar adalah penggunaan “to” tidak menunjukan pola hubungan
syarat yang menunjukan suatu pengandaian / asumsi / hipotesis/ dugaan ( Kalimat
Kondisional Pengandaian ), tetapi menunjukan pola hubungan syarat yang menunjukan
kejadian umum yang diketahui semua orang ( Kalimat dan pola hubungan syarat yang
menunjukan kenyataan yang telah terjadi ( Kalimat Kondisonal Lampau Berunutan ).
~ 88 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Oleh karena itu, pada umumnya kalimat yang dibuat oleh pola “to” menunjukan
kejadian yang nyata dan kejadian yang berulang.
Peneliti seperti Kuno Susumu (1973), Masuoka Takeshi (1997), Hazunuma
Akiko (2001) , Tanaka Hiroshi (2005) dan Maeda Naoko (2009) mempunyai pendapat
yang sama. Mereka menjelaskan bahwa kalimat hubungan syarat yang dibentuk dengan
mengunakan partikel sambung “to” memunculkan Kalimat Kondisional Faktual dan
Kalimat Kondisional Lampau Berurutan hasil perbuatan manusia. Seperti contoh di
bawah ini. Seperti contoh di bawah ini.
(1)震災から約1カ月後に一時帰宅すると、周囲の住民の多くは戻っていた。
(朝日新聞 2011/07/17)
(2)現在、東電管内の事業所全体でみると、25%減を達成している。
(朝日新聞 2011/08/01)
(3)東京の中心部を掘ると、江戸時代のゴミが出てくる。 (アエラ 1992/10/27)
Oleh sebab itu pada kalimat seperti ini pola kalimat yang menunjukan
pengandaian dan modalitas yang menunjukan keinginan pembicara sangat sulit dipakai.
Namun dari hasil pengumpulan data, tidak hanya kalimat yang menunjukan kejadian
nyata dan berulang, ternyata pola yang menggunakan pola “to” juga menunjukan
kejadian yang merupakan asumsi / dugaan / hipotesis. , seperti contoh dibawah ini.
(4)車シフトが進み、鉄道や飛行機の運賃が下がると、新たな経済効果も生まれる
かもしれない。 (アエラ 2009/09/28)
(5)無秩序に家が建つと、道路整備が進まず災害時に逃げられなくなる恐れもある。
(朝日新聞 2006/01/23)
(6)「ミスじゃない。力不足です」。しかし、その後は外角中心の配球で谷田君を抑
え込んだ。球速ももっと上げないと、右打者の外に逃げる変化球もマスターし
たい……。 (朝日新聞 2011/07/20)
Kalimat nomer (4) dan (5) adalah kalimat dugaan yang akhir kalimatnya
menunjukan modalitas 「かもしれない」dan「恐れがある」 yang merupakan
modalitas yang menunjukan dugaan dari pembicara tentang suatu kemungkinan.
Selanjutnya, pada kalimat nomer (6) diakhir kalimat muncul modalitas 「たい」yang
menunjukan keinginan dari pembicara, dan merupakan kalimat hubungan syarat yang
~ 89 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
menunjukan pengandaian. Berdasarkan kenyataan ini, pada pola kalimat hubungan
syarat yang menggunakan partikel sambung “to” ternyata dapat muncul kalimat yang
menunjukan pengandaian, dan meskipun modalitas yang menunjukan keinginan
pembicara sulit dipakai, namun bukan sama sekali tidak bisa dipakai.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pada kalimat hubungan syarat to bisa
muncul kalimat yang merupakan pengandaian atau asumsi ? Modalitas apa saja yang
dapat dipakai pada Kalimat Hubungan Syarat Pola “to”? Dan apakah benar modalitas
yang menunjukan keinginan pembicara dapat digunakan ? Berdasarkan pertanyaan –
pertanyaan tersebut tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih dalam
penggunaan dan fungsi kalimat hubungan syarat yang mengunakan partikel sambung
“to” berdasarkan teori Realitas dan penggunaan Modalitas yang ada diakhir kalimat.
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif – kuantitatif, dimana fonomena yang ada dianalisis, dan hasil analisis
diperkuat oleh hasil hitung data yang diperoleh. Untuk melihat fenomena yang muncul
dan data pendukung, penelitian ini mengunakan contoh kalimat yang berasal dari surat
kabar Asahi Shibun di Jepang. Alasan mengunakan contoh kalimat yang berasal dari
surat kabar adalah kalimat yang ada pada surat kabar adalah kalimat yang aktual dan
kaya akan berbagai modalitas. Selain itu Asahi Shinbun adalah, surat kabar yang paling
banyak pembacanya di Jepang.
2. Metode Penelitian, Teori Reality, dan Modalitas Bahasa Jepang
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif – kuantitatif, dimana fonomena yang ada dianalisis, dan hasil analisis
diperkuat oleh hasil hitung data yang diperoleh. Untuk melihat fenomena yang muncul
dan data pendukung, penelitian ini mengunakan contoh kalimat yang berasal dari surat
kabar Asahi Shibun di Jepang. Alasan mengunakan contoh kalimat yang berasal dari
surat kabar adalah kalimat yang ada pada surat kabar adalah kalimat yang aktual dan
kaya akan berbagai modalitas. Selain itu Asahi Shinbun adalah, surat kabar yang paling
banyak pembacanya di Jepang.
Data contoh kalimat yang diambil dari surat kabar Jepang ini akan dianalisis
dengan mengunakan Teori realitas dan Penggunaan Modalitas diakhir kalimat. Teori
~ 90 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Realitas gunakan oleh Maeda Naoko (2009) untuk menganalisis Kalimat Hubungan
Syarat Bahasa Jepang / Kalimat Kondisional. Teori Realitas pada dasarnya melihat frasa
pada anak kalimat dan frasa Induk kalimat, apakah aktifitas yang ada pada anak kalimat
selesai atau belum, dan apakah aktifitas yang ada pada Induk kalimat selesai atau
belum. Berdasarkan Teori ini, dalam penelitian ini jenis kalimat hubungan syarat dibagi
menjadi ;
① Kalimat Hubungan Syarat yang menunjukan Hipotesis / Asumsi/ Dugaan
Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan ( Kateijokenbun ) . Kalimat
Kondisional ini isi Anak kalimat adalah kejadian yang belum terjadi atau
kejadian yang sudah terjadi, namun isi Induk Kalimat nya adalah kejadian yang
belum terjadi.
1. Gambar Skema Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan
(Anak Kalimat) ( Induk Kalimat )
Kejadian yang belum terjadi /
sudah terjadi
―――→
Kejadian yang belum terjadi
Belum Terjadi / Sudah terjadi Belum Terjadi
Contoh :
(7 ) もし核戦争が起こったら、日本はあっという間に消えてしまうだろう。
(蓮沼ら:8)
② Kalimat Hubungan Syarat / Kalimat Kondisional Faktual Berulang yang
menujukan Pengetahuan yang bersifat umum atau kalimat yang menunjukan
kejadian berulang ( Kojoujoukenbun ). Kalimat Kondisional ini isi Anak
Kalimat , maupun Induk kalimat adalah jadian yang berulang atau bersifat abadi.
2. Gambar Skema Kalimat Kondisional Faktual Berulang
(Anak Kalimat) ( Induk Kalimat )
Kejadian ini terjadi ― Pastinya → Kejadian ini juga terjadi
Contoh :
~ 91 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
( 8 ) 東京の中心部を掘ると、江戸時代のゴミが出てくる(アエラ 1992/10/27)
③ Kalimat hubungan Syarat yang menunjukan suatu kejadian yang telah terjadi dan
kejadian tersebut hanya sekali Kalimat Kondisional Lampau Berunutan (
Jijitsujoukenbun ) . Kalimat Kondisional ini isi Anak Kalimat dan Induk Kalimat
adalah kejadian yang telah terjadi dimasa lalu dan hanya sekali terjadi.
3. Gambar Skema Kalimat Kondisional Lampau Berunutan
(Anak Kalimat) ( Induk Kalimat )
Kejadian yang telah terjadi
―――→
Kejadian yang terjadi
Sudah terjadi Sudah terjadi
Contoh :
( 9 ) 震災から約1カ月後に一時帰宅すると、周囲の住民の多くは戻っていた。
(朝日新聞 2011/07/17)
Untuk mengklasifikasikan kalimat hubungan syarat dengan lebih akurat, pada
penelitian ini ditambahkan analisis terhadap modalitas. Jenis-jenis modalitas yang
digunakan sebagai instrumen analisis dalam penelitian ini adalah modalitas yang ada
dalam buku Nihongokijutsubunpokenkyukai (2003). Nihongokijutsubunpokenkyukai
(2003) menjelaskan bahwa ada 4 modalitas dasar yang ada dalam bahasa Jepang : 1.
Modalitas Ragam Wacana ( Hyogenruikei Modariti ) 2. Modalitas Penilaian dan
Kesadaran ( Hyouka – Ninshiki Modariti ) 3. Modalitas Penjelasan ( Sestumei
Modariti ) , 4. Modalitas Cara Penyampian Isi Kalimat kepada Lawan Bicara(
Dentatsu Modariti).
1. Modalitas Ragam Wacana ( Hyougenruikei Modariti ) adalah Modalitas yang
berfungsi menunjukan / menyampaikan isi kalimat kepada lawan bicara. Modalitas ini
dibagi menjadi 3 yaitu : Modalitas Informasi, Modalitas Tindakan, dan Modalitas
Kekaguman.
① Modalitas Infomasi adalah modalitas yang menunjukan penyampaian informasi
antara pembicara dan lawan bicara. Seperti : Modalitas Narasi dan Modalitas
Pertanyaan
~ 92 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
② Modalitas Tindakan adalah modalitas yang berfungsi untuk membuat pembicara
dan lawan bicara mengerjakan sesuatu. Seperti : Modalitas Keinginan, Modalitas
Ajakan, dan Modalitas Menuntut Perbuatan.
③ Modalitas Kekaguman adalah modalitas yang menunjukan kekaguman dari
pembicara.
2. Modalitas Penilaian dan Kesadaran ( Hyouka – Ninshiki Modariti ) adalah modalitas
yang merupakan tanggapan atau penilaian pembicara terhadap isi kalimat. Terdapat 2
modalitas yaitu ;
① Modalitas Penilaian ( Hyouka Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan
penilaian pembicara terhadap isi kalimat. Seperti : modalitas keharusan,
memberi izin, ketidakharusan, dan Modalitas tidak memberi izin.
② Modalitas Kesadaran ( Ninsihiki Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan
kesadaran pembicara terhadap isi kalimat. Seperti : modalitas Keputusan,
modalitas dugaan, modalitas kemungkinan, dan modalitas yang menunjukan
bukti.
3. Modalitas Penjelasan ( Setsumei Modariti ) adalah modalitas yang menunjukan
adanya keterkaitan dengan isi dari kalimat sebelumnya.
4. Modalitas Cara Penyampaian Kepada Lawan Bicara ( Dentatsu Modariti ) adalah
modalitas yang menunjukan cara menyampaikan isi kalimat kepada lawan bicara.
3. Hasil Analisis
Pada bagian pendahuluan menerangkan bahwa hasil penelitian terdahulu
menjelaskan bahwa Kalimat Kondisional yang dibentuk dari partikel sambung
“to”merupakan kalimat yang menunjukan pengetahuan umum dan kenyataan yang
diungkapkan apa adanya. Artinya Kalimat Kondisional yang muncul adalah kalimat
objektif, yang berusaha menjelaskan apa adanya.
Berdasarkan data yang dianalisis dengan teori Reality dan Modalitas. Dari 3881
kalimat kondisional “to” yang dikumpulkan. 1091 kalimat ( 28,1%) adalah Kalimat
Kondisional Hipotesis/Asumsi / Dugaan, 1794 kalimat ( 46,2% ) adalah Kalimat
Kondisional Faktual Berulang , dan 996 Kalimat ( 25,7 % ) adalah Kalimat Kondisional
Lampau Berunutan. Pada Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi / Dugaan, sebagaian
kalimatnya merupakan Kalimat Hipotesis yang umum dimana isi kejadian pada anak
~ 93 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kalimat dan induk kalimat belum terjadi. Pada Kalimat Kondisional Faktual Berulang,
sebagian besar kalimat merupakan Kalimat Kondisional Faktual yang menunjukan hal
yang umum / Pengetahuan Umum. Hasil Analisis data kalimat yang dikumpulkan
adalah seperti di bawah ini.
Tabel 11 Hasil Analisis Pengunaan Kalimat Kondisional “to”
Jenis Pengunaan Jumlah Persentasi Total
1 Kalimat
Kondisional
Asumsi /
Hipotesis /
Dugaan
Kalimat Kondisional
Hipotesis Umum
1080 27.8% 1091
(28.1%)
Kalimat Kondisional
Hipotesis ( Anak Kalimat
Kenyataan )
8 0.2%
Kalimat Kondisional
Berlawanan dengan
Kenyataan
3 0.1%
2 Kalimat
Kondisional
Faktual
Berulang
Kalimat Kondisional
Faktual Umum
1596 41.1% 1794
(46.2%)
Kalimat Kondisional
Faktual Kebiasaan
198 5.1%
3 Kalimat
Kondisional
Lampau
Berunutan
Kalimat Lampau
Berunutan Penemuan
214 5.6% 996
(25.7%)
Kalimat Lampau
Berunutan Ekspresi
331 8.5%
Kalimat Lampau
Berunutan Pemicu
334 8.6%
Kalimat Lampau
Berunutan Satu Subjek
117 3%
3881 100% 100%
~ 94 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Hasil analisis di atas menunjukan bahwa kalimat Kondisional yang dibentuk dari
partikel sambung “to” 70,9% adalah kalimat kondisional yang menunjukan Pengetahuan
Umum, Kebiasaan, dan Kalimat lampau berunutan. Kalimat – kalimat ini adalah yang
menunjukan isi suatu kejadian apa adanya, dalam upaya menunjukan objektifitas
pembicara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan bahwa
kegunaan atau fungsi utama kalimat kondisional yang menggunakan Partikel Sambung
“to”. Namun, penelitian ini mengingatkan bahwa kalimat Kondisional Hipotesis /
Asumsi / Dugaan meskipun jumlahnya sedikit namun jumlahnya cukup signifikan.
Berikut penjelasan penggunaan dan contoh kalimat Kondisional yang mengunakan
Partikel Sambung “to” yang merupakan hasil dari analisis yang telah paparkan pada
tabel di atas.
3. 1. Kalimat Kondisional Asumsi / Hipotesis / Dugaan
Dari analisis di atas Kalimat Kondisional Asumsi / Hipotesis / Dugaan yang
muncul dalam Kalimat Kondisonal yang mengunakan Partikel Sambung “ to” sebagaian
besar adalah Kalimat Kondisional Hipotesis yang bersifat umum, dimana isi / kejadian
pada Anak Kalimat maupun Induk Kalimat merupakan kejadian yang belum terjadi dan
merupakan hipotesis, asumsi atau dugaan dari pembicara. Kalimat Kondisional
Hipotesis / Asumsi / Dugaan ini mengunakan berbagai modalitas seperti, modalitas
narasi, modalitas dugaan, modalitas kemungkinan, modalitas pembuktian, dan lain –
lain, seperti contoh kalimat di bawah ini.
( 10 ) 携帯電話しかない家庭が将来増えると、有権者の一部が調査から除外される
問題が深刻に なる。 (アエラ 2010/12/20)
( 11 ) ラジオやネットがあるから、被災地の人にも音楽を届けられる。CDもいい
けど、リアルタイムの演奏を送らないと、本当のメッセージにはならないと
思う。 (朝日新聞 2011/04/23)
( 12 ) 有料老人ホームが次々と建つと、介護保険給付費の増大が自治体の財政を圧
迫しかねない。 (朝日新聞 2007/02/10)
~ 95 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kalimat nomer ( 10 ), (11 ), dan ( 12 ) adalah contoh dari Kalimat Kondisional
yang merupakan Hipotesis, Asumsi, atau Dugaan. Dimana Anak kalimat maupun Induk
Kalimat merupakan kejadian yang belum terjadi. Hal ini juga bisa dilihat dari sisi
modalitas Induk Kalimat. Modalitas pada Induk Kalimat pada kalimat ( 10 )…になる
yang merupakan modalitas Narasi, ( 11 ) ….と思う yang merupakan modalitas dugaan,
dan (12) ….かねない yang merupakan modalitas kemungkinan yang ada diakhir
kalimat menunjukan bahwa kejadian pada Induk Kalimat adalah asumsi atau dugaan
pembicara dan belum terjadi. Kemudian, dalam Kalimat Kondisional Hipotesis /
Asumsi / Dugaan terdapat jenis dimana isi / kejadian pada induk kalimat adalah
kejadian yang telah terjadi ( Kitei Jokenbun ). Kemudian, juga ada Kalimat Kondisional
yang menunjukan pertentangan dengan kenyataan ( Hanjijitsu jyokenbun ). Seperti
contoh berikut.
( 13 ) 「縄文時代は今に比べ、1、2度平均気温が高かった。今年のように暑いと、
また縄文当時みたいになるのでしょうか」。 (朝日新聞 2010/09/15)
( 14 ) ところが、登記上「雑種地」である男性の土地は、木造平屋の直売所が建つと、
本来は 課税上「宅地」となるはずなのに、「雑種地」のままとされた。
(朝日新聞 2010/07/23)
Kalimat (13 ) menunjukan bahwa kejadian pada Anak Kalimat adalah telah
terjadi atau sedang terjadi, namun pada Induk Kalimat modalitas pertanyaan ….でしょ
うか yang menunjukan keraguan pembicara membuat kejadian pada Induk Kalimat
merupakan kejadian yang belum terjadi. Kemudian pada kalimat (14 ) baik kejadian
pada Anak Kalimat dan Induk Kalimat adalah kejadian yang berlawanan dengan
kenyataan. Ini diperkuat dengan adanya modalitas penanda …はずなのに yang
menujukan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat yang berlawanan dengan kenyataan.
3. 2. Kalimat Kondisional Faktual Berulang
Kalimat Kondisional Faktual Berulang terdiri dari Kalimat Kondisional Faktual
Berulang yang menunjukan pengetahuan umum, alam dan sebagainya, dan Kalimat
Faktual Berulang yang menunjukan kebiasaan. Kedua jenis Kalimat Kondisional
~ 96 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berulang ini baik isi Anak Kalimat dan Induk Kalimatnya adalah kejadian yang sudah
terjadi dan bisa berulang, sehingga tidak memiliki penanda waktu. Seperti contoh
kalimat berikut.
( 15 ) 年をとると、女性としての潤いやときめきがなくなりがち。
(週刊朝日 2004/04/23)
(16 ) 韓国人は情が厚く、感情の起伏が激しい。感情移入できるドラマと出合うと、
ともに泣き、笑い、怒るのだ。 (アエラ 2010/07/05)
Kalimat nomer (15 ) pada Induk Kalimat terdapat modalitas…がち adalah modalitas
narasi yang menunjukan kecenderungan, sehingga kejadian pada kalimat (15 ) bisa
dikatakan sebagai pengetahuan umum. Sedangkan pada nomer ( 16 ) pada Induk
Kalimat modail menunjukan kebiasaan dari suatu masyarakat. Kalimat – kalimat
kondisional seperti inilah yang muncul pada contoh kalimat di buku pelajaran dasar
Bahasa Jepang ketika mempelajari Partikel Sambung “to” sebagai pembentuk kalimat
kondisional.
3. 3. Kalimat Kondisional Lampau Berunutan
Kalimat Kondisional Lampau Berunutan yang dibentuk oleh partikel sambung
“to” memiliki beberapa makna dan kegunaan, seperti menujukan penemuan, ekspresi,
pemicu, dan satu subjek melakukan kegiatan yang beruntun. Seluruh kalimat ini adalah
kalimat lampau yang ditandai oleh keterangan waktu lampau, dan kejadian yang
merupakan kejadian yang hanya sekali terjadi. Berikut contoh dari Kalimat Kondisional
Lampau Berunutan.
( 17 ) 過去の経歴を調べると、2人とも別の会社でクビ切り面接の面接官の経験があ
った。 (アエラ 2010/01/25)
( 18 ) 90年代、中国が改革開放に向かうと、日本の企業は安い労働力・食材、将来
の市場成長性を求めて中国に波打って進出した。 (アエラ 2007/08/06)
( 19 ) すぐさま東急東横線に向かったが、電車は動いていない。足早にタクシー乗り
~ 97 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
場へ向かうと、すでに50人以上の列ができている。(週刊朝日 2011/03/25)
( 20 ) アジアの人気俳優たちを撮り続けてきた売れっ子監督は、カメラの前に立つと、
自らポ ーズをとり始めた。 (アエラ 2007/07/09)
Kejadian pada kalimat – kalimat di atas merupakan kejadian lampau atau kejadian yang
sedang terjadi. Kalimat (17) adalah kalimat yang menunjukan kejadian penemuan (
hakken ). Kalimat (18 ) adalah kejadian yang menunjukan bahwa anak kalimat adalah
kejadian pemicu kejadian pada induk kalimat ( kikake ). Kalimat ( 19 ) adalah kejadian
yang menunjukan ungkapan pembicara akan kejadian pada saat itu ( hatsugen ).
Sedangkan (20 ) adalah kejadian dimana satu subjek melakukan kegiatan secara
berunutan ( renzokudousa ). Semua kalimat ini mengunakan keterangan waktu lampau,
namun untuk jenis kalimat yang menunjukan ungkapan pembicara akan kejadian pada
saat itu mengunakan keterangan waktu sedang terjadi. Kemudian kejadian pada anak
kalimat dan induk kalimat terjadi pada waktu yang bersamaan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan Teori Reality dan modalitas, hasil dari analisis Kalimat Kondisonal yang
menggunakan partikel sambung “to” dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kalimat Kondisonal yang menggunakan partikel sambung “to” terdiri dari 3 jenis
yaitu : Kalimat Kondisional Hipotesis, Kalimat Kondisional Faktual, dan Kalimat
Lampau Berunutan. Dari 3 jenis kalimat tersebut terdapat 12 pengunaan , yaitu ;
Kalimat Kondisional Hipotesis : ① Kalimat Kondisional Hipotesis / Asumsi /
Dugaan (ippan kateijoukenbun ) ② Kalimat Kondisional Hipotesis berdasarkan hal
yang sudah diputuskan ( Kiteijyoukenbun ) ③ Kalimat Kondisional Hipotesis yang
berlawanan dengan kenyataan ( hanjijitsujoukenbun ).
Kalimat Kondisional Faktual : ④ Kalimat Kondisional Faktual Pengetahuan Umum (
ippan koujojoukenbun ), ⑤ Kalimat Kondisional Faktual Kebiasaan ( shukan ) ⑥
Kalimat Kondisional Faktual Kejadian Alam (shizen gensho) ⑦ Kalimat
Kondisional Hasil Penelitian (kagaku dekigoto ) ⑧ Kalimat Kondisional Faktual
Menunjukan Alasan ( riyu kojoujoukenbun ).
~ 98 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kalimat Lampau Berunutan : ⑨ kalimat yang menunjukan kejadian penemuan (
hakken ) ⑩anak kalimat adalah kejadian pemicu kejadian pada induk kalimat ( kikake )
⑪ kejadian yang menunjukan ungkapan pembicara akan kejadian pada saat itu (
hatsugen ) ⑫ satu subjek melakukan kegiatan secara berunutan ( renzokudousa )
2. Berkenaan dengan pemakaian modalitas pada Kalimat Kondisional yang mengunakan
partikel sambung “to” adalah sebagai berikut :
Kalimat Kondisional Hipotesis : Pada jenis kalimat ini berbagai modalitas dapat
digunakan seperti ; Modalitas Ragam Wacana ( Hyougenruikei Modariti ), Modalitas
Penilaian dan Kesadaran ( Hyouka – Ninshiki Modariti ), Modalitas Cara Penyampaian
Kepada Lawan Bicara ( Dentatsu Modariti ). Meskipun berbagai modalitas dapat
digunakan pada kalimat kondisional jenis ini, namun seperti penelitian- penelitian
terdahulu terdapat pembatasan pengunaan modalitas. Modalitas Ragam Wacana (
Hyougenruikei Modariti ), Modalitas Tindakan ( koui modariti ) hampir tidak bisa
dipakai pada Kalimat Kondisional Hipotesis yang menggunakan partikel sambung “to”.
Tetapi penelitian ini menemukan bahwa jika pada anak kalimat sebelum partikel
sambung “to” bentuk predikatnya adalah bentuk negative, maka pada Induk Kalimat,
modalitas tindakan ada kemungkinan bisa dipakai.
Kalimat Kondisional Faktual : Pada jenis kalimat ini modalitas yang dipakai adalah
modalitas narasi dan modalitas penjelasan.
Kalimat Kondisional Lampau Berunutan : Pada jenis kalimat ini modalitas yang
dipakai adalah modalitas narasi bentuk lampau atau bentuk sedang berlangsung.
Daftar Pustaka
有田節子(2007)『日本語の条件文と時制節性』くろしお出版
久野暲 (1973)『日本文法研究』大修館書店
小林賢次(1996)『日本語の条件表現史の研究』ひつじ書房
田中寛 (2004)『日本語複文表現の研究―接続と叙述の構造』白帝社
――― (2010)『複合辞からみた日本語文法の研究』ひつじ書房
日本語記述文法研究会編(2003)『現代日本語文法4第 8部モダリティ』くろしお
出版
蓮沼昭子・有田節子・前田直子(2001)『条件表現』くろしお出版
益岡隆志(1993)「日本語の条件表現について」『日本語の条件表現』くろしお出版
――― (1997)『複文』くろしお出版
前田直子(2009)『日本語の複文』くろしお出版
~ 99 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
森田良行(2002)『日本語文法の発想』ひつじ書房
Sumber Contoh Kalimat :
朝日新聞、『アエラ』、『週刊朝日』、その他
~ 100 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
POTENSI INDUSTRI HALAL DALAM MENARIK WISATAWAN
MUSLIM MANCANEGARA DI JEPANG
Yessy Harun
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
Abstrak
Saat ini ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di dunia
setelah Amerika Serikat dan Cina. Salah satunya yang sedang gencar dikaji dalam oleh
pemerintahan Jepang adalah industri halal di Jepang, mengalami perkembangan yang
cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintahan Jepang terdorong untuk
memajukan perindustrian halal tersebut, karena minat dari wisatawan muslim dari
berbagai penjuru dunia mulai ramai berdatangan ke Jepang. Dengan ketersediaan
produk halal sebagai pendukung sektor pariwisata diharapkan dapat meningkatkan turis
muslim dari luar Jepang.
Abstract
Currently the free market economy and Japan is the third largest industry in the world
after the USA and China . One of them is being intensively studied in Japanese
government is halal industry in Japan , experienced significant growth in recent years .
Japanese government encouraged to promote the halal industry , because the interests
of Muslim travelers from around the world began to flock to Japan's crowded . With the
availability of kosher products to support the tourism sector is expected to increase
Muslim tourists from outside Japan .
1. PENDAHULUAN
Saat ini ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di
dunia setelah Amerika Serikat dan Cina, dilihat dari segi varitas daya beli internasional.
Ekonomi Jepang ini dibentuk dari semua elemen yang membentuk ekonomi modern
yaitu: industri, perdagangan dan pertanian. Hubungan baik dengan berbagai negara
merupakan salah satu faktor yang membantu melancarkan perdagangan luar negeri.
Salah satunya yang sedang gencar dikaji dalam oleh pemerintahan Jepang adalah
industri halal di Jepang, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Pemerintahan Jepang terdorong untuk memajukan
~ 101 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
perindustrian halal tersebut, karena minat dari wisatawan muslim dari berbagai penjuru
dunia mulai ramai berdatangan ke Jepang.
Jepang memiliki nilai sosial yang dekat dengan nilai-nilai keislaman, contohnya
seperti: ketepatan waktu dan sikap menghormati orang yang lebih tua. Sikap toleransi
warga Jepang terhadap warga asing juga sangat tinggi, sehingga banyak warga muslim
cukup banyak yang merasa betah tinggal di Jepang, meskipun warga Jepang mayoritas
masyarakatnya non-muslim.
Keseriusan pemerintahan Jepang dalam industry halal, ditandai dengan
penyediaan produk yang bersertifikasi halal menarik para wisatawan muslim dari
berbagai penjuru dunia. Jepang juga memperhatikan penerapan prinsip syariah di
bidang pariwisata, termasuk pangan halal yang berstandarisasi halal. Dan usaha
pemerintah Jepang menarik para wisatawan negara muslim terlihat dari berbagai
terobosan, diantaranya mengirim sejumlah staff ke Malaysia, Indonesia dan negara lain
untuk melihat kebutuhan wisatawan jika berada di Jepang. Alhasil, kesimpulannya
adalah restoran dan hotel dengan menu makanan halal sangat mendesak.
Industri halal di dunia sangat potensial. Selain memberikan jaminan bagi
konsumen muslim, bila sektor ini dikelola secara maksimal, maka akan mampu menjadi
salah satu daya pikat wisatawan muslim mancanegara. Hal ini membuat pemerintahan
Jepang memaksimalkan peluang yang ada untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang
standarisasi halal tersebut. Kecenderungan masyarakat Jepang untuk mengkonsumsi
daging babi dan minuman berakohol (sake) dan bir, serta penambahan bahan-bahan
haram ke dalam masakan (seperti penambahan mirin pada grilled fish dan onigiri,
pengemulsi (nyuukazai) pada roti, dan sebagainya, menyebabkan kesulitan serta kehati-
hatian wisatawan muslim untuk membeli berbagai makanan olahan siap saji di restoran,
supermarket dan makanan hotel.
Keinginan menyiapkan banyak restoran halal juga didorong oleh terpilihnya
Jepang sebagai tuan rumah pesta olahraga dunia, Olimpiade 2020. Mereka memandang
perlu menjamu tamu negara Muslim dengan menu halal. Gayung pun bersambut.
Sejumlah hotel besar saat ini juga sudah mendapatkan sertifikasi halal. Salah satunya
adalah Hotel Granvia Kyoto. Director Executive Office Overseas Marketing Hotel
Granvia Kyoto. Director Executive Office Overseas Marketing Hotel Granvia Kyoto,
~ 102 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Shiho Ikeuchi, mengatakan, sertifikasi halal melalui proses audit yang meliputi bahan
dan alat-alat dapur, diperoleh dari Malaysia Halal Cooperation pada Juni 2013.
Salah satu kendala utama yang di hadapi wisatawan muslim di Jepang adalah
sulitnya menemukan produk makanan halal. Dengan meningkatnya wisatawan muslim
ke Jepang, pada saat diadakannya seminar halal dan hotel syariah di Tokyo pada bulan
Januari 2014, Halal Development Foundatioun Japan (HDFJ) Membahas potensi
pariwisata syariah dan penyediaan menu yang berbahan dan melalui proses
memasaknya memenuhi syarat kehalalan. (Hallo Jepang, Agustus 2014 hal.14)
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa saja jenis industri halal yang akan dikembangkan oleh pemerintahan Jepang?
2. Apakah industri halal berpotensi dalam menarik para wisatawan muslim
mancanegara di Jepang?
Tinjauan Pustaka
1. Industri
Menurut Schneider (1993) industri merupakan jaringan yang helainya
menjangkau hamper setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian. Industri
juga merupakan sebuah faktor penting dalam membentuk masalah-masalah sosial yang
kompleks.
Kuwartojo dalam Setyawati (2002) mendefinisikan industri sebagai kegiatan
untuk menghasilkan barang-barang secara massal dengan mutu yang baik untuk
kemudian diperdagangkan. Guna menjaga kemassalannya digunakan sejumlah tenaga
kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta pola kerja tertentu.
(blogedwien.blogspot.com
2. Halal Menurut Islam
Dalam ajaran agama Islam dapat dijelaskan bahwa makanan yang diharamkan
diantaranya: bangkai, darah, babi, dan binatang yang ketika disembelih menyebut selain
nama Allah. Jadi syarat-syarat produk pangan halal menurut syariat islam , yaitu: halal
dzatnya, halal cara memperolehnya, halal dalam memprosesnya, halal dalam
~ 103 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
penyimpanannya, halal dalam pengangkutannya dan halal dalam penyajiannya.
(library.walisongo.ac.id)
3. Wisatawan Mancanegara
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Wisatawan Mancanegara adalah setiap
pengunjung yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh
satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang
dikunjunginya dan lama kunjungan tersebut tidak lebih dari 12 bulan. Definisi ini
mencakup dua kategori wisatawan mancanegara, yaitu wisatawan dan pelancong.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk memperluas pengetahuan mengenai jenis-jenis industri halal yang akan
dikembangkan di Jepang
2. Untuk mengetahui adakah potensi industri halal dalam rangka menarik para
wisatawan muslim mancanegara di Jepang
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas manfaat penelitian ini bertujuan untuk
membantu sesama muslim yang ingin berwisata atau menetap di Jepang. Memaparkan
potensi besar wisatawan muslim yang datang dari mancanegara nantinya mereka
memerlukan adanya makanan dan minuman yang halal. Upaya keras pemerintahan
Jepang pada pariwisata syariah, terkait hajatan besar sebagai tuan rumah Olympiade
2020 yang sangat dinanti warga muslim juga dari penjuru dunia.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data
dengan menggunakan atau mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas guna memperoleh gambaran secara teoritis yang dapat
menunjang penelitian ini. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan komunikasi
secara langsung dengan kerabat atau orang terdekat yang berpengalaman tinggal di
Jepang dan informasi akurat dari website resmi yang terkait dengan data yang
menunjang.
~ 104 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan kerangka teoritis yang memfokuskan pada
penelitian potensi industri halal dalam menarik wisatawan muslim mancanegara di
Jepang. Penjelasan mengenai hal tersebut akan mencakupi dari berbagai segi seperti
yang terdapat dalam masalah penelitian.
Dalam hal ini penelitian berlandaskan teori yang dikemukakan oleh Schneider
(1993) industri merupakan jaringan yang helainya menjangkau hampir setiap aspek
masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian dan halal menurut syariat islam , yaitu: halal
dzatnya, halal cara memperolehnya, halal dalam memprosesnya, halal dalam
penyimpanannya, halal dalam pengangkutannya dan halal dalam penyajiannya.
(library.walisongo.ac.id). Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sosiologis dengan pendekatan deskriptif analisis.
Jenis industri halal yang akan dikembangkan oleh pemerintahan Jepang
Jenis perindustrian halal di Jepang yang sedang berkembang dan akan
dikembangkan selain panganan halal, wisata halal dan hotel syariah yang semuanya
mengacu pada ajaran dan aturan agama Islam. Perindustrian halal yang sedang
berkembang di Jepang saat ini mendapat perhatian penuh dari pemerintah Jepang. Salah
satu tujuannya adalah mempersiapkan sebagai tuan rumah pesta olahraga dunia,
Olimpiade 2020. Pemerintah Jepang sangat mempersiapkan betul untuk memenuhi
kebutuhan para atlit dan wisatawan yang berkunjung ke Jepang.
Sejak tiga tahun belakangan ini produk “halal” mempunyai nilai ekonomi yang
penting di dunia. Terbukti lebih dari 80% perdagangan dunia halal dilakukan oleh
negara-negara non muslim. Mereka telah memanfaatkan merk halal untuk keuntungan
ekonomi, bahkan ada diantaranya yang menjadi eksportir produk halal di dunia.
Saat ini, Jepang pun mulai aktif mengambil peran dalam pasar produk halal
dunia. Meskipun Jepang bukan merupakan negara yang mayoritas penduduknya
muslim, namun trend pasar halal di negara ini berkembang ke arah positif. Pesatnya
~ 105 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
perkembangan produk halal di Jepang dapat dilihat dengan adanya: Meningkatnya
bisnis jasa yang menyediakan pernak-pernik halal, dibidang bisnis travel, restoran, dan
perhotelan, dan di selenggarakannya pameran produk halal di Fukuoka dan Tokyo,
Osaka pada febuari 2014.
Bisnis perdagangan halal mencakup kelompok produk dan jasa sebagai berikut:
1. Pangan Halal
Pangan merupakan porsi terbesar dari perdagangan dan bisnis halal saat ini.
2. Jasa Halal
Jasa halal merupakan bisnis halal yang sedang berkembang sangat cepat.
Bisnis ini meliputi pariwisata, logistik, kebugaran dan kesehatan dan hotel (Market
brief. ITPC Osaka, 2013)
Bagi kita sebagai seorang muslim, dalam memilih makanan tentu perlu
diperhatikan status halal atau haramnya suatu makanan. Di Jepang, suatu makanan
dapat dikategorikan haram jika makanan tersebut mengandung daging babi, daging sapi
dan daging ayam (baik itu dalam bentuk daging maupun ekstrak daging) atau
mengandung alkohol. Untuk itu, dalam memilih produk makanan jadi ataupun snack,
perlu diperhatikan komposisi/ingredients (原材料 / Genzairyo) dari makanan tersebut.
Daftar Kandungan Makanan Haram
Salah satu cara yang paling mudah untuk menimbang apakah kita bisa memakan
suatu produk pangan Jepang adalah dengan memeriksa bahan haram apa saja yang ada
di komposisi produk tersebut. Jika tidak ada satupun bahan haram di dalamnya, insya
Allah makanan tersebut berstatus halal. Hal yang agak menyulitkan adalah penulisan
komposisi dalam huruf kanji. Beberapa petunjuk:
Dalam snacks yang dijual di kombini (misalnya 7-11, Lawson, Family Mart),
pada shortening-nya kadang kala tercantum ショートニング(パーム油、ヤシ
油) yang menerangkan bahwa shortening-nya terbuat dari tumbuhan (minyak
palem dan minyak kelapa sawit). Untuk kasus seperti ini makanan tersebut insya
Allah boleh dimakan.
~ 106 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Ada dua macam lemak yang digunakan pada hampir semua jenis produk
makanan di Jepang, yaitu (1) lemak nabati (植物性油脂) dan (2) lemak hewani (
動物性油脂). Jika tertulis seperti no. (1), insya Allah bisa dimakan. Jika tertulis
no. (2), bisa dipastikan haram. Namun, jika tertulis “lemak” saja (油脂), ini
perlu diwaspadai dan ditanyakan ke customer service dari produk pangan
tersebut.
Kita tidak perlu merasa malu/segan untuk meneliti dan bertanya komposisi dari setiap
makanan yang kita ragukan kehalalannya. Untuk memudahkan kita mengetahui
komposisi produk yang akan kita beli, di bawah ini dituliskan beberapa kanji bahan
makanan dan bumbu.
Gula: 砂糖
Garam: 塩
Merica: こしょう / コショウ
Cabe: 唐辛子
Beras: お米 / 米
Beras ketan: もち米
Tepung terigu: 小麦粉
Daging sapi: 牛肉
Daging babi: 豚肉
Daging ayam: 鶏肉
Kaldu: コンソメ
Cuka: 酢 / お酢
Soyu (kecap asin): しょうゆ / 醤油
Sake: 酒 ( bir jepang)
Miso: 味噌 / みそ
Margarin: マーガリン
Butter: バター
Daging/meat : ミート
Mirin: みりん (mengandung alkohol, bisa diganti dengan gula)
Perkembangan industri halal di Jepang
Setelah restorasi Meiji (1866-1869), perindustrian Jepang mengalami kemajuan
cukup pesat. Selain itu , jumlah produksinya juga meningkat.
Dewasa ini, Jepang tidak memandang negatif naiknya populasi muslim di
negaranya. Sebaliknya, mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkuat bisnis
~ 107 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
halal. Asosiasi halal Jepang menyebutkan ada kenaikan jumlah restoran halal di Jepang
mencapai 10%.
Asosiasi Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (KNTO) mencatat jumlah turis
asal Indonesia mengalami kenaikan mencapai 60% sejak tahun 2007. Pakar hubungan
internasional, universitas Chukyo, Ryoichi Namikawa mengatakan fenomena ini
membuat masyarakat Jepang tertarik untuk mempelajari konsep Halal.
Minat kalangan industri Jepang dalam memproduksi produk halal semakin
meningkat.
NAHA, bekerjasama dengan berbagai pihak, berperan mempromosikan halal di Jepang.
Lembaga ini juga sudah memberikan sertifikat halal untuk 11 produk yang terdiri dari
susu, yogurt, dan keripik senbei.
Untuk meningkatkan kualitas sertifikasi halalnya, NAHA (Nippon Asia Halal
Association) bekerjasama dengan beberapa lembaga sertifikasi halal yang sudah diakui
dunia, seperti MUIS di Singapura. Begitupula dengan Lembaga Pengkajian Pangan,
Obat-obatan, dan Kosmetik Majelis UlamaIndonesia (LPPOMMUI).
NAHA menawarkan bantuan konsultasi, pengenalan bahan dan prosedur
sertifikasi halal, pendaftaran, inspeksi pabrik, sampai penerbitan sertifikat halal. Tak
hanya itu, inspeksi setelah sertifikat halal dikeluarkan dan pembaharuan sertifikat juga
akan dipandu NAHA.
Dengan dipermudahnya akses terhadap sertifikasi halal, diharapkan masyarakat dunia
tak lama lagi dapat merasakan produk halal buatan Jepang.
Sejak berkembangnya trend industri halal di Jepang, untuk pertama kalinya
Jepang menyelenggarakan pembahasan mendalam mengenai perkembangan industri
halal di Jepang pada acara Japan Halal Expo 2014 dengan tema “pengembangan dunia
tanda halal Jepang dan pembangunan nasional industri halal” yang menampilkan forum
utama perusahaan domestik dan internasional, para ahli bidang halal.
Selain meningkatkan industri halal, pemerintah Jepang juga menata pariwisata
halal, yaitu diantaranya dengan membangun masjid/musholah seperti di bandara udara
Kansai, memproduksi jilbab sutra lokal Jepang, restoran halal dan hotel syariah.
ketersediaan produk halal sebagai pendukung sektor pariwisata untuk menarik turis
muslim dari luar Jepang akan meningkat. Dengan demikian, warga muslim Jepang juga
akan terbantu.
~ 108 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jepang yang dikenal sebagai negeri Sakura dengan mayoritas penduduknya
memeluk agama Shinto dan Budha, ternyata sangat agresif dalam mengembangkan
potensi wisata halal yang disediakan bagi wisatawan muslim.
Paket wisata halal di Jepang yang disediakan antara lain mulai dari penginapan,
menu makanan. Seperti diungkapkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yoshinori
Katori, pihaknya ingin mempromosikan pariwisata khusus muslim, sehingga mereka
dapat menikmati tempat wisata di Jepang dengan nyaman. Yoshinori seperti dikutip
Republika, mengatakan, salah satu pelayanan yang ditawarkan untuk wisatawan muslim
adalah penginapan yang memberikan fasilitas yang dibutuhkan umat muslim dan menu
makanan halal.
3. KESIMPULAN
Saat ini ekonomi pasar bebas dan industri Jepang merupakan ketiga terbesar di
dunia setelah Amerika Serikat dan Cina. Ekonomi Jepang ini dibentuk dari semua
elemen yang membentuk ekonomi modern yaitu: industri, perdagangan dan pertanian.
Hubungan baik dengan berbagai negara merupakan salah satu faktor yang membantu
melancarkan perdagangan luar negeri.
Salah satunya yang sedang gencar dikaji dalam oleh pemerintahan Jepang adalah
industri halal di Jepang, mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam
beberapa tahun terakhir. Pemerintahan Jepang terdorong untuk memajukan
perindustrian halal tersebut, karena minat dari wisatawan muslim dari berbagai penjuru
dunia mulai ramai berdatangan ke Jepang.
Jenis perindustrian halal di Jepang yang sedang berkembang dan akan
dikembangkan selain panganan halal, wisata halal dan hotel syariah yang semuanya
mengacu pada ajaran dan aturan agama Islam. Perindustrian halal yang sedang
berkembang di Jepang saat ini mendapat perhatian penuh dari pemerintah Jepang. Salah
satu tujuannya adalah mempersiapkan sebagai tuan rumah pesta olahraga dunia,
Olimpiade 2020.
~ 109 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Selain meningkatkan industri halal, pemerintah Jepang juga menata pariwisata
halal, yaitu diantaranya dengan membangun masjid/musholah seperti di bandara udara
Kansai, memproduksi jilbab sutra lokal Jepang, restoran halal dan hotel syariah.
ketersediaan produk halal sebagai pendukung sektor pariwisata untuk menarik turis
muslim dari luar Jepang akan meningkat.
4. UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penelitian ini, peneliti menghaturkan terimakasih kepada LP2M
Universitas Darma Persada untuk dukungan moril dan materil sehingga penelitian dapat
terlaksana dengan baik.
5. DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James.1997. Foklor Jepang: Dilihat dari kacamata Indonesia: Pustaka
Sumber dari internet
Hafidz Muftisany. 2014. Wisata Halal Jepang Bergeliat
(http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-jum’at/14/7/11/n8jdr43-wisata-
halal-jepang-bergeliat). Di akses 8 September 2014
Jepang Kembangkan Wisata Syariah. 6 Agustus 2014
(http//www.republika.co.id/berita/koran/financial/14/8/06/jepang-kembangkan-
wisata-syariah). Diakses 28 Oktober 2014
Konsep Islam Tentang Makanan Halal
(http://library.walisongo.ac.id). Diakses 3 Agustus 2014
Majalah Halo Jepang! (Edisi Agustus 2014)
Majalah Halo Jepang! (Edisi September 2014)
~ 110 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
KUALITAS BUKU TEKS PELAJARAN BAHASA JEPANG
‘’MINNA NO NIHONGO”
(Studi Evaluasi di Universitas Darma Persada)
Hani Wahyuningtias
Faklutas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
Abstract
The purpose of this study is to determine and gain an understanding of the
quality of Japanese textbooks "Minna no Nihongo". The method applied in this study is
the evaluation method with content analysis techniques. Evaluation model used is Goal
Based Evaluation (Objective Oriented Evaluation) to measure and assess the quality of
Japanese lesson textbook. In this study, the theoretical basic of the textbooks
described by the experts is explored and developed by researcher in the form of
instruments construct on evaluating foreign language textbook. This instrument consists
of four components, namely: the material/content, language skills, presentation, and
readability. This instrument has been validated by book expert and Japanese Language
experts, as well as tested in four textbooks series "Minna no Nihongo" used in the
Faculty of Literature Japanese Department in University of Darma Persada.
Based on the results of the evaluation, it is determined that the quality of four
textbooks observed in terms of four components all at once is clarified favorable. But
reading and writing skills books observed in terms of presentation only are considered
unfavorable. This instrument is expected to be a pioneer in evaluating foreign language
text books used in Indonesia.
Keywords: evaluation, foreign language textbooks, assessment instruments of foreign
language textbooks
1. Latar Belakang Masalah
Buku teks merupakan salah satu media belajar yang berperan penting dalam
dunia pendidikan. Pemilihan buku teks pelajaran bahasa Jepang di Universitas Darma
Persada Fakultas Sastra Jepang tempat peneliti bekerja sampai saat ini ditentukan
melalui rapat jurusan dan ditetapkan oleh Ketua Jurusan Jepang tanpa adanya proses
evaluasi. Para guru sebaiknya diberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi dan mengadaptasi buku teks. Mereka juga harus dipersiapkan untuk
menggunakan buku teks sebagai sumber untuk mengajar secara kreatif. Oleh karena itu
dalam penetapan buku teks yang akan digunakan di suatu lembaga pendidikan
~ 111 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
diperlukan suatu pedoman yang dapat membantu para pendidik dalam memilih buku
teks pelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran di tempatnya
bekerja.
Menurut Cunningsworth (1995:7) buku teks adalah “a resource in achieving aims
and objectives that have already been set in terms of learner needs”. Kutipan ini
menunjukkan bahwa buku teks merupakan sumber (resource) dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya terkait dengan kebutuhan pelajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa buku teks pelajaran yang berkualitas adalah
buku yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran di kelas.
Kata buku teks berasal dari kata serapan bahasa Inggris ‘textbook’ atau
‘coursebook’. Dalam bahasa Indonesia kedua kata serapan itu disebut dengan buku teks
pelajaran. Menurut AbdelWahab (2013:55) buku teks memiliki peranan penting dalam
proses belajar mengajar dan merupakan perantara utama yang menyampaikan
pengetahuan kepada para pemelajar. Buku teks yang baik disusun dengan maksud dan
tujuan instruksional yang dilengkapi dengan sarana pengajaran yang mendukung dan
mudah dipahami oleh para pemakainya sehingga dapat menunjang program pengajaran.
Buku tersebut digunakan untuk memberikan pelajaran oleh orang yang berperan sebagai
guru kepada siswa. Guru menggunakan buku teks sebagai salah satu penentu metode
atau teknik pengajaran yang akan digunakan, dan siswa menggunakan buku teks sebagai
bahan referensi/rujukan untuk belajar.
Perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Indonesia memiliki sejarah unik dan
menempuh kurun waktu cukup lama. Dengan banyaknya lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan bahasa Jepang, bahasa Jepang tergolong salah satu
bahasa asing yang banyak dipelajari masyarakat Indonesia. Namun demikian,
peningkatan jumlah peminat bahasa Jepang jika tidak disertai dengan peningkatan
jumlah guru dengan kompetensi yang memadai dan buku teks yang merupakan sarana
utama pembelajaran akan menimbulkan masalah. Selain kurangnya bahan ajar juga
masih diperlukan pengembangan buku ajar dan metode baru pengajaran Hal ini
menunjukkan bahwa buku teks bahasa Jepang sebagai panduan dan salah satu sarana
dalam belajar diharapkan dapat menunjang penguasaan siswa terhadap bahasa Jepang.
Padanan kata ‘textbook’ dalam bahasa Jepang adalah ‘kyookasho (教科書)’ yang
berarti buku pelajaran; buku teks. Menurut Takamizawa (2004:46) buku teks pelajaran
~ 112 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
bahasa Jepang secara umum dibagi dua jenis yaitu: kanji kana majiri bun tekisuto dan
romaji tekisuto. Kanji kana majiri bun tekisuto adalah buku teks yang ditulis dengan
perpaduan huruf kana dan kanji, sedangkan romaji tekisuto adalah buku teks yang
ditulis dengan huruf romaji (alphabet) yang digunakan pada masa awal pembelajaran.
Buku teks bahasa Jepang yang ditulis dengan huruf alphabet (romaji) ditujukan bagi
siswa yang berasal dari negara Eropa-Barat. Umumnya buku teks dengan huruf alphabet
banyak digunakan pada buku percakapan (kaiwa). Pada umumnya, buku teks disertai
dengan terjemahan dan penjelasan gramatikal. Namun dalam buku teks dengan huruf
alphabet, adakalanya disertai dengan huruf kana dan kanji sebagai referensi siswa untuk
belajar bahasa Jepang.
Di Universitas Darma Persada Fakultas Sastra Jepang, buku teks pelajaran
“Minna no Nihonggo” telah digunakan mulai tahun 2004 sampai saat ini. Dalam masa
yang cukup panjang ini buku digunakan secara berkelanjutan tanpa adanya proses
evaluasi buku teks. Mengingat buku teks sebagai sumber pelajaran, diharapkan
mengandung materi yang jelas, akurat, dan mutakhir. Oleh karena itu perlu dilakukan
evaluasi buku teks untuk mengetahui kesesuaian isi buku teks dengan kurikulum yang
berlaku. Dengan memperhatikan fungsi buku teks sebagai media dan sumber
pembelajaran, peneliti akan mengevaluasi apakah buku teks seri “Minna no Nihongo”
yang digunakan di Universitas Darma Persada Fakultas Sastra Program Studi Sastra
Jepang telah memenuhi syarat sebagai buku pelajaran bahasa asing yang berkualitas
sehingga layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.
2. Rumusan Masalah
Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: "apakah buku teks pelajaran
seri “Minna no Nihongo” telah memenuhi kriteria standar buku teks bahasa asing
yang berkualitas?" Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo”
ditinjau dari komponen materi/isi?
2) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo”
ditinjau dari komponen keterampilan berbahasa?
3) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo”
~ 113 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ditinjau dari komponen penyajian?
4) Bagaimana kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo”
ditinjau dari komponen keterbacaan?
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode evaluasi
dengan teknik analisis isi (content analysis). Adapun model evaluasi yang digunakan
adalah evaluasi berbasis tujuan atau (Objective Oriented Evaluation) untuk mengukur
dan menilai kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang. Menurut Gilbert Sax dalam
Arifin (2014:5) evaluasi adalah proses melalui pertimbangan nilai atau keputusan dibuat
dari berbagai pengamatan dan dari latar belakang dan pelatihan evaluator. Hal ini
menunjukkan bahwa proses dan hasil evaluasi dipengaruhi oleh beragam pengamatan,
latar belakang, dan pengalaman praktis evaluator itu sendiri.
Adapun analisis isi merupakan bagian dari metode kualitatif. Menurut
Krippendorff (2004:18) “content analysis is a research technique for making
replicable and valid inferences from texts (or other meaningful matter) to the context of
their use.” Dengan demikian, penilaian buku teks bahasa Jepang dengan menggunakan
teknik analisis isi dianggap tepat dalam rangka menarik kesimpulan melalui usaha
menemukan karakteristik pesan buku teks yang dilakukan secara objektif dan sistematis.
Model evaluasi yang digunakan dalam penilaian buku teks adalah evaluasi
berbasis tujuan. Menurut Scriven dalam Wirawan (2012:81), model evaluasi berbasis
tujuan adalah setiap jenis evaluasi berdasarkan pengetahuan dan direferensikan kepada
tujuan-tujuan program, orang, atau produk. Dengan menggunakan model evaluasi
berbasis tujuan, keadaan buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” dinilai dan
dianalisis berdasarkan kriteria evaluasi buku teks.
4. Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat buah buah teks
pelajaran seri “Minna no Nihongo” yang mengandung empat keterampilan berbahasa
yaitu: menyimak (kiku), berbicara (hanasu), membaca (yomu), dan menulis (kaku).
Buku tersebut adalah:
~ 114 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Buku keterampilan menyimak yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25”,
Buku teks inti yang mengandung empat keterampilan berbahasa yaitu: “Minna no
Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban”,
Buku keterampilan membaca yaitu: ”Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru
Topikku 25”,
Buku keterampilan menulis yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban”.
Selain itu hasil angket dan wawancara terhadap responden yaitu dosen pengampu
bahasa Jepang yang berisi penilaian atas empat buku teks pelajaran seri “Minna no
Nihongo” merupakan data utama untuk menilai kualitas buku bahasa Jepang tingkat
dasar tersebut.
5. Hasil Evaluasi dan Pembahasan
Pada bagian ini diuraikan hasil evaluasi dan pembahasan sesuai dengan fokus dan
subfokus penelitian. Berdasarkan hasil angket jawaban delapan orang responden
diketahui kualitas keempat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” berdasarkan
masing-masing komponen dan empat komponen sekaligus. Hasil penilaian buku teks
terangkum dalam tabel di bawah ini.
~ 115 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tabel 1.1 Kualitas Buku Teks Pelajaran Seri “Minna no Nihongo” Berdasarkan Setiap
Komponen
Judul Buku Teks Kualitas
Materi/Isi Keterampila
n
Berbahasa
Penyajian Keterbacaa
n
Minna no Nihongo
Shokyu I Chookai Tasuku
25
80.8%
(Baik)
86.9%
(Baik)
77.8%
(Baik)
80.8%
(Baik)
Minna no Nihongo
Shokyu I Dai 2 Ban
82.8%
(Baik)
75.6%
(Baik)
82.3%
(Baik)
87%
(Baik)
Minna no Nihongo
Shokyu I Shokyu de
Yomeru Topikku 25
81%
(Baik)
76.8%
(Baik)
65.6%
(Kurang
baik)
78.8%
(Baik)
Minna no Nihongo
Shokyu I Kanji Eigoban
81.3%
(Baik)
81.9%
(Baik)
66.5%
(Kurang
baik)
76.8%
(Baik)
Tabel 1.2 Kualitas Buku Teks Pelajaran Seri “Minna no Nihongo”
Berdasarkan Empat Komponen
Keterampilan
Berbahasa
Judul Buku Teks
Kualitas Buku Teks
Berdasarkan Empat
Komponen
Menyimak Minna no Nihongo Shokyu I
Chookai Tasuku 25
82%
(Baik)
Buku Inti (Empat
keterampilan Berbahasa)
Minna no Nihongo Shokyu I
Dai 2 Ban
81%
(Baik)
Membaca Minna no Nihongo Shokyu I
Shokyu de Yomeru Topikku 25
76.5%
(Baik)
Menulis Minna no Nihongo Shokyu I
Kanji Eigoban
78.1%
(Baik) Keterangan:
76-100% Baik 51-75 %: Kurang baik 26-50 %: Tidak baik 0-25 %: Sangat tidak baik
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa empat buku teks pelajaran seri “Minna
no Nihongo” ditinjau dari empat komponen sekaligus dianggap memiliki kualitas baik.
Namun, buku keterampilan membaca dan menulis jika ditinjau hanya dari segi penyajian
saja, dianggap kurang baik. Hal ini disebabkan buku teks tersebut dianggap kurang dapat
mengembangkan sikap spiritual dan sosial, tidak dilengkapi dengan buku khusus pegangan
guru, dan tidak disertai dengan media belajar seperti: CD dan DVD.
Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no
Nihongo” tersebut diketahui bahwa tiga di antaranya yaitu buku: keterampilan menyimak
~ 116 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
“Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25 (2003)”, keterampilan membaca “Minna
no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25 (2000)”, keterampilan menulis “Minna
no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban (2000)” ditinjau dari segi materi khususnya butir
keempat dianggap beberapa bagian yang terdapat di dalamnya kurang menampilkan kondisi
sosiokultural Jepang dewasa ini. Kondisi sosiokultural dalam hal ini menyangkut keadaan riil
masyarakat Jepang. Adapun buku inti yang berjudul “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2
Ban” karena sudah memasuki edisi kedua yaitu tahun 2012, isinya dianggap sudah sesuai
dengan kondisi Jepang dewasa ini. Bagian yang ‘kurang menampilkan kondisi sosiokultural
bahasa yang sedang dipelajari’ tersebut dapat dikembangkan dengan referensi lain misalnya:
informasi dari internet, program televisi Jepang maupun surat kabar Jepang sesuai kebutuhan
di kelas dan target yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna
no Nihongo” tersebut diketahui bahwa penggunaan sumber-sumber yang sesuai
dengan kondisi di luar bahasa yang dipelajari dianggap kurang maksimal. Hal ini
karena sumber-sumber di luar bahasa yang dipelajari sifatnya hanya sebagai
pelengkap sehingga bagian tersebut ditampilkan berdasarkan kebutuhan. Adapun jika
pengajar ingin mengadakan pengayaan materi tentang hal-hal di luar kondisi bahasa
yang dipelajari, dapat memaksimalkan materi yang sedikit tersebut dengan
mengompilasi dari rererensi pendukung lainnya seperti: informasi dari internet,
program televisi Jepang maupun surat kabar Jepang yang dianggap dapat menunjang
pembelajaran.
Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna
no Nihongo” diketahui bahwa jika ditinjau dari segi penyajian butir ketiga yaitu
pengembangkan nilai spiritual dan sosial, dianggap masih kurang karena pada
hakikatnya empat buku tersebut merupakan buku keterampilan berbahasa asing yang
lebih menekankan pada kemampuan menggunakan bahasa Jepang. Namun, bagian
yang dianggap kurang dapat mengembangkan nilai spiritual dan sosial tersebut dapat
dioptimalkan dengan cara mengkaji secara mendalam isi yang terkandung di
dalamnya sambil dikompilasi dengan referensi lain yang menunjang materi
pembelajaran.
Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna
no Nihongo” diketahui bahwa dua buku di antaranya yaitu buku keterampilan
~ 117 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
membaca “Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de Yomeru Topikku 25” dan
keterampilan menulis “Minna no Nihongo Shokyu I Kanji Eigoban” tidak disertai
dengan media belajar seperti: kaset, CD, dan DVD. Buku empat keterampilan
berbahasa yaitu: “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban” dan buku menyimak
“Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25” dilengkapi dengan media belajar
kaset, CD, dan DVD sehingga sangat menunjang pembelajaran khususnya dalam
rangka mengasah kemampuan berkomunikasi secara lisan.
Dari empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna no
Nihongo” tersebut diketahui bahwa hanya buku inti yaitu: “Minna no Nihongo
Shokyu I Dai 2 Ban” yang dilengkapi dengan buku khusus pegangan guru yang
berjudul “Minna no Nihongo Shokyu I Oshiekata no Tebiki”. Buku keterampilan
menyimak “Minna no Nihongo Shokyu I Chookai Tasuku 25” tidak disertai dengan
buku khusus pegangan untuk guru. Namun, di bagian awal buku yaitu setelah kata
pengantar dilampirkan ‘bagi para guru yang menggunakan materi bahan ajar ini
(kono kyoozai o otsukai ni naru senseigata e)’ yang berisi: keistimewaan materi
bahan ajar, cara penggunaan pada umumnya, dan langkah penggunaan sebanyak dua
halaman. Buku keterampilan membaca “Minna no Nihongo Shokyu I Shokyu de
Yomeru Topikku 25” tidak disertai dengan buku khusus pegangan untuk guru.
Namun, melalui lembar ‘cara penggunaan buku ini (kono hon no tsukaikata)’ yang
terdapat di bagian halaman depan buku dan delapan lembar halaman terpisah
‘petunjuk bagi guru (kyooshiyoo gaido)’ dapat dipelajari cara menggunakan buku
keterampilan membaca tersebut. Buku keterampilan menulis “Minna no Nihongo
Shokyu I Kanji Eigoban” tidak dilengkapi dengan buku khusus pegangan guru.
Namun, buku ini dilengkapi dengan booklet referensi terpisah yang berisi target kanji,
kosakata kanji, dan indeks.
Berdasarkan empat buku teks pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar “Minna
no Nihongo” tersebut diketahui bahwa empat buku tersebut dilengkapi dengan bahan
bergambar. Adapun buku yang dilengkapi dengan kartu baca (flashcards) adalah
buku “Minna no Nihongo Shokyu I Dai 2 Ban” yang merupakan buku inti dari buku
teks pelajaran seri “Minna no Nihongo”.
~ 118 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
6. Kesimpulan
Penelitian ini menemukan apa yang tertera pada fokus dan subfokus
penelitian. Pertama, penelitian ini telah menjawab fokus penelitian yaitu kualitas
buku teks bahasa Jepang tingkat dasar yang digunakan di Fakultas Sastra Jurusan
Jepang Universitas Darma Persada secara umum dinyatakan baik.
Kedua, penelitian ini telah menjawab tentang subfokus penelitian yaitu
kualitas buku teks pelajaran bahasa Jepang seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari
segi materi/isi; segi keterampilan berbahasa; segi penyajian; dan segi keterbacaan;
dan empat komponen sekaligus. Empat buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo”
ditinjau dari komponen materi/isi, keterampilan berbahasa, bahasa/keterbacaan
dianggap memiliki kualitas baik. Namun, buku keterampilan membaca dan menulis
jika ditinjau hanya dari segi penyajian saja, dianggap kurang baik. Adapun empat
buku teks pelajaran seri “Minna no Nihongo” ditinjau dari empat komponen sekaligus
dianggap memiliki kualitas baik.
Berdasarkan hasil evaluasi dan pembahasan, peneliti merekomendasikan
kepada semua pihak berikut ini:
1) Buku teks perlu dievaluasi secara periodik oleh pihak penyelenggara pendidikan,
pengajar, dan semua pihak yang terkait mengingat esensi dari buku teks itu
sendiri yaitu sebagai sumber pembelajaran.
2) Materi yang sangat padat dalam empat buku tersebut dianggap dapat
menimbulkan kesulitan pada guru maupun siswa jika diterapkan pada kelas non
intensif. Bagi siswa SMA yang jam pelajaran bahasa Jepang terbatas seminggu
sekali atau seminggu dua kali, sebaiknya tidak menggunakan buku ini sebagai
buku utama, tetapi dapat menggunakannya sebagai materi tambahan atau
pelengkap saja. Buku teks pelajaran bahasa Jepang untuk siswa SMA diharapkan
buku yang lebih ringan kandungan materinya dalam rangka pengenalan bahasa
Jepang terhadap siswa pemula dan penumbuhan minat pada siswa untuk belajar
bahasa Jepang.
3) Untuk siswa yang akan belajar secara intensif, baik mahasiswa Jurusan Sastra
Jepang (S1), bahasa Jepang (D3), maupun mereka yang akan belajar di Jepang
untuk melanjutkan pendidikan atau melakukan pelatihan (training) ke Jepang,
~ 119 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
empat buku tersebut dapat digunakan secara terpadu dalam rangka melatih dan
meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Jepang. Dengan waktu belajar yang
intensif, buku ini akan lebih mudah untuk dipelajari dan dikuasai keterampilan
bahasa yang terkandung di dalamnya.
4) Japan Foundation (Kokusai Kooryuu Kikin) Jakarta sebagai lembaga yang
memiliki kegiatan utama untuk mengembangkan bahasa Jepang di Indonesia
diharapkan untuk terus mendorong dan memajukan pendidikan bahasa Jepang di
Indonesia dengan mengenalkan buku teks karya penutur asli Jepang yang
berkualitas dan membantu mensosialisasikan isi buku teks tersebut kepada
pengajar bahasa Jepang orang Indonesia melalui kegiatan belajar bersama
(benkyookai), analisis materi ajar (kyoozai bunseki), maupun metode pengajaran
(kyoojuhoo).
DAFTAR PUSTAKA
AbdelWahab, Montasser Mohamed. 2013. “Developing an English Language Textbook
Evaluative Checklist”, in the IOSR Journal of Research& Method in Education
(IOSR-JRME) e-ISSN: 2320-7388,p-ISSN: 2320-737X Volume I, Issue 3.
http://www.iosrjournals.org/iosr-jrme/papers/Vol-1%20Issue-3/I0135570.pdf (diakses
20 Nopember 2013).
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Cunningsworth, Alan. 1995. Choosing Your Coursebook. Oxford: Heinemann. Krippendorff, Klaus. 2004. Content Analysis: An Introduction to Its Methodology-2nd ed. USA: Sage
Publications, Inc.
Takamizawa, Hajime dkk. 2004. Shin Hajimete no Nihongo Kyouiku Kihon Yougo Jiten.
Tokyo: Asuku.
Wirawan. 2012. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta: Rajawali
Press.
~ 120 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENINGKATAN KOMPETENSI SOFT SKILLS MAHASISWA SASTRA UNSADA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP NOVEL
WOMAN WARRIOR KARYA SASTRA ETNIS AMERIKA, WOMAN WARRIOR
Agustinus Hariyana, SS.MSi, Karina Adinda SS.MSi
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Inggris
Abstract
This research aims to develop soft skills competencies of students of English Literature
Darma Persada University through the analysis of Maxine Hong Kingston novel entitled
Woman Warrior as one of American Ethnic Literature works by the Contextual
Teaching Learning model. The goal is that, based on the soft skills competencies they are
expected to be able to fulfill the expectations of the stakeholders in order to enrich their
hard skills competence in the field of diverse works. Beside based on literary research
about soft skills, the study was also based on the survey results of understanding the
competence soft skills and interviews about teaching soft skills through literature. The
results shows that the students' understanding of this competence remains in full of soft
skills diversity. Communication Skilss, creative thinking process, Intrapersonal Skill,
Leadership Skills, Motivation Building, Negotiation skills, Communication Skilss, creative
thinking process, Intrapersonal Skill, Leadership Skills Motivation Building, Negotiation
skills, Poblem solving, Relationship Building, Stress Management, Teamwork and
collaboration, Thinking Processes, Time Management, Transforming Beliefs,
Transforming Character.
Keywords : Soft skills, Contextual Teaching Learning Model, Literature, Maxime Hong
Kingston, ethnic literature
1. PENDAHULUAN
Kesuksesan seseorang dalam dunia kerja era sekarang ternyata lebih ditentukan oleh
kemampuan soft skills dari pada hard skills. Seperti dipaparkan oleh presenter dari Ibu Dina
Mustafa, seorang pelatih penyusunan kurikulum dari Dikti, bahwa para mahasiswa harus
menguasai kompetensi soft skills karena 80% kesuksesan seseorang ditentukan oleh
kompentsi ini. Begitu juga dengan hasil penulusuran di jaringan online tentang pentingnya
kompetensi soft skills, terdapat ratusan situs yang mengulas tentang esensialnya hal ini.Yang
menjadi permasalahan adalah, bagaimana kompetensi itu bisa diraih atau diberikan kepada
mahasiswa jurusan sastra yang merupakan jumlah terbesar di Universitas Darma Persada.
~ 121 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Sebagian dosen Fakultas Sastra menyadari betapa tidak mudah mewujudkan
pembekalan kompetensi itu. Ketidakmudahan itu semakin ditegaskan oleh ketidaktahuan
beberapa mahasiswa tentang manfaat belajar sastra. Kenyataan ini ternyata juga pernah
diungkap oleh Arif Rokhman dalam bukunya SASTRA Interdisipliner yang menulis tentang
marahnya seorang dekan sastra karena seorang mahasiswanya mempertanyakan faedah
belajar sastra (Rokhman, 2003:1). Tujuh tahun kemudian Fajar S. Roekminto dalam
tulisannya juga mengungkap tentang ketidakpahaman seorang mahasiswanya akan manfaat
belajar sastra (Roekminto, 2012:58). Secara sarkastis ia menjawab bahwa seorang alumni
sastra bisa jadi pengamen di bus sambil membaca puisi. Dua contoh tanggapan miris itu
merupakan masalah dasar atau praktis dari ilmu yang sedang dipelajarinya.
Berangkat dari dua contoh itu peneliti berusaha mengadakan survey terbuka
sederhana guna menjaring informasi seberapa berguna pembelajaran sastra. Dari 25
mahasiswa yang menuliskan jawab atas pertanyaan berguna tidaknya belajar sastra, 85%
menjawab berguna. Fokus kegunaan adalah, mereka bisa mengenal budaya Amerika, Inggris,
ataupun Australia, tiga Negara yang dipelajari karena budaya Inggris-nya.
Berdasarkan hasil survey dan mengingat pentingnya kompetensi soft skills bagi masa
depan karier mereka, maka yang menjadi masalah adalah “apakah karya sastra yang menjadi
domain pembelajaran bisa digunakan untuk membekali, bahkan meningkatkan, kompetensi
soft skills mereka, baik semasa masih menjadi mahasiswa maupun nanti sesudah kerja.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana strategi yang harus digunakan agar karya sastra bisa
meningkatkan kompetensi soft skills mereka. Akhirnya, bagaimanakah pengaruh kompetensi
yang diperolehnya bagi kehidupan mereka di kampus maupun di tempat kerja. Apakah
kompetensi itu cukup mempengaruhi kinerja mereka.
1.1 Tinjauan Pustaka
Selain melakukan survey terhadap mahasiswa dan studi banding ke Universitas
Sanata Darma tentang pengajaran softskills melalui karya sastra, riset ini juga mendasarkan
diri pada hasil penelitian sebelumnya (studi pustaka). Mangala E Rani dalam artikel yang
berjudul Need And Importance Of Soft Skills In Students menuliskan tentang pentingnya
penguasaan soft skills bagi para mahasiswa (Rani, 2012). Begitu juga dengan J John Sunil
Manoah yang menulis tentang pembelajaran soft skills bagi para insinyur melalui karya sastra
(Manoah, 2012).Dalam tulisannya ia menampilkan berbagai macam soft skills yang bisa
~ 122 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ditemukan dalam karya sastra dengan bermacam genre-nya. Selanjutnya kompetensi soft
skills yang berhubungan dengan bahasa dipaparkan oleh Dharmarajan The Significance of
Inculcating Soft Skills in Students in the Process of Teaching Hard Skills. Dari sekian contoh
penulis jurnal tentang soft skills yang peneliti temukan, ternyata penelitian tentang soft skills
melalui karya sastra sangat langka. Selain Manoah yang berfokus kepada pembelajaran soft
skills kepada para insinyur, penulis (Dharmarajan, 2012) tentang pentingnya soft skills
dalam berbagai bidang juga dipaparkan oleh Vijayalakshmiyang meneliti tentang analisis
soft skills dalam karya sastra novel HarryPotter and the Chamber of Secrets karya JK
Rowling (Vijayalaksmi, 2012). Dalam tulisannya ia menampilkan kompetensi soft skills,
interpersonal,teamwork dan management. Melalui metoda pembelajaran VARK ia berhasil
menampilkan kompetensi itu.
Dari survey kepustakaan lanjut didapatkan sumber acuan pustaka yang diterbitkan
oleh Dirjen Dikti berjudul Pengembangan Softskills dalam Proses Pembelajaran di
Perguruan Tinggi (2008). Namun demikian buku ini tidak secara eksplisit menulis
pembelajaran sastra dan soft skills. Menurut Siswanto, hal ini terjadi karena pengajaran sastra
lebih dititikberatkan kepada pengertian, definisi, dan klasifikasi, serta sejarah sastra
(Siswanto 2008: 187). Kendati dalam kurikulum ditegaskan tentang bagaimana seharusnya
dan tujuannya belajar sastra, namun para pelajar tidak dibelajarkan untuk secara langsung
mengapresiasi dan mengkritik karya sastra. Dengan demikian pembelaran softskills melalui
karya sastra sangat kurang. Begitu juga halnya dengan apa yang terjadi di kelas perkuliahan.
Para dosen, sejauh pengalaman dan pengamatan, tidak pernah menggunakan atau
mengapresiasi karya sastra sedemikian jauh, mengelaborasi analisis karya dengan soft skills.
Yang terjadi adalah pembelajaran sastra yang menekankan analisis sosiologis, psikologis,
filsafat, kontemporer, antropologis, maupun mitologis. Pendekatan yang selama ini
ditawarkan guna mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra tidak
memasukkan pendalaman kompetensi ini, termasuk Guerin dalam Handbook to Literary
Criticism hanya mencantumkan 10 pendekatan multidisiplin (Guerin, 2005: iv).
Berdasarkan referensi terbitan Dikti dan paparan para penulis jurnal di atas maka peta
jalan pengajaran soft skills yang harus diperbaiki atau dilalui adalah pengembangan analisis
terfokus. Pada awalnya adalah penguasaan secara intrinsik karya sastra etnis, diikuti oleh
penguasaan secara ekstrinsik (multidisplin), dan selanjutnya pengayaan ataupun peningkatan
dengan pendekatan berfokus pada kebutuhan dunia kerja, yakni soft skills.
~ 123 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Berdasarkan survey di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, pertama-tama :
pemetaan penguasaan softskills mahasiswa Sastra Inggris yang didapat melalui serangakian
pembelajaran karya sastra. Kedua, berdasarkan temuan ini digunakan untuk penentuan
pendekatan pembelajaran yang sudah dipilih dan kedalaman kajian terhadap sastra etnis yang
juga sudah dipilih. Manfaat yang diharapkan adalah penganalisaan karya sastra melalui
pendekatan yang berfokus pada soft skills.
1.2 Metode Penelitian
Penelitian pada tahap ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan
instrumen penelitian: peneliti, questionaire, dan wawancara. Lokasi penelitian di kampus
Universitas Darma Persada, Fakultas Sastra melalui questionaire, dan juga di Universitas
Sanata Darma, dalam bentuk wawancara dengan seorang dosen Sastra Inggris. Guna
mengetahui lebih lanjut tentang manfaat kompetensi softskills bagi para alumni, maka
diadakan survey kepada para alumni Sastra Inggris guna memperoleh gambaran tentang
kompetensi apa selain kompetensi berbahasa Inggris yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Untuk mendukung penelitian ini maka diadakan survey tidak hanya hasil penelitian
yang relevan, tetapi juga survey terhadap mahasiswa, alumni dan juga wawancara dengan
seorang dosen sastra Inggris sebuah perguruan tinggi di Yogyakarta.
2. Hasil Yang Dicapai Dan Pembahasan
2.1 Pra pengajaran bermetode kontekstual
Berdasarkan kurikulum berbasis Kompetensi yang dimiliki oleh Program Studi Sastra
Inggris, mata kuliah Sastra diberikan sejak semester pertama hingga semester akhir (bagi
yang mengembangkan peminatan Sastra untuk Tugas Akhirnya). Sejalan dengan pendapat
Siswanto tentang pendidikan melalui sastra (Siswanto, 170) berdasarkan pengalaman dan
hasil pengamatan untuk pembelajaran mata kuliah prosa pembahasannya menekankan pada
pembahasan tema, tokoh, perwatakan, alur, sudut pandang, latar, gaya bahasa, nilai, dan
amanat. Sementara itu untuk mata kuliah puisi berfokus pada struktur fisik, diksi, pencitraan,
nada, rima dan amanat puisi. Begitu juga dengan drama pembahasannya mirip dengan prosa.
Guna mendapatkan gambaran hasil pembelajaran sastra dengan model pembelajaran
~ 124 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
konvensial dengan fokus penekanan tersebut dan guna mendapatkan gambaran awal tentang
kompetensi softskills yang senantiasa ditampilkan ketika masa pengenalan mahasiswa baru
maka peneliti mengadakan survey terbuka tentang manfaat belajar sastra dan kompetensi ini.
Dari 25 mahasiswa yang menjawab atas pertanyaan berguna tidaknya belajar sastra,
85% menjawab berguna. Fokus kegunaan adalah, mereka bisa mengenal budaya Amerika,
Inggris, ataupun Australia, tiga Negara yang dipelajari karena budaya Inggris-nya. Ketika
ditanya tentang apa makna softskills, 100% mahasiswa menjawab tidak tahu. Prosentase ini
merupakan gambaran yang ironis, karena pada setiap awal tahun akademik para mahasiswa
baru dosen yang ditunjuk sudah memperkenalkan apa yang dimaksud dengan softskills. Akan
tetapi kalau melihat kebelumkonsistensian penginternalisasian softskill ke dalam setiap mata
kuliah maka ketidaktahuan mahasiswa itu bisa diterima. Hasil survey ini menunjukkan masih
rendahnya pemahaman tentang kompetensi softskills mahasiswa Sastra Inggris, dan sekaligus
menunjukkan pula pentingnya kompetensi itu terutama bagi alumni yang merintis
kesuksesan di tempat kerja masing-masing.
Selanjutnya, mengingat pentingnya kompetensi ini tetapi kurangnya pemahaman para
mahasiswa, maka peneliti pada tanggal 12 Juni 2015 mengadakan wawancara dengan Bapak
Drs Hirmawan Wijanarka, M.Hum, dosen pengampu mata kuliah drama dan prosa, Jurusan
Sastra Inggris Universitas Sanata Darma Yogyakarta. Tujuan wawancara ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pengajaran softskills yang terintegrasi dengan pengajaran sastra.
Beliau menjawab bahwa dalam mata kuliah yang beliau ampu belum menggabungkan
dengan kompetensi softskills.
Jawaban ini berbeda dengan apa yang diberikan oleh para alumni yang didapat
melalui survey.
Survey dengan pertanyaan terbuka dilakukan guna memperoleh gambaran akan
pentingnya kompetensi softskills. Adapun pertanyaannya adalah selain kompetensi berbahasa
Inggris kompetensi apakah yang paling dibutuhkan oleh dunia kerja mereka (para alumni).
Dari 40 alumni yang dikirimi pertanyaan, 13 memberi respon yang menunjukkan bahwa
kompetensi berkomunikasi dengan baik menduduk tingkat pertama (sebanyak 10 jawaban),
kompetensi kerjasama peringkat ke 2 (6 jawaban), peringkat ketiga kompetensi membuat
presentasi dan menghargai perbedaan (masing masing 3) dan sisanya hingga 40 jawaban
dengan berbagai macam kompetensi yang masing-masing 1 jawaban. Kompetensi-
kompetensi itu adalah kompetensi beradaptasi dengan baik, analitis, menyakinkan, disiplin,
~ 125 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
beretika, flexible, berintegritas, jujur, berani, stabil emosi, konsisten, pantang menyerah,
percaya diri, rajin, dan tanggung jawab.
Meskipun berbeda prosentase namun jenis-jenis kompetensi dalam tabel di atas
merupakan bagian dari berbagai macam kompetensi softskills yang ditampilkan oleh para
peneliti softskills yang sudah disebutkan pada bagian latar belakang.
Hasil dua survey tersebut menunjukkan adanya keadaan yang belum saling
mendukung. Hasil survey pertama menunjukkan kurangnya pemahaman dan penguasaan
kompetensi softskills yang diakibatkan oleh kebelumkonsistensian pembelajaran softskills
dalam pembelajaran sastra bermetode konvensional. Di sisi lain hasil survey kedua
menunjukkan kompetensi yang dituntut oleh dunia kerja di luar kompetensi hard skills yang
dimiliki oleh para alumni yang sekaligus merupakan penegasan terhadap hasil survey seperti
disebut pada bagian latar belakang penelitian ini. Hasil dua survey ini menunjukkan adanya
kesenjangan kompetensi yang harus dijembatani. Pembelajaran sastra dengan model
kontekstual menjadi salah satu pilihan pengatasan masalah ini.
~ 126 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Meskipun baru 30% dari rencana kegiatan penelitian hibah bersaing, hasil survey
sebelum penelitian utama ini telah dipresentasikan dalam seminar penelitian semesteran
Semester Genap 2014/2015 Universitas Darma Persada. Hal ini perlu dilakukan karena
kompetensi ini harus dipahami oleh semua dosen, terutama dosen sastra yang masih
dipandang sebelah mata karena hasil dari proses pembelajaran dianggap kurang bermanfaat
langsung 2.2 Paska Pengajaran bermetode kontekstual terhadap Novel Woman
Warrior
Model pembelajaran Pembelajaran Kontekstual untuk peningkatan kompetensi soft
skills melalui Analisis Karya Sastra Etnis ini dipilih karena model ini menekankan
pentingnya mahasiswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
dalam proses belajar mengajar, yang berarti proses ini berpusat kepada para
mahasiswa(Siswanto,175). Berdasarkan pendapat Yulaelawati (Hasnawati, 2006:58) maka
bentuk pembelajaran kontekstual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Relating (mengaitkan) antara hasil analisis karya sastra Etnis tentang softskills
dengan pengalaman hidup.
Responden dalam penelitian ini semua sudah bekerja di berbagai bidang. Namun
demikian, sebagaimana sudah dipaparkan pada bagian pendahuluan, mereka
belum memahami apa makna soft skills yang sebenarnya sudah mereka lakukan.
Berdasarkan hasil analisis intrinsic para responden diminta mengkaitkan antara
hasil analisis karya sastra dengan konsep soft skills.
2. Experience (mengalami) kompetensi softskills yang ditemukan dari kajian yang
dilakukan
Dari hasil analisis intrinsic terhadap para tokoh yang sudah dielaborasi dengan
konsep soft skills responden diminta menemukan konsep soft skills yang sudah
dialami di tempat kerja. Dari proses experiencing ini didapatkan 41 jenis
kompetensi soft skills, dimana kompetensi effective communication skills
menduduki peringkat pertama dengan 15 responden = 36,3%.
3. Applying (mengaplikasikan) pengetahuan atau informasi tentang softskills
untuk digunakan dalam berbagai situasi kehidupan.
~ 127 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Langkah ini hanyalah penegasan aplikasi kompetensi soft skills yang dialaminya di
tempat kerja terhadap kompetensi soft skills yang ada dalam novel Woman
Warrior. Jenis kompetensi yang dimiliki responden tidak sama,
Table 2: Hasil Ragam soft skills
Responden Soft skills yang didapat
1 Communication Skill Intrapersonal Skill
2 communication skills, relationship building, transforming character,
stress management and creative thinking process.
3 Communication skills, Transforming Character ,Transforming
Beliefs Stress Management
4 Communication Skills, Relationship Building, Leadership Skills,
Transforming Beliefs ,Stress Management Time
Management ,CreativeThinking Processes
5 communication skills, relationship building, transforming character,
6 Communication Skills, Relationship Building, Leadership
Skills,Transforming Beliefs ,Stress Management ,Time
Management CreativeThinking Processes
7 Communication Skills, Relationship Building, Motivation
BuildingNegotiation skills ,Transforming Beliefs, Stress
Management Time Management ,CreativeThinking Processes
8 Communication Skills, Relationship Building, Leadership
Skills,Transforming Beliefs ,Stress Management ,Time
Management CreativeThinking Processes
9 Communication Skills, Relationship Building, Leadership
Skills,Transforming Beliefs ,Stress Management ,Time
Management CreativeThinking Processes
10 Communicatio Skilss ,Transforming Character,Relationship
Building, Time Management
11 Creative Thinking Processes ,Stress Management ,Transforming
Character
12 Transforming beliefs ,Teamwork and collaboration,Poblem solving
13 Communication Skills, Relationship Building, Leadership
Skills,Transforming Beliefs Transforming character Stress
~ 128 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
4. Cooperating (bekerja sama) dengan
menghubungkan atau mengkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup dengan cara
bersama-sama (dalam kelompok ) Pengkaitan pengetahuan soft skills dengan pengalaman
bekerjasama di tempat kerjanya seiring dengan 3 proses sebelumnya karena penelitian ini
berangkat dari pengalaman nyata dari para responden yang tidak memahami makna dan
aplikasi kompetensi soft skills hingga memahami dan mengaplikasikannya.
Seiring dengan Hasnawati (2006:60) guna mendapatkan hasil dari pembelajaran ini
maka metode penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kinerja (performance/demonstrasi)
kompetensi softskills mahasiswa, karya tulis (portofolio/paper), observasi sistemik dampak
pembelajaran terhadap mahasiswa baik selama proses pembelajaran maupun sesudah
pembelajaran.
Untuk mengukur keberhasilan penelitian ini baru bisa memanfaatkan alat ukur berupa
karya tulis (portofolio/paper). Adapun secara keseluruhan dari semua softskills yang
didapatkan para responden terdapat 41 jenis kompetensi, dengan rincian sebagai berikut:
Table 3: Ragam dan Prosentase kompetensi soft skills
No Jenis Kompetensi Soft skills %
1 Communicate effectively 36,3
2 Stress management 26,3
3 Relation building 26,3
4 Transforming Beliefs 19,5
5 Creative Thinking Processes 19,5
6 Transforming Character 17,07
7 Leadership Skills 17,07
8 Time Management 14,6
9 Teamwork and collaboration 0,73
10 Listening 0,73
11 Negotiation skills 0,73
Management
14 Communication Skills, Relationship Building Leadership Skills
Transforming Character Stress Management Creative Thinking
Processes
15 Integrity, Cultural adaptation, and Ability
~ 129 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
12 Motivation Building 0,48
13 Integrity 0,48
14 Adaptability 0,48
15
-
41
Commitment, common sense, Confidence, Cultural adaptation,
Dependability, Facilitating skills, Growth mindset, Influence /
persuasion skills, Mentoring/ coaching skills, Perceptiveness,
perseverance, Persistence, Problem solving, Reliable, Self-
supervising, Self-awareness, Self-confidence, Self-promotion skills,
Skills in dealing with difficult/unexpected situations, Strong work
ethic, ability to deal with people, Willingness to be accountable
@
0,24
Hasil di atas diambil dari analisis karya sastra dengan menggunakan metode
kontekstual melalui langkah-langkah yang sudah dipaparkan di atas dari seluruh
portofolio/paper yang dibuat oleh mahasiswa.
3. Kesimpulan Dan Saran
Berdasarkan hasil survey baik terhadap bahan pustaka maupun mahasiswa alumni dan
dosen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran softskills melalui karya sastra sangat perlu
dilakukan segera karena adanya kesenjangan pemahaman dan kemampuan yang dituntut
stakeholders. Tuntutan dunia kerja akan kinerja yang tidak hanya mengandalkan kompetensi
softskills sangat mendesak. Sebagai jurusan yang kajian utamanya karya sastra maka jurusan
harus menggunakan kajian yang ada untuk mengajarkan dan meningkatkan kemampuan
keduanya dalam waktu bersamaan sehingga mahasiswa dan alumni tidak hanya kompeten
tentang hardskills, namun juga softskills guna memenuhi tuntutan para stakeholders. Melalui
analisis karya sastra dengan proses pembelajaran berkontekstual peningkatan kompetensi ini
bisa ditingkatkan secara significan. Memperhatian dan membandingkan table 1 dan 3 di atas,
ternyata peningkatan tidak hanya para ragam kompetensi softskills (41 jenis) tetapi juga jenis
softskills yang paling dibutuhkan dalam dunia kerja, yakni kompetensi berkomunikasi secara
efektif. Meskipun dengan frekuensi yang lebih rendah namun ragam lainnya juga bisa digali
dari analisis karya sastra bergenre novel (untuk penelitian ini). Dengan hasil ini maka
pandangan negatif seperti tertulis di bagian pendahuluan tentang manfaat belajar sastra akan
terkikis.
3.2 Saran
Agar bermanfaat secara maksimal maka hasil penelitian ini harus disiapkan menjadi sebuah
buku ajar tentang bagaimana memanfaatkan karya sastra untuk pembelajaran / peningkatan
~ 130 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kompetensi softskills. Ragam objek penelitian tidak hanya karya sastra berjenre prose, tetapi
juga drama maupun puisi. Begitu juga dengan model pembelajaran yang digunakan bisa
menggunakan berbagai model yang termasuk dalam kelompok model Student Centered
Learning (SCL), diantaranya: Discovery Learning, Self-Directed Learning, Cooperative
Learning dan lain-lainnya.
4. Ucapan Terimakasih
Peningkatan kompetensi softskills sangat penting, tidak terkecuali mahasiswa sastra.
Usaha untuk mewujudnyatakan harapan ini sudah dan akan berhasil karena peran serta ketua
jurusan, dosen dan mahasiswa pembelajar Sastra Etnis, serta pihak Lembaga Penelitian dan
Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan yang telah memfasilitasi penelitian ini didanai
oleh Dikti melalui program Hibah Bersaing. Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan
implementasi dan dana yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dharmarajan(2012) ,The Significance of Inculcating Soft Skills in Students in the Process of
Teaching Hard Skills The Malaysian Online Journal of Educational ScienceVolume 1,
Issue2http://www.hgsitebuilder.com/files/writeable/uploads/hostgator427959/file/ijars2
09.p
Dirjen Dikti (2008) Pengembangan Softskills dalam Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Guerin, Wilfred L (2005) A Handbook of Critical Approach to Literature 5thed. New York:
OUP
Hasnawati (2006) PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
HUBUNGANNYA DENGAN EVALUASI PEMBELAJARAN Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 3 Nomor 1, April 2006
Kingston, Maxine Hong (1989). Woman Warrior. New York: Random House
Latief, Mohammad Adnan(2011) Nurturing Soft Skills through Contextual English
Instructions« Vol. V No. 1 Januari
Mangala Ethaiya Rani (2010) NEED AND IMPORTANCE OFSOFT SKILLS IN
STUDENTS S. Vol.-II 3 Jan-June (Summer) 2010
Manoah, J.John Sunil (2012) Soft Skills for Engineers through Literature Volume:1, Issue:2,
October 2012
~ 131 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Mustafa, Dina(2008)Kurikulum Berbasis Kompetensi: Disampaikan pada Pelatihan
Penyusunan KBK di KOPERTIS 3. Untuk PS Komunikasi, Kesehatan Masyarakat,
Farmasi, HI & Sekretari, Jakarta, Juli – Agustus 2008
Ratnaningsih, Dewi Juliah (2013) Open and Distance Education Systems: do they
enhanceGraduates’ Soft Skills? The results from 2009 Universitas Terbuka Tracer
Study Open Praxis, vol. 5 issue 4, October–December 2013, pp. 289–
299http://openpraxis.org/index.php/OpenPraxis/article/view/85/pdf
Roekminto, Fajar (2013) Untuk Apa Belajar Sastra, dan Apa Kontribusi sastra? Dialektika
thn I Juni 2013 hal 58-68
Rokhman, Arif dkk (2003) SASTRA Interdisipliner. Yogyakarta: Qalam
SISWANTO, Wahyudi (2008) Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo
Vijayalakshmi & Dr. M. Renuga, (2012)Trainers’ Tool: Adhering to VARK© Learning
Styles forTutoring Students in Soft Skills through J.K.Rowling’s Harry Potter and the
Chamber of Secrets IOSR Journal Of Humanities And Social Science (JHSS) ISSN:
2279-0837, ISBN: 2279-0845. Volume 4, Issue 1 (Nov. - Dec. 2012), PP 11-2
~ 132 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS UNTUK
KEMAMPUAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR (USIA 7 – 9)
BERBASISKAN PADA TEORI TENTANG THEME DAN RHEME
Juliansyah, Kurnia Idawati, Sari Anggraini Zsahara Nur Ala July Azhari Siti Dewi Santika
Ade Setiawati
(Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Inggris)
Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan jangka panjang berupa pengembangan model belajar Bahasa
Inggris untuk kemampuan berbicara untuk siswa usia 6-7 tahun berbasiskan pada teori
Theme dan Rheme. Lebih konkritnya, model belajar yang dimaksudkan dapat berbentuk
buku bahan ajar, metode pengajaran, bentuk tes, dan lain-lain. Dengan demikian, model
belajar yang dimaksudkan ini diharapkan dapat digunakan secara luas di seluruh sekolah
dasar
Dengan penggunaan model belajar yang akan dikembangkan ini, peneliti berharap agar
semua objek penelitian atau target siswa yang diajarkan akan dapat mengembangkan
kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris secara lengkap. Model belajar yang berbasiskan
pada teori Theme dan Rheme ini diharapkan dapat dengan mudah dipelajari, dipraktikkan,
dan digunakan dalam keseharian, sehingga para siswa kelak akan dapat mengembangkan
kemampuan berbicara dirinya sendiri dalam kalimat-kalimat sendiri yang lebih lengkap.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dimana peneliti akan melakukan uji coba
proses belajar mengajar dengan menggunakan model belajar yang telah dikembangkan. Dari
hasil uji coba, peneliti akan menetapkan model belajar yang terbaik sesuai tujuan dari
penelitian ini.
Kata kunci: Model belajar, kemampuan berbicara, siswa, rheme, theme
1. PENDAHULUAN
Pengembangan model pembelajaran dimaksudkan sebagai upaya menciptakan contoh
atau model kegiatan belajar di kelas. Model yang dimaksud memuat hal-hal seperti: 1) Buku
ajar, 2) Panduan penggunaan buku ajar, 3) Kegiatan belajar dan mengajar di kelas, 4)
Kegiatan belajar dan mengajar di luar kelas, dan 5) Penyusunan dan pelaksanaan tes hasil
belajar.
Sementara itu, kegiatan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berlangsung di
dalam dan luar kelas yang melibatkan antara pembelajar dengan pengajar. Kegiatan
pembelajaran dapat disingkat dengan kegiatan belajar. Biasanya, kegiatan belajar
~ 133 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
berlangsung dalam bentuk transformasi pengetahuan dari pengajar kepada pembelajar.
Kegiatan belajar berlangsung dikarenakan adanya materi yang akan ditransferkan. Dalam hal
ini, materi ini disebut dengan bahan ajar.
Salah satu materi yang dapat dan perlu diajarkan pada siswa adalah materi tentang
kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris. Kemampuan berbicara merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang penting, mengingat berbicara merupakan bentuk yang paling
sering digunakan atau dilakukan saat berkomunikasi. Kemampuan berbicara memiliki
tahapan-tahapan menurut jenis pembelajarnya. Untuk pembelajar tingkat dasar, kemampuan
berbicara masih dalam dalam tahap pengucapan huruf, kata, dan kalimat sederhana.
Selanjutnya, untuk pembelajar tingkat berikutnya, kemampuan berbicara meliputi
kemampuan dalam berdialog, mengemukakan hal-hal tertentu. Akhirnya, pada tingkat
tertinggi, kemampuan berbicara dapat dalam bentuk kemampuan berdebat dan memberikan
presentasi.
Mengajarkan siswa untuk dapat berbicara dalam Bahasa Inggris merupakan salah satu
tugas mengajar yang penting. Namun begitu, mengajarkan kemampuan ini tidaklah mudah.
Sampai saat ini, kemampuan berbicara siswa dalam penggunaan Bahasa Inggris masih
sangatlah rendah. Hal ini terjadi dikarenakan banyak hal. Salah satunya adalah model
pembelajaran yang tidak sesuai. Oleh karena itu, model pembelajaran yang dilengkapi
dengan perangkat-perangkat pendukungnya sangatlah penting. Salah satu perangkat yang
dimaksudkan adalah materi belajar yang sesuai dengan tingkat daya penerimaan belajar
siswa. Oleh karena itu, pembelajaran dengan materi, salah satunya yang berbasiskan teori
Theme dan Rheme, dapat menjadi alternatif yang dapat memberikan kemudahan bagi siswa
untuk belajar dan guru untuk mengajar.
Secara sederhana, theme dinyatakan sebagai suatu bagian dari kalimat yang menjadi
pokok atau inti. Sedangkan rheme adalah bagian yang menjelaskan theme. Theme umumnya
terletak di awal kalimat. Sedangkan rheme umumnya juga mengikuti theme. Dengan
memahami konsep theme dan rheme, terutama tentang pengertian dan posisinya, maka siswa
diharapkan dapat mengungkapkan perasaannya dalam kalimat sederhana yang tepat dan
mudah dimengerti.
Tentu saja pengembangan model belajar untuk kemampuan berbicara dengan
berbasiskan pada toeri tentang theme dan rheme masih belum menjamin keberhasilan
pengajaran kemampuan berbicara. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini diharapkan kelak
~ 134 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dapat diteruskan dalam bentuk yang lebih luas atau tinggi, terutama untuk siswa pada level
yang lebih tinggi.
2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peraturan pemerintah terkait dengan pembelajaran Bahasa Inggris bagi siswa
usia 6-9 tahun di Sekolah Dasar di Bekasi?
2. Bagaimana model pengajaran Bahasa Inggris dikaitkan dengan pengembangan
kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris, yang ada selama ini, di Sekolah Dasar di
Bekasi?
3. Bagaimana penerapan konsep theme dan rheme dalam pengembangan kemampuan
berbicara dalam Bahasa Inggris untuk siswa di Sekolah Dasar di Bekasi?
4. Bagaimana pengembangan materi dan buku ajar untuk pengembangan kemampuan
berbicara dalam Bahasa Inggris berdasarkan penerapan konsep theme dan rheme untuk
siswa di Sekolah Dasar di Bekasi?
3. TINJAUAN PUSTAKA
Model pembelajaran diartikan sebagai suatu bentuk kerangka pembelajaran yang
dapat dijadikan standar atau model. Model pembelajaran diharapkan merupakan bentuk yang
paling ideal dalam proses pembelajaran. Ini berarti, model pembelajaran memberikan tingkat
hasil yang paling maksimal dari tujuan pembelajaran dibandingkan dengan model
pembelajaran yang lain (yang belum distandarkan). Selanjutnya, model pembelajaran
berperan penting dalam menyeragamkan proses pembelajaran sehingga akan menghasilkan
hasil yang sama di seluruh aspek pembelajaran.
Dedeng (2000) menyatakan bahwa rancangan pembelajaran harus dibuat sedemikian
rupa sehingga menjadi menarik dan mudah dipahami si pembelajar. Tujuan utama
perancangan (desain) pembelajaran adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode
pembelajaran yang optimal. Dengan demikian, hasil pembelajaran yang diinginkan dapat
tercapai.
Menurut para ahli pengembangan bahan pembelajaran, seperti yang disampaikan oleh
Dedeng (2000), pedoman pengembangan bahan pembelajaran haruslah memenuhi
komponen-komponen pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan untuk membelajarkan
~ 135 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
pembelajar. Komponen-komponen bahan pembelajaran tersebut diharapkan mampu untuk
memotivasi serta memudahkan pebelajar dalam mempelajari serta memotivasi isi bahan
pembelajaran tersebut.
Dalam upaya membelajarkan si belajar, materi atau isi yang dipelajari oleh si belajar
merupakan isi bidang studi yang berupa sejumlah informasi. Struktur isi bidang studi yang
berupa informasi ini terdiri dari fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Memproduksi bahan
pembelajaran dapat dilakukan dengan cara mencetak dalam bentuk karya cetak, antara lain
buku, majalah, surat kabar dan famlet. Selain itu, memproduksi bahan pembelajaran bisa
dilakukan dengan cara merekam dalam bentuk karya rekaman, antara lain: kaset audio,
video, atau CD.
Pembelajaran keterampilan berbicara merupakan pembelajaran yang penting. Hal ini
mengingat karena kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang bersifat productive.
Hammer (2007) menyatakan bahwa kemampuan berbicara merupakan bagian dari
keterampilan komunikasi yang bersifat produktif. Oleh karena itu, kemampuan berbicara
menjadi salah satu kemampuan yang paling perlu ditekankan.
Walaupun merupakan keterampilan yang perlu menjadi perhatian, namun pengajaran
keterampilan berbicara merupakan pengajaran yang sulit. Bueno, Madrid, dan McLaren
(2006) menyatakan bahwa pengajaran keterampilan berbicara merupakan pengajaran yang
sulit dikarenakan pengajaran selama ini lebih banyak difokuskan pada membaca.
Oleh karena itu, pembelajaran kemampuan berbicara sebaiknya diajarkan sejak dini
dan harus dapat meletakkan dasar-dasar yang kuat untuk kemampuan berbicara yang lebih
tinggi. Selain itu, penerapan konsep kebahasaan juga penting untuk menjadi dasar
pembelajaran berbicara. Salah satu konsep yang dimaksud adalah konsep tentang theme dan
rheme.
Memahami konsep theme dan rheme berarti bicara tentang bagaimana memahami
bahasa dari segi fungsinya. Menurut Halliday (2000), theme adalah bagian awal (atau
starting point) dari kalimat yang berisikan suatu pesan yang disampaikan oleh pembicara.
Sementara, rheme merupakan bagian yang mengikuti theme yang merupakan pengembangan
dari theme.
Jones (1977) menyatakan bahwa bagian penting dari suatu paragrap juga disebut
theme. Bagian inilah yang merupakan inti dari suatu paragrap yang kemudian dikembangkan
oleh kalimat-kalimat pendukungnya.
~ 136 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Pembelajaran kemampuan berbicara dengan berbasiskan pada konsep theme dan
rheme sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa pengajaran bahasa harus sesuai dengan
fungsi bahasa.
4. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui bagaimana peraturan pemerintah terkait dengan pembelajaran Bahasa
Inggris bagi siswa di Sekolah Dasar di Bekasi
2. Mengetahui bagaimana model pengajaran Bahasa Inggris dikaitkan dengan
pengembangan kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris, yang ada selama ini, di
Sekolah Dasar di Bekasi
3. Mengetahui bagaimana penerapan konsep theme dan rheme dalam pengembangan
kemampuan berbicara dalam Bahasa Inggris untuk siswa di Sekolah Dasar di Bekasi
4. Mengembangkan materi dan buku ajar untuk pengembangan kemampuan berbicara
dalam Bahasa Inggris berdasarkan penerapan konsep theme dan rheme untuk siswa di
Sekolah Dasar di Bekasi
5. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Secara umum, manfaat hasil penelitian ini dapat ditujukan untuk pihak-pihak sebagai berikut:
1. Kementerian Pendidikan Nasional, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar;
untuk memperoleh masukan atas perlunya model pembelajaran Bahasa Inggris untuk
kemampuan berbicara yang lebih dapat diandalkan untuk pencapaian tujuan
pembelajaran dan mungkin dapat diterapkan secara nasional.
2. Suku Dinas Pendidikan Dasar Kotamadya Bekasi; untuk memperoleh masukan atas
perlunya model pembelajaran Bahasa Inggris untuk kemampuan berbicara yang lebih
dapat diandalkan untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan mungkin dapat diterapkan
secara regional di tingkat Kotamadya Bekasi.
3. Sekolah Dasar se Kotamadya Bekasi; untuk memperoleh masukan atas perlunya model
pembelajaran Bahasa Inggris untuk kemampuan berbicara yang lebih dapat diandalkan
untuk pencapaian tujuan pembelajaran dan mungkin dapat diterapkan secara lokal di
seluruh SD.
~ 137 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
4. Para Guru Bahasa Inggris yang langsung maupun tidak langsung mengajarkan Bahasa
Inggris ke peserta didik; untuk dapat langsung menggunakan model pembelajaran yang
telah dikembangkan, sehingga memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal dan lebih
seragam.
6. METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
metodologi Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Pendekatan ini
merujuk pada teori Borg & Gall dalam bukunya Applying Educational Research; A practical
Guide for Teachers. Definisi pendekatan penelitian dan pengembangan dalam bidang
pendidikan adalah sebuah proses pengembangan yang menghasilkan suatu produk
pendidikan, "A process used to develop and validate educational product”.
Adapun langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada desain penelitian ini sebagai berikut:
Dari gambar desain penelitian di atas, maka dapatlah dilihat bahwa penelitian ini
bermula dari studi pendahuluan dalam bentuk pengamatan peneliti atas suatu fenomena/sub
fenomena. Dalam hal ini, fenomena yang dimaksudkan adalah fenomena tentang lemahnya
kemampuan berkomunikasi lisan (berbicara) dalam bahasa Inggris di kalangan pelajar,
mahasiswa, dan masyarakat umum. Selanjutnya, peneliti memfokuskan fenomena ini dalam
beberapa sub fenomena sehingga penelitian ini terarah pada hal-hal yang lebih kecil dan
fokus. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan akan lebih baik dalam memberi
solusi untuk masing-masing sub fenomena. Adapun sub fenomena yang dimaksud meliputi
semua hal yang diangkat dalam permasalahan penelitian. Sub fenomena juga membatasi
lingkup dari penelitian. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada sub fenomena yang terkait
dengan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar.
Peneliti kemudian menetapkan permasalahan penelitian berdasarkan sub fenomena
yang diangkat. Permasalahan penelitian dituliskan dalam bentuk pertanyaan penelitian.
Studi Pendahuluan
Penyusunan Model
Uji Coba Model
Perbaikan Model
Uji Coba Model
Model Akhir
~ 138 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Setiap permasalahan penelitian akan dicari jawabannya melalui proses penelitian atau dalam
hal ini penyusunan model pembelajaran.
Untuk memulai penyusunan model pembelajaran, maka peneliti akan melakukan
observasi awal. Observasi awal merupakan langkah penelitian dimana peneliti mengamati
hal-hal yang nyata yang terjadi di lokasi penelitian (sekolah) dan hal-hal yang terkait dengan
penelitian, misalnya kurikulum yang berlaku, model pembelajaran yang ada, termasuk
pendapat awal dari beberapa nara sumber terkait dengan topik penelitian. Setelah berhasil
mengumpulkan data awal, maka peneliti dapat melanjutkan langkah penyusunan model
pembelajaran sesuai tujuan penelitian ini.
Langkah penyusunan model pembelajaran yang paling utama adalah menyusun
silabus pembelajaran berdasarkan konsep theme dan rheme. Langkah ini dilakukan
sepenuhnya oleh peneliti.
Selanjutnya, peneliti menyusun materi pengajaran. Mahasiswa terlibat pada langkah
ini, namun hanya sebatas pengetikan dan desain.
Langkah ketiga, peneliti dibantu oleh para mahasiswa mengaplikasikan materi
pengajaran di kelas atau dengan kata lain, melakukan uji coba model pembelajaran. Langkah
ini dilakukan di beberapa sekolah yang sebelumnya telah memberikan izin praktek
pembelajaran atau penelitian. Populasi sekolah yang akan dijadikan tempat praktek
mengajar adalah seluruh sekolah dasar, baik negeri maupun swasta, di kota Bekasi. Namun
begitu, mengingat keterbatasan tenaga, maka dari populasi yang ada, peneliti hanya
menetapkan sampel dari sekolah yang ada, hanya sebanyak 12 sekolah swasta dan 12 sekolah
negeri. Sampling technique yang digunakan adalah perpaduan antara cluster dan random
sampling methods.
Setelah beberapa kali melakukan uji coba model pembelajaran di sekolah-sekolah
yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah pengumpulan data. Data yang
dimaksud adalah hasil observasi dari pelaksanaan model pembelajaran yang dikembangkan
yang dilakukan oleh para pengajar. Observasi akan berbentuk tabel yang memuat
kelengkapan keseluruhan tahapan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Oleh karena
itu, observasi akan diarahkan pada 3 objek penelian, yaitu pengajar, pembelajar atau siswa,
dan model yang sedang digunakan. Namun begitu, untuk dapat menambah informasi yang
dibutuhkan, maka kuesioner terhadap pihak sekolah juga akan digunakan.
~ 139 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Selanjutnya, peneliti mengolah data yang telah dikumpulkan. Peneliti mengolah data
dengan teknik pengolahan data tertentu sehingga hasil pengolahan data diharapkan bersifat
valid dan dapat dipercaya. Setelah langkah ini dilaksanakan, maka peneliti dan mahasiswa
kembali melakukan uji coba model, hingga pada akhirnya peneliti menetapkan model
pembelajaran yang dianggap paling tepat.
Hasil akhir penelitian akan dijadikan sebagai rekomendasi untuk pengambilan
keputusan. Rekomendasi diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan penelitian yang
terkait, misalnya: rekomendasi tentang bahan ajar, buku ajar, metode pengajaran, dan lain-
lain.
7. INSTRUMEN PENELITIAN
Data penelitian ini didapat dari wawancara yang dilakukan kepada para Kepala
Sekolah dan Guru Bahasa Inggris dari sekolah-sekolah yang dipilih sebagai tempat
penelitian. Wawancara terhadap Kepala Sekolah dan Guru dilakukan secara terpisah. Lebih
detilnya dapat dilihat pada paragrap berikut.
Instrumen wawancara terhadap Kepala Sekolah terdiri atas 5 butir pertanyaan (lihat
Lampiran 1). Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti setelah sebelumnya
mengajukan permohonan. Setelah memperoleh izin, peneliti melakukan wawancara.
Wawancara direkam dengan alat rekam berupa handphone. Hasil rekaman kemudian
dituliskan dalam bentuk transkrip.
Secara umum, wawancara dengan Kepala Sekolah menitikberatkan pada pandangan
atau kebijakan sekolah terkait dengan pelaksanaan pengajaran Bahasa Inggris. Lebih
detilnya, fokus pertanyaan juga terkait dengan pengajaran Bahasa Inggris khususnya pada
kemampuan berbicara atau speaking skill.
Seperti halnya instrumen wawancara terhadap Kepala Sekolah, maka instrumen
wawancara terhadap Guru Bahasa Inggris juga dilakukan secara langsung oleh peneliti.
Wawancara juga direkam dan hasilnya dituangkan dalam bentuk transkrip. Butir-butir
wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2.
Berbeda dengan Kepala Sekolah, wawancara terhadap Guru Bahasa Inggris
menekankan pada praktek pengajaran di kelas. Oleh karena itu, pertanyaan berkaitan dengan
teknik pengajaran, buku pegangan, dan lain-lain.
~ 140 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
8. ANALISIS HASIL PENELITIAN (SEMENTARA)
Dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, peneliti memperoleh informasi sebagai
berikut:
a. Kebijakan umum sekolah atas pengajaran Bahasa Inggris, secara umum mengacu kepada
kebijakan pemerintah, dalam hal ini penerapan Kurikulum 2009 melalui KTSP.
Disebutkan bahwa pengajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar dapat berbentuk muatan
wajib dan muatan lokal. Wajib berarti setiap siswa akan memperoleh pengajaran.
b. Secara umum sekolah memberikan perhatian yang besar terhadap pengajaran Bahasa
Inggris. Bentuk perhatian sekolah adalah memberikan kesempatan siswa belajar bahasa
Inggris di luar jam belajar resmi. Selain itu, sekolah juga memberikan para guru
kesempatan untuk mengikuti peningkatan kualitas mengajar dalam bentuk pelatihan atau
seminar, dan lain-lain.
c. Pengajaran Bahasa Inggris yang menitikberatkan pada kemampuan berbicara dalam
bahasa Inggris belum terlalu menjadi perhatian. Oleh karena itu, mengingat pentingnya
kemampuan ini, maka sekolah member kesempatan para Guru untuk meningkatkan
kemampuan mengajar sehingga dapat memfokuskan pada peningkatan keterampilan ini.
Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan para Guru, maka dapat diketahui bahwa:
a. Secara umum para Guru memiliki latar belakang yang sesuai dengan tugas yang
diembannya sebagai pengajar Bahasa Inggris. Dengan demikian, hal ini menjadi nilai
plus yang sesuai dengan harapan pemerintah.
b. Pengajaran Bahasa Inggris mengacu pada Kurikulum 2019 atau KTSP
c. Tujuan pengajaran Bahasa Inggris masih mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan
dalam kurikulum. Namun begitu, dalam pelaksanaan di kelas, tujuan pengajaran masih
belum terumuskan dengan jelas dan akurat
d. Para Guru tidak memiliki buku pegangan resmi, sehingga pengajaran cenderung tidak
terarah
e. Metode pengajaran yang dilakukan lebih pada metode integrasi atau campuran seluruh
keterampilan berbahasa. Selain itu, pengajaran mengacu pada kebutuhan khusus atau
jangka pendek, misalnya kemampuan mengikuti atau memenangkan lomba.
f. Pengajaran keterampilan berbicara belum menjadi perhatian khusus
~ 141 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
g. Evaluasi atas kemampuan berbahasa Inggris belum terlaksana dengan baik karena
jumlah siswa yang banyak.
Selanjutnya, sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu perancangan modul untuk
pengajaran Bahasa Inggris untuk kecakapan berbicara atau speaking skill, maka sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan, peneliti telah berhasil menyusun rancangan modul yang
terdiri atas:
a. Teacher’s Guide; dapat dilihat di Lampiran 3
b. Module; dapat dilihat di Lampiran 4
c. Test Guide and Items; dapat dilihat di Lampiran
Daftar Pustaka
Bueno, A, D. Madrid and N. McLaren, (eds). (2006) TEFL in Secondary Education.Granada:
Editorial Universidad de Granada
Halliday, M. A. K. 2000. An Introduction to Functional Grammar. Beijing: Foreign
Language Teaching and Research Press
Harmer,J. (2007) The Practice of English Language Teaching. 4th ed. London: Longman.
Jones, Linda K. 1977. Theme in English Expository Discourse In Language Culture and
Cognition, Edward Sapir Monograph Series. Lake Bluff: Jupiter Press
~ 142 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
IMPLEMENTASI PERILAKU BUSHIDO MAHASISWA SASTRA JEPANG
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
IMPLEMENTATION OF BUSHIDO ATTITUDE BY JAPANESE
LITERATURE STUDENT IN DARMA PERSADA UNIVERSITY JAKARTA
Nani Dewi Sunengsih, Widiastuti.
Universitas Darma Persada [email protected]
Abstrak
Bushido adalah etika moral bangsa Jepang meliputi kejujuran, keberanian, kebajikan,
kesopanan, integritas, kehormatan dan kesetiaan yang telah menjadi karakter bangsa Jepang
dan tercermin dalam sumber daya manusia Jepang. Sumber daya manusia Jepang telah
berhasil membangun Jepang menjadi negara maju. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi perilaku Bushido mahasiswa Sastra Jepang Universitas Darma Persada. Hasil
penelitian, mahasiswa Sastra Jepang Universitas Darma Persada mengimplementasikan
kejujuran, keberanian, kebajikan, kesopanan, integritas dan kesetiaan dengan baik, namun
kurang mempunyai rasa hormat.
Kata Kunci: Implementasi, perilaku, Bushido, Mahasiswa
I. PENDAHULUAN
Saat ini, kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai belahan dunia dapat
secara langsung diketahui berkat kemajuan teknologi. Dunia terasa semakin sempit karena
cepatnya akses informasi di berbagai belahan dunia dapat diketahui di rumah. Kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan yang sangat besar pada
kehidupan umat manusia dengan segala peradaban dan kebudayaannya. Perubahan ini juga
memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai karakter yang ada di
masyarakat, termasuk mahasiswa.
Kemajuan teknologi, komunikasi, dan informasi di kalangan mahasiswa telah pula
mengubah gaya hidup mereka. Salah satunya adalah gaya hidup hedonis. Anggapan bahwa
materi atau kesenangan adalah segalanya, rupanya menjadi prinsip banyak orang yang
tinggal di kota-kota metropolis. Mereka berlomba-lomba untuk dapat meraih apa yang
mereka impikan walaupun mereka harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkannya.
Clubbing, liburan ke luar negeri, kemana-mana harus membawa mobil, tinggal di
apartemen, koleksi gadget serba mahal, belanja dan makan serba mewah, perawatan ke salon
~ 143 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
termahal, olahraga di gym, atau masih banyak kegiatan "hedon" lain yang mereka biasa
kerjakan demi memperoleh kepuasan. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan perilaku
yang diharapkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dalam undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan
pada hakikatnya adalah mengembangkan potensi diri peserta didik menjadi kemampuan
dengan dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan, kepribadian, akhlak mulia, dan kemandirian.
Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam membangun
karakter mahasiswa. Mahasiswa sebagai peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan satuan pendidikan tertentu. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa di masa
depan, diharapkan dapat memenuhi kewajiban dalam menyelesaikan pendidikan akademis
dengan belajar yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan untuk dirinya sendiri
maupun orang lain. Demikian halnya dengan mahasiswa Sastra Jepang di Universitas Darma
Persada Jakarta yang diberikan pembelajaran tentang karakter Bushido yang luhur.
Bushido merupakan nilai-nilai hidup atau etika moral bangsa Jepang dalam
berperilaku. Nilai-nilai yang dimaksud di antaranya adalah tentang kejujuran, keberanian,
kebajikan, sopan santun, integritas, kehormatan dan loyalitas. Di Jepang, Bushido telah
ditanamkan sedari kecil di rumah dan masyarakat sekitar serta menjadi pelajaran wajib di
sekolah dasar dan sekolah menengah. Ketika dewasa, nilai-nilai Bushido tersebut menjadi
karakter bangsa Jepang dan tercermin pada sumber daya manusia Jepang. Sumber daya
manusia Jepang telah berhasil mengantarkan bangsa Jepang menjadi negara maju.
Mengacu pada kemajuan Jepang yang mengedepankan nilai-nilai Bushido, maka
pemahaman tentang Bushido diberikan pada pelajaran sejarah dan kebudayaan Jepang di
Universitas Darma Persada. Pembelajaran tentang perilaku Bushido sangat sesuai dengan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional karena berisikan ajaran-ajaran perilaku luhur seperti
rasa malu, hidup hemat, pantang menyerah, mandiri, kesetiaan, disiplin, kerjasama
kelompok, keberanian, kehormatan, keteguhan hati, menjaga nama baik dan lain-lain. Ajaran
tersebut diperlukan mengingat pendidikan karakter diperlukan pada masa sekarang, di mana
sebagian mahasiswa berperilku yang bertentangan dengan perilaku luhur seperti kurang
disiplin dan kurang memahami sopan santun.
Pembelajaran tentang perilaku Bushido diharapkan dapat diimplementasikan oleh
mahasiswa Sastra Jepang dalam kehidupan sehari-hari, dalam bergaul dengan suatu
~ 144 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kelompok sosial maupun di lingkungan sekitar, di manapun tanpa memandang dari mana
individu berasal, bagaimana status sosial individu dan dari segi ekonomi individu.
Implementasi perilaku Bushido mahasiswa Sastra Jepang Universitas Darma Persada dapat
dikatakan mencerminkan karakter mereka dan dapat berkontribusi terhadap kemajuan
Indonesia.
2. METODE PENELITIAN
Desain dan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Metode ini merupakan analisis yang bertujuan menggali
dan mengemukakan data mengenai keadaan yang sebenarnya. Adapun pengumpulan data
dilakukan dengan:
a) Penelitian Kepustakaan, yaitu penelitian yang didasarkan pada buku-buku panduan
atau sumber-sumber lainnya yang memuat data yang diperlukan.
b) Penelitian Lapangan berupa penelitian yang dilakukan dengan melihat secara
langsung terhadap obyek penelitian dengan melakukan 2 (dua) teknik yang dipakai
dalam penelitian lapangan:
1) Teknik Angket adalah teknik yang dilakukan untuk memperoleh data dengan
cara memberikan angket/kuesioner kepada responden yang telah ditetapkan.
2) Teknik Observasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data dengan
cara mengamati langsung obyek penelitian di lokasi penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a) Pembahasan
Untuk mengetahui implementasi perilaku karakter Bushido mahasiswa Sastra Jepang di
Universitas Darma Persada, maka pernyataan dalam penelitian berisi tentang
kejujuran, keberanian, kebajikan, sopan santun, integritas, kehormatan dan loyalitas
mengacu kepada kehidupan kampus.
1) Pernyataan penelitian terdiri dari 35 soal
2) Responden terdiri 60 orang mahasiswa Jurusan Jepang S1 Universitas Darma
Persada.
3) yang terdiri dari beberapa angkatan.
4) Responden yang mengumpulkan angket 50 orang.
~ 145 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
5) Penghitungan memakai skala likert
6) Skala jawaban
Skala Jawaban Nilai Pertanyaan positif Nilai Pertanyaan Negatif
Sangat sering 5 1
Sering 4 2
Jarang 3 3
Sangat jarang 2 4
Tidak pernah 1 5
7) Skor Kriterium
Rumus Skala
5 x 50 = 250 SS
4 x 50 = 200 S
3 x 50 = 150 J
2 x 50 = 100 SJ
1 x 50 = 50 TP
8) Rating Skala
Skor Skala
201 - 250 SS
151 - 200 S
101 - 150 J
51 - 100 SJ
1 - 50 TP
b) Hasil Penelitian
Nilai Bushido Skor Hasil Penelitian dalam Persentase
(skor : jumlah responden x 100%)
Kejujuran 177.6 71.04 %
Keberanian 172.8 69.12 %
Kebajikan 182 72.8 %
Sopan santun 177.8 71.12 %
Integritas 167.8 67.12 %
Kehormatan 145.6 58.24 %
Loyalitas 181.6 72.64 %
Hasil penelitian tentang implementasi kejujuran, keberanian, kebajikan, sopan santun,
integritas, kehormatan dan loyalitas pada mahasiswa Sastra Jepang S1 menunjukkan bahwa
~ 146 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
skor tentang kejujuran adalah 177.6, keberanian 172.8, kebajikan 182, sopan santun 177.8,
integritas 167.8 kehormatan 145.6, loyalitas 145.6.
Dari hasil penelitian implementasai perilaku karakter Bushido mahasiswa Sastra
Jepang Univeritas Darma Persada, skor tertingginya adalah kebajikan 182 dan skor terendah
yaitu kehormatan 145.6. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang sangat menjunjung tinggi
kebajikan, namun agak melalaikan rasa hormat. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa Sastra
Jepang mempunyai rasa cinta, kebesaran jiwa, sayang kepada orang lain, simpati dan rasa
kasihan. Nilai Bushido tentang kebajikan ini menurut Nitobe disertai dengan kekuatan untuk
mendukung dan membela. Mempunyai nilai kebajikan yang tinggi, namun mahasiswa Sastra
Jepang agak melalaikan rasa hormat, padahal menurut Nitobe, kehormatan adalah kemuliaan
pribadi yang mewarnai jiwa seseorang, serta kesadaran akan martabat individu yang
berharga.
Kejujuran dengan skor 177.6 menduduki peringkat keempat dibandingkan dengan
ketujuh nilai Bushido yang lain. Menurut Nitobe, kejujuran adalah sifat yang wajib dimiliki
oleh seseorang. Jika seseorang memiliki sifat jujur dan berjalan di atas jalan lurus, dapat
dipastikan bahwa ia seseorang yang pemberani. Berani tidak saja mengacu pada keberanian
dalam berperang, tetapi juga berani menghadapi berbagai cobaan hidup. Ini artinya
mahasiswa Sastra Jepang tidak mengedepankan kejujuran, sementara kejujuran adalah nilai
Bushido yang pertama. Kejujuran dimaknai sebagai keberanian untuk memutuskan.
Keberanian dengan skor 172. 8 menduduki peringkat kelima, sementara dalam tujuh
nilai Bushido ada pada peringkat kedua setelah kejujuran, di mana sebagaimana dijelaskan di
atas, bahwa dengan mempunyai sifat jujur dapat dipastikan seorang pemberani. Keberanian
hampir tidak dinilai luhur bila dimasukkan berbagai kewajiban, tidak diamalkan demi
kejujuran. Dalam ajaran Konfusius merumuskan keberanian, mengetahui apa yang benar,
tetapi tidak melaksanakannya. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang kurang mempunyai
keberanian.
Kesopanan mahasiswa Sastra Jepang menduduki peringkat ketiga dengan skor 177.8.
Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang cukup sopan. Menurut Deam, dari enam unsur
kemanusiaan, sopan santun adalah tempat yang paling luhur karena merupakan buah yang
paling matang dari pergaulan sosial. Kesopanan sangat penting untuk semua bidang
kehidupan dan dapat menunjang kesuksesan karena prilaku sopan adalah prilaku yang pantas
kepada orang lain.
~ 147 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Loyalitas atau kesetiaan menduduki peringkat kedua, dengan skor 181.6. Ini artinya
loyalitas atau kesetian mahasiswa Sastra Jepang dalam peringkat baik. Dalam ajaran
Konfusionisme, makna kesetiaan menjadi bernuansa moral. Nilai moral yang terkandung
didalamnya meliputi nilai moral sosial loyal terhadap pimpinan atau atasan. Skor integritas
mahasiswa Sastra Jepang 167.8 menduduki peringkat keenam, namun masih dalam tingkat
baik. Ini artinya mahasiswa Sastra Jepang mempunyai kemampuan membuat keputusan yang
benar dan melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab.
4. KESIMPULAN
Mahasiswa Sastra Jepang Univeritas Darma Persada mengimplementasikan perilaku
Bushido dalam hal jujur dalam bersikap, berani mempertahankan kebenaran, perduli
terhadap masyarakat sosial, bersikap sopan, bertanggung jawab terhadap tugas, berdedikasi
dan setia pada tugas, serta menjaga martabat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
Sastra Jepang S1 Universitas Darma Persada mengimplementasikan nilai Bushido dengan
rata-rata berperilaku baik, namun kurang mempunyai rasa hormat.
DAFTAR PUSTAKA
Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. 2005. The Handbook of Attitude.
London: Routledge.
Azwar, Saifuddin. 2008. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka,
Napitupulu. 2007. Pendidikan Nilai Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunas Media.
Nitobe, Inazo. 1994. Bushido: The Soul of Japan. Tokyo: Charles E. Tuttle
Simanjuntak, Reminisere U.F. 2011. Analisis Pesan Moral Dalam Dongeng Momotaro
Karya Yei Theodora Ozaki. Medan: Universitas Sumatera Utara
Soekanto, Soerjono. 1994. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1992. Manusia dan Masyarakat Jepang dalam Perjuangan
Hidup. Jakarta: Pustaka Braja Guna.
~ 148 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI
SEMESTER 5
Riri Hendriati
Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang
Abstrak
Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa
(Student Centered Learning) untuk membantu cara menghafal makna kosakata dan makna
pla kalimat yang ada pada buku pelajaran. Cara yang dipakai adalah dengan membuat
kelompok yang mana tiap-tiap kelompok mendapatkan tugas untuk bersama-sama mencari
makna kosa kata dan makna pola kalimat yang ada dalam bacaan yang menjadi
tanggungjawabnya. Sumber data yang digunakan adalah jawaban mahasiswa terhadap
pertanyaan dari soal bacaan yang berjudul Hyaku pasento no urainaishi) pada ujian mata
kuliah Dokkai V (pemahaman bacaan) yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun
pelajaran 2016-2016.Hasil analisis menunjukkan jawaban benar dari mahasiswa yang
menggunakan metode SCL ada 65% dan jawaban mahasiswa yang tidak menggunakan
metode SCL sebanyak 54%. Namun demikian ditemukan juga adanya mahasiswa yang sama
sekali tidak menjawab soal yang diberikan atau penggunaan pola kalimat yang kurang tepat.
Meskipun masih adanya kesalahan dalam penggunaan pola kalimat yang kurang tepat.
Meskipun masih adanya kesalahan dalam penggunaan pola kalimat, namun kami dapat
menarik kesimpulan bahwa mahasiswa sudah dapat memahami pertanyaan dan memahami
isi bacaan yang diberikan.
Kata Kunci : dokkai, SCL, kelompok, bacaan, kalimat.
1. PENDAHULUAN
Dokkai merupakan salah satu mata kuliah yang disajikan kepada mahasiswa jurusan
sastra Jepang Universitas Darma Persada. Dokkai berasal dari kanji 読 (membaca) dan解
(paham) jadi, makna Dokkai adalah memahami bacaan atau wacana.
Memahami suatu wacana Bahasa Jepang (Dokkai) bagi mahasiswa tidak bisa kita
katakan sebagai suatu hal yang mudah. Apabila tidak mengerti arti kosa kata maka akan sulit
memahami makna suatu wacana. Selain kosa kata, memahami pola kalimat dan hubungan
antar kalimat juga merupakan suatu hal penting untuk memahami isi bacaan secara
keseluruhan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, paradigma model pembelajaran pun sedikit
demi sedikit berubah. Tujuan pembelajaran dan kebutuhan belajar disusun berdasarkan
keinginan para pendidik bukan peserta didik. Sehingga motivasi untuk belajar menjadi hilang
disebabkan oleh kenyataan bahwa peserta didik diharuskan belajar menurut apa yang harus
~ 149 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dipelajari, bukan apa yang diinginkan oleh peserta didik. Padahal motivasi dari dalam diri
sendiri adalah sangat dibutuhkan bagi seorang peserta didik untuk terus dan suka belajar.
Berdasarkan hasil dari evaluasi pembelajaran terdahulu melalui observasi bahwa
sebagian mahasiswa hanya mampu menjawab pertanyaan yang mana kalimatnya dan
kosakatanya sama dengan yang ada pada wacana.
Oleh karena itu, untuk menyikapi permasalahan ini diperlukan metode pembelajaran
yang lebih komunikatif dan materi yang menunjang dan lebih interaktif. Penulis
menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (Student-Centered
Learning) untuk membantu cara menghafal makna kosakata dan makna pola kalimat yang
ada pada buku pelajaran. Cara yang di pakai adalah dengan membuat kelompok yang mana
tiap-tiap kelompok mendapatkan tugas untuk bersama-sama memcari makna kosa kata dan
makna pola kalimat yang ada dalam bacaan yang menjadi tanggung jawabnya.
SCL tidak melupakan peran dosen, dalam SCL dosen masih memiliki peran seperti
(1) bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran; (2) mengkaji
kompetensi matakuliah yang perlu dikuasai mahasiswa di akhir pembelajaran; (3) merancang
strategi dan lingkungan pembelajaran dengan menyediakan berbagaipengalaman belajar yang
diperlukan mahasiswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dibebankan pada matakuliah
yang diampu; (4) membantu mahasiswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya
untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan nyata; (5) mengidentifikasi dan
menentukan pola penilaian hasil belajar mahasiswa yang relevan dengan kompetensinya.
Sementara itu, peran yang harus dilakukan mahasiswa dalam pembelajaran SCL adalah (1)
mengkaji kompetensi matakuliah yang dipaparkan dosen; (2) mengkaji strategi pembelajaran
yang ditawarkan dosen; (3) membuat rencana pembelajaran untuk matakuliah yang
diikutinya; (4) belajar secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan
terlibat dalam pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir;
(5) tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi) baik secara individu maupun
berkelompok; (6) mengoptimalkan kemampuan dirinya.
Sedangkan Pada TCL (Teacher Centered Learning), peran mahasiswa untuk aktif
dalam perkuliahan menjadi terbatas. Perbaikan dari metode ini biasanya berupa diskusi tanya
jawab tetapi dengan tetap mengedepankan peran dosen dalam perkuliahan. Dalam bahasa
lain, ilmu pengetahuan dianggap sudah jadi dan dosen disini dikatakan melakukan transfer of
knowledge.
~ 150 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Metode pembelajaran dengan pendekatan SCL merupakan metode pembelajaran yang
menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar mengajar. Metode pembelajaran
dengan student centered menjadikan peserta didik aktif dan mandiri dalam proses belajarnya,
mampu menemukan sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab pertanyaannya dan
memiliki kemampuan dalam membangun serta mempresentasikan pengetahuannya
berdasarkan kebutuhannya. Dalam batas-batas tertentu peserta didik mampu untuk memilih
sendiri apa yang akan dipelajarinya
Setiap model pembelajaran selalu ada nilai positif dan negatifnya. Menurut Geraldine
O’Neil dan Tim McMahon (2005) bahwa titik perbedaan TCL dan SCL yaitu:
Teacher-Centered Learning
(TCL)
Student-Centered Learning
(SCL)
Pilihan siswa tingkat rendah Pilihan siswa tingkat tinggi
Siswa pasif Siswa aktif
Kekuatan pada dasarnya ada di Guru Kekuatan pada dasarnya ada di Siswa
1.1 Perumusan Masalah
Peran mahasiswa dalam pembelajaran SCL adalah (1) mengkaji kompetensi
matakuliah yang dipaparkan dosen; (2) mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan
dosen; (3) membuat rencana pembelajaran untuk matakuliah yang diikutinya; (4) belajar
secara aktif (dengan cara mendengar, membaca, menulis, diskusi, dan terlibat dalam
pemecahan masalah serta lebih penting lagi terlibat dalam kegiatan berfikir; (5) tingkat tinggi
seperti analisis, sintesis dan evaluasi) baik secara individu maupun berkelompok; (6)
mengoptimalkan kemampuan dirinya.
Penelitian akan difokuskan pada hasil evaluasi yang dicapai oleh mahasiswa setelah
menggunakan metode SCL ini.
1.2 Tinjauan Pustaka
Student-Centered Learning Ide dasar dari student-centeredness adalah “student might
not only choose what to study, but how and why that topic might be an interesting one to
~ 151 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
study” SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai
subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner,
bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the
classroom. Dengan prinsip prinsip ini maka para mahasiswa diharapkan memiliki dan
menghayati jiwa life-long learner serta menguasai hard skills dan soft skills yang saling
mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi menjadi fasilitator, termasuk sebagai
mitra pembelajaran, tidak lagi sebagai sumber pengetahuan utama.
Secara operasional, di dalam SCL para mahasiswa memiliki keleluasaan untuk
mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa dan rasa), mengeksplorasi bidang/ilmu
yang diminatinya, membangun pengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya
melalui proses pembelajaran aktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan
mandiri. Keleluasaan para mahasiswa ini difasilitasi oleh dosen yang menerapkan “Patrap Tri
Loka” secara utuh (sebagaimana telah diketahui oleh para pendidik di Indonesia, yaitu “ing
ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani”). Sebenarnyalah bahwa
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengisyaratkan adanya karakteristik SCL dan “Patrap Tri Loka” Di dalam Bab III
pasal 4 ayat (3) terdapat ketentuan tentang penyelenggaraan pendidikan, sebagai berikut:
“Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat” Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (4) terdapat
ketentuan sebagai berikut: “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran”.
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan pengertian SCL di atas kami mengharapkan mahasiswa dapat lebih aktif
belajar dan mencari sumber data, lebih dapat berinteraksi dengan teman-temannya serta
mempunyai pengalaman belajar yang menyenangkan
Penelitian ini mempunyai tujuan utama,, Menganalisis hasil evaluasi dari penerapan
metode SCL pada mata kuliah Dokkai 5.
~ 152 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam memahami suatu wacana dan membantu mahasiswa menguasai bahasa
yang sedang dipelajari.
2. Hasil dan Pembahasan
2.1 Objek Penelitian
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil hasil ujian akhir
mahasiswa Universitas Darma Persada program S1 semester 5 pada mata kuliah Dokkai 5
yang dilaksanakan pada bulan Januari 2016.
Tabel 1. Rincian Responden
Jumlah Responden
Kelas A 39
Kelas B 31
Kelas A adalah kelas dengan penerapan metode SCL
Kelas B adalah Kelas tanpa metode SCL
2.2. Hasil Analisis
Tabel 2. Jumlah jawaban benar responden pada tiap-tiap pertanyaan
Pertanyaan
No. 1
Pertanyaan
No. 2
Pertanyaan
No. 3
Pertanyaan
No. 4
Pertanyaan
No. 5
Rata-rata
Kelas A 87% 74% 46% 56% 62% 65%
Kelas B 64% 48% 55% 55% 48% 54%
~ 153 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Bacaan
100%の占い師
せっかく一生懸命いっしょうけんめい
勉強べんきょう
したのにテストでいい点が取と
れなかったという経験けいけん
はだ
れにでもある。期待き た い
していたほどいい点数てんすう
がとれないとがっかりする。反対はんたい
に、思
っていたよりいい点数がとれるとうれしくなる。
私の友達にあまり勉強しないのにいい点をとる人がいる。いつも試験に出そうな
ところを予想よ そ う
して、そこだけ勉強する。そして、その予想が本当によく当あ
たるのだ。
前回ぜんかい
のテストでも、そんなところは出ないだろうと思っていたら、本当にそこが出
たので驚おどろ
いた。運がいいだけかもしれないが、私とは全く反対だ。
私は野球やきゅう
が好きなので、よく友達と一緒にどっちのチームが勝か
つか予想するのだ
が、今まで当ったことがない。私が応援おうえん
するチームは必ず負ける。先日もはずれた
方が当たった人にごちそうするという約束やくそく
をしたのだが、やはり私がごちそうする
ことになった。
ある日私は友達に「将来しょうらい
占い師になったほうがいいよ J と言われた。予想がはず
れてばかりいる私がどうして占い師になれるのだろうかと思ったが、その友達によ
ると、100%はずれる人は 100%当たる人と同じくらいすごいのだそうだ。 なるほど
と思った。お客きゃく
さんはいつも私の言ったことと反対のことを信じればいいのだか
ら。
それなら宝たから
くじも当たるのではないかと思つたので、次の日に当たりそうもな
い店に行って買ってみた。どんな結果け っ か
が出るか楽しみだ。
Soal
1. 筆者の友達はいい点をとるために、どうやって勉強していますか。
2.どうして筆者は友達にごちそうをしましたか。
3. 予想が 100%はずれる人は、運がよくないと思いますか。
4. 筆者はどうして占い師になれるのですか。
5. あなたは、どのような占いを信じていますか。
~ 154 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Kesimpulan
1. Masih ditemukan adanya mahasiswa yang tidak menjawab soal sama sekali atau jawaban
mahasiswa yang kalimatnya kurang tepat. Meskipun masih adanya kesalahan dalam
penggunaan pola kalimat namun kami dapat menarik kesimpulan bahwa mahasiswa yang
dapat memahami pertanyaan dan memahami isi bacaan lebih meningkat jumlahnya
walaupun tidak terlalu banyak.
2. Metode pembelajaran dengan cara mahasiswa melakukan presentasi di kelas kami nilai
kurang efektif karena mahasiswa terlalu berkonsentrasi dengan materi yang menjadi
bagiannya saja sehingga kurang memperhatikan presentasi teman-temannya.
Daftar Pustaka :
Creswell, J, W.2010. Research Design (terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Pongtuluran, A dan Rahardjo, A.I. 1999. Student-Centered Learning: The Urgency and
Possibilities. Seminar Sehari : Innovative Approaches in Higher Education,
Universitas Kristen Petra, Surabaya, 28 Agustus. 1999
Rasiban, Linna Meilia. Penerapan Student Centered Learning (SCL) Melalui Metode
Mnemonik dengan Teknik Asosiasi pada Mata Kuliah Kanji Dasar, Jurnal Ilmiah
Rogers, C. 1983. As a teacher, can I be myself? In Freedom to learn for the 80s. Ohio:
Charles E. Merrill Publishing Company
~ 155 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISIS PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI PADA BIDANG
PETERNAKAN AYAM PETELUR DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Aji Setiawan
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik
Universitas Darma Persada
Abstrak
Kebutuhan sistem informasi terus berkembang pesat diberbagai bidang namun berbeda jika
dibandingkan dengan perkembangan teknologi informasi didunia peternakan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak berdasarkan kemanfaatan (perceived
usefullness) dan kemudahan (perceived ease to use) terhadap niat (intention to use)
menggunakan sistem berdasarkan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) dengan
sebelumnya membuat model prototipe Poultry Management System (PMS) yang diberi nama
Indo-Layer. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan metode statistik dengan
teknik Multivariate Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan aplikasi smartPLS
3.2. Hasil penelitian menunjukan hubungan yang positif antara persepsi kemanfaatan
(perceived usefullness) dan kemudahan (perceived ease to use) terhadap niat (intention to
use) menggunakan sistem berdasarkan model prototipe Indo-Layer yang telah dibuat.
Kata kunci : Technology Acceptance Model (TAM), Poultry Management System (PMS),
Structural Equation Modeling (SEM), Indo-Layer, smartPLS 3.2.
1. PENDAHULUAN
Proses perubahan dan perkembangan teknologi informasi terus berkembang dengan
sangat pesat hampir diseluruh bidang produktif baik penyedia layanan sampai jasa namun
berbeda jika kita sandingkan dengan perkembangan teknologi di dunia peternakan. Padahal
menurut data tercatat Jumlah populasi ayam ras petelur di Indonesia dari tahun 2007 hingga
2009 adalah 94,4; 108; 115 juta ekor (BPS, 2012) dan konsumsi rata-rata perminggu setiap
orang sebesar 0,169 kg.
Berdasarkan latar belakang tersebut diperlukan kajian mengenai penggunaan sistem
informasi yang saat ini digunakan dan apa yang menjadi persoalan untuk mendukung
peningkatan produktifitas ayam petelur sehingga output yang diharapkan dari penelitian ini
adalah tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak.
~ 156 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kegunaan sistem informasi (usefulness) mempengaruhi niat untuk
menggunakan (intention to use) pada CV Citra lestari farm.
2. Apakah persepsi kemudahan (perceived ease to use) berpengaruh langsung
terhadap niat (intention to use) dalam adopsi PMS?
3. Bagaimana membuat rancangan model atau prototipe PMS yang ditawarkan bisa
sesuai dengan kebutuhan pengguna.
1.2. Batasan Masalah
Untuk melakukan penelitian ini perlu dilakukan pembatasan masalah untuk
memfokuskan penelitian dan keterbatasan waktu, batasan masalah yaitu pada salah satu
peternakan telur di setu bekasi, jawa barat.
1.3. Tinjauan Pustaka
1.3.1. Technology Acceptance Model (TAM)
Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna
komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude),keinginan
(intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship).Tujuan model ini
untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan
pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan
dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user).
Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap - tiap perilaku pengguna dengan dua
variabel yaitu :
1. Kemudahan penggunaan (ease of use)
2. Kemanfaatan (usefulness)
Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna (davis, 2005).
Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan
menentukan sikapnya dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas
menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan
(usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use).
~ 157 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1.3.2. Poultry Management System (PMS)
Secara umum istilah budidaya ayam biasa disebut dengan poultry, Poultry
Management System adalah sebuah sistem informasi yang dikhususkan untuk ayam. Dimasa
depan sudah menjadi keharusan sebuah sistem mendukung proses dan manajemen
peternakan unggas (H.A. Elson, 1988). Manajemen unggas yang baik merupakan hal penting
dalam memastikan keberhasilan usaha ayam petelur. Itu sebabnya diperlukan perangkat
lunak yang mudah digunakan, yang memungkinkan peternak fokus pada pengelolaan ayam
sementara IT diharapkan bisa menjadi supporting untuk mengoptimalkan bisnis perunggasan
ini.
Bisnis peternakan unggas umumnya menguntungkan dan jika dijalankan dengan
benar, apalagi jika dibantu dengan software peternakan unggas yang baik. Sebuah bisnis
unggas dapat fokus pada produksi telur dan pembibitan ayam, karena itu dibutuhkan sebuah
sistem Poultry Management System yang sesuai dengan kebutuhan para peternak
diindonesia.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menguji tingkat persepsi berdasarkan metode TAM dengan konstruk
kemanfaatan (perceived usefullness) terhadap niat untuk menggunakan
(intention to use) dalam adopsi PMS.
2. Mengungkap pengaruh persepsi kemudahan berdasarkan metode TAM dengan
konstruk (perceived ease to use) terhadap niat untuk menggunakan (intention
to use) dalam adopsi PMS.
3. Membangun sebuah prototipe perancangan model dan aplikasi PMS sebagai
media uji metode TAM.
1.5. Metodologi penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian maka metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif (descriptive research) dengan analisis korelasional yang
membentuk analisis untuk menjawab pertanyaan pengaruh beberapa variabel. Variabel yang
diukur dibedakan atas dua hal yaitu variabel bebas/independen yang terdiri dari kegunaan
~ 158 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
sistem informasi (perseived usefulness (X1)) dan kemudahan penggunaan (perseived ease of
use (X2)) sedangkan variabel terikat/dependen adalah intention to use (Y).
Kuesioner disusun berdasarkan model TAM, data yang diperoleh kemudian dianalisis
dengan menggunakan teknik permodelan statistik SEM dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pengambilan data dilakukan terhadap para pegawai dilingkungan perusahaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dimana data tersebut diperoleh
langsung dilapangan (Hasan, 2002), metode pengambilan sampelnya menggunakan
purposive sampling dengan kriteria (1) responden yang dipilih adalah pegawai perusahaan.
(2) responden telah menggunakan system indo-layer. Sebanyak 35 kuesioner diberikan
langsung kepada para pegawai, dimana sebelumnya telah dilakukan simulasi untuk
mengurangi peluang terjadinya ketidakvalidan dalam pengisian kuesioner, skala diukur
berdasarkan model skala Likert (1-6).
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Model Sistem Prototipe
Model PMS yang diujicoba dilapangan adalah model yang dibuat diberi nama Indo-
Layer. Model Indo-Layer merupakan model PMS (Poultry Management System) berbasis
web untuk kebutuhan operasional peternakan khususnya ayam petelur. Tujuan dari indo-
layer tidak lain sebagai media edukasi peternak dalam memanfaatkan IT sebagai media
pendukung untuk mengelola peternakan ayam petelurnya. Berikut merupakan arsitektur dan
interface prototipe indo-vote yang dibuat.
Internet
Primary
Database
Notebook / PC
Web Server
Smart Phone
~ 159 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2.2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik responden berdasarkan usia dan media
sebagaimana tertera pada tabel berikut :
No Umur (Tahun) Jumlah Persentase
1. 18-25 8 23%
2. 26-35 21 60%
3. > 36 6 17%
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer, diolah (2016)
o Media / Perangkat IT Jumlah Persentase
1. PC Desktop 5 14 %
2. Laptop/notebook 8 23 %
3 Smartphone 22 63 %
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer, diolah (2016)
2.3. Analisis Measurement Model (Outer Model)
Tahapan-tahapan dalam melakukan pengujian measurement model (outer
model) dengan pendekatan PLS adalah sebagai berikut :
~ 160 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
a. Pengujian individual item reliability
Berdasarkan skema output path diagram pada gambar diatas, dapat dilihat
bahwa tidak ada indikator yang perlu dieliminasi karena seluruh indikator
memiliki nilai factor loading > 0,50.
b. Pengujian internal consistency
Nilai composite reliability dan cronbach’s alpha dari model penelitian,
dapat dilihat pada Tabel berikut.
AVE Composite
Reliability
R Square Cronbachs
Alpha
Perseived usefulness 0,721 0,911 0,867
Perseived ease of use 0,689 0.866 0.772
Intention to use 0,652 0.848 0,419 0.733
Sumber : Data Primer, diolah (2016)
Jika kita melihat Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai composite reliability dan nilai
AVE setiap variabel lebih besar dari 0,70 sebagai cut-off value-nya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua konstruk memenuhi kriteria reliabel dan valid. Sedangkan untuk
nilai cronbach’s alpha, seluruh variabel memiliki nilai diatas nilai yang direkomendasikan (
> 0,70), yaitu variabel intention to use. Oleh karena itu, internal consistency dapat
disimpulkan telah terpenuhi.
Setelah melakukan seluruh pengujian measurement model diatas, telah terbukti
bahwa penelitian sudah memenuhi persyaratan seluruh tahapan pengujian. Kesimpulan yang
didapat dari pengujian diatas yaitu proses pengujian structural model sudah dapat dilakukan.
Pengujian structural model dimaksudkan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis
yang diajukan.
2.4. Analisis Structural Model (Inner Model)
Pengujian hipotesis didasarkan pada nilai yang terdapat pada output result for inner
weight. Tabel berikut memberikan output estimasi untuk pengujian model structural.
Original
Sample
Estimate (O)
Mean of
Subsamples
(M)
Standard
Deviation
(STEDEV)
T-Statistics
(|O/STERR|)
~ 161 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
PEU -> IU 0,240 0,237 0,296 1,809
PU -> IU 0,342 0,319 0,268 2,275
Sumber : Data Primer, diolah (2016)
Tingkat signifikansi path coefficient didapat dari nilai t-value dengan menjalankan
algortima Bootstrapping, yang digunakan untuk menentukan diterima atau ditolaknya
hipotesis yang diajukan. Tingkat signifikansi 0,05, hipotesis akan diterima apabila t-value
melebihi titik kritis sebesar 1,645. Tabel dibawah ini merupakan rangkuman dari hasil
pengujian hipotesis dengan pendekatan PLS.
Path
Coefficient
T-Value Keterangan
Perseived usefulness -> Intention to Use 0,342 2,275 Signifikan
Perseived ease of use -> Intention to Use 0,240 1,809 Signifikan
Berdasarkan hasil uji structural model yang terdapat pada tabel diatas, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
a. Hipotesis bahwa perseived usefulness berpengaruh terhadap intention to use terbukti
signifikan dengan koefisien sebesar 2,275. Oleh karena itu hipotesis ini diterima.
b. Hipotesis bahwa perseived ease of use berpengaruh terhadap intention to use terbukti
signifikan dengan koefisien sebesar 1,809. Oleh karena itu hipotesis ini diterima.
3. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penggunaan teknologi PMS dalam
peternakan ayam petelur disalah satu perusahaan berdasarkan model prototipe e-voting yang
sudah dibuat yaitu indo-layer. Beberapa variabel diuji dengan menggunakan teknik analisis
Partial Least Square (PLS) atau biasa disebut variance based SEM, tools yang digunakan
untuk menganalisis hubungan antar variabel tersebut, menggunakan SmartPLS 3.2.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil demografi mayoritas usia responden berumur 26-35 (60%), hasil
menunjukan responden berada pada usia dewasa produktif.
b. Penggunaan smartphone sebesar 63%, menandakan bahwa responden sudah cukup
familiar dengan perkembangan teknologi
~ 162 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
c. Terdapat pengaruh signifikan antar faktor perseived usefulness & perseived ease of use
menentukan niat penggunaan sistem, ini menandakan semakin bermanfaat dan semakin
mudah sebuah sistem dimata responden bisa menentukan niat untuk menggunakan
sebuah sistem PMS.
d. Berdasarkan hasil penelitian, prototype indo-layer yang telah dievaluasi dikatakan
efektif dikarenakan beberapa faktor/pola adopsi kesuksesan dapat diterima (perseived
usefulness & perseived ease of use).
4. SARAN
Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, perlu dipertimbangkan beberapa saran agar
penelitian mendatang menjadi lebih baik lagi. Saran-saran yang diajukan berdasarkan
keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini. Berikut adalah saran-saran yang bisa
dipertimbangkan :
(1) Pembuatan dan pengembangan PMS sepatutnya dapat mengakomodir pengguna gadget,
hal ini melihat data demografi bahwa pemilih yang terbiasa menggunakan gadget sebesar
63%, persentase tersebut akan semakin besar ditahun-tahun kedepan dikarenakan teknologi
smartphone dapat menjawab segala kebutuhan individu dalam berkomunikasi dan
multimedia.
(2) Pengembangan selanjutnya bisa lebih menekankan pada bagaimana sistem dapat
membantu pemilik dalam memonitor dan meningkatkan produktivitas produksi nya.
Diperlukan standar peternakan ayam berdasarkan strain ayam yang telah digunakan
diberbagai negara.
(3) Peneliti selanjutnya agar selalu tetap mengacu pada padoman manfaat (usefulness) dan
kemudahan (ease of use) pengguna karena kedua faktor tersebut dalam penelitia ini telah
terbukti signigikan mempengaruhi niatan responden untuk menggunakan sebuah sistem.
~ 163 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, John E., et al. (2006). The Drivers for Acceptance of Tablet PCs by Faculty in a
Collage of Business. Journal of Information Systems Education, 17(4), 429-440.
Davis, Fred D., 1989, “Measurement Scales for Perceived Usefulness and Perceived Ease
of Use”, (retrieved, 23 Desember 2005)
H. A. Elson (1988). Poultry management systems—Looking to the future. World's Poultry
Science Journal, 44, pp 103-111. doi:10.1079/WPS19880014.
Hair, Joseph F., Black, William C, Babin, Barry J., Anderson, Rolph E., & Tathan, Ronald
L. (2006). Multivariate Data Analysis (6th ed). New Jersey : Prentice-Hall, Inc
Hasan, M.I (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Kementan (2015). Buku Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015. Direktorat
Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, ISBN : 978 - 979-628-031- 5
Gardner, C. dan Amoroso, D.L. (2004), “Development of an instrument to measure the
acceptance of internet technology by consumers”. Proceedings of the 37 Hawaii
International Conference on System Sciences, IEEE, Washington, Vol. 8, 5-8
January.
Sanchez, Gaston. (2009). Partial Least Squares Frequently Asked Questions. Department
of Statistics and Operations Research, Universitat Politecnica de Catalunya.
Sekaran, U., 2003. Research Method for Business 4thed, New York : John Wiley & Son.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Udeh, Ezejiofo Patrick. (2008). Exploring User Acceptance of Free Wireless Fidelity
Public Hot Spots : An Empirical Study. Human Technology : An Interdisipliniary
Journal on Humans in ICT Environments, 4(2), 144-168. http://pinsar.com
~ 164 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA
Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro
Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada
Abstrak
Gasifikasi biomassa telah mulai digunakan sejak perang dunia ke II, untuk transportasi.
Sejak terjadinya krisis energi teknologi ini mulai dilirik kembali, karena sifatnya yang
tidak menghasilkan emisi gas CO2 dan menggunakan sumber bahan bakar yang terbarukan.
Gasifikasi biomassa dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas sekaligus
sehingga total effisiensinya mncapai >70%. Penelitian yang dilakukan berupa gasifikasi
biomassa downdraft gasifier skala kecil menggunakan bahan bakar limbah biomassa
seperti tempurung kelapa, ranting kayu, dll. Hasil percobaan yang dilakukan belum begitu
berhasil karena suhu reaktor belum mencapai sasaran. Untuk itu telah dilakukan perbaikan
rancangan.
Kata kunci : biomassa, downdraft gasifier, gasifikasi, energi termal, rancangan
1. PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai potensi limbah biomassa setara dengan 32.654 MW dan baru
sekitar 1.717 MW yang dimanfaatkan. Sumber limbah biomassa ini tersebar di seluruh
plosok tanah air tetapi belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pembangunan
ekonomi daerah. Menghadapi krisis energi Indonesia seharusnya lebih menggalakkan
pemanfaatan sumber energi terbarukan yang total potensi dari hidro, panas bumi dan
biomassa bisa mencapai 136.5 GW belum termasuk sumber energi surya, angin dan
samudera. Jumlah ini jauh melampaui listrik terpasang saat ini jumlahnya sekitar 49 MW
yang terdiri dari pembangkit PLN maupun swasta.
Teknologi gasifikasi untuk suad dimulai sejak tahun 1788 dimana Robert Wagner
memperoleh patennya. Kemudian tahun 1840 Prancis sudah berhasil mengkomersialkan
teknologi konversi biomassa ini. Tahun 1901 J.W. Parker berhasil membuat gasifier untuk
menjalankan kendaraan dan pada tahun 1939, 90% dari total 250000 kendaraan di Swedia
menggunakan teknologi gasifikasi biomassa. Di Indonesia penelitian gasifikasi biomassa
telah dimulai oleh ITB sejak tahun 1976 bekerjasama dengan Universitas Twente.
Penelitian ini mencoba untuk merancang sebuah gasifikasi limbah biomassa sekala
kecil dengan menggunakan batok kelapa sebagai bahan bakarnya.
~ 165 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. STUDI PUSTAKA
Manurung (1994) dalam disertasinya mengupas secara teori dan percobaan
mengenai gasifikasi sekam padi untuk pembangkit listrik skala kecil (30 kW). Susanto
(2015) menjelaskan secara rinci teknologi gasifikasi sekam yang sejarahnya dimulai di ITB
sejak tahun 1976. Pada awalnya mereka bekerjasama dengan TH Twente (Belanda) untuk
menghasilkan proses gasifikasi dengan umpan 2 kg/jam. Affendy, dkk. (2010) melakukan
uji variasi beban listrik dan rasio gas hasil gasifikasi sekam padi pada mesin diesel dual
fuel. Rajvanshi (1986), membahas berbagai jenis gasifikasi dan menjelaskan secara rinci
proses gasifikasi.
3. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan unjuk kerja gasifikasi
tipe down draft.
4. MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini adalah berupa rancangan gasifikasi biomassa untuk
menghasilkan panas yang dapat di manfaatkan untuk proses pengeringan dan gasnya dapat
digunakan untuk menggerakkan gas engine sebagai pemabngkit listrik skala kecil.
5. TEKNOLOGI KONVERSI BIOMASSA
Gasifikasi stasioner (fixed bed gasifier) terdiri dari 3 macam yaitu apa yang disebut aliran
keatas (Updraft). Aliran kebawah (down darft) dan aliran menyilang (cross draft). Pada
masing-masing tipe terdapat zone dalam reaktor gasifikasi yaitu: (Lihat Gbr 1 untuk tipe
aliran kebawah).
a) zona pengeringan (drying zone)
b) pirolisa –dimana tar dan zat yang mudah menguap dikeluarkan
c) pembakaran
d) reduksi
Untuk masing –masing zona terjadi reaksi berikut:
~ 166 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
a) Zone Pembakaran (Combustion zone)
Bahan bakar padat yang dapat terbakar uumnya terdiri atas beberapa elemen berupa
karbon, hidrogen, dan oxyge. Pada pembakaran sempurna karbon dioksida didapatkan
darai karbom dalam bahan bakar sedangkan air didapat dari hidrogen dalam bentuk uap
from the hydrogen, usually as steam. Reaksi pembakaran merupakan pelepasanan energi
keluar (Exothermic) dan menghasilkan suhu pembakaran teoritis 14500
C. Rekasi utama
adalah sbb.
C + O2
= CO2
(+ 393 MJ/kg mole) (1)
2H2
+ O2
= 2H2 O (- 242 MJ/kg mole) (2)
b) Zona Reduksi
Produk dari pembakaran sebagian (air, karbon dioksida dan bahan yang tidak terbakar
dipecahkan menjadi produk pirolisa) akan melawati arang yang merah menyala dimana
reaksi reduksi berlangsung.
C + CO2
= 2CO (- 164.9 MJ/kg mole) (3)
C + H2O = CO + H
2 (- 122.6 MJ/kg mole) (4)
CO + H2O = CO + H
2 (+ 42 MJ/kg mole) (5)
C + 2H2
= CH4
(+ 75 MJ/kg mole) (6)
CO2
+ H2
= CO + H2O (- 42.3 MJ/kg mole) (7)
Reaksi (3) dan (4) merupakan reaksi utama dari proses reduksi dan karena menyerap
energi dari sekeliling (endothermic) sehingga mempunyai kemampuan untuk menurunkan
suhu gas. Sebagai akibatnya suhu di zona reduksi berada antara 800-10000
C. Makin rendah
suhu zona reduksi (~ 700-8000
C), maka makin rendah nilai kalor dari gas.
~ 167 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 1. Down draft gasifier (Gasifier aliran menurun)
c) Zona pirolisa
Pirolisa dari bahan kayu merupakan proses yang rumit karena masih belum sepenuhnya di
ketahui. Produk dari pirolisa tergantung dari suhu, tekanan, lama tinggal (residence time)
dan kehilangan panas. Walaupun demikian hal berikut dapat dikemukakan. Sampai kepada
tingkat suhu 2000
C hanya air yang diuapkan. Antara 200 - 2800
C karbon dioxida asam
aseta (CH3COOH) dan air diuapkan. Padaproses pirolisa yang nyata yang terjadi antara
280 -5000
C, akan mengahilkan banyak tar dan gas yang mengandung karbon dioxida.
Disamping tar ringan juga dihasilkan methyl alkohol. Diantara 500 - 7000
C produksi gas
kecil dan mengandung hidrogen.
6. PERCOBAAN
Alat gasifikasi yang akan digunakan adalah seperti pada Gbr.2 dan 3. Sensor suhu
dari CA ditempatkan dimasing-masing zona proses dalam reaktor. Percobaan dilakukan
dengan mengisi reaktor dengan batok kelapa, setelah bobot awalnya ditimbang, kemudian
~ 168 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dinyalakan dengan menyiram reaktor dengan minyak tanah sedikit sambil menyalakan
blower. Laju aliran blower diukur dengan anemometer. Setelah beroperasi sekitar 30 menit
diharapkan gas CO , uap air dan H2 bisa terbentuk. Sampel gas dimasukkan kedalam
plastik untuk diukur komposisinya. Gas yang keluar dibakar untuk kemudian diukur
suhunya.
Gambar 2. Rancangn gasifikasi downdraft
~ 169 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 3. Alat gasifikasi yang dibuat
Gambar 4. Percobaan alat gasifikasi dengan bahan bakar tempurung kelapa
Dari Hasil ujicoba alat gasifikasi, berdasarkan disain awal diperoleh hasil sebagai berikut :
• Proses Pirolisis saat suhu mencapai 400°C, Gas Producer dari hasil proses
gasifikasi, tidak dapat dibakar
~ 170 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
• Proses reduksi pada suhu 800°C, Gas Producer yang dihasil dari proses gasifikasi
juga tidak dapat dibakar, yang artinya komposisi kimia gas CO dan H₂, keluaran
yang diharapkan, belum memadai.
UCAPAN TERIMA KASIH
Atas nama peneliti kami mengucapkan terima kasih atas dana bantuan dari Lembaga
Penelitian Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Universitas Darma Persada sehingga
penelitian ini dapat dilaksanakan
KEPUSTAKAAN
1) M. Affendi, Sugiyatno, Imam Djunaedi, Haifa Wahyu (2010). Uji Variasi Beban
Listrik Dan Rasio Gas Hasil Gasifikasi Sekam Padi Pada Mesin Diesel Dual Fuel1.
SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010. ISSN : 1411-4216
2) Susanto Herry, 2005. Pengujian PLTD gasifikasi sekam 100 kW di Haurgeulis,
Indramayu> Program Studi Teknik Kimia,FTI-ITB
3) Susanto, H (2015). Sekilas teknologi gasifikasi, Biomass gasification.
http://esptk.fti.itb.ac.id/herri/ index.html. diunduh September 2015.
4) Rajvanshi, A.K. (1986). Biomass gasification. Chapter (No. 4) in book “Alternative
Energy in Agriculture”, Vol. II, Ed. D. Yogi Goswami, CRC Press, 1986, pgs. 83-
102.
~ 171 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISA KEGAGALAN SISTEM PENDINGIN PADA KAPAL X DOUBLE
ENGINE
Shahrin Febrian, Shanty Labora Manulang, Aldyn Clinton Partahi Oloan
e-mail: [email protected],
Fakultas Teknologi Kelautan – Program Studi Teknik Perkapalan
Universitas Darma Persada
Abstrak
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.100 pulau yang dibatasi oleh perairan.
Karena luasnya wilayah perairan Indonesia ini maka negara ini memerlukan banyak kapal
sebagai sarana transportasi dan sarana untuk mendukung hasil laut Indonesia yang
melimpah dan transportasi antar pulau yang masif. Untuk itu PT. DKB membuat sebuah
kapal jenis X Double Engine yang dilengkapi dengan sistem RAS (Replenishment at Sea)
yaitu sebuah kapal untuk membantu transfer bahan bakar di laut. Namun, mesin belum
berfungsi maksimal disebabkan karena panas mesin yang berlebih, yang mana panas yang
dikeluarkan oleh mesin sehingga efisiensi dari mesin kapal tersebut menjadi menurun.
Panasnya mesin tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya masalah pada Cooler
yang tidak mampu untuk melayani kebutuhan mesin induk. Untuk itu maka perlu
dilakukan kajian ulang mengenai hal tersebut agar performa mesin optimal.
Kata kunci: Kapal, Panas, Cooler, Mesin, Efisiensi
1.2. Rumusan Masalah
Yang menjadi fokus pada penelitian ini penghitungan ulang dan penentuan ulang dari
cooler untuk mesin agar panas yang berlebih (overheating) tidak terjadi lagi dan kinerja
mesin dapat lebih meningkat dan optimal.
1.3. Batasan Masalah
Untuk memperjelas permasalahan dan ruang lingkup peneliti, maka perlu adanya batasan
masalah sebagai berikut :
1. Parameter yang diambil adalah temperatur saja.
~ 172 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2. Pembahasan hanya menghitung low temperature cooler pada mesin induk
kapal.
3. Tidak membahas fenomena perpindahan panas maupun aliran uap panas dalam
Cooler dan Heat Exchanger.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana cooler bekerja sesuai dengan desain yang
dirancang dan untuk mengetahui apakah cooler cukup untuk melayani mesin induk.
2. Memastikan kapasitas pendingin (cooler) pada low temperature sesuai dengan
kebutuhan Heat Balance.
2.1 Sistem Pendingin Pada Kapal
Mesin yang dipasang pada kapal dirancang untuk bekerja dengan efisien maksimal dan
berjalan selama berjam-jam berjalan lamanya. Hilangnya energi paling sering dan
maksimum dari mesin adalah dalam bentuk energi panas. untuk menghilangkan energi
panas yang berlebihan harus menggunakan media pendingin (Cooler) untuk menghindari
gangguan fungsingsional mesin atau kerusakan pada mesin. Untuk itu, sistem air pendingin
dipasang pada kapal.
Gbr. 1. Sistem Pendingin Utama
~ 173 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Memahami Sistem Pendingin utama
Sistem ini terdiri dari tiga rangkaian yang berbeda.
1. Sistem Air Laut: Air laut digunakan sebagai media pendingin di dalam air lautan
yang besar mendinginkan exchanger panas yang dapat mendinginkan air tawar dari
rangkaian tertutup. Mereka merupakan sistem pendingin utama dan umumnya
dipasang di kopel.
2. Sistem Temperatur rendah: Rangkaian temperatur yang rendah digunakan untuk
daerah temperatur mesin yang rendah dan Rangkaian ini secara langsung terhubung
ke air lautan utama pada pendingin pusat; maka temperatur rendah dibandingkan
dengan temperatur yang tinggi (HT sirkuit). Rangkaian LT meliputi dari semua
sistem bantu.
3. Suhu tinggi Rangkaian (HT): Rangkaian HT terutama meliputi dari sistem tabung
air pada mesin utama dimana suhu ini cukup tinggi. Suhu air HT dijaga oleh air
tawar dengan temperatur rendah berikut Tangki Ekspansi yang mengompensasi
kerugian pada rangkaian tertutup air tawar dengan menyerap peningkatan tekanan
karena ekspansi panas.
~ 174 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
START
STUDI LITERATUR
(Referensi sebagai bahan acuan)
PENGUMPULAN DATA
(Wawancara, Buku Panduan (Cooler), Data
Umum Kapal, Data Mesin Kapal, Data Sea
Trial
PERHITUNGAN BEBAN
PENDINGIN
TINJAUAN & PEMBAHASAN
KESIMPULAN
FINISH
2. METODOLOGI PENELITIAN
~ 175 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. ANALISA
Pada mulanya kapal X dipesan dengan kecepatan 18 knot tetapi setelah uji Sea Trial
diketahui bahwa kecepatan maksimum kapal hanya 17 knot hal tersebut disebabkan karena
panasnya Main Engine sehingga putaran propeller tidak dapat menghasilkan putaran yang
maksimal, dan panasnya main engine tersebut diketahui disebabkan karena kapasitas
cooler kurang dan harus ditambah agar dapat mendinginkan Main Engine.
Suhu inlet dan outlite pada Fresh water yang diukur dari main engine adalah 56,45 oC dan
38,38 oC sedangkan suhu inlet dan outlite fresh water pada cooler yang dibuat adalah
50,60 oC dan 38 oC. Lalu suhu sea water, inlet dan outlite yang diukur pada mesin adalah
32 oC dan 45 oC sedangkan suhu inlet dan outlite sea water yang direncanakan pada cooler
adalah 32 oC dan 40,96 oC. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa kapasitas dari
cooler memang kurang dan harus ditambah agar dapat mendinginkan main engine dan
dapat diperoleh kecepatan yang diinginkan.
3.1. Pemeriksaan Low Temperature Cooler Mesin Induk
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap kapal X dapat diketahui bahwa kecepatan
kapal tidak dapat mencapai kecepatan maksimal hal tersebut disebabkan karena kurangnya
kapasitas pendingin, sehingga menyebabkan mesin menjadi panas sehingga kecepatan
kapal tidak dapat terpenuhi.
Berikut adalah perhitungan yang dilakukan untuk menambah kapasitas dari cooler :
Pada Data cooler diketahui bahwa Mass Flow pada Fresh Water 138488 kg/h
sedangkan pada Sea Water 205448 kg/h, dan setelah dilakukan pengukuran saat kapal X
beroperasi adalah :
1. Mass Flow :
a. Fresh Water (FW) = 138488 kg/h =138,488 m3/h
Pada saat Pemeriksaan : Kapasitas Low Temperature (LT) Pump dilapangan 140 m3/h
Maka dapat disimpulkan Tidak ada masalah dalam aliran Fresh Water (FW) Pump.
~ 176 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
b. Sea Water (SW) = 205448 kg/h = 205,448 m3/h
Pada saat Pemeriksaan : Kapasitas Sea water Cooling pump dilapangan 200 m3/h
Maka dapat disimpulkan Tidak ada masalah dalam aliran Sea Water (SW) Cooling pump.
2. Heat Balance Sesuai Rekomendasi pembuat mesin :
Untuk menghitung rumus Heat Ballance digunakan rumus yang didapat dalam buku : The
Theory Behind Heat Transfer dari Alfa Laval Plate Heat Exchanger (hal.8).
T1 Inlet FW = 56,5 oC
T2 Outlet FW = 41 oC
T3 Inlet SW = 32 oC
T4 Outlet SW = 46 oC
∆ Ta = T1 – T4
= 56,5 oC – 46 oC
= 10,5 oC
∆Tb = T2 – T3
= 41 oC – 32 oC
= 9 oC
LMTD = Tb
Ta
TbTa
ln
= 9
5,10ln
95,10
= 9,734
3. Perhitungan luas Area kapasitas cooler yang dibutuhkan :
~ 177 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Untuk menghitung luas Area kapasitas cooler dapat digunakan rumus yang terdapat dalam
buku : The Theory Behind Heat Transfer dari Alfa Laval Plate Heat Exchanger (hal.9).
P = K x A x LMTD
Catatan : Kapasitas alat diketahui dari cooler per unit
Ln = AxLMTD
P
= K7,68 x m 34,77
kw 2020o 2
= 7,56 kw/m2 oK
Maka untuk kebutuhan yang harus ditambah adalah :
2020 = 7,56 x A x 9,734
A = )68,7734,9(56,7
2020
x
= 130 m2
P = 7,56 kw/m2oC x A x 9,734
= 2558,7 kw
A = 68,756,7
7,2558
x
= 44,07 m2
Kekurangan Luas Pendingin :
= 44,07 – 34,77 = 9,3 m2 (Perlu ditambah 27,75 % dari kapasitas cooler)
3.2. Pemeriksaan LT Cooler Mesin Induk (Portside)
~ 178 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Saat Sea Trial (Portside) :
Pemeriksaan ini dilakukan pada msin sebelah kiri terhadap kapasitas low
temperature saat kapal melakukan uji Sea Trial. Berikut adalah perhitungan yang dilakukan
untuk menambah kapasitas cooler :
1. Mass Flow : tidak ada masalah
2. Heat Balance Sesuai Rekomendasi pembuat mesin (Ref. 1)
T1 Inlet FW = 31,8 oC
T2 Outlet FW = 31,1 oC
T3 Inlet SW = 30,3 oC
T4 Outlet SW = 31,6 oC
∆ Ta = T1 – T4
= 31,8 oC – 31,6 oC
= 0,2 oC
∆Tb = T2 – T3
= 31,1 oC – 30,3 oC
= 0,8 oC
Dengan cara yang sama seperti di atas maka didapat kekurangan Luas Pendingin :
= 1,96 – 34,77 = - 32,81 m2 ( Luasan kapasitas cooler harus ditambah)
3.3. Pemeriksaan LT Cooler Mesin Induk (Starboard)
Saat Sea Trial (Starboard) :
~ 179 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Pemeriksaan ini dilakukan pada msin sebelah kanan terhadap kapasitas low
temperature saat kapal melakukan uji Sea Trial. Berikut adalah perhitungan yang dilakukan
untuk menambah kapasitas cooler :
1. Mass Flow : tidak ada masalah
2. Heat Ballance Sesuai Rekomendasi pembuat mesin (Ref.1):
T1 Inlet FW = 32,3 oC
T2 Outlet FW = 31,6 oC
T3 Inlet SW = 30,1 oC
T4 Outlet SW = 31,9 oC
∆ Ta = T1 – T4
= 32,3 oC – 31,9 oC
= 0,4 oC
∆Tb = T2 – T3
= 31,6 oC – 30,1 oC
= 1,5 oC
Dengan cara yang sama seperti di atas maka didapat kekurangan Luas Pendingin :
= 3,79 – 34,77 = - 30,98 m2 ( Luasan kapasitas cooler harus ditambah)
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas analisa yang telah dibuat, maka terdapat beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
~ 180 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
1. Pada saat uji Sea Trial (portside) kapasitas luasan cooler perlu ditambah 32,81 m2
dari luasan sebelumnya yang besarnya 34,77m2 menjadi 67,58 m2 agar kebutuhan
cooler dapat terpenuhi.
2. Pada saat uji Sea Trial (Starboard) kapasitas luasan cooler perlu ditambah 30,98
m2 dari luasan sebelumnya yang besarnya 34,77m2 menjadi 65,75 m2 agar
kebutuhan cooler dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alfa Laval Plate Heat Exchanger.”The Theory Behind Heat Transfer”.
2. Anonim. “Pembagian Heat Exchanger Berdasarkan bentuk konstruksinya”.2010.
3. Anonim. “Jenis – jenis alat penukar panas dan tipe aliran Heat Exchanger (HE)”.
2012.
4. Djunaidi.”Pemeliharaan tube – side penuh kala Rsg – Gas jangka pendek dan
jangka panjang”. Pusat Reaktor serba guna – BATAN. Kawasan puspitek Serpong
Tanggerang : Banten. 2009.
5. Frank Kreith, Mark, S Bohn. Principle of Heat Transfer, 4 th edition, Harper
collins publishers, New York. 1986, ISBN 0-06-043785-5.
6. GEA Heat Exchanger. “Operating instructions Gasked plate heat exchangers”
Version : 1.6,01-10.2014.
7. John wiley & sons. F.P Incopera, D.P. Dewitt, Fundamentals of Heat and Mass
transfer, 6 th edition.2007.
8. J.P Holman.Heat Transfer, 10 th edition, Mc Graw Hill co Singapore. 1992, ISBN
0-07-112644-0.
9. Marangtu, Stevano Victor. “Bagian Dasar-dasar perpindahan panas”.2011.
10. Maysitoh, Zuhrina ST, M.Sc dan Bode Haryanto ST, MT.”Perpindahan
panas”. (Online. Fakultas Teknik Universitas Medan. Sumatra). 2006.
11. Navy Tactics, Techniques, And Procedures. “Underway Replenishment NTTP 4-
01.4. Edition March”.2009.
12. Rahmi, Ike yulia. “Alat Penukar Panas (Heat Exchanger)”.2011.
13. Saryanto, H. “Perpindahan panas”. Model Bahan Ajar : Teknik Mesin –
Universitas Mercu Buana. Jakarta : 2002.
14. Yunus A Cengel. Heat and Mass Transfer (SI Units), A Practical Approach, 3rd
Edition. 2006.
~ 181 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
KAJIAN PERUBAHAN JANGKAR DARI MODEL LUNCURAN
MENJADI MODEL GANTUNG PADA KAPAL TONGKANG MILIK PT X
Danny Faturachman Fakultas Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada
Abstrak
Jangkar adalah perangkat penambat kapal ke dasar perairan, di laut, sungai ataupun danau
sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin, arus ataupun gelombang.
Jangkar merupakan perlengkapan berat yang dijatuhkan ke dasar laut dari kapal atau
perahu untuk mempertahankan kedudukannya agar tidak hanyut. PT X mempunyai
beberapa kapal tug boat, kapal kecil yang fungsinya menarik atau mendorong kapal besar
di pelabuhan. Selain itu kapal ini juga berfungsi untuk menarik tongkang-tongkang berisi
batu bara yang berasal dari tempat pengolahan batu bara untuk dibawa ke pelabuhan
tempat dibongkarnya batu bara tersebut untuk dibawa oleh truk pengangkut. Pada
tongkang tersebut sering terjadi kerusakan pada mesin jangkarnya terutama gigi pada gear-
box, as pulley (puli), poros utama main-gear (gigi utama), casing gear-box, gigi pada
main-gear dan lain-lain yang selama ini cukup mengganggu operasional dan kapal menjadi
idle (tertahan). Untuk itulah penelitian ini dilakukan untuk melakukan kajian perubahan
sistem jangkar model luncuran menjadi sistem baru model gantung, agar dapat
menurunkan pemakaian power winch jangkar dan kerusakan yang terjadi pada gear box
dan mesin jangkar dapat terhindar.
KATA KUNCI : jangkar, sistem luncuran, sistem gantung, tongkang
1. PENDAHULUAN
Jangkar adalah perangkat penambat kapal ke dasar perairan, di laut, sungai ataupun
danau sehingga tidak berpindah tempat karena hembusan angin, arus ataupun gelombang.
Jangkar merupakan perlengkapan berat yang dijatuhkan ke dasar laut dari kapal atau
perahu untuk mempertahankan kedudukannya agar tidak hanyut. Mungkin orang dahulu
menggunakan batu besar yang diikat pada seutas tali, namun zaman sekarang sudah
berganti jangkar dihubungkan dengan rantai yang terbuat dari besi ke kapal dan dengan tali
pada kapal kecil, perahu. Jangkar didesain sedemikian sehingga dapat tersangkut di dasar
perairan. Jangkar biasanya dibuat dari bahan besi cor.
Jangkar ini merupakan perangkat yang menjadi simbol dari hampir semua kegiatan yang
terkait dengan kepelautan ataupun maritim. Untuk menaikkan atau menurunkan jangkar
digunakan mesin derek. Ketika diturunkan jangkar akan mengait atau menyangkut lumpur
di dasar sungai atau laut. Daya penahan jangkar ditimbulkan oleh berat bodinya dan
~ 182 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
tancapan pengaitnya. Umumnya kapal besar membawa 2 buah jangkar, dan kapal kecil 1
buah. Pemilihan jenisnya tergantung pada berbagai faktor, terutama jenis kapal, ukuran dan
berat kapal serta tergantung juga kepada jenis dasar tanah laut, kondisi angina dan cuaca
waktu berlayar.
1.1 PERMASALAHAN
PT X mempunyai beberapa kapal tug boat, kapal kecil yang fungsinya menarik atau
mendorong kapal besar di pelabuhan. Selain itu kapal ini juga berfungsi untuk menarik
tongkang-tongkang berisi batu bara yang berasal dari tempat pengolahan batu bara untuk
dibawa ke pelabuhan tempat dibongkarnya batu bara tersebut untuk dibawa oleh truk
pengangkut.
Pada tongkang tersebut sering terjadi kerusakan pada mesin jangkarnya terutama gigi
pada gear-box, as pulley (puli), poros utama main-gear (gigi utama), casing gear-box, gigi
pada main-gear dan lain-lain yang selama ini cukup mengganggu operasional dan kapal
menjadi idle (tertahan).
- Kerusakan tersebut disebabkan karena adanya bentukan sudut saat jangkar mulai naik
mendekati main-deck dan ke posisi rebahnya di luncuran jangkar, sehingga bisa
menyebabkan hentakan power mesin jangkar untuk dapat jangkar bisa naik pada posisi
rebahannya
- Bentukan sudut tersebut menyebabkan beban lebih yang harus ditanggung pada sistem
winch jangkar dan gear-box nya. Dengan adanya kerusakan-kerusakan ini
mengakibatkan penggunaan jangkar tidak efisien sehingga harus sering diganti dan dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem lainnya seperti pada mesin jangkar, winch dan gear
box. Untuk itulah diperlukan perubahan jenis jangkar dari sistem luncuran menjadi
sistem gantung agar tidak terjadi pemborosan.
1.2 TINJAUAN PUSTAKA
Jangkar (Anchor) merupakan bagian dar sistem tambat kapal (mooring system), termasuk
chain (rantai jangkar), rope (tal), chain loker (kotak rantai) dan windlass (mesin penarik
jangkar). Jangkar dan perlengkapannya adalah susunan yang kompleks dari bagian-bagian
dan mekanismenya .
Bagian-bagian dan mekanismenya meliputi:
~ 183 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Jangkar (anchor);
Rantai jangkar (anchor chain);
Pipa rantai jangkar (hawse-pipe);
Bak penyimpan rantai jangkar (chain locker);
Mesin untuk mengangkat /menurunkan rantai jangkar (wind lass).
Kegunaan dari jangkar dan perlengkapannya adalah untuk membatasi gerak kapal pada
waktu berlabuh diluar pelabuhan, agar kapal tetap pada kedudukannya meskipun mendapat
tekanan oleh arus laut, angina, gelombang, dan sebagainya, selain itu juga berguna untuk
membantu penambatan kapal pada saat yang diperlukan.
Ditinjau dari penggunaanya maka jangkar dan perlengkapannya harus memenuhi
persayaratan sebagai berikut:
Harus memenuhi persyaratan mengenai beratnya, jumlahnya dan kekuatannya;
Panjang, berat dan kekuatan rantai jangkar harus cukup;
Rantai jangkar harus diikat dengan baik dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
dapat dilepaskan dari sisi luar bak rantainya;
Peralatan jangkar termasuk bentuknya, penempatannya dan kekuatannya harus
sedemikian hingga jangkar itu dengan cepat dan mudah dilayani;
Harus ada jaminan, agar pada waktu mengeluarkan rantai , dapat menahan tegangan-
tegangan dan sentakan-sentakan yang timbul.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Metode Penelitian
Menggunakan metode deskriptif analisis dengan teknik pengumpulan data berupa
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian di lapangan dengan
melakukan survey langsung ke kapal untuk melihat jangkar kapal agar bisa melihat
langsung proses perubahan jangkarnya.
2. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian dilakukan dengan cara melakukan pencarian data-data melalui
studi literatur jangkar dan peninjauan langsung ke kapal yang akan dijadikan objek
penelitian.
~ 184 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Lokasi Penelitian
Kapal-kapal yang akan digunakan sebagai objek penelitian milik PT X berada di
Pelabuhan Ratu, dan lokasi kantor perusahaan PT X di Tangerang.
4. Hasil Penelitian
Kondisi awal :
- Sering terjadi kerusakan pada mesin jangkarnya terutama gigi pada gear-box, as puli,
poros utama main-gear, casing gear-box, gigi pada main-gear dan lain-lain yang
selama ini cukup mengganggu operasional dan kapal menjadi idle.
- Kerusakan tersebut disebabkan karena adanya bentukan sudut saat jangkar mulai naik
mendekati main-deck dan ke posisi rebahnya di luncuran jangkar, sehingga bisa
menyebabkan hentakan power mesin jangkar untuk dapat jangkar bisa naik pada
posisi rebahannya.
- Bentukan sudut tersebut menyebabkan beban lebih yang harus ditanggung pada
sistem winch jangkar dan gear-box nya.
Gambar 1. Kondisi Awal Jangkar
Saat jangkar mulai naik ke posisi rebah nya (rest position) selalu terjadi beban lebih
dikarenakan adanya bentukan sudut dari rata-rata Main-deck dengan rest-position nya.
~ 185 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 2. Jangkar mulai naik ke posisi rebah
Rest-position jangkar harus dirubah, tidak rebah lagi, tapi posisi nya menggantung
seperti pada kapal keruk, Working-barge atau Jack-up Barge.
Gambar 3. Perubahan posisi jangkar dari rebah menjadi menggantung
Bentukan sudut saat jangkar mulai naik ke posisi rest-position sehingga terjadi
hentakan dan beban lebih.
~ 186 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 4. Sudut posisi jangkar
Gambar 5. Posisi jangkar berdiri tegak
Kondisi setelah dirubah :
~ 187 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
- Bentuk luncuran jangkar dirubah menjadi sistem menggantung seperti pada sistem
jangkar Working-barge atau jack-up Barge.
- Setelah dicoba turun naik beban mesin tidak berat dengan dibuktikan dengan RPM
sedang saja jangkar sudah bisa naik sedangkan sebelumnya harus dengan RPM tinggi
dan terjadi hentakan pada saat jangkar mulai naik ke posisi rebahnya.
Kondisi rest-position jangkar dirubah menjadi sistem gantung. Sehingga jangkar naik
ke posisi rest-nya hanya lurus naik saja, tidak ada bentukan sudut sehingga tidak ada
beban lebih.
Gambar 6. Posisi jangkar menggantung
Gambar 7. Posisi jangkar setelah diubah
~ 188 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. KESIMPULAN
1. Bentuk luncuran jangkar dirubah menjadi sistem menggantung seperti pada sistem
jangkar Working-barge atau jack-up Barge, yaitu sistem tongkang kerja yang
mempunyai kaki-kaki pada setiap sudutnya dan kaki-kakinya bisa turun naik
menggunakan hidrolik. Setelah dicoba turun naik beban mesin tidak berat dengan
dibuktikan dengan RPM sedang saja jangkar sudah bisa naik sedangkan sebelumnya
harus dengan RPM tinggi dan terjadi hentakan pada saat jangkar muali naik ke posisi
rebahnya.
2. Sudut jangkar dibuat 70o agar lebih ringan gaya geseknya. Tidak dilakukan perhitungan
secara detil tetapi dengan sudut 70o posisi jangkar lebih baik dan tidak ada gaya gesek.
Selain itu tidak terjadi hentakan pada saat jangkar menekuk untuk posisi rebah di lokasi
rest-nya.
3. Dapat meminimalisasi kerusakan-kerusakan yang diakibatkann penggunaan jangkar
yang tidak efisien yang tadinya model luncuran sehingga harus sering diganti serta
dapat mengurangi kerusakan pada sistem lainnya seperti pada mesin jangkar, winch
dan gear box.
DAFTAR PUSTAKA
1. Biro Klasifikasi Indonesia: “Rules BKI Vol. II section 18 (equipment)”, 2014.
2. Khetagurov, M.: “Marine Auxiliary Machinery and System”, 2014.
3. Soekarsono NA: “Buku Diktat Konstruksi Kapal”, edisi 1, Fakultas Teknologi
Kelautan, 1991.
4. Navale-engineering.blogspot.co.id: “Sistem Labuh dan Tambat”, 2012.
5. Operator-it.blogspot.co.id: “Perlengkapan Jangkar Kapal”, 2013.
~ 189 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
ANALISIS DESAIN AWAL RANCANG BANGUN PEMINDAI
BAWAH AIR (UNDERWATER) DENGAN SENSOR YANG MAMPU
MENGIDENTIFIKASI OBYEK
Shanty Manullang, Agustinus P. Kindangen, Agus Setiawan
Program Studi Teknik Perkapalan,
Fakultas Teknologi Kelautan
Universitas Darma Persada
Abstrak
Remotely Operated Vehicle (ROV) adalah robot bawah air yang dapat bermanuver
secara tinggi, dioperasikan oleh seseorang di atas kapal. Jenis ROV yang diteliti adalah
Observation class (Kelas observasi). Penelitian dikembangkan untuk membuat desain awal
sensor yang diletakkan dibody ROV agar dapat mendeteksi objek yang ada di dalam
perairan.Desain dan rancangan ROV dibuat dengan menggunakan software desain Google
Sketch Up 8 dan juga Autocad 2010. Pembuatan desain ini dimaksudkan untuk
memudahkan proses pembuatan konstruksi alat hingga tata letak komponen. Dari hasil
analisis awal rancangan ROV yang dibuat memenuhi standart rancangan .Sensor yang
dipakai sedang dalam proses pengujian. Mesin penggerak ROV ketika masuk ke dalam
perairan mengalami sedikit kebocoran karena masalah kekedapan air pada bodynya.
Kesulitan dalam penelitian ini, pada proses pembuatan molding ROV karena ukurannya
yang kecil dan banyaknya tekukan/lengkungan pada ROV tersebut membutuhkan waktu
yang lama.
Kata Kunci ROV, rancangan, dan sensor
1. PENDAHULUAN
Robot adalah segala peralatan otomatis yang dibuat untuk menggantikan fungsi yang
selama ini dikerjakan oleh manusia. Namun dalam perkembangan selanjutnya, robot
diartikan sebagai manipulator multifungsional yang dapat diprogram, yang dengan
pemrograman itu ditujukan untuk melakukan suatu tugas tertentu, Salah satu robot yang
penting dibangun untuk membantu kemudahan manusia adalah robot bawah air
(underwater).
Robot bawah air dikembangkan untuk menggantikan posisi manusia dalam
mengeksplorasi bawah laut. Eksplorasi dalam hal ini memiliki makna luas, mulai dari
eksplorasi sederhana semacam pengamatan ekosistem bawah laut, hingga eksplorasi
berisiko tinggi seperti pengambilan sampel dasar laut untuk mendeteksi logam tambang
pada kedalaman lebih dari 1000m. Eksplorasi seperti itu tetap dapat dilakukan tanpa perlu
~ 190 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
campur tangan manusia langsung dalam mengeksplorasi. Dengan menggunakan robot
bawah air, manusia hanya menunggu di daratan untuk selanjutnya tugas menjelajah bawah
air dilakukan oleh robot.
Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan penelitian khusus untuk menciptakan robot
bawah air. Perakitan robot bawah air ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penelitian
bawah air, terutama bagi negara yang cakupan perairannya luas seperti Indonesia.
Kebutuhan penelitian bawah air tersebut meliputi kebutuhan terhadap pemeliharaan
sumber-sumber air bersih dari pencemaran, pencarian potensi laut dalam, kajian arkelologi
bawah air, penyelidikan sains samudera serta pemetaan dan pengukuran bawah air.
Kebutuhan penelitian bawah air tersebut menyebabkan kegiatan penelitian robot bawah air
menjadi salah satu bidang teknologi robot yang penting dan terus berkembang pula.
Penelitin ini sendiri sudah dilakukan beberapa tahap di UNSADA, pada awalanya
penelitian ini hanya untuk merancang desain yang tepat untuk ROV, pada
perkembangannya penelitian selanjutnya dilakukan untuk meneliti kekedapan air dari
desain rancangan tersebut. Sedangkan saat ini penelitian dikembangkan untuk membuat
desain awal sensor yang diletakkan dibody ROV agar dapat mendeteksi objek yang ada di
dalam perairan.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah ROV jenis Observation class (Kelas observasi).
Observation class (Kelas observasi). ROV kelas observasi didesain secara khusus untuk
penggunaan yang ringan dengan sistem propulsi untuk membawa paket kamera dan sensor
ke tempat yang dapat diambil gambar atau data yang berguna. ROV kelas observasi yang
terbaru memiliki kemampuan yang lebih dari hanya sekedar melihat. Penambahan
peralatan dan instrumen di dalam ROV memungkinkan wahana ini untuk melakukan
kegiatan sebagai wahana bawah air yang memiliki fungsi penuh.
Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan desain yang terbaik membangun
robot bawah air (underwater) dengan menggunakan sensor dan meganalisis desain awal
robot bawah air (underwater) yang dapat mendeteksi sebuah obyek.
Metode yang dipakai antara lain adalah :
1. Membuat Desain Body Kapal dengan menggunakan dibuat dengan menggunakan
software desain Google Sketch Up 8 dan juga Autocad 2010. Pembuatan desain ini
~ 191 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
dimaksudkan untuk memudahkan proses pembuatan konstruksi alat hingga tata letak
komponen.
2. Tahap ke dua, awal pembuatan di mulai dari penentuan ukuran utama, setelah
penentuan di dapatkna dimensi utama model.
Gambar 1 . Ukuran utama badan (body) ROV
Gambar 2 . Ukuran utama badan (body) ROV
Gambar 3.. Lines Plane ROV
Pembuatan desain awal di sini menggnakan beberapa perhitungan dan gambar utama
dengan software Autocad 2010, gambar di atas menunjukna perencanaan awal pada
pembuatan badan (body) ROV yang akan dibuat.
~ 192 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Pembuatan komponen elektronik
Komponen elektronik adalah semua komponen pada robot yang dapat difungsikan
dengan bantuan energy listrik yang bersumber dari baterai robot. Melalaui komponen
inilah, robot dapat diberikan perintah untuk melakukan fungsi tertentu sesuai dengan
program yang diberikan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tentang ROV yang dilakukan adalah ROV jenis Observation class (Kelas
observasi). ROV kelas observasi didesain secara khusus untuk penggunaan yang ringan
dengan sistem propulsi untuk membawa paket kamera dan sensor ke tempat yang dapat
diambil gambar atau data yang berguna. ROV kelas observasi yang terbaru memiliki
kemampuan yang lebih dari hanya sekedar melihat. Penambahan peralatan dan instrumen
di dalam ROV memungkinkan wahana ini untuk melakukan kegiatan sebagai wahana
bawah air yang memiliki fungsi penuh.
Dari Hasil desain dan rancangan ROV yang dibuat dengan menggunakan software
desain Google Sketch Up 8 dan juga Autocad 2010 ditentukanlah model ROV yang ingin
dibuat. Pembuatan desain ini dimaksudkan untuk memudahkan proses pembuatan
konstruksi alat hingga tata letak komponen.
Tahap dari sebuah perancangan atau perencanaan di mulai dari awal kita merancang
desainnya. Langkah awal pembuatan di mulai dari penentuan ukuran utama, setelah
penentuan di dapatka dimensi ukuran yaitu :
panjang badan : 800 mm
panjang maxsimum : 1000 mm
lebar : 200 mm
Lebar maxsimum : 260 mm
tinggi maxsimum d: 200 mm
~ 193 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 4. Cetakan model ROV
Berdasarkan desain yang telah ada biasanya robot bawah air hanya benbentuk
kerangka pipa dan bagian komponen lainya, kali ini pembuatan robot bawah air di desain
menyerupai mobil racing . Dan memiliki bagian sendiri. Desain badan badan (body) robot
bawah air (ROV) di pilih dari beberapa desain robot bawah air (ROV) sebelumya dan
karna bentuk dari badan (body) robot bawah air (ROV) yang mudah di realisasikan.
Gambar 4 diatas steroform ROV yang diteliti, memiliki fungsi sebagai model
pembuat cetakan pada komponen robot bawah air (ROV) setelah cetakan kering baru
dibuat ROV yang sebenarnya. Pembuatan cetakan ini yang membutuhkan waktu yang
cukup lama karena cetakan harus benar-benar kering.
Gambar 5. Monitor mobil yang dipakai untuk melihat hasil sensor
ROV rancangan
~ 194 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar diatas merupakan salah satu komponen elektronik yang dipakai untuk
mengetahui keadaan bawah air, apakah kamera san alat sensornya berfungsi, adapun yang
dipakai untuk itu adalah monitor mobil.
Dari analisa data yang kita lakukan ternyata robot bawah air (ROV) yang tidak
berawak juga harus bisa menjaga kekedapan untuk component elektronik di dalamnya.
Gambar 6. Rov yang telah dibuat .
Kipas baling-baling diperlukan sebagai penggerak utama robot bawah air (ROV).
Kipas tersebut berfungsi selayaknya roda untuk robot yang bergerak didaratan. Jika remote
control memberikan perintah berupa pergerakan maju maupun mundur, maka kipas inilah
yang berfungsi untuk menggerakkan robot bawah air (ROV) untuk dapat bergerak maju
maupun mundur.
Air laut merupakan suatu zat fluida yang berhubungan dengan tekanan dan arus di
dalamnya, jika di lihat dari sejarah robot bawah air (ROV) pada umumnya 80% data
menunjuka bagian badan (body) robot bawah air (ROV) hanya mengunakan pipa-pipa/
rangka yang berbentuk kotak (box), sedangkan ROPV yang dirancang memiliki body yang
didesain sedemikian rupa.
Gambar 6. diatas adalah model ROV yang diteliti, dari hasil pengamatan dan
percobaan didapatkan hasil bahwa sensornya sudah mampu mendeteksi adanya benda
dalam air ketika sensor menyentuh benda tersebut, hanya belum dapat diperinci benda
tersebut apakah logam atau tidak. Kamera sebagai layar untuk dapat mengetahui keadaan
bawah air berfungsi dengan baik, dan hasilnya di layar jernih.
~ 195 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Ketika ROV masuk kedalam perairan mengalami sedikit kendala ketika akan turun
ke dalam dasar perairan karena daya dorong mesinnya kurang kuat untuk membuat body
ROV tenggelam, msih lebih kuat daya bouyancynya.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil analisis awal rancangan ROV yang dibuat memenuhi standart rancangan .
2. Mesin penggerak ROV ketika masuk ke dalam perairan mengalami sedikit kebocoran
karena masalah kekedapan air pada bodynya dan prosese tenggelamnya membutuhkan
waktu yang cukup lama.
3. Kesulitan dalam penelitian ini, pada proses pembuatan molding ROV karena
ukurannya yang kecil dan banyaknya tekukan/lengkungan pada ROV tersebut
membutuhkan waktu yang lama.
Saran
1. Perlu dilakukan pengujian skala Laboratorium untuk melihat pengaruh gelombang
terhadap konstruksi ROV .
2. Perlu dilakukan juga pengujian terhadap sensor jika dilakukan di perairan yang
bergelombang
DAFTAR PUSTAKA
ESDM. Wilayah Perairan Indonesia Simpan Potensi Energi Listrik Dari Arus Laut.
http://esdm.go.id/ . Diakses tanggal 24 Mei 201
ITB. Prof. Safwan Hadi, Ph.D: Energi Listrik Alternatif Berbasis Arus Laut
Indonesia.http://www.itb.ac.id/. Diakses tanggal 24 Mei 2015
McGrath, Beth, et al. 2008. Underwater LEGO Robotics as the Vehicle to Engage Students
in STEM: The BUILD IT Project’s First Year of Classroom Implementation.
Stevens Institute of Technology. Columbia Universit
Putri, Tri Wahyu O. 2012. Robot Bawah Air Untuk Pemetaan Dasar Laut Berbasis PLC
Omron. Tugas Mata Kuliah Teknik Otomasi. Universitas Brawijaya, Malang
Wettergreen, David, et al. 1999. Autonomous Guidance and Control for an Underwater
Robotic Vehicle. Robotic Systems Laboratory, Department of Systems
Engineering, RSISE, Australian National University, Canberra, ACT 0200
Australia.
~ 196 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
STUDI KEBUTUHAN GALANGAN UNTUK KAPAL PERINTIS SEBAGAI
PENDUKUNG KONEKTIVITAS DI INDONESIA
Arif Fadillah, Putra Pratama
*) Jurusan Teknik Perkapalan, Fak. Teknologi Kelautan, Universitas Darma Persada
E-mail: [email protected]
Abstrak
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan ysng terdiri dari beribu pulau, Keberadaan
pulau dan kepulauan yang dibatasi oleh laut menjadikan angkutan laut sebagai kebutuhan
untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut pelayaran perintis yang menghubungkan
daerah terpencil dengan daerah berkembang, maka daerah dan tempat terpencil itu
diharapkan dapat memenuhi berbagai kebutuhannya dibidang transportasi dan ekonomi.
Untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis diperlukan docking di setiap trayek pelayaran
perintis untuk menjaga performa kapal dan keselamatan penumpang.
Metode yang digunakan adalah metode fishbone dan SWOT setiap pelabuhan, data
dan informasi yang didapatkan dari 11 lokasi, yaitu: Kota Padang; Kota Tanjungpinang;
Kota Kupang; Kota Kendari; Kota Bitung; Kota Ambon; Kota Ternate; Kota Sorong; Kota
Jayapura dan Kabupaten Manokwari. Berdasarkan pengumpulan data, analisa data dan
informasi terkait lainnya, dapat dilakukan pengambilan kesimpulan Lokasi galangan untuk
kapal kapal perintis yang menjadi prioritas untuk dijadikan lokasi adalah Wilayah Sorong
dan Wilayah Bitung, dimana kedua wilayah tersebut terletak berada di Indonesia bagian
Timur sedangkan Lokasi untuk wilayah barat Indonesia terpilih wilayah Tanjung Pinang
dan Tanjung Perak.
1. Pendahuluan
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan ysng terdiri dari beribu pulau, baik
pulau besar maupun pulau kecil, dimana setiap pulau atau kepulauan tersebut dipisahkan
oleh lautan. Keberadaan pulau dan kepulauan yang dibatasi oleh laut menjadikan angkutan
laut sebagai kebutuhan untuk menghubungkan pulau-pulau yang tersebar dan terpencil di
perairan Indonesia.
Pelayaran perintis yang menghubungkan daerah terpencil dengan daerah
berkembang, daerah dan tempat terpencil itu diharapkan dapat memenuhi berbagai
kebutuhannya dibidang sosial budaya, ekonomi dan bidang lain yang berhubungan dengan
hal tersebut. Untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis diperlukan usaha pengelolaan
kapal di bidang teknis kapal yang meliputi perawatan, persiangan docking, penyediaan
suku cadang, perbekalan, pengawakan, asuransi dan sertifikasi kelaiklautan kapal.
~ 197 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kebutuhan docking di setiap trayek pelayaran perintis sangat diperlukan untuk menjaga
performa kapal dan keselamatan penumpang.
Guna mendukung peningkatan pelayanan pelayaran perintis yang ada saat ini
dipandang perlu untuk dilakukan suatu studi kebutuhan galangan untuk kapal perintis
sebagai pendukung konektivitas di Indonesia. Selain itu dalam rangka untuk dapat
merumuskan rencana pengembangan lokasi docking untuk kapal perintis tersebut, maka
sehingga perlu dilakukan suatu studi lebih terperinci lagi terkait dengan kondisi eksisting
dan rencana pengembangan melalui tahapan survey investigasi lokasi-lokasi docking guna
memenuhi kebutuhan docking yang optimal bagi kapal-kapal perintis.
1.1 Tujuan Penelitian
Maksud kajian adalah untuk mengetahui Kebutuhan Galangan Untuk Kapal Perintis
Sebagai Pendukung Konektivitas di Indonesia serta lokasi docking yang optimal, gambaran
kondisi eksisting lokasi docking yang ada, dan desain lokasi docking yang sesuai dengan
kebutuhan kapal perintis di masa mendatang. Tujuan kajian adalah terindentifikasinya
lokasi dan kebutuhan galangan (docking) untuk kapal-kapal perintis.
1.2 Manfaat Hasil Penelitian
Penyelengaraan pelayaran perintis dilakukan untuk menghubungkan daerah yang masih
tertinggal atau wilayah terpencil yang belum berkembang dengan daerah yang sudah
berkembang maju, untuk menjaga kelaiklautan kapal perintis diperlukan usaha pengelolaan
kapal di bidang teknis kapal yang meliputi perawatan dan sertifikasi kelaiklautan kapal,
sehingga kebutuhan sarana docking pelayaran perintis sangat diperlukan untuk menjaga
performa kapal dan keselamatan penumpang untuk hal tersebut penelitian ini dilakukan.
2. Galangan Kapal
Galangan kapal adalah suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk
seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore) dan bangunan terapung (floating
plant) untuk kebutuhan pelanggan (Stroch 1995). Galangan kapal merupakan bangunan
atau tempat yang terletak ditepi pantai perairan laut atau ditepi sungai yang berfungsi
sebagai tempat untuk membangun dan mereparasi kapal.
~ 198 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
2.1 Macam Macam Galangan
a) Building Dock Shipyard (Galangan kapal jenis pembuatan)
Building dock shipyard adalah tempat yang dibangun dan digunakan untuk melakukan
satu jenis pekerjaan yakni pembuatan kapal atau pembangunan kapal baru yang dimulai
hingga awal pembuatan sampai ke tahap akhir pembuatan. Adapun proses pekerjaannya
adalah sebagai berikut: Owner request; Pre desain; Bidding( untuk kapal – kapal
tertentu); Basic desain; Detail desain; Marking; Cutting; Joining; Block assembling;
Block dutfitting; Hull outfitting; Finishing; Lounching; Seatrial; Commissioning and
Delivering
b) Repair Dock Shipyard (Galangan Kapal Jenis Perbaikan)
Repair dock shipyard adalah tempat khusus yang digunakan untuk satu jenis pekerjaan
yaitu melakukan perbaikan kapal, ,ulai kapal masuk dock sampai kapal keluar dock.
Adapun jenis pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Penerimaan kapal di
dermaga dock; Persiapan pengedokan; Pengedokan kapal (Docking); Pembersihan
badan kapal; Pemeriksaan ketebalan plat & kerusakan lambung/konstruksi lainnya;
Pemeriksaan sistem di bawah garis air; Pelaksanaan pekerjaan (konstruksi, mesin, listrik
dan lainnya); Pengetesan hasil pekerjaan; Pengecatan lambung kapal; Pemasangan
cathodic protection; Penurunan kapal dari atas dock (Undocking); Penyelesaian
pekerjaan diatas air; Percobaan/Trial dan Penyerahan kapal kepada pemilik kapal
c) Building and Repair Shipyard (Galangan Kapal Jenis Pembuatan dan Perbaikan
Kapal)
Building and repair shipyard merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan dua
pekerjaan sekaligus yakni pembangunan kapal baru dan repair atau maintenance. Proses
pekerjaan dari jenis galangan ini hampir mencangkup semua dari 2 (dua) jenis galangan
sebelumnya.
2.2 Fasilitas Galangan
Pada suatu galangan yang dapat menunjang suatu kinerja atau kemajuan dari galangan
tersebut adalah fasilitas yang diutamakan untuk membangun kapal, tetapi kita tahu bahwa
dimanapun tidak ada tempat produksi yang tidak dilengkapi juga fasilitas untuk reparasi /
perbaikan kapal. Suatu galangan kapal, minimal mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai
~ 199 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
berikut. Perletakan kantor, bengkel dan fasilitas-fasilitas yang lain sangat tergantung
kepada bentuk tanah dimana galangan kapal tersebut berada. Yang harus diperhatikan
dalam penyusunan letak bengkel ialah berusaha memudahkan urutan rangkaian pekerjaan
dan aliran material.
Fasilitas pembangunan kapal, selalu dilengkapi dengan alat angkat berat (kran), untuk
mengangkat seksi-seksi konstruksi yang telah di selesaikan di bengkel pelat. Tempat
pembangunan kapal, mempunyai paling tidak 1 (satu) lajur balok konstruksi beton, yang
merupakan sebagai tempat untuk meletakkan lunas kapal pada saat pembangunan kapal
(baru). Dari tempat pembangunan atau perbaikan kapal terdapat beberapa jenis/type tempat
pembuatan, perbaikan serta peluncuran seperti :
a) Floating dock
Konstruksi floating dock pada dasarnya adalah sama dengan konstruksi kapal yang
terdiri dari ; pontoon pengapung dan double side wall yang terbuat dari normal
shipbuilding steel. Pontoon pengapung terdiri dari komponen sistim block yang dapat di
lepas perpontoon untuk keperluan perawatan.
b) Slip Way
Slip way adalah suatu landasan dengan kelandaian tertentu yang dibangun dipantai
untuk meluncurkan kelaut ataupun menaikkan kapal dari dan ke daratan. Digunakan
untuk membangun dan mereparasi kapal.
c) Graving dock
Graving dok atau dok gali dapat di bangun pada lokasi yang relatip lebih dekat dengan
perkantoran, gudang dan perbengkelan di galangan kapal. Pemilihan type tersebut
didasarkan pada lokasi graving dock tersebut, pada dasarnya konstruksi graving dock
terdiri dari : floor, side, walls, head wall dan dock gate yang terbuat dari beton bertulang
yang kedap air. Graving dock di lengkapi dengan beberapa unit pompa pengering yang
kapasitasnya di sesuaikan dengan volume air yang masuk kedalam dock space pada
waktu kapal masuk, dan waktu yang di perlukan untuk mengeringkan kembali dock
space tersebut setelah kapal duduk di atas keel dan side block.
d) Syncrolift System
Jenis dock ini cara kerjanya hampir bersamaan dengan floating dock, tetapi pada
syncrolift memerlukan peralatan angkat berkapasitas berkapasitas besar dan banyak.
~ 200 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Dock ini akan menguntungkan jika di tambahkan suatu system transver dan areal
perawatan/perbaikan dengan system transver juga sebaiknya untuk launching kapal.
3. Data dan Informasi
Lokasi data yang didapatkan untuk studi kebutuhan galangan untuk kapal perintis sebagai
pendukung konektivitas di Indonesia terdapat 11 lokasi, yaitu: Kota Padang; Kota
Tanjungpinang; Kota Kupang; Kota Kendari; Kota Bitung; Kota Ambon; Kota Ternate;
Kota Sorong; Kota Jayapura dan Kabupaten Manokwari. Gambar berikut memperlihatkan
lokasi daerah survey data untuk penelitian yang dilakukan.
Gambar 1 Lokasi Pengumpulan Data
dari kesebelas daerah tersebut didapat data mengenai: profil daerah survey meliputi :
gambaran umum; kondisi geografi dan topografi; profil perekonomian; kondisi penduduk;
kondisi tata ruang wilayah; kondisi transportasi; profil pelabuhan daerah survey; profil
kapal perintis yang beroperasi di lokasi survey; profil galangan yang berlokasi di lokasi
survey.
Sedangkan pada alat pengedokan kapal di galangan harus mampu mengakomodir kapsitas
kapal perintis dari ukuran yang besar, sedang, dan kecil yang berukuran dari 200 GT
sampai 2000 GT. Berikut ini adalah data ukuran utama dari kapal perintis yang ada di
Indonesia.
~ 201 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Tabel 1. Data kapal perintis
No Ship Name Capacity
(GT/DWT)
Dimension
LOA LPP B H T
1 SABUK NUSANTARA
43 GT 2002 68.5 64.15 14.5 6.2 4.7
2 SABUK NUSANTARA
38 GT 1206 62.8 58.15 12 4 2.7
3 KASUARI PASIFIK II GT 745 51 46.5 9 4.5 3.2
Gambar 2 Kapal Perintis
Penentuan galangan kapal juga ditentukan dengan memperhatikan ketersediaan galangan
terhadap operasi atau trayek dari kapal perintis baik di wilayah barat dan timur Indonesia.
Pada gambar dibawah memperlihatkan posisi atau lokasi galangan di Indonesia, dimana
hampir keseluruhan galangan kapal berada di wilayah barat khususnya di Pulau Sumatera.
Adapun dari total 198 galangan yang tersebar di Indonesia dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar 3 Lokasi galangan kapal di Indonesia (sumber Kemenko Maritim)
~ 202 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Sedangkan untuk sebaran kapasitas dan galangan kapal di Indonesia dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 4. Lokasi galangan kapal di Indonesia (sumber Kementrian Perindustrian)
Dari sebaran galangan tersebut terlihat bahwa mayoritas galangan berada di
wilayah barat Indonesia, terkait dengan trayek dan jumlah kapal perintis yang beroperasi
umumnya berada di wilayah timur Indonesia sehingga untuk melakukan perawatan dan
perbaikan kapal perintis untuk wilayah timur memerlukan perhatian lebih terkait dengan
ketersediaan galangan kapal.
Sedangkan konektifitas angkutan laut juga akan mempengaruhi lokasi galangan
yang akan dipilih, terutama dengan ketersediaan material dan sparepart untuk proses
perawatan dan perbaikan kapal. Sesuai dengan program Pemerintah Indonesia pada saat ini
untuk meningkatkan konektifitas angkutan laut telah diluncurkan progam “tol laut”.
Dengan memanfaatkan program tersebut untuk efektifitas dari supply material dan
spareparts kapal sehingga kandidat pemilihan dari sisi konektifitas adalah lokasi yang
dekat dengan program tersebut. Adapun program konektifitas angkutan laut dapat dilihat
pada gambar berikut.
~ 203 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Gambar 5. Program Konektifitas Angkutan Laut di Indonesia “Tol Laut” (sumber:
Bapenas)
Dalam hal penanaman modal terkait dengan galangan kapal, Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) memetakan 12 wilayah yang potensial untuk pengembangan
industri galangan kapal. Kedua belas wilayah tersebut adalah Riau, Kepulauan Riau,
Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Utara, Papua, Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Wongsorejo Industrial Estate
Banyuwangi serta Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Jawa
Timur.
"Kedua belas lokasi tersebut berpotensi mendukung industri perkapalan dalam
berbagai lini, termasuk tiga wilayah baru potensial untuk pembangunan kapal yaitu
Wongsorejo Industrial Estate Banyuwangi, Kawasan Industri Java Integrated Industrial
Port Estate (JIIPE) di Jawa Timur serta Free Trade Zone Batam," Dari kedua belas wilayah
tersebut, Riau memiliki potensi untuk industri ship repair (perbaikan kapal), sementara
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, Papua, serta kawasan Industri Batam, JIIPE, dan Banyuwangi
berpotensi baik untuk industri ship repair maupun ship building (pembangunan kapal).
4. Analisa dan Pembahasan
Pembangunan kebutuhan galangan untuk kapal perintis adalah dengan
memperhitungkan ketersediaan galangan di wilayah operasi kapal perintis, jumlah dan
jenis kapal yang beroperasi, wilayah operasi kapal perintis dan hal lainnya yang terkait
dengan kebutuhan pembangunan galangan.
a) Analisis Lokasi Docking Kapal Perintis
Dari analisa data untuk pemilihan titik lokasi kapal perintis terdapat pada metode
tulang ikan (fishbone) ,dengan adanya diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and
~ 204 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Effect (Sebab dan Akibat)/ Ishikawa ini sebenarnya memberi banyak sekali
keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan masalah kualitas yang menjadi
perhatian penting perusahaan. Adapun kriteria pemilihan lokasi adalah sebagai
berikut:
Gambar 6 Metode Fishbone Untuk Kajian Galangan Kapal
Kriteria pemilihan lokasi galangan untuk kapal perintis adalah sebagai berikut:
1. Di sekitar sungai/laut/pelabuhan
sungai/laut bisa di katagorikan sebagai tunjangan dari aspek wilayah pelayaran atau
jalur dari perjalanan kapal perintis, dan jika dari pelabuahan bias kita devinisikan
sebagai tempat yang terdiri atas daratan atau perairan dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kapal bersandar.
2. Dekat dengan pelabuhan export-impor
Export-impor adalah suatu transaksi penerimaan dan pengiriman barang antara
wilayah atau dari satu negara ke negara lain, dan bahan-bahan dari perlengkapan
dan perbaikan yang impor dari kapal bisa lebih efiseien dan menghemat waktu.
3. SDM
Sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh pada kinerja galangan.dengan
keadaan sumber daya manusia (SDM) yang baik/memenuhi ketrampilan di
galangan bisa memajukan tinkat kualitas kemjuan serta menambah pengurangan
penganguran di wilayah tersebut.
4. Suplai material
Material adalah suatu benda yang darimana sesuatu dapat di buat darinya atau
barang yang di butuhkan untuk membuat sesuatu seperti bahan peerbaikan reparasi
~ 205 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
kapal plat baja dan bahan-bahan lainya lebih memadai/baik yang berada di daerah
tersebut agar mempermudah akses dan mengurangi impor.
5. Kebijakan pemerintah pusat terhadap industry perkapalan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memetakan 12 wilayah yang
potensial untuk pengembangan industri galangan kapal. Kedua belas wilayah
tersebut adalah Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Papua, Kawasan Perdagangan
Bebas Batam, Wongsorejo Industrial Estate Banyuwangi serta Kawasan Industri
Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Jawa Timur.
6. Rencana infrastruktur
Rencana tata ruang wilayah (RTRW) adalah rencana tata ruang yang bersifat umum
dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang
berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota, dan ketentuan
pengendalian ruang wilayah kota. Selain hal tersebut infrastruktur berupa jalan,
listrik dan infrastruktur lainnya yang mendukung pendirian galangan untuk kapal-
kapal perintis.
7. lokasi industry galangan kapal
Lokasi galangan dekat dengan lokasi penyedia material plat dan profil serta lokasi
penyedia permesinan kapal. Sangan di anjurkan unuk pendukung dan penunjang ke
dalam akses masuk yang lebih efisien waktu.
8. Rute kapal perintis
Rute/jalur kapal sebagai dari alur yang sudah di tentukan sejak dari awal sampai
akhir perjalanan. Pemilihan galangan juga sangan berpengaruh dari rute/daerah
yang telah di lalui kapal perintis. banyak juga galangan yang beda jauh tadi tempat
atau area jalur kapal perintis itu sendiri, sehingga untuk biaya perjalanan ke
galangan melebihi dari biaya reparasi kapat perintis tersebut.
9. Jumlah kapal perintis yang di layani galangan
Jumlah kapal perintis di Indonesia sangat berbanding terbalik di bandingkan dengan
keadaan galangan yang ada. Untuk mengakomodir keadaan antara jumlah kapal dan
galangan kapal perlu pembuatan galanganya.
10. Kondisi geografis dari lokasi galangan
~ 206 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
Kondisi geografis sangat berpengaruh pada daerah pembangunan galangan
sehingga kondisi geografis harus dapat mengakomodir galangan kapal dan
pengembangannya untuk masa mendatang.
11. Lokasi dekat dengan industri perkapalan
Lokasi galangan dekat dengan lokasi penyedia material plat dan profil serta lokasi
penyedia permesinan kapal. Sangant di anjurkan unuk pendukung dan penunjang ke
dalam akses masuk yang lebih efisien waktu, dan di anjurkan untuk bisa dapat
berdekatan pada lokasi desain galangan kapal.
b. Analisis Permintaan Dan Potensi Pengembangan Lokasi Docking
Pemelihan tempat lokasi dimana dapat menentukan dari penggunaan dan ketersediaan
pada kapal perintis. Banyak tempat-tempat yang harus di ketahui pada umumnya
tentang bagai mana kondisi geografis sampai dengan keadaan sumber daya
manusianya. Dari sebelas tempat/lokasi yang di tentukan di lakukan beberapa survey
sesuai ketentuan dan kebutuhan pada galangan kapal perintis, dan hasil pengamatan
survei yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Pemilihan Lokasi Galangan Kapal Perintis
= Cukup
= Baik
= Sangat Baik
Setelah di dapatkan penilaian dari beberapa survei hasilnya adalah pada tempat seperti
Wilayah Sorong, Wilayah Bitung dan Wilayah Ambon yang menjadi tempat yang paling
~ 207 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
baik untuk pembangunan galangan bagi kapal perintis untuk wilayah timur di Indonesia,
sedangkan untuk wilayah Barat Indonesia Tanjung Pinang dan Tanjung Perak merupakan
wilayah yang menjadi prioritas untuk pembangunan galangan untuk kapal kapal perintis.
5. Penutup
Berdasarkan pengumpulan data, analisa data dan informasi terkait lainnya, dapat
dilakukan pengambilan kesimpulan sebagai berikut :
5.1. Kesimpulan
1. Lokasi galangan untuk kapal kapal perintis yang menjadi prioritas untuk dijadikan
lokasi adalah Wilayah Sorong dan Wilayah Bitung, dimana kedua wilayah
tersebut terletak berada di Indonesia bagian Timur.
2. Lokasi untuk wilayah barat Indonesia terpilih wilayah Tanjung Pinang dan
Tanjung Perak, namun prioritas tetap berada diwilayah timur hal tersebut
disebabkan kurangnya fasilitas dan ketersediaan galangan di wilayah timur untuk
kapal kapal perintis.
3. Galangan menggunakan dan dilengkapi penutup atau hangar, hal tersebut
dimaksudkan agar pekerjaan perbaikan kapal tidak terganggu dengan keadaan
alam, seperti panas dan hujan sehingga diharapkan pekerjaan dapat lebih
produktif.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka beberapa hal dapat disarankan untuk
penyempurnaan perencanaan galangan untuk kapal kapal perintis adalah sebagai
berikut:
1. Diperlukan penelitian lanjutan untuk melakukan strategi pemilihan tipe galangan
dan kapasitas gaalangan sesuai dengan kapasitas kapal perintis yang beroperasi
pada lintasan dimana galangan akan dibangun.
2. Penyusunan Detail Engineering Desain (DED) untuk kapal perintis harus
dilakukan dahulu pemilihan dan penentuan lokasi berdasarkan kepemilikan atau
penguasaan lahan.
~ 208 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
3. Beberapa survei baik bathimetri, topografi, survei pasang surut air, angin, tanah
dan survei lainnya harus dilakukan untuk mengetahui daya dukung lokasi
terhadap perencaanaan galangan kapal perintis.
Daftar Pustaka
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
2. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran
Nasional
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhan
5. Peraturan Menteri Perhubungan No KM 60 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan
6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 33 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan dan
Pengusahaan Angkutan Laut.
7. Gaspersz, Vincent, Dr., Ir., MSc., 1992, Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan,
Tarsito, Bandung – Indonesia;
8. Manheim, Marvin L, Fundamentals of Transportation System Analysis, volume I,
Basic Concept, The MIT Press, Cambridge, 1979;
9. Rangkuti, F., 2003, Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta – Indonesia;
10. Taaffe, EJ., Gauthier, HL., and O'Kelly, ME., Geography of Transportation, 2nd ed.,
Prentice Hall, New Jersey, 1996;
11. Singarimbun, Masri, dkk, 1989. Metode Penelitian Survei, Edisi kedua, LP3ES,
Jakarta;
~ 209 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================
~ 1 ~
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Semester Ganjil 2015/2016 ISSN : 2337-7976 VOLUME IV / NO. 1 /FEBRUARI 2016
============================================================================================================================================================================