prosthodontic 4th case

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan prostodonsia adalah pemulihan atau perbaikan keseimbangan fungsional seluruh sistem stomatognatik yang meliputi estetik, fonetik, mastikasi dan penelanan. Hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula menyebabkan trauma psikologis. Kehilangan gigi yang disebabkan karies dan penyakit periodontal umum terjadi di seluruh dunia, meskipun telah berkembang ilmu pencegahan dan perawatan dini (Hasanah, 2010). Kehilangan gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu kehilangan gigi sebagian dan kehilangan seluruh gigi. Kehilangan gigi sebagian adalah kehilangan satu atau lebih gigi pada rahang atas atau rahang bawah. Kehilangan gigi sebagian diklasifikasikan menjadi empat metode berdasarkan Klasifikasi Kennedy yaitu Klas I adalah kehilangan gigi pada kedua sisi rahang di bagian posterior, Klas II adalah kehilangan gigi pada satu sisi rahang di bagian posterior, Klas III adalah kehilangan gigi di satu sisi rahang antar gigi anterior dan posterior, serta Klas IV adalah kehilangan gigi pada bagian anterior, melewati garis tengah (Soeyono, 2011). Hilangnya gigi dari mulut seseorang akanmengakibatkan perubahan-perubahan anatomis, 1

Upload: eleenaahmad

Post on 20-Dec-2015

127 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Prosthodontic

TRANSCRIPT

Page 1: Prosthodontic 4th Case

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan prostodonsia adalah pemulihan atau perbaikan keseimbangan

fungsional seluruh sistem stomatognatik yang meliputi estetik, fonetik, mastikasi dan

penelanan. Hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-

perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula

menyebabkan trauma psikologis. Kehilangan gigi yang disebabkan karies dan

penyakit periodontal umum terjadi di seluruh dunia, meskipun telah berkembang ilmu

pencegahan dan perawatan dini (Hasanah, 2010).

Kehilangan gigi dapat dibagi menjadi dua yaitu kehilangan gigi sebagian dan

kehilangan seluruh gigi. Kehilangan gigi sebagian adalah kehilangan satu atau lebih

gigi pada rahang atas atau rahang bawah. Kehilangan gigi sebagian diklasifikasikan

menjadi empat metode berdasarkan Klasifikasi Kennedy yaitu Klas I adalah

kehilangan gigi pada kedua sisi rahang di bagian posterior, Klas II adalah kehilangan

gigi pada satu sisi rahang di bagian posterior, Klas III adalah kehilangan gigi di satu

sisi rahang antar gigi anterior dan posterior, serta Klas IV adalah kehilangan gigi pada

bagian anterior, melewati garis tengah (Soeyono, 2011).

Hilangnya gigi dari mulut seseorang akanmengakibatkan perubahan-

perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan tidak jarang pula

menyebabkan trauma psikologis (Hasanah, 2010).Kehilangan gigi yang terjadi dapat

ditanggulangi denganpembuatan restorasi berupa gigitiruan lepasan atau gigitiruan

cekat. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruansebagian lepasan, untuk

menanggulangi kehilangansebagian gigi dan gigi tiruan penuh, untukmenanggulangi

kehilangan seluruh gigi (Winasa, 1995).

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau

lebih gigi yang hilang dengandidukung oleh gigi dan atau jaringan dibawahnya,

sertadapat dilepas dan dipasang kembali ke dalam mulut olehpasien (Henderson dan

Steffel, 1985).

Setiap gigi tiruan yang dipasang dalam rongga mulut memiliki resiko merusak

kesehatan gigi dan jaringan pendukung, kerusakan ini dapat diperkecil dengan

membuat desain yang tepat Oleh sebab itu, rencana pembuatan desain merupakan

1

Page 2: Prosthodontic 4th Case

salah satu tahap penting dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah

geligi tiruan.

Oleh karena itu, penulis memilih judu “PERAWATAN KASUS KENNEDY

RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH KELAS 3 MODIFIKASI 1” dalam

makalah ini untuk dapat mengetahui bagaimanacara mendesain gigi tiruan dalam

kasus tersebut denganbaik.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana cara menentukan desain gigi tiruan yang tepat untuk kasus

kehilangan gigi sebagian?

1.2.2 Bagaimana cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat untuk

kasus kehilangan gigi sebagian ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui cara menentukan desain gigi tiruan yang tepat untuk

kasus kehilangan gigi sebagian

1.3.2 Untuk mengetahui cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat

untuk kasus kehilangan gigi sebagian

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Mengetahui cara menentukan desain gigi tiruan yang tepat untuk kasus

kehilangan gigi sebagian

1.4.2 Mengetahui cara menentukan desain alternatif gigi tiruan yang tepat untuk

kasus kehilangan gigi sebagian

2

Page 3: Prosthodontic 4th Case

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

2.1 GTSL (GTSL)

Tahapan penyusunan gigi dalam pembuatan gigi tiruan lepasan harus

mendukung tercapainya tujuan dari pembuatan gigi tiruan lepasan tersebut, antara lain

(Gunadi et.al., 1995).

1. Memperbaiki penampilan.

2. Memperbaiki fungsi pengunyahan.

3. Memperbaiki fungsi bicara.

4. Mempertahankan kesehatan jaringan keras dan lunak dalam rongga mulut yang

masih tinggal.

2.2 Kennedy kelas III

Kelas III berupa keadaan dengan area tidak bergigi unilateral dengan gigi asli

yang tersisa terletak di anterior dan posteriornya. Daerah tak bergigi terletak di antara

gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya. Terdapat 2 jenis,

yaitu : unilateral denture dan bilateral partial denture (Jones et al., 2009)

Gambar 2.5: Klasifikasi Kennedy Kelas III

Applegate menyarankan klasifikasi Kennnedy Kelas III dibagi menjadi 3 grup

berdasarkan kondisi klinin, konsekuensi, dan tipe perawatan yang dibutuhkan.

(Osborne et al., 1974)

3

Page 4: Prosthodontic 4th Case

Grup A

Kasus Grup A antara lain apabila sadel pendek, gigi penyangga sehat dan bone

loss minimal di sekitar akar gigi. Pada kondisi ini restorasi pilihan adalah fixed

bridge, tetapi unilateral partial denture dengan konstruksi dan desain yang baik dapat

juga digunakan pada kasus non-modifikasi.

Grup B

Kasus Grup B antara lain pada kasus satu atau lebih gigi penyangga tidak

dapat menjadi support bagi denture. Hal ini dapat dikarenakan sadel yang panjang,

morfologi akar atau panjang gigi penyangga tidak memadai, beban oklusal yang

terlalu besar, atau terdapat resorpsi akar di sekitar gigi penyangga. Dalam keadaan ini,

bilateral denture diperlukan dan tidak bisa digunakan unilateral atau fixed bridge.

Grup C

Kasus Grup C antara lain kasus dengan sadel panjang dengan salah satu gigi

penyangga tidak dapat menjadi support bagi denture. Salah satu contohnya adalah

saat penyangga posterior berupa gigi molar kedua atau ketiga dan penyangga anterior

adalah insisif lateral dengan akar pendek. Pada kasus ini sadel di anterior harus berupa

mucosa borne.

2.2.1 Prinsip Desain GTSL dari Kennedy Kelas III

Kelas III Kennedy merupakan daerah tak bergigi terletak di antara gigi-

gigi yang masih ada (bounded saddle) di bagian posterior maupun anteriornya dan

unilateral tetapi tidak melewati median line (Gunadi et. al., 1995).

Daerah tidak bergigi lain daripada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi

Kennedy masuk dalam modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau

ruangannya. Banyaknya modifikasi ditentukan oleh banyaknya ruangan yang tidak

bergigi (Harty dan Ogston, 2001).

4

Page 5: Prosthodontic 4th Case

Gambar 2.6: Kelas III Kennedy tanpa modifikasi

Gambar 2.7: Kelas III Kennedy modifikasi 1

Gambar 2.8: Kelas III Kennedy modifikasi 2 (Harty dan Ogston, 2001)

Desain GTSL kelas III Kennedy hanya menggunakan support dari gigi

penyangga sehingga biomekaniknya seperti pada gigi tiruan tetap (GTT) yang

bergantung pada kesehatan jaringan periodontal gigi penyangga. Penempatan rest seat

pada GTSL kelas III Kennedy harus dipastikan tidak mengubah dimensi oklusi

vertikal. Rest seat dapat ditempatkan pada cingulum dari kaninus, pada sisi mesial

atau distal dari oklusal premolar maupun molar (Jones et al., 2009).

Retensi yang dipergunakan pada GTSL kelas III Kennedy bergantung pada

keberadaan undercut pada permukaan mesiobukal, mid - bukal, dan distobukal gigi

penyangga, keadaan jaringan periodontal gigi penyangga, serta pertimbangan estetik.

Direct retainer yang umum dipergunakan adalah circumferential clasp atau

infrabulge clasp (I - bar atau modifikasi 1/2 - T clasp). (Jones et al., 2009).

Untuk mencegah pergerakan rotasi atau terungkitnya gigi tiruan,

dibutuhkan indirect retainer. Posisi indirect retainer ditentukan pada posisi tegak

lurus terhadap garis fulkrum. Pada desain GTSL kelas III Kennedy, tidak lagi

5

Page 6: Prosthodontic 4th Case

diperlukan indirect retainer karena direct retainer pada bagian anterior juga berfungsi

sebagai indirect retainer.

Gambar 2.9: Tampak oklusal model rahang atas : garis hitam menandakan garis

fulkrum, sedangkan garis biru menentukan posisi indirect retainer (Jones et al.,

2009)

Desain GTSL pada kasus Kennerdy kelas III dapat berupa unilateral

denture, bilateral denture, sectional denture, long posterior saddle, dan saddle

denture (Lammie and Laird, 1986).

2.2.2 Konektor

Apabila oral hygiene dan kondisi gigi penderita baik, konektor yang

terbuat dari metal lebih disarankan untuk digunakan dalam desain GTSL kelas III

Kennedy karena metal memiliki kekuatan yang lebih besar dan hanya sedikit jaringan

yang tertutup. Pemilihan konektor untuk desain GTSL kelas III Kennedy sebagai

berikut: (Tyson et. al., 2007)

1. Rahang atas

Dapat digunakan konektor berupa antara lain anterior bar, middle bar,

posterior bar, ring, dan anterior plate.

2. Rahang bawah

Dapat digunakan konektor berupa antara lain lingual atau sublingual bar,

lingual bar dengan accesory konektor, dental bar, dan lingual plate.

Apabila pasien memiliki oral hygiene yang buruk dan gigi banyak yang

mengalami kegoyangan, maka lebih disarankan menggunakan konektor yang terbuat

6

Page 7: Prosthodontic 4th Case

dari akrilik yaitu palatal atau lingual plate. Akan tetapi, konektor yang terbuat dari

akriliki memiliki kelemahan yaitu kekuatannya lebih rendah dan lebih banyak

jaringan yang harus ditutup oleh akrilik. (Tyson et. al., 2007)

2.2.3 Unilateral Denture

Ciri utama desain ini adalah meliputi jaringan dalam salah satu sisi rahang

saja. Gigi tiruan semacam ini dapat menjadi tidak stabil dan hanya bisa menerima

beban yang terbatas. Karena desain ini biasanya tooth-borne, maka resistensi terhadap

kekuatan vertikal lebih baik jika didapat dari gigi akar ganda dan besar (Lammie and

Laird, 1986).

Indikasi: (Lammie and Laird, 1986)

1. Kehilangan gigi tidak lebih dari dua gigi

2. Beban oklusal ringan

3. Gigi penjangkaran tanpa restorasi besar

4. Kedua gigi penjangkaran dengan mahkota klinis yang sempurna, tumbuh sempurna

dan tegak, mahkota anatomis berbentuk genta dan mempunyai double bracing

dan retention.

Gambar 2.11: Desain unilateral denture kelas III Kennedy

2.2.4 Bilateral Denture

Bilateral denture memiliki keuntungan yaitu peningkatan stabilitas dan

distribusi beban yang lebih luas. Desain ini lebih sering digunakan pada kasus-kasus

dimana baik bentuk mahkota, ukuran akar gigi, atau kondisi periodontal pada satu

atau lebih gigi penyangga tidak dapat dijadikan support dengan desain unilateral

denture. Selain itu, dibandingkan dengan unilateral denture, bilateral denture

biasanya merupakan pilihan yang lebih disukai. Desain bilateral denture yang lebih

besar, kemungkinan gigi tiruan tertelan menjadi berkurang. Indikasi bilateral partial

7

Page 8: Prosthodontic 4th Case

denture (Lammie and Laird, 1986):

Kehilangan gigi lebih dari dua

Gigi penjangkaran tidak memenuhi syarat

Gambar 2.12: Desain bilateral partial denture Kelas III Kennedy

Pada konstruksi GTSL bilateral dapat menggunakan desain dengan tooth

borne dan mucosa borne ataupun kombinasi.

8

Page 9: Prosthodontic 4th Case

LAPORAN KASUS

3.1 Data Kasus

Penderita wanita usia 51 tahun, datang ke klinik RSGMP ingin dibuatkan Gigi

Tiruan Lepasan, supaya makan dengan enak. Dia bekerja sebagai kasir supermarket,

Gigi lubang karena dicabut.Pencabutan terakhir 3 bulan yang lalu bawah kiri.Biaya

ditanggung sendiri.

3.2 Anamnesis

1. Keluhan utama

Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan lepasan untuk mengganti giginya yang

hilang karena dicabut, supaya makan dengan enak.

2. Riwayat geligi

Pencabutan terakhir 3 bulan yang lalu region kiri bawah.

3. Pengalaman dengan gigi tiruan (GT)

Penderita belum pernah memakai gigi tiruan.

4. Pembiayaan

Pembiayaan 100% ditanggung oleh penderita.

3.3 Gambar Model

3.1 Foto Artikulator tampak depan

9

Page 10: Prosthodontic 4th Case

3.2 Foto Artikulator sisi kiri

3.3 Foto Artikulator sisi kanan

3.4 Pemeriksaan klinis

1. Intra Oral

a. Status umum : normal

a. Jaringan lunak : normal

b. Status local

10

Page 11: Prosthodontic 4th Case

a. Oklusi

a. Oklusi statik

Hub gigi posterior (cups to fossa)

Kanan 14 & 44,45 ; 17 &47

Kiri 24 & 34,35 ; 27 &37,38

b. Oklusi dinamik Unilateral balance occlusion (MPO)

c. Overjet 0,2 mm

d. Overbite 0,2 mm

e. Vestibulum

RA Molar dangkal (Ka)

Premolar dangkal (Ka)

Anterior dangkal

Premolar dangkal (ki)

Molar dangkal (ki)

RB Molar (Ka) dangkal

Premolar dangkal (Ka)

Anterior dangkal

Premolar dangkal (ki)

Molar dangkal (ki)

f. Bentuk insisif pertama atas square

g. Bentuk ridge RA kanan : ovoid

Kiri : ovoid

11

Page 12: Prosthodontic 4th Case

RB kanan : ovoid

Kiri : ovoid

h. Torus mandibula flat

i. Exotosis tidak ada

j. Frenulum labial rendah

Bucal rendah

k. Tuber maxilla kecil

l. Retromylohyoid kecil

Diagnosa

gigi hilang 15,16,25,26,36,46

12

Page 13: Prosthodontic 4th Case

RENCANA PERAWATAN

4.1 Rahang Atas

a) Perawatan Utama

I. Rahang Atas

Kelas III Modifikasi I Kennedy

1. Akrilik sebagai basis GTSL

2. Anasir Gigi : Akrilik pada gigi 15, 16, 25, 26

3. Klamer 3 jari : gigi 14, 17, 24, 27

4. Peninggian plat hingga di atas cingulum gigi 13, 12, 11, 21, 22, dan

23.

b) Perawatan Alternatif

Rahang Atas

a. Bridge pada 13, 14, 15, 16, 23, 24, 25, dan 26

13

Page 14: Prosthodontic 4th Case

b. Gigi abutmen: Gigi 13, 14, 17, 23, 24, dan 27 menggunakan full crown

porselen

c. Pontik: Gigi 15, 16, 25, dan 26 menggunakan desain pontik tumpang lingir

berbahan logam chrom-cobaltt pelapis porselen

Gambar 4.2

4.2 Rahang Bawah

a) Perawatan utama

II. Rahang Bawah

Kelas III Modifikasi I Kennedy

1. Akrilik sebagai basis GTSL

2. Anasir gigi : gigi 36, 46

3. Klamer 3 jari : gigi 37, 47

4. Klamer half Jackson : gigi 35, 45

14

Page 15: Prosthodontic 4th Case

Gambar 4.3

b) Perawatan Alternatif

Rahang Bawah

a. Bridge pada 34, 35, 36, 44, 45, 46

b. Gigi abutmen: Gigi 34, 36, 44, dan 46 menggunakan full crown porselen

c. Pontik: Gigi 35 dan 45 menggunakan desain pontik sanitari berbahan

logam chrom-cobaltt pelapis porselen

Gambar 4.4

15

Page 16: Prosthodontic 4th Case

PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilakukan perawatan pendahuluan yaitu berupa

pembersihan karang gigi (scalling) atau root planning bila perlu yang ditujukan

untuk mendapatkan jaringan periodonsium yang sehat karena jaringan

periodonsium yang tidak sehat akan mempengaruhi keberhasilan perawatan

yang direncanakan, baik berupa GTSL maupun berupa GTT.

Dari pemeriksaan intra oral pasien diketahui gigi yang hilang pada rahang atas

adalah gigi 15, 16, 25, 26 dengan klasifikasi Kennedy kelas III modifikasi I.

Perawatan utama yang direncanakan adalah GTSL dengan basis akrilik dan anasir

gigi menggunakan bahan akrilik pada gigi 15, 16, 25, 26 dengan sayap bukal. Basis

akrilik dipilih karena warnanya harmonis sehingga secara estetik baik, relatif lebih

ringan, teknik pembuatan lebih mudah, dan harganya lebih murah. Retainer pada

desain GTSL dibuat berupa klamer 3 jari pada gigi 14,17, 24 dan 27. Klamer ini

diletakkan di bawah lengkung terbesar gigi agar retensinya baik. Diberikan

peninggian plat hingga diatas cingulum pada gigi anterioryaitu gigi 13, 12, 11, 21, 22,

dan 23. Peninggian plat ini bertujuan sebagai indirect retainer untuk menahan supaya

gigi tiruan tidak mudah terlepas.

Untuk perawatan alternatif lalallaala

16

Page 17: Prosthodontic 4th Case

KESIMPULAN

Gigi rahang atas merupakan termasuk ke dalam klasifikasi kennedy klas II

sehingga untuk perwatan utamanya adalah dibuatkan GTSL akrilik dengan

plat yang diperluas hingga batas hamular notch dan tanpa sayap bukal. Pada

gigi rahang bawah termasuk kedalam klasifikasi Kennedy klas I modifikasi I

sehingga perawatan utamanya berupa GTSL dengan basis akrilik dengan

anasir gigi dari bahan akrilik pada gigi 36, 37, 44,46, dan 47.

17