‘protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’ rsud karawang

92
1 ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’ Dapatkah diwujudkan di Rumah Sakit ? Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati, Jakarta. Pendahuluan Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002 lalu, WHO Executive Board yang terdiri 32 wakil dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi yang disponsori oleh pemerintah Inggris, Belgia, Itali dan Jepang untuk membentuk program manajemen resiko (‘patient safety’ ) yang terdiri dari 4 aspek utama yakni: 1,2,3 1. “Determination of global norms, standards and guidelines for definition, measurement and reporting in taking preventive action, and implementing measures to reduce risks; 2. Framing of Evidence-based Policies in global standards that will improve patient care with particular emphasis on such aspects as product safety, safe clinical practice in compliance with appropriate guidelines and safe use of medical products and medical devices and creation of a culture of safety within healthcare and teaching organisations; 3. Development of mechanism through accreditation and other means, to recognise the characteristics of health care providers that over a benchmark for excellence in patient safety internationally; 4. Encouragement of research into patient safety.” Keempat aspek diatas sangat erat kaitannya dengan era globalisasi bidang kesehatan yang menitikberatkan akan ‘mutu’. Istilah dan definisi ‘mutu’ mempunyai arti/makna dan perspektif yang berbeda bagi setiap individu tergantung dari sudut pandang masing masing. Dapat ditinjau dari segi profesi Disampaikan pada acara pemahaman Clinical Governance dan Komite Medis di RSUD Karawang 16 September 2008. 1 US Department of Health and Human Services. US and UK sign agreements to collaborate on health care quality. 10 October 2001. 2 World Health Organization. World Health Organization Executive Board Resolution EB109.R16, 18 January 2002. 3 Donaldson L. Championing patient safety: going global – a resolution by the World Health Assembly. Qual Saf Health Care 2002; 11:112.

Upload: api-3843287

Post on 27-Jul-2015

90 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

1

‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering theprofessionals’

Dapatkah diwujudkan di Rumah Sakit ?

Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MAKetua Komite Medik

RSUP Fatmawati, Jakarta.

Pendahuluan

Dalam World Health Assembly pada tanggal 18 Januari 2002 lalu, WHOExecutive Board yang terdiri 32 wakil dari 191 negara anggota telahmengeluarkan suatu resolusi yang disponsori oleh pemerintah Inggris, Belgia,Itali dan Jepang untuk membentuk program manajemen resiko (‘patientsafety’) yang terdiri dari 4 aspek utama yakni: 1,2,3

1. “Determination of global norms, standards and guidelines for definition,measurement and reporting in taking preventive action, andimplementing measures to reduce risks;

2. Framing of Evidence-based Policies in global standards that will improvepatient care with particular emphasis on such aspects as productsafety, safe clinical practice in compliance with appropriate guidelinesand safe use of medical products and medical devices and creation of aculture of safety within healthcare and teaching organisations;

3. Development of mechanism through accreditation and other means, torecognise the characteristics of health care providers that over abenchmark for excellence in patient safety internationally;

4. Encouragement of research into patient safety.”

Keempat aspek diatas sangat erat kaitannya dengan era globalisasi bidangkesehatan yang menitikberatkan akan ‘mutu’. Istilah dan definisi ‘mutu’mempunyai arti/makna dan perspektif yang berbeda bagi setiap individutergantung dari sudut pandang masing masing. Dapat ditinjau dari segi profesi

Disampaikan pada acara pemahaman Clinical Governance dan Komite Medis di RSUD Karawang 16 September 2008.

1 US Department of Health and Human Services. US and UK sign agreements to collaborate on health care quality. 10 October 2001.

2 World Health Organization. World Health Organization Executive Board Resolution EB109.R16, 18 January 2002.

3 Donaldson L. Championing patient safety: going global – a resolution by the World Health Assembly. Qual Saf Health Care 2002;

11:112.

Page 2: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

2

medis/perawat, manajer, birokrat maupun konsumen pengguna jasa pelayanansarana kesehatan (Quality is different things to different people based ontheir belief and norms).4

Begitu juga mengenai perkembangan akan ‘mutu’ itu sendiri dari carainspection, quality control, quality assurance sampai ke total quality.J epangmenggunakan istilah quality control untuk seluruhnya, Amerika memakai istilah‘continuous quality improvement’ untuk ‘total quality’ dan Inggris memakaiistilah quality assurance untuk ‘quality assurance’, ‘continuous qualityimprovement’ maupun untuk ‘total quality’ dan tidak membedakannya. Di negarakita dikenal juga akan istilah ‘Gugus Kendali Mutu/GKM’ dan ‘Akreditasi RumahSakit’.

Bila kita pelajari, evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidangindustri pada awal akhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh dimasa perang dunia pertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah‘inspection’ dalam menjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. KemudianShewart mengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistiksebagai ‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A(Plan, Do, Study dan Act) yang mana hal ini kemudian dikembangkan olehmuridnya Deming sebagai P-D-C-A (Plan, Do, Check dan Action). Kaidah PDCAini menjadi cikal bakal yang kemudian dikenal sebagai generic form of qualitysystem dalam quality assurance dari BSI 5751 (British Standards ofInstitute) yang kemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. TatkalaDeming diperbantukan ke Jepang dalam upaya memperbaiki danmengembangkan industri, beliau mengembangkan dengan memadukan unsurbudaya Jepang ‘kaizen’ dan filosofi Sun Tzu dalam hal ‘benchmarking’ maupunmanajemen dan dikenal sebagai ‘total quality’.5,6

Sedangkan untuk bidang kesehatan, Donabedian dengan ‘structure, process danoutcome’ pada awal tahun 80an memperkenalkan tentang cara penilaian untukstandar, kriteria dan indikator.7 Selang beberapa tahun kemudian Maxwellmengembangkan ‘six dimensions of quality’. Tehnik Donabedian dan Maxwell inilebih menitikberatkan tentang hal membuat standar dan penilaiannya

4 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000; 4(3):19-23.

5 Brook RH, McGlynn EA, Shekelle PG. Defining and measuring quality of care: a perspective from US researchers. Int J Qual Health

Care 2000; 12(4): 281-5.

6 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1): 43-9.

7 Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.

Page 3: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

3

(akreditasi) yang merupakan 2 dari 3 komponen ‘quality assurance’. Komponenke tiga (‘continuous quality improvement’) tidak berkembang, sehinggaakibatnya meskipun suatu organisasi pelayanan kesehatan tersebut telahmendapat akreditasi akan tetapi ‘mutu’nya tetap tidak bergeming dan tidakmeningkat. Apa yang yang salah?

Maka tidak heran bila setiap negara maju maupun berkembang berusahameskipun secara implisit untuk memproteksi ‘jasa kedokteran/kesehatan’ yangmerupakan sebagai salah satu industri jasa strategis bagi negara masingmasing.8,9,10,11 Sebagai contoh, negara Inggris dengan Clinical Governance (yangmerupakan suatu pengembangan dari sistem quality assurance),12,13,14 negaraEropa daratan dengan EFQM15,16,17 15-16 dan Amerika dengan MBNQA.18

Pada saat seorang dokter lulus dari institusi pendidikan akan mendapat ijasahdan sertifikat kompetensi sebagai tanda lulus dan pengakuan kemampuankompetensinya sebagai individu dokter dan berhak untuk mendapatkan SuratTanda Registrasi (STR) untuk waktu 5 tahun sesuai dengan Undang Undang

8 Firmanda D. The evolution and roles of Evidence-based Health Policy in Health Service Management. Presented in seminar and

discussion panel on “Evidence-based Policy for the era of Indonesian Health Decentralized System in 21st Century”. Center for Public

Health Research, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta 1st March 2001.

9 Dollar D, Coll ier P. Globalization, growth, and poverty: building an inclusive world economy. Oxford University Press; Washington

2002.

10 Moss F, Barach P. Quality and safety in health care: a time of transition. Qual Saf Health Care 2002;11:1.

11 Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we learn from each other. Qual

Health Care 2000;8:63 -6.

12 Scally G, Donaldson LJ. Clinical governance and the drive for quality improvement in the new NHS in England. BMJ 1998;

317(7150):61-5.

13 Heard SR, Schiller G, Aitken M, Fergie C, Hall LM. Continuous quality improvement: educating towards a culture of clinical

governance. Qual Health Care 2001; 10:70-8.

14 Sausman C. New roles and responsibilities of chief executives in relation to quality and clinical governance. Qual Health Care

2001;10(Suppl II):13-20.

15 Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences with the EFQM approach in health

care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191 -201.

16 Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie, accreditation, EFQM and ISO

assessment in European countries. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 169-75.

17 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000; 4(3):19-23.

18 Brook RH, McGlynn EA, Shekelle PG. Defining and measuring quality of care: a perspective from US researchers. Int J Qual Health

Care 2000;12(4): 281-5.

Page 4: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

4

Sistem Pendidikan Nasional19 dan Undang Undang Praktik Kedokteran20.Pertanyaan akan timbul, apakah dokter tersebut dapat melaksanakan danmempertahankan serta bahkan meningkatkan kompetensi profesinya selamawaktu tersebut? Apakah dokter tersebut dapat memberikan pelayanankesehatan sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan Standar Profesi danStandar Pelayanan Medik dalam rangka memenuhi salah satu dari falsafahtujuan dasar Undang Undang Praktik Kedokteran yakni melaksanakan praktikkedokteran yang memberikan perlindungan dan keselamatan pasien?21 Apakahdokter tersebut telah dapat memberikan pelayanan sesuai dengan FormatClinical Pathways dan kajian varians dari Sistem Pembiayaan berdasarkanmetode DRGs Casemix untuk melaksanakan praktik kedokteran secara kendalimutu dan biaya?22,23,24

Disini letak akan pentingnya dimensi tempat, waktu dan individu profesi dalammeninjau kinerja (performance) keprofesiannya. Kinerja atau performancetersebut tercermin dalam satu buku seperti log book individu atau di negaraluar dikenal sebagai PYA (Penultimate Year Assessment) Form.25

Adalah mudah menilai kompetensi seorang individu bila yang bersangkutanmasih dalam status peserta didik dokter (intenship) atau dokter spesialis(PPDSp) karena telah ada parameter (kurikulum dan modul) untuk dapatdinilai/diukur secara obyektif dari segi kualitas maupun kuantitas dalam satuanwaktu/tahap tertentu. Persoalan akan timbul bila yang bersangkutan akandinilai untuk re-sertifikasi kompetensi, karena belum seluruh profesi di tanahair mempunyai standar profesi dan standar pelayanan medisnya masing masing.Beberapa organisasi profesi yang telah mempunyai standar profesinya, belumsecara eksplisit dalam standar kompetensinya menyatakan secara kuantitatif

19 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasiona l No. 20 Tahun 2003 Pasal 61.

20 Undang Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 7 dan Pasal 8.

21 Undang Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 2 dan Pasal 3 ayat 1.

22 Undang Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004 Pasal 49 ayat 1.

23 Firmanda D. Integrated Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix di rumah sakit.

Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005, RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005

dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka 29

Desember 2006.

24 Firmanda D, Pratiwi A, Nuraini IS, Srie Enggar KD. Clinical Pathways Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs

Casemix di RS Fatmawati, Jakarta 2006 (dalam percetakan).

25 Royal College of Paediatrics and Child Health. Guide to Penultimate Year Assessment Form. London, 2004.

Page 5: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

5

batasan minimal kompetensi profesi. Persoalan kembali muncul bila akanmengukur secara kuantatif, karena kompetensi yang diukur tersebut -sebenarnya secara tidak langsung (indirect) adalah kinerja (performance)individu. Sedangkan kinerja (performance) tersebut banyak dipengaruhi olehberbagai faktor yang melibatkan antara lain motivasi dan barriers sebagaimanabila secara ringkas formula kinerja (performance) tersebut adalah sebagaiberikut26:

Oleh karena motivasi sangat bersifat individu dan sulit untuk diukur, makakinerja (performance) akan berhubungan langsung dengan kompetensi danberhubungan terbalik dengan barriers. Di dalam barriers itu sendiri dapatterdiri dari fasilitas (terutama peralatan medis), penunjang medis, obat obatandan sebagainya yang merupakan komponen struktur yang sangat menunjangproses implementasi kompetensi seseorang profesi untuk memberikan hasil(oucome/output)27 pelayanan kepada pasien dan secara langsung memberikandampak (impact) kepada status derajat kesehatan masyarakat secarakeseluruhan dan indikator mutu sistem kesehatan28 di suatu daerah/negara.

Maka sudah seyogyanya komponen barriers tersebut diminimalkan agar profesitersebut dapat memberikan pelayanan seoptimal mungkin dan bahkan maksimal(clinical risk management) dengan kompetensi yang maksimum agar hasilnyabaik (quality) serta pasien mendapat perlindungan dan keselamatan (patientssafety) selama dirawat dengan biaya yang terjangkau (affordable) dan pasti(pre-fixed payment – DRGs Casemix).

Oleh karena itu sudah saatnya secara sinergis dengan profesi, pengadaanfasilitas (terutama peralatan medis) disediakan dan disesuaikan dengankompetensi tenaga profesi tersebut yang mana keberadaan profesi medis dan

26 Gray JAM. Evidence-based Healthcare: how to make health policy and management decisions. Churchill Livingstone, Edinburgh,

1999.

27 Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.

28 WHO Health Report 2000. Improving Health Systems Development.

Performance = Motivation x Competencies

Barriers

Page 6: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

6

pelayanannya sangat berhubungan erat dan identik dengan klasifikasi stratarumah sakit di tanah air.29

Peralatan medis sebagai sebagai salah satu komponen fasilitas pelayanankesehatan harus dikelola secara profesional sesuai dengan kaidahperkembangan keilmuan Health Technology Assesment dalam mekanismepengambilan keputusan yang baik dan akuntabel sesuai dengan penerapan cost-effectiveness analysis 30dalam rangka menuju kendali biaya (value for moneys).

Secara ringkas kita dapat memadukan kerangka konsep Clinical Governancedengan kondisi struktur perumah sakitan di tanah air pada saat ini dalampenerapan Undang Undang Praktik Kedokteran dan antisipasi (Rancangan)Undang Undang Rumah Sakit dalam suatu model integrasi yang mengedepankanmutu pelayanan dalam bentuk keamanan dan keselamatan pasien (patientssafety) (Gambar 1 dan 2) dengan biaya yang terjangkau secara pendekatanactivity-based costing dalam sistem pembiayaan DRGs Casemix (diharapkannantinya berkembang menjadi Health Resource Groups /HRG) melalui suatumekanisme Clinical Pathways yang jelas dan terintegrasi dengan standarfasilitas yang sesuai dengan kompetensi pelaksana sehingga dapat dilakukanevaluasi/audit tidak hanya semata dari segi kriteria indikator input/struktur,proses dan outcome/output, akan tetapi bergerak lebih jauh lagi dalam bentuklebih rinci, sensitif dan spesifik yakni Health Impact Intervention (Gambar 3).

29 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.

30 Firmanda D. Aplikasi sinergis antara Evidence -based Medicine, Evidence-based Healthcare dan Evidence-based Policy dalam satu

sistem peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance) : suatu tantangan profesi di masa mendatang – Cost

effectiveness Analyses (CEA) Standar Pelayanan Medis. Disampaikan pada Persiapan JPKM, DirjenBinKesMas, Bogor Januari 2005.

Page 7: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

7

Gambar 1. Ilustrasi mekanisme pertahanan Patients Safety dikaitkan denganperan organisasi profesi, kolegium dan fasilitas penyelenggara pelayanankesehatan.19

Patients Safety

Rumah Sakit

Kolegium

OrganisasiProfesi

Page 8: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

8

Gambar 2. Peran dan hubungan profesi, kolegium, rumah sakit dan sarana dalamClinical Governance dalam rangka keamanan pasien (patients safety).31

31 Firmanda D. Patients Safety di rumah sakit pendidikan dikaitkan dengan proses pendidikan profesi dok ter. Disampaikan pada Muktamar Nasional Ikatan Rumah

Sakit Pendidikan (IRSPI) III di Makasar, 28 -29 Juli 2005.

Rumah Sakit:

Page 9: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

9

Gambar 3. Skema pendekatan Komite Medik RS Fatmawati dalam ClinicalGovernance dan Sistem DRGs Casemix.32

Sesuai dengan kewenangan Komite Medik di rumah sakit, agak sulit untukmenilai kepastian kompetensi seorang profesi - terutama untuk profesi yangbanyak mengandalkan ketrampilan dan tergantung kepada fasilitas peralatanmedis. Bila sarana/fasilitas peralatan rumah sakit tersebut tidak atau kurangmemadai untuk menunjang kinerja (performance) profesi, maka selainketrampilan klinis profesi itu sendiri akan berkurang bahkan hilang dan bila

32 Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di rumah sakit. Disampaikan

dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober 2005.

HealthResources

Groups(HRG)

HealthImpact

Intervention(HII)

Page 10: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

10

tetap ’dipaksakan’ dengan fasilitas yang tidak sesuai dan memadai; maka dengansecara langsung akan meningkatkan risiko ketidakamanan pasien (insecure ofpatients safety) di rumah sakit dan risiko akan ligitasi meningkat.

Jenis medical errors seperti di atas dapat dikategorikan sebagai latent errorsatau system errors dan dengan sendirinya akan terjadi active errors. Bila initerjadi, maka filosofi tujuan dasar dari Undang Undang Nomor 29 tahun 2004tentang Praktik Kedokteran - yakni melaksanakan praktik kedokteran yangmemberikan perlindungan dan keselamatan pasien tidak akan terwujud. Bilakeadaan ini terus berlanjut tanpa ada upaya perbaikan dan peningkatanfasilitas serta kompetensi sesuai dengan standar, maka secara keseluruhanrentetan ini sudah menjadi suatu system failure yang kelak sangat sulit untukdapat survive dan berkembang dalam rangka antisipasi modus keempat dariperjalanan globalisasi WTO yang telah diratifikasi.

Darimana kita mulai?

Untuk suatu rumah sakit yang akan mulai berbenah diri, sebaiknya terlebihdahulu membuat Sistem Rumah Sakit (Corporate Governance) yang terdiri darisistem manajemen rumah sakit, sistem profesi medis (Komite Medis dan SMF –Clinical Governance), sistem keperawatan, dengan berbagai subsistem untukpelayanan, pendidikan/pelatihan serta penelitian rumah sakit dengan berbagaiperaturan di tingkat rumah sakit (Hospital Bylaws) dan tingkat profesi medis(Medical Staff Bylaws) dengan mengacu kepada Keputusan Menteri KesehatanRI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf Medis(Medical Staff Bylaws) di rumah sakit.33

Konsep dan filosofi Komite Medis RS

Dalam Sistem Kesehatan Nasional 2004, rumah sakit di Indonesia dibagi sesuaidengan tingkat strata untuk Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) - yaknimenyelenggarakan upaya kesehatan perorangan strata ketiga adalah “praktikdokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi spesialis konsultan, klinikspesialis konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan A milik pemerintah(termasuk TNI/POLRI dan BUMN) serta rumah sakit khusus dan rumah sakit

33 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws)

di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005.

Page 11: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

11

swasta. Berbagai sarana pelayanan ini di samping memberikan pelayananlangsung juga membantu sarana upaya kesehatan perorangan strata keduadalam bentuk pelayanan rujukan Medis. Seperti juga strata kedua, upayakesehatan perorangan strata ketiga ini juga didukung oleh berbagai pelayananpenunjang seperti apotek, laboratorium klinik dan optik. Untuk menghadapipersaingan global upaya kesehatan perorangan strata ketiga perlu dilengkapidengan didirikannya beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti pusatunggulan jantung nasional, pusat unggulan kanker nasional, pusatpenanggulangan stroke nasional, dan sebagainya. Untuk meningkatkan mutuperlu dilakukan lisensi, sertifikasi dan akreditasi.”

Sedangkan salah satu pasal dari 17 pasal dalam Kode Etik KedokteranIndonesia (KODEKI) adalah seorang dokter harus senantiasa berupayamelaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi sesuai dengan standarprofesi yang tertinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan ukuran ‘tertinggi’adalah yang sesuai dengan perkembangan IPTEK kedokteran, etika umum, etikakedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/jenjang pelayanan kesehatan,serta kondisi dan situasi setempat.4-5

Bila merujuk kepada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor631/Menkes/SK/IV/2005tangal 25 April 2005 tentang Peraturan InternalStaf Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit tentang Komite Medis dantentang Kelompok Staf Medis (KSM)/Staf Medis Fungsional (SMF); bahwasecara definisi Komite Medis adalah wadah profesional medis yangkeanggotaannya terdiri dari Ketua KSM/SMF. Sedangkan definisi KSM/SMFitu sendiri adalah kelompok dokter/dokter gigi, spesialis dan subspesialisberdasarkan tugas dan wewenang keahliannya.

Fungsi dan wewenang Komite Medis adalah menegakkan etika profesi medis danmutu pelayanan medis berbasis bukti.34 Adapun tugas dan fungsi dari KelompokStaf Medis (KSM)/Staf Medis Fungsional (SMF) adalah melaksanakan kegiatanpelayanan medis, pendidikan, penelitian dan pengembangan keilmuannya yangberpedoman pada ketetapan Komite Medis atas etika profesi Medis dan mutukeprofesian medis. Jadi profesi Medis dalam melaksanakaan profesinyaberdasarkan falsafah meliputi etika, mutu dan evidence-based medicine.Konsep dan filosofi Komite Medis RS adalah perpaduan antara ketiga komponen

34 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal

Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit, Jakarta 25 April 2005.

Page 12: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

12

yang terdiri dari Etika Profesi, Mutu Profesi dan Evidence-based Medicine(EBM) sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.35

Gambar 4. Konsep dan Filosofi Komite Medis RS: Etika, Mutu dan Evidence-based Medicine (EBM)

Meskipun pelayanan kesehatan sangat bervariasi dari dan dalam satu negara,propinsi maupun daerah di negara maju/industri maupun dunia ketiga. Akantetapi ciri dan sifat masalah tersebut tidak jauh berbeda satu sama lainnyadalam hal yang mendasar yakni semakin meningkatnya jumlah populasi usialanjut (perubahan demografi), tuntutan dan harapan pasien akan pelayanan,perkembangan teknologi kedokteran dan semakin terbatasnya sumber dana.

Dalam pengelolaan suatu sarana kesehatan (rumah sakit maupun klinik) seorangmanajer maupun dokter akan (bahkan harus) membuat suatu ‘keputusan’ dalampenyelenggaraan rumah sakit/klinik tersebut maupun dalam penatalaksanaanpasien sebagai individu maupun kelompok. Keputusan tersebut akan mempunyaidampak, terhadap pasien itu sendiri dan lingkungannya (dalam hal ini keluarga,masyarakat dan penyandang dana atau asuransi) serta lingkungan dimanapelayanan kesehatan tersebut diberikan/ diselenggarakan (dari segi dimensitempat: poliklinik rawat jalan, ruang gawat darurat, rawat inap, ruangperawatan intensif, ruang operasi dan lain lain; sedangkan dari segi dimensifungsi: akan menggerakan/utilisasi mulai dari registrasi unit rekam medis,penunjang laboratorium, farmasi, bank darah, unit gizi, laundri, penyediaan air,penerangan listrik dan sebagainya sampai proses pasien itu pulang sembuh dankembali kontrol atau kembali kepada perujuk asal atau keluar rumah sakitmelalui kamar jenazah) dan penyelesaian administrasi keuangan. Ini adalah satu

35 Firmanda D. Sistem Komite Medik RS Fatmawati, 20 Februari 2003.

Page 13: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

13

proses dalam satu sistem sarana pelayanan kesehatan yang berlangsung secarasimultan dan berurutan atas konsekuensi ‘keputusan’ diatas. Biaya atau danauntuk tenaga medis (dokter) hanya sekitar 20% dari seluruh anggaran yangdikeluarkan oleh satu sarana penyelenggara kesehatan (rumah sakit),sedangkan 80% lainnya sangat berhubungan dengan ‘keputusan’ doktertersebut.

‘Kesalahan’ diakibatkan oleh faktor manusia hanya sekitar 10-20%, selebihnya(80%) dikarenakan oleh sistem, kebijakan (policy) dan prosedur yang tidakjelas serta tidak konsisten. Oleh karena itu dalam upaya mencapai hasil yangoptima dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terhadap pasien baiksecara individu maupun kelompok serta efisien dan berazas manfaat, makadiperlukan suatu ‘keputusan’ yang baik dan tepat didalam ‘sistem’ yang jelas dankonsisten. Hal ini akan terwujud bila mempunyai jiwa kepemimpinan (leadership)yang visioner, ‘survivalist’, konsisten dan konsekuen. Sistem itu sendiri terdiridari tiga komponen yakni struktur, proses dan hasil (outcome) yang samapentingnya serta saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

Sebaiknya terlebih dahulu mengetahui dan memahami akan perkembangandisiplin ilmu mutu itu sendiri agar lebih mudah untuk langkah berikutnya danmencapai mkasud dan tujuan bersama.

Mutu (Quality)

Istilah dan definisi ‘mutu’ mempunyai arti/makna dan perspektif yang berbedabagi setiap individu tergantung dari sudut pandang masing masing. Dapatditinjau dari segi profesi medis/perawat, manajer, birokrat maupun konsumenpengguna jasa pelayanan sarana kesehatan.36,37 (‘Quality is different things todifferent people based on their belief and norms’). (Lihat Gambar 5).

36 Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.

37 Brook RH, McGlynn EA, Shekelle PG. Defining and measuring quality of care: a perspective from US researchers. Int J Qual Health

Care 2000;12(4): 281-5.

Page 14: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

14

Gambar 5. Berbagai perspektif dari mutu.

Perkembangan (Evolusi) Mutu

Perkembangan akan ‘mutu’ itu sendiri dari cara ‘inspection’, quality control,quality assurance sampai ke total quality sangat bervariasi sesuai denganperkembangan ilmu. Jepang menggunakan istilah quality control untukseluruhnya, sedangkan di Amerika memakai istilah ‘continuous qualityimprovement’ untuk ‘total quality’ dan Inggris memakai istilah quality assuranceuntuk ‘quality assurance’, ‘continuous quality improvement’ maupun untuk ‘totalquality’ dan tidak membedakannya. (Lihat Gambar 6).

Page 15: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

15

Gambar 6. Skema sederhana perkembangan mutu.

Evolusi perkembangan mutu itu sendiri berasal dari bidang industri pada awalakhir abad ke sembilan belas dan awal abad ke dua puluh di masa perang duniapertama. Pada waktu itu industri senjata menerapkan kaidah ‘inspection’ dalammenjaga kualitas produksi amunisi dan senjata. Kemudian Shewartmengembangkan dan mengadopsi serta menerapkan kaidah statistik sebagai‘quality control’ serta memperkenalkan pendekatan siklus P-D-S-A (Plan, Do,Study dan Act) yang mana hal ini kemudian dikembangkan oleh muridnyaDeming sebagai P-D-C-A (Plan, Do, Check dan Action). Kaidah PDCA ini menjadicikal bakal yang kemudian dikenal sebagai ‘generic form of quality system’dalam ‘quality assurance’ dari BSI 5751 (British Standards of Institute) yangkemudian menjadi seri EN/ISO 9000 dan 14 000. (Lihat Gambar 7). TatkalaDeming diperbantukan ke Jepang dalam upaya memperbaiki danmengembangkan industri, beliau mengembangkan dengan memadukan unsur

Page 16: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

16

budaya Jepang ‘kaizen’ dan filosofi Sun Tzu dalam hal ‘benchmarking’ maupunmanajemen dan dikenal sebagai ‘total quality’.38 (Lihat Gambar 8)

Gambar 7. Contoh dari model Quality Assurance versi ISO 9001:2000

Sedangkan Total Quality Management/Service (TQM/S) adalah suatu carapendekatan organisasi dalam upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi danresponsif organisasi secara melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segalaproses aktifitas peningkatan mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan/tuntutankonsumen pengguna jasa organisasi organisasi tersebut. (‘Process driven’ dan‘customer-focused oriented’). Ini merupakan suatu tingkat tertinggi dalamupaya organisasi tersebut untuk mencapai tingkat dunia (World Class QualityHealth Care).39 Secara ringkas ada 5 struktur komponen utama dalam TotalQuality Management (TQM) yakni understanding the customer, understandingthe hospital’s business, quality systems, continuous quality improvement danquality tools. (Lihat Gambar 8).

38 Moss F, Palmberg M, Plsek P, Schellekens W. Quality improvement around the world: how much we learn from each other. Qual Health Care 2000;8:63 -6.

39 Firmanda D. Total Quality Management in Healthcare (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43 -9.

Page 17: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

17

Gambar 8. Komponen Total Quality Management (TQM)

Untuk dapat menguasai TQM harus menguasai akan kaidah/tehnik dariperkembangan mutu itu sendiri dari inspection, quality control dengan sevenbasic statistics process control/ SPC (Lihat Gambar 9), dan quality assurancedengan ketiga kompenen utamanya yang terdiri setting standards, checking thestandards (audit and accreditation) dan continuous quality improvement (CQI).

Page 18: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

18

Gambar 9. Seven basic statistics process control (SPC) dari Total QualityManagement (TQM).

Page 19: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

19

Beberapa rumah sakit di Amerika Serikat yang telah menerapkan pendekatanvarians sistem dari Total Quality Management (TQM) adalah sebagaimanadapat dilihat dalam Gambar 10 berikut.

Gambar 10. Beberapa model TQM di rumah sakit Amerika Serikat.

Page 20: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

20

Ruang lingkup Total Quality Management (TQM) dapat disederhanakansebagaimana dapat dilihat pada Gambar 11 berikut.

Gambar 11. Ruang Lingkup Total Quality Management (TQM)

Page 21: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

21

Quality Assurance (QA)

Quality Assurance (QA) adalah tahap ke tiga dan yang paling penting dalamperkembangan mutu suatu institusi/organisasi menuju tingkat yang lebih luasdan tinggi (‘total quality’). QA itu sendiri terdiri dari beberapa komponensebagai berikut40,41;(Gambar 12)

Gambar 12. Komponen Quality Assurance (QA)

40 Nabitz U, Klazinga N, Walburg J. The EFQM excellence model: European and Dutch experiences with the EFQM approach in health

care. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 191 -201.

41 Shaw CD. External quality mechanisms for health care: summary of the ExPERT project on visitatie, accreditation, EFQM and ISO

assessment in European countries. Int J Qual Health Care 2000;12(3): 169-75.

Page 22: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

22

1. StandarStandar dibuat berdasarkan kebijakan (policy), tujuan (aims) dan objektif yangtelah disepakati bersama dalam institusi tersebut untuk dijadikan kriteriayang dapat ditinjau dari segi input/struktur, proses dan output/outcomesebagaimana dapat pada Gambar 13 di bawah. Untuk bidang kesehatanDonabedian42 dengan ‘structure, process dan outcome’ pada awal tahun 80anmemperkenalkan tentang cara penilaian untuk standar, kriteria dan indikator.Selang beberapa tahun kemudian Maxwell mengembangkan ‘six dimensions ofquality’. Tehnik Donabedian dan Maxwell ini lebih menitikberatkan tentang halmembuat standar dan penilaiannya (akreditasi) yang merupakan 2 dari 3komponen ‘quality assurance’.43, 44

Gambar 13. Hubungan antara tujuan dan objekif suatu organisasi/ institusidalam hal standar, kriteria dan indikator mutu berdasarkan pendekatan tehnikDonabedian dan Maxwell.

42 Donabedian A. The quality of care: how can it be assessed ? JAMA 1988; 260:1743-8.

43 Firmanda D. Total quality management in health care (Part One). Indones J Cardiol Pediatr 1999; 1(1):43-9.

44 Firmanda D. The pursuit of excellence in quality care: a review of its meaning, elements, and implementation. Global Health Journal

2000;1(2) http://www.interloq.com/a39vlis2.htm

Page 23: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

23

Ada beberapa tehnik/cara dalam membuat standar tersebut: cara Donabedianatau Maxwell atau bahkan kombinasi antar keduanya (cara Don-Max)sebagaimana contoh berikut (Gambar 14 dan 15):

Gambar 14. Contoh Implementasi Hubungan Tehnik Donabedian dan Maxwelldalam hal standar, kriteria dan indikator mutu.

Page 24: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

24

Gambar 15. Contoh implementasi QA untuk pelayanan ibu hamil dalam membuatstandar, kriteria dan indikator mutunya.

2. Audit dan Akreditasi

Audit dapat dilaksanakan dalam 3 tahap dengan maksud dan tujuan yangberbeda. 45,46,47

Audit pertama (1st Party Audit) sebagai ‘internal audit’ atau ‘self assessment’untuk penilaian promotif dalam rangka deteksi dini dan melakukanperbaikan/peningkatan standar (‘corrective action’). Audit pertama inidilakukan dan diselesaikan pada tingkat SMF masing masing (1st Party Medical

45 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence 2000; 4(3):19-23.

46 Lawrence JJ, Dangerfield B. Integrating professional reaccreditation and quality award. Qual Assur Education 2001; 9(2):80-91.

47 Coyle YM, Battles JB. Using antecedents of medical care to develop valid quality of care measures. Int J Qual Health Care

1999;11(1): 5-12.

Page 25: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

25

Audit) dengan melibatkan seluruh dokter SMF dan pelaksanaan audit tersebutdipimpin oleh Koordinator Etik dan Mutu SMF; Bila perlu dapat mengundangjajaran struktural/manajerial dimana pelayanan tersebut berlangsung (1st

Party Managerial Audit).

Audit ke dua (2nd Party Medical Audit) dilakukan oleh Tim Etik dan MutuPelayanan Komite Medis terhadap kasus Medis yang tidak dapat diselesaikanpada tingkat audit pertama atau kasus tersebut melibatkan antar profesiMedis (beberapa SMF), melibatkan tim tim lintas fungsi maupun lintasmanajerial.

Audit ke tiga (3rd Party Audit) merupakan ‘external audit/peer review’ yangdilakukan oleh pihak ketiga dari satu badan independen yang berwenangmemberikan penilaian pendekatan sistem (‘system-approached’) danmemberikan rekomendasi terakreditasi untuk menyelenggarakan pelayananataupun pendidikan suatu bidang tertentu (‘scope’) selama sekian tahun untukdi akreditasi kembali.

Secara ringkas mengenai hubungan antara audit dengan standar sebagaimanadapat dilihat pada Gambar 16 berikut.

Page 26: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

26

Gambar 16. Hubungan antara standar dengan audit

Continuous Quality Improvement (CQI)

Continuous Quality Improvement (CQI) adalah langkah selanjutnya dalamsiklus QA yang merupakan upaya institusi pelayananan tersebutmempertahankan (monitoring) dan meningkatkan mutu melalui berbagaikegiatan sesuai standar, kriteria dan indikator yang telah ditetapkan

Page 27: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

27

sebelumnya dalam suatu sistem manajemen mutu sebagaimana dapat dilihatpada Gambar 17 berikut.

Gambar 17. Skema ringkas konsep Continuous Quality Improvement (CQI)

Page 28: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

28

Variasi Quality Assurance (QA) : Clinical Governance

Akhir akhir ini QA di bidang kesehatan/kedokteran telah bergeser ke arahsatu variasi yang dinamakan ‘Clinical Governance (CG)’ dengam menitikberatkandalam hal dampak (impact) yakni Patients Safety.48,49,50,51,52,53

Konsep garis besar ‘Clinical Governance (CG)’ dikatakan sebagai upaya dalamrangka continuous quality improvement (CQI) berdasarkan pendekatanintegrasi Evidence-based Medicine (EBM), Evidence-based Health Car (EBHC)dan Evidence-based Policy yang terdiri dari empat aspek utama dari enamaspek yaitu professional performance, resource use (efficiency), riskmanagement dan patients’ satisfaction. Penerapan ‘Clinical Governance’ dalamsuatu organisasi pelayanan kesehatan memerlukan beberapa persyaratan yakniorganisastion-wide transformation, clinical leadership dan positiveorganizational cultures.54,55,56,57

Clinical Governance (CG) adalah suatu cara (sistem) upaya menjamin danmeningkatkan mutu pelayanan secara sistematis dalam satu organisasipenyelenggara pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang efisien. Clinicalgovernance is “a framework through which organisations are accountable forcontinuously improving the quality of their services and safeguarding high

48 Donaldson L. Championing patient safety: going global – a resolution by the World Health Assembly. Qual Saf Health Care 2002;

11:112.

49 US Department of Health and Human Services. US and UK sign agreements to collaborate on health care quality. 10 October 2001.

50 World Health Organization. World Health Organization Executive Board Resolution EB109.R16, 18 January 2002.

51 Moss F, Barach P. Quality and safety in health care: a time of transition. Qual Saf Health Care 2002;11:1.

52 Leach DC. Changing education to improve patient care. Qual Health Care 2001; 10:54-8.

53 Lilford RJ. Patient safety research: does it have legs? Qual Saf Health Care 2002; 11:113-4.

54 Firmanda D. The evolution and roles of Evidence-based Health Policy in Health Service Management. Presented in seminar and

discussion panel on “Evidence-based Policy for the era of Indonesian Health Decentralized System in 21st Century”. Center for Public

Health Research, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University, Yogyakarta 1st March 2001.

55 Scally G, Donaldson LJ. Clinical governance and the drive for quality improvement in the new NHS in England. BMJ 1998;

317(7150):61 -5.

56 Heard SR, Schiller G, Aitken M, Fergie C, Hall LM. Continuous quality improvement: educating towards a culture of clinical

governance. Qual Health Care 2001; 10:70-8.

57 Sausman C. New roles and responsibilities of chief executives in relation to quality and clinical governance. Qual Health Care

2001;10(Suppl II):13-20.

Page 29: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

29

standards of care by creating an environment in which excellence in clinicalcare will flourish.” 58

Secara konsep komponen utama CG terdiri dari:1. Akauntabilitas dan alur pertanggung jawaban yang jelas bagi mutu

pelayanan secara umum dan khusus.2. Kegiatan program peningkatan mutu yang berkesinambumgan.3. Kebijakan manajemen resiko.4. Prosedur profesi dalam identifikasi dan upaya perbaikan/peningkatan

kinerja.

Agar keempat komponen utama tersebut dapat terlaksana dengan baik danhasil yang optimum, maka dalam rencana strategisnya ditekankan akan ‘mutu’dari segi ‘inputs’. Sudah seyogyanya pelayanan kesehatan/kedokteranterstruktur dan dengan baik serta diselenggarakan secara simultan danberkesinambungan melalui suatu sistem dan subsistem yang jelas dan konsistendalam hal kebijakan (policy) dan panduan (manual).59,60,61,62

Sistem Komite Medik, Sistem SMF/KSM dan Sub Sistem Tim Tim KomiteMedik (Clinical Governance)

Dalam rangka meningkatkan mutu profesi baik secara keseluruhan, kelompokmaupun individu profesi, Komite Medik membuat kebijakan melalui Sidang PlenoKomite Medik dan menetapkan Sistem Profesi di tingkat Komite Medik, SMFdan Tim Tim Komite Medik. Pada prinsip dasarnya sistem tersebut menjelaskansecara eksplisit mengenai struktur, fungsi, tugas, wewenang dan tanggungjawab serta jadwal dan alur kegiatan untuk bidang pelayanan profesi,pendidikan dan penelitian kedokteran di rumah sakit. Konsep dasar Clinical

58 Buetow SA, Roland M. Clinical governance: bridging the gap between managerial and clinical approaches to quality of care. Qual

Health Care 1999;8:184 -190.

59 Groll R, Baker R, Moss F. Quality improvement research: understanding the science of change in health care – essential for all who

want to improve health care and education. Qual Saf Health Care 2002; 11:110-1.

60 Pittilo RM, Morgan G, Fergy S. Developing programme specifications with professional bodies and statutory regulators in health and

social care. Qual Assur Education 2000; 8(4):215-21.

61Ancarani A, Capaldo G. Manegement of standarised public services: a comprehensive approach to quality assessment. Managing

Service Qual 2001;11(5):331-41.

62 Carroll JS, Edmondson AC. Leading organisational learning in health care. Qual Saf Health Care 2002;11:51–6.

Page 30: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

30

Governance Komite Medik terdiri dari gabungan dari sistem mutu, epidemiologiklinis (Evidence-based Medicine/EBM), dan peraturan serta perandungan yangberlaku. Secara sederhana sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 18 dan 19berikut.63

63 Firmanda D. Sistem Komite Medik RS Fatmawati, 20 Februari 2003.

Page 31: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

31

Gambar 18. Konsep gabungan sistem mutu dan Evidnce based-medicine dalam Clinical Governance Komite Medik

Inspection QualityControl

QualityAssurance

TotalQuality

a . Setting Standardsb . Conform with standards

(Audit/Akreditasi)c Maintained & Improve

ClinicalGovernance

NICE

CHImp

Understandingthe customers

CQIQualitySystem

QualityTools

Understandingthe business

Readers’Guides toMedical

Literatures

Users’ Guidesto MedicalLiteratures

Evidence-based

Medicine(EBM)

Evidence-basedClinical

Specialities

Evidence-basedHealth Care

(EBHC): Policy• Health

TechnologyAssessment Others

80an 90an

InformationMastery

Abad 21

ClinicalEpidemiology

BSI 5751EN/ISO 9000MBNQAEQABenchmarking AwardDeming Prize AwardSQL

HealthNeedsAssessment

BalancedScorecard(SFO)

Page 32: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

32

Gambar 19. Kontruksi/Struktur implementasi Clinical Governance Komite Medik

o Validityo Importancyo Applicability

Problem(s)Formulation

Search theevidence

CriticalAppraisal

ImplementationEvaluation

Medical Audito Retrospectiveo Concurrento Cohort/Prospective

Monitoringo Quality tools/SPCo Balanced Scorecard

EBM

Meta-analysis

Systematicreview

Overview

Guidelines SOP/SPM

o Profes

Health Technology Assessment

Risk Management/Hospital by laws:o Etika Kedokteran/Kesehatano UU Kesehatano UU Hak Perlindungan Konsumeno UU (Praktik) Kedokteran

RSKomite MedisSMF/Instalasi

Page 33: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

33

Dalam Sistem Komite Medik menerangkan tentang mekanisme pengambilan

keputusan melalui Sidang Pleno Komite Medik yang diadakan setiap Senin jam 12.30 –

13.30 WIB. Hasil sidang pleno tersebut bersifat mengikat berlaku kepada seluruh

anggota profesi di lingkungan rumah sakit. Secara singkat dapat di lihat pada

Gambar 20 – Gambar 28 sebagai berikut:

Gambar 20. Struktur dan Ruang Lingkup Komite Medis

Page 34: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

34

Gambar 21. Tim Tim Komite Medis

Gambar 22. Struktur SMF/KSM

Page 35: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

35

Gambar 23. Ruang Lingkup SMF

Gambar 24 . Contoh buku Sistem Komite Medik dan Sistem SMF

Page 36: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

36

Gambar 25. Struktur Organisasi Komite Medik, Ketua SMF dan Tim

Gambar 26. Pedoman Audit Medis, Pedoman Pelaksanaan Patients Safety danPedoman Kerja Tim Komite Medik.

Page 37: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

37

Gambar 27. Sistem Penelitian, Sistem Pendidikan Kedokteran dan PanduanPendidikan Klinis Dasar.

Page 38: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

38

Gambar 28. Contoh Format Uraian Tugas, Fungsi dan Rencana Kerja Tim Tim Komite Medik

Page 39: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

39

Struktur dan Model/Paradigma Sistem Komite Medis RS Fatmawati

I. Kebijakan (Policy)

1. Visi dan Misi Komite Medis Rumah Sakit Fatmawati tidak terlepas danmenjadi satu kesatuan dengan Visi dan Misi Rumah Sakit Fatmawati.

2. Sistem Komite Medis terintegrasi dan menjadi satu kesatuan denganSistem Rumah Sakit Fatmawati di bidang profesi Medis.

3. Ketetapan Komite Medis Rumah Sakit Fatmawati merupakan pedomanbagi seluruh SMF di lingkungan Rumah Sakit Fatmawati dalammenjalankan fungsi keprofesian di bidang pelayanan Medis.

4. Sidang Pleno merupakan sidang tertinggi Komite Medis dalampengambilan keputusan yang menyangkut hal Kebijakan Komite Medisdan Sistem Komite Medis.a. Peserta Sidang Pleno terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota

Komite Medis. Ketua dan Anggota Komite Medis mempunyai hakbicara dan hak suara sedangkan Sekretaris Komite Medis hanyamempunyai hak bicara.

b. Sidang Pleno dipimpin oleh Ketua Komite Medis dengan didampingiSekretaris Komite Medis.

c. Sidang Pleno dianggap sah jika dihadiri oleh sekurang kurangnyaseparuh dari Anggota Komite Medis ditambah satu. Bila korumtidak tercapai, maka secepat cepatnya dalam 15 (lima belas) menitdan selambat lambatnya 24 (dua puluh empat) jam, sidangdinyatakan sah tanpa memandang korum.

d. Keputusan Sidang Pleno diambil secara musyawarah dan mufakat.Dalam hal yang tidak memungkinkan, keputusan diambil denganpemungutan suara menurut suara terbanyak.

II. Kode Etik Profesi Medis

1. Kode Etik Profesi Medis Rumah Sakit Fatmawati merupakan satukesatuan dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan

Page 40: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

40

Sumpah/Janji Dokter yang berlaku mengikat bagi seluruh profesiMedis di Indonesia.

2. Sidang Etika Profesi Komite Medis merupakan sidang Komite Medisdalam pengambilan keputusan yang menyangkut hal etika profesi Medisdi lingkungan Rumah Sakit Fatmawati.

2.1 Peserta Sidang Etika Profesi Komite Medis terdiri dari Ketua,Sekretaris dan Anggota Komite Medis. Ketua dan AnggotaKomite Medis mempunyai hak bicara dan hak suara sedangkanSekretaris Komite Medis hanya mempunyai hak bicara.

2.2 Sidang Etika Profesi Komite Medis dipimpin oleh Ketua KomiteMedis atau yang diberi wewenang dengan didampingi SekretarisKomite Medis.

2.3 Sidang Etika Profesi Komite Medis dianggap sah jika dihadirioleh sekurang kurangnya separuh dari Anggota Komite Medisditambah satu. Bila korum tidak tercapai, maka secepat cepatnyadalam 15 (lima belas) menit dan selambat lambatnya 24 (dua puluhempat) jam, sidang dinyatakan sah tanpa memandang korum.

2.4 Keputusan Sidang Etika Profesi Komite Medis diambil secaramusyawarah dan mufakat berdasarkan penilaian format. Dalamhal yang tidak memungkinkan, keputusan diambil denganpemungutan suara menurut suara terbanyak.

3. Keputusan Sidang Etika Profesi Komite Medis diserahkan kepada KetuaMedis untuk disampaikan dalam bentuk rekomendasi sebagai bahanpertimbangan Direksi.

4. Format Penilaian Sidang Etika Profesi Komite Medis

Sedangkan untuk Sistem SMF sangat bervariasi tergantung dari sumber daya,

sifat dan objektif dan struktur SMF masing masing sesuai dengan kondisi

Page 41: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

41

fungsionalnya, akan tetapi format dasarnya adalah seragam terdiri dari

sebagaimana berikut:

I. Kebijakan: Visi, Misi, Sistem Pelayanan, Pendidikan dan

penelitian SMF

II. Struktur SMF:

i. Organisasi

ii. Rencana Strategis SMF

iii. Standar Pelayanan Medis (Standard of Operating

Procedures/SOP) sesuai Evidence-based Medicine/EBM.

iv. Jadwal Kegiatan Ilmiah:

a. Ronde Besar,

b. Journal Reading dan

c. Kasus Kematian dan atau Kasus Sulit (1st

Party Medical Audit).

v. Jadwal Kegiatan Pelayanan Medis:

a. Poliklinik,

b. Ruang Rawat Inap dan

c. Dinas Jaga Konsulen.

vi. Jadwal Kegiatan Pendidikan:

a. Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDSp):

i. Rotasi PPDSp

ii. Journal Reading

iii. Ronde Ruangan

b. Kepaniteraan S1:

i. Rotasi Mahasiswa

ii. Bimbingan Pemeriksaaan Fisik

iii. Sajian Kasus

iv. Referat

v. Laporan Jaga

vi. Ujian Mingguan dan Ujian Akhir

vii. Yudisium

Page 42: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

42

vii. Jadwal Rencana Pendidikan dan Penelitian

viii. Pembukuan Neraca Keuangan dan Jadwal Pelaporan

Berkala.

ix. Jadwal Cuti Tahunan.

x. Jadwal Monitoring dan Audit Internal dalam rangkaperbaikan dan peningkatan kegiatan (corrective, preventiveand advancing action) SMF.

Proses ini diharapkan berkesinambungan agar terbentuk suatu ‘quality trainedcommunity’ dan tercipta budaya transformasi ‘quality is everyone’s responsibility’yang akan menuju kearah Clinical Excellence dengan ‘process driven’ dan‘customer-focused oriented’.

Kegiatan Audit Medis

Audit medik merupakan salah satu suatu kegiatan sistematik dari beberapakomponen yang saling berkaitan dan tidak terpisahkan di dalam satu sistemlingkaran Clinical Governance dalam rangka upaya meningkatkan mutupelayanan profesi medis di institusi pelayanan kesehatan (dalam hal ini rumahsakit).

Audit sebagai alah satu upaya dalam rangka meningkatkan mutu profesiberkesinambungan berdasarkan Evidence – based Medicine ( EBM ) danEvidence – based Health Care ( EBHC ). Audit dapat dilakukan scarapendekatan ‘bottom up’ dan ‘top down’ dengan mekanisme sebagai berikut:

Page 43: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

43

Page 44: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

44

Setiap kegiatan audit medis (baik 1st Party Medical audit, 1st PartyManagerial Audit maupun 2nd Party Audit) dicatat sesuai dengan formatFormulir berikut.

Page 45: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

45

Page 46: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

46

Page 47: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

47

Page 48: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

48

Format “Etika Profesi Medis”

1. Kasus: pidana/perdata/profesi/pengaduan*……………………………….2. Tanggal/Nomor Berkas: …………………………………..3. Nama: ……………………………………………4. SMF : ……………………………………………..5. Nomor KTA IDI/KTA Ikatan/Perhimpunan Spesialis: ……………………6. Materi:

Materi

EtikaKedokteran

(Ethics)

HukumKedokteran/Kesehatan

(Laws)

Kebijakan(Policy)

Studiempirik

(Empiricalstudies)

ConsentDisclosureCapacityVoluntarinessSubstitutedecisionmakingAdvance careplanningTruth TellingConfidentiality…..dstKesimpulan:

Responsiveness: ……………………………………………………………….dstResponsibility : …………………………………………………………………...dstDuty of care:………………………………………………………………………dst

Keputusan:……………………………………………………………….dstSaran/Anjuran: ………………………………………………………………….dst

Jakarta, ………………………..….Ketua Sidang Etika Profesi Medis:

(……………………………..)

Page 49: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

49

Langkah selanjutnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan profesiuntuk melengkapi proses implementasi hal diatas serta sekaligus untukberpartisipasi aktif dalam rangka antisipasi globalisasi dan Undang UndangPraktik Kedokteran serta Rancangan Undang Undang Rumah Sakit KomiteMedik RS Fatmawati telah membuat konsep, struktur dan modelnya yanglebih menitik beratkan dampak (impact) Patient Safety dalam kerangka kerjaClinical Governance Komite Medik untuk bidang pelayanan dan pendidikanprofesi.

Disamping berdasarkan hasil kajian analisis Komite Medik adanyakecenderungan meningkatanya pengaduan maupun tuntutan pasiensebagaimana dapat dilihat pada Gambar 29 berikut:

Gambar 29. Trend and Risk Analysis pengaduan

Page 50: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

50

Maka Komite Medik RS Fatmawati telah mengadakan Sidang Pleno sebanyak 5kali khusu mengenai Patient Safety, pada tanggal 11 Juli2005 memutuskanuntuk mendesain khusus langkah langkah antisipasi sebagai berikut:

Resiko Manajemen Klinis (Clinical Risks Management and Patient Safety)1. Konsep 3 unsur:

a. Persepsi suatu kejadianb. Kemungkinan (probabilitas) terjadi (Likelihood Ratio)c. Konsekuensi (dampak atau akibat) kejadian (Impact)

Matriks Nilai Derajat Resiko = LR x I2. Struktur: resiko bisa timbul pada setiap segi dan sudut perjalanan

pasien selama dirawata. Sistem: Sistem Manajemen RS, Sistem Komite Medik, Sistem

SMF, Sistem Pendidikan, Sistem Penelitian dllb. Legalitas: SP, SIP, SPTPc. Kebijakan: tingkat RS, Instalasi, Komite Medik & SMFd. Prosedur: SPO/SPM, Daftar Formularium RSF edisi 3 &

adendum.

3. Model – Manajemen Resiko Klinis (Clinical Risk Management/CRM)a. Identifikasib. Analisis: Derajat Resiko, Tingkat Keparahan, Penyebab (RCA)c. Penanganan Resikod. Umpan balike. Pendidikan dan pelatihanf. Governance

Maka Konsep, Struktur dan Model Komite Medik mengenai mutu menjadisebagai berikut:

Page 51: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

51

Gambar 30. Perubahan Konsep Mutu Komite Medik RS Fatmawati kearahPatients Safety

Page 52: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

52

Seiring dengan perjalanan waktu Komite Medik RS Fatmawati telah membuat:1. Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan/Keselamatan Pasien

(Clinical Risks Management and Patients Safety).2. Instrumen Penilaian Risiko Klinis dan Keamanan/Keselamatan Pasien

(Clinical Risks Management and Patients Safety) di Rumah Sakit.3. Clinical Pathways untuk Sistem DRGs Casemix Rumah Sakit.4. Pedoman Health Impact Interventions (HII) sebagai kelanjutan dari

kombinasi Audit Medis dan hasil surveillance Tim Pengendalian Infeksi.

Page 53: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

53

Gambar 31. Panduan Manajemen Risiko Klinis dan Keamanan/KeselamatanPasien (Clinical Risks Management and Patients Safety).

Page 54: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

54

Gambar 32. Instrumen Penilaian Risiko Klinis dan Keamanan/KeselamatanPasien (Clinical Risks Management and Patients Safety) di Rumah Sakit.

Page 55: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

55

Gambar 33. Clinical Pathways untuk Sistem DRGs Casemix Rumah Sakit.

Page 56: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

56

Gambar 34. Contoh Format Clinical Pathways:

Page 57: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

57

Gambar 35. Contoh Buku Clinical Pathways di salah satu SMF

Page 58: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

58

Ganbar 36. Pedoman Health Impat Interventions (HII) sebagai kelanjutandari Audit Medik.

Page 59: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

59

Gambar 37. Contoh Format Health Impact Interventions (HII)

Page 60: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

60

Clinical Pathways

Definisi

Clinical Pathways (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayananterpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasienberdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yangberbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktutertentu selama di rumah sakit.64,65,66

Prinsip prinsip dalam menyusun Clinical Pathways

Dalam membuat Clinical Pathways penanganan kasus pasien rawat inapdi rumah sakit harus bersifat:

a. Seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan harus secaraterpadu/integrasi dan berorientasi fokus terhadap pasien (PatientFocused Care) serta berkesinambungan (continuous of care)

b. Melibatkan seluruh profesi (dokter, perawat/bidan, penata,laboratoris dan farmasis)

c. Dalam batasan waktu yang telah ditentukan sesuai dengankeadaan perjalanan penyakit pasien dan dicatat dalam bentukperiode harian (untuk kasus rawat inap) atau jam (untuk kasusgawat darurat di unit emergensi).

d. Pencatatan CP seluruh kegiatan pelayanan yang diberikan kepadapasien secara terpadu dan berkesinambungan tersebut dalambentuk dokumen yang merupakan bagian dari Rekam Medis.

e. Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan CP dicatatsebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.

f. Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit,penyakit penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis(medical errors).

64 Firmanda D. Pedoman Penyusunan Clinical Pathways dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemixdi rumah sakit. Disampaikan dalam Sidang Pleno Komite Medik RS Fatmawati, Jakarta 7 Oktober2005.

65 Firmanda D. Clinical Pathways: Peran profesi medis dalam rangka menyusun Sistem DRGs Casemix dirumah sakit. Disampakan pada kunjungan lapangan ke RSUP Adam Malik Medan 22 Desember 2005,RSUP Hasan Sadikin Bandung 23 Desember 2005 dan Evaluasi Penyusunan Clinical Pathways dalamrangka penyempurnaan Pedoman DRGs Casemix Depkes RI, Hotel Grand Cempaka Jakarta 29

Desember 2005.66 Firmanda D, Pratiwi Andayani, Nuraini Irma Susanti, Srie Enggar KD dkk. Clinical Pathways

Kesehatan Anak dalam rangka implementasi Sistem DRGs Casemix di RS Fatmawati,Jakarta 2006.

Page 61: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

61

g. Varians tersebut dipergunakan sebagai salah satu parameterdalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutupelayanan.

Clinical Pathways tersebut dapat merupakan suatu Standar ProsedurOperasional yang merangkum:

a. Profesi medis: Standar Pelayanan Medis dari setiap Kelompok StafMedis/Staf Medis Fungsional (SMF) klinis dan penunjang.

b. Profesi keperawatan: Asuhan Keperawatanc. Profesi farmasi: Unit Dose Daily dan Stop Orderingd. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap dan Operasi dari Sistem

Kelompok Staf Medis/Staf Medis Fungsional (SMF), Instalasi danSistem Manajemen Rumah Sakit.

Langkah langkah penyusunan Clinical Pathways

Langkah langkah dalam menyusun Format Clinical Pathways yangharus diperhatikan:

1. Komponen yang harus dicakup sebagaimana definisi dari ClinicalPathways

2. Manfaatkan data yang telah ada di lapangan rumah sakit dankondisi setempat67 seperti data Laporan RL2 (Data KeadaanMorbiditas Pasien) yang dibuat setiap rumah sakit berdasarkanBuku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data RumahSakit68 dan sensus harian untuk:

a. Penetapan judul/topik Clinical Pathways yang akan dibuat.b. Penetapan lama hari rawat.

3. Untuk variabel tindakan dan obat obatan mengacu kepadaStandar Pelayanan Medis, Standar Prosedur Operasional danDaftar Standar Formularium yang telah ada di rumah sakitsetempat, Bila perlu standar standar tersebut dapat dilakukanrevisi sesuai kesepakatan setempat.

4. Pergunakan Buku ICD 10 untuk hal kodefikasi diagnosis dan ICD9 CM untuk hal tindakan prosedur sesuai dengan profesi/SMFmasing masing.26

67 Firmanda D. Kodefikasi ICD 10 dan ICD 9 CM: indikator mutu rekam medik dalam rangkameningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Disampaikan pada Sosialisasi Pola Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit. Diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RIdi Hotel Panghegar Bandung 1-3 Juni 2006.

68 Departemen Kesehatan RI. Buku Petunjuk Pengisian, Pengolahan dan Penyajian Data RumahSakit. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta 2005.

Page 62: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

62

Persiapan dalam penyusunan Clinical Pathways

Agar dalam menyusun Clinical Pathways terarah dan mencapai sasaranserta efisien waktu, maka diperlukan kerjasama dan koordinasi antarprofesi di SMF, Instalasi Rawat Inap (mulai dari gawat darurat, ruanganrawat inap, ruangan tindakan, instalasi bedah, ICU/PICU/NICU) dansarana penunjang (instalasi gizi, farmasi, rekam medik, akuntasikeuangan, radiologi dan sebagainya). Lihat Gambar 38 sampai denganGambar 43.

1. Profesi Medis – mempersiapkan Standar Pelayanan Medis(SPM/SPO) sesuai dengan bidang keahliannya. Profesi Medis darisetiap divisi berdasarkan data dari rekam medis diatas -mempersiapkan SPM/SPO, bila belum ada dapat menyusun duluSPM/SPOnya sesuai kesepakatan.

2. Profesi Rekam Medis/Koder – mempersiapkan buku ICD 10 danICD 9 CM, Laporan RL1 sampai dengan 6 (terutama RL2). ProfesiRekam Medis membuat daftar 5 - 10 penyakit utama dan terseringdari setiap divisi SMF/Instalasi dengan kode ICD 10 serta reratalama hari rawat berdasarkan data laporan morbiditas RL2.

3. Profesi Perawat – mempersiapkan Asuhan Keperawatan.4. Profesi Farmasi – mempersiapkan Daftar Formularium, sistem unit

dose dan stop ordering.5. Profesi Akuntasi/Keuangan – mempersiapkan Daftar Tarif rumah

sakit

Page 63: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

63

Gmbar 38. Keterkaitan dan keterpaduan antar profesi dalam menyusunClinical Pathways.

Page 64: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

64

Gambar 39. Peran profesi medis dalam menyusun Clinical Pathways.

Page 65: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

65

Gambar 40. Peran profesi rekam medis dalam menyusun ClinicalPathways.

Page 66: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

66

Gambar 41. Peran profesi keperawatan dalam menyusun ClinicalPathways.

Page 67: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

67

Gambar 42. Peran profesi apoteker dalam menyusun Clinical Pathways.

Page 68: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

68

Gambar 43. Peran profesi akutansi dalam menyusun Clinical Pathways.

Page 69: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

69

Format Umum Clinical PathwaysLangkah selanjutnya adalah mengkaji dan mendesain Format UmumClinical Pathways sebagai ‘template’ untuk setiap profesi untukmembuat clinical pathways masing masing sesuai dengan bidangkeahliannya dan melibatkan multidisiplin profesi medis, keperawatandan farmasis/apoteker sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 44berikut.

Gambar 44. Format Umum Clinical Pathways RSUP Dr. WahidinSudirohusodo Makassar69

69 Firmanda D. Disampaikan pada Pelatihan dan Penyusunan Clinical Pathways di RSUP WahidinSudirohusodo dan FK Universitas Hasanudin 7-8 Agustus 2008 di Makassar.

Page 70: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

70

Hubungan Clinical pathways dalam Sistem Casemix (INA-DRF)

Page 71: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

71

Tabel 2. Klasifikasi 23 Major Diagnostic Categories dalam INA-DRG

Page 72: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

72

Gambar 45. Contoh Koding MDC dan kaitan dengan severity dan biaya.

Page 73: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

73

Pada saat ini, sedang dilakukan uji coba suatu instrumen yang akandigunakan untuk menilai kinerja mutu (performamce) rumah sakit olehWHO regional Eropa yang dinamakan Performance Assessment Tools forHospital (PATH).70,71,72,73 Instrumen tersebut kemungkinan akanditerapkan oleh seluruh rumah sakit di dunia sebagaimana halnyaprogram WHO World Alliance for Patient Safey – Move Program30 sebagaiworld class hospitals’ benchmarking.

Alangkah tepatnya bila kita bersiap untuk mengantisipasi hal tersebutdengan situasi dan kondisi rumah sakit kita sekarang ke arah programPATH tersebut dengan merangkum sistem yang telah ada dan berjalansaat ini.

Komponen dari dimensi PATH tersebut terdiri dari 6 dimensi dengan 4domain (clinical effectiveness, efficiency, staff orientation and responsivegovernance) yang merangkum 2 perspektif transversal (safety, patientcenteredness)74,75,76.

Sedangkan Clinical Pathways dapat dipergunakan sebagai alat untukimplementasi PATH sebagaimana dapat dilihat hubungan antarkeduanya pada Gambar 46 berikut.

70 WHO Regional Office for Europe. Measuring hospital performance to improve the quality of care inEurope: a need for clarifying the concepts and defining the dimensions. January 2003

71 WHO Regional Office for Europe. How can hospital performance can be measured and monitored.August 2003.

72 WHO Regional Office for Europe. PATH (Performance Assessment Tools for Quality Improvementin Hospitals). 2007.

73 WHO Regional Office for Europe. Assuring the quality of care in the European Union. 200874 WHO Regional Office for Europe. First Workshop on Pilot Implementation of the Performance

Assessment Tool for quality improvement in Hospitals. February 2004.75 Oliver Groene O, Skau JKH, Frølich A. An international review of projects on hospital performance

assessment. International Journal for Quality in Health Care 2008 20(3):162-17176 Groene O, Klazinga N, Kazandjian VB, Lombrail P, Bartels P. The World Health Organization

Performance Assessment Tool for Quality Improvement in Hospitals (PATH): An Analysis of thePilot Implementation in 37 Hospitals. International Journal for Quality in Health Care 2008

20(3):155-161.

Page 74: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

74

Gambar 46 Hubungan Clinical Pathways dengan PerformanceAssessment Tools for Hospitals (PATH).76,77

77 Firmanda D. How to develop Safety and Patient Centredness for Clinical Effectiveness. Disampaikanpada Hospital Management 3 yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Administrasi dan KebijakanKesehatan FKM UI di Grand Angkasa Hotel International, Medan 11 Agustus 2008.

Page 75: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

75

Kesimpulan:

1. Fungsi, Tugas, Wewenang & Tanggung Jawab/Gugat setiap jenjangpelayanan terutama barisan depan dan lokasi beresiko.

2. Alur pasien dan pelayanan harus jelas, mudah dimengerti dan tidaktumpang tindih.

3. Prinsip dasar “profesionalisme” ditingkatkan:a. Responsivenessb. Responsiblec. Duty of care

4. Faktor Keberhasilan Audit Medis - 4 Kunci Keberhasilan:1. Kepemimpinan (Leadership) :

a. Melibatkan seluruh staf medis Dipimpin oleh Ketua SMF dandidampingi oleh Koordinator Etik dan Mutu sebagaiSekretaris I (berfungsi sebagai notulen agenda rapat) danKoordinator Pelayanan Medis sebagai penanggung jawab SPM.

b. Audit Medis dilaksanakan secara terbuka, tidakkonfrontatif, tidak menyalahkan individu, rasa kebersamaandan bersifat rahasia intern profesi.

2. Organisasi (Organisation) : Audit Medis di tingkat KSM dan KomiteMedis (Tim Etik & Mutu/SubKomite Audit Medis)

a. Audit Medis dilakukan di tingkat SMF:i. ‘Bottom up’ : setiap 2 minggu/setiap diperlukan (SMF)ii. ‘Top down’ : setiap 3 atau 6 bulan (Komite Medis)

b. Acara Setiap Rapat Audit Medis:i. Koordinator Etik dan Mutu membacakan notulen Rapat

Audit Medis sebelumnya,ii. Koordinator Pelayanan Medis membacakan setiap

langkah yang diambil/diputuskan dalam SPM/SOPiii. Penetapan ruang lingkup (scope) dan Penjadwalan Audit

Medis

3. Pedoman (Guidelines): yang jelas bagi setiap langkah yang akan danharus dilakukan.

4. Motivasi (Individual motivation): diperlukan kepemimpinan klinisyang baik, konsekuen dan konsisten.

Page 76: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

76

FORMAT UNTUK PENYUSUNANCLINICAL PATHWAYS

RSUD KABUPATEN KARAWANG

JAWA BARAT

Page 77: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

77

FORMAT UMUM CLINICAL PATHWAYSCLINICAL PATHWAYS DAN SISTEM DRGs CASEMIX

SMF …………………………… RSUD KABUPATEN KARAWANG………………………………………………………………………

2008

Nama Pasien:……………………………………………………

Umur:………………

Berat Badan:……………..kg

Tinggi Badan:…………..cm

Nomor Rekam Medis:…………………………….

Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : …. hariR. Rawat

…………….Tgl/Jam masuk:……………….

Tgl/Jam keluar:……………….

Lama Rwt……... hari

Kelas:……..

Tarif/hr (Rp):………….

Biaya (Rp)……………

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

HR…..

Aktivitas Pelayanan

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

HS….

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta KomplikasiAsessmen Klinis: Pemeriksaan dokter ……….. Konsultasi ………..Pemeriksaan Penunjang: ………..Tindakan: ………..Obat obatan:

………..

Nutrisi: ………..Mobilisasi: ………..Hasil (Outcome):Pendidikan/RencanaPemulangan:Varians:

Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CMNama Perawat:

…………………… Utama ……………………… ……….. ……………………………………. ………………..………………………. ……….. ……………………………………. ………………..Nama Dokter:

…………………… Penyerta

……………………… ……….. ……………………………………. ………………..………………………. ……….. ……………………………………. ………………..Nama Pelaksana

Verifikasi:……………………

Komplikasi……………………… ……….. ……………………………………. ………………..

Page 78: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

78

CLINICAL PATHWAYS DAN SISTEM DRGs CASEMIXSMF …………………………… RSUD KABUPATEN KARAWANG

………………………………………………………………………2008

Nama Pasien:……………………………………………………

Umur:………………

Berat Badan:……………..kg

Tinggi Badan:…………..cm

Nomor Rekam Medis:…………………………….

Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat :5 hariR. Rawat

…………….Tgl/Jam masuk:……………….

Tgl/Jam keluar:……………….

Lama Rwt……... hari

Kelas:……..

Tarif/hr (Rp):………….

Biaya (Rp)……………

Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5Aktivitas Pelayanan

Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …Diagnosis: Penyakit Utama ………………. …………… …………… …………… …………… Penyakit Penyerta ………………. …………… …………… …………… …………… Komplikasi ………………. …………… …………… …………… ……………Asessmen Klinis: Pemeriksaan dokter ………………. …………… …………… …………… …………… ………….. Konsultasi ………………. …………… …………… …………… …………… …………..Pemeriksaan Penunjang: ………………. …………… …………… …………… ……………

…………..Tindakan: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..Obat obatan: ……………….

……………….………………..………………..

………………..………………..

………………..………………..

………………..………………..

……………….

Nutrisi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..Mobilisasi: ………………. …………… …………… …………… …………… …………..Hasil (Outcome): ………………. …………… …………… …………… …………… ………………. …………… …………… …………… …………… ………………. …………… …………… …………… ……………Pendidikan/RencanaPemulangan:

………………. …………… …………… …………… ……………

Varians: ……………….……………………………….

………………………………………

………………………………………

………………………………………

………………………………………

Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CMNama Perawat:

…………………… Utama ……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Dokter:

…………………… Penyerta

……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Pelaksana

Verifikasi:……………………

Komplikasi……………………… ………..

Page 79: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

79

CLINICAL PATHWAYS DAN SISTEM DRGs CASEMIXSMF …………………………… RSUD KABUPATEN KARAWANG

………………………………………………………………………2008

Nama Pasien:……………………………………………………

Umur:………………

Berat Badan:……………..kg

Tinggi Badan:…………..cm

Nomor Rekam Medis:…………………………….

Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : 6 hariR. Rawat

…………….Tgl/Jam masuk:……………….

Tgl/Jam keluar:……………….

Lama Rwt……... hari

Kelas:……..

Tarif/hr (Rp):………….

Biaya (Rp)……………

Hari Rawat 1 Hari Rawat 2 Hari Rawat 3 Hari Rawat 4 Hari Rawat 5 Hari Rawat 6Aktivitas Pelayanan

Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: … Hari Sakit: …Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta KomplikasiAsessmen Klinis: Pemeriksaan dokter ………….. Konsultasi …………..Pemeriksaan Penunjang:

…………..Tindakan: …………..Obat obatan: ……………….

Nutrisi: …………..Mobilisasi: …………..Hasil (Outcome):Pendidikan/RencanaPemulangan:Varians:

Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CMNama Perawat:

…………………… Utama ……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Dokter:

…………………… Penyerta

……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Pelaksana

Verifikasi:……………………

Komplikasi……………………… ………..

Page 80: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

80

CLINICAL PATHWAYS DAN SISTEM DRGs CASEMIXSMF …………………………… RSUD KABUPATEN KARAWANG

………………………………………………………………………2008

Nama Pasien:……………………………………………………

Umur:………………

Berat Badan:……………..kg

Tinggi Badan:…………..cm

Nomor Rekam Medis:…………………………….

Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : 7 hariR. Rawat

…………….Tgl/Jam masuk:……………….

Tgl/Jam keluar:……………….

Lama Rwt……... hari

Kelas:……..

Tarif/hr (Rp):………….

Biaya (Rp)……………

Hari Rawat1

Hari Rawat2

Hari Rawat3

Hari Rawat4

Hari Rawat5

Hari Rawat6

Hari Rawat7

Aktivitas Pelayanan

Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit.. Hari Sakit..Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta KomplikasiAsessmen Klinis: Pemeriksaan dokter ……….. Konsultasi ………..Pemeriksaan Penunjang: ………..Tindakan: ………..Obat obatan:

………..

Nutrisi: ………..Mobilisasi: ………..Hasil (Outcome):Pendidikan/RencanaPemulangan:Varians:

Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CMNama Perawat:

…………………… Utama ……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Dokter:

…………………… Penyerta

……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Pelaksana

Verifikasi:……………………

Komplikasi……………………… ………..

Page 81: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

81

CLINICAL PATHWAYS DAN SISTEM DRGs CASEMIXSMF …………………………… RSUD KABUPATEN KARAWANG

………………………………………………………………………2008

Nama Pasien:……………………………………………………

Umur:………………

Berat Badan:……………..kg

Tinggi Badan:…………..cm

Nomor Rekam Medis:…………………………….

Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : 12 hariR. Rawat

…………….Tgl/Jam masuk:……………….

Tgl/Jam keluar:……………….

Lama Rwt……... hari

Kelas:……..

Tarif/hr (Rp):………….

Biaya (Rp)……………

HR 1 HR 2 HR 3 HR 4 HR 5 HR 6 HR 7 HR 8 HR 9 HR10

HR11

HR12

Aktivitas Pelayanan

HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS .. HS ..Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta KomplikasiAsessmen Klinis: Pemeriksaan dokter ………….. Konsultasi …………..Pemeriksaan Penunjang:

…………..Tindakan: …………..Obat obatan: ……………….

Nutrisi: …………..Mobilisasi: …………..Hasil (Outcome):Pendidikan/RencanaPemulangan:Varians:

Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CMNama Perawat:

…………………… Utama ……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Dokter:

…………………… Penyerta

……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Pelaksana

Verifikasi:……………………

Komplikasi……………………… ………..

Page 82: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

82

CLINICAL PATHWAYS DAN SISTEM DRGs CASEMIXSMF …………………………… RSUD KABUPATEN KARAWANG

………………………………………………………………………2008

Nama Pasien:……………………………………………………

Umur:………………

Berat Badan:……………..kg

Tinggi Badan:…………..cm

Nomor Rekam Medis:…………………………….

Diagnosis Awal: ………………………………. Kode ICD 10 : …………………… Rencana rawat : 14 hariR. Rawat

…………….Tgl/Jam masuk:……………….

Tgl/Jam keluar:……………….

Lama Rwt……... hari

Kelas:……..

Tarif/hr (Rp):………….

Biaya (Rp)……………

HR1

HR2

HR3

HR4

HR5

HR6

HR7

HR8

HR9

HR10

HR11

HR12

HR13

HR14

Aktivitas Pelayanan

HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS HS

Diagnosis: Penyakit Utama Penyakit Penyerta KomplikasiAsessmen Klinis: Pemeriksaan dokter ……….. Konsultasi ………..Pemeriksaan Penunjang: ………..Tindakan: ………..Obat obatan:

………..

Nutrisi: ………..Mobilisasi: ………..Hasil (Outcome):Pendidikan/RencanaPemulangan:Varians:

Jumlah BiayaDiagnosis Akhir: Kode ICD 10 Jenis Tindakan: Kode ICD 9 – CMNama Perawat:

…………………… Utama ……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Dokter:

…………………… Penyerta

……………………… ……….. ………………………. ……….. Nama Pelaksana

Verifikasi:……………………

Komplikasi……………………… ………..

Page 83: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

83

CONTOH

PATH(Performance Assessment Tool for Quality Improvement in Hospitals)

SMF KESEHATAN ANAK RSUP FATMAWATIdalam rangka menuju World Class Hospital

Page 84: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

Indikator Utama (Core Indicators): 10

Indikator Tambahan (Tailored Indicators): 23dodyfirmanda 2008

Page 85: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

dodyfirmanda 2008

Page 86: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

dodyfirmanda 2008

Page 87: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

dodyfirmanda 2008

Page 88: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

dodyfirmanda 2008

Page 89: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

dodyfirmanda 2008

Page 90: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

Implementasi, Koleksi Data & Monitoring:

U1. i s/d x dari Buku dan Lembar Clinical Pathways SMF Kesehatan Anak RSFU2. i s/d x dari kolom obat obatan dan varians lembar masing masing Clinical

PathwaysU3. i s/d x dari kolom outcome/hasil lembar masing masing Clinical Pathways dan

RL2 rumah sakit RSF serta sensus harian ruangan.U4. i s/d x dari data rekam medik (nomornya mesti sama)U5. i s/d x dari kolom varians lembar masing masing Clinical Pathways dan rekam

medikU6. i s/d x dari kolom varians lembar masing masing Clinical Pathways dan rekam

medikU7. i s/d x dari kolom varians lembar masing masing Clinical Pathways dan rekam

medikU8. i s/d x dari kolom hari rawat lembar masing masing Clinical PathwaysU9. i s/d x dari kolom hari rawat lembar masing masing Clinical PathwaysU10. i s/d x dari kolom hari rawat lembar masing masing Clinical Pathways

Untuk Indikator Utama (Core Indicators):

dodyfirmanda 2008

Page 91: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

Implementasi, Koleksi Data & Monitoring:

Untuk Indikator Tambahan (Tailored Indicators):

T1 s/d T3, T9 dan T10 dari kolom pemeriksaan penunjanglembar masing masing Clinical Pathways

T4 sd/d T6 dari lembar Surveilens PIN (Hijau) masing masing

T11 s/d T23 dari Sistem SMF Kesehatan Anak RSF

dodyfirmanda 2008

Page 92: ‘Protecting the people, guiding the doctors and empowering the professionals’  RSUD Karawang

Implementasi, Koleksi Data & Monitoring:

Data Numerik :1. Nilai 95% Confidence Interval = Means 2 SE2. Nilai < Means – 2 SE lakukan analisis risiko (CRM) pakai RCA, FMEA dan PRA

re-evaluasi 3 bulan untuk improvement dan correctiveactions.

3. Nilai > Mean + 2 SE rewards dan atau kita naikkan standarnya4. Nilai dalam range Means 2 SE kita naikkan standarnya

Data non parametrik - pakai proporsi dan 95% CInyaPemeriksaan Penunjang – pastikan yang LR (+) > 6 agar post test probability jelas

bermanfaat untuk diagnosisObat obatan – pakai NNT dan NNH

Design : bagi 3 secara retrospective, X-S dan prospective unruk setiap divisiKhusus DBD – lihat hasil penelitian analysis trend dan prevalensi DBd tahun lalu

dan 4 tahun sebelumnya …..siklus !!

Untuk cost (biaya) – kalau data terkumpul kita buat Z-Altman Predictive Score

dodyfirmanda 2008