psikologi sebagai ilmu

13
“ PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU ” BAB I PENDAHULUAN Perkataan psikologi sering di artikan atau di terjemahkan dengan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau di singkat dengan ilmu jiwa. Namun menurut Gerungan seorang ahli psikologi berpendapat bahwa: Ilmu Jiwa merupakan istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang memiliki arti luas, di fahami banyak orang dan meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi juga segala khayalan serta spekulasi mengenai jiwa. Psikologi merupakan suatu istilah “ ilmu pengetahuan ” yang meliputi ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang memenuhi syarat- syaratnya yang di mufakati sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang ini. Dengan demikian, apa saja yang disebut “ ilmu jiwa ” itu belum tentu “ psikologi ”, tetapi psikologi itu senantiasa ilmu jiwa. Sehingga yang dipelajari psikologi bukan jiwa manusia secara langsung, tetapi manifestasi dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal lain yang berhubungan dengan perilaku.

Upload: nih-gue

Post on 11-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Psycology is knowledge part by part

TRANSCRIPT

Page 1: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

“ PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU ”

BAB I

PENDAHULUAN

Perkataan psikologi sering di artikan atau di terjemahkan dengan ilmu pengetahuan

tentang jiwa atau di singkat dengan ilmu jiwa.

 Namun menurut Gerungan seorang ahli psikologi berpendapat bahwa:

         Ilmu Jiwa merupakan istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang memiliki arti luas, di fahami

banyak orang dan meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, tetapi juga segala

khayalan serta spekulasi mengenai jiwa.

         Psikologi merupakan suatu istilah “ ilmu pengetahuan ” yang meliputi ilmu pengetahuan

mengenai jiwa yang diperoleh secara sistematis dengan metode-metode ilmiah yang

memenuhi syarat-syaratnya yang di mufakati sarjana-sarjana psikologi pada zaman sekarang

ini.   

Dengan demikian, apa saja yang disebut “ ilmu jiwa ” itu belum tentu “ psikologi ”,

tetapi psikologi itu senantiasa ilmu jiwa. Sehingga yang dipelajari psikologi bukan jiwa

manusia secara langsung, tetapi manifestasi dari keberadaan jiwa berupa perilaku dan hal-hal

lain yang berhubungan dengan perilaku.

                                                 

            Pentingnya psikologi adalah untuk memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk

dapat memberlakukan dengan lebih baik, oleh karena itu pengetahuan psikologi mengenai

anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap pendidik,

sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan tentang

psikologi pendidik.

Page 2: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB II

PEMBAHASAN

A.     Pengertian Psikologi

Psikologi yang dalam istilah lama di sebut ilmu jiwa berasal dari kata bahasa

inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa

greek ( Yunani ), yaitu  psyche yang berarti jiwa, logos yang berarti ilmu. Jadi, bisa diambil

kesimpulan tentang definisi psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari,

menganalisis, menerapkan, dan memimpin proses-proses pendidikan sedemikian rupa,

sehingga timbul sistem pendidikan yang efisien.

Psikologi sebagai ilmu merupakan pegetahuan yang di peroleh  dengan pendekatan

ilmiah, dan merupakan pengetahuan yang di peroleh dengan penelitian-penelitian ilmiah.

Oleh karenanya sebagai salah satu ciri psikologi sebagai suatu ilmu adalah berdasarkan data

empiris di samping data tersebut di peroleh secara sistematis, ( Morgan, dkk,1984 ). Namun,

Page 3: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

lebih spesifik lagi psikologi lebih banyak di kaitkan dengan kehidupan organism manusia.

Bruno (1987), membagi pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling

berhubungan. Pertama psikologi adalah studi(penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, adalah

ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan

mengenai “tingkah laku” organism.

Psikologi sebagai suatu ilmu, mempunyai tugas-tugas atau fungsi-fungsi tertentu seperti

ilmu-ilmu pada umumnya. Adapun tugas-tugas psikologi ialah:

a.       Mengadakan deskripsi, yaitu tugas untuk menggambarkan secara jelas hal-hal yang di

bicarakan.

b.      Menerangkan, yaitu tugas untuk menerangkan keadaan yang mendasari terjadinya peristiwa-

peristiwa tersebut.

c.       Menyusun Teori, yaitu tugas mencari dan merumuskan ketentuan-ketentuan mengenai

hubungan antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain.

d.      Prediksi, yaitu untuk membuat ramalan mengenai hal-hal yang mungkin terjadi.

e.       Pengendalian, yaitu tugas untuk mengatur peristiwa-peristiwa atau gejala.

Seperti yang dipaparkan di depan kerena psikologi merupakan suatu ilmu, maka dengan

sendirinya psikologi juga mempunyai ciri-ciri seperti ilmu-ilmu yang lain seperti,

  Objek tertentu

  Metode pendekatan atau penelitian tertentu

  Mempunyai riwayat atau sejarah tertentu

  Sistematika yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objek

Tujuan mempelajari psikologi:

Page 4: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

  Untuk membantu guru dan calon guru agar menjadi lebih bijaksana membimbing anak

didiknya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan belajar.

  Agar para guru dan calon guru memiliki dasar-dasar luas dalam mendidik pada umumnya, dan

bidang keahliannya pada khususnya, sehingga anak didiknya lebih baik dalam belajar.

  Agar para guru dan calon guru dapat menciptakan suatu sistem yang lebih efisien dengan jalan

mempelajarinya dan menganalisis tingkah laku anak didik dalam proses-proses pendidikan

yang berlangsung. 

Manfaat mempelajari psikologi pendidikan:

  Bisa memahami anak didiknya dan untuk sampai pada tahap ini kita perlu mengetahui

pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir.

  Bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi dalam setiap fase serta faktor yang

menunjang dan menghambat potensi-potensi dasar yang memiliki anak serta intelegensi dan

bakat sifat-sifat serta cirri-ciri kepribadian anak.

  Bisa memahami hal-hal yang berhubungan dengan masalah belajar dan mengejar serta vareasi

serta modelnya.

B.     Objek Formal dan Material

                    i.            Objek material : objek material ilmu adalah objek yang bersifat umum, dilihat dari

wujudnya yaitu yang menjadi sasaran suatu ilmu pengetahuan. Objek material psikologi

adalah manusia.

                  ii.            Objek formal : objek yang bersifat spesifik, dari segi tertentu yaitu objek material yang

dibahas. Objek formal psikologi adalah perilaku manusia dan hal-hal yang berkaitan dengan

proses tersebut.

Kedua Objek ilmu pendidikan ini memiliki keterkaitan. Misalnya ilmu sosial dan ilmu

psikologi yang kedua macam ilmu pengetahuan itu mempunyai objek material sama yaitu

manusia, akan tetapi obyek formalnya berbeda. Ilmu sosial membahas manusia dari sudut

pembahasan kehidupan individu dan interaksinya antar masyarakat, sedangkan ilmu psikologi

membahas manusia dari sudut pembahasan jiwa dan pikiran dari individu itu sendiri. Oleh

karena itu obyek material (sasaran yang dipelajari) ilmu pengetahuan dapat sama, sedang

obyek formalnya (sudut pembahasannya) berbeda.

Page 5: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

C.     Metode Penyelidikan

Metode penyelidikan dalam suatu ilmu merupakan keharusan mutlak. Apalagi kalau ilmu

itu telah berdiri sendiri, ini harus ditandai oleh metode-metode tersendiri untuk menyelidiki

terhadap obyeknya. Obyek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu

perbuatan manusia dalam alam yang kompleks dan selalu berubah. Jiwa bukanlah benda yang

mati, tetapi sesuatu yang hidup dinamis; selalu berubah untuk menjadi kesempurnaannya.

Oleh karena itu penggunaan sesuatu metode yang tumbuh baiknya pun tak dapat

menghasilkan kebenaran yang mutlak. Sebab dalam berbagai metode mempunyai titik

kelemahan-kelemahan di samping kebaikan- kebaikannya.

Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka didapatkan metode-

metode sebagai berikut:

C.1. Metode yang Bersifat Filosofis

1) Metode Intuitip

Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau

dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Langkah ini justru pertama yang

paling besar perannya dalam pengambilan kesimpulan. Dalam metode ini kurang memenuhi

syarat, karena harus dikombinasikan dengan metode-metode lain guna memperoleh

kesimpulan yang valid.

2) Metode Kontemplatif.

Metode ini dilakukan dengan jalan merenungkan objek yang akan diketahui dengan

mempergunakan kemampuan berpikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah pikiran

yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif. Kalau ini dapat dicapai, maka pikiran

benar-benar dalam keadaan obyektif sehingga dapat mencapai hakekat obyek yang dituju.

3) Metode Filosofis Religius

Metode ini digunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat

utama untuk meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama itu merupakan

kebenaran-kebenaran absolut dan pasti benar. Tuhan memerintahkan manusia untuk

mengajak orang lain kepada jalan kebenaranNya dengan menggunakan metode-metode yang

baik, di firmankan dalam Al Qur'an :

ن� �ح�س� أ هي� ي ت ال ب �ه�م� ادل و�ج� �ة ن �ح�س� ال �م�و�عظ�ة و�ال �م�ة �حك ال ب ب ك� ر� يل ب س� ل�ى إ         اد�ع�

Page 6: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

“Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan metode dan tutur kata yang baik dan bantahlah

mereka dengan metode yang paling baik.” ( Q.S. An Nahl,-125).

C.2. Metode yang Bersifat Empiris

1). Metode observasi

Metode untuk mempelajari kejiwaan dengan sengaja mengamati secara langsung,

teliti dan sistematis. Dalam hal ini observasi dapat melalui tiga cara, yaitu:

(a) Introspeksi

Suatu cara meneliti/menyelidiki keadaan atau peristiwa yang terjadi di dalam dirinya

pribadi. Misalnya orang meneliti bagaimana proses berfikir, berperasaan, berkehendak yang

berlangsung di dalam dirinya, kemudian hasilnya diuraikan atau ditulis oleh yang

bersangkutan, untuk bahan pemahaman tentang keadaan jiwa seseorang tentang hal-hal yang

diperlukan. Di dalam Islam terdapat perintah untuk mengadakan introspeksi ini dengan kata-

kata:

“Introspeksilah dirimu sendiri sebelum kamu di ekstrospeksi orang lain”.

Dengan adanya kelemahan dalam metode ini, maka timbullah metode lain yang

menggabungkan metode introspeksi dengan metode eksperimen, yaitu metode “Introspeksi

eksperimental”.

(b) Introspeksi Eksperimental

Metode yang dilaksanakan dengan mengadakan eksperimen- eksperimen secara

sengaja dan dalam suasana yang dibuat. Metode ini merupakan penggabungan metode

introspeksi dan eksperimen, Pada introspeksi eksperimental jumlah subyek terdiri dari

beberapa orang yang di eksperimentasi. Sehingga dengan banyaknya subyek penyelidikan

hasilnya akan lebih bersifat obyektif.

(c) Ekstrospeksi

Page 7: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

Suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari

dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa

orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang

ditunjukkan dari mimik dan panto mimik orang lain.

2). Metode Pengumpulan Bahan

Suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari

dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa

orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang

ditunjukkan dari mimik dan panto mimik orang lain.

Suatu penyelidikan yang dilakukan dengan mengolah data-data yang didapat dari

kumpulan-kumpulan daftar pertanyaan dan jawaban (angket), bahan-bahan riwayat hidup

ataupun bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa yang sedang diselidiki. Dalam

rangka mendapatkan data dengan teknik pengumpulan bahan ini peneliti dapat menempuh

dengan 3 cara :

a. angket – interview

b. metode biografi

c. metode pengumpulan bahan

3). Metode Eksperimen

Tujuan eksperimen ialah untuk mengetahui sifat-sifat umum dari gejala-gejala

kejiawaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, fantasi, dan lain

sebagainya. Pengamatan secara teliti dalam metode ini menguji hipotesa pembuat eksperimen

tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dalam suatu situasi tertentu atau di bawah

kondisi tertentu. Pemakaian metode ini, dalam mempelajari kejiwaan manusia adalah

merupakan kemajuan yang diperoleh psikologi ketika Wilhelm Wundt seorang

berkebangsaan Jerman ( 1832-1920 ) mendirikan “Laboratorium Psikologi” yang pertama di

Leipzig pada tahun 1879.

4). Metode Klinis

Page 8: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

Kline diartikan tempat tidur, klino diartikan berbaring, kliniek diartikan lembaga

untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit. Metode yang diterapkan dalam psikologi ialah

kombinasi dari bantuan klinis medis dengan metode pendidikan untuk melakukan observasi

terhadap para pasien. Obsevasi dilakukan dalam ruang-ruang klinik dengan fasilitas yang

cukup, untuk meneliti segala tingkah laku pasien. Metode klinis sering dipergunakan oleh

para psikolog ( Freud dan pengikut-pengikutnya ) dan psikolog anak. Sebab orang

memaklumi, bahwa para penderita ganguan jiwa dan anak-anak kecil pada umumnya tidak

mampu melakukan introspeksi terhadap dorongan-dorongan dan tingkah laku sendiri.

5). Metode Interview

Merupakan metode penelitian dengan menggunakan pertanyaan- pertanyaan yang

diberikan secara lisan. Suatu hal yang penting pada interview ialah membuat pertanyaan-

pertanyaan sedemikian rupa , sehingga yang diinterview tidak merasa diinterview.

6). Metode Testing

Metode ini merupakan metode penyelidikan yang menggunakan soal-

soal ,pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang lain yang telah distandarisasikan . Dillihat

dari caranya orang mengerjakan test. Seakan- akan seperti eksperimen, namun kedua metode

ini berbeda. Pada eksperimen, orang dengan sengaja mengeterapkan “treatment” dan ingin

mengetahui dari teatment tersebut. Pada test orang ingin mengetahui kemampuan-

kemampuan atau sifat-sifat lain dari test. Mental testing dipergunakan untuk menyelidiki

intelegensi seseorang. Berdasarkan test Binet orang mendapatkan taraf intelegensi yang

sering disebut “intelegensi quotion”

Dari berbagai macam metode-metode yang telah di sebut kan tidak dapat ditentukan

mana yang paling tepat dan paling baik, masing-masing punya kelemahan sendiri, sebab

manusia yang membuat juga yang menjadi objeknya. Namun demikian metode-metode yang

telah dibuat, bukan berarti tidak ada artinya, tetapi sebagai ikhtiar manusia dalam menuntut

ilmu pengetahuan.

D.     Sejarah Singkat Psikologi

Sejak zaman yunani kuno jiwa manusia sudah menjadi topik diskusi di kalangan ilmuan,

para filosof dan para ahli fasal( phisiolologi). Pada masa ini psikologi masih menjadi bagian

dari filsafat dan belum menjadi disiplin ilmu sendiri. Adapun para ahli filsafat kuno seperti

Page 9: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

Plato(427 – 347 SM),Aristoteles (384 – 322 SM), Socrates (469 – 399 SM), telah

memikirkan hakikat jiwa dan gejala- gejalanya. Filsafat sebagai induk pengetahuan yang

mencari hakikiat sesuatu dengan menciptakan pertanyaan dan jawaban secara terus-menerus

sehingga mencapai pengertian yang hakiki tentang sesuatu. Pada zaman ini belum ada

pembuktian secara empiris melainkan berbagai teori dikemukakan berdasarkan argumentasi

logika belaka.

Pada abad pertengahan, psikologi masih merupakan bagian dari filsafat sehingga

objeknya tetap hakikat jiwa. Tokoh-tokohnya antara lain, Rene Descartes ( 1596 – 1650)

terkenal dengan teori tentang kesadaran, Gottfried Wolhelm Leibniz ( 1646 – 1716) dengan

teorinya kesejahteraan psikofhisik (psychophysical parallelism) dan Jhon Locke dengan

teori Tabula rasa yang mengemukakan bahwa jiwa anak yang baru lahir masih bersih seperti

kertas putih yang belum di tulisi. Pada masa sebelumnya para ulama muslim pun sudah

membahas masalah kejiwaan seperti Imam Al-Ghazali (wafat 505 H), Imam Fachruddin Ar-

Razi (wafat 324 H) dan lain sebagainya. Pembahasan masalah psikologis merupakan bagian

dari ilmu Ushuluddin dan ilmu Tasawwuf.

Psikologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri  baru di mulai pada tahun 1879 ketika

Wilhelm Wundt (1832 – 1920)mendirikan laboratorium psikologi pertama di kota Leipzig,

Jerman. Secara garis besarnya sejarah psikologi dapat di bagi dalam dua tahap utama yaitu,

masa  sebelum dan sesudah menjadi ilmu yang berdiri sendiri.

Dulu ketika para ahli filsafat masih menggunakan logika, para ilmu faal juga mulai

menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen-eksperime. Walaupun mereka menggunakan

metode ilmiah ataun dengan kata lain di sebut juga Empirisnamun mereka selidiki terutama

tentang urat syaraf pengindraan (sensoris), syaraf penggerak(motoris). Dengan demikian

gejala kejiwaan yang mereka selidiki hanya merupakan bagian dari objek ilmu faal.

Tokohnya antara lain adalah: C Bell(1774 – 1842), F Magandie( 1758 – 1855) I.P

Pavlov(1849 – 1936).

Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri merupakan masa dimana gejala

kejiwaan dipelajari secara tersendiri  dengan metode ilmiah yang terlepas dari filsafat dan

ilmu faal. Gejala kejiwaan di pelajari secara sistematis dan lebih bersifat objektif. Selain

metode eksperimen digunakan pula metode instropeksi oleh W. Wundt. Dengan gelar

kesarjanaan W. Wundt adalah bidang kedokteran dan hukum. Ia dikenal juga sebagai

sosiolog dan filosof yang mengaku dirinya sebagai psikolog. Ia di anggap sebagai bapak

psikologi, dan sejak itu  psikologi berkembang pesat dengan bertambahnya sarjana psikologi

dan kearagaman pemikiran- pemikiran baru. Psikologi mulai bercabang ke dalam aliran baru.

Page 10: PSIKOLOGI SEBAGAI ILMU

E.     Kesimpulan

            Psikologi adalah ilmu jiwa untuk memahami sesama manusia, dengan tujuan untuk

dapat memberlakukan manusia dengan lebih baik, oleh karena itu pengetahuan psikologi

mengenai anak didik dalam proses pendidikan adalah hal yang perlu dan penting bagi setiap

pendidik, sehingga seharusnya adalah kebutuhan setiap pendidik untuk memiliki pengetahuan

tentang psikologi pendidik.

            Psikologi sebagai suatu ilmu, tidak lepas dari segi perkembangan dari psikologi itu

sendiri serta ilmu-ilmu yang lain. Dari waktu ke waktu psikologi sebagai suatu ilmu akan

mengalami perkembangan, sesuai perkembangan keadaan.

             Sehingga objek psikologi merupakan syarat mutlak dalam suatu ilmu. Sebab

pengetahuan dapat di pandang sebagai suatu ilmu kalau pengetahuan itu di peroleh dengan

penelitian ilmiah atau menggunakan metode ilmiah.

F.     Daftar Pustaka

         Abu Ahmad,H.Drs, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, cet. II,1998.

         Arifin.M.H.Drs,M.Ed, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, Bulan

Bintang, Jakarta, 1976

         Daradjat Zakiah. Dr, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta,1976