psikologi tumbuh kembang anak

31
Latar Belakang Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan seorang individu.Pada masa ini, pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi berjalan demikian pesatnya. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Dalam masa perkembangan balita, anak mengalami perubahan yang terjadi dalam hal perubahan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Soetjiningsih, 2005). Frankenburg dkk (1981) dalam (Soetjiningsih, 2005), melalui DDST (Denver Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita, salah satunya adalah personal sosial (kepribadian / tingkah laku sosial ). Adapun aspek aspek yang berhubungan adalah kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan beriteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan personal sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua / orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Stimulasi merupakan salah satu faktor dalam pencapaian perkembangan personal sosial adalah upaya orang tua atau keluarga 1

Upload: wahyu-nur-wibowo

Post on 23-Oct-2015

44 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Latar Belakang

Masa balita adalah masa emas dalam rentang perkembangan seorang individu.Pada masa

ini, pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, keterampilan motorik dan sosial emosi

berjalan demikian pesatnya. Masa balita juga merupakan masa kritis yang akan menentukan hasil

proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Dalam masa perkembangan balita, anak mengalami

perubahan yang terjadi dalam hal perubahan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks

dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan

kemandirian (Soetjiningsih, 2005).

Frankenburg dkk (1981) dalam  (Soetjiningsih, 2005), melalui DDST (Denver

Developmental Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam

menilai perkembangan anak balita, salah satunya adalah personal sosial (kepribadian / tingkah

laku sosial ). Adapun aspek aspek yang berhubungan adalah kemampuan mandiri, bersosialisasi,

dan beriteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan personal sosial sangat dipengaruhi

lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua / orang dewasa lainnya.

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan

kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya. Dalam perkembangan anak terdapat

masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi

berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Stimulasi merupakan salah satu faktor

dalam pencapaian perkembangan personal sosial adalah upaya orang tua atau keluarga untuk

mengajak anak bermain dalam suasana penuh gembira dan kasih sayang. Aktivitas bermain dan

suasana cinta ini penting guna merangsang seluruh sistem indera, melatih kemampuan motorik

halus dan kasar, kemampuan berkomunikasi serta perasaan dan pikiran anak. Rangsangan atau

stimulasi sejak dini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat penting dalam menentukan

perkembangan  anak (Agusminto, 2008).

Salah satu stimulasi yang dapat meningkatkan perkembangan personal sosial adalah

stimulasi kecerdasan multipel (multiple inteligensia) merupakan berbagai jenis stimulasi

kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak antara lain verbal-linguistic (kemampuan

menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat, diskusi, tulisan), logical–mathematical

(kemampuan menggunakan logika-matematik dalam memecahkan berbagai masalah), visual

spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), body-kinesthetic (ketrampilan gerak, menari,

1

Page 2: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, melodi, irama),

intrapersonal (kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri), interpersonal

(kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist (kemampuan

memahami dan memanfaatkan lingkungan) (Meta, 2009).

Kemampuan orang tua dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap anaknya

dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan jumlah

anak. Ketidakmampuan dalam memberikan stimulasi akan membuat orang cenderung

membiarkan anak berkembang apa adanya tanpa rangsangan dari luar sementara mereka juga

memberi perlindungan yang berlebih kepada anaknya sehingga menghambat kesiapan

berkembangnya kemampuan anak, banyak orang awam khususnya orang tua berpendapat bahwa

masalah tumbuh kembang yang terjadi pada anak bisa berkurang bahkan hilang sendiri dengan

perjalanan waktu seiring bertambahnya usia anak (Retno, 2009).

Seorang balita yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan, bahaya yang timbul

bukan hanya saat ini saja tapi juga berpengaruh sampai beberapa tahun ke depan karena beberapa

alasan antara lain  pengembangan psikososial yang terlambat akan menimbulkan akibat yang

tidak dan kurang menguntungkan pada perkembangan konsep diri anak, ketidaktepatan konsep-

konsep yang dipelajari selama masa ini sangat berbahaya karena kesalahan konsep-konsep ini

seringkali berurat berakar sebelum diketahui oleh orang-orang dewasa sehingga akan timbul

masalah pada perilaku dan emosinya (Monks, 2005). Alasan kedua, keterlambatan

pengembangan personal sosial berbahaya karena tidak menyediakan landasan bagi ketrampilan

berinteraksi dengan lingkungan. Tidak adanya landasan bagi ketrampilan personal sosial

menyebabkan balita akan terlambat dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya sehingga balita

juga bermasalah dalam hubungan sosial awal karena tidak diterima oleh teman sebayanya yang

akan menyebabkan balita merasa kesepian dan tidak mempunyai kesempatan untuk berperilaku

sesuai dengan harapan teman sebaya (Monks, 2005).

2

Page 3: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Pembahasan

Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena

itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga

dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Komunikasi

merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang lain, dengan adanya

komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu adalah sebagai makluk

social, di antara yang dengan yang lainnya saling membutuhkan, sehingga terjadinya interaksi

yang timbalk balik. Dalam hubungan seseorang dengan orang lain tentunya terjadinya proses

komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari tujuan yang menjadi topik atau pokok pembahasan,

dan juga untuk tercapainya proses penyampaian informasi itu akan berhasil apabila ditunjang

dengan alat atau media sebagai sarana penyaluran informasi atau berita. Dalam kenyataannya

bahwa proses komunikasi itu tidak selama lancar , hal terjadi dikarenakan kurangnya

memperhatikan unsur-unsur yang mestinya ada dalam proses komunikasi. Dari uraian tersebut,

bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsur-unsur yang berkaitan dengan

proses komunikasi, baik itu oleh komunikator maupun oleh komunikan, dan juga bahwa

komunikator harus memahami dari tujuan komunikasi.

Tumbuh Kembang Anak Dari Segi Sosial.

Tumbuh kembangnya anak dari segi sosial dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:

o Masa Bayi (sosialisasi elementer)

Pada masa ini anak akan mengalaminya dalam waktu kurang lebih sekitar umur 15-18 bulan,

perkembangannya tergantung dari evolusi ataupun perubahannya dari kemampuan

bawaannya. Seperti contoh: perilaku yang tidak baik akan mempengaruhi tingkah laku anak.

Memberikan perhatian dalam segala hal apa pun akan mempermudah pada alat sensorik

maupun motorik emosional dalam bahasa untuk melakukan perkembangan social yang akan

lanjut.

o Masa Kanak-Kanak

Meniru sutu pekerjaan yang dilakukan orang tunya dapat ia lakukan pada saat si anak

mencapai usia sekitar 18 bulan pertama, namun hal yang ia kerjakan bersifat menentang atau

melawan dari setiap reaksi dengan marah-marah ataupun dengan ribut. Mulainya bersifat

3

Page 4: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

dengan tegas dan susah dikendalikan yaitu mulai dirasakan pada saat anak mulai menginjak

usia sekitar 2 tahun.

Prinsip-prinsip Perkembangan Psikososial Anak Usia Dini

1) Pengalaman Masa Lalu.

Anak yang percaya dengan lingkungan sekitarnya akan berkembang menjadi anak yang

memiliki otonom. Otonomi ini diungkapkan dengan rasa bebas untuk melakukan eksplorasi

terhadap lingkungannya. Anak yang tidak memiliki kepercayaan terhadap lingkungan di

sekitarnya akan menjadi anak yang malu dan ragu-ragu.

2) Perkembangan di Masa yang Akan Datang.

Masa sekolah merupakan masa yang positif dalam usia dini. Positif berarti mengembangkan

anak sesuai dengan fase perkembangan psikososialnya. Apabila anak tidak mengalami

perkembangan psikososial, anak akan terhambat dalam perkembangan psikososial.

3) Perlakuan Orang-orang di Sekitar Anak.

Orang-orang yang ada di sekitar anak berperan dalam mengembangkan psikososial

anak.Memberikan anak untuk berinteraksi sosial, untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaannya.

Perkembangan Emosi dan Sosial

Tahun-tahun awal kehidupan seorang anak ditandai dengan peristiwa-peristiwa yang

bersifat fisik, misalnya kehausan dan kelaparan serta peristiwa-peristiwa yang bersifat

interpersonal, seperti ditinggalkan di rumah dengan pengasuh atau babysitter, yang dapat

menyebabkan timbulnya emosi negatif. Kemampuan dalam mengelola emosi negatif ini sangat

penting bagi pencapaian tugas-tugas perkembangan  dan berkaitan dengan kemampuan kognitif

dan kompetensi sosial (Garner dan Landry, 1994; Lewis, Alessandri dan Sullivan, 1994 dalam

Pamela W., 1995:417). Perilaku awal emosi dapat digunakan untuk memprediksi perkembangan

kemampuan afektif (Cicchetti, Ganiban dan Barnet, 1991 dalam Pamela W., 1995:417).

Keluarga dengan orang tua yang memiliki emosi positif cenderung memiliki anak dengan

perkembangan emosi yang juga positif, demikian pula sebaliknya (Pamela W., 1995:422).

4

Page 5: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia

prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh

terhadap perilaku anak. Woolfson, 2005:8 menyebutkan bahwa anak memiliki kebutuhan

emosional, yaitu :

a) Dicintai, b) Dihargai, c)  Merasa aman, c) Merasa kompeten, d) Mengoptimalkan

kompetensi

Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi akan meningkatkan kemampuan anak dalam

mengelola emosi, terutama yang bersifat negatif.

Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh. Bahasa tubuh

ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali dilakukan tanpa sadar. Dengan

memahami bahasa tubuh inilah kita dapat memahami pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan

anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati antara lain :

a) Ekspresi wajah, b) Napas, c) Ruang gerak, d) Pergerakan tangan dan lengan

Perilaku Emosional dalam Masa Bayi

Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana, hampir tidak terbedakan sama

sekali. Dengan bertambahnya usia, berbagai reaksi emosional menjadi kurang sabar, kurang acak

dan lebih terbedakan, dan reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan.

Ada dua ciri khusus dari emosi masa bayi pertama, emosi bayi sangat berbeda dengan

emosi remaja dan orang dewasa, dan kadang-kadang dari anak-anak yang lebih tua. Emosi bayi

misalnya, disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang

menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut. Emosi-emosi itu singkat saja tetapi kuat:

sering muncul tetapi bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain kalau perhatian bayi

dialihkan.

Kedua, emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode-

periode lain. Ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan intelektual bayi sehingga mereka

mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsangan yang pada waktu lalu membangkitkan reaksi

emosional. Kadang-kadang misalnya bayi tidak mau masuk ke kamar dokter kalau pada

kunjungan terakhir ia disuntik.

5

Page 6: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Pola Emosi yang Umum

Terdapat sejumlah pola emosional tertentu yang umum pada bayi.reaksi emosional bayi

berbeda terhadap beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian besar pada

pengalaman lalunya. Misalnya, bayi yang jarang berhadapan dengan orang-orang diluar rumah

atau yang dirawat hampir secara terpisah dari anggota-anggota keluarganya cenderung

mengalami “masa lalu” yang lebih menonjol dari pada bayi yang banyak berhubungan dengan

orang-orang di luar rumah dan dirawat oleh nenek, perawat bayi,orang tua dan saudara-

saudaranya.

Perbedaan-perbedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam masa bayi dan di

pengaruhi oleh sejumlah factor, terutama oleh kondisi-kondisi fisik dan mental dari bayi pada

masa munculnya rangsangan dan berhasil tidaknya reaksi yang pernah diberikan sebelumnya

dalam memenuhi kebutuhannya. Kalau di waktu lalu, bayi dihukum karena menarik, menggit,

atau merobek sesuatu, ia akan memuaskan rasa ingin tahunya dengan pendekatan tanpa tangan,

hanya melihat benda dan menyentuhnya.

Dominasi Emosi dalam Masa Bayi

Salah satu perbedaan terpenting dalam reaksi emosional meliputi dominasi emosi

menyenangkan atau tidak menyenangkan. Beberapa bayi mengalami lebih banyak emosi senang

dari pada tidak senang, sedangkan bayi lain mengalami sebaliknya, bergantung terutama pada

kondisi fisik dan kondisi-kondisi dalam lingkungan.

Misalnya, bayi yang lebih banyak menangis karena marah atau takut dari pada tersenyum

atau menunjukkan emosi senang lainnya, akan sakit-sakitan atau akan hidup dalam lingkungan di

mana ia diabaikan atau dikenakan hukuman. Sebaliknya, bayi dengan dominasi emosi senang

akan berada dalam kondisi fisik yang lebih baik atau hidup dalam lingkungan yang merangsang

emosi yang menyenangkan dan di mana ia dilindungi dari rangsangan yang biasnya akan

menimbulkan emosi tidak menyenangkan seperti takut dan marah.

Pada semua usia kuatnya emosi senang merupakan jaminan untuk penyesuaian yang baik

dari pada kuatnya emosi kurang senang. Terlebih pada masa bayi. Bayi yang mengalami banyak

emosi senang meletakkan dasar-dasar untuk menyesuaian pribadi dan menyesuaian social yang

baik dan untuk pola-pola perilaku yang akan menimbulkan kebahagiaan.

6

Page 7: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Pola Emosional Yang Lazim Pada Masa Bayi

Kemarahan

Pasangan yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap

gerakan-gerakan mencoba-cobanya, menghalangi keinginannya, tidak mengizinkannya mengerti

sendiri, dan tidak memperkenankannya melakukan apa yang dia inginkan. Lazimnya, tanggapan

marah mengambil bentuk menjerit, meronta-ronta, menendangkan kaki, mengibaskan tangan,

dan memukul atau menendang apa saja yang ada di dekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga

melonjak-lonjak, berguling-guling, meronta-ronta dan menahan nafas.

Ketakuan

Perangsang yang paling mungkin membangkitkan ketakutan bayi adalah suara keras

orang, barang, dan situasi asing, ruang gelap, tempat tinggi dan binatang. Perangsang yang

terjadi tiba-tiba atau tidak terduga atau yang tidak lazim bagi bayi biasanya membangkitkan rasa

takut juga. Tanggapan rasa takut yang lazim pada masa bayi terdiri dari upaya menjauhkan diri

dari perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis, dan menahan nafas.

Rasa ingin tahu

Setiap mainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuan

kecuali jika kebaruan itu begitu tegas sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut

berkurang, ia akan digantikan oleh rasa ingin tahu. Bayi mudah mengungkapkan rasa ingin

tahunya terutama melalui ekspresi wajah-menegangkan otot muka, membuka mulut, dan

menjulurkan lidah, kemudian, bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin

tahunya tersebut, memegang, membolak-balik, melempar, atau memasukannya ke mulutnya.

Kegembiraan

Kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik. Pada bulan kedua atau ketiga, bayi

bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, mengamati dan

memperhatikannya. Mereka mengungkapkan rasa senang atau kegembiraannya dengan

tersenyum,tertawa, dan menggerakan lengan serta kakinya. Bila rasa senang sangat besar, bayi

berdekut, berdeguk, atau bahkan berteriak dengan gembira, dan semua gerakan tubuh menjadi

makin intensif.

Afeksi

Setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya, atau

memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Kemudian, mainan dan

7

Page 8: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

hewan kesayangan keluarga mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. Umumnya, bayi

mengungkapkan efeksinya dengan memeluk, menepuk, dan mencium barang atau orang yang

dicintai.

Usia 7-12 bulan

Saat usia ini ungkapan emosi melalui perubahan tubuh dan roman muka. Perkembangan

emosinya sejak permulaan masa bayi, yakni lingkungan mempengaruhi perkembangan

emosional anak.Perkembangan emosi berjalan maju seiring pertumbuhan dan kematangan

biologis.Kehidupan emosi pada tahun pertama kehidupan anak harus berlangsung dengan baik

apabila tidak ingin terjadi permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan setelah

dewasa.Sudah sejak lahir emosi bayi berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan orang

tua dan kemudian dengan orang-orang terdekat yang ada di lingkungannya.

Perkembangan sosial, pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial atau

homosapiens yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan memerlukan mereka baik langsung

maupun tidak langsung. Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu urutan perilaku sosial

yang teratur dan pola ini sama pada semua anak di dalam suatu kelompok budaya. Selama tahun

pertama masa bayi, umumnya anak masih dalam keadaan seimbang yang membuat anak tampak

ramah, mudah dirawat dan menyenangkan.

Dasar Teori

Freud dalam Suryabrata (1987) menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu

sebagai masa oral, karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan.Selain mengalami masa

oral, sepanjang kehidupannya seorang mengalami berbagai dimensi perkembangan yang meliputi

berbagai segi kehidupan.

Menurut Gessel, pada usia satu tahun perkembangan anak didominasi oleh proses

pematangan aspek fisiologis, sedangkan menurut Piaget dan Inhelder, pada usia ini anak mampu

untuk melihat dirinya sendiri sebagai obyek dalam hubungan dengan objek-objek di sekitarnya

(Hurlock, 1999).

Hurlock (1999) seorang ahli pendidikan anak memberikan beberapa peristilahan yang

berhubungan dengan masa bayi yaitu:

1. Masa dasar

2. Masa bekurangnya ketergantungan

3. Masa meningkatnya individualitas

8

Page 9: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

4. Masa permulaan sosialisasi

5. Masa yang lucu dan menarik

6. Masa berbahaya

Berdasarkan pemaparan di atas, jelaslah bahwa usia satu tahun merupakan bagian dari masa

penting dari kehidupan seorang anak.

Usia 2 tahun

Usia dua tahun merupakan awal kehidupan yang sangat berarti bagi seorang anak dimana

ia akan tumbuh menjadi sosok alami yang berbeda dari periode-periode berikutnya. Tingkah laku

anak pada usia dua tahun tidak lagi didominasi oleh tingkah laku spontan, tetapi sudah

merupakan tingkah laku yang lebih terkendali karena di dalam beraktivitas anak mulai

menggunakan otot dan otaknya.

Dilihat dari aspek perkembangan, anak dua tahun mampu bersosialisasi. Anak mulai

mencapai puncak rasa takut yang khas, emosi-emosi berlangsung singkat tetapi kuat, sering

muncul tetapi bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain jika perhatian dialihkan.

Dasar Teoritis

Menurut Piaget, anak usia 2 tahun masih berada dalam tahap akhir perkembangan

sensory motor dimana anak belajar melalui ”five sense” panca inderanya yang diwujudkan

melalui gerakan reflek. Pengamatan yang dilakukan Piaget membuatnya mengambil kesimpulan

bahwa anak dalam masa pra-operasional melihat sesuatu benar-benar dari sudut pandangnya

sendiri yang dikatakan sebagai Egosentris.

Charlotte Buhler dalam Lubis (1987) menempatkan anak usia 2 tahun dalam masa kedua

dimana keadaan dunia luar mulai dikuasai dan dikenalnya melalui bermain, kemajuan bahasa

dan pertumbuhan berbagai aspek kemampuan yang semakin bervariasi. Menurut pandangan

Erikson pada anak usia 2 tahun anak mengalami otonomi yang berlawanan dengan rasa malu dan

ragu-ragu.

Menurut Harlock (1980), anak usia 2 tahun berada dalam tahap mainan (toy stage).

Rubin, Frein, Vandenberg dan Smilansky berpendapat bahwa anak usia 2 tahun berada dalam

masa bermain fungsional (Functional Play) dimana anak senang akan gerakan yang bersifat

sederhana dan berulang-ulang.

Usia 3-5 tahun

9

Page 10: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Berdasarkan tinjauan Psikologi Perkembangan pada saat memasuki usia 3 tahun, biasanya

seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya.

Perilaku anak usia 3 tahun diwarnai imajinasi, umumnya mereka masih sulit untuk membedakan

antara imajinasi dengan realitas

Pada tahap selanjutnya, sekitar usia 4 tahun seorang anak semakin bersemangat untuk

mempelajari hal-hal baru. Pada umumnya di akhir usia yang keempat, daya khayal anak semakin

menipis seiring dengan meningkatnya kemampuan memahami realitas.

Masa kanak-kanak khususnya usia 3-5 tahun, pada sebagian besar anak dirasakan seolah-

olah sebagai masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan, yaitu:

o Usia Sulit. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang

mengundang masalah.

o Usia Bermain. Berbagai studi tentang berbagai cara bermain dan alat permainan pada anak

menunjukkan bahwa kegiatan bermain mencapai puncaknya.

o Usia Prasekolah. Karena pada masa ini sebagian besar anak-anak sudah mulai mengikuti

pendidikan ’formal’ seperti di kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak.

o Masa Berkelompok. Pada masa inilah anak tumbuh dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mempelajari dasar-dasar berperilaku sosial.

o Usia Penjelajah. Sebuah label yang menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui

keadaan lingkungannya.

o Usia Bertanya. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungan adalah dengan

bertanya, jadi periode ini sering juga disebut usia bertanya.

o Usia Meniru. Karena masa ini merupakan masa peka untuk menjadi sama dengan orang lain

di sekitarnya.

o Masa Kreatif. Diyakini bahwa kreativitas yang ditunjukkan anak pada masa ini merupakan

bentuk kreativitas yang original dengan frekuensi kemunculannya yang seolah tanpa

terkendali.

Dasar Teoritis

Menurut Montessori masa ini ditandai dengan masa peka terhadap segala stimulus yang

diterimanya melalui panca indera. Piaget berpandapat bahwa anak pada rentang usia ini masuk

dalam perkembangan berpikir pra operasional kongkrit.

10

Page 11: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Social Skills Milestones

Satu Tahun:

Tersenyum dengan spontan

Memberikan respon yang berbeda pada orang lain yang tidak dikenal daripada pada orang

yang dikenal

Memberikan perhatian saat namanya dipanggil

Memberikan respon ketika dilarang

Meniru perilaku sederhana orang lain

Antara satu tahun dan dua tahun:

Memperhatikan dirinya sendiri di cermin atau

Melihat gambar dirinya di foto

Mengetahui namanya sendiri

Bermain sendiri; initiates own play

Meniru perilaku orang dewasa ketika bermain

Menolong mengambil barang barang

Usia dua dan tiga tahun:

Bermain dekat dengan anak lain

Melihat anak-anak lain; bergabung bermain dengan anak lain

Sudah mulai mampu mempertahankan diri

Mulai bermain rumah-rumahan

Bermain sendiri

Ikut berpartisipasi dalam kegiatan sederhana dalam kelompok

Mulai mengetahui jenis kelamin

Usia antara tiga dan empat tahun:

Bermain bersama anak-anak lain; Mulai berinteraksi dengan anak lain

Berbagi permainan ; mengantri dengan arahan dari orang dewasa

Mulai bermain peran , berakting

Usia antara empat dan lima tahun :

Bermain dan berinteraksi dengan anak-anak lain

Bermain peran sudah mendekati kenyataan , dengan memberikan perhatian dan lebih detil

seperti waktu dan ruang

11

Page 12: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Bermain dengan kostum

Ada ketertarikan dengan mengeksplorasi perbedaan jenis kelamin

Usia antara lima dan enam tahun:

Memilih teman

Bermain permainan sederhana(ex:games komputer)

Bermain permainan yang lebih kompetitif

Sudah bermain secara kooperatif dengan anak-anak (mengambil keputusan), permainan

dengan aturan , bermainnya sudah lebih adil/fair

Pola Perkembangan Perilaku Sosial

Perilaku sosial dini mengikuti pola yang cukup dapat diramalkan meskipun dapat terjadi

perbedaan-perbedaan karena keadaan kesehatan atau keadaan emosi atau kondisi lingkungan.

Pada saat di lahirkan bayi tidak memilih dalam arti tidak memperduliakan siapa yang mengurus

kebutuhan fisiknya. Nyatanya bayi dapat ditekankan baik oleh botol air panas, bantal yang

empuk, maupun oleh belaian-beaian manusia. Tetapi sekitar usia enam bulan timbul senyum

sebagai reaksi terhadap rangsang perabaan yang dikenakan pada bibir yang menimbulkan seflek

senyum dan ini dianggap sebagai permulaan sebagai sosialisasi.

Selama tahun pertama masa bayi, bayi dalam keadaan seimbang yang membuat ia ramah,

mudah dirawat dan menyenangkan. Sekitar pertengahan tahun kedua, keseimbangan berubah

menjadi ketidakseimbangan sehingga bayi menjadi rewel, tidak kooperatif dan sulit dihadapi.

Sebelumnya masa bayi berakhir keseimbangan kembali lagi dan bayi kembali lagi dan bayi

kembali memperlihatkan perilaku yang menyenangkan dan perilaku social.

Perkembangan sosialisasi

Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan

hubungan social di masa depan dan pola perilaku terhadap orang-orang lain. Dan karena

kehidupan bayi berpusat disekitar rumah, maka di rumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap

socialnya kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap social atau antisocial

merupakan sikap bawaan. Malahan, apakah seseorang menjadi terikat ke luar atau ke dalam

ekstrovert atau introvert bergantung terutama pada pengalaman-pengalaman social awal.

Penelitian tentang penyesuaian social anak-anak yang lebih besar dan bahkan para remaja

menunjukkan pentingnya peletakan dasar-dasar social pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua

alasan. Pertama, jenis perilaku yang di perlihatkan bayi-bayi dalam situasi sosial mempengaruhi

12

Page 13: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

penyesuaian pribadi dan sosialnya. Seprti ditunjukan oleh tautermannova,” Seorang anak yang

tersenyum cenderung lebih banyak memancing perasaan yang intensif dari ibu dan menjadi

pasangan yang baik dalam hubungannya dengan ibunya atau pengasuh yang lain dan

memperoleh perhatian yang lebih banyak dari orang dewasa dari pada mereka yang kurang

senyum. Passman menerangkan bahwa kalau anak usia dua atau tiga tahun telah terikat pada

beberapa benda, mainan atau selimut yang disukai, maka “ benda kesayangan, dapat berupa

benda mati atau benda hidup, dapat berfungsi sebagai pengurangan rasa khawatir. Kalau seorang

anak prasekolah ditemani oleh benda kesayangan, maka kekahawatiran menghadapi situasi baru

akan berkurang dan memudahkan penyesuaian diri dalam situasi itu.

Alasan kedua mengapa dasar-dasar sosial yang dini itu penting adalah bahwa sekali

terbentuk dasar-dasar itu cenderung menetap kalau anak menjadi lebih besar. Anak yang pada

saat bayi banyak menangis cenderung agresif dan menunjukkan perilaku-perilaku yang mencari

perhatian lain. Sebaliknya, bayi yang ramah dan lebih bahagia biasanya penyesuaian sosialnya

lebih baik apabila telah menjadi besar nantinya.

Tentu saja ini tidak berarti bahwa kondisi-kondisi tidak dapat diubah dengan bertambah

majunya bayi atau selama masa kanak-kanak ketika menjadi jelas bahwa dasar-dasar yang buruk

merupakan penyebab dari penyesuaian pribadi dan penyesuaian social yang buruk. Tetapi,

mengadakan perubahan setelah pola perilaku menjadi kebiasaan tidaklah mudah. Juga tidak ada

jaminan bahwa perubahan-perubahan ini akan sempurna. Itulah sebabnya mengapa dasar-dasar

social yang baik sangat penting selama tahun-tahun masa bayi.

13

Page 14: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Withdrawal (menarik diri)

Pengertian

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993). Menurut Townsend, M.C

(1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Sedangkan

menurut Depkes RI (1989) Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan

melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara

langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Jadi menarik diri adalah

keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan

menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat

sementara atau menetap.

Deskripsi Kasus 

Dodi adalah anak pertama dari dua bersaudara, berusia 5 tahun 6 bulan, saat ini Dodi

duduk di TK Besar.Ibunya mengeluhkan bahwa klien tidak mau pisah dari ibunya.Harus

ditunggui oleh ibunya pada saat sekolah, padahal sewaktu Dodi duduk di TK Kecil mau ditinggal

ibu.Menurut cerita ibu lagi, sewaktu Dodi di Play Grup pernah dijahili temannya. Akhir-akhir

ini, Dodikalau ditinggal oleh ibunya akan marah-marah dan menangis, hal ini sudah terjadi

kurang lebih satu bulan

Dasar Teori

Menurut DSM IV, gejala-gejala yang menunjuk kepada social anxiety seperti menangis,

tantrum, bergetar ketika berada di situasi sosial yang baru dan belum ia kenal setidaknya

berlangsung selama 6 bulan dan berpengaruh pada fungsi harian seseorang(Kearney, 2006).

Social anxiety and withdrawal adalah ketakutan terhadap lingkungan sosial atau situasi

yang dapat menghasilkan perbuatan yang dapat memunculkan rasa malu, yang dapat ditandai

dan muncul terus menerus (American Psychiatric Association dalam Kearney, 2006).

Social Withdrawal dapat dikatakan sebagai perilaku non sosial yang terdiri dari dua

macam perilaku, yaitu solitary-passive withdrawal (yang terdiri dari sikap diam atau tanpa gerak

dalam mengeksplorasi objek dan/atau aktivitas konstruktif ketika sedang bermain sendiri) dan

Reticence (sikap berdiam diri yang merupakan refleksi dari ketakutan dan kecemaan sosial dalam

konteks hubungan dengan teman sebayanya) (Nelson;Rubin;&Fox, 2005).

14

Page 15: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Sedangkan Withdrawal dalam Kamus Psikologi dapat dikatakan sebagai penarikan diri:

1) Memilih untuk tidak berbuat dalam menghadapi tekanan tertentu (hambatan, kesulitan

tertentu); 2) Pengabaian (ketidakacuhan, kelalaian) sosial; merupakan gejala dari ketidaksesuaian

tingkah laku atau behavioral maladjusment yang ekstrim (Kartono&Gulo, 2000)

Indikator dari perilaku social anxiety adalah:

1. Mengerjakan tugas dari guru sendirian

2. Tidak melakukan kontak mata dengan orang lain

3. Berbicara dengan pelan dan/atau sangat sedikit ketika ditanya oleh guru

4. Berbicara dengan pelan dan/atau sangat sedikit ketika diajak berbicara oleh teman sekelas

5. Bergumam sendiri

6. Tidak mau untuk berpartisipasi di dalam aktivitas kelas (misal: bercerita, membaca keras,

mengangkat tangan untuk berbicara dan menjawab pertanyaan)

7. Menghabiskan banyak waktu dengan permainan di dalam kelas sendirian

8. Bermain sendirian di luar kelas, tidak bergabung dengan kelompok anak-anak

9. Tidak memiliki teman dekat

10. Menangis

11. Tantrum

12. Memeluk ibu dengan sangat erat

13. Menolak untuk masuk kelas ketika ibu tidak berada di dekat anak

14. Menunjukkan kecemasan ketika diberi tugas berkelompok oleh guru

15. Menunjukkan kecemasan ketika ditunjuk untuk maju ke depan kelas 

Penyebab Menarik Diri

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri

sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya

perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan

sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang, dan juga dapat mencederai diri

(Carpenito,L.J,1998:352)

Faktor predisposisi

Beberapa faktor predisosisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu:

15

Page 16: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

1) Faktor perkembangan

Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses

tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui

individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat

dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,

kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh akan memberikan

rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.

2) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.Kelainan struktur

otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak

serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

3) Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak

produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan sosialnya).

Stressor Presipitasi

1) Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina

hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat

di rumah sakit.

2) Stressor psikologis

Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu

untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan

memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah

diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri).

Proses Terjadinya Menarik Diri

Pada mulanya anak merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak

aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari

lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin

mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang

lain yang menimbulkan rasa aman.

16

Page 17: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi

diri, anak menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid).Anak

semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru.Ia berusaha

mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan

menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia

mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab

kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan.

Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri

terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari

keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan.

Semakin anak menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain.

Tanda dan Gejala Menarik Diri

1. Kurang spontan

2. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan)

3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih)

4. Afek tumpul

5. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.

6. Mengisolasi diri (menyendiri).

7. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.

8. Aktivitas menurun.

9. Kurang energy

10. Harga diri rendah.

11. Menolak berhubungan dengan orang lain.

17

Page 18: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Kesimpulan

Salah satu aspek yang penting dalam pengaturan emosional adalah kemampuan untuk

mentoleransi frustasi, yang merupakan upaya anak untuk menghindari amarah dalam situasi

frustasi yang membuat emosi tidak terkontrol dan perilaku menjadi tidak terorganisir.

Kemampuan ini muncul mulai usia 2 tahun dan berkembang pesat selama masa prasekolah

(Brigdes dan Grolnick JK, 1995, Eisenberg, dkk, 1994, Van Lieshout, 1975). Ketika menemui

situasi yang menimbulkan frustasi, misalnya alat-alat permainan menarik yang tidak dapat

dijangkau, anak-anak usia prasekolah yang lebih tua tampak tidak terlalu marah dibandingkan

anak-anak yang lebih muda. Mereka tampak masih fokus pada masalah dibandingkan rasa

frustasinya dan mereka membuat respon konstruktif misalnya mencari bantuan. Dalam

perkembangan emosi, anak mengalami perkembangan dalam resiliensi. Riset menunjukkan

bahwa resiliensi bukan bawaan dari lahir. Ini lebih merupakan kapasitas untuk mengembangkan

lingkungan yang suportif (Masten, 2001 dalam DeHart, 2004 : 363). Beberapa anak dapat

melakukan coping lebih baik terhadap stres, tetapi hal ini cenderung berkaitan dengan sejarah

perlekatan yang aman dan dukungan orangtua (Pianta, Egeland and Sroufe, 1990 dalam DeHart,

2004:363).

Kapasitas yang baru muncul ini berpengaruh terhadap hubungan dengan orang tua.

Menolak permintaan orang tua dan tanggapan-tanggapan pasif terhadap permintaan orang tua

menurun pada usia 2 dan 5 tahun (Kuczzynskl dan Kochanska, 1990). Anak-anak tampak

meningkat kemampuannya dalam mentoleransi frustasi ketika diminta melakukan sesuatu yang

berlawanan dengan keinginan mereka. Mereka juga mulai belajar bagaimana menegosiasikan

konflik tersebut (Klimes-Dougan dan Kopp, 1999).

Salah satu bentuk untuk mentoleransi frustasi adalah menunda gratifikasi atau pemebuhan

keinginan, misalnya permen, meskipun ada keinginan. Dengan adanya dukungan dari orang

dewasa anak-anak usia prasekolah dapat mengurangi frustasinya dalam menunda gratifikasi ini.

Hal ini sebenarnya tidak mudah untuk mereka, tetapi sebagian besar anak mampu melakukan.

Kemampuan ini akan berkembang pada usia kanak-kanak pertengahan hingga pada saat anak

mampu melakukannya tanpa adanya bantuan dari orang dewasa (Mischel, Shoda, dan Rodriguez,

1989).

18

Page 19: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

Para peneliti masih belum yakin mengapa toleransi terhadap frustasi dapat berkembang

dengan pesat selama masa prasekolah. Anak-anak kemungkinan tampak mampu menekan

perasaannya pada satu level tertentu sehingga mereka terlihat tidak begitu marah (Maccoby,

1980). Pada saat yang bersamaan, anak-anak juga belajar mengenai strategi untuk membantu

mereka membatasi tekanan yang menyebabkan frustasi.

Kemampuan untuk menunjukkan kontrol diri terhadap emosi akan menjadi anugerah yang

dilematis bagi anak apabila anak tidak mampu menyesuaikan levelnya terhadap situasi tertentu.

Pada beberapa situasi anak diharapkan mampu menahan diri, tetapi pada situasi yang lain anak-

anak dapat berperilaku impulsif dan ekspresif seperti yang mereka inginkan. Kemampuan untuk

menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi disebut ego-resiliensi, karena ego menunjukkan

kapasitasnya untuk fleksibel dan mampu mengontrol ekspresi impulsif dan perasaan (Block dan

Block, 1980). Seperti pada anak-anak lain yang memiliki ego resiliensi, maka dapat menjadi

anak yang ekpresif , spontan pada beberapa situasi tetapi dia juga mampu menahan diri dan

berperilaku disiplin pada keadaan lainnya (Sroufe, 1995 dalam DeHart, 2004:363).

Oleh karena itulah, sangat penting bagi orang dewasa, terutama yang dalam kesehariannya

dekat dengan anak, diantaranya pamong PAUD dan para pemerhati anak untuk selalu berupaya

membangun kapasitas emosional anak sehingga tidak akan menjadi hambatan kelak ketika anak

dewasa. Kapasitas emosional ini merupakan dasar bagi penyesuaian dalam kehidupan anak

selanjutnya.

19

Page 20: Psikologi Tumbuh Kembang Anak

DAFTAR PUSTAKA

Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta, 1990

Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi,bulan Bintang,

Jakarta, 2002

Hurlock, hal. 86

http://hestywulandari.wordpress.com/2011/07/13/pengembangan-anak-usia-dini/

www.socialanxietyassist.com.au

http://taofiqtn07.blogspot.com/2009/05/menu-pembelajaran-anak-usia-dini.html

http://romiariyanto.blogspot.com/2011/03/tumbuh-kembang-anak-usia-0-2-tahun.html

20