pt freeport masah

24

Click here to load reader

Upload: agungrc

Post on 23-Nov-2015

45 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

akibat kegiatan Freeport

TRANSCRIPT

Menentukan Kebijakan atas Masalah PT. Freeport di Papua

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah.[1] Keadaan inilah yang menjadikan Papua sebagai tempat aktivitas perusahaan tambang, yang bertujuan untuk mengambil sumber daya alamnya.

Sedangkan, PT. Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport-McMoran Copper & Gold Inc., perusahaan ini adalah pembayar pajak terbesar kepada Indonesia dan merupakan penghasil emas terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Estberg (dari 1967) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Pupua.[2]Seiring dengan berjalannya aktivitas pertambangan banyak sekali terjadi peristiwa yang dinilai tidak banyak membawa manfaat bagi rakyat Indonesia umumnya dan rakyat Papua khususnya. Banyak lembaga swadaya masyarakat yang bekerja, meneliti kejadian yang sesungguhnya tentang PT Freeport di Papua. Dan banyak pula laporan yang berisikan kejahatan PT Freeport.

Maka atas dasar ini penulis mengumpulkan data permasalahan dan membuat analisa untuk pemecahan masalahnya.

B. PERUMUSAN MASALAHMasalah utama yang ada dalam makalah ini adalah apa kebijakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah PT. Freeport Indonesia di Papua? Masalah ini dapat disederhanakan ke dalam:

1. Apa permasalahan yang ditimbulkan PT Freeport?

2. Apa solusi untuk menyelesaikannya?

C. TUJUAN Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan judul makalah:

1. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan PT. Freeport Indonesia.

2. Untuk berusaha mencari solusi yang tepat dalam penyelesaiannya.

D. MANFAAT PENELITIAN1. Untuk memberikan kontribusi dalam wacana PT. Freeport.

2. Untuk memperkaya wawasan permasalahan di sekitar kita, khususnya berkenaan dengan PT Freeport Indonesia.

E. STRATEGI ANALISISAda dua strategi analisis: analisis dokumenter dan analisis kuantitatif.[3] Dalam metode ini penulis menggunakan cara analisis dokumenter dengan cara:

1. Penulis menggambarkan dan menjelaskan PT. Freeport Indonesia dan permasalahannya sebagai objek dari penulisan.

2. Penulis mencoba untuk memberikan wacana solusi.

F. SISTEM PEMBAHASANDalam makalah ini terbagi dalam empat bab, yaitu:

Bab I: Pendahuluan Pada bab ini penulis ingin mendiskusikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, strategi analisis, dan sistem pembahsan.

Bab II: Papua dan PT. Freeport IndonesiaDi sini, penulis menggambarkan keadaan Papua, yang dilihat dari, sejarah, masyarakat, geografi dan ekonomi. Apa, siapa, dimana, dan bagaimana Papua? Kemudian sejarah dan perkembangan PT. Freeport.

Bab III: MASALAH PT. FREEPORT DAN KEBIJKANNYADalam bab ini penulis akan menganalisa beberapa permasalahan dan berusaha menentukan kebijakan yang berhubungan dengan PT. Freeport, dari sudut pandang Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Semuanya ini berdasarkan kapasitas penulis dalam memenuhi sebagian tugas dalam mata kuliah Ekonomi Makro.

Bab IV: PenutupDalam bab ini berisikan tentang kesimpulan, saran, dan penutup.

BAB IIPAPUA DAN PT. FREEPORT INDONESIAA. PAPUA1. Sejarah PapuaPapua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak dibagian tengah pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea.[4]Kata Papua sendiri berasal dari bahasa Melayu yang berarti rambut keriting, sebagai gambaran yang memacu pada penampilan fisik suku-suku asli.[5]Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua.[6] Jadi Papua sudah dikenal beberapa abad yang lalu, dengan kondisi alam yang baik yang menghasilkan flora fauna yang baik pula.

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah papua bagian barat, sehingga sering disebut sebagai Papua Barat terutama oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM), para Nasionalis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands New Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada dibawah penguasaan Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.[7]2. Masyarakat PapuaPenduduk Papua, saat ini berjumlah 2,2 juta orang, dimana proporsi penduduk asli berjumlah kurang lebih 1,3 juta jiwa. Mereka merupakan penduduk yang masih dapat dikatakan masih sangat tradisional, kecuali pada beberapa daerah pantai yang relatif lebih maju kebudayaannya sebagai hasil interaksi dengan dunia luar. Hingga beberapa puluh tahun yang lalu, sebagian besar penduduk yang hidup terutama di pedalaman masih laiknya berada di zaman batu. Masih banyak penduduk asli di pegunungan yang hanya mengenakan penutup kemaluan bagi lelaki (Koteka) dan wanitanya hanya mengenakan rok dari rumput. Perang antar suku tidak banyak terjadi lagi tetapi bukannya hilang samasekali, sedangkan pertanian tradisional masih dilakukan.[8] Menurut data yang diperoleh di Papua, Senin (21/3), jumlah penduduk miskin di pulau yang amat kaya sumber daya alam itu 80,07 persen atau sekitar 1,5 juta jiwa dari 1,9 juta penduduk Papua (data tahun 2001). Angka ini tidak berubah karena sejak diberlakukannya Undang-Udnang (UU) Otonomi Khusus sejak akhir 2001-Maret 2005, sejumlah daerah belum memberi kontribusi bagi pemberantasan sejumlah kategori kemiskinan. Angka kemiskinan di Papua diperkirakan akan meningkat dengan kenaikan harga BBM.[9]Kelompok suku asli di Papua terdiri dari 255 suku, dengan bahasa yang masing-masing berbeda.[10] Masyarakat pantai memiliki berbagai macam budaya tari-tarian yang biasa mereka sebut dengan Yosim Pancar (YOSPAN), yang didalamnya terdapat berbagai macam bentuk gerak seperti: (tari Gale-gale, tari Balada, tari Cendrawasih, tari Pacul Tiga, tari Seka, Tari Sajojo).[11]3. Geografis PapuaPapua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M. Ahli geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama Labadios. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama Tungki, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama Janggi.[12] Luas wilayah provinsi Papua adalah 317. 062 (Km2). Jika dibandingkan dengan wilayah Republik Indonesia, maka luas wilayah Provinsi Papua merupakan 19,33 persen dari luas Negara Indonesia yang mencapai 1.890.754 (Km2). Ini merupakan provinsi terluas di Indonesia yang terletak diantara 130 - 141 Bujur Timur dan 225' Lintang Utara - 9 Lintang Selatan.[13]Kota Jayapura merupakan daerah dengan suhu udara tertinggi, mencapai 28,2 C ditahun 2005 sedangkan Wamena merupakan daerah dengan suhu udara terendah yang mencapai 19,4 C pada tahun 2004. Persentase kelembaban udara tertinggi mencapai 87% di Biak pada tahun 2005 dan terendah mencapai 77% di Serui pada tahun 2001. Rata-rata penyinaran matahari tercatat di Merauke yang mencapai 70% pada tahun 2005 sedangkan persentase terendah tercatat pada tahun 2003 di Biak yang mencapai 37%.[14]4. EKONOMI PAPUADalam publikasi Badan Statistik Nasional pada bulan oktober 2009 yang lalu, menunjukkan bahwa produk domestik regional bruto atas dasar harga pada tahun 2006 yaitu, Rp 46,895 triliun, angka ini meningkat pada catatan sementara tahun 2007 menjadi Rp 55,380 triliun.[15] Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mencapai 71,61%, diikuti sektor pertanian 10,44% dan sektor lainnya kurang dari 5%.[16]Artinya ketergantungan pendapatan daerah dari sektor pertambangan dan penggalian yang berasal dari pajak, royalti akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang parah bagi wilayah Papua.

Laju inflasi Kumulatif yang tercatat di kota Jayapura sejak tahun 2001 cenderung tidak stabil. Pada tahun 2001, laju inflasi kumulatif kota Jayapura mencapai indeks 14. Pada tahun 2002 mencapai indeks 13,91. Namun pada tahun 2003 laju inflasi kumulatif kota Jayapura mencapai indeks 8,39. Tahun 2004 laju inflasi kumulatif tercatat 9,45 namun pada tahun 2005 tercatat 14,15. Pengaruh paling signifikan pada tahun 2001 dan 2005 terhadap laju inflasi Kota Jayapura terdapat pada sektor Transportasi dan Komunikasi.[17]Sedangkan, angkatan kerja pada tahun 2005 sebanyak 942.516 orang. Angkatan kerja usia 25 - 29 tahun merupakan jumlah terbesar (139.010 orang). Sebagian besar pencari kerja ini tidak mendapatkan pendidikan formal yang mencapai 342.007 orang. Pencari kerja dengan pendidikan tertinggi SMU/sederajat sebanyak 36.631 orang sedangkan pencari kerja yang tamat pendidikan tinggi (D1-D4/Sarjana) sebanyak 33.449 orang. Jumlah pencari kerja ini terfokus di Kotamadya Jayapura (21.411), Kabupaten Jayapura (14.284) dan Kabupaten Mimika (16.953). Pencari kerja di kabupaten lainnya tidak mencapai 10.000 orang. Pencari kerja di Kabupaten Paniai merupakan angka terendah yang hanya mencapai 457 orang.[18] B. PT. Freeport Indonesia1. Sejarah PT. Freeport IndonesiaBahwa pada masa kolonial Belanda, ada seorang geolog Belanda yg menemukan bukit-bukit emas di Papua hingga menamai pegunungan tersebut dengan Grasberg (gunung emas), dan sebab itu pula Belanda mati-matian mempertahankan wilayah jajahan khusus Papua Barat, hingga menyebabkan pertempuran hebat dalam sejarah nasional.[19]Lalu dokumen ekspedisi geolog Belanda tersebut tidak digubris oleh pemerintah Belanda karena sibuk dengan perang dunia ke II, setelah perang dunia usai dokumen berdebu tersebut ditemukan oleh salah satu pejabat freeport di salah satu perpustakaan Belanda, bagai menemukan harta karun, mereka langsung terbang ke papua dan meloby pihak penguasa ordebaru.[20]Ternyata ada kesalahan fatal dari dokumen yg dibuat geolog Belanda tersebut, disebutkan bahwa bukit-bukit mengandung emas hanya setinggi 100 m, setelah diteliti oleh pihak freeport geolog Belanda tersebut melakukan salah perhitungan, dan sekitar 400 m ke atas dan sampai 1 km ke bawah tanah, bukit-bukit emas tersebut mengandung emas kualitas terbaik dunia.[21]Pada tahun 1967 dilakukan penandatanganan Kontrak Karya untuk masa 30 tahun, yang menjadikan PTFI sebagai kontraktor eksklusif tambang Ertsberg diatas wilayah 10 km persegi. Kontrak karya selama 30 tahun, diperpanjang lagi dengan kontrak karya yang baru pada tahun 1991.[22] Bagi banyak orang, kontrak karya II ini berlangsung tidak transparan, bahkan tertutup. Karena, pemerintah yang ditawari untuk memperbesar sahamnya menyatakan tidak berminat, padahal perusahaan ini jelas-jelas menguntungkan.[23] 2. Perkembangan PT. Freeport IndonesiaBerikut merupakan kronologi perkembangan PT Freeport:

Desember 1936Ekspedisi Colijin yang dipimpin oleh Jean-Jacquez Dozy adalah orang luar pertama yang berhasil mencapai gletser Gunung Jayawijaya dan menemukan Erstberg.[24]Juni 1960Ekspedisi yang pimpin oleh Forbes Wison dan Del Flint menemukan kembali Erstberg.[25] Juni 1966.Tim Freeport datang ke Jakarta untuk memprakarsai suatu pembicaraan untuk mewujudkan kontrak pertambangan di Ertsberg. Orang yang dipilih sebagai negosiator dan kelak menjadi presiden Freeport Indonesia (FI) adalah Ali Budiardjo, yakni mantan sekjen Hankam dan direktur Bappenas tahun 1950-an.[26]5 April 1967.Kontrak kerja (KK) I ditandatangani dan membuat Freeport menjadi perusahaan satu-satunya yang ditunjuk untuk menangani kawasan Ertsberg seluas 10 kilometer persegi. KK I ini lamanya 30 tahun. Kontrak dinyatakan mulai berlaku saat perusahaan mulai beroperasi. Bulan Desember, eksplorasi Ertsberg dimulai.[27]Desember 1969.Studi kelayakan proyek selesai dan disetujui. Mei 1970, konstruksi keseluruhan proyek mulai dikerjakan. Desember 1972.Pengapalan 10.000 ton tembaga dari tambang Ertsberg dilakukan untuk pertama kalinya ke Jepang.Tahun 1974.[28]Juli 1976Pemerintah Indonesia mendapat bagian saham sebesar 8,5% dari saham Freeport. Angka ini hingga 1998 bertahan di level 10 persen dan royalti satu persen.[29]1985-1987 Cadangan tembaga bawah tanah tambahan ditemukan di The Ertsberg East Time. Rata-rata produksi harian meningkat menjadi lebih dari 16.000 ton per hari, lebih dari dua kali lipat dari yang direncanakan di tahun 1967. Penemuan cadangan bijih yang baru mempertinggi rata-rata produksi;sekarang proyek memulai 100 juta ton cadangan bijih.[30]1988-1989Sumber/ cadangan emas-tembaga Grasberg ditemukan. Freeport Mc Moran Copper (FCX) go public di NYSE (New York Stock Exchange). Rata-rata produksi 18.600 TDP. Dengan Grasberg dan penemuan cadangan bijih yang lain, menjadikan total cadangan untuk proyek ini meningkat menjadi 200 juta ton.[31]Operasi pemindahan bijih Ertsberg dimungkinkan dengan adanya jalan term. Persetujuan untuk memperluas operasi menjadi 32.000 TDP diberikan pada bulan Februari. Studi kelayakan untuk 52,000 TDP selesai pada bulan Mei dan proyek keuangan selesai di bulan Oktober. Izin untuk mengeksplorasi tambahan 6,1 juta lahan doberikan oleh pemerintah Indonesia. Produksi pada tahun tersebut rata-rata 247.000 TDP.[32]1990Proyek perluasan modal sebesar 52.000 TDP berlangsung pada anggran dan lebih awal dari jadwal. Pekerjaan tersebut pada kenyataanya berhasil menyelesaikan dua kilometer adit (terowoangan horizontal) yang didesain untuk memindahkan bijih langsung ke tempat penumpukan cadangan. Rekor produksi mencapai 31.7000 TDP.[33]April 1981.Ertsberg Timur mulai ditambang dan produksi FI mencapai 16.000 ton per hari sebelum cadangan Grasberg ditemukan.[34]30 Desember 1991.KK I berakhir dan Freeport memperoleh kembali KK II selama 30 tahun. Dan dapat diperpanjang dua kali, masing-masing selama 10 tahun.[35]Aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu lama ini telah menimbulkan berbagai masalah, terutama dalam hal penerimaan negara yang tidak optimal, peran negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim dan dampak lingkungan yang sangat signifikan, berupa rusaknya bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.[36]1992Cadangan kembali direvisi menjadi 786 metrik ton. Rata-rata produksi 57.569 TDP, sementara pendahuluan kerja dilakukan untuk menaikkan kapasitas menjadi 66.000 TDP di paruh kedua tahun 1993. Studi kelayakan untuk 90.000 TDP selesai pada bulan Agustus dan memperoleh persetujuan dewan. Pengeboran sukses di Big Gossan dan di areal DOZ/IOZ, dan juga di lokasi sumur lain untuk cadangan dan tambahan produksi.[37]1993Kerjasama untuk menangani pembelian asset non-tambang PT FI diumumkan. Persetujuan dikabulkan untuk perluasan menjadi 105.000 TDP oleh dewan, diikuti oleh kenaikan target menjadi 118.000 TDP. Rata-rata produksi untuk 1993 623.000 TDP dengan produksi Desember 74.600 TDP. Freeport-McMoran menyelesaikan permintaan dari Rio Tinto Mineral di Spanyol yang asset utamanya adalah peleburan tembaga.[38]1995Presiden Soeharto menjadikan Kuala Kencana sebagai kota pertama di Irian Jaya dengan fasilitas bawah tanah, distribusi air yangterpadu, dan sarana sanitasi. PT FI mengumumkan kerja sama strategis dengan RTZ.

Rencana lingkungan (RKL dan RPL) di setujui.[39]1996Usaha eksplorasi membuahkan hasil yang mengggembirakan di pertambangan Kucing Liar bekerja sama dengan PT FI Golden Triangel. Freeport mulai berpartisipasi dalam rencana pembangunan Timika yang terintegrasi dengan pemerintah Indonesia.

Freeport melakukan audit sosial dan lingkungan secara sukarela yang menghasilkan penilaian positif [40]1997Penggilingan baru yang keempat selesai. Hal tersebut membuat Freeport menjadi salah satu perusahaan terdepan di dunia dengan produksi tinggi dan biaya rendah untuk produk tembaga dan emas.

Menerima persetujuan AMDAL dari Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia, yang akan memungkinkan perluasan yang lebih jauh lagi dalammlling rate sampai dengan maksimum, yaitu 30.00 ton bijih per hari.

Pembuktian Freeport dan kemungkinan cadangan tambhan 2,6 kali dari produksi tembaga 1997 dan lebih dari tiga kali produksi emas.

Audit sosial yang dilakukan oleh labat-Anderson diajukan kepada Freeport dan Kementerian Lingkungan. Perubahan besar dilakukan dalam alokasi dana Freeport untuk pembangunan Irian Jaya. Pembangunan dana itu menjadi lebih responsive dalam kebutuhan pembangunan di desa-desa.[41]1998Hasil operasi Freeport memperlihatkan peningkatan volume penjualan, baik tembaga dan emas yang disertai dengan penurunan biaya produksi per unit produksi. Perluasan pertambangan membuktikan kemungkinan cadangan bijih dan sumber bahan-bahan geologis lain.[42]2002-2009Reformasi yang bergulir, otonomi khusus yang diperlakukan di papua melalui UU No 21 Th. 2001 sampai dengan kasus kekerasan yang terjadi di sekitar pertambngan tidak mempengaruhi aktivitas Freeport secara sihnifikan.Bahkan di beberapa tahun terakhir, 2002 hingga 2009 terjadi penembakan terhadap karyawan Freeport, sebagai akibat ketidak puasan masyarakat atas perjanjian yang disepakati pemerintah.

Sesuaiakah apa yang didapatkan bangsa Indonesia khususnya rakyat Papua dari keberadaan Freeport selama ini?

Tinjau kembali kontrak kerja yang telah berjalan, sebab selama lebih dari 40 tahun keberadaan Freeport rakyat Papua tidak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik mereka.[43]Bab IIIMASALAH PT. FREEPORT DAN KEBIJAKANNYAA. Meninjau Permasalahan1. Ekonomi di PapuaMasyarakat Papua memperoleh uang dengan cara menjual hasil kebun mereka seperti ubi-ubian (kasbi/singkong, ubi jalar/betatas,keladi), Pisang, buah-buahan (langsat, rambutan, mangga, jeruk, durian dan kelapa) dan sayur-sayuran.[44]Aktifitas ini sudah menjadi rutinitas masyarakat dalam rangka memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan lainnya selain yang telah tersedia di kampung. Selain menjual hasil kebun, masyarakat juga memiliki upaya musiman, seperti mencari hewan buruan (rusa, babi hutan) di dalam hutan yang diperoleh dengan cara berburu berkelompok, atau dengan cara memasang perangkap/jerat. Yang selanjutnya hasil buruan mereka dijual ke Kota Manokwari dengan jarak tempuh 45 Km dan menggunakan jasa transportasi DAMRI/bus pedesaan yang tarif pedesaannya sebesar Rp. 20.000/trip. Hal ini tentunya sudah menjadi kearifan lokal masyarakat yang masih tetap dipertahankan.[45]Sedangkan di Kuala Kencana. Dari sana berpendar gaya hidup eksklusif. Kota berhias jalan-jalan mulus terbentang lurus dan lebar. Jajaran rumah asri tertata rapi. Di dalamnya berlimpah fasilitas lengkap, catu daya listrik, telepon, televisi, air bersih, hingga saluran limbah bawah tanah. Wajah kota tampak elok, bersih seraya menyembunyikan rapat-rapat sentimen kecemburuan. Meraka yang menghuni hanya karyawan PT Freeport Indonesia.[46]

Dibandingkan para pekerja PT Freeport yang diberi fasilitas mewah maka, terdapat kesenjangan ekonomi yang sangat jauh. Dalam konsep ekonomi kesejahteraan, seharusnya setiap kebijakan menyebabkan ada pihak yang diuntungkan dan tidak ada satu pun yang dirugikan atau yang disebut dengan pareto optimum.[47]Setiap hari hampir 700 ribu ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu ton bijih emas. Jumlah ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km).[48]Dalam sudut pandang penulis, kegiatan ekonomi di Papua sudah tidak sesuai dengan konsep ekonomi kesejahtraan. Kegiatan yang sudah berjalan selama lebih dari empat dekade, belum juga membuat masyarakat disekitar keluar dari kemiskinan. Masih banyak rumah asli orang papua yang terbuat dari papan dan beratapkan daun, yang bermata pencaharian bercocok tanam, berburu di hutan dan mencari ikan di sungai.

2. Sosial di PapuaTak berlebihan kalau gemilang kemewahan di depan mata yang tidak menikmati itu tak henti memicu kecemburuan. Sebuah perasaan yang lambat laun menggumpal hingga kerap memercik api amarah.[49]Sepanjang 1972 sampai 1973 terjadi beberapa perkelahian yang mengakibatkan terbunuhnya karyawan Freeport, hingga memaksa mereka membuat January Agreement dengan warga desa Wa-Amungme untuk membangun sekolah dan fasilitas umum lainnya.[50]Komnas HAM melakukan investigasi pelanggaran HAM yang terjadi di daerah Timika dan sekitarnya. Kesimpulan anggota tim investigasi Komnas HAM, mengungkapkan bahwa selama 1993-1995 telah terjadi 6 jenis pelanggaran HAM, yang mengakibatkan 16 penduduk terbunuh dan empat orang masih dinyatakan hilang. Pelanggaran ini dilakukan baik oleh aparat keamanan FI maupun pihak tentara Indonesia.[51]21 februari 2006, terjadi bentrokan warga penambang local dengan aparat gabungan TNI-polisi dan petugas keamanan Freeport. Hal ini membuat operasional Freeport untuk sementara dihentikan.[52]

Keamanan di Papua akan selesai jika rakyat setempat mulai dari kampung-kampung menikmati keadilan dan kesejahteraan serta penegakan hukum.[53] Koordinator Tim Papua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muridan S Widjojo dalam sambutannya dalam peluncuran buku itu mengatakan, dari segi substansi dan niat politik, undang-undang itu dibuat sebagai instrumen untuk menyelesaikan empat akar masalah Papua.[54]Empat akar masalah itu adalah kegagalan pembangunan, marjinalisasi dan diskriminasi orang asli Papua, kekerasan negara dan tuduhan pelanggaran HAM, serta sejarah dan status politik wilayah Papua.[55]Dari keterangan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa hilangnya nyawa warga, itu terjadi karena kondisi social di Papua yang belum aman disebabkan oleh keadilan dan kesejahteraan yang belum ditegakkan dan keberadaan PT Freeport yang tidak berkontribusi bagi warga Papua.

3. Lingkungan di Papua

Bertolak belakang dengan munculnya kepedulian lingkungan di dunia pada sekitar dekade 60 hingga 70-an dimana Lynn White dan Garret Hardin meluncurkan "The Historical Roots of Our Ecologic Crisis" (Maret 1967) dan "The Tragedy of Commons" (Desember 1968) serta demonstrasi besar-besaran yang diikuti ratusan ribu orang di Fiftfh Avenue, New York, 22 April 1970, Indonesia malah mengeluarkan putusan yang mengancam keberlanjutan dan kelestarian sumberdaya alam.[56]Menurut laporan Freeport sendiri, limbah itu luasnya 8 km persegi dan di beberapa tempat sedalam 275 m. Terhadap teguran dari berbagai NGO lingkungan hidup, termasuk ex-mentri Sonny Keraf, Freeport hanya mengatakan bahwa limbah mereka tidak berbahaya dan bahwa pembuatan pipa untuk pembuangan limbah akan memakan terlalu banyak biaya. Tetapi, menurut beberapa agency yg menjadi konsultan perusahan asuransi yang dipakai Freeport, limbah itu telah menyebabkan massive die-off pada vegetasi di sepanjang sungai.[57]Diperlukan waktu sekitar 150 tahun agar air asam tambang dapat netral kembali.[58]B. Menentukan Kebijakan1. EkonomiSetelah beberapa tahun keberadaanya di Indonesia, PT Freeport Indonesia banyak mendapat reaksi keras agar perusahaan ini menghentikan aktivitasnya. Gaung gonjang-ganjing itu sempat membuat PT. Freeport ditutup sementara.

Jika reaksi keras ini tidak segera diatasi, maka baik PT. Freeport dan Negara pun juga akan mendapatkan efek negatifnya. Bagi Negara yang sedang membutuhkan investasi dari luar negri, maka citra positif sangatlah mendukung untuk datangnya investor dari luar. Dan untuk PT. Freeport sendiri penutupan sementara akan menimbulkan kerugian dalam produksi setiap hari, baik bagi perusahaan maupun para pekerja.

Pemerintah, lewat wakil presiden Jusuf Kalla[59] menjelaskan bahwa kotrak karya yang telah ditanda tangani dengan PT. Freeport Indonesia tidak akan dibatalkan begitu saja. Ia berpendapat:

Kalau soal kontrak karya harus kita hargai bahwa setiap lima tahun kita evaluasi. Tapi untuk membatalkan kontrak kara saya rasa tidak,[60]Dalam penjelasan itu Jusuf Kalla mempunyai komitmen terhadap kontrak karya yang sudah ditulis dan disepakti bersama. Tapi, dalam jalannya kotrak karya, sebagai warga Indonesia, kita mempunyai hak untuk mengetahui antara hak dan kewajiban dalam pertambangan tersebut.

Memang dalam menyelesaikan masalah ini, tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena Indonesia sedang memperjuangkan untuk datangnya investor asing. Sebab investasi dapat menciptakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat dan berujung pada kesejahteraan.[61]

Jadi dari sisi ekonomi, Indonesia harus mempunyai system ekonomi proteksi, agar tidak bergantung pada investor asing lagi. Untuk melakukan sistem tersebut, maka diperlukan sumber daya manusia yang terampil agar semua sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dan juga potensi lainnya bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri. Sehingga dari dan oleh rakyat untuk rakyat.

2. SosialUnsur utama dalam sosial adalah sumber daya manusia tersebut, sehingga sumber daya ini memerlukan perhatian yang sempurna, maka factor pendidikan, keamanan, dan kesehatan menjadi hal yang dipentingkan.

Meski banyak sekolah dan puskesmas dibangun di distrik dan kampung, ketersediaan tenaga guru, perawat, dan dokter masih menjadi kendala serius.Gubernur Papua Barnabas Suebu membenarkan bahwa implementasi otonomi khusus belum optimal, tetapi itu bukan karena ketentuannya yang salah.[62]

Kemudian di sisi lain, sejak mendapat izin untuk menambang di Papua, sudah banyak konflik yang terjadi dan yang menjadi korban dari pertikaian ini. Adapun yang terlibat dalam konflik ini adalah antara suku asli dengan pihak keamanan yang bertugas di PT. Freport. Dikareanakan berbagai macam alasan, salah satunya adalah kesenjangan sosial yang terjadi antara pihak karyawan dengan suku atau warga asli.

Maka penulis berpendapat agar pemerintah melakukan audit menyeluruh kepada PT. Freeport dan mengumumkannya yang kedua agar melakukan pembangunan sesuai dengan yang dikehendaki rakyat, agar tidak terjadi kesenjangan hidup antara kemewahan yang dirasakan karyawan PT. Freeport dengan penduduk asli Papua.

Semuanya ini bergantung pada penegakkan hukum yang adil dan kesejahteraan yang merata.

3. LingkunganSelain permasalahan kesenjangan ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara massif.[63] Dari hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Parametrix, terungkap bahwa bahwa tailing yang dibuang Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan cairan asam berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik sensitif di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freeport.[64] 42 tahun setelah pengeboran pertama, perkiraan volume limbah tailing PT. Freeport lebih dari 1,2 miliar ton dan terus bertambah lebih dari 200.000 ton per hari. Volume limbah tidak kalah banyak dibanding lumpur Lapindo Sidoarjo, namun berita pencemaran limbah PT. Freeport tidak sebanyak berita lumpur Lapindo.[65] Menurut perhitungan Greenomics Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan lingkungan yang rusak adalah Rp 67 trilyun. Freeport mengklaim, sepanjang 1992-2005 Pemerintah Pusat mendapatkan keuntungan langsung US$ 3,8 miliar atau kurang lebih Rp 36 trilyun. Namun juka dihitung dari perkiraan biaya lingkungan yang harus dikeluarkan, Indonesia dirugikan sekitar Rp 31 trilyun.[66]Hal ini telah melanggar UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.[67] Maka solusi yang dapat diambil adalah menagih tanggung jawab PT. Freeport terhadap lingkungan dan penegakkan hukum yang seadil-adilnya. Apabila hal ini tidak dihiraukan maka, PT. Freeport dipersilakan untuk angkat kaki dari negri ini untuk menjaga kelangsungan ekosistem.

Bab IVPENUTUPA. KESIMPULANBerdasarkan hasil diskusi di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa:

PT. Freeport Indonesia sebagai pemilik saham terbesar, dan mempunyai hak istimewa dalam pertambangan. Mempunyai andil besar dan juga tanggung jawab yang tidak mudah. Banyak permasalahan yang ditimbulkan dari berbagai sudut pandang. Yang diiringi dengan kontribusi yang sangat minim terhadap rakyat Papua.

Namun, apa yang sudah diberikan kepada rakyat Papua khususnya kepada tujuh suku yang dipindah tempat tinggalnya. Ini juga tidak boleh diabaikan bagi masyarakat Indonesia.

Dan pemerintah sebagai pemegang kuasapun, juga mempunyai andil yang besar, karena dari sanalah kebijakan dan keputusan disetujui dan dijalankan. Maka dalam pemecahan masalah PT. Freeport di Papua, pemerintah menjadi eksekutornya dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.

Permasalahan ini tidak mudah untuk dipikirkan tetapi juga tidak susah untuk diselesaikan, sehingga kesungguhan dan keberanian dari berbagai kalangan baik pemerintah, pengusaha, pendidik dan juga partisipasi dari lembaga sosial sangat menentukan kebijakan seterusnya.

B. SARANSetelah menekuni permasalahan PT. Freeport di Papua. Penulis berusaha memberikan saran kepada pembaca dan juga peniliti untuk meneliti dan mendiskusikannya lebih dalam lagi tentang kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan perkembangan zaman atau keadaan sosial yang ada.

C. PENUTUP Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan segala puji syukur hanya untuk-Nya. Dengan penulisan makalah ini banyak sekali hal-hal yang penulis belum ketahui sebelumnya dan menjadi pengetahuan baru bagi penulis sendiri. Sehingga penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa hasil dari analisa, diskusi dan telaah dari berbagai sumber data tidak cukup untuk menyelesaikan masalah tetapi mudah-mudahan ini menjadi sumbangsih bagi yang lain untuk menjadi pertimbangan.

Terakhir, penulis berterima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini, sebagai bagian dari materi yang diberikan. Mudah-mudahan Allah memberikan rasa syukur yang teramat, lebih dari itu penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang berminat untuk meneliti apa yang sdah ditimbulkan PT. Freeport.

[1]Kaskuser, Inilah Pulau di Indonesia yang Kaya Raya Sejak Dahulu, http://www.kaskus.us, 23 Oktober 2010.

[2] Freeport Indonesia, http://id.wikipedia.org, 25 Oktober 2010.

[3]Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 24.

[4]Kaskuser, loc.cit. [5]Kebudayaan Papua di Indonesia, http://exaltedx.blogspot.com, Senin 11 Januari 2010.

[6]Ibid.[7]Ibid. [8]Profil Provinsi Papua, http://www.bi.go.id.[9]Penduduk Miskin Papua Capai 80 Persen, http://osdir.com.

[10]Papua, http://wikipedia.org.

[11]Kebudayaan Papua di Indonesia, http://exaltedx.blogspot.com, Senin 11 Januari 2010. [12]Kaskus, loc.cit.

[13] Stevent Febriandy, Geografi Papua, http://www.batukar.info/wiki/geografis-papua, jumat, 02 Oktober 2009.

[14]Ibid.

[15]Sumber: PDRB Provinsi-provinsi di Indonesia, Badan Pusat Statistik, tahun 2009

[16]Stevent Febriandy, Ekonomi Papua, Op.cit.[17]Stevent Febriady, Ekonomi Papua, http://batukar.info.com, Jumat, 10 Februari 2009.

[18]Sumber : BPS Provinsi Papua (Hasil SP 2000)

[19]Widya Wicaksana, prestasi Kelabu PT. Freeport, http://supermilan.wordpress.com, 10 Mei 2009.

[20]Ibid.[21]Ibid.

[22] HUT PTFI ke-40 di Papua, http://www.ptfi.com, 25 April 2007.

[23]Marwan Batubara, Sejarah Kelam Tambang Freeport, http://www.papuabaratnews.com Selasa, 30 March 2010.

[24]Aswah Ridhowi, Sejarah Perkembangan Freeport Dan Implikasinya Bagi Rakyat Papua, http://suaramarhaen.byethost33.com, 9 November 2009.[25]Ibid.[26]Marwan Batubara, Loc.cit.[27]Marwan Batubara, Loc.cit.[28]Ibid.[29]Ibid.[30]Aswah Ridhowi, Loc.cit.[31]Ibid.[32]Ibid.[33]Ibid.[34]Marwan Batubara, Loc.cit.[35]Ibid.[36]Marwan Batubara, Loc.cit.[37]Aswah Ridhowi, Loc.cit.[38]Aswah Ridhowi, Loc.cit.[39]Ibid.

[40]Ibid..

[41]Ibid.[42]Ibid.[43]Ibid.[44]Pitsau Amafnini, Kehidupan Ekonomi Masyarakat Adat Papua di Kampung Saray, http://sancapapuana.blogspot.com, Rabu, 17 Maret 2010.

[45]Ibid.[46]Hidayat Gunadi dan Gatot, Tetesan Emas Raksasa Tambang, Gatra, no. 17 tahun XII, 11 maret 2006, hal. 24

[47]Hary Samuel Silaban, Food Estate dan Pengaruhnya Terhada Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Mayarakat Papua, 9 Oktober 2010.

[48]Marwan Batubara, Loc.cit.

[49]Hidayat Gunadi dan Gatot, Loc.cit.

[50] Marwan Batubara, Loc.cit.[51]Ibid.[52]Hidayat Gunadi dan Gatot, Op.cit, hal. 23.

[53]Kondisi Keamanan di Papua Dinilai Semakin Baik, http://www.polkam.go.id, Sumber ANTARA, Minggu, 21 Maret 2010.

[54]Ita Ibnu, Apa yang Dikehendaki Rakyat Papua, http://batukar.info, senin, 30 Agustus 2010.

[55]Ibid.[56]Stevent Febriady, MendorongAgenda Lingkungan dalam Ruang Politik, http://batukar.info, Kamis, 15 Oktober 2009.

[57]Adhi Marlo, Freeport Undercover, http://ponorogozone.com, 31 januari 2009.

[58]Ita Ibnu, Kebijkan Pertambangan Emas Wanggameti, http://batukar.info, kamis, 28 Agustus 2010.

[59]Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla (lahir di Watampone, Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942; umur 68 tahun), atau sering ditulis Jusuf Kalla saja atau JK, adalah mantan Wakil Presiden Indonesia yang menjabat pada 2004 2009 dan Ketua Umum Partai Golongan Karya pada periode yang sama. JK menjadi capres bersama Wiranto dalam Pilpres 2009 yang diusung Golkar dan Hanura. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jusuf_Kalla)

[60]Bukan untuk Gigit Jari, Gatra, 11 Maret 2006.

[61]Ibid.[62]Ita Ibnu, Loc.cit.[63] Marwan Batubara, Loc.cit.[64]Ibid.[65]Widya wicaksana, Lumpur Freeport, http://politikana.com, 25 Juli 2010.

[66]Marwan Batubara, Loc.cit.[67]Ibid.