ptkm
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HFMD (Hands, Foot, Mouth, Disease)
1. PENGERTIAN
Penyakit Tangan Kaki dan Mulut (PTKM) atau Hand Foot and Mouth
Disease (HFMD) adalah penyakit yang di sebabkan oleh virus coxsackie dan
enterovirus yang lain dengan wujud kelainan yang khas yaitu enanthem dan
vesikel di mulut, serta eksanthem dan vesikel di tangan dan kaki. Manifestasi
klinis sangat lebar dari asymtomatik, undifferentiated, klasik sampai berat.
Pada kasus yang berat terdapat mieloencefaliti.
Penyakit Tangan Kaki dan Mulut (PTKM) atau Hand Foot and Mouth
Disease (HFMD) adalah sejenis jangkitan virus tang disebabkan oleh beberapa
kumpulan virus termasuk enterovirus.
2. ETIOLOGI
a. Virus coxsackie
b. Enterovirus
c. Taksonomi
d. Picornaviridae
EPIDEMIOLOGI
a. Host
PTKM sering di masukkan dalam golongan nonpolio enteroviruses.
Manusia adalah satu-satunya yang di kenal menjadi reservoir virus ini,
artinya belum pernah di laporkan reservoir lain dari burung atau binatang
yang lain. Virus seperti enterovirus memang pernah di isolasi dari anjing
dan hewan, tetapi tidak ada bukti bahwa virus tersebut menular dari hewan
ke manusia. Di luar tubuh manusia virus ini dapat hidup di limbah air
kotor dan dapat bertahan hidup sampai 6 bulan.
b. Cara Penularan
Sampai sekarang yang di ketahui adalah penularan fecal oral. Melihat hasil
kultur juga positif dari bahan yang di ambil dari usapan tenggorok, maka
kemungkinan besar juga dapat di tularkan lewat droplet infection atau
oral-oral dari satu orang ke orang lain. Ada yang mengatakan factor
pembawa seperti kecoa dan lalat.
c. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak terkena PTKM. Tetapi hal ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
d. Umur
Lebih muda umur individu lebih peka terhadap PTKM. Bayi lebih peka
terhadap PTKM daripada orang dewasa. Gejala klinik juga lebih nyata.
Umur kepekaan ada yang mengambil batas 5 tahun.
e. Imunitas individu
Pada individu yang ada gangguan imunitas misalnya imunodefisiensi
pasca cangkok sumsum tulang, bayi, akan lebih peka terhadap PTKM. Hal
ini yang menjadi dasar pemberian immunoglobulin pada bayi di kamar
bayi rumah sakit yang di ada wabah PTKM.
f. Musim
Di negara 4 musim, penyakit ini terjadi pada musim panas. Para klinis
perlu menanyakan dan mengetahui tentang pengaruh musim pada
anamnesis pasien. Di luar musim panas kemungkinan PTKM kecil.
Berbeda dengan daerah tropis(Indonesia) kemungkinan PTKM dapat
terjadi wabah sepanjang tahun. Pengaruh ini berhubungan dengan
ketersediaan air sebagai tempat hidup virus di luar tubuh manusia. Pada
musim dingin air diluar jadi es, pada musim panas banyak air yang dapat
untuk hidup enterovirus.
g. Wabah enterivirus
h. Jenis virus
Penyebab PTKM bermacam-macam enteroviruses. Pertama kali PTKM di
duga hanya dari virus coxsackie. Tetapi beberapa wabah menunjukkan
bahwa enteroviruses juga menyebabkan PTKM.
Macam-macam virus penyebab PTKM
Negara Jenis Virus Publikasi
California,AS Enterovirus 71 Schimd et al,1974
Australia Enterovirus 71 Kenneth et al, 1974
Sweden Enterovirus 71 Blomberg et al, 1974
Bulgaria Enterovirus 71 Chumakov et al, 1979
Hungaria Enterovirus 71 Nagy et al, 1982
a. Jepang Enterovirus 71 Hagiwara et al, 1988
Coxsackie virus A16
b. Hongkong Enterovirus 71 Samuda et al, 1987
c. Cina Coxsackie virus A16 Cao et al, 1985
d. Malaysia Enterovirus 71 Abubakar et al,1999
Coxsackie virus A 9
Echovirus 1
e. Taiwan 1998 Enterovirus 71 Ho et al,2000
3. PATOLOGI
Anak-anak yang berumur di bawah 5 tahun amat mudah dijangkiti
penyakit tangan, kaki dan mulut. Walau bagaimanapun, penyakit ini boleh
menjangkiti sesiapa sahaja tanpa mengira peringkat umur. Jangkitan ini akan
menghasilkan daya tahan (imuniti) terhadap virus tertentu tetapi serangan atau
episode yang kedua mungkin akan berlaku berikutan jangkitan dari beberapa
jenis virus yang lain dalam kelompok enterovirus.
PATHWAY
Penyakit tangan, kaki dan mulut ialah penyaki berjangkit yang
sederhana. Ia merebak melalui sentuhan atau kontak secara langsung dengan
ingus atau droplet mereka yang telah dijangkiti kuman ini. Penyakit ini amat
mudah berjangkit pada minggu pertama pesakit menghidapinya. Penyakit
tangan, kaki dan mulut tidak boleh merebak kepada atau daripada binatang
peliharaan ataupun binatang-binatang lain.
Masa inkubasinya sekitar 2-5 hari. Sementara untuk waktu terekspos
sampai terkena patau droplet penyakit 3-7 hari Selepas seseorang itu
dijangkiti kuman virus ini tempoh pengeramannya adalah di antara 2 hingga 6
hari. Gejala seperti demam dan ketidakselesaan pada mulut biasanya akan
hilang pada hari ketiga atau keempat. Ulser mulut akan hilang pada hari ke 5
hingga 7 tetapi lepuh dan bintik-bintik merah di tangan, kaki akan hanya
hilang dalam tempuh 10 hari.
Teori masuknya virus padas sel, setelah virus masuk mulut, tempat
replikasi adalah di faring dan traktus gastrointestinal bagian bawah. Letak
reseptor virus pada sel epitel usus yaitu di daerah apical dan basolateral.
Virion menempel pada reseptor sel dan terjadi endositosis. Virus masuk
vesikula di dalam sel dari vesikula virus ke inti sel untuk membentuk virion
baru. Dari usus kemudian akan menuju organ sasaran dan bereplikasi lagi.
Virus
Faring Usus
Replikasi pertama
Menyebar langsung atau melalui darah, lymphe
Mukosa mulut kulit tangan kulit kaki SSP
dan faring jantung
hati
paru
replikasi kedua organ lain
4. TANDA DAN GEJALA
a. Gejala awal HFMD sangat mirip dengan penyakit flu. Hari pertama dan
kedua ditandai dengan demam tidak terlalu tinggi, kemudian nyeri telan,
tidak mau makan dan minum. Pada bayi, para orang tua membawa
anaknya ke dokter karena demam, tidak mau netek (minum) dan ngeces
(ngiler, keluar liur).
b. Selanjutnya mulai muncul bintik berair (vesikel) yang mudah pecah di
dalam rongga mulut, kadang menimbulkan ulkus mirip dengan stomatitis
aftosa ( sariawan ), diikuti dengan timbulnya bintik berair di telapak
tangan dan kaki. Gejala ini biasanya muncul pada hari ketiga.
c. Bintik berair adakalanya menyebar ke badan, terutama paha, bokong,
perut, lengan dan wajah. Bentuk vesikel mirip dengan Cacar Air, bedanya
pada HFMD lebih lunak dan lebih cepat pecah. Karenanya para orang tua
biasanya menduga Cacar air. Pada lepuhan yang lebih besar, mirip dengan
impetigo.
d. Selanjutnya, keluhan akan berangsur mereda dan sembuh dalam 7-10 hari.
Pada HFMD yang berat (disebabkan EV 17) perlu dirawat di Rumah Sakit.
Adapaun gejala-gejala HFMD berat antara lain: demam tinggi hinga lebih dari 39
Celsius, nadi cepat, frekensi napas cepat dan sesak, terjadinya gangguan
neurologis, kejang, serta penurunan kesadaran.
Sebelumnya sekitar 50% – 90% enterovirus tidak menimbulkan gejala.
Sebagian hanya menimbulkan demam yang tak spesifik. Jadi spectrum infeksi
virus coxsackie dan enterovirus. Seperti berikut :
Asymtomatik Undifferentiated Gejala klasik Gejala berat
50% – 90 % 10% 10% 10%
Skema infeksi virus pada PTKM
Undifferentiated
- Demam 1 – 2hari
- Meriang / tidak enak badan
- Muncul merah di mulut mungkin tidak ada lalu sembuh
Gejala Klasik
- Masa inkubasi PTKM 4 – 6 hari
- Coxsackie virus A – 16 adah penyebab utama
- Masa demam 1 – 2 hari enanthem dan eksanthem (90%)
- Rasa sakit di tenggorokan 67%
- Rasa lelah 61%
Gejala berat :
- Demam
- Sariawan
- Rash di tangan dalam bentuk papula vesikuler
- Tachycardia
- Sianosis
- Paru-paru krepitasi
- Takipnoe
- Distress respirasi
5. KOMPLIKASI
Kemungkinan berlakunya sawan berikutan deman panas.
a. Pulmo gagalparu-paru disebabkan oleh kerusakan pusat respirasi di
batang otak
b. Perutperitonitis, pseudoperitonitis, apendisitis, pseudoobstruksi, adenitis
mesenteric dan intususepsi
c. Heparhepatitis, dengan kenaikan bilirubin dan gangguan fungsi hepar
d. Pancreaspankreatitis sampai ada DM
e. Matakonjungtivitis
f. Genitalorkitis, epididimidis
g. Ginjalnefritis
h. Otot dan sendiarthritis dan miositis
i. Gejala sisaterjadi pada pasien yang berat, ada kerusakan berat pada
otak.
7. PENGKAJIAN
a. Pengkajian
Biodata (identitas klien dan orang tua).
b. Keluhan utama
Badan panas, demam, terdapat rash di tangan, kaki, bibir lidah merah dan
terdapat rash, kadang adanya lesi di mulut dan tengorokan seperti
sariawan, nyeri sendi, anak rewel dan tidak mau makan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam tinggi ≤ 5 hari setelah diberi antibiotik. Panas tidak turun, mata
merah tanpa secret, bibir, lidah pecah-pecah, rash pada kulit seperti
campak, anak sesak dan extremitas dan wajah bengkak, anak rewel dan
meringik terus menerus tidak mau makan.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran
- Prenatal = usia kehamilan, keluhan saat kehamilan
- Natal = lahir normal, SC, Vacum, kesulitan lainnya
- Post Natal = icterus atau bayi kuning.
e. Riwayat Imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat Gizi
Status gizi anakyang terserang HFMD dapat bervariasi, tetapi kebanyakan
dari kasus yang ada / ditemukan akan terjadi penurunan pemenuhan gizi
dan terjadi perubahan status gizi dikarenakan banyaknya lesi di mulut dan
tenggorokan yang menyebabkan anak menjadi malas makan.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Anak lemah, rewel, merah-merah di tangan, kaki, dan lesi di mulut dan
tenggorokan.
Tanda-tanda vital
Suhu tinggi antara 38- 40C , Nadi =tachicardi
RR : dalam batas normal, 60 – 100x/menit, TD : masih normal 90/60
mmHg.
Kepala
Inspeksi :bentuk kepala, ada bekas luka, rambut, bagaimana keadaan
rambut
Palpasi : adanya tumor dan nyeri.
Mata
Inspeksi : konjuctiva merah (konjungtivitis).
Palpasi : nyeri tekan.
Hidung.
Inspeksi : adanya secret, adakah pernafasan cuping hidung
Mulut.
Inspeksi : rongga mulut, bibir, lidah dan tenggorokan terdapat lesi
atau rash.
Leher.
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Dada
Inspeksi : bentuk simetris.
Palpasi : tidak ada nyeri.
Auscultasi : tidak didapatkan RH atau WH atau suara tambahan
lainnya.
Perkusi : redup.
Perut
Inspeksi : normal.
Auscultasi : kembung (+), BU normal 5 – 35x/menit.
Palpasi : ada nyeri tekan ulu hati.
Perkusi : hepar timpani, kwadran atas & bawah.
Anggota gerak atas.
Inspeksi : simetris, adany merah – merah atau rash ditelapak tangan.
Palpasi : tidak ada nyeri
Anggota gerak bawah.
Inspeksi : simetris adanya merah – merah atau rash di telapak kaki
Palpasi : tidak ada nyeri.
Integumen
Terdapat merah – merah atau rash di tangan dan kaki, pada mukosa
mulut dan tenggorokan.
Genitalia
Inspeksi : normal.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus atau spesifik. Belum ada vaksinasi yang
tersedia. Secara symtomatik diberikan antipiretik kalau demam.
Penyakit ini bersifat self limited (sembuh dengan sendirinya) dalam 7-
10 hari, sehingga tidak ada pengobatan yang spesifik. Periksakan ke dokter
untuk meredakan keluhan. Perawatan dan pengobatan yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
Istirahat ( di rumah ).
Perawatan suportif yakni dengan minum dalam jumlah cukup untuk
menghindari kekurangan cairan. Mengupayakan makan makanan bergizi.
namun perlu diingat bahwa upaya ini tidak mudah karena anak tidak mau
minum dan makan akibat nyeri telan.
Pengobatan simptomatis (untuk meredakan keluhan), diantaranya: obat
pereda demam dan antiseptik mulut serta obat-onat lain yang diperlukan
untuk meredakan keluhan yang timbul.
Jangan lupa untuk tetap mandi agar penderita terjaga kebersihannya.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman pada lepuhan akibat garukan,
dapat diberikan obat anti-infeksi topikal (krim, salep)
PENCEGAHAN
Pencegahan dengan vaksin belum tersedia. Untuk golongan
enterovirus baru vaksin polivalen polio yang tersedia. Tetapi kalau maemang
terdapat banyak kegawatan yang disebabkan oleh enterovirus maka pada suatu
saat nanti pasti akan keluar vaksin PTKM.
Pencegahan dengan immunoglobulin untuk di lapangan tidak praktis.
Immunoglobulin dianjurka pada ruang perawatan pada waktu ada wabah di
rumah sakit. Misalnya diberikan pada semua bayi baru lahir kalau ada wabah.
Setiap preparat immunoglobulin harus dilihat komposisinya. Di dalam
kemasan perlu dilihat immunoglobulin apa yang terkandung di dalamnya.
Pada status pasien dicatat nomor Batch dan pabrik pembuatnya.
Di Singapura taman kanak-kanak di liburkan kalau terjadi wabah. Hal
tersebut untuk mengurangi kontak dengan temannya yag sakit.Keberhasilan
lingkungan dan kebersihan individu perlu ditekankan. Cuci tangan dan bilas
alcohol perlu dibiasakan, apalagi kalau ada wabah di bangsal rumah sakit.
Semua makanan dan minuman harus di masak. Isolasi anak yang sakit sampai
7 hari.
9. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Anamnesis yang diperlukan adalah kontak person yang menulari atau baru
saja bepergian daridaerah endemis. (singapura, Malaysia, Taiwan ; 2001).
Pada anak harus ditanyakan apakah ibu atau keluarga dekat ada yang
menderita panas non spesifik. Tanyakan riwayat vaksinasi (polio dan
morbili)
b. Pemeriksaan Fisik
Rash kadang-kadang sangat samar maka perlu diperlukan ketelitian untuk
melihatnya. Di cari dulu rash atau papula atau vesikel di tangan, kaki, dan
pantat. Pemeriksaan terakhir baru mencari lesi di mulut dan tenggorokan.
c. Neurologi
Letargis dan paralysis nervi kranialis VI, VII, IX, X, XI, XII
d. Mata
konjungtivitis
e. Paru-paru
Kemungkinan bronchitis, bronchopneumonia, dypnea dan takipnea.
f. Jantung
Kemungkinan miokarditis dan gagal jantung
g. Laboratorium
Leukosit meningkat dngan kenaikan peosentase netrofil. Trombosit
meningkat. 11 dari 29 pasien menunjukkan trombosit >500.000/ml.
Terjadi koagulopati dengan di tunjukkan perpanjangan prothrombin dan
partial thromboplastin time. Tes fungsi hati, ginjal, dan elektrolit hasilnya
tidak konsisten, kadang normal, kadang berubah. Kadar kreatinin kinase
tidak naik secara bermakna pada sebagian besar pasien. Kadar tersebut
naik pada pasien yang mendapat resusitasi kardiopulmoner atau kejang.
h. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui area hiperintensitas yang menunjukkan suatu inflamasi
dari jaringan otak.
i. Kultur Sel
Bahan yang diambil adalah tinja, usapan rectal, usapan tenggorok, serum
darah, vesikel di kulit, vesikel di mukosa mulut dan liquor serebro spinalis.
Waktu ang tebaik pengambilan sample adalah waktu awal penyakit jadi
masih demam 1-2 hari khususnya yang di ambil dari darah.
j. Serologi
Catatan : bahan yang di ambil untuk pemeriksaan darah dari usapan
tenggorok, luka di pipi, vesikel di tangan dan kaki, tinja, usapan rectal,
liquor cerebrospinalis, serum darah, biopsy jaringan sebaiknya segera
dikirim kelaboratorium.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang) berhubungan dengan
lesi di mulut dan tenggorokan.
b. Gangguan rasa nyaman (hypertermi) berhubungan dengan invasi
kuman / virus
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan rash / lesi pada
ektremitas.
d. Cemas pada orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan proses
penyakit dan prognosa.
e. Risiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan prosedur invasif
yang ditandai dengan tanda – tanda radang.
f. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses infeksi
kuman yang masuk
g. Cemas pada anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
Intervensi dan Rasional
Diagnosa :
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang) berhubungan dengan
lesi di mulut dan tenggorokan.
Tujuan : nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Tidak ada nyeri tekan.
- BB stabil atau naik
- Bibir tidak kering.
- Konjungtiva tidak pucat, Hb normal, albumin normal.
- Bising usus normal 6-35 x/ menit
Intervensi :
Kaji kemampuan anak untuk mengunyah, menelan.
R/ menentukan pemberian jenis makanan sehingga anak terhindar dari
aspirasi.
Timbang berat badan.
R/ mendeteksi atau mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan untuk
mengubah pemberian nutrisi.
Berikan makan dalam jumlah kecil tapi sering, catat jumlah kalori
sehari.
R/ memudahkan proses perencanaan dan toleransi terhadap nutrisi.
Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan.
R/ lingkungan yang nyaman meningktkan nafsu makan.
Jaga kebersihan mulut dan gigi.
R/ untuk mencegah komplikasi secunder infeksi dan meluasnya
inflamasi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan.
R/ ketepatan pemberian type cairan.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laborat.
R/ ketepatan pemberian nutrisi.
Observasi cairan masuk dan keluar.
R/ mengevaluasi status dehidrasi.
Diagnosa :
b. Gangguan rasa nyaman (hypertermi) berhubungan dengan invasi
kuman / virus.
Tujuan : hypertermi teratasi.
Kriteria Hasil : S: 36 - 37C, N: 60 - 100 x/ menit, RR 20 x/menit.
Intervensi :
Beri kompres hangat pada axila, pelipatan paha, belakang kepala
(daerah hypothalamus).
R/ air hangat dapat menghasilkan respon vasodilatasi metabolisme dan
kehilangan cairan kasat mata.
Beri pakaian tipis yang menyerap keringat.
R/ menurunkan panas dengan proses eveporasi.
Atur ventrikel ruangan.
R/ menurunkan panas dengan proses induksi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antipyretic.
R/ ketepatan pemberian obat penurun panas.
Diagnosis :
d. Cemas pada orang tua berhubungan dengan ketidaktahuan orang tua
terhadap proses penyakit dan prognosanya.
Tujuan : orang tua tidak cemas.
Kriteria Hasil :
- Orang tua mengerti perjalanan penyakit.
- Orang tua mampu bekerja sama dengan perawta untuk tindakan
keperawatan.
- Orang tua mampu berdaptasi dengan perubahan peran ditinjau dari
dampak hospitalisasi.
Intervensi :
Jelaskan kepada orang tua tentang perjalanan penyakit.
R/ dengan mengeti perjalanan penyakit orang tua bisa lebih kooperatif.
Ikut sertakan orang tua dalam setiap tindakan keperawatan.
R/ memudahkan tercapainya tujuan keperawatan.
Diagnosis :
e. Resiko tinggi infeksi secunder berhubungan dengan prosedur invasif
yang ditandai dengan tanda-tanda radang.
Tujuan : tidak terjadi infeksi secunder.
Krieria Hasil :
- Suhu tubuh batas normal.
- Bebas tanda-tanda radang .
- Tidak ada komplikasi akibat tnidakan invasif. (pemasangan infus,
pemasangan NGT, pemasangan kateter).
Intervensi :
Berikan perawatan aseptic dan antiseptic pertahankan cuci tangan yang
baik.
R/ cara pertama untuk menhindari terjadinya infeksi nosokomial.
Observasi daerah kulit yang mengalami ruam / rash dan daerah
pemasangan infus.
R/ dini perkembangan infeksi dan pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya.
Pantau suhu tubuh secara teratur.
R/ dapat mengidentifikasi perkembangan sepsis yang memerukan
tindak lanjut selanjutnya.
Berikan perawatan parineal, obs. Warna / kejernihan urine, catat
adanya bau / tidak enak.
R/ menurunkan kemungkinan terjadinya pertumbuhan bakteri / infeksi
yang merambat naik.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic, pemeriksaan
laborat.
R/ terapi profilaktic untuk menurunkan resiko terjadi infeksi
nosokomial.
Diagnosis :
f. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses infeksi
kuman yang masuk.
Tujuan : nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
- Expresi wajah rileks / tenang, anak tidak rewel.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji kondisi anak, wajah merengek (skala nyeri).
R/ menentukan prognosa / tindak lanjut berikutnya.
Observasi TTV
R/ nyeri dapat meningkatkan TTV.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
R/ sekali satu terapi mengurangi rasa nyeri.
Pelaksanaan :
Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan menjadi suatu
kegiatan asuhan keperawatan.
Evaluasi :
Menilai dan membandingkan status kesehatan klien (reaksi dan perubahan
tingkah laku) dengan bertolak ukur pada tujuan yang sudah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Brad S Graham, MD, eMedicine, April 2010
CDC : Hand, Foot, & Mouth Disease (HFMD)
GAR WHO, Enterovirus in China, May 2008
Mediakom Litbang Depkes, Juni 2008
Nanda. 2010. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2010-2011: Definisi dan
Klasifikasi, Jakarta: EGC