eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/naskah publikasi.docx · web...

23
DAMPAK PERILAKU BULLYING VERBAL PADA REMAJA (Studi Kasus pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2019/2020) JURNAL Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Ghinaya Tul Fitriah NIM. 16151003 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Upload: others

Post on 11-Aug-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

DAMPAK PERILAKU BULLYING VERBAL PADA REMAJA(Studi Kasus pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2019/2020)

JURNAL

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mercu Buana Yogyakartauntuk Memenuhi Sebagai Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ghinaya Tul Fitriah

NIM. 16151003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA2020

Page 2: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

PERSETUJUAN

Telah Disetujui Naskah Publikasi atau Jurnal Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana Yogyakarta Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana (S1) Pendidikan.

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing Pada Tanggal:13 Agustus 2020

Pembimbing

Abdul Hadi, S.Pd., M.Pd.NIDN 050201910

Page 3: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

DAMPAK PERILAKU BULLYING VERBAL PADA REMAJA(Studi Kasus pada Peserta Didik SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2019/2020)

Ghinaya Tul FitriahProgram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Mercu Buana Yogyakarta

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini di latar belakangi oleh maraknya kasus bullying di kalangan remaja, terutama di lingkungan sekolah. Peneliti banyak menemukan kasus bullying secara verbal dikalangan peserta didik, peneliti juga sudah beberapa kali melakukan proses konseling bersama korban bullying verbal sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin mencari tahu faktor yang menyebabkan korban mendapatkan tindakan bullying di sekolah. Subjek Senja, Mawar, dan Rara mengalami bullying verbal. Faktor-faktor yang menyebabkan subjek dibully karena memiliki sifat pendiam, introvert, memiliki aksen yang berbeda, kurang percaya diri, dan susah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, wawancara dan observasi sesuai pedoman yang telah dibuat. Analisis data yang digunakan yaitu dengan mereduksi data, mengelompokkan data berdasarkan kategoridan menganalisis data. Untuk mengukur keabsahan data penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.

Kata kunci : Dampak Bullying, Subjek, Peserta Didik

Abstract

This research is based on the rampart cases of bullying among adolescents, especially in the school environment. Researchers have found many cases of verbal bullying among students. Researchers have also carried out several counseling processes with victims of verbal bullying so that in this study the researchers wanted to find out the factors that caused victims to get bullying at school. Subjects Senja, Mawar, and Rara experienced verbal bullying. The factors that cause the subject to be bullied are because they are quiet, introverted, have a different accent, lack self-confidence, and have difficulty adjusting to their environment. Data collection methods used were questionnaires, interviews and observations according to the guidelines that have been made. The data analysis used was reducing the data, grouping the data by group and analyzing the data. To measure the validity of this research data, researchers used triangulation of sources.

Keywords: Bullying Impact, Subjects, Students

1

Page 4: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pendidikan sangatlah membawa dampak perubahan yang besar pada aspek pendidikan. Tujuan utama dari proses pendidikan itu sendiri adalah untuk menghasilkan individu yang berkualitas serta memiliki karakter dan juga memiliki keterampilan yang dapat berguna untuk dirinya sendiri maupun untuk masyarakat luas. Akan tetapi pada saat ini seiring dengan berkembangnya zaman, tujuan pendidikanpun disalah artikan, sehingga perkembangan dalam dunia pendidikan pada saat ini tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak yaitu kasus kekerasan yang dilakukan oleh guru, peserta didik, dan juga orang tua. Menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam laman mengungkapkan kasus bullying terbanyak berasal dari jenjang SD sebanyak 13 kasus , sedangkan SMP lima kasus dan SMA/SMK sembilan kasus . Pengaduan terbanyak dari daerah Jabodetabek sebanyak 21 %, dari semua kasus yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan atau tindakan bullying banyak terjadi di lingkungan pendidikan dan pelaku dalam tindak bullying tersebut adalah peserta didik.

Kenyataannya pada dunia pendidikan di indonesia saat ini tidak sedikit peserta didik yang menghadapi hambatan ketika berkeinginan mengembangkan diri secara optimal khususnya yang diakibatkan oleh perilaku kekerasan ataupun bullying. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat untuk belajar namun menjadi

tempat tumbuhnya suatu kekerasan atau praktik bullying. Perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah biasanya muncul karena adanya pelanggaran yang disertai dengan suatu hukuman, terutama hukuman yang berdasarkan fisik. Perilaku bullying yang diberikan semata-mata karena ingin memberi pelajaran kepada peserta didik agar tidak mengulangi untuk kesekian kalinya justru memberikan dampak yang tidak baik pada kondisi psikisnya. Terkadang peserta didik yang menjadi korban perilaku bullying tersebut akan merasakan adanya ketakutan dan ketidaknyamanan ketika berada dilingkungan sekolah.

Secara umum perilaku bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri . Pengertian tersebut menegaskan bahwa tindakan bullying bisa diartikan sebagai tindakan penindasan atau perilaku agresif yang terjadi berulang-ulang yang dilakukan kepada orang yang lebih kuat ke orang yang lebih lemah dan dapat menyebabkan masalah fisik maupun psikologis. Masalah tersebut dapat timbul melalui beberapa bentuk tindakan bullying.

Menurut Coloroso (2007:47) bentuk tindakan bullying dibagi menjadi empat jenis, yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional, dan bullying elektronik. Sesuai permasalahan Bullying yang yang telah disebutkan, korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya sendiri dan cenderung menjadi individu yang tertutup dan pendiam. Korban bullying cenderung menarik diri dari lingkungan kelas

2

Page 5: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

maupun sekolah. Korban bullying yang agresif akan menyerang pelaku bullying, bahkan lebih dari yang dilakukan oleh pelaku bullying. Jika tidak ditindak lanjut dengan serius maka akan membawa beberapa dampak negatif bagi peserta didik.

Dampak bullying terjadi dalam beberapa aspek perilaku, beberapa penelitian yang berhubungan dengan tindakan bullying sudah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Leli Nurul Ikhsani (2015) mengenai studi fenomenologi : dinamika psikologis korban bullying pada remaja. Akibat dari perilakuan bullying tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi psikologis korban seperti timbul perasaan kesal, sedih, tidak percaya diri, tidak nyaman, tidak bisa konsentrasi ketika belajar di kelas. Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa perilaku bullying sering terjadi di lingkungan sekolah dan cenderung berdampak negatif bagi korban bullying. Dampak dari perilaku bullying tersebut dapat mempengaruhi perkembangan siswa secara psikologis.

Sedangkan menurut penelitian Ricca (2016) mengenai dampak bullying terhadap kondisi psikososial anak di perkampungan sosial pingit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari kasus bullying dapat menimbulkan dampak negatif terhadap korban bullying yang pertama yaitu, anak korban bullying tersebut menjadi bersikap anti sosial terhadap lingkungan bermain, korban menjadi menarik diri dari lingkungan sosialnya dan juga untuk berinteraksi sosial. Menjadi tidak peduli dengan apa yang terjadi dilingkungan sekitarnya.

Sejalan dengan penelitian tersebut menurut Eli Wardiati (2018) tentang pengaruh bullying terhadap

moralitas siswa pada SMP Negeri 1 darul hikmah kabupaten aceh jaya tahun 2018. Adapun dampak bullying dapat merusak akhlak dan moralitas pelaku bullying itu sendiri tanpa disadari, seperti perilaku mengejek, menertawai yang mencerminkan moral yang buruk.

Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak perilaku bullying di sekolah dapat menyebabkan dampak negatif terhadap korban bullying. Dari beberapa dampak bullying dapat menghambat perkembangan psikologis pada remaja seperti peserta didik menarik diri, merasa takut, minder, berkurangnya rasa percaya diri.

Dari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan beberapa peserta didik yang menjadi korban tindakan bullying secara verbal, melalui proses konseling yang telah peneliti lakukan dengan korban ketika peneliti melakukan PPL di SMA Negeri 1 Imogiri. Dari proses konseling tersebut peneliti menemukan beberapa faktor yang menyebabkan subjek menjadi korban bullying di sekolah dan peneliti juga menemukan dampak-dampak yang terjadi akibat perilaku bullying tersebut terhadap subjek.

Berdasarkan fakta yang ditemukan peneliti di sekolah selama melakukan kegiatan PPL, peneliti tertarik untuk meneliti dampak-dampak yang terjadi akibat perilaku bullying yang sangat mempengaruhi dan menghambat perkembangan peserta didik sebagai remaja.

3

Page 6: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

Pengertian Bullying

Secara umum bullying adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar, tindakan yang dilakukan secara sengaja dan tindakan yang bertujuan untuk melukai atau menanamkan ketakutan melalui ancaman lebih lanjut dan menciptakan teror . Sedangkan Menurut Tumon (2014:2) bullying merupakan bentuk tindakan agresif yang permasalahannya sudah mendunia, salah satu negara yang banyak terjadi tindakan bullying adalah di indonesia. Menurut Anis Widyawati (2014:05) penghinaan tersebut bisa terjadi karena ada tiga keunggulan psikologis yang jelas, yang memungkinkan anak melukai tanpa merasa empati, iba, ataupun malu.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan perilaku yang menyimpang, dilakukan dengan sengaja oleh individu maupun kelompok yang lebih kuat terhadap orang yang lemah dengan tujuan bullying tersebut adalah untuk mengancam, menakuti, atau membuat korbannya tidak bahagia. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan yang akan dilakukan, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.

Pengertian Remaja

Menurut Piaget (Hurlock, 1980:206) bahwa adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dengan mengatakan secara psikologis masa remaja adalah di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan beradi di tingkat yang sama.

Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank (Wibowo, 2014:379) bahwa masa remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan yang mandiri. Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa usia remaja seseorang akan lebih labil dan mudah menyesuaikan dengan lingkungan dan segala informasi yang diterimanya, sehingga mudah terpengaruh dengan rangsangan yang berasal dari dalam maupun dari luar.Penggolongan Usia Remaja

Monks (Rahayu, 2014:262) masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun dengan perincian sebagai berikut:

a. 12-15 tahun masa remaja awal.b. 15-18 tahun masa remaja

pertengahan.c. 18-21 tahun remaja akhir.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Alex Sobur (2003:134) masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari anak menuju masa dewasa. Pada masa ini begitu pesat mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik itu fisik maupun mental. Sehingga dapat dikelompokkan remaja terbagi dalam tahapan berikut ini :

a. Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)

b. Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)

c. Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)Secara lebih spesifik Thornbrug

(Eka Dwi, 2012:18) penggolongan remaja terbagi dalam tiga tahap yaitu:

4

Page 7: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

“Remaja awal (usia 12-14 tahun) berada pada sekolah SMP, remaja tengah (usia 15-17 tahun) berada pada sekolah SMA, dan remaja akhir (usia 18-21 tahun) memasuki perguruan tinggi, lulus SMA atau sudah bekerja”.

Maka dengan demikian dapat diketahui dari bagian-bagian usia pada remaja yang dapat dijelaskan sebagai berikut, usia 12-15 tahun termasuk bagian remaja awal, usia 15-18 tahun bagian remaja tengah, dan remaja akhir pada usia 18-21 tahun. Dengan mengetahui bagian-bagian usia remaja kita akan lebih mudah mengetahui remaja tersebut kedalam bagiannya, apakah termasuk remaja awal atau remaja tengah atau remaja akhir.

Tugas Perkembangan Remaja

Perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap-sikap dan perilaku-perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas pada perkembangan masa remaja menurut Hurlock (1980: 209) adalah sebagai berikut:a. Mampu menerima keadaan

fisiknya.b. Mengembangkan konsep dan

keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan pengaruh sebagai anggota masyarakat.

c. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

d. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

e. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

f. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan Keluarga.

Perubahan mentalpun mengalami perkembangan. Pada fase ini pencapaian identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis, dan semakin banyak waktu diluangkan di luar keluarga.

Begitu pula hal yang senada dikemukakan tentang tugas-tugas remaja oleh Erikson menyatakan bahwa tugas utama masa remaja adalah memecahkan krisis identitas, untuk dapat menjadi orang dewasa unik dengan pemahaman akan diri dan memahami pengaruh nilai-nilai dalam masyarakat.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi kasus, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Sugiyono (2013:9), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Bogdan dan Taylor (Moloeng, 2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi.

5

Page 8: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

Penelitian ini dilakukan di SMA Negri 1 Imogiri yang beralamat di Jl. Imogiri Timur KM.14, Wukirsari, Imogiri, Bantul, di laksanakan pada tanggal 03 Mei 2020 sampai dengan 15 Mei 2020 . Subjek penelitian ini adalah 3 peserta didik SMA Negeri 1 Imogiri yaitu Senja, Bunga, dan Rara.

Teknik dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan angket. Cartwright & Cartwright (Uhar Suharsaputra, 2014:209) mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai kenyataan data yang diperoleh melalui observasi di lapangan. Selanjutnya dari segi instrumentasi digunakan, maka observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Menurut Sugiyono (2010:199) adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Alasan penulis menggunakan angket dalam penelitian ini karena dapat memperoleh gambaran sesuai dengan apa yang terjadi melalui jawaban dari para responden dan memiliki keuntungan dalam penggunaannya. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.

Terdapat berbagai jenis angket yang dapat dipakai dalam melakukan sebuah penelitian. Angket yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu angket tertutup. Tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga reponden tinggal memilih. Angket atau kuesioner yang digunakan adalah closed-ended question.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mendapatkan data tentang perilaku bullying apa saja yang didapatkan oleh peserta 3 peserta didik SMA Negeri 1 Imogiri.

Jenis pertanyaan yang digunakan dalam teknik wawancara mendalam adalah pertanyaan terbuka. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. Mengawali atau membuka alur wawancara.

Melangsungkan alur wawancara. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Hasil wawancara akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstruktur.

Miles and Huberman (Sugiyono, 2013:334) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

Data Reduction (Reduksi Data) menurut Sugiyono (2013:336) menjelaskan bahwa mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Hal ini perlu dilakukan karena semakin lama peneliti berada di lapangan, maka akan semakin banyak, kompleks, dan rumit pula jumlah data yang diperoleh.

Data Display (Penyajian Data) menurut Miles and Huberman

6

Page 9: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

(Sugiyono, 2013:339) mengemukakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selanjutya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network, dan chart. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data tentang bentuk tindakan bullying, faktor-faktor yang menyebabkan korban mendapatkan tindakan bullying, dan dampak yang dirasakan oleh peserta didik akibat tindakan bullying tersebut . Data tersebut berasal dari hasil kuisioner, obervasi, dan wawancara yang dilakukan dengan peserta didik.

Grfik 1 Bentuk tindakan bullying

Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa remaja lebih banyak mengalami bullying secara verbal, dan paling sedikit mengalami tindakan bullying elektronik

Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2013:343) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah mungkin juga tidak. Namun, jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam penelitian ini, data yang didapat tentang perilaku bullying yang dialami oleh peserta didik, faktor-faktor yang menyebabkan peserta didik menjadi korban bullying, dan dampak yang didapat peserta didik akibat tindakan bullying tersebut yang telah ditulis dalam penyajian data, dianalisis untuk memperoleh kesimpulan.

Dalam menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan triangulasi. Teknik triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data-data lain. Peneliti menggunakan triangulasi sumber, hal itu dicapai dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara.

2. Membandingkan data yang dikatakan oleh sumber lain yaitu teman dekat.

3. Membandingkan situasi selama penelitian dengan apa yang dikatakan oleh sumber lain.

4. Membandingkan situasi selama penelitian dengan apa yang dikatakan oleh sumber lain.

Hasil Penelitian

Jenis Tindakan Bullying

Hasil akhir dari jenis tindakan bullying yang dialami oleh ketiga subjek sebagai korban bullying adalah bullying verbal. Menurut Olweus (Krahe, 2005:197) mendefinisikan

7

Page 10: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

bullying sebagai suatu perilaku intimidasi yang dilakukan secara berulang-ulang dari waktu ke waktu dengan melibatkan kekuatan dan kekuasaan untuk menekan korbannya sehingga korban tidak memiliki kemampuan untuk melawan dari tindakan negatif yang diterimanya dan juga tidak mampu mempertahankan diri.

Pada ketiga subjek mengaku bahwa mereka mengalami tindakan bullying secara verbal. Subjek Senja mengaku bahwa mengalami tindakan bullying verbal. Begitupula Subjek Bunga juga mengungkapkan hal yang sama bahwa Bunga juga mengalami tindakan bullying verbal sedangkan subjek Rara mengungkapkan hal serupa karena pada kenyataannya bahwa ketiga subjek mengalami tindakan bullying yang serupa.

Tindakan bullying yang telah diungkap diatas, ada tindakan bullying secara verbal. Menurut Sejiwa (2008:2) bullying verbal adalah jenis bullying yang juga dapat terdeteksi karena bisa tertangkap oleh indra pendengaran kita. Pada ketiga subjek bahwa tindakan bullying yang subjek terima adalah suatu tindakan yang berupa bullying verbal dan tindakan tersebut sama-sama dapat didengar oleh panca indra manusia.

Bentuk Bullying

Hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek, ketiga subjek mengalami tindakan bullying verbal. bullying verbal merupakan bentuk bullying dengan ucapan dari pelaku kepada korban.

Senja sering diejek oleh teman-teman di kelasnya, karena dia dinilai

sebagai peserta didik yang pemalas dan suka bolos, selain itu dia juga di jauhi oleh teman-temennya di kelas. Sama dengan subjek kedua sebagai korban bullying verbal, Bunga juga diejek sebagai peserta didik yang cengeng dan manja. Sedangkan dengan subjek ketiga, Rara juga sering diejek sebagai peserta didik yang memiliki fisik yang berbeda.

Menurut Coloroso (2007:47) bentuk tindakan bullying dibagi menjadi empat jenis, yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional, dan bullying elektronik. Bentuk bullying fisik yaitu : memukul, mencubit, mendorong, menarik, menampar. Bentuk bullying verbal yaitu : memaki, menghina, meneriaki, menuduh, menyoraki, menggosip, memfitnah. Sedangkan bentuk bullying psikologis yaitu: mendiamkan, mengucilkan, memelototi, mempermalukan. Dari beberapa paparan yang dijelaskan peneliti dapat menyimpulkan bahwa bentuk bullying yang dialami kedua subjek merupakan bentuk bullying verbal.

Sama halnya dengan bentuk bullying yang dikemukakan oleh Sullivan ( Dina, 2010: 35) , meskipun bullying tebagi menjadi dua bentuk yakni perilaku bullying secara fisik dan non-fisik. Namun dalam bentuk bullying non-fisik merupakan bentuk bullying verbal dan non verbal, bentuk bullying verbal yakni meledek, mengancam, menghasut. Bentuk bullying non verbal yaitu menatap, menakuti, mengasingkan.

Sama halnya dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Ponny Retno Astuti (2008:22) tindakan bullying mempunyai beberapa bentuk bullying. Bentuk tindakan bullying ada dua yaitu bentuk tindakan bullying fisik dan non

8

Page 11: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

fisik. Tindakan bullying fisik contohnya mengigit, menarik rambut, memukul, menendang, mengunci, dan mengintimidasi korban diruangan atau dengan menintari, memelintir, menonjok, mendorong, mencakar, meludahi, merusak kepemilikan (property) korban, penggunaan senjata tajam serta perbuatan kriminal.

Pada tindakan bullying non fisik terbagi menjadi dua yaitu verbal dan nonverbal. Verbal contohnya panggilan telepon yang meledak, pemalakan, pemerasan, mengancam, atau mengintimidasi, menghasut, berkata jorok pada korban, berkata menekan, meyebar luaskan kejelekan korban sedangkan non verbal terbagi menjadi dua yaitu tidak langsung: diantaranya adalah manipulasi pertemanan, mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut, curang dan sembunyi-sembunyi sedangkan langsung: contohnya gerakan (tangan, kaki, atau anggota badan lain) kasar atau mengancam, menatap, muka mengancam, menggeram, hentakan, mengancam atau menakuti.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa bullying dibedakan menjadi dua jenis yaitu bullying secara verbal dan juga non verbal sedangkan bullying yang dialami oleh tiga subjek diatas adalah bullying verbal yang berarti mereka diancam, atau dihasut, bahkan mereka kadang mendapat kata-kata kotor yang dilontarkan oleh pelaku kepada korban.

Faktor Bullying

Hasil dari wawancara dan observasi dapat dikeatahui bahwa ketiga subjek sebagai korban bullying mempunyai sedikit karakter yang sama sedikit pendiam jika berada di dalam

kelas. Senja sebagai korban bullying merupakan peserta didik yang memiliki sifat sedikit tertutup sehingga banyak teman-teman yang menjauhinya.

Bunga diketahui penyebab dia dibully karena dia memiliki fobia dengan belalang dan juga tidak bisa mengucapkan huruf “R” sehingga sering dijadikan bahan bullying di kelas maupun di sekolahnya dan Bunga juga termasuk peserta didik yang sedikit pendiam di dalam kelas. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa Bunga sebagai korban bullying disebabkan karena Bunga sendiri berbeda dengan teman-temanya sehingga Bunga masuk dalam kategori mudah untuk dibully.

Rara dibully karena memiliki bentuk fisik yang kurang menarik dan berbeda dengan teman-teman sekelasnya, sehingga dia sering dijadikan bahan bullyan di kelas dan Rara juga termasuk peserta didik yang pendiam di dalam kelas.

Dari paparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa faktor yang menyebabkan subjek sebagai korban bullying karena mereka memiliki sifat, bentuk fisik dan aksen yang berbeda yang mebuat mereka berbeda dari teman-temannya. Teman-temannya dengan mudah melakukan Bullying dan dilakukan secara berulang-ulang karena tidak ada perlawanan dari korban.

Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Sejiwa (2008:24) bahwa pelaku bullying biasanya dengan mudah bisa mengendus calon korbannya. Pada pertemu pertama, pelaku bullying akan melancarkan aksinya terhadap sang korban. Ciri-ciri korban yang dapat memicu adanya bullying adalah berfisik kecil, lemah, sulit bergaul, kurang percaya diri, memliki aksen yang berbeda, kurang pandai, tidak cantik atau tidak ganteng. Begitu juga dengan

9

Page 12: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

yang peneliti temukan di sekolah bahwa korban yang mudah untuk dibully yaitu peserta didik yang mempunyai fisik kecil dan pendiam atau memiliki aksen yang berbeda dari teman-temanya.

Suatu tindakan bullying juga dapat dipengaruhi oleh adanya perkembangan pada masa remaja. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk., (2008: 152), masa remaja merupakan salah satu fase dalam rentang perkembangan manusia yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai meninggal dunia. Pada masa remaja akan ada perkembangan dari bentuk tubuh, perkembangan emosi serta sosial dan pada masa itu remaja mempunyai tugas perkembangan yang harus dilaksanakan untuk mempersiapkan menghadapi masa selanjutnya. Pentingnya untuk menguasai tugas-tugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan banyak tekanan yang menggaknggu para remaja. Sebagai contoh tekanan menjadi seorang korban atau pelaku dari tindakan bullying.

Dari paparan diata dapat disimpulkan bahwa ketiga subjek mudah untuk menjadi sasaran bullying karena mereka masih termasuk remaja yang masih mengalami masa pertumbuhan, karena tugas perkembangan remaja pada saat ini bisa digolongkan sangat singkat sehingga bisa menyebabkan banyak tekanan yang dapat menggaknggu pertumbuhan remaja, dan remaja pada saat ini juga mudah untuk menjadi sasaran bullying seperti ketiga subjek yang menjadi sasaran tindakan bullying karena mereka memeiliki banyak perbedaan dengan peserta didik lainnya mulai dari bentuk fisik, sifat, dan lain sebagainya.

Dampak Bullying

Korban bullying mengakui bahwa dampak dari bullying yang dialaminya menggaknggu belajar dan perkembangan subjek di sekolah maupun lingkungan sosislanya, hingga bisa melukai korban. Senja mengakui dirinya menjadi peribadi yang suka menyendiri, di jauhi oleh teman-teman dan juga menyebabkan prestasinya menurun.

Begitu juga Bunga mengakui bahwa ia merasa sedih, malu, marah di kelas, sehingga dia terkadang menjadi peribadi yang pendiam, dan juga pernah menjadi takut untuk masuk sekolah. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Naila sebagai teman dekat Bunga bahwa dirinya pernah melihat sedih dan menangis di kelas.

Sama halnya dengan yang dialami oleh subjek Rara bahwa dia menjadi individu yang kurang percaya diri, suka minder, dan juga menjadi individu yang introvert, dan dia juga menjadi malas sekolah karena sering majadi sasaran bullying dari teman-teman satu kelasnya. Sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Hana sebagai teman dekat Rara bahwa dia menjadi sosok yang introvert, suka tidak percaya diri ketika melakukan sesuatu dan juga menjadi individu yang suka minder.

Dari paparan tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa perilaku bullying mempunyai dampak yang negatif sehingga dapat menggaknggu korban dalam belajar, maupun bersosialisasi. Korban bullying menjadi individu yang penakut, menarik diri, tidak bersemangat pergi sekolah, kurang percaya diri, serta turunnya prestasi belajar korban.

10

Page 13: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sejiwa (2008:35) bahwa bila awalnya anak selalu meraih nilai tinggi dan tiba-tiba nilai nya merosot, sesuatu pasti telah terjadi. Apalagi jika ditambah dengan sulitnya konsentrasi, ekspresi lesu, depresi dan ketakutan, dampak lainnya adalah minta pindah sekolah, konsentrasi anak berkurang, menangis, tidak bersemangat, menjadi pendiam, menyendiri, tidak percaya diri dan mudah cemas bahkan ada keinginan untuk bunuh diri.

Namun, apabila korban bullying di sekolah didampingi dengan baik, maka dampak bullying yang dialami akan menjadi dampak yang positif bagi korban. Korban akan menjadi pribadi yang baik dan dapat menerima dirinya sehingga rasa percaya diri lebih meningkat.

Dampak-dampak bullying yang telah dialami oleh subjek sangat mempengaruhi perkembangan peserta didik di sekolah maka, perlu peranan penting dari guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk dapat memberikan layanan dengan mendampingi peserta didik sebagai korban bullying dengan bimbingan secara pribadi maupun klasikal agar dapat merubah dampak negatif tersebut menjadi dampak yang positif sehingga peserta didik dapat tumbuh kembang dengan memulai penerimaan dirinya.

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk., (2008: 135) bahwa pada masa remaja akan terjadi ketegangan emosi yang bersifat khas sehingga masa ini disebut masa badai dan topan yaitu masa menggakmbarkan keadaan emosi pada remaja yang tidak menentu, tidak stabil dan meledak-ledak. Meningginya emosi remaja terutama karena remaja mendapatkan tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru maka dari

ketiga subjek dapat dilihat akibat yang ditimbulkan karena adanya tekanan-tekanan dari sekitar. Tekanan dari pelaku bullying yang selalu membully para korbanya sehingga korbanya mengalami berbagai gejala-gajala yang merupakan akibat dari tindakan bullying.

Pada tindakan bullying akan timbul gejala-gejala yang merupakan akibat dari tindakan tersebut, seperti yang diungkapkan diatas bahwa akan ada hal-hal yang mempengaruhi korban dapat berupa fisik maupun psikologis. Menurut Novan Ardy Wiyani (2012: 16) bahwa korban bullying akan mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis rendah (low psychological well-being) yaitu korban akan merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga, penyesuaian sosial yang buruk di mana korban takut ke sekolah bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar bahkan keinginan untuk bunuh diri daripada harus menghadapi tekanan-tekanan yang berupa hinaan dan hukuman.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang menjadi korban bullying akan mengalami berbagai dampak yang ditimbulkan dari bullying yang dialami oleh peserta didik. Bullying yang sering terjadi yaitu bullying secara verbal atau ucapan, karena bullying ini sangat umum terjadi dikalangan anak-anak maupun remaja, dan bullying ini kurang diperhatikan oleh orang tua maupun guru bimbingan dan konseling sehingga

11

Page 14: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

mereka menganggap bullying ini wajar dilakukan.

Faktor yang menyebabkan peserta didik dibullying yaitu cenderung dikarenakan adanya peserta didik yang memiliki sifat pendiam, suka menyendiri, memiliki bentuk fisik yang berbeda, dan juga memiliki aksen yang berbeda dan lain sebagainya. Bullying di sekolah mempunyai dampak yang dapat menghambat perkembangan peserta didik di sekolah, korban bullying merasa sedih, down lalu di jauhi oleh teman-teman di kelasnya, dan prestasi peserta didik menjadi menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, P. R. (2008). Meredam Bullyying. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Coloroso, B. (2006). Penindas, Tertindas, dan Penonton. Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU. Jakarta: Serambi.

Coloroso, B. (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU. In S. I. Astuti. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Hartmann, D. (2006). Personality and Social Development. Utah: Departement of Psychology University of Utah.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

Ikhsani, L. N. (2015). Studi Fenomenologi :Dinamika Psikologis Korban Bullying

Pada Remaja. In Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Izzaty, Rita Eka, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif ,kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta .

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sejiwa. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan Di Sekolah Dan Lingkungan. Jakarta: Grasindo.

Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Tumon, M. B. (2014). Studi Deskriptif Perilaku Bullying pada Remaja. Jurnal Ilmiah mahasiswa Universitas Surabaya , Vol.3 No.1.

Usman, I. (2013). Kepribadian, Komunikasi, Kelompok Teman Sebaya, Iklim Sekolah dan Perilaku Bullying, Humanitas. Journal UAD. Vol.X No.1.

Wardiati, E. (2018). Pengaruh Bullying terhadap Moralitas Siswa pada SMP Negeri 1 Darul Hikmah Kabupaten Aceh Jaya. Skripsi. Banda Aceh, UIN Ar- Raniry.

12

Page 15: eprints.mercubuana-yogya.ac.ideprints.mercubuana-yogya.ac.id/11456/1/NASKAH PUBLIKASI.docx · Web viewDiajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana

Widyawati, A. (2014). Sosialisasi School Bullying Sebagai Upaya Preventif Terjadinya Tindakan Pidana Kekerasan di SMPN 3 Bojak Kabupaten Kendal. Journal Unnes, Vol.18 No.1

Wibowo, A. (2014). Kesehatan Masyarakat di Indonesia Konsep, Aplikasi, dan tantangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesarda.

Wiyani, N. A. (2012). Save Our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

13