puisi blue moon karya cecep syamsul hari; suatu …
TRANSCRIPT
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
575
PUISI BLUE MOON KARYA CECEP SYAMSUL HARI; SUATU KAJIAN
SEMANTIK, SINTAKSIS DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh:
Sitti Aida Azis & Ririn Sabriadi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
e-mail: [email protected] & [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan puisi Blue Moon karya Cecep Syamsul Hari dalam
aspek semantik dan sintaksis, serta pengimplemetasian ke dalam dunia pendidikan. Metode
dalam penelitian ini adalah kajian deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan
fenomena-fenomena lain yang berhubungan dengan teks puisi, mengumpulkan data dan
mengolah data dalam rangka menjawab permasalahan; menggunakan telaah kepustakaan dari
berbagai macam sumber. Sumber data pustaka berupa data primer yang berisi objek material.
Data dukumpulkan, dikelompokkan, dan dikaji secara deskriptif. Hasil penelitian berdasarkan
analisis data yang ditemukan dalam pilihan puisi Blue Moon Karya Cecep Syamsul Hari
meliputi (1) aspek semanti dan sintaksis, Semantik terdapat makna konotasi yang dominan
dan penggunaan majas metafora, personifikasi. Sintaksis adalah kakafoni (2) Implementasi
dalam dunia pendidikan adalah terdapat nilai yang diperoleh dalam puisi tersebut yaitu niali
moral dan religius.
Kata Kunci: semantic sintaksis, implimentasi, dunia, pendidikan
PENDAHULUAN
Puisi adalah hasil upaya manusia untuk menciptakan dunia kecil dan sepele dalam kata,
yang bisa dimanfaatkan untuk membayangkan, memahami, dan menghayati dunia yang lebih
besar dan lebih dalam. Sementara itu, puisi adalah sistem tanda tingkat kedua yang
mempergunakan sistem tanda tingkat pertama yang berupa bahasa tertentu. Sistem tanda
tingkat pertama itu, diorganisasikan sesuai dengan konvensi tambahan yang mencari arti-arti
dan efek-efek lain yang dimiliki prosa biasa. Menginterpretasi sebuah puisi yang
didalamnya terdapat tanda-tanda (bahasa) yang memiliki makna tersendiri di balik tanda-
tanda tersebut. (Ahmad, 2015; Azis, 2013; Padi, 2013).
Salah satu masalah pembelajaran sastra dalam dunia pendidikan adalah siswa tidak
menyukai puisi karena minimnya pengetahuan tentang puisi, tidak semua guru bahasa
Indonesia mengajarkan puisi karena tidak menyukai sastra (puisi), keterbatasan media di
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
576
sekolah, dan minimnya bahan ajar. Guru hanya bergantung pada contoh-contoh karya sastra
yang ada pada buku teks.
Hal yang mendasari puisi Blue Moon karya Cecep Syamsul Hari dijadikan objek
dalam penelitian ini didasari dua alasan. Pertama, Cecep Syamsul Hari adalah seorang
penyair yang produktif dengan karya-karyanya sampai sekarang. Kedua, memilih puisi yang
sarat dengan kultur (budaya) sebagai bahan pembelajaran sastra untuk kepentingan
pendidikan yang disesuaikan dengan lingkungan sekolah. Pemilihan puisi ini akan dianalisis
berdasarkan aspek seemantik dan sintaksis. Diselanjutnya dikontekskan dalam dunia
pendidikan.
Dengan begitu, puisi Blue Moon dianggap resprentatif dalam kajian ilmu Linguistik
dan sangat berpengaruh dalam perkembangan dunia pendikan, contoh budaya yang sangat
menarik yang seharusnya diiplematasikan dalam dunia pendidikan yaitu budaya saling
menghargai antara semua warga sekolah, pembelajaran sastra hadir sebagai wahana untuk
mewujudkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang menggunakan metode deskriptif. Data penelitian adalah
bahasa sebagai sistem tanda yang mengandung makna. Objek material adalah “ Puisi Blue
Moon karya Cecep Syamsul Hari”. Yang meliputi: (a) Aspek Puisi adalah bagian kajian dari
sebuah puisi yang berkaitan dengan sintaksis dan semantik. (b) Pengaplikasian dalam dunia
pendidikan, yaitu hasil penelitian akan diaplikasikan dalam pembelajaran sastra sebagai
manfaatnya dalam dunia pendidikan. Data diperoleh dengan teknik inventarisasi dan teknik,
catat. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif yang mencakup identifikasi,
klasisfikasi, analisis, interprestasi, deskripsi, dan konfirmasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Semantik Puisi Blue Moon Karya Cecep Syamsul Hari
Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna/arti yang terkandung
dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain, semantik adalah studi
tentang makna. Semantik biasanya berhubungan dengan dua aspek lain: sintaks,
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
577
pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, dan pragmatis, penggunaan
praktis simbol oleh rakyat dalam konteks tertentu. (Kurniawan, 2015)
Dengan begitu, semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji arti
atau makna serta lambang-lambang yang memberi tanda pemaknaan yang memunyai
kedudukan ilmu yang sama dengan cabang ilmu bahasa lainnya. Selanjutnya aspek dalam
Semantik terdiri atas makna denotasi,konotasi dan majas, sebagaimana yang mewarnai puisi
Blue Moon dalam kajian berikut ini. (Chaer, Abdul. 1994; Djajasudarma, 1993; Griffiths,
2006; Kridalaksanan, 1993; Tarigan, 1985).
Makna Denotasi dan Konotasi
Pusis Blue Mon karya Cecep Syamsul Hari, sebagai kajian analisis terlebih dahulu akan
ditampilkan teks puisi sehingga lebih jelas arah uraian fokus yang dimaksud. Untuk lebih
jelasnya diperhatikan berikut ini.
Blue Moon
Bulan biru
jatuh dalam lautan
jadi rumpon bagi ikan-ikan
dan jembangan raksasa bagi bunga
dan rumputan laut
Malam lelap dalam kamar yang gelap
tanpa cerita menjelang tidur:
Tentang Nini Anteh dan kucing hitamnya yang manja
di bumi, anak-anak kehilangan mimpi
“Malam begitu sering menangis, kini”
katamu, seraya lepas menatap laut luas
Kuseka pelan-pelan airmatamu yang bergulir
bagai sungai musim kemarau
jauh di masa kecilmu,
ia begitu dalam membekaskan kenangan
1991-1999
Puisi Blue Moon karya Cecep Syamsul Hari, menggambarkan suatu keadaan yang
dihadapi aku-lirik dan sosok-mu. Tidak tertera nama merujuk sebuah kota atau tempat. Blue
Moon merupakan indeks yang menjelaskan suatu kabar atau kejadian. Blue Moon merujuk
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
578
pada fenomena alam tidak lazim dan berbagai mitos seperti perasaan manusia berubah
menjadi lebih sensitif. Blue Moon bermakna konotasi suatu peristiwa yang menyebabkan
suasana malam lebih gelap, lebih sepi, dan menyedihkan. Suatu peristiwa yang disayangkan
oleh tokoh dalam puisi yaitu sosok-mu dan aku-lirik.
Bulan biru/ jatuh dalam lautan/ jadi rumpon bagi ikan-ikan/ dan jambangan raksasa
bagi bunga/ dan rumputan/ laut merupakan kalimat memiliki makna konotasi dan denotasi.
bulan biru merupakan arti harfiah blue moon. Jika mengacu makna bulan dan biru
konvensional, maka bulan biru mengasosiasi pada sesuatu yang agung dan murni. Bulan
adalah benda langit. biru adalah warna bukan hasil campuran. Dalam kalimat ini, bulan biru
diinterpretasi sebagai mimpi dan harapan (karena bulan bersinar ketika malam), ataupun cita-
cita yang notabenenya merupakan fitrah manusia. Kalimat ini menjelaskan bulan biru tidak
lagi berada di tempatnya. Hal itu dijelaskan predikat kedua dan objek pertama serta predikat
ketiga dan objek kedua denotasi yaitu jadi rumpon bagi ikan-ikan dan jembangan raksasa
bagi bunga dan rumputan laut. Sebagaimana yang ditulis oleh Alwi (2007), rumpon adalah
tempat tinggal atau berkumpul (berbiak) ikan yang sengaja dibuat orang dari tumpukan batu
(di sungai) atau benda bekas seperti becak. Sementara jembangan raksasa adalah jambangan
berukuran besar. Jambangan adalah tempat menaruh bunga hias.
Malam lelap/ dalam kamar yang gelap/ tanpa cerita menjelang tidur:/ Tentang Nini
Anteh dan kucing hitamnya yang manja/ merupakan kalimat yang memiliki makna konotasi
dan denotasi. malam sebagai subjek denotasi yang mengacu pada waktu setelah matahari
terbenam hingga matahari terbit. lelap sebagai predikat pertama denotasi yang berarti
keadaan nyenyak ketika tidur. Dalam kalimat ini suasana malam dijelaskan tidak lagi
memiliki ketenangan dan cenderung menyeramkan atau angker. Hal itu dijelaskan keterangan
konotasi dalam kamar yang gelap. kamar yang gelap adalah frasa atributif terdiri dari kamar
sebagai nomina, yang sebagai penghubung, dan gelap sebagai adjektiva. Alwi (2007)
mengistiahkan, kamar adalah ruang bersekat yang (tertutup) dinding yang menjadi bagian
rumah atau bangunan (biasanya disekat atau dibatasi empat dinding). Sementara gelap adalah
tidak ada cahaya, kelam, tidak terang. Dalam kalimat ini pun muncul suasana malam yang
sepi tanpa cerita menjelang tidur yang memiliki makna denotasi. Adapun pelengkap dari
cerita menjelang tidur tersebut adalah kisah Tentang Nini Anteh dan kucing hitamnya yang
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
579
manja sehingga untuk menemukan makna diperlukan pengetahuan khusus mengenai tokoh
Nini Anteh dan kucing hitamnya yang manja yang akan dibahas di bagian majas dan
diperjelas di bagian intertekstual.
di bumi,/ anak-anak kehilangan mimpi/merupakan klausa yang memiliki makna
denotasi. Dikatakan klausa karena mengandung relevansi makna sebab-akibat dengan kalimat
sebelumnya yaitu suasana malam yang kehilangan ketenangan, sepi, dan cenderung angker.
Klausa ini menjelaskan suatu akibat. Mengapa anak-anak?, mengapa mimpi? Hadirnya
subjek anak-anak bukan semata hanya anak-anak yang terkena dampak. mimpi sebagai objek
denotasi dalam puisi ini dapat juga berarti cita-cita yang notabenenya keinginan luhung yang
dipupuk dalam pikiran pada masa kanak-kanak.
“Malam begitu sering menangis, kini”/ katamu, seraya lepas menatap laut luas/
merupakan kalimat yang memiliki makna konotasi dan denotasi. Kalimat ini kembali
menegaskan suasana malam yang kehilangan ketenangan, sepi, dan angker sehingga
menimbulkan kesan menyedihkan sebagaimana yang dikatakan sosok-mu. Hal itu dijelaskan
oleh frasa endosentrik apositif begitu sering yang menyatakan makna keseringan dan verba
menangis yang menyatakan perbuatan. Dalam kalimat ini menangis merujuk pada ungkapan
kesedihan yang sering dirasakan sosok-mu. Adapun seraya lepas menatap laut luas
menjelaskan kegiatan sosok-mu saat mengungkapkan hal tersebut. menatap laut luas kembali
menguatkan latar aku-lirik dan sosok-mu serta seolah representasi dari menekuri bulan biru
yang telah jatuh lalu hilang.
Kuseka pelan-pelan airmatamu yang bergulir/ bagai sungai musim kemarau
merupakan kalimat yang memiliki makna denotasi. Kalimat ini menjelaskan kegiatan aku-
lirik yang mencoba menghapus atau meringankan kesedihan sosok-mu. Kesedihan yang
tercipta dari suasana malam saat itu. Adapun airmatamu sebagai objek pertama menandakan
kesedihan mendalam dan tertahan. Hal itu dijelaskan dengan adanya perbandingan antara
airmatamu yang bergulir dan sungai musim kemarau yang dihubungkan kata pembanding
bagai. sungai musim kemarau merujuk pada keadaan sungai sebagai objek kedua ketika
musim kemarau.
jauh di masa kecilmu,/ ia begitu dalam membekaskan kenangan merupakan klausa
yang memiliki makna denotasi. Dikatakan klausa karena mengandung relevansi makna
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
580
sebab-akibat dengan kalimat sebelumnya. Klausa ini menjelaskan suatu sebab. Selain suasana
malam yang berubah nampaknya ada sebab lain yang mengakibatkan sosok-mu bersedih.
Penyebab itu adalah ia. Dalam klausa ini, ia adalah subjek yang merujuk pada sosok di masa
lalu sosok-mu yang telah hilang dan tidak mudah dilupakan. Hal itu ditegaskan oleh predikat
denotasi begitu dalam membekaskan dan kenangan sebagai objek denotasi yang merujuk
pada suatu kesan tersendiri dalam ingatan.
Bahasa Kias
Bahasa kias atau figurative language merupakan penyimpangan dari pemakaian bahasa
yang biasa, yang makna katanya atau rangkaian katanya digunakan dengan tujuan untuk
mencapai efek tertentu (Abrams, 1981). Sementara Luxemburg (1989) menjelaskan bahwa
bahasa kias (kiasan) sering dipandang sebagai ciri khas bagi jenis sastra yang disebut puisi.
Sekalipun ada puisi yang hampir tidak menampilkan kiasan-kiasan, tetapi dalam banyak sajak
kiasan itu penting bagi susunan makna.
Kiat penyair untuk mengungkapkan perasaannya atau menggambarkan pikirannya ke
dalam rangkaian kata-kata pada bait-bait puisi. Bahasa kias merupakan salah satu unsur
kepuitisan dalam puisi. Memahami bahasa kias berarti: memahami makna puisi. Bahasa kias
artinya dalam KBBI ialah bahasa yang memergunakan kata-kata yang tersusun dan artinya
sengaja disimpangkan dengan maksud agar memeroleh kesegaran dan kekuatan ekspresi.
Kata kias mengandung arti perbandingan, ibarat, contoh yang telah terjadi (Alwi, 1994).
Bulan biru/ jatuh dalam lautan/ jadi rumpon bagi ikan-ikan/ dan jambangan raksasa
bagi bunga/ dan rumputan laut merupakan kalimat pertama yang menggunakan metafora,
personifikasi, hiperbola, dan sinekdoke pars pro toto. bulan biru memiliki dua
kemungkinan makna untuk diinterpretasi. Pertama, bulan biru sebagai “Once in a Blue
Moon”. Kedua, bulan biru sebagai frasa metaforik atau frasa mengandung metafora.
Kehadiran biru menjadi unsur vehicle atau pembanding dari unsur tenor atau yang
dibandingkannya yaitu bulan. Makna bulan konvensional bersanding dengan makna biru
konvesional. Bulan adalah benda langit yang berada di atas. biru adalah warna yang bukan
hasil campuran. Masing-masing makna saling berjalinan menciptakan makna baru yaitu
sesuatu yang agung dan murni. Sesuatu itu bisa saja cinta-kasih, mimpi dan harapan, ataupun
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
581
cita-cita yang notabenenya merupakan fitrah manusia. bulan biru jatuh mengandung
personifikasi. Jatuh adalah turun ke bawah dengan cepat karena tarikan gravitasi bumi,
biasanya menimbulkan rasa sakit bagi manusia. Dalam kalimat ini bulan biru dibandingkan
dengan hal biasa terjadi dalam hidup manusia untuk menciptakan suatu impresi yang
dramatis.
jatuh dalam lautan/jadi rumpon bagi ikan-ikan/ dan jambangan raksasa bagi bunga/
dan rumputan/ laut/ mengandung hiperbola dan sinekdoke pars pro toto. Hiperbola nampak
pada proses jatuhnya bulan biru lalu menjadi rumpon dan jambangan raksasa. Tersirat hal
yang berlebihan. Pertama, proses jatuhnya benda langit biasanya menyebabkan suasana
mencekam karena langit akan lebih gelap dan terasa getaran keras pada permukaan bumi,
tetapi dalam kalimat ini justru digambarkan dengan suasana yang cenderung lembut bahkan
melankoli. Kedua, proses perubahan benda langit menjadi materi bumi biasanya memakan
waktu ribuan tahun, tetapi dalam kalimat ini proses tersebut hilang dan waktu lebih singkat.
Sinekdoke pars pro toto nampak pada hadirnya rumpon bagi ikan-ikan dan jambangan
raksasa bagi bunga dan rumputan laut. Ada upaya menjelaskan keadaan kedalaman laut
dengan menyebutkan sebagian benda dan makhluk yang berada di dalamnya.
Malam lelap/ dalam kamar yang gelap/ tanpa cerita menjelang tidur:/ Tentang Nini
Anteh dan kucing hitamnya yang manja/merupakan kalimat kedua yang menggunakan
personifikasi, sinekdoke totum pro parte, dan alusi. Lelap adalah keadaan nyenyak, pulas, dan
tidak sadarkan diri dalam tidur yang dialami manusia. malam dibandingkan dengan hal biasa
terjadi dalam hidup manusia. Mengapa demikian? Jika membaca kalimat ini secara utuh,
maka akan semakin jelas bahwa malam bukan malam yang dipahami secara konvensional.
Dalam kalimat ini, malam mengandung sinekdoke totum pro parte yang menyatakan
keseluruhan untuk mengungkapkan sebagian aktifitas yang terjadi di malam hari.
Sebagaimana yang diketahui, umumnya manusia menggunakan waktu malam untuk
beristirahat. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan masih ada yang berkegiatan atau
bahkan baru memulai pekerjannya.
Malam begitu sering menangis, kini” katamu, seraya lepas menatap laut luas
merupakan kalimat ketiga yang menggunakan personifikasi dan sinekdoke totum pro parte.
menangis adalah suatu bentuk pengungkapan perasaan sedih, kecewa, dan terharu dengan
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
582
meneteskan air mata yang dilakukan oleh manusia. malam dibandingkan dengan hal yang
biasa terjadi dalam hidup manusia. Mengapa demikian? Jika membaca kalimat ini secara
utuh, maka akan semakin jelas bahwa malam bukan malam yang dipahami secara
konvensional. Dalam kalimat ini, malam mengandung sinekdoke totum pro parte yang
menyatakan keseluruhan untuk mengungkapkan sebagian. Dalam kalimat ini, malam
memiliki arti suasana yang murung dan waktu yang selalu menguras perasaan sedih bagi
sosok-mu.
Kuseka pelan-pelan airmatamu yang bergulir bagai sungai musim kemarau merupakan
kalimat keempat yang menggunakan simile. Suatu majas yang melakukan perbandingan
langsung atau eksplisit. Hal itu ditandai dengan adanya salah satu preposisi penghubung yaitu
bagai. Airmata sosok-mu dibandingkan dengan keadaan sungai pada musim kemarau. Pada
musim kemarau sungai umumnya mengalami kekeringan. Volume air mengalir menjadi
sedikit bahkan tak ada. Terkadang air yang tersisa di sela batu-batu sungai nampak jernih
namun hanya menetes. Keadaan suasana demikian sering menggugah perasaan perih karena
setetes air seolah hanya dapat dipandangi tanpa dirasakan apalagi menghilangkan dahaga.
Efek keperihan seperti itu seolah ingin dihadirkan untuk menggambarkan kesedihan
mendalam yang dialami sosok-mu.
Majas yang sering muncul dalam puisi “Blue Moon” adalah personifikasi dan
sinekdoke. Kehadiran dua majas yang dominan itu nampaknya menunjukkan ciri gaya bahasa
penyair. Personifikasi muncul pada tiga kalimat, yaitu bulan jatuh pada kalimat pertama,
malam lelap pada kalimat kedua, dan malam menangis pada kalimat ketiga. Penyair kerap
menggunakan pengumpaan benda mati sebagai manusia.
Sama halnya dengan personifikasi, sinekdoke pun muncul pada tiga kalimat, yaitu pars
pro toto rumpon bagi ikan-ikan dan jambangan raksasa bagi bunga dan rumputan laut pada
bait pertama, totum pro parte malam pada bait kedua, dan totum pro parte malam pada bait
ketiga. Penyair kerap menggunakan majas pertautan yang menyebutkan sebagian (dalam hal
ini beberapa benda laut: rumpon, ikan-ikan, jambangan raksasa, bunga, rumputan laut)
untuk menyatakan keseluruhan (keadaan di dasar lautan) atau sebaliknya menyebutkan
keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Malam yang notabenenya waktu yang umum dan
memiliki kesan suasana berbeda tergantung latar kehidupan masing-masing individu, ditarik
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
583
oleh penyair ke medan makna yang lebih pribadi. untuk menjelaskan. Dalam puisi ini malam
menjadi waktu yang menguras perasaan sedih karena selalu menghadirkan suasana murung
bagi aku-lirik dan sosok-mu.
Aspek Sintaksis Puisi Blue Moon Karya Cecep Syamsul Hari
Jika dilihat bentuk tipografinya, puisi “Blue Moon” terdiri dari enam bait dengan
jumlah masing-masing larik berbeda. Bait pertama enam larik, bait kedua empat larik, bait
ketiga dua larik, bait keempat dua larik, bait kelima dua larik, dan bait keenam dua larik. Bait
pertama, kedua, keempat, dan kelima diawali huruf kapital meski tanpa tanda baca final yang
terletak di akhir larik. Akan tetapi, terdapat tanda baca koma, tanda baca penjelas atau
perinci, dan tanda baca yang menandai satu-satunya dialog atau kalimat langsung pada bait
keempat.
Bulan biru/ jatuh dalam lautan/ jadi rumpon bagi ikan-ikan/ dan jambangan raksasa
bagi bunga/ dan rumputan/ laut merupakan bait pertama sekaligus kalimat pertama. Kalimat
ini memiliki konstruksi yaitu bulan biru sebagai subjek merupakan frasa endosentrik atributif
dengan biru sebagai atributnya dan frasa nominal karena terdiri dari dua nomina (menyatakan
makna alat). jatuh sebagai predikat pertama merupakan verba (menyatakan makna kejadian
atau peristiwa). dalam sebagai preposisi (menyatakan makna letak). lautan sebagai
keterangan merupakan nomina (menyatakan makna tempat). jadi rumpon sebagai predikat
kedua merupakan frasa verbal karena terdiri dari jadi verba dan rumpon nomina (menyatakan
makna perubahan langsung). bagi sebagai preposisi (menyatakan makna tujuan). ikan-ikan
sebagai objek pertama merupakan frasa bilangan karena menyatakan objek yang banyak
(menyatakan makna penerima). dan sebagai preposisi (menyatakan makna penghubung
setara). jambangan raksasa sebagai predikat ketiga merupakan frasa endosentrik atributif
dengan raksasa sebagai atributnya dan frasa nominal karena terdiri dari dua nomina
(menyatakan makna pengenal). bagi sebagai preposisi (menyatakan makna tujuan). bunga
sebagai objek kedua merupakan nomina (menyatakan makna penerima). dan sebagai
preposisi (menyatakan makna penghubung setara). rumput laut sebagai objek ketiga
merupakan nomina (menyatakan makna penerima).
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
584
Malam lelap/ dalam kamar yang gelap/ tanpa cerita menjelang tidur/ Tentang Nini
Anteh dan kucing hitamnya yang manja adalah bait kedua sekaligus kalimat kedua. Diawali
huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca final tapi terdapat tanda baca penjelas. Kalimat ini
memiliki konstruksi yaitu malam sebagai subjek merupakan nomina (menyatakan makna
alat). lelap sebagai predikat pertama merupakan verba (menyatakan makna keadaan). dalam
sebagai preposisi (menyatakan makna letak). kamar yang gelap sebagai keterangan pertama
merupakan frasa endosentrik atributif dengan gelap sebagai atributnya (menyatakan makna
tempat). tanpa sebagai preposisi (menyatakan makna penghubung tidak setara). cerita
sebagai keterangan kedua merupakan nomina (menyatakan makna alat). menjelang tidur
sebagai predikat kedua merupakan frasa verbal karena terdiri dari dua verba (menyatakan
makna perbuatan). Tentang Nini Anteh dan kucing hitamnya yang manja sebagai pelengkap
terdiri dari kata depan, Nini Anteh merupakan nomina karena merujuk nama tokoh, dan
kucing hitamnya yang manja merupakan frasa endosentrik atributif terdiri dari nomina kucing
hitamnya karena merujuk nama tokoh dan adjektiva manja (menyatakan makna alat).
di bumi, anak-anak kehilangan mimpi merupakan bait ketiga sekaligus klausa rapatan.
Dikatakan klausa rapatan karena tidak diawali huruf kapital meski terdapat tanda baca koma
di akhir larik pertama dan mengandung relevansi makna sebab-akibat yang kuat dengan
kalimat sebelumnya atau bait kedua. Juga hanya memiliki satu predikat saja. Kendati
demikian, secara tipografi bait ini berdiri sendiri seolah memiliki penekanan tersendiri.
Klausa ini memiliki konstruksi yaitu di bumi sebagai keterangan dan frasa depan karena
terdiri dari di preposisi penanda tempat dan bumi nomina (menyatakan makna tempat). anak-
anak sebagai subjek dan frasa bilangan karena menyatakan sesuatu yang banyak (menyatakan
makna penderita). kehilangan sebagai predikat merupakan nomina (menyatakan makna
keberadaan). mimpi sebagai objek merupakan nomina (menyatakan makna alat). Selain
sebagai klausa rapatan, klausa ini tergolong klausa lengkap, klausa positif, dan klausa
nominal.
a lepas menatap laut luas merupakan bait keempat sekaligus kalimat ketiga. Diawali
huruf kapital pada dialog atau kalimat langsung dan terdapat tanda baca koma, meski tidak
ada tanda baca final di akhir. Kalimat ini memiliki konstruksi yaitu malam sebagai subjek
pertama merupakan nomina (menyatakan makna alat). begitu sering sebagai keterangan
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
585
pertama merupakan frasa endosentrik apositif karena kedua unsurnya tidak dapat
dihubungkan dengan kata penghubung dan unsurnya mampu saling menggantikan
(menyatakan makna keseringan). menangis sebagai predikat pertama merupakan verba
(menyatakan makna perbuatan). kini sebagai keterangan kedua merupakan nomina
(menyatakan makna waktu). katamu sebagai subjek kedua merupakan klitika karena terdiri
dari kata+mu (menyatakan makna pelaku). seraya sebagai preposisi (menyatakan makna
perbuatan bersamaan). lepas menatap sebagai predikat kedua merupakan frasa verbal karena
terdiri dari lepas adjektiva dan menatap verba (menyatakan makna perbuatan). laut luas
sebagai objek merupakan frasa endosentrik atributif dengan luas atributnya (menyatakan
makna tempat).
Kuseka pelan-pelan airmatamu yang bergulir bagai musim kemarau merupakan bait
kelima sekaligus kalimat keempat. Diawali dengan huruf kapital meski tanpa tanda baca
final. Kalimat ini memiliki konstruksi yaitu kuseka pelan-pelan sebagai subjek dan predikat
terdiri dari kata aku+seka maka subjek dan predikat terdapat dalam satu frasa nominal
sedangkan pelan-pelan sebagai adjektiva dan menyatakan makna caranya berada terpisah
(menyatakan makna pelaku dan perbuatan). airmatamu sebagai objek pertama terdiri dari
airmata+kamu merupakan klitika (menyatakan makna penderita). yang bergulir sebagai
keterangan merupakan frasa nominal karena preposisi diikuti verba (menyatakan makna
keadaan). bagai sebagai preposisi (menyatakan makna pembanding). sungai sebagai objek
keduamerupakan nomina (menyatakan makna pelaku). musim kemarau sebagai keterangan
kedua merupakan frasa nominal karena terdiri dari dua nomina (menyatakan makna tempat
dan waktu).
jauh di masa kecilmu, ia begitu dalam membekaskan kenangan merupakan bait keenam
sekaligus klausa rapatan. Dikatakan klausa rapatan karena tidak diawali huruf kapital meski
terdapat tanda baca koma di akhir larik pertama dan mengandung relevansi makna sebab-
akibat dengan kalimat sebelumnya atau bait kelima. Juga hanya memiliki satu predikat saja.
Kendati demikian, secara tipografi bait ini berdiri sendiri seolah memiliki penekanan
tersendiri. Klausa rapatan ini memiliki konstruksi yaitu jauh di masa kecilmu sebagai
keterangan merupakan frasa eksosentrik karena tidak memiliki kesamaan distribusi antar
unsurnya dan frasa depan karena terdapat kata depan di sebagai penanda (menyatakan makna
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
586
waktu). ia sebagai subjek merupakan nomina (menyatakan makna pelaku). begitu dalam
membekaskan sebagai predikat terdiri merupakan frasa verbal karena didominasi verba
membekaskan (menyatakan makna keadaan). kenangan sebagai objek merupakan nomina
(menyatakan makna alat).
Dengan begitu, puisi “Blue Moon” termasuk ke dalam jenis puisi yang naratif. Puisi
tersebut cenderung memiliki gaya tutur menyerupai prosa yang bersifat menguraikan dan
subjeknya merupakan satu rangkaian kejadian.
Implementasi dalam Pendidikan
Hasil kajian ini berimplemtasi dalam dunia pendidikan peneliti berhubungan dengan
SK KD dalam sebuah pembelajaran sastra di sekolah yaitu Dalam kurikulum KTSP tahun
2006 tentang pembelajaran apresiasi sastra di sekolah kelas X semester I, salah satu standar
kompetensinya adalah “Memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung”
(SK.5). Kompetensi dasarnya “Mengungkapkan isi puisi yang disampaikan secara
langsung/tidak langsung (KD.5.2). Indikatornya adalah “siswa mampu mengungkapkan ide
pengarang dengan menganalisis isi suatu puisi dengan baik dan benar.” Hal yang sama
diungkapkan oleh Qayyim al-Jauzizah bahwa Sebuah perasaan dilukiskan kedalam karya
sastra, karya hati ataupun jiwa menjadi jauh beretika dan berestetika dalam menyampaikan
sesuatu hal kepada orang lain. Dengan begitu, puisi tersebut mengandung makna yang sangat
bermanfaat dalam perkembangan karakter peserta didik, puisi tersebut mengajarkan nilai
moral.
Salah satu tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk membentuk sikap, moral,
dan watak murid yang berbudi luhur. Dahulu para murid diberikan pelajaran Budi Pekerti
untuk mencapai tujuan tersebut. Namun sekarang pelajaran itu telah ditiadakan karena
banyak mengubah kepribadian murid menjadi kepribadian yang lebih baik dan bermoral.
Mengacu dari makna bahasa kias dalam puisi biru malam terdapat beberapa pesan
moral yang seharusnya disampaikan kepada peserta didik. Ambillah misalnya, biru dari
penggalan judul puisi tersebut, adalah warna yang bukan hasil campuran. Masing-masing
makna saling berjalinan menciptakan makna baru yaitu sesuatu yang agung dan murni.
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
587
Sesuatu itu bisa saja cinta-kasih, mimpi dan harapan, ataupun cita-cita yang notabenenya
merupakan fitrah manusia.
KESIMPULAN
Puisi Blue Moon karya Cecep Syamsul Hari sangat dominan menghadirkan makna
konotasi melaui imaji penglihatan (visual) dari fenomena alam, wujud benda, atau gerakan
yang berada di sekitarnya. Hal tersebut dapat ditinjau dari dominasi isotopi alam dan isotopi
gerakan. Dari segi kias, puisi tersebut sangat didominasi oleh metafora dan personifikasi.
Sementara aspek Sintaksis, gaya tutur puisi cenderung menyerupai prosa yang bersifat
menguraikan dan subjeknya merupakan satu rangkaian kejadian. Sementara, kecenderungan
musikalitas puisi atau unsur bunyi yang terdapat dalam puisi Cecep Syamsul Hari adalah
kakafoni. Dominasi kakafoni menimbulkan suara parau atau tidak enak didengar karena
berkombinasi dengan sengau dan vokal berat sehingga selalu menyiratkan ekspresi suasana
muram dan melankoli pada setiap puisi. Ditinjau dari implemtasi dalam pendidikan adalah
menanamkan moral yang baik yaitu menghindarkan penyakit hati seperti: iri
dengki,kecemburuan sosial, sombong, hasut, ria dan pelit.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. A. Glossary of Literary Terms. Cet. IV. New York Holt, Rinehart and
Winston Ahmad, Hendri. 2015. Mudah Menguasai Bahasa Indonesia. Bandung : CV.
Yrama Widya.
Alwi, Hasan. 2007. . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Azis, Sitti Aida. 2013 Apresiasi Puisi. Makassar : Alauddin University Press.
Biantoro, Biarmy. 2015. “Mengungkap 4 Kejadian Mistis di Balik Kemunculan Blue Moon”.
16 Maret 2018 dalam http:// www. merdeka.com.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1. Pengantar ke Arah Ilmu Makna.
Bandung: ERESCO.
Griffiths, Patrick. (2006). An Introduction to English Semantics and Pragmatics. Britain:
Edinburgh University Press
PROSIDING
Seminar Nasional Pendidikan Era Revolusi
“Membangun Sinergitas dalam Penguatan Pendidikan Karakter pada Era IR 4.0”
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Indonesia, 24 Maret 2018
ISSN : 2621-6477
588
Miswanto, MA, Agus (2012). Agama, Keyakinan, dan Etika. Magelang: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah Magelang.
Kreidler, C. W. Introducing english semantics. London and New York: Routledge
Luxemburg, J.V, Miekel Bal W.G. Weststeijn. 1982. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan
Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.
Kridalaksanan, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Kurniawan, Aris. 2015. “Pengerian Semantik dan Contoh Lengkapnya” 15 Maret 2018 dalam
http://www.gurupendidikan.co.id
Padi, Editorial. 2013. Kumpulan Super Lengkap Sastra Indonesia. Jakarta : CV. Ilmu Padi
Infra Pustaka Makmur.
Tarigan, H. G. (1985). Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.