puisimu puisiku

8
Balik Layar Aku terhenyak menatapmu dalam gerak siluet kakimu yang terus mengayun menapaki bumi meninggalkanku kau mungkin batu tenang itu yang tak pernah melihat seekor ikan lelah bersembunyi sesekali menyembul merindumu saat orang ramai membicarakanmu adakah kau tahu? ada yang diam membeku tak mampu memberi aspirasi apa pun tentangmu tak jua diriku jika ini takdir buatku maka memang aku harus puas hanya melihat siluet punggungmu membayang di antara bahu jalan. Surakarta, 9 April 2012

Upload: annisyifa

Post on 23-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Some result of my hobby, a book of poem,

TRANSCRIPT

Page 1: PUISIMU PUISIKU

Balik Layar

Aku terhenyak

menatapmu dalam gerak

siluet kakimu yang terus mengayun

menapaki bumi meninggalkanku

 

kau mungkin batu tenang itu

yang tak pernah melihat seekor ikan lelah bersembunyi

sesekali menyembul

merindumu

saat orang ramai membicarakanmu

adakah kau tahu?

ada yang diam membeku

tak mampu memberi aspirasi apa pun tentangmu

tak jua diriku

 

jika ini takdir buatku

maka memang aku harus puas

hanya melihat siluet punggungmu membayang di antara bahu jalan.

Surakarta, 9 April 2012

Page 2: PUISIMU PUISIKU

Luka

ada yang perih di sini

semakin menganga tanpa bisa dimengerti

lelah aku merintih

menyumbat telaga yang terlanjur mengalir tak lirih

 

dalam senyap aku sendiri

memintal asa yang hina tiada henti

lantas, bila tak pada keremangan bintang

harus pada siapa aku menggantung kegalauan?

Surakarta

Page 3: PUISIMU PUISIKU

WAKTU

Dalam sepiku, kepada waktu.

Andai saja waktu bisa menunggu

Tak berdetak saat aku diam membisu

Andai saja waktu lelah berputar

Aku pun rela memijat suram punggungnya

Mengelap dahinya yang letih

Meniup debu yang membuatnya flu

Kalau saja waktu butuh makan minum

Aku pun tak sungkan

Membelikan sepincuk nasi plus es teh diwarung sebelah

Sekadar memberinya waktu beristirahat

Memberi waktu pada sang waktu.

Surakarta, 09 April 2012

Page 4: PUISIMU PUISIKU

ORANG GILA (?)

Aku melihatnya siang tadi

Teronggok seperti sampah

Terkucil di pojok tembok sekolah

Miris

Aku melihatnya siang tadi

Berbalut kain kumal penuh lubang

Bertubuh legam, berdaki, rambut awut-awutan

Aku melihatnya siang tadi

Asyik mengepulkan nikotin

Menceracau sendiri

Menggaruki selangkang

Terus tertawa

Aku melihatnya siang tadi

Terduduk pasrah di tembok kami

Dan bergumam,

: aku tidak gila.

Surakarta, 09 April 2012

Page 5: PUISIMU PUISIKU

Ayah, jika, ayah!

Teruntuk ayah tercinta, pemilik senja di pelupuk mata.

(Ayah, aku mulai tumbuh dewasa

Izinkan aku, mengukirnya perlahan)

Ayah, jika badanku mulai membesar

Maka, izinkan aku keluar dari balik ketiakmu

Berjalan tanpa genggam tanganmu

Belajar berdiri dengan kaki sendiri

Melawan matahari tanpa bayang-bayangmu.

Ayah, jika aku jatuh

Tolong, jangan bangkitkan aku

Aku ingin bangun dengan kekuatanku

Aku ingin bangun dengan semangat yang kau tanamkan dulu

Aku ingin bertahan dengan keegoisanku.

Ayah, jika aku tua nanti

Beri sedikit kebijaksanaan yang pernah kau punya

Sedikit kekuatan yang pernah kau simpan

Page 6: PUISIMU PUISIKU

Kesabaran yang terus engkau miliki

Serta wariskan tanggung jawab yang selalu kau emban

Juga kedewasaan berpikir.

Namun ayah, jika aku salah

Maka tamparlah aku!

Jika di antara saudaraku ada yang mengangkasa

Maka, ayah jangan membandingkannya denganku

Biarkan aku berbeda

Biarkan aku membahagiakanmu dengan caraku sendiri

Ayah, jika nantinya aku tak pernah menjadi apa yang kau inginkan

Maka, terima apalah adaku

Ayah, terima kasih,

Terima kasih untuk segala yang kau beri

Untuk segala yang kau tanamkan

Untuk segala yang pernah engkau ajarkan

Segala kasihmu ayah,

Terima kasih.

Page 7: PUISIMU PUISIKU

Ayah, aku minta maaf

Maaf karena selalu menjadi anak kecil yang tak tahu apa apa

Karena selalu menjadi remaja yang tak tahu malu

Selalu menjadi seseorang yang lalai

Menjadi belati di hidupmu

Maaf, ayah, maaf.

Aku cinta kau, dan belum terbukti.

Surakarta, 10 April 2012

Dalam luruhan tangis, sepertiga malamku.