pulau balang lompo

55
26 PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL DOKUMEN PETA Contak : [email protected] MK. PERENCANAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

Upload: fahmiimol

Post on 25-Sep-2015

122 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

Gambaran Umum

TRANSCRIPT

  • 26

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    DOKUMEN PETA

    Contak : [email protected]

    MK. PERENCANAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

    TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

  • 27

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    A. Gambaran Umum Kabupaten Pangkep

    1. Arahan Kebijakan pembangunan

    a. Tinjauan RTRW Kabupaten Pangkep terhadap Pulau Balang Lompo

    Berdasarkan kondisi dan karakteristik wilayah Kabupaten Pangkep, maka

    strategi pengembangan wilayah yang dilakukan adalah dengan membagi

    wilayah pengembangan dalam tiga kategori. Pembagian satuan wilayah

    pengembangan didasari atas potensi dan sumberdaya yang dimiliki masing-

    masing wilayah, serta peranan dan kedudukannya dalam konteks regional

    Kabupaten Pangkep. Adapun satuan wilayah pengembangan di Kabupaten

    Pangkep, sebagai berikut:

    Satuan Wilayah Pengembangan Kepulauan, yang terdiri dari Kecamatan

    Liukang Tupabiring, Liukang Kalmas, dan Liukang Tangaya, dengan

    pusat pengembangan di Kota Balang Lompo Ibukota Kecamatan Liukang

    Tupabiring, dengan fungsi utama sebagai pusat pengembangan perikanan

    laut dan prospek pengembangan pariwisata.

    Satuan Wilayah Pembangunan Daratan Rendah, yang terdiri dari

    Kecamatan Pangkajene, Minasa Tene, Bungoro, Labakkang, Marang,

    Segeri dan Mandalle, dengan pusat pengembangan di Kota Pangkajene

    sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten, dengan fungsi sebagai pusat

    pengembangan tanaman pangan, perikanan darat, peternakan, jasa dan

    perdagangan.

    Satuan Wilayah Pengembangan daratan tinggi dan pegunungan, terdiri dari

    Kecamatan Balocci dan Tondong Tallasa, dengan pusat pengembangan di

    Kota Baleanging Ibukota Kecamatan Balooci, dengan fungsi yang dapat

    diembang adalah pengembangan kawasan industri dengan basis bahan

    baku tersedia dan prospek pengembangan pariwisata pegunungan.

    Dengan konsep pengembangan wilayah tersebut, maka lebih lanjut untuk

    dapat memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat dan memberikan

  • 28

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    zonasi antara kawasan budidaya perkotaan dan budidaya perdesaan, maka

    ditentukan tingkat kekotaan setiap wilayah kecamatan, dengan tujuan

    menentukan orde atau tingkatan pelayanan dari setiap kota.

    b. Tinjauan RZWP-3K Kabupaten Pangkep, terhadap Pulau Balang Lompo

    berada dalam Zona pemamfaatan umum,

    Proses analisis perencanaan pola ruang kawasan minapolitan Kabupaten

    Pangkep, dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor pertimbangan,

    yaitu: Kondisi eksisting pemanfaatan ruang pesisir dan laut; Kondisi sosial

    ekonomi masyarakat; Kondisi dan potensi biofisik dan ekosistem pesisir dan

    laut; dan kebijakan serta rencana penegmbangan ruang sebagaimana yang

    terdapat dalam RZWP3K Kabupaten Pangkep dan Draft RTRW Kabupaten

    Pangkep, serta dokumen lain yang terkait dengan paenataan ruang.

    Arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

    Kabupaten Pangkep merupakan perwujudan Rencana Zonasi Rinci Kawasan

    MInapolitan yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama

    penataan/pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Pangkep dalam

    jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun. Arahan pemanfaatan ruang ini

    disusun dengan maksud sebagai bahan acuan bagi para pemangku kebijakan

    dan pemangku kepentingan dalam melakukan pemanfaatan, pengembangan

    dan pengendalian serta penyusunan program kegiatan yang terkait dengan

    ruang dan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Pangkep khususnya di

    kawasan minapolitan.

    Pengembangan Rencana Zonasi Rinci Kawasan Minapolitan Kabupaten

    Pangkep secara fisik diarahkan pada lahan kawasan potensial pesisir. Kawasan

    potensial pesisir adalah kawasan dimana berdasarkan hasil analisis

    kemampuan atau kesesuaian lahan potensial untuk dikembangkan sebagai

    sentra produksi dan sentra minapolis di wilayah pesisir dan laut Kabupaten

    Pangkep.

  • 29

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    2. Kondisi Fisik wilayah dan pantai

    Kabupaten Pangkep merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi

    Sulawesi Selatan yang terletak pada antara 4040 LS sampai 8000 LS dan di antara

    1100 BT sampai 119

    04867 BT atau terletak di Pantai Barat Sulawesi Selatan

    dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Kabupaten Barru

    Sebelah Selatan : Kabupaten Maros

    Sebelah Timur : Kabupaten Bone

    Sebelah Barat : Pulau Kalimantan, Pulau Jawa dan Madura, Pulau

    Nusa Tenggara, dan Pulau Bali.

    Wilayah Kabupaten Pangkep pada tahun 2013 mempunyai luas sekitar 159,06

    km2 yang terdiri dari 13 kecamatan. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian

    wilayah administratif di Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada tabel 3.1.

    Tabel3-1. Pembagian Wilayah Administratif di Kabupaten Pangkep Tahun 2013

    No. Kecamatan Luas Daratan

    (km2)

    Luas

    Perairan(km2)

    Luas

    Wilayah

    (Km2)

    Persentase

    (%)

    1. Liukang Tangaya 47,71 72,29 120 12,82

    2. Liukang Kalmas 35,89 55,61 91,50 6,85

    3. Liukang Tupabbiring 2,03 52,41 54,44 5,66

    4. Liukang Tupabbiring

    Utara 2,80 82,76

    85,56 6,92

    5. Pangkajene 47,39 0 47,39 6,20

    6. Minasa Tene 76,48 0 76,48 5,51

    7. Balocci 143,48 0 143,48 12,90

    8. Tondong Tallasa 111,20 0 111,20 10,21

    9. Bungoro 90,12 0 90,12 4,90

    10. Labakkang 97,48 0,98 98,46 3,82

    11. Marang 75,12 0,10 75,22 7,32

    12. Segeri 78,28 0 78,28 10,51

    13. Mandalle 40,16 0 40,16 6,38

    Jumlah 848,14 264,15 1.112,29 100

    Sumber: Kabupaten Pangkep dalam Angka 2013

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan kabupaten yang struktur

    wilayah terdiri atas 2 bagian utama yang membentuk kabupaten ini, yaitu :

  • 30

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    a. Wilayah Daratan

    Secara garis besar wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    ditandai dengan bentang alam wilayah dari derah dataran rendah sampai

    pegunungan, dimana potensicukup besar juga terdapat pada wilayah daratan

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan yaitu ditandai dengan terdapatnya

    Sumber daya alam berupa hasil tambang, seperti batu bara, marmer, dan

    semen. Disampingitu potensi pariwisata alam yang`mampu menambah

    pendapatan daerah.

    Kecamatan yang terletak pada wilayah daratan Kabupaten Pangkajene dan

    Kepulauan yaitu terdiri dari : Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Balocci,

    Kecamatan Bungoro, Kecamatan Labakkang, Kecamatan Marang,

    Kecamatan Segeri, Kecamatan Minasa Tene Kecamatan Tondong Tallasa,

    dan Kecamatan Mandalle.

    Karakteristik fisik wilayah merupakan nilai potensial yang perlu digali dan

    dikembangkan untuk kepentingan dan dukungan terhadap pembangunan

    daerah secara menyeluruh. Kondisi fisik wilayah meliputi :

    1) Topografi dan kelerengan,

    Kabupaten Pangkep mempunyai kondisi topografi yang relatif

    bervariasi, secara garis besar dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu;

    (i) daerah pegunungan, sebagian besar terdapat di Kecamatan Balocci

    dan Tondong Tallasa atau pada bagian Timur Kabupaten Pangkep, (ii)

    dataran tinggi, terletak di sebagian Kecamatan Balocci, Tondong Tallasa,

    Segeri, Marang, dan Mandalle, terutama di bagian Utara, (iii) dataran

    rendah, sebagian besar terletak di Kecamatan Pangkajene, Minasa Tene,

    Bungoro, Labakkang, Marang, Segeri, dan Mandalle, dan (iv) daerah

    pesisir terletak di bagian Barat Kabupaten Pangkajene, terutama

    kecamatan Pangkajene, Labakkang, Marang, Segeri, dan Mandalle.

    Secara parsial, maka zona-zona ketinggian terbagi dalam lima zona

    parsial ketinggian.

    Secara garis besar kondisi morfologi kemiringan lereng Kabupaten

    Pangkep, mempunyai relief yang mempunyai permukaan kemiringan dari

  • 31

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Timur ke Barat, dimana pada bagian Timur merupakan daerah dataran

    tinggi bahkan sampai bergunung, sedangkan pada bagian Tengah ke Barat

    merupakan dataran rendah sampai datar pada daerah pesisir, bahkan ada

    beberapa daerah di bawah permukaan air laut, sehingga sering terjadi

    genangan. Potongan melintang relief bumi dari Timur Ke Barat

    memperlihatkan suatu grafik yang mempunyai kemiringan 0 - 40%

    2) Hidrologi dan klimatologi,

    Adanya sungai-sungai besar yang melintasi dengan sistem hidrologis

    alamiah. Keberadaan sungai tersebut merupakan peluang dalam

    melakukan berbagai kegiatan pengembangan ekonomi masyarakat,

    disamping sebagai sumber dari air baku untuk air bersih. Adapun jumlah

    sungai besar yang ada di Kabupaten Pangkep sebanyak 5 sungai.

    Tabel3-2. Nama Sungai. Panjang Sungai dan Kecamatan yang Dilintasi

    N

    o Nama Sungai

    Panjang Sungai

    (Km) Kecamatan Yang Dilintasi

    1 Tabo-Tabo 50,00 Pangkajene, Bungoro, Minasate'ne,

    Labbakkang

    2 Segeri 33.50 Segeri

    3 Leang Lonrong 8,00 Baloccin, Minasatene

    4 Bantimala 8,00 Tondong Tallasa, Bungoro

    5 Binanga Sangkara

    (Kalibone)

    5,00 Minasatene

    Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013.

    Keseluruhan wilayah pada dataran yang dilalui oleh Daerah Aliran

    Sungai bermuara ke Selat Makassar.

    Sedangkan kondisi klimatologi dimana curah hujan wilayah sekitaran

    Stasiun Tabo-tabo memperlihatkan bahwa Hujan tertinggi dalam kurun

    waktu tahun 2012 terjadi pada bulan Desember, Mei, Januari, dan

    Nopember, yakni masing-masing sebesar 190, 129, 112 dan 108 mm.

    Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari, yakni

    sebanyak 27 hari dan terendah pada bulan Maret sebanyak 10 hari.

  • 32

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Tabel3-3. Rata-rata Curah Hujan Setiap Bulan di Stasiun Tabo-Tabo Tahun 2012

    No Bulan Hujan

    Maksimum

    Jumlah

    Perbulan

    Hari

    Hujan

    1 Januari 112 942 27

    2 Februari 69 318 20

    3 Maret 50 96 10

    4 April 55 299 14

    5 Mei 129 386 21

    6 Juni 33 135 16

    7 Juli 65 167 12

    8 Agustus 36 159 13

    9 September 67 342 22

    10 Oktober 42 241 21

    11 Nopember 108 460 16

    12 Desember 190 643 22

    Jumlah 956 4188 224

    Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013

    Suhu udara selama tahun 2012 memperlihatkan bahwa suhu udara rata-

    rata terjadi antara 27-34 derajat celcius. Sedangkan kelembaban udara

    rata-rata terjadi antara 1,47 -12,50% dikarenakan wilayahnya berada pada

    iklim sub tropis

    Tabel3-4. Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Setiap Bulan Tahun 2012

    No Bulan Suhu Udara Rata-

    Rata (oC)

    Kelembaban Rata-

    Rata (%)

    1 Januari 27.9 1.86

    2 Februari 29.75 3.05

    3 Maret 28.85 5.88

    4 April 29.7 4.1

    5 Mei 34.05 2.55

    6 Juni 31.25 6.9

    7 Juli 30.5 12.5

    8 Agustus 31 9.68

    9 September 30 5.38

    10 Oktober 31 7.69

    11 Nopember 29.5 2.86

    12 Desember 31 1.47

    Jumlah 364 63.92

    Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013

    Tekanan udara dan kecepatan angin di wilayah Kabupaten Pangkep,

    memperlihatkan bahwa tekanan udara rata-rata sebesar 4,5-5,4 mb.

    Sedangkan kecepatan angin rata-rata mencapai 0.03 0,25 knot.

    Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Januari.Untuk lebih jelasnya

    mengenai tekanan udara dan kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 3.5.

  • 33

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Tabel3-5. Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan Tahun 2012

    No Bulan Tekanan Udara (mb) Kecepatan Angin (knot)

    1 Januari 4.5 0.25

    2 Februari 5.4 0.03

    3 Maret 5.4 0.03

    4 April 5.4 0.03

    5 Mei 5.4 0.03

    6 Juni 5.4 0.03

    7 Juli 5.4 0.03

    8 Agustus 5.4 0.03

    9 September 5.4 0.03

    10 Oktober 5.4 0.03

    11 Nopember 5.4 0.03

    12 Desember 5.4 0.03

    Jumlah 63.9 0.355

    Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013

    3) Geologi dan jenis tanah,

    Bentuk lahan (land form), kabupaten pangkep terdiri dari dataran

    alluvial, dataran antar perbukitan, dataran estuarin, dataran illuvio-marin,

    dataran karst, delta estuarin, lahan koluvial, lereng curam, lereng koluvial,

    pegunungan karst, pegunungan vulkanik tua, perbukitan intrusi, perbukitan

    karst, perbukitan tektonik,perbukitan vulkanik tua dan bentuk lainnya.

    Landform kabu. Pangkep didominasi oleh bentuk perbukitan karst (23,3%)

    dan dataran iluvio-marin (19,8%) dan dataran aluvial (14,3%).Bahan induk

    penyusun lahan kabupaten Pangkep terdiri dari aluvium/marin, basal dan

    ultra basal, batu gamping, broksi, lava dan tula, endapan liat dan pasir,

    endapan undak, koluvium breksi-lava, kolovium-aluvium dan trachit.

    Bahan induk utama penyusun lahan di kabupaten Pangkep adalah

    aluvium/marin (33,5%) dan batu gamping (31,9%). Satuan tanah dari

    kabupaten Pangkep terdiri dari kompleks aquic haplustaifs, kompleks

    dystric haplustept, kompleks lthic haplustalfs, kompleks lithic haplustoils,

    komplek singkapan batuan, kompleks typic haplustefs, kompleks typic

    sulfaquepts, kompleks sulfic endoaquepts, kompleks aquic haplustefs dan

    typic haplustefs. Satuan tanah di kabupaten Pangkep didominasi oleh jenis

    kompleks lithic haplustefs (19,8%) dan kompleks sulfics endoaquefts yang

  • 34

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    tesebar disepanjang pesisir hingga 8 kilometer dari garis pantai kearah

    daratan (17,3%).

    4) Tata guna lahan

    Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Pangkep dapat dibedakan

    atas lahan permukiman, persawahan, tegalan, perkebunan, kebun

    campuran, hutan, dan penggunaan lainnya. pemanfaatan lahan untuk

    keperluan pertanian/sawah (31,65%), sedangkan pemanfaatan lahan

    terbesar selanjutnya adalah untuk keperluan perkebunan/kebun campuran

    (11%). untuk keperluan tambak (baik tambak tidak operasional)

    merupakan pemanfaatan dominan (9,25%), dan

    Tabel3-6. Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

    No Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

    1 Hutan Rakyat 345,19 0,38

    2 Tanaman Lahan Kering 10.350,52 11,52

    3 Tanaman Lahan Basah 28.433,80 31,65

    4 Tanaman Lahan Tahunan 9.880,67 11,00

    5 Permukiman 2.288,53 2,55

    6 TN Babul 16.680,83 18,57

    7 Hutan Produksi Tetap 2.733,25 3,04

    8 Hutan Produksi Terbatas 2.939,98 3,27

    9 Hutan Lindung 707,71 7,87

    10 Tambak 8.307,12 9,25

    10 Lain-Lain 5.135,86 0,89

    Jumlah 89829,00 100,00

    Sumber: RTRW Kabupaten Pangkep Tahun 2011

    b. Wilayah Kepulauan

    Wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan merupakan

    wilayah yang memiliki kompleksitas wilayah yang sangat urgen untuk

    dibahas, wilayah kepulauan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan memiliki

    potensi wilayah yang sangat besar untuk dikembangkan secara lebih optimal,

    untuk mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Pangkejene dan

    Kepulauan.

    Kecamatan yang terletak di wilayah Kepulauan Kabupaten Pangkajene

    dan Kepulauan yaitu : Kec. Liukang Tuppabiring, Liukang Tupabbiring Utara,

    Kecamatan Liukang Kalmas dan Kecamatan Liukang Tangayya.

  • 35

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Karakteristik fisik pantai

    1) Kedalaman pantai,

    Pada jarak 0 hingga 1 mil dari garis pantai menuju arah lautan,

    kemiringan pantai antara 20-30 % dengan kedalaman laut antara 05

    meter. Substrat dasar pada perairan pantai di daerah ini didominasi

    oleh lumpur berpasir.

    Pada jarak 14 mil, kemiringan pantai cendrung agak landai dengan

    sudut kemiringan rata-rata 5 % dengan kedalaman 510 meter.

    pada jarak 4 mil lebih kearah lautan, kemiringan pantai mulai agak

    terjal dengan sudut kelerengan 45-50 %, dengan kedalaman 10-20

    meter

    Pada perairan laut di dekat kecamatan Labakkang terdapat 3 (tiga)

    pulau yaitu pulau bangko-bangkoang, pulau kulambing, secara

    administratif ketiga pulau tersebut masuk kedalam wilayah

    asministrasi kecamatan Liukang Tuppabiring

    Pada daerah ini masih dijumpai hamparan ekosistem terumbu karang

    terutama pada perairan dekat dengan pulau bangko bangkoang dan

    pulau kulambing.

    2) Kecepatan dan pola arus,

    Kecepatan arus cenderung sedang hingga kuat yaitu berkisar antara

    0,03 0,2 m/dtk dan mengarah ke selatan dengan kecepatan rata-rata 0,1

    m/dtk. Kecepatan arus yang tinggi dijumpai di barier reef Spermonde

    yaitu berkisar 2,0 6,0 m/detik. Arus bergerak dari utara menuju selatan

    dengan kecepatan berkisar antara 0,038 1,3 meter/detik. Rata-rata BOD

    pada perairan pesisir mulai dari 0 2 mil berada pada nilai dibawah 5

    mg/lt sedangkan pada perairan di atas 2 mil nilai BOD rata-rata di atas 5

    mg/lt. Kecerahan perairan pesisir mulai 0 2 mil berada pada kisaran 20

    30 persen, sedangkan kecerahan perairan di atas 2 4 mil berada pada

    kisaran 70 80 persen.

    3) Pasang surut,

  • 36

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Pasang surut di wilayah pesisir Kabupaten Pangkep, bahwa kisaran

    pasang surut maksimum adalah 1,5 meter yang berarti daerah tersebut

    termasuk lokasi yang baik untuk pertambakan lereng endapan tidak lebih

    dari 25 persen. Tambak memerlukan pasok air baik jumlah maupun mutu

    air laut dan air tawar dari sumber yang baik, bersih, jernih, bebas dari

    pencemaran fisik, kimiawi, dan jasad renik yang berbahaya. Fluktuasi

    pasang surut menjadi penting dalam pemilihan lokasi tambak, karena

    berperan dalam menentukan tinggi pematang dan kedalaman tambak.

    4) Ekosistem pantai dan

    Ekosistem mangrove terdapat di daerah pesisir daratan utama

    Kabupaten Pangkep yang merupakan sisa-sisa hutan mangrove yang

    tumbuh secara alami, atau di tanam oleh masyarakat di sekitar

    permukiman dan areal tambak. Luas hutan mangrove di wilayah pesisir

    daratan utama dan Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep

    adalah 1.764 Ha

    Pada perairan Kabupaten Pangkep rata-rata persentase tutupan karang

    di wilayah pesisir adalah 61,38 % dimana tutupan karang tersebut

    didominasi oleh hard coral (38,15 %) ditemukan 176 jenis karang. Jenis

    terumbu karang yang banyak ditemukan adalah Acropora spp sebanyak 16

    jenis, Montipora 15 jenis, Porites spp 11 jenis, dan Favia spp 6

    jenis. Pada umumnya terumbu karang ditemukan pada kedalaman 1-10 m,

    sekalipun demikian di Pulau Langkadea terumbu karang juga ditemukan

    pada kedalaman 25 m. Adapun persentase tutupan karang di perairan

    Kabupaten Pangkep bervariasi antara 1-64%. Berdasarkan data

    COREMAP 2005, kondisi terumbu karang di Kabupaten Pangkep 74,26%

    dalam kondisi rusak dan hanya 25,74% dalam kondisi baik dari total luas

    keseluruhan terumbu karang sebesar 27.027,71 ha. Jenis ikan karang yang

    ditemukan di perairan ini sebanyak 218 jenis, diantara Lencam

    (Pentapodus spp dan Scolopsis spp.), ikan Pakol (Achanthurus spp), Ekor

    Kuning (Caesio spp).

  • 37

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Persentase tutupan lamun sangat bervariasi dari satu lokasi ke lainnya.

    Luas padang lamun di wilayah pesisir daratan utama dan Kecamatan

    Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep sekitar 3.857 Ha.

    3. Kondisi Sosial dan Kependudukan

    a. Sosial Budaya Penduduk

    Pembangunan di bidang sosial dan kependudukan adalah merupakan titik

    sentral pembangunan secara umum. Salah satu fokus penting dalam

    pembangunan sosial dan kependudukan adalah pembangunan kualitas sumber

    daya manusia.

    Dalam konteks pengembangan kawasan, maka sumber daya manusia

    beserta elemen pendukungnya memegang peranan yang cukup penting dan

    strategis dalam mendorong perkembangan berbagai aktivitas dalam kawasan.

    Di samping itu, bahwa perencanaan adalah program berbagai tindakan untuk

    menuju kesejahtraan masyarakat. Defenisi ini sangatlah sederhana namun

    tidak demikian halnya dalam menyusun rencana kota itu sendiri. Pada

    prinsipnya, perencanaan disusun dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat dengan mengedepankan pada pemenuhan kebutuhan dasar tanpa

    mengesampingkan kelestarian lingkungan dalam upaya menciptakan

    pembangunan yang berkelanjutan.

    Salah satu konsepsi dasar dalam perencanaan pembangunan adalah dengan

    menemukenali karakteristik penduduk secara keseluruhan baik dalam skala

    kota maupun skala wilayah dan daerah. Terlepas dari hal tersebut maka aspek

    sosial perlu diperhatikan untuk kelancaran suatu pembangunan wilayah baik

    secara lokal maupun regional.

    b. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk

    Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan

    merupakan sebuah indikator yang penting untuk diketahui. Penduduk

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan hingga tahun terakhir yaitu tahun 2013

    tercatat sebanyak 312.676 jiwa, dimana pola penyebaran penduduk di

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tersebar secara tidak merata dalam 13

  • 38

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kecamatan Labakkang

    merupakan Kecamatan yang jumlah penduduk terbanyak yaitu sebanyak

    43.645 jiwa dengan tingkat kepadatan 443 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada tabel 3.7

    Tabel3-7.

    Jumlah Penduduk dan pertumbuhan Penduduk % tahun terakhir di Kabupaten

    Pangkejene dan Kepulauan dirinci Perkecamatan.

    No Kecamatan Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    1 Liukang Tangayya 16,498 16,713 17,916 18,403 18,214

    2 Liukang Kalmas 11,376 12,471 12,705 12,743 12,931

    3 Liukang Tupabbiring 30,364 29,680 30,458 17,756 17,583

    4 Liukang Tupabbiring Utara - - - 13,855 13,888

    5 Pangkajene 38,714 38,525 39,879 39,866 41,601

    6 Minasatene 29,424 30,395 31,079 31,017 33,183

    7 Balocci 16,294 16,463 16,617 15,727 15,812

    8 Tondong Tallasa 9,533 9,611 9,687 9,813 9,959

    9 Bungoro 35,878 38,350 40,857 42,282 39,007

    10 Labakkang 40,988 46,497 46,797 46,983 43,645

    11 Marang 31,401 32,179 32,646 32,888 32,919

    12 Segeri 19,833 19,840 19,897 19,929 20,054

    13 Mandalle 12,918 12,150 12,444 12,735 13,880

    Jumlah 293,221 302,874 310,982 313,997 312,676

    Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,Tahun 2012

    c. Distribusi Penduduk

    Hasil catatan registrasi yang diperoleh, tingkat kepadatan penduduk di

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan berdasarkan klasifikasinya dibedakan

    atas 3 (tiga) bahagian yaitu; kepadatan tinggi, sedang dan rendah. Kepadatan

    tertinggi berada di wilayah Kecamatan Pangkajene dengan kepadatan

    penduduk sebesar 78 jiwa/km2, kepadatan sedang berada pada Kecamatan

    Segeri dengan tingkat kepadatan penduduk 256 Jiwa/Km2, kepadatan

    penduduk terendah berada di Kecamatan Tondong Tallasa dengan jumlah

    sebesar 90 jiwa/km2. Demikian pula halnya dengan pola penyebaran

    penduduk terjadi secara tidak merata. Data yang diperoleh menunjukkan pola

    penyebaran penduduk di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara umum

    terakumulasi di pusat kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota. Perkembangan

  • 39

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    jumlah penduduk, dan kepadatan dirinci menurut kecamatan di Kabupaten

    Pangkajene dan Kepulauan pada Tabel 3.8 berikut :

    Tabel3-8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Pangkajene & Kepulauan

    Dirinci Menurut Kecamatan

    No Kecamatan Jumlah Penduduk

    (Jiwa)

    Luas

    Wilayah

    (Km2)

    Kepadatan

    Penduduk

    (Km2)

    1 Liukang Tangayya 18,214 120,00 152

    2 Liukang Kalmas 12,931 91,50 141

    3 Liukang Tupabbiring 17,583 66,00 323

    4 Liukang Tupabbiring

    Utara 13,888 74,00 162

    4 Pangkajene 41,601 47,39 878

    5 Minasatene 33,183 76,48 434

    6 Balocci 15,812 143,48 110

    7 Tondong Tallasa 9,959 111,20 90

    8 Bungoro 39,007 90,12 433

    9 Labakkang 43,645 98,46 443

    10 Marang 32,919 75,22 438

    11 Segeri 20,054 78,28 256

    12 Mandalle 13,880 40,16 346

    Jumlah 312,676 1.129,29 281

    Sumber : Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan Dalam Angka, 2013

    d. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

    Penduduk menurut usian di wilayah Kabupaten Pangkep tahun 2012

    memperlihatkan bahwa golongan usia penduduk terbanyak adalah usia 10-14

    tahun, yakni sebanyak 38.028 jiwa atau 12,16%, kemudian usia penduduk

    antara 5-9 tahun sebanyak 33.333 jiwa atau 10,66%. Sedangkan jumlah

    penduduk menurut usia terendah adalah usia 60-64 tahun sebanyak 7.641 jiwa

    atau 2,44%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9.

    Tabel3-9. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pangkep

    Tahun 2012

    No Kelompok Usia Jumlah Penduduk (jiwa)

    Jumlah % Laki-Laki Perempuan

    1 0 4 16,636 14,145 30,781 9.84

    2 5 9 16,968 16,365 33,333 10.66

    3 10 14 21,013 17,015 38,028 12.16

    4 15 19 14,131 15,891 30,022 9.60

    5 20 24 11,274 14,305 25,579 8.18

    6 25 29 11,622 11,541 23,163 7.41

    7 30 34 9,494 11,056 20,550 6.57

  • 40

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    8 35 39 10,360 12,335 22,695 7.26

    9 40 44 10,844 13,510 24,354 7.79

    10 45 49 6,814 8,381 15,195 4.86

    11 50 54 6,261 6,945 13,206 4.22

    12 55 59 4,691 6,735 11,426 3.65

    13 60 64 3,111 4,530 7,641 2.44

    14 65 + 6,922 9,781 16,703 5.34

    Jumlah 150,141 162,535 312,676 100.00

    Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Dalam Angka 2013

    Gambar 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis

    Kelamin di Kabupaten Pangkep Tahun 2013

    Tingkat perkembangan jumlah penduduk yang ada di 13 wilayah

    kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan turut mempengaruhi

    struktur kehidupan masyarakat secara umum. Jika pertumbuhan jumlah

    penduduk dalam keadaan konstan akan mengakibatkan berlakunya hukum

    ekonomi (supply and demand) terutama yang tergolong dalam usia kerja.

    Rasio jenis kelamin di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat dilihat

    pada Tabel 3.10 berikut.

    Tabel3-10. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci Berdasarkan Kecamatan

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

    Jumlah Sex Rasio Laki-Laki Perempuan

    1 Liukang Tangayya 8902 9312 18214 96

    2 Liukang Kalmas 6307 6624 12931 95

    3 Liukang Tupabbiring 8601 8982 17583 96

    4 Liukang Tupabbiring Utara 6457 7431 13888 87

    4 Pangkajene 20121 21480 41601 94

    5 Minasatene 15895 17288 33183 92

    6 Balocci 7826 7986 15812 98

    7 Tondong Tallasa 4813 5146 9959 94

    8 Bungoro 19054 19953 39007 95

    9,84 10,66

    12,16

    9,6 8,18 7,41

    6,57 7,26 7,79

    4,86 4,22 3,65 2,44

    5,34

    0

    5

    10

    15

    0 4 5 9 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 +

  • 41

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    9 Labakkang 20442 23203 43645 88

    10 Marang 15665 17254 32919 91

    11 Segeri 9511 10543 20054 90

    12 Mandalle 6547 7333 13880 89

    Jumlah 148.121 162.861 310.982 92 Sumber : Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dalam Angka, 2013

    4. Kondisi Perekonomian

    a. Produk Domestik Regional Bruto

    Pembangunan perekonomian Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    selama kurun waktu 2002-2009, telah mengalami kemajuan yang berarti, hal

    tersebut diperlihatkan dari hasil perhitungan dan penyusunan PDRB di daerah

    ini.

    Berdasarkan hasil perhitungan PDRB Kabupaten Pangkajene dan

    Kepulauan pada tahun 2008 nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah

    mencapai 3.826,20 miliyar rupiah sedang pada tahun 2001 baru mencapai

    sebesar 1,623,14 miliyar rupiah atau naik 2,36 kali. Selengkapnya dapat

    dilihat pada tabel 3.11 berikut.

    Tabel3-11. PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan atas Dasar Harga Konstan serta Pertumbuhan

    Ekonomi Kabupaten Pangkep Tahun 2002-2009.

    Tahun PDRB Harga Berlaku

    (Miliyar RP)

    PDRB Harga Konstan

    (Miliyar RP)

    Pertumbuhan

    (%)

    2002 1,623,14 1,572,60 12,91

    2003 1,763,97 1,624,19 3,28

    2004 1,936,94 1,656,41 1,98

    2005 2,145,41 1,758,99 6,19

    2006 2,381,01 1,857,73 5,61

    2007 2,735,86 1,967,63 5,92

    2008 3,153,30 2,088,63 6,12

    2009 3,826,20 2,237,50 7,16

    Rata-

    rata

    6,01

    Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Tahun 2009

    Dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan selama periode 2002-2009 sebesar 6,01

    % dimana laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2002 yakni sebesar

    12,91 % kemudian pada tahun 2009 sebesar 7,16 %, untuk tahun 2009

    pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mengalami

  • 42

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    peningkatan dibanding tahun sebelumnya yakni sebesar 7,16 % sedang tahun

    2007 sebesar 6,12 %.

    b. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Kerja

    Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas

    jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih

    besar dari pada tahun sebelumnya. Untuk melihat sejauh mana pertumbuhan

    ekonomi menurut lapangan usaha di kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    digambarkan pada tabel 3.12

    Memasuki tahun 2013 ini laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten

    Pangkajene dan Kepulauan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan

    keadaan tahun sebelumnya. Kalau pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tumbuh sebesar 9,61%, maka pada

    tahun 2008 perekonomian Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tumbuh

    sebesar 8,29 %.

    Tabel3-12.

    Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Kontan (Juta Rp) Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Tahun 2008-2012 (%)

    No Lapangan usaha 2008 2009 2010 2011 2012

    1. Pertanian 8,29 4,87 5,87 2,36 6,17

    2. Pertambangan & Penggalian 12,10 0,11 9,91 2,40 7,96

    3. Industri Pengolahan 3,78 7,20 10,84 12,35 6,68

    4. Listrik, Gas, dan Air bersih 1,88 4,85 5,86 6,78 8,7

    5. Bangunan 6,68 7,21 9,58 20,70 16,76

    6. Perdagangan, Restoran & Hotel 9,32 7,70 7,96 10,77 9,51

    7. Angkutan & Komunikasi 6,61 7,63 11,95 9,14 3,8

    8. Keuangan, Persewandaan Jasa perusahaan 9,90 12,61 8,87 14.60 14,13

    9. Jasa-jasa 8,22 4,27 3,56 3,32 5,12

    Produk Domestik Regional Bruto 8,29 4,87 5,87 9,17 9,61 Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Tahun 2013

    c. PDRB Perkapita

    Salah satu ukuran yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat

    kemakmuran penduduk suatu daerah/wilayah adalah PDRB perkapita.

    Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan telah dapatn

    meningkatkan PDRB perkapita Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    menjadi 7.581.230 rupiah pada tahun 2013 (berdasarkan harga konstan).

  • 43

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Tabel3-13. Rata-Rata PDRB Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    Dan Sulawesi Selatan Tahun 2007-2013 (%)

    Tahun Kabupaten Pangkep Sulawesi selatan

    Berlaku Konstan Berlaku Konstan

    2007 6.602.203 6.079.039 4.730.028 4.132.855

    2008 7.198.371 6.155.791 5.150.214 4.257.334

    2009 7.916.742 6.490.823 5.746.545 4.414.727

    2010 8.031.746 6.266.589 6.943.005 4.859.319

    2011 9.455.459 6.800.365 7.982.347 5.094.273

    2012 10.817.285 7.163.130 8.996.055 5.367.669

    2013*) 12.964.161 7.581.230 10.998.767 5.707.840

    Sumber : BPS Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Tahun 2013

    Pada tabel 3.13 dapat dkilihat bahwa PDRB perkapita Kabupaten

    Pangkajene dan Kepulauan dari tahun 2007 hingga tahun 2013 terus

    meningkat. Kalau pada tahun 2007 PDRB perkapita Kabupaten Pangkajene

    dan kepulauan baru mencapai 6.602.203 rupiah maka pada tahun 2013

    meningkat menjadi 12.964.161 rupiah (berdasarkan harga berlaku).

    Dibandingkan dengan pendapatn perkapita Sulawesi Selatan, yang

    mencapai 10.998.767 rupiah pada tahun 2012, maka PDRB perkapita

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan lebih tinggi sebab mencapai

    12.964.1621 rupiah (berdasarkan harga berlaku).

    5. Kondisi Sumber Daya Alam

    a. Potensi Sumber daya alam

    Sumber daya pesisir dan laut yang memiliki nilai penting bagi ekologi laut

    maupun ekonomi masyarakat pesisir. Secara ekologis, terumbu karang

    berfungsi sebagai; Tempat berlindung dan bermain serta tempat memijah bagi

    biota laut; Meredam energi gelombang sehingga melindungi padang lamun

    dan mangrove hingga mencegah pantai dari abrasi yang disebabkan oleh

    terjangan ombak. Semua manfaat dari terumbu karang tersebut, menjadikan

    terumbu karang sebagai ekosistem yang sangat penting bagi kelangsungan

    hidup dan keseimbangan ekosistem pesisir dan laut. Kondisi terumbu karang

    yang baik akan menyediakan cadangan biota laut (ikan-ikan) yang dapat

    meningkatkan kesejahteraan bagi para nelayan dan pembudidaya ikan

    (khususnya budidaya laut).

  • 44

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    b. Sumberdaya alam yang belum diolah

    Sampai saat ini jenissumber daya alam dengan bahan galian yang belum

    masih banyak. Potensi sumberdaya bahan galian yang terkandung di

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, diperkirakan terdiri dari; batu kaolin,

    basalt, batu sabak, batu bara, trakit, propilit, diorit, pasir-batu kali,

    minerallogam, mineral radio aktif.

    Pertambangan dan galian yang terdapat di Kabupaten Pangkajene dan

    Kepulauan terdiri dari tambang galian golongan A, B dan C dan beberapa

    jenis potensi tambang lainnya. Berikut uraian potensi jenis tambang yang

    terdapat di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

    Tabel3-14. Potensi Jenis Tambang di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

    Bahan Tambang Tipe A N

    o

    Nama Bahan

    Galian Lokasi

    Luas

    Penyebaran (m)

    Jumlah

    Cadangan (m)

    1

    BATUBARA

    Lapangan Batubara Lanne 1.500.000 3.750.000

    Daerah Lanne Dan Bonto

    Desa Biranne Kecamatan

    Tondong Tallasa

    Lapangan Batubara Minggi 1.000.000 3.000.000

    Daerah Lereng Bulu Tanah Dusun

    Minggi

    (Menge) Desa Tompobulu

    Kecamatan Balocci

    Lapangan Batubara Cole-Cole 1.500.000 3.000.000

    Sungai Cole-Cole Dusun

    Bantimurung

    Desa Bantimurung Kecamatan

    Tondong Tallasa

    Lapangan Batubara Bacu-Bacu 500.000 750.000

    Daerah Bacu-Bacu Di Sungai

    Kadiyeng Dusun

    Bacu-Bacu Desa Baring

    Kecamatan Segeri

    2

    MINERAL

    RADIO AKTIF

    Sekitar Bulun Erada Desa

    Mangilu

    Kecamatan Bungoro

    10.000

    TOTAL CADANGAN 14.500.000 10.500.000

    Bahan Tambang Tipe B

    N

    O

    Nama Bahan

    Galian Lokasi

    Luas

    Penyebaran (m)

    Jumlah

    Cadangan (m)

    1 KROM Dusun Mare-Mare Segeri - -

  • 45

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Mandalle

    2

    KRISTAL

    KUARSA

    Dusun Bonton Panno Desa

    Tondong

    Kura Kecamatan Tondong Tallasa

    600.000

    3

    EMAS

    Kecamatan Bungoro Dan

    Kecamatan

    Tondong Tallasa

    - -

    Bahan Tambang Tipe C

    N

    o

    Nama Bahan

    Galian Lokasi

    Luas

    Penyebaran (m)

    Jumlah

    Cadangan (m)

    1 BATU

    GAMPING(BD.

    2.67)

    Bulu Tempe Desa Bowong

    Cindea

    500.000 6.237.000.000

    B. Biringere Desa Biring Ere

    Kecamatan Bungoro

    2.250.000

    Kampung Siliro Desa Mangilu

    Kecamatan Bungoro

    1.750.000

    Kampung Lanne Desa Biranne

    Kec. Tondong Tallasa

    3.250.000

    Kampung Botto Desa Biranne

    Kec. Tondong Tallasa

    1.875.000

    B. Campaagi Kel. Tonasa Kec.

    Bungoro

    3.750.000

    B. Rumbia Kec. Balocci 2.500.000

    Kampung Parenreng Desa

    Parenreng

    2.000.000

    2 LEMPUNG(jenis

    Lempung

    Mallawa(BD.2.2)

    Kecamatan Bungoro Dan

    Tondong Tallasa

    1.250.000 36.610.000

    Kelurahan Tonasa 8.250.000

    Desa Bantimala

    Desa Tabo-Tabo Kecamatan

    Bungoro

    8.750.000

    LEMPUNG(jenis

    lempung Undak)

    Kelurahan Kalabbrang

    Kecamatan Pangkajene

    - Kelurahan Bonto

    Mate'ne Kecamatan Segeri

    Mandalle

    92.250.000 1.141.124.000

    3 TRAKIT Desa Tabo-Tabo Dan Desa

    Mangilu

    18.119.349

    Kecamatan Bungoro Sampai Desa

    Bantimala Kec. Tondong Tallasa

    13.000.000 343.200.000

    4 PASIR

    KWARSA

    B. Korong Desa Biring Segeri-

    Mandalle Tonasa Kelurahan

    Tonasa

    2.000.000 4.000.000

    Bonto Tengae Desa Tabo-Tabo 8.250.000 16.000.000

    Lanne Desa Biranne 10.750.000 20.000.000

    Tonasa Kelurahan Tonasa 7.500.000 14.000.000

    5 PRPILIT(BD.2.5

    )

    Daerah Tondongkura Dusun

    Lanne Desa Biranne Kecamatan

    T. Tallasa

    3.500.000 46.200.000

    6 KAOLIN(DB.2.5

    )

    Bukit Panetekan 12.500.000 3.300.000

    7 FELDSPAR(BD.

    2.5)

    Desa Siloro Desa Mangilu

    Kecamatan Bungoro

    3.000.000 3.168.000

  • 46

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    8 SIRTU Sungai Lampe Kecamatan

    Bungoro

    326.250

    9 DIORIT Desa Biranne Kecamatan

    Tondong Tallasa

    2.500.000 33.000.000

    10 BASAL Kecamatan Tondong Tallasa 7.375.000 97.350.000

    11 MARMER Kecamatan Balleangin Sampai

    Kelurahan Balocci Baru

    Kecamatan Balocci

    6.125.000 63.125.000

    Desa Mangilu Sampe Desa Tabo-

    Tabo Kecamatan Bungoro

    6.500.000 2.640.000

    12 TRASS Lanne Desa Biranne Kecamatan

    Tondong Tallasa

    1.000.000 2.640.000

    13 RIJANG Sungai Patteceng Daerah

    Bantimurung

    250.000 1.500.000

    14 BATU

    SABAK(SLATE

    BD.2.2)

    Desa Biranne Desa Bantimala

    Desa Tondongkura Kec. T.

    Tallasa

    12.750.000 3.366.000

    Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Pangkep, 2009

    B. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian

    Kelurahan Mattiro Sompe yang terbagi atas 2 pulau yaitu Pulau Balang lompo

    dan Panammbungan, yang dulunya bersatu dengan kelurahan Matiro Bintang

    (Pulau Balang Caddi dan Langkadea) pada tahun 2010. Lokasi penelitian ini

    dikhususkan pada pulau Balang Lompo dimana letaknya antara 119 2345.02

    BT dan 4.5640.50 LS sampai dengan 11923 42.44 BT,dan 45643.50 LS

    atau terletak di Pantai barat Sulawesi Selatan dengan batas-batas administrasi

    sebagai berikut:

    Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Langkadea

    Sebelah Selatan berbatasab dengan Kota Makassar

    Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Balang Caddi

    Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Sanane

    Pulau Balang lompo terdiri dari 1 lingkungan, 4 RW dan 16 RT, dengan luas

    wilayah 8 Ha dan berjarak 51 km dari kota Makassar, Ibu Kota Propinsi Sulawesi

    Selatan. Untuk pembahasan lebih lanjut akan dijelaskan lebih rinci pada halaman

    selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dapat diihat pada peta

    1. Aspek fisik dasar, antara lain :

    a. Keadaan Klimatologi dan Hidrologi

  • 47

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Pulau yang seluas 8 ha memamfaatkan potensi kondisi air dalam tanah

    dan curah hujan, tidak memiliki sungai. Kedalaman air tanah tawar hanya

    mencapai 1-3 m, jika lebih dalam mengakibatkan terhisapnya air asin.

    Sedangkan kondisi klimatologi dimana curah hujan wilayah sekitaran

    pulau balang Lompo sama halnya pada kondisi umum Kabupaten Pangkep

    memperlihatkan bahwa curah hujan mencapai 956 mm/tahun dengan hari

    hujan selama 224 hari, Maka intensitas curah hujan sebesar 4,26 mm/hari.

    Suhu udara di rata-rata pulau selama tahun 2013 memperlihatkan bahwa

    suhu udara rata-rata terjadi antara 30-34 derajat celcius. Sedangkan

    kelembaban udara rata-rata terjadi antara 1,47 -12,50% dikarenakan

    wilayahnya berada pada iklim sub tropis

    Tekanan udara dan kecepatan angin di pulau Balang Lompo,

    memperlihatkan bahwa tekanan udara rata-rata sebesar 4,5-5,4 mb.

    Sedangkan kecepatan angin rata-rata mencapai 0.03 0,25 knot.

    b. Keadaan Topografi dan Kemiringan Lereng

    Kondisi topografi yang relatif pada daerah pesisir berkisar 0-8 mdpl

    dengan morfologi datar (100%) bahkan ada beberapa daerah di bawah

    permukaan air laut, sehingga sering terjadi genangan. Kelerengan lahan di

    kabupaten Pangkep berkisar antara 1 hingga lebih dari 3%, dimana

    dominasi kelerengan lahan adalah kurang dari 3%.

    c. Keadaan geologi dan struktur tanah

    Bahan induk penyusun lahan pulau balang lompo terdiri dari

    aluvium/marin (33,5%) pasir (50%). Satuan tanah dari pulau balang lompo

    terdiri dari, kompleks aquic haplustefs dan sulfics endoaquefts yang

    tesebar disepanjang pesisir hingga 8 kilometer dari garis pantai kearah laut

    (17,3%).

  • 48

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.2 Lokasi Penelitian

  • 49

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.3 Curah Hujan

  • 50

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.4 Topografi

  • 51

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.5 Kemiringan Lereng

  • 52

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.6 Geologi

  • 53

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.7 Jenis Tanah

  • 54

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    d. Keadaan Fisik Pantai

    1) Kedalaman pantai

    Pada jarak 0 hingga 1 mil dari garis pantai menuju arah lautan,

    kemiringan pantai antara 20-30 % dengan kedalaman laut antara 010

    meter. Substrat dasar pada perairan pantai di daerah ini didominasi

    oleh lumpur berpasir. Pada perairan laut di dekat kecamatan liukang

    tupabiring masih dijumpai hamparan ekosistem terumbu karang

    terutama pada perairan dekat dengan pulau bangko bangkoang dan

    pulau kulambing.

    2) Besaran fisik ombak,

    Fisik ombak yang menyebabkan besaran gelombang merupakan

    gaya luar dapat mempengaruhi tingkat suspensi sedimen dasar daerah

    pantai. Gelombang yang menuju daerahpantai/estuaria merupakan

    penyebab utama transpor sedimen di daerah litoral.

    Data gelombang pada dokumen RZWP3K tercatat dilakukan

    secara visual dan tertulis bahwa keadaan laut selama pengamatan baik.

    Tinggi gelombang diperairan sekitar kawasan Pantai Pulau Balang

    lompo relatif kecil yaitu berkisar antara 0,1sampai 0,6 meter dengan

    tinggi maksimum 1 meter di perairan yang dikelilingi pulau-pulau.

    3) Kecepatan dan pola arus,

    Kecepatan arus pada umumnya sama dengan kondisi kabupaten

    pangkep dimanan kondisi kecepatan arus cenderung sedang hingga

    kuat yaitu berkisar antara 0,03 0,2 m/dtk dan mengarah ke selatan

    dengan kecepatan rata-rata 0,1 m/dtk. Rata-rata BOD pada perairan

    pesisir pulau mulai dari 0 2 mil berada pada nilai dibawah 5 mg/lt.

    Kecerahan perairan pesisir mulai 0 2 mil berada pada kisaran 20 30

    persen.

    4) Pasang surut,

    Pasang surut di wilayah pulau balang lompo, bahwa kisaran pasang

    surut maksimum adalah 1,5 meter. Fluktuasi pasang surut menjadi

    penting dalam pemilihan pengembangan pulau, karena berperan dalam

  • 55

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    menentukan bagaimana kondisi pulau, apakah akan tenggelam pada

    beberapa tahun kemudian.

    5) Dinamika proses pantai

    Proses dinamis pantai sangat di pengaruhi oleh littoral transport,

    yang di definisikan sebagai gerak sedimen di daerah dekat pantai

    (nearshore zone) oleh gelombang dan arus. Littoral transport dapat

    dibedakan menjadi dua macam yaitu transport sepanjang pantai

    (longshore transport) dan transport tegak lurus pantai (onshore-

    offshore transport). Material (pasir) yang di transport di sebut dengan

    littoral drift. Transport tegak lurus pantai terutama ditentukan oleh

    kemiringan gelombang, ukuran sedimen, dan kemiringan pantai. Pada

    umumnya gelombang engan kemiringan besar menggerakan material

    kea rah laut, dan gelombang kecil dengan periode panjang

    menggerakan material kea rah laut.

    Pada saat gelombang pecah sedimen di dasar pantai terangkat

    (terabrasi) yang selanjutnya terangkut oleh dua macam gaya

    penggerak, yaitu komponen energy gelombang dalam arah sepanjang

    pantai dan arus sepanjang pantai yang dibangkitkan oleh gelombang

    pecah. Arah transport sepanjang pantai sesuai dengan arah gelombang

    datang dan sudut antara puncak gelombang selalu berubah maka arah

    transpor juga berubah dari musim ke musim, hari ke hari, dan dari jam

    ke jam.

  • 56

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.8 Bathimetry

  • 57

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.9 Pola Arus Pasang

  • 58

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.10 Pola Arus Surut

  • 59

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.11 Kecepatan Arus Pasang

  • 60

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.12 Keepatan Arus Surut

  • 61

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    6) Ekosistem pantai

    Kondisi ekosistem mangrove sudah tidak terdapat di daerah pesisir

    pulau balang lompo. Di sekitar pantai hanya berbatasan langsung dengan

    permukiman kurang lebih 0-3 meter dari garis panatai.

    Pada perairan sekitar pulau balang diidentifikasi rata-rata persentase

    tutupan karang di wilayah pesisir adalah 30,38 % dimana tutupan karang

    tersebut didominasi oleh hard coral (15 %). Pada umumnya terumbu

    karang ditemukan pada kedalaman 1-10 m, sekalipun demikian di Pulau

    Langkadea terumbu karang juga ditemukan pada kedalaman 25 m.

    Berdasarkan data COREMAP 2005, kondisi terumbu karang di Kabupaten

    Pangkep 74,26% dalam kondisi rusak dan hanya 25,74% dalam kondisi

    baik dari total luas keseluruhan terumbu karang. Jenis ikan karang yang

    ditemukan di perairan ini diantara Lencam (Pentapodus spp dan Scolopsis

    spp.), ikan Pakol (Achanthurus spp), Ekor Kuning (Caesio spp).

    7) Tipologi pengembangan kawasan pantai.

    Penanganan kawasan pantai dilakukan dengan pertimbangan tipologi

    pantai. Pembagian tipe pantai kawasan perencanaan didasarkan pada

    klasifikasinya tipologi pantai yang di susun oleh Direktorat Bina Tata

    Perkotaan dan Pedesaan Departemen Pekerjaan Umum, tahun 1997, secara

    garis besar dapat di klasifikasikan kedalam tipe D, Karena memiliki

    kemiringan dasar yang landai ( 0,01 < s < 1 ) dan terbentuk dari pasir,

    memiliki lingkungan muara, tinggi ombak datang di antara 1 < H 1/3 )

    < 2 meter, kecepatan arus di antara 0,5 dan 1 m/detik. Namun perlu di

    lakukan budidaya air payau, hutan rawa, pengembangan ekoturisme,

    peningkatan penjelajahan hutan pantai dan melihat flora dan fauna langka,

    serta pemukiman.

    2. Karakteristik penduduk Kawasan Pulau Balang Lompo Kabupaten Pangkep,

    sosial, dan kebudayaan, antara lain :

    a. Jumlah dan pertumbuhan penduduk

  • 62

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan

    merupakan sebuah Indikator yang penting untuk diketahui. Penududuk pulau

    balang lompo hingga tahun 2012 berjumlah 3.047 Jiwa. Tingkat

    perkembangan jumlah penduduk yang ada di 13 wilayah kecamatan di

    Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan turut mempengaruhi struktur

    kehidupan masyarakat secara umum. Jika pertumbuhan jumlah penduduk

    dalam keadaan konstan akan mengakibatkan berlakunya hukum ekonomi

    (supply and demand) terutama yang tergolong dalam usia kerja.

    Tabel3-15. Perkembangan Jumlah Penduduk tahun 2008-2012

    No Lokasi Tahun

    2008 2009 2010 2011 2012

    1 Pulau Balang

    lompo

    4.438 4.530 2.885 2.892 3.047

    Perkembangan - 92 -1645 7 155

    Sumber: Kantor BPS Dalam Angka Kab. Pangkep, Tahun 2012

    Gambar 3.13 Perkembangan Jumlah Penduduk Pulau Balng Loompo

    b. penyebaran kepadatan penduduk

    Tabel3-16. Kepadatan Penduduk Pulau Balang Lompo

    No Lokasi Jumlah Penduduk

    (Jiwa)

    Luas

    Wilayah

    (Ha)

    Kepadatan

    Penduduk

    (J/Ha)

    1 Pulau Balang

    Lompo 3.047

    8 380

    Sumber : Monografi Kelurahan 2013

    c. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin

    Penduduk menurut usia di pualau balang tahun 2012 memperlihatkan

    bahwa golongan usia penduduk terbanyak adalah usia 10-14 tahun, yakni

    sebanyak 38.028 jiwa atau 12,16%, kemudian usia penduduk antara 5-9 tahun

    2.800

    2.850

    2.900

    2.950

    3.000

    3.050

    2010 2011 2012

    Column1

  • 63

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    sebanyak 33.333 jiwa atau 10,66%. Sedangkan jumlah penduduk menurut usia

    terendah adalah usia 60-64 tahun sebanyak 7.641 jiwa atau 2,44%. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.17.

    Tabel3-17. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Pulau Balang

    Lompo Tahun 2012

    No Kelompok Usia Jumlah Penduduk (jiwa)

    Jumlah % Laki-Laki Perempuan

    1 0 4 101 112 215 7,06

    2 5 9 156 167 324 10,63

    3 10 14 179 190 370 12,14

    4 15 19 114 125 241 7,91

    5 20 24 116 127 245 8,04

    6 25 29 131 142 274 8,99

    7 30 34 110 121 232 7,61

    8 35 39 100 111 213 6,99

    9 40 44 93 104 199 6,53

    10 45 49 77 88 167 5,48

    11 50 54 85 96 182 5,97

    12 55 59 83 94,5 179 5,87

    13 60 64 31 42 74 2,43

    14 65 + 60 71 132 4,33

    Jumlah 1.512 1.553 3.047 100

    Sumber : Monografi Kelurahan 2013

    Gambar 3.14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis

    Kelamin di pulau Balang Lompo Tahun 2013

    Rasio jenis kelamin di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dapat

    dilihat pada Tabel 3.18 berikut.

    7,06

    10,63 12,14

    7,91 8,04 8,99

    7,61 6,99 6,53 5,48 5,97 5,87

    2,43 4,33

    0

    5

    10

    15

    0 4 5 9 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 55 59 60 64 65 +

  • 64

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Tabel3-18. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dirinci pulau balang lompo

    No Lokasi Jumlah Penduduk (Jiwa)

    Jumlah Sex Rasio Laki-Laki Perempuan

    1 Pulau balang Lompo 1.512 1.553 3.047 96 Sumber : Monogarafi Kelurahan 2012

    3. Tata guna lahan.

    Komposisi penggunaan lahan merupakan acuan utama dalam

    mengarahkan sebaran lokasi kegiatan dan pola pemanfatan ruang dalam

    menyusun rencana. Berbagai faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan

    ruang, yaitu faktor internal dan eksternal wilayah. penggunaan lahan.

    Jenis penggunaan lahan di pualau balang lompo pada tahun 2012 dapat di

    kategorikan dalam beberapa jenis penggunaan. Penggunan yang luas adalah

    Pemukiman seluas 4,49 Ha atau sebesar 56,18% dari total luas lahan

    sedangkan yang tersempit adalah penggunaan lahan dermaga seluas 0,09 Ha

    atau sebesar 1,08% dari total luas lahan. Sebaran dari penggunaan lahan di

    pulau balang lompo di pengaruhi oleh kondisi fisik dasar, dimana dan ruang

    terbuka sebahgian besar terletak di bagian tengah, sedangkan lahan

    penggunaan energi perkantoran sebahgian besar terletak di bahgian barat yaitu

    pada wilayah pesisir, untuk penggunaan lahan pendidikan berada di bagian

    tengah.. Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi penggunaan lahan.

    Tabel3-19. Penggunaan Lahan

    No Penggunaan Lahan Luas Wilayah

    (Ha) Persen %

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    Dermaga

    Energi

    Kesehatan

    Lapangan

    Pasir

    Pemakaman

    Pemukiman

    Pendidikan

    Peribadatan

    Perkantoran

    Semak-semak

    0,09

    0,18

    0,08

    0,28

    0,55

    0,55

    4,49

    0,42

    0,10

    0,12

    1,14

    1,08

    2,27

    0,99

    3,44

    6,93

    6,88

    56,18

    5,24

    1,30

    1,48

    14,21

    Sumber : Luasan Arcgis tahun 2014

  • 65

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.15 KawasanLindung

  • 66

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.16 Penggunaan Lahan

  • 67

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    4. Sebaran Fasilitas

    Penyebaran fasilitas merupakan penyebaran atau distribusi fasilitas yang

    ada di suatu wilayah, dimana merupakan salah kebutuhan yang sangat urgen

    serta digunakan sebagai indikator tumbuh dan berkembangnya suatu wilayah.

    Ketersediaan fasilitas di kawasan yang memadai merupakan salah satu hal

    yang sangat penting dalam mendukung kegiatan dan aktivitas manusia yang

    ada di suatu wiayah. Bagian sub bahasan ini, akan diuraikan sumberdaya

    buatan di pulau Balang Lompo. Untuk lebih jelasnaya, sebagaimana pada

    pembahasan berikut;

    a. Fasilitas Permukiman

    Permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni manusia

    meliputi segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupannya yang

    menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan (Sumaatmadja

    1988). Dengan demikian berdasarkan jumlah penduduk 3047 jiwa serta

    kepadatan penduduk 380 jiwa di pulau Balang Lompo pada tahun 2012, maka

    yang mendominasi penggunaan lahan di Pulau Balang Lompo ialah fasilitas

    permukiman sebagaimana pada pembahasan sebelumnya pada tabel tataguna

    lahan.

    b. Fasilitas Pendidikan

    Pendidikan pada hakekatnya merupakan bekal manusia untuk mampu

    bertahan hidup dan bersaing dalam berbagai ilmu pengetahuan. Pendidikan

    dapat diperoleh melalui cara formal maupun informal baik dari lingkungan

    keluarga dan maupun sekolah sekolah. Fasilitas pendidikan yang maju dan

    berkembang dapat dilihat dari ketersediaan sarana dan prasarana yang ada

    untuk mendukung kegiatan pendidikan dalam meningkatkan pengetahu yang

    lebih baik dan luas.

    Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila di segi lain bertujuan untuk

    meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan

    keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan

    mempertebal semangat kebangsaan serta cinta tanah air agar dapat

  • 68

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    menciptakan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya

    sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

    Sehubungan dengan itu Pemerintah pulau Balang Lompo selalu berupaya

    untuk meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh wilayahnya

    untuk berbagai jenjang pendidikan. Pada tahun 2013 jumlah TK di Pulau

    Balang Lompo sebanyak 1 sekolah dengan 39 orang murid, SD negeri dan

    swasta berjumlah 2 sekolah, SMP 1 sekolah, SMA 1 sekolah

    Gambar 3.17 Sarana Pendidikan

    c. Fasilitas Perkantoran

    Dalam meningkatkan mutuh tenaga kerja dalam suatu perkantoran maka

    sangat di perlukan ketersediaan fasilitas perkantoran yang merupakan sarana

    penunjang untuk kelancaran aktivitas pekerjaan perkantoran sehingga

    melahirkan tenaga-tenaga kerja yang berkualitas dalam bidang keahlian

    pekerjaan masing-masing dengan berbagai fasilitas seperti telepon, faksimile,

    komputer, internet dan sebagainya (Keyshia Azarine's Site)

    Di Pulau Balang Lompo mempunyai 6 kantor yaitu kantor Kecamatan,

    kantor kelurahan, Polisi, Kodim, KUA dan Kantor PLN.

  • 69

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.18 Sarana Pemerintahan

    d. Fasilitas Perdagangan

    Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan

    perekonomian di suatu wilayah. Giatnya aktivitas perdagangan di suatu

    wilayah menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi

    tolok ukur tingkat perekonomian wilayah itu sendiri. Sehingga bisa dibilang

    perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah. Melalui

    perdagangan pula suatu wilayah bisa menjalin hubungan diplomatik dengan

    wilayah-wilayah sekitarnya sehingga secara tidak langsung perdagangan juga

    berhubungan erat dengan dunia politik. Sarana perdagangan yang terdapat di

    Pulau Balang Lompo antara lain 11 buah toko, 23 buah Warung.

    Gambar 3.19 Sarana Perdagangan dan jasa

    e. Fasilitas Kesehatan

    Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari Pembangunan

    Nasional bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi penduduk

    agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya

    penyediaan sarana dan prasarana kesehatan merupakan kebutuhan mendasar

  • 70

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    dalam peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Jumlah fasilitas kesehatan di

    Pulau Balang Lompo sampai dengan tahun 2013 antara lain 1 Unit puskesmas,

    4 unit posyandu.

    Gambar 3.20 Sarana Kesehatan

    f. Fasilitas Peribadatan

    Pembangunan fasilitas peribadatan memiliki peran penting dalam

    mewujudkan kepribadian yang baik atau moral, etika, serta spiritual bangsa

    Indonesia. Pembangunan agama merupakan salah satu upaya pemenuhan hak

    dasar rakyat dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

    Sebagaimana diatur UU 1945 yang menegaskan bahwa negara berdasarkan

    atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

    penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

    menurut agama dan kepercayaannya itu. Pembangunan fasilitas peribadatan

    bukan hanya usaha untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan,

    pemahaman, serta pengamalan ajaran agama, melainkan juga ditujukan untuk

    membangun masyarakat yang memiliki kesadaran akan adanya realitas sosial

    tentang nilai-nilai keberagaman (atau kebhinnekaan) dan memahami makna

    kemajemukan sosial. Berdasarkan data tahun 2012, dimana banyaknya

    fasilitas peribadatan di Pulau Balang Lompo adalah 1 unit Masjid 2 unit

    mushollah.

  • 71

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.21 Sarana Peribadatan

    g. Fasilitas Olahraga

    Sarana prasarana olah raga adalah semua sarana prasarana olah raga yang

    meliputi semua lapangan dan bangunan olah raga beserta perlengkapannya

    untuk melaksanakan program kegiatan olahraga. (Seminar Prasarana Olah

    Raga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan Lingkungan (1978).

    Pengembangan olahraga wilayah ini harus dilaksanakan secara

    berkesinambungan, terprogram, dan menuntut kerja keras agar tercapainya

    prestasi dan budaya olahraga guna meningkatkan kualitas manusia Indonesia,

    yang memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang baik.

    Pembinaan olahraga dimulai sejak usia dini baik pada lembaga non formal

    maupun lembaga formal, karena telah dirasakan bahwa olahraga akan dapat

    memberikan sumbangan yang berarti terhadap seluruh elemen

    kehidupan manusia. Dengan demikian berdasarkan pengertian tersebut diatas,

    bahwa fasilitas olahraga merupakan suatu hal yang sangat penting bagi

    masyarakat sehingga berdasarkan hasil survey yang kami lakukan dilapangan

    bahwa ketersediaan fasilitas olahraga di Pulau Balang Lompo harus dijaga dan

    perlu peningkatan pelayanan fasilitas olahraga guna meningkatkan kualitas

    hidup masyarakat baik di Pulau Balang Lompo maupun diwilayah sekitarnya.

  • 72

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.22 Sarana Olahraga

    5. Kondisi Prasarana

    Prasarana merupakan bagian penting dalam menemukenali

    perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Semakin baik kondisi prasarana,

    penyebaran, tingkat pelayanan, akan mendorong tersebut untuk tumbuh dan

    berkembang serta berinteraksi dengan daerah lain, baik dalam skala ekonomi,

    sosial dan politik. Untuk itu akan dibahas prasarana wilayah seperti; Jaringan

    Jalan, jaringa Listrik, jaringan telepon, system persampahan, jaringan air

    bersih dan jaringan drainase. Dengan demikian untuk lebih jelasnya dapat

    dilihat pada pembahasan berikut;

    a. Jaringan Jalan

    Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi yang menunjang

    kegiatan masyarakat yang ada suatu wilayah, meningkatkan perekonomian

    suatu wilayah, memudahkan mobilitas penduduk baik dari desa ke kota atau

    sebaliknya dan memperlancar lalu lintas barang dan manusia dari satu daerah

    kedaerah lainnya. Dengan demikian kondisi jaringan jalan di pulau Balang

    Lompo secara keseluruhan cukup baik, dimana fungsi jalan sebagai jalan local

    dan lingkungan yang hanya dilalui oleh kendaraan roda 2 dan pejalan kaki.

    Jenis permukaan jalan berupa rabat beton maupun tanah

  • 73

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.23 Jaringan Jalan

    b. Jaringan Listrik

    Dalam menunjang kemajuan suatu daerah keberadaan energi listrik

    sangatlah diperlukan, oleh karena dapat memberikan konstribusi yang sangat

    besar dalam kegiatan perekonomian. Dengan demikian berdasarkan hasil

    survey dilapangan menunjukkan bahwa kondisi jaringan listrik di Pulau Balang

    Lompo sudah terjangkau akan tetapi masih terbatas dan perlu ditingkat

    pelayanan kebutuhannya sumber energy listri kebanyakan masyarakat

    menggunakan tenaga PLN yaitu dari mesin diesel yang menyala pada waktu

    malam hari mulai jam 06.00-03.00 subuh hari, dan menggunakan tenaga surya

    pada jam 10.00-04.00, hal tersebut dapat mengganggu menyamanan

    masyarakat setempat karena sumber daya listrik kurang memadahi.

    Gambar 3.24 Jaringan Listrik

    c. Jaringan Telekomunikasi

    Jaringan telekomunikasi adalah segenap perangkat telekomunikasi yang

    dapat menghubungkan pemakaiannya (umumnya manusia) dengan pemakai

    lain, sehingga kedua pemakai tersebut dapat saling bertukar informasi (dengan

    cara bicara, menulis, menggambar atau mengetik ) pada saat itu juga.

  • 74

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    berdasarkan hasil survey dilapangan bahwa kondisi jaringan telepon di Pulau

    Balang Lompo kondisinya baik, karena sebagian besar masyarakat di Pulau

    Balang Lompo sudah menggunakan telepon genggam, jaringan yang tersedia

    cukup bagus dan menjangkau provider baik GSM (telkomsel, Indosat) maupun

    CDMA (Telkom, Smartfren)

    Gambar 3.25 Menara Tower

    d. Jaringan Persampahan

    Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau di

    buang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam

    yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi

    yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau

    membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.Berasarkan hasil

    survey di lapangan bahwa, ketersediaan jaringan persampahan di Pulau Balang

    Lompo masi belum maksimal yang di akibatkan oleh bertambahnya jumlah

    penduduk dari tahun ke tahun yang cenderung meningkat sehingga sampah

    yang dihasilkanpun semakin bertambah. Adapun proses pengolahan sampah

    yang ada di Pulau Balang Lompo dengan cara menimbun dan membakar

    sampahnya masing-masing, serta ada yang membuang kelaut.

  • 75

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    Gambar 3.26 Pengeloaan sampah

    e. Jaringan Air Bersih dan sanitasi

    Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

    memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat

    Indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini

    menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan

    untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber

    daya air oleh negara dimaksud, negara menjamin hak setiap orang untuk

    mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan

    pengaturan hak atas air. Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin

    meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan

    fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik

    kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan

    sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar

    pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta

    dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan

    tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap

    kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip

    pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial,

    lingkungan hidup, dan ekonomi.

    Berdasarkan hasil survey lapangan bahwa kondisi air bersih di Pulau

    Balang Lompo sebagian besar menggunakan air tanah dalam. Hal ini

    sebenarnya unik dimana kita ketahui lokasi berupa pulau kecil yang berukuran

    8 ha memiliki sumber air bersih dengan menggali kedalaman 2-3 meter sudah

  • 76

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    terdapat air tawar. Dengan menelusuri berbagai penelitian pustaka, bahwa

    keberadaan air tawar ini disebabkan karena adanya pohon baka yang mampu

    menyimpan air didalam tanah. Ini menjawab perlu menjaga pohon agar dapat

    dimamfaatkan. Sumber air lainnya berupa penyulingan air asin dengan

    kapasitas kecil denganpenadahan air hujan. Kondisi sanitasi pun perlu

    diperhatikan agar tidak mengotori sumber air bersih. Kondisi dilapangan air

    pembuangan yang brada disetiap rumah warga berupa selokan alami yang

    berukuran kecil.

    Gambar 3.27 Sanitasi dan Air bersih

    6. Kemudahan hubungan antar kegiatan (aksesibilitas)

    Sistem aksesbilitas terbagi atas transportasi darat dan transportasi air yang

    akan dibahas adalah semua sarana dan prasarana transportasi yang ada dalam

    lingkup wilayah pulau balang lompo, yakni meliputi; pola jaringan jalan, kondisi

    jaringan jalan, volume barang dan penumpang dan seterusnya. Sedangkan pada

    sarana dan prasarana transportasi air yang ada masih relatif terbatas, baik

    kualitasnya maupun kuantitasnya.

    a. Pola Jaringan Jalan

    Pulau Balang Lompo terbagi atas jaringan jalan local dan lingkungan

    Dengan kondisi tersebut berpengaruh terhadap pola jaringan jalan yang ada,

    yaitu cenderung berkembang secara linier mengelilingi pulau balang lompo.

    b. Kondisi Jaringan Jalan

    Panjang jalan secara keseluruhan di pulau balang lompo pada tahun 2013

    sepanjang 555 m. Kondisi jalan tersebut terdiri dari jalan beton, tanah, dan

    jalan setapak. Panjang jalan beton dengan prosentase 32,7 % atau sepanjang

    181 m, sedangkan jalan tanah 48 % atau sepanjang 221 m. Tingkat

  • 77

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    pertumbuhan jaringan jalan dari tahun ke tahun sangat rendah, hal tersebut

    dikarenakan luas lahan yang terbatas.

    c. Asal dan Tujuan Pergerakan Barang dan Penumpang

    Pergerakan barang dan penumpang yang terjadi di pulau balang lompo

    terjadi dalam dua bentuk, yaitu terjadi secara akumulasi dan distribusi, baik

    pada sistem transportasi darat maupun pada sistem transportasi laut. Data yang

    baku mengenai asal dan tujuan pergerakan barang dan penumpang di pulau

    balang lompo, nampaknya belum terdata dengan baik, sehingga yang dapat

    digambarkan adalah hasil pengamatan di lapangan.

    Dengan adanya 2 dermaga sebagai antar moda, maka memberikan

    aksesibilitas yang sangat tinggi terhadap pergerakan barang dan penumpang.

    Sedangkan secara lokal kabupaten, terjadi pergerakan arus barang berupa

    bahan-bahan kelontongan terkumpul di Kota Pangkajenedan makassar, lalu

    kemudian terdistribusi ke pelosok-pelosok pulau-pulau, sedangkan hasil-hasil

    perikanan terjadi sebaliknya terakumulasi di Kota Pangkajene lalu kemudian

    dipasarkan baik lokal maupun regional.

    Arus pergerakan barang dan penumpang juga terjadi antar moda, yaitu

    moda sistem transportasi darat dan sistem transportasi laut. Berdasarkan hasil

    pengamatan di lapangan setidaknya terdapat 2 (empat) lokasi yang menjadi

    tempat perpindahan moda dari dan ke daerah kepulauan; yaitu di Kalibone,

    Kota Pangkep (depan pasar sentral, Marang (pinggir jalan poros) dan

    pelabuhan paotere makassar. Namun sarana dan prasarana sistem transportasi

    air nampaknya masih kurang memadai.

    Asal dari pelayaran yang terjadi adalah pada dasar ada dua kategori; (i)

    pelayaran antara pulau di wilayah kepulauan, dan (ii) pelayaran antara kota-

    kota yang ada di tiga kecamatan kepulauan dengan dengan wilayah daratan.

    Kategori pertama pergerakan yang terjadi sangat rendah disebabkan karena

    antara pulau yang satu dengan yang lainnya relatif jauh, sehingga hanya kapal

    yang berbobot besar yang dapat melakukan pelayaran. Begitupun juga dengan

    pelayaran atau pergerakan antara wilayah daratan dan wilayah kepulauan

    relatif terbatas, karena asal dan tujuan pergerakan terbatas pada kampung-

  • 78

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    kampung nelayan yang relatif ramai dan tujuan di wilayah daratan juga tertentu

    yaitu pada daerah yang relatif mudah mencapai lokasi pasar atau kawasan

    perdagangan.

    d. Jumlah dan Jenis Alat Angkut

    Jenis alat angkut pada sistem transportasi darat di pulau balang lompo

    dapat dibagi menurut; (i) jenis yang diangkut, (ii) menurut fungsinya, dan (iii)

    menurut penggeraknya. Jenis alat angkut menurut apa yang diangkut terdiri

    dari penumpang dan barang, jenis angkutan barang mengangkut hasil-hasil

    pertanian dan perikanan serta jasa angkutan industri. Jenis alat angkut menurut

    fungsinya, terdiri dari angkutan umum laut melayani rute antar kota Makassar

    dan pulau balang lompo serta kota pangkep. Jenis angkutan menurut alat

    penggeraknya, terdiri dari; alat angkut tanpa motor (kapal dayung) dan alat

    angkut bermotor (kapal bermotor). Namun semua jenis alat angkut tersebut

    tidak terdata secara rinci.

    Jenis alat angkutan air, masih berupa kapal kayu dengan ukuran 5 10

    GT. Dengan bobot kapal yang relatif masih rendah, sehingga berakibat

    terhadap rendah aksesibilitas ke dan dari wilayah kepulauan. Selama ini alat

    angkut tersebut dimiliki oleh swasta ataupun perorangan, sehingga kualitas

    kapal relatif rendah dan kuantitas kapal dari tahun ke tahun sepertinya tidak

    bertambah, sedangkan disisi lain jumlah penumpang dari tahun ke tahun

    mengalami peningkatan. Pengusaha jasa transportasi kapal penumpang

    terkadang mendapat banyak untung ketika bamyak penumpangnya. Akan tetapi

    kendala terhadap cuaca yang menjadi hambatan. Pengusaha jasa transportasi

    ini hanya terdapat 2 unit, dimana jadwal keberangkatan 1 kali pada jam 6 pagi

    dan kembali jam 11 pada siang hari.

    Gambar 3.28 Alat Transportasi laut

  • 79

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    e. Jenis dan Lokasi dermaga

    Pada prinsip jenis dermaga yang ada masih berupa dermaga skalanya

    masih kecil. Berdasarkan pengamatan di lapangan sudah ada yang dermaganya

    permanen.

    Gambar 3.28 Kondisi Dermaga

    7. Isu Pengelolaan pesisir dan pulau Balang Lompo

    a. Erosi/Abrasi

    Erosi disebabkan karena terganggunya keseimbangan transportasi

    sedimen sejajar pantai (longshore sediment transport) atau tidak adanya

    peredam energi gelombang. Yang terjadi di pulau balang lompo sudah terlihat

    nampakerosi yang telah terjadi akibat disebabkan oleh gerakan gelombang

    pada pantai terbuka. Disamping itu, karena keterkaitan ekosistem maka

    perubahan hidrologis dan oseanografis juga dapat mengakibatkan erosi

    kawasan pesisir. . Pembangunan tanggul untukmencegah terjadinnya

    pengikisan garis pantaiyang lebih dalam sehinggah mengurangi luasan pulau

    balang lompo.

    b. Banjir ROB

    Kondisi pemanasan global bisa saja mengakibatkan banjir ROB di pulau

    balang lompo karena topografi pulau yang masuk dalam kategori datar. pada

    daerah potensi banjir yang didalam kawasan tersebut terdapat permukiman

    penduduk, aset-aset milik masyarakat, fasilitas umum,

    c. Gelombang Tinggi dan Angin Kencang

    Kondisi gelombang tinggi yang dapat mengiki panta (Erosi) serta agin

    kencang yang menimbulkan tinnginya ombak di pulau balang lompo terjadi

  • 80

    PERENCANAAN PULAU-PULAU KECIL

    pada bagian timur. Angina kencang juga mengakibatkan pohon-pohon

    tumbang yang mengancam pemukiman masyarakat.

    8. Potensi Pulau

    a. Sektor Air Bersih

    Sumberdaya air baku yang cukup tersedia, sehingga dalam pengelolaan

    dan pemanfaatannya yang berkelanjutan.

    b. Energi Listrik

    Terdapat beberapa sumber energi yang dapat dimanfaatkan sebagai

    sumber energi listrik dalam memenuhi kebutuhan akan energi listrik Balang

    Lompo

    c. Perikanan tangkap

    Rata-rata pencarian masyarakat sebagai nelayan tangkap. Dimana kapal

    yang mereka gunakan dilengkapi jaring untuk menangkap. Pada umumya

    nelayan keluar 1-2bulan untuk mencari ikan.

    d. Industri

    Terdapat 2 industri rumah tangga yang mengelolan hasil tangkapan.

    Kondisi pekerja pemasaran maupun modal yang menjadi hambatan untuk

    pengembangan industri ini. Pemasaran yang kurang baik sehingga menjadikan

    perputaran ekonomi yang lambat

    e. Transportasi

    Pengusaha jasa transportasi kapal penumpang terkadang mendapat

    banyak untung ketika bamyak penumpangnya. Akan tetapi kendala terhadap

    cuaca yang menjadi hambatan. Pengusaha jasa transportasi ini hanya terdapat 2

    orang, dimana jadwal keberangkatan 1 kali pada jam 6 pagi dan kembali jam

    11 pada siang hari.